Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PROBLEM BASED LEARNING

BLOK 3.1 SKENARIO 2


Penetapan Diagnosa & Terapi
(DEMAM)

KELOMPOK 5
Nydia Ongalia 1523018003
Prayas Dharani Prasanti 1523018026
Gabriella Edeline Puteri Purnama 1523018032
Jevani Chrisya Tanjaya 1523018040
Angelita Rere Kinanti 1523018042
Gusti Agung Dwiky Parasara 1523018046
Sandy Nurkasih Todingdatu 1523018048
I Gede Aryadinata 1523018050
Jesselyn Mochtar 1523018078

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
2019
DAFTAR ISI
SKENARIO PEMICU
Tn Abimayu, seorang pegawai kantor berusia 35 tahun berkonsultasi ke dokter dengan
demam sejak 5 hari. Demam dirasakan sepanjang hari. Demam turun bila minum obat namun
tidak sampai normal dan 3 jam kemudian demam mulai tinggi kembali. Badan sakit semua,
terutama bagian betis kanan dan kiri; perut bagian atas kembung, nafsu makan menurun,

KATA KUNCI
1. Demam dewasa
2. Nyeri betis kanan dan kiri

RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan pengertian demam!
2. Jelaskan klasifikasi demam!
3. Jelaskan mekanisme thermoregulasi!
4. Jelaskan patofisiologi demam!
5. Jelaskan etiologi demam!
MIND MAP
DEMAM DEWASA

DEFINISI KLASIFIKASI ETIOLOGI PATOFISIOLOGI

DEMAM SEPTIK INFEKSI NON- INFEKSI

DEMAM REMITEN
PARASIT LINGKUNGAN
DEMAM INTERMITEN
VIRUS KEGANASAN
DEMAM KONTINYU
BAKTERI OBAT
DEMAM SIKLIK
JEJAS IMUN

GRAM POSITIF GRAM NEGATIF


TNF

PIROGEN EKSOGEN PIROGEN ENDOGEN INTERLEUKIN-1 (IL-1)


INTERLEUKIN-1 (IL-1)
FAGOSIT MONONUKLEAR
-INTERFERON

SITOKIN PIROGEN

FAGOSIT MONONUKLEAR
STATUS MEDIK
1. Identitas Pasien
Nama : Abimayu
Usia : 35 tahun
Pekerjaan : Pegawai kantor
Status : Menikah (1 istri, 1 anak)

1. Keluhan Utama
Demam sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit

2. Keluhan Tambahan
- Badan terasa sakit, terutama bagian betis kanan dan kiri
- Perut bagian atas kembung
- Nafsu makan menurun
- Mual dan muntah 3 hari sebelum masuk rumah sakit, setiap sesudah makan dan
minum
- Buang Air Kecil berwarna cokelat sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, jumlah
berkurang

3. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke Rumah Sakit dengan keluhan demam sejak 5 hari sebelum masuk
rumah sakit. Demam dirasakan sepanjang hari dan hanya turun bila mengkonsumsi
obat namun demam tidak dapat turun sampai normal, dan 3 jam kemudian demam
mulai tinggi kembali. Pasien mengeluh bahwa tubuhnya terasa sakit terutama pada
bagian betis kanan dan kiri sehingga pasien tidak ingin bergerak karena terjadinya
functio laesa. Selain nyeri betis, pasien juga merasakan sakit/nyeri kepala yang berat.
Pasien mengalami mual dan muntah sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit setiap
sesudah makan dan minum. Perut bagian atas kembung sehingga badan terasa lemas
dan nafsu makan menurun. Buang air kecil pasien berwarna kecoklatan seperti teh
sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit dan buang air besar pasien normal namun
lebih kering daripada biasanya. Pasien adalah pegawai swasta yang beberapa hari
sebelum masuk rumah sakit melakukan aktivitas kerja bakti membersihkan selokan di
kompleks perumahan. Keluarga dan tetangga tidak ada yang mengalami keluhan yang
sama
4. Riwayat Penyakit Dahulu
- Pasien menyangkal pernah mengalami keluhan dan penyakit yang sama
sebelumnya.
- Riwayat hepatitis, diabetes, malaria dan hipertensi disangkal

5. Riwayat Kebiasaan / Aktivitas


- Pasien tidak memiliki riwayat perjalanan ke luar pulau / luar negeri
- Pasien sempat melakukan kegiatan kerja bakti membersihkan selokan

6. Riwayat Pengobatan
Pasien mengkonsumsi Paracetamol 500mg yang di beli sendiri di apotek

PEMERIKSAAN FISIK

1) Keadaan Umum
- Kesadaran : Compos mentis (tampak sakit)
- Status Gizi : BB 55 kg, TB 160 cm , BMI 21.5 (normal)
- Cara bicara : normal, koheren
- Cara berbaring : normal

2) Tanda-tanda Vital
- Tekanan darah : 110/80 mmHg
- Denyut nadi : 110x / menit
- Frekuensi napas : 20x / menit
- Suhu : Axillar 38C

3) Kepala dan Leher


- Tidak ditemukan trauma pada kepala, tidak ditemukan rambut rontok
- Sclera mata tidak icterus, konjungtiva kemerahan dextra dan sinistra
- Hidung tidak tersumbat dan tidak epistaksis, pernapasan terlihat normal
- Mukosa mulut tidak sianosis, tonsil dan faring normal
- Terdapat tiga benjolan lunak berukuran 0,5-1 cm pada submandibular dextra,
pasien tidak merasakan nyeri
- Tidak ditemukan dysphagia pada tenggorokan
4) Thorax
- Thorax tampak normal
5) Abdomen
- Abdomen tampak flat, supel
- Hepar, lien, dan ginjal tidak teraba
- Suara bising usus normal
- Tidak ada nyeri tekan
6) Ekstremitas
- Akral terasa hangat, tampak kemerahan, dan kering
- Capillary refill normal

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan Darah Lengkap
- Hemoglobin : 13 gr/dL
- Eritrosit : tidak ada data
- Hematokrit : 40%
- Leukosit : 14.000/mm3
- Neutrophil : 85%
- Limfosit : 10%
- Monosit : 5%
- Trombosit : 75.000/mm3
- Laju endap darah : tidak ada data
- SGOT : 55 U/L
- SGPT : 40 U/L
- Bilirubin total : 4 mg/dL
- Bilirubin indirect : 2 mg/dL
- Albumin : tidak ada data
- BUN : 30 mg/dL
- Serum kreatinin : 3,1 gr/dL
2) Urinalisis
- Urobilinogen : positif
- Protein : negatif
- Eritrosit : +2
- Leukosit : negatif
- Bilirubin : positif
- Glukosa : negatif
- Nitrit : negatif
3) Sedimen Urin
- Leukosit : 2-3
- Eritrosit : 50/lapang pandang
- Epitel : beberapa
- Kristal : tidak ada
4) Tes Serologi
- IgG : negatif
- IgM : negatif
- HBs Ag : negatif

DIAGNOSA
1) Diagnosa Kerja : demam dewasa
2) Diagnosa Banding
- Leptospirosis
- Tifoid
- Malaria
- DBD (Demam Berdarah Dengue)
- Hepatitis
3) Diagnosa Definitif : Leptospirosis

PROGNOSIS
Jika tidak ada ikterus, penyakit jarang fatal. Namun, jika terjadi leptospirosis berat atau
Weil’s disease dengan gejala awal demam, nyeri otot dan diikuti dengan gangguan fungsi
ginjal sampai kegagalan ginjal, timbul ikterus dengan conjunctival suffusion serta gangguan
hemostasis dengan perdarahan pada kulit dan selaput lendir.

TATA LAKSANA
Farmako
Pemberian antibiotik harus dimulai sedini mungkin karena akan meningkatkan angka
kesembuhan atau memperbaiki prognosis. Antibiotik dapat diberikan selama 7 sampai 10 hari.
Berbagai jenis golongan antibiotik dapat diberikan kepada pasien contohnya Penicilin G,
Amoxicilin, Cephalosporin

Non Farmako
Pasien dianjurkan untuk :

 Lindungi diri dari resiko infeksi dengan mengenakan alat pelindung: sepatu tahan air,
kacamata googles, sarung tangan.
 Mengurangi populasi reservoir hewan tertentu misalnya tikus.
 Pisahkan waduk hewan dari pemukiman seperti diberi pagar.
 Bersihkan lingkungan, usahakan selalu bersih.
 Memperbanyak konsumsi air putih.
 Monitor kadar kreatinin dan elektrolit untuk melihat kesembuhan.
PEMBAHASAN
DEMAM
Suhu normal tubuh adalah <37,20 C di pagi hari dan <37,70 C di malam hari karena
pusat termoregulasi hipotalamus menyeimbangkan produksi panas berlebih dari aktivitas
metabolisme otot dan hati dengan pelepasan panas dari kulit dan paru-paru.
Demam adalah peningkatan suhu tubuh normal dalam hubungannya dengan
peningkatan titik set hipotalamus.
Penyebab infeksi umum terjadi:
Hiperpireksia : suhu > 41,50C yang dapat terjadi dengan infeksi berat tetapi lebih sering
terjadi pada perdarahan CNS.
Hyperthermia: Pengaturan yang tidak teratur dari titik set hipotalamus bersamaan dengan
peningkatan suhu tubuh yang tidak terkontrol yang melebihi kemampuan tubuh untuk
kehilangan panas. hipertensi tidak melibatkan molekul pirogenik.
Heat stroke: kegagalan termoregulasi dalam kaitannya dengan lingkungan yang hangat.
- exertional: disebabkan oleh olahraga di panas tinggi atau kelembaban
- non exertional: biasanya terjadi pada individu yang sangat muda atau lanjut usia selama
gelombang panas
-Drug-induced: disebabkan oleh obat-obatan seperti inhibitor monoamine oksidase,
antidepresan tricyclic, amfetamin dan kokain dan agen terlarang lainnya.
Hipertermia maligna: hipertermia dan respons sistemik terhadap anestesi inhalasi pada pasien
dengan hipertermia genetic Syndrome Neuroleptik ganas disebabkan oleh penggunaan agen
neuroleptik dan terdiri dari kekakuan otot pipa timbal, efek samping ekstrapiramidal
disregulasi otonom dan hipertermia.

KLASIFIKASI DEMAM

1. Demam septik : pada tipe demam septik, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi
sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari. Sering
disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke
tingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
2. Demam remiten : pada tipe demam remiten, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak
pernah mencapai suhu badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat
mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat pada demam septik.
3. Demam intermiten : pada tipe demam intermiten, suhu badan turun ke tingkat yang normal
selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua hari sekali
disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas demam di antara dua serangan demam
disebut kuartana.
4. Demam kontinyu : pada tipe demam kontinyu, variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda
lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menurus tinggi sekali disebut
hiperpireksia.
5. Demam siklik : pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhuh badan selama beberapa hari
yang diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh
kenaikan suhu seperti semula.

TERMOREGULASI TUBUH

Suhu tubuh merupakan perbandingan antara panas yang diproduksi tubuh dan panas
yang dikeluarkan tubuh. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi variasi suhu tubuh masing-
masing individu:

1. Basal Metabolic Rate (BMR): Kebutuhan kalori minimal tiap individu berbeda-beda
sehingga kecepatan metabolisme juga berbeda.

2. Usia : Suhu tubuh pada anak-anak masih belum stabil bila dibandingkan dengan dewasa
yang sudah stabil.

3. Status gizi : Pada pasien dengan kekurangan gizi (malnutrisi), terjadi kekurangan energi
untuk metabolisme sehingga tubuh akan meminimalkan metabolisme sehingga suhu tubuh
turun. Pada pasien dengan gizi cukup, tubuh dapat menjaga kestabilan suhu karena terdapat
jaringan lemak yang merupakan isolator tubuh.

4. Aktivitas tubuh : Seiring peningkatan aktivitas individu, metabolisme tubuh akan


meningkat sehingga produksi panas juga akan meningkat.

5. Lingkungan : Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan suhu lingkungan


(homeostasis), perpindahan terjadi melalui kulit.

6. Stress

Termoregulasi merupakan kemampuan tubuh untuk menjaga keseimbangan suhu


tubuh. Pusat pengaturan suhu tubuh berada di hipotalamus. Hipotalamus dikenal sebagai
termostat tubuh, dimana bila hipotalamus mendeteksi perubahan suhu dari set-point (suhu
nyaman tubuh), hipotalamus akan memberikan prosedur untuk menurunkan atau menaikkan
suhu tubuh.
Mekanisme penurunan suhu tubuh:

1. Vasodilatasi pembuluh darah di kulit untuk meningkatkan perpindahan panas ke kulit. Hal
ini terjadi karena penghambatan saraf simpatis oleh hipotalamus posterior.

2. Berkeringat.

3. Penurunan pembentukan panas.

Mekanisme peningkatan suhu tubuh

1. Vasokonstriksi pembuluh darah di kulit untuk menghambat perpindahan panas, terjadi


karena perangsangan saraf simpatis oleh hipotalamus posterior.

2. Piloereksi. Rangsangan simpatis menyebabkan otot arektor vili kontraksi menyebabkan


rambut berdiri tegak.

3. Peningkatan pembentukan panas.

4. Menggigil. Pusat motorik primer menggigil berada di bagian dorsomedial hipotalamus


posterior. Pusat motorik akan meneruskan sinyal ke batang otak, kemudian ke neuron motorik
otot.

Tubuh dapat memindahkan panas melalui berbagai cara:

1. Radiasi: Perpindahan panas dari obyek dengan suhu lebih tinggi ke obyek dengan suhu
lebih rendah melalui gelombang panas inframerah (tanpa kontak langsung). Contoh:
peningkatan suhu tubuh saat berada didekat api.

2. Konduksi: Perpindahan panas dari obyek dengan suhu lebih tinggi ke obyek dengan suhu
lebih rendah melalui kontak langsung.

3. Konveksi: Perpindahan panas dari obyek dengan suhu lebih tinggi ke obyek dengan suhu
lebih rendah melalui aliran udara.

4. Evaporasi: Perpindahan panas dari bentuk uap ke bentuk cair, contohnya berkeringat

PATOFISIOLOGI DEMAM
Hipotalamus merupakan tempat pengaturan suhu tubuh. Terdapat dua bagian dari
hipotalamus yang berfungsi dalam pengaturan suhu, yakni di area pre-optik hipotalamus
anterior yang merespon terhadap suhu panas, dan hipotalamus posterior yang merespon
terhadap suhu dingin. Tubuh kita memiliki suhu inti tubuh atau yang disebut sebagai set point
yang berperan dalam pengaturan suhu tubuh. Set point ini sekitar 37,1° C. Jika suhu di bawah
nilai tersebut, maka pembentukan panas akan lebih besar daripada pengeluaran panas dengan
tujuan agar suhu tubuh kembali ke set point begitu pula sebaliknya.
Demam berarti suhu tubuh di atas batas normal. Demam bisa terjadi karena adanya zat
yang disebut pirogen. Terdapat dua jenis pirogen, yaitu pirogen eksogen yang berasal dari luat
tubuh (misalnya toksin, bakteri, dll) dan pirogen endogen yang berasal dari dalam tubuh
(misalnya sitokin IL-1, IL-6, TNF). Mekanisme lain yang mungkin berperan sebagai pirogen
eksogen, misalnya endotoksin yang berasal bakteri yang merangsang terjadinya demam.
Terdapat dua jenis bakteri berdasarkan karakteristik dinding selnya, antara lain :

 Bakteri Gram-Negatif
Pirogenitas bakteri Gram-negatif (misalnya Escherichia coli, Salmonela) disebabkan adanya
heat-stable factor yaitu endotoksin, yaitu suatu pirogen eksogen yang pertama kali ditemukan.
Komponen aktif endotoksin berupa lapisan luar bakteri yaitu lipopolisakarida (LPS).

 Bakteri Gram-Positif
Pirogen utama bakteri gram-positif (misalnya Stafilokokus) adalah peptidoglikan dinding sel.
Bakteri gram-positif mengeluarkan eksotoksin, dimana eksotoksin ini dapat menyebabkan
pelepasan daripada sitokin yang berasal dari T-helper dan makrofag yang dapat menginduksi
demam. Per unit berat, endotoksin lebih aktif daripada peptidoglikan. Hal ini menerangkan
perbedaan prognosis yang lebih buruk berhubungan dengan infeksi bakteri gram-negatif.
Penyakit yang melibatkan produksi eksotoksin oleh basil gram-positif (misalnya difteri,
tetanus, dan botulinum) pada umumnya demam yang ditimbulkan tidak begitu tinggi
dibandingkan dengan gram-positif piogenik atau bakteri gram-negatif lainnya.
Pirogen eksogen biasanya merangsang demam dalam 2 jam setelah terpapar. Tubuh
yang telah diserang akan berusaha menghancurkan atau memfagositosis pirogen tersebut
melalui leukosit darah, makrofag, dan limfosit. Proses ini memicu pelepasan sitokin IL-1 oleh
makrofag ke dalam cairan tubuh sehingga memicu pelepasan metabolit asam arakidonat
(prostaglandin E2/ PGE2). PGE2 ini akan melewati blood brain barrier hingga sampai di
hipotalamus untuk membangkitkan reaksi demam.
ETIOLOGI DEMAM
Demam dapat disebabkan oleh 2 faktor yaitu, infeksi dan non-infeksi
Demam infeksi

Infeksi dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, bakteri, virus, dan parasit.

 Bakteri
Apabila bakteri atau hasil pemecahan bakteri ada terdapat di dalam jaringan atau dalam darah,
keduanya akan difagositosis oleh leukosit darah, makrofag jaringan dan limfosit pembunuh
bergranula besar. Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil pemecahan bakteri dan
melepaskan sitokin. Salah satu yang penting dari sitokin ini yang menyebabkan demam
adalah interleukin-1. Tipe demam yang disebabkan oleh bakteri adalah demam siklik karena
terjadi kenaikan suhu selama beberapa hari, lalu diikuti periode bebas demam selama 1-3 hari
setelah itu terjadi kenaikan suhu kembali, contohya demam pada penyakit Leptospirosis.
 Virus
Virus terdiri atas genom asam nukleat yaitu, DNA atau RNA yang dikelilingi oleh
pembungkus protein (disebut kapsid). Fagosit, sel-sel dendritik (sel di epitel dan semua
jaringan yang berfungsi menangkap mikroba), dan banyak sel lain mengekspresikan reseptor
yang mendeteksi keberadaan patogen infeksius. Reseptor-reseptor ini tergabung dalam Toll-
like Receptor (TLR). TLR yang berada di membran plasma mengenali produk bakteri seperti
Lipopolisakarida (LPS) dan TLR yang berada di endosomal mengenali RNA atau DNA virus.
Pengenalan inilah yang menstimulasi disekresikan mediator radang yaitu sitokin yang
menyebabkan demam. Tipe demam yang disebabkan oleh virus adalah demam siklik
dikarenakan pada demam siklik terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikut
periode bebas demam untuk beberapa hari dan kemudian terjadi kenaikan suhu badan
kembali, contohnya pada penyakit Demam Berdarah Dengue.
 Parasit
Adanya parasit, seperti cacing dalam tubuh manusia akan direspon oleh IL-6 yang akan
menginduksi respons fase akut sistemik yang dikaitkan dengan infeksi atau kerusakan,
termasuk demam. Tipe demam yang disebabkan oleh cacing adalah demam kontinyu karena
variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari 1 derajat, contohnya demam pada
penyakit Malaria.

Demam non infeksi


Demam akibat faktor non infeksi dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain penyakit
autoimun, keganasan, dan pemakaian obat-obatan.
 Penyakit autoimun
Sistem kekebalan tubuh akan melindungi dari penyakit dan infeksi. Tetapi jika seseorang
memiliki penyakit autoimun, sistem kekebalan tubuhnya akan menyerang sel-sel sehat dalam
tubuh secara tidak sengaja. Penyakit autoimun dapat mempengaruhi banyak bagian tubuh.
Demam pada penyakit autoimun berulang dan tidak dapat dijelaskan.
 Keganasan
Disebabkan oleh mutasi gen yang mempengaruhi reseptor RYR-1, yang memfasilitasi
pelepasan kalsium pada otot rangka selama periode eksitasi dan kontraksi. Reseptor ini juga
merupakan tempat pengikatan adenosin trifosfat dan magnesium. Mutasi gen RYR-1
menyebabkan peningkatan kalsium sarcoplasmic dalam miosit, yang menyebabkan kontraksi
otot, yang menyebabkan metabolisme sel yang dipercepat, panas berlebih dan produksi laktat.
Gejala-gejala demam akibat keganasan biasanya muncul dalam beberapa menit sampai
beberapa jam setelah penemuan agen penyebab. Tanda-tanda awal demam akibat keganasan
meliputi takikardi, takipnea, dan kekakuan otot.
 Pemakaian obat
Demam yang diinduksi obat adalah peningkatan suhu tubuh dalam beberapa hari atau minggu
setelah penggunaan obat baru. Obat-obatan yang diketahui menyebabkan demam termasuk
antimikroba, antikonvulsan, antibiotik, simpatomimetik, dan sulfonamid.

Perbedaan Demam infeksi dan non infeksi


Demam infeksi biasanya disertai dengan gejala lainnya, contoh : demam dengan
kepala pusing, demam dengan batuk-batuk. Selain itu, demam infeksi memiliki pola
tersendiri. Demam infeksi virus memiliki demam yang berangsur naik, demam infeksi bakteri
memiliki demam yang naik-turun tetapi tidak dapat mencapai titik normal, dan demam infeksi
parasit memiliki demam yang naik-turun tetapi masih dapat mencapai batas normal.
Sedangkan demam non-infeksi jarang sekali disertai dengan gejala lainnya.
PEMBAHASAN DIAGNOSA

Diagnosis Banding Keterangan


Leptospirosis Pasien melakukan aktivitas membersihkan
selokan di kompleks perumahan, dimana
selokan merupakan tempat yang sering
disinggahi tikus. Bakteri Leptospira sp.
terkandung di dalam urine tikus.

Pasien mengalami nyeri betis dextra dan


sinistra yang merupakan gejala khas pada
penderita Leptospirosis. Nyeri betis dapat
terjadi karena terjadi nekrosis local otot dan
vakuolisasi akibat invasi langsung bakteri
Leptospira sp.

Pasien mengalami konjungtiva kemerahan


dextra dan sinistra (bilateral conjunctival
suffusion) akibat invasi langsung bakteri
pada saat fase leptospiremia.

Urine pasien kecoklatan karena terjadi


tubular necrosis akut akibat invasi bakteri di
ginjal.
Tifoid Masih diperlukan pemeriksaan penunjang uji
Widal dan uji typhidot untuk memastikan
pasien terkena tifoid.

Pasien tidak memiliki riwayat membeli


makanan sembarangan, sehingga
kemungkinan pasien terkena tifoid kecil.

Pada kasus ini, pasien mengalami demam


kontinu, dimana pada penderita tifoid,
demam akan naik sangat tinggi pada malam
hari dan turun ke tingkat normal pada pagi
hari (demam septic).
Malaria Pada kasus, pasien tidak berpergian ke
daerah endemis Malaria sehingga penyakit
malaria dapat disangkal.

Penderita Malaria mengalami splenomegaly.


Pada kasus, pasien tidak mengalami
pembesaran lien (splenomegaly),
kemungkinan pasien menderita Malaria kecil.

Penderita Malaria mengalami anemia ringan


karena merozoit Malaria menyerang eritrosit.
Pada kasus ini, pasien tidak mengalami
anemia, sehingga kemungkinan pasien
menderita malaria kecil.
DBD (Demam Berdarah Dengue) Penderita DBD mengalami demam siklik.
Pada kasus, pasien mengalami demam
kontinu. Kemungkinan pasien mengalami
DBD kecil.

Pasien tidak mengalami ptekie, dimana


ptekie merupakan salah satu gejala khas
DBD.

Pada kasus tidak terdapat orang lain yang


mengalami DBD, kemungkinan pasien
tertular dan terkena DBD kecil.
Hepatitis Masih diperlukan pemeriksaan USG, untuk
melihat kondisi hepar.

Masih diperlukan biopsy hepar untuk


mengetahui apakah terdapat inflamasi pada
hepar.

Penderita hepatitis akan mengalami


peningkatan drastis pada pemeriksaan
penunjang SGOT-SGPT, pada kasus, pasien
hanya mengalami sedikit peningkatan SGOT-
SGPT.

Pasien mendapat hasil negative pada


pemeriksaan serologi IgM, sehingga pasien
tidak menderita Hepatitis A

Pasien mendapat hasil negative pada


pemeriksaan serologi HBs Ag, sehingga
pasien tidak menderita Hepatitis B

Penderita Hepatitis mengalami demam siklik,


pada kasus, pasien mengalami demam
kontinu

Patogenesis Leptospirosis

Manusia dapat terinfeksi melalui kontak langsung dengan urine binatang (terutama tikus)
yang terinfeksi leptospira, atau melalui kontak tidak langsung dengan air atau tanah
terkontaminasi urine binatang. Sehingga, orang-orang yang bekerja atau baru saja dari
lingkungan selokan, persawahan, perkebunan, ataupun peternakan berisiko tinggi terjangkit
leptospirosis.

Setelah bakteri leptospira masuk ke dalam tubuh manusia, bakteri akan memasuki aliran
darah, tersebar ke seluruh tubuh, bahkan memasuki cairan serebrospinal.

Mekanisme yang terlibat dalam pathogenesis leptospirosis:


1. Invasi langsung bakteri
2. Inflamasi non-spesifik
3. Reaksi imunologi
RINGKASAN

Demam adalah peningkatan suhu tubuh normal dalam hubungannya dengan peningkatan titik
set hipotalamus. Demam dapat dibedakan menjadi demam septic, intermitten, remitten,
kontinyu, siklik. Demam dapat disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, parasit) maupun non-
infeksi (auto-imun, keganasan, pemakaian obat). Demam terjadi karena adanya pirogen
endogen maupun eksogen yang merangsang sekresi pirogen endogen hingga terjadinya
demam akibat aktivasi set-point pada hipotalamus.
Pada kasus, pasien Abimayu mengalami demam, nyeri betis bilateral, mual muntah, sakit
kepala, konjungtiva kemerahan, urine kecoklatan, timbul benjolan di submandibular. Dari
gejala tersebut, kami dapat menentukan beberapa diagnosis banding yaitu Leptospirosis,
Malaria, DBD, Hepatitis, Tifoid.
Untuk mengetahui diagnosis definitif kami memerlukan pemeriksaan penunjang yaitu USG,
Biopsi, uji typhidot, uji Widal. Berdasarkan pemeriksaan penunjang yang kami terima (tes
darah lengkap, tes serologi, urinalisis), maka diagnosis definitif sementara pasien adalah
Leptospirosis. Alasan pendukung kami diantaranya:
1. Demam yang dialami pasien merupakan demam kontinu, dimana demam kontinu terjadi
pada penderita infeksi bakteri
2. Nyeri betis yang dialami pasien merupakan akibat dari necrosis local otot dan vakuolisasi
akibat dari invasi langsung bakteri leptospira
3. Bilateral conjunctival suffusion (Konjungtiva kemerahan bilateral) terjadi karena invasi
langsung bakteri leptospira di daerah mata
4. Pembesaran kelenjar getah bening di bawah submandibular dapat disebabkan karena invasi
langsung bakteri leptospira dan kerja kelenjar yang berlebihan untuk mengeliminasi bakteri
5. Urine pasien kecoklatan karena terjadi tubular necrosis akut akibat invasi bakteri di ginjal
PETA KONSEP
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai