KELOMPOK 5
Nydia Ongalia 1523018003
Prayas Dharani Prasanti 1523018026
Gabriella Edeline Puteri Purnama 1523018032
Jevani Chrisya Tanjaya 1523018040
Angelita Rere Kinanti 1523018042
Gusti Agung Dwiky Parasara 1523018046
Sandy Nurkasih Todingdatu 1523018048
I Gede Aryadinata 1523018050
Jesselyn Mochtar 1523018078
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
2019
DAFTAR ISI
SKENARIO PEMICU
Tn Abimayu, seorang pegawai kantor berusia 35 tahun berkonsultasi ke dokter dengan
demam sejak 5 hari. Demam dirasakan sepanjang hari. Demam turun bila minum obat namun
tidak sampai normal dan 3 jam kemudian demam mulai tinggi kembali. Badan sakit semua,
terutama bagian betis kanan dan kiri; perut bagian atas kembung, nafsu makan menurun,
KATA KUNCI
1. Demam dewasa
2. Nyeri betis kanan dan kiri
RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan pengertian demam!
2. Jelaskan klasifikasi demam!
3. Jelaskan mekanisme thermoregulasi!
4. Jelaskan patofisiologi demam!
5. Jelaskan etiologi demam!
MIND MAP
DEMAM DEWASA
DEMAM REMITEN
PARASIT LINGKUNGAN
DEMAM INTERMITEN
VIRUS KEGANASAN
DEMAM KONTINYU
BAKTERI OBAT
DEMAM SIKLIK
JEJAS IMUN
SITOKIN PIROGEN
FAGOSIT MONONUKLEAR
STATUS MEDIK
1. Identitas Pasien
Nama : Abimayu
Usia : 35 tahun
Pekerjaan : Pegawai kantor
Status : Menikah (1 istri, 1 anak)
1. Keluhan Utama
Demam sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit
2. Keluhan Tambahan
- Badan terasa sakit, terutama bagian betis kanan dan kiri
- Perut bagian atas kembung
- Nafsu makan menurun
- Mual dan muntah 3 hari sebelum masuk rumah sakit, setiap sesudah makan dan
minum
- Buang Air Kecil berwarna cokelat sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, jumlah
berkurang
6. Riwayat Pengobatan
Pasien mengkonsumsi Paracetamol 500mg yang di beli sendiri di apotek
PEMERIKSAAN FISIK
1) Keadaan Umum
- Kesadaran : Compos mentis (tampak sakit)
- Status Gizi : BB 55 kg, TB 160 cm , BMI 21.5 (normal)
- Cara bicara : normal, koheren
- Cara berbaring : normal
2) Tanda-tanda Vital
- Tekanan darah : 110/80 mmHg
- Denyut nadi : 110x / menit
- Frekuensi napas : 20x / menit
- Suhu : Axillar 38C
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan Darah Lengkap
- Hemoglobin : 13 gr/dL
- Eritrosit : tidak ada data
- Hematokrit : 40%
- Leukosit : 14.000/mm3
- Neutrophil : 85%
- Limfosit : 10%
- Monosit : 5%
- Trombosit : 75.000/mm3
- Laju endap darah : tidak ada data
- SGOT : 55 U/L
- SGPT : 40 U/L
- Bilirubin total : 4 mg/dL
- Bilirubin indirect : 2 mg/dL
- Albumin : tidak ada data
- BUN : 30 mg/dL
- Serum kreatinin : 3,1 gr/dL
2) Urinalisis
- Urobilinogen : positif
- Protein : negatif
- Eritrosit : +2
- Leukosit : negatif
- Bilirubin : positif
- Glukosa : negatif
- Nitrit : negatif
3) Sedimen Urin
- Leukosit : 2-3
- Eritrosit : 50/lapang pandang
- Epitel : beberapa
- Kristal : tidak ada
4) Tes Serologi
- IgG : negatif
- IgM : negatif
- HBs Ag : negatif
DIAGNOSA
1) Diagnosa Kerja : demam dewasa
2) Diagnosa Banding
- Leptospirosis
- Tifoid
- Malaria
- DBD (Demam Berdarah Dengue)
- Hepatitis
3) Diagnosa Definitif : Leptospirosis
PROGNOSIS
Jika tidak ada ikterus, penyakit jarang fatal. Namun, jika terjadi leptospirosis berat atau
Weil’s disease dengan gejala awal demam, nyeri otot dan diikuti dengan gangguan fungsi
ginjal sampai kegagalan ginjal, timbul ikterus dengan conjunctival suffusion serta gangguan
hemostasis dengan perdarahan pada kulit dan selaput lendir.
TATA LAKSANA
Farmako
Pemberian antibiotik harus dimulai sedini mungkin karena akan meningkatkan angka
kesembuhan atau memperbaiki prognosis. Antibiotik dapat diberikan selama 7 sampai 10 hari.
Berbagai jenis golongan antibiotik dapat diberikan kepada pasien contohnya Penicilin G,
Amoxicilin, Cephalosporin
Non Farmako
Pasien dianjurkan untuk :
Lindungi diri dari resiko infeksi dengan mengenakan alat pelindung: sepatu tahan air,
kacamata googles, sarung tangan.
Mengurangi populasi reservoir hewan tertentu misalnya tikus.
Pisahkan waduk hewan dari pemukiman seperti diberi pagar.
Bersihkan lingkungan, usahakan selalu bersih.
Memperbanyak konsumsi air putih.
Monitor kadar kreatinin dan elektrolit untuk melihat kesembuhan.
PEMBAHASAN
DEMAM
Suhu normal tubuh adalah <37,20 C di pagi hari dan <37,70 C di malam hari karena
pusat termoregulasi hipotalamus menyeimbangkan produksi panas berlebih dari aktivitas
metabolisme otot dan hati dengan pelepasan panas dari kulit dan paru-paru.
Demam adalah peningkatan suhu tubuh normal dalam hubungannya dengan
peningkatan titik set hipotalamus.
Penyebab infeksi umum terjadi:
Hiperpireksia : suhu > 41,50C yang dapat terjadi dengan infeksi berat tetapi lebih sering
terjadi pada perdarahan CNS.
Hyperthermia: Pengaturan yang tidak teratur dari titik set hipotalamus bersamaan dengan
peningkatan suhu tubuh yang tidak terkontrol yang melebihi kemampuan tubuh untuk
kehilangan panas. hipertensi tidak melibatkan molekul pirogenik.
Heat stroke: kegagalan termoregulasi dalam kaitannya dengan lingkungan yang hangat.
- exertional: disebabkan oleh olahraga di panas tinggi atau kelembaban
- non exertional: biasanya terjadi pada individu yang sangat muda atau lanjut usia selama
gelombang panas
-Drug-induced: disebabkan oleh obat-obatan seperti inhibitor monoamine oksidase,
antidepresan tricyclic, amfetamin dan kokain dan agen terlarang lainnya.
Hipertermia maligna: hipertermia dan respons sistemik terhadap anestesi inhalasi pada pasien
dengan hipertermia genetic Syndrome Neuroleptik ganas disebabkan oleh penggunaan agen
neuroleptik dan terdiri dari kekakuan otot pipa timbal, efek samping ekstrapiramidal
disregulasi otonom dan hipertermia.
KLASIFIKASI DEMAM
1. Demam septik : pada tipe demam septik, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi
sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari. Sering
disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke
tingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
2. Demam remiten : pada tipe demam remiten, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak
pernah mencapai suhu badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat
mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat pada demam septik.
3. Demam intermiten : pada tipe demam intermiten, suhu badan turun ke tingkat yang normal
selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua hari sekali
disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas demam di antara dua serangan demam
disebut kuartana.
4. Demam kontinyu : pada tipe demam kontinyu, variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda
lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menurus tinggi sekali disebut
hiperpireksia.
5. Demam siklik : pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhuh badan selama beberapa hari
yang diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh
kenaikan suhu seperti semula.
TERMOREGULASI TUBUH
Suhu tubuh merupakan perbandingan antara panas yang diproduksi tubuh dan panas
yang dikeluarkan tubuh. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi variasi suhu tubuh masing-
masing individu:
1. Basal Metabolic Rate (BMR): Kebutuhan kalori minimal tiap individu berbeda-beda
sehingga kecepatan metabolisme juga berbeda.
2. Usia : Suhu tubuh pada anak-anak masih belum stabil bila dibandingkan dengan dewasa
yang sudah stabil.
3. Status gizi : Pada pasien dengan kekurangan gizi (malnutrisi), terjadi kekurangan energi
untuk metabolisme sehingga tubuh akan meminimalkan metabolisme sehingga suhu tubuh
turun. Pada pasien dengan gizi cukup, tubuh dapat menjaga kestabilan suhu karena terdapat
jaringan lemak yang merupakan isolator tubuh.
6. Stress
1. Vasodilatasi pembuluh darah di kulit untuk meningkatkan perpindahan panas ke kulit. Hal
ini terjadi karena penghambatan saraf simpatis oleh hipotalamus posterior.
2. Berkeringat.
1. Radiasi: Perpindahan panas dari obyek dengan suhu lebih tinggi ke obyek dengan suhu
lebih rendah melalui gelombang panas inframerah (tanpa kontak langsung). Contoh:
peningkatan suhu tubuh saat berada didekat api.
2. Konduksi: Perpindahan panas dari obyek dengan suhu lebih tinggi ke obyek dengan suhu
lebih rendah melalui kontak langsung.
3. Konveksi: Perpindahan panas dari obyek dengan suhu lebih tinggi ke obyek dengan suhu
lebih rendah melalui aliran udara.
4. Evaporasi: Perpindahan panas dari bentuk uap ke bentuk cair, contohnya berkeringat
PATOFISIOLOGI DEMAM
Hipotalamus merupakan tempat pengaturan suhu tubuh. Terdapat dua bagian dari
hipotalamus yang berfungsi dalam pengaturan suhu, yakni di area pre-optik hipotalamus
anterior yang merespon terhadap suhu panas, dan hipotalamus posterior yang merespon
terhadap suhu dingin. Tubuh kita memiliki suhu inti tubuh atau yang disebut sebagai set point
yang berperan dalam pengaturan suhu tubuh. Set point ini sekitar 37,1° C. Jika suhu di bawah
nilai tersebut, maka pembentukan panas akan lebih besar daripada pengeluaran panas dengan
tujuan agar suhu tubuh kembali ke set point begitu pula sebaliknya.
Demam berarti suhu tubuh di atas batas normal. Demam bisa terjadi karena adanya zat
yang disebut pirogen. Terdapat dua jenis pirogen, yaitu pirogen eksogen yang berasal dari luat
tubuh (misalnya toksin, bakteri, dll) dan pirogen endogen yang berasal dari dalam tubuh
(misalnya sitokin IL-1, IL-6, TNF). Mekanisme lain yang mungkin berperan sebagai pirogen
eksogen, misalnya endotoksin yang berasal bakteri yang merangsang terjadinya demam.
Terdapat dua jenis bakteri berdasarkan karakteristik dinding selnya, antara lain :
Bakteri Gram-Negatif
Pirogenitas bakteri Gram-negatif (misalnya Escherichia coli, Salmonela) disebabkan adanya
heat-stable factor yaitu endotoksin, yaitu suatu pirogen eksogen yang pertama kali ditemukan.
Komponen aktif endotoksin berupa lapisan luar bakteri yaitu lipopolisakarida (LPS).
Bakteri Gram-Positif
Pirogen utama bakteri gram-positif (misalnya Stafilokokus) adalah peptidoglikan dinding sel.
Bakteri gram-positif mengeluarkan eksotoksin, dimana eksotoksin ini dapat menyebabkan
pelepasan daripada sitokin yang berasal dari T-helper dan makrofag yang dapat menginduksi
demam. Per unit berat, endotoksin lebih aktif daripada peptidoglikan. Hal ini menerangkan
perbedaan prognosis yang lebih buruk berhubungan dengan infeksi bakteri gram-negatif.
Penyakit yang melibatkan produksi eksotoksin oleh basil gram-positif (misalnya difteri,
tetanus, dan botulinum) pada umumnya demam yang ditimbulkan tidak begitu tinggi
dibandingkan dengan gram-positif piogenik atau bakteri gram-negatif lainnya.
Pirogen eksogen biasanya merangsang demam dalam 2 jam setelah terpapar. Tubuh
yang telah diserang akan berusaha menghancurkan atau memfagositosis pirogen tersebut
melalui leukosit darah, makrofag, dan limfosit. Proses ini memicu pelepasan sitokin IL-1 oleh
makrofag ke dalam cairan tubuh sehingga memicu pelepasan metabolit asam arakidonat
(prostaglandin E2/ PGE2). PGE2 ini akan melewati blood brain barrier hingga sampai di
hipotalamus untuk membangkitkan reaksi demam.
ETIOLOGI DEMAM
Demam dapat disebabkan oleh 2 faktor yaitu, infeksi dan non-infeksi
Demam infeksi
Infeksi dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, bakteri, virus, dan parasit.
Bakteri
Apabila bakteri atau hasil pemecahan bakteri ada terdapat di dalam jaringan atau dalam darah,
keduanya akan difagositosis oleh leukosit darah, makrofag jaringan dan limfosit pembunuh
bergranula besar. Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil pemecahan bakteri dan
melepaskan sitokin. Salah satu yang penting dari sitokin ini yang menyebabkan demam
adalah interleukin-1. Tipe demam yang disebabkan oleh bakteri adalah demam siklik karena
terjadi kenaikan suhu selama beberapa hari, lalu diikuti periode bebas demam selama 1-3 hari
setelah itu terjadi kenaikan suhu kembali, contohya demam pada penyakit Leptospirosis.
Virus
Virus terdiri atas genom asam nukleat yaitu, DNA atau RNA yang dikelilingi oleh
pembungkus protein (disebut kapsid). Fagosit, sel-sel dendritik (sel di epitel dan semua
jaringan yang berfungsi menangkap mikroba), dan banyak sel lain mengekspresikan reseptor
yang mendeteksi keberadaan patogen infeksius. Reseptor-reseptor ini tergabung dalam Toll-
like Receptor (TLR). TLR yang berada di membran plasma mengenali produk bakteri seperti
Lipopolisakarida (LPS) dan TLR yang berada di endosomal mengenali RNA atau DNA virus.
Pengenalan inilah yang menstimulasi disekresikan mediator radang yaitu sitokin yang
menyebabkan demam. Tipe demam yang disebabkan oleh virus adalah demam siklik
dikarenakan pada demam siklik terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikut
periode bebas demam untuk beberapa hari dan kemudian terjadi kenaikan suhu badan
kembali, contohnya pada penyakit Demam Berdarah Dengue.
Parasit
Adanya parasit, seperti cacing dalam tubuh manusia akan direspon oleh IL-6 yang akan
menginduksi respons fase akut sistemik yang dikaitkan dengan infeksi atau kerusakan,
termasuk demam. Tipe demam yang disebabkan oleh cacing adalah demam kontinyu karena
variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari 1 derajat, contohnya demam pada
penyakit Malaria.
Patogenesis Leptospirosis
Manusia dapat terinfeksi melalui kontak langsung dengan urine binatang (terutama tikus)
yang terinfeksi leptospira, atau melalui kontak tidak langsung dengan air atau tanah
terkontaminasi urine binatang. Sehingga, orang-orang yang bekerja atau baru saja dari
lingkungan selokan, persawahan, perkebunan, ataupun peternakan berisiko tinggi terjangkit
leptospirosis.
Setelah bakteri leptospira masuk ke dalam tubuh manusia, bakteri akan memasuki aliran
darah, tersebar ke seluruh tubuh, bahkan memasuki cairan serebrospinal.
Demam adalah peningkatan suhu tubuh normal dalam hubungannya dengan peningkatan titik
set hipotalamus. Demam dapat dibedakan menjadi demam septic, intermitten, remitten,
kontinyu, siklik. Demam dapat disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, parasit) maupun non-
infeksi (auto-imun, keganasan, pemakaian obat). Demam terjadi karena adanya pirogen
endogen maupun eksogen yang merangsang sekresi pirogen endogen hingga terjadinya
demam akibat aktivasi set-point pada hipotalamus.
Pada kasus, pasien Abimayu mengalami demam, nyeri betis bilateral, mual muntah, sakit
kepala, konjungtiva kemerahan, urine kecoklatan, timbul benjolan di submandibular. Dari
gejala tersebut, kami dapat menentukan beberapa diagnosis banding yaitu Leptospirosis,
Malaria, DBD, Hepatitis, Tifoid.
Untuk mengetahui diagnosis definitif kami memerlukan pemeriksaan penunjang yaitu USG,
Biopsi, uji typhidot, uji Widal. Berdasarkan pemeriksaan penunjang yang kami terima (tes
darah lengkap, tes serologi, urinalisis), maka diagnosis definitif sementara pasien adalah
Leptospirosis. Alasan pendukung kami diantaranya:
1. Demam yang dialami pasien merupakan demam kontinu, dimana demam kontinu terjadi
pada penderita infeksi bakteri
2. Nyeri betis yang dialami pasien merupakan akibat dari necrosis local otot dan vakuolisasi
akibat dari invasi langsung bakteri leptospira
3. Bilateral conjunctival suffusion (Konjungtiva kemerahan bilateral) terjadi karena invasi
langsung bakteri leptospira di daerah mata
4. Pembesaran kelenjar getah bening di bawah submandibular dapat disebabkan karena invasi
langsung bakteri leptospira dan kerja kelenjar yang berlebihan untuk mengeliminasi bakteri
5. Urine pasien kecoklatan karena terjadi tubular necrosis akut akibat invasi bakteri di ginjal
PETA KONSEP
DAFTAR PUSTAKA