Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

KLIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN JIWA


MENARIK DIRI

A. KASUS (MASALAH UTAMA)


Gangguan interaksi sosial: menarik diri

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Pengertian
Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan
kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
Isolasi sosial merupakan keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang
karena orang lain dianggap menyatakan sikap negatif dan mengancam
dirinya (Townsed, 2008). Perilaku isolasi sosial menarik diri merupakan
suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya
kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptif dan
mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan social (Keliat, 2011). Jadi,
menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan
orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain.

2. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala yang ditemui pada pasien menarik diri menurut Keliat
(2009) yaitu:
a. Subyektif : didapati klien menolak berkomunikasi, menjawab pertanyaan
singkat seperti kata iya, tidak, tidak tahu
b. Obyektif: apatis, ekspresi sedih, efek tumpul, menghindari orang lain,
komunikasi kurang (klien tampak tidak bercakap-cakap dengan orang
lain), tidak ada kontak mata, klien sering menunduk, berdiam diri di
ruangan/kamar kurang mobilitasnya, menolak berhubungan dengan orang
lain, pergi jika diajak bercakap-cakap, tidak melakukan kegiatan sehari-
hari, posisi janin saat tidur

1
3. Penyebab
a. Faktor predisposisi
Menurut Stuart dan sundeen (2007)
a. Faktor perkembangannya
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui
individu dengan sukses. Karena apabila tugas perkembangannya ini
tidak dapat terpenuhi maka akan menghambat masa perkembangan
selanjutnya.
b. Faktor sosial budaya
Isolasi sosial/mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan berhubungan.
c. Faktor biologis
Genetic merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.
Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota
keluarganya ada yang menderita skizofrenia.

b. Faktor presipitasi
Menurut stuart dan sundeen (2007) stressor terjadinya isolasi sosial dapat
ditimbulkan oleh faktor internal dan eksternal.
a. Stressor sosial budaya
Dapat memicu kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain
b. Stressor biokimia
1. Teori dopamine
Kelebihan dopamine pada mesokartikal serta fragrus saraf dapat
berupa indikasi terjadinya skizofrenia
2. Faktor endokrin
Jumlah TSH yang rendah ditemukan pada klien skizofrenia,
demikian pula proklatin mengalami penurunan karena dihambat

4. Akibat
Klien dengan perilaku menarik diri dapat berakibat adanya terjadinya
resiko perubahan sensori persepsi (halusinasi). Halusinasi ini merupakan
salah satu orientasi realitas yang maladaptif, dimana halusinasi adalah
persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya klien

2
menginterpretasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus/ rangsangan
eksternal.
Tanda dan gejala yang ditemui seperti (Keliat, 2009):
- Bicara, senyum dan tertawa sendiri.
- Menarik diri dan menghindar dari orang lain.
- Tidak dapat membedakan tidak nyata dan nyata.
- Tidak dapat memusatkan perhatian.
- Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan
lingkungannya), takut.
- Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung.

C. POHON MASALAH
Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi

Isolasi sosial: menarik diri

Gangguan konsep diri: harga diri rendah

D. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


1. Isolasi sosial: menarik diri
Data subyektif:
Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab dengan
singkat, ya atau tidak.
Data obyektif:
Apatis, ekpresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri dikamar,
banyak diam, kontak mata kurang (menunduk), menolak berhubungan
dengan orang lain, perawatan diri kurang, posisi menekur.
2. Harga diri rendah
Data subyektif:
Klien mengatakan: saya tidak bisa, tidak mampu, bodoh / tidak tahu apa-apa,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri.
Data obyektif:
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri.

3
3. Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi
Data subjektif:
- Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan
stimulus nyata.
- Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata.
- Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus.
- Klien merasa makan sesuatu.
- Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya.
- Klien takut pada suara/ bunyi/ gambar yang dilihat dan didengar.
- Klien ingin memukul/ melempar barang-barang.

Data objektif:
- Klien berbicara dan tertawa sendiri.
- Klien bersikap seperti mendengar/ melihat sesuatu.
- Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu.
- Disorientasi

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Isolasi sosial: menarik diri
2. Harga diri rendah

F. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Diagnosa 1
Tujuan umum:
Tidak terjadi perubahan persepsi sensori: halusinasi
Tujuan khusus:
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
1. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri,
jelaskan tuiuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kesepakatan/ janji dengan jelas tentang topik, tempat, waktu.
a. Beri perhatian dan penghargaan: temani klien walau tidak menjawab
b. Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan terburu-buru,
tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.
2. Klien dapat menyebut penyebab menarik diri

4
Tindakan:
a. Bicarakan penyebab tidak mau bergaul dengan orang lain.
b. Diskusikan akibat yang dirasakan dari menarik diri.
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan hubungan dengan orang lain
Tindakan:
a. Diskusikan keuntungan bergaul dengan orang lain.
b. Bantu mengidentifikasikan kernampuan yang dimiliki untuk bergaul.
4. Klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap: klien dengan
perawat, klien dengan klien lain, klien dengan kelompok, klien dengan
keluarga.
Tindakan:
a. Lakukan interaksi sering dan singkat dengan klien jika mungkin perawat
yang sama.
b. Motivasi temani klien untuk berkenalan dengan orang lain
c. Tingkatkan interaksi secara bertahap
d. Libatkan dalam terapi aktivitas kelompok sosialisasi
e. Bantu melaksanakan aktivitas setiap hari dengan interaksi
f. Fasilitasi hubungan kilen dengan keluarga secara terapeutik
5. Klien dapat mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan orang
lain.
Tindakan:
a. Diskusi dengan klien setiap selesai interaksi/ kegiatan
b. Beri pujian atas keberhasilan klien
6. Klien mendapat dukungan keluarga
Tindakan:
a. Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui
pertemuan keluarga
b. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

Diagnosa 2
Tujuan umum:
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
Tujuan khusus:
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:

5
1. Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi
terpeutik
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan:
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimilikiklien.
b. Setiap bertemu klien hindarkan dari penilaian negatif.
c. Utamakan memberi pujian yang realistik.
3. Klien dapat menilai kemampun yang dimiliki
Tindakan:
a. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan
selama sakit
b. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkn penggunaannya.
4. Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampun
yang dimiliki
Tindakan:
a. Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan
b. Tingkatkan kegiatan sesuai toleransi kondisi klien
c. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan
kemampuannya
Tindakan:
a. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan
b. Beri pujian atas keberhasilan klien
c. Diskusikan kemungkinan pelaksanan di rumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan:
a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
dengan harga diri rendah
b. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat
c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.

6
DAFTAR PUSTAKA

Budi, Anna Keliat, 2009, Model Praktik Keperawatan Professional Jiwa,


EGC, Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall, 2008, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, EGC,
Jakarta.
Depkes RI. (2008). Standar Pedoman Perawatan Jiwa
Kaplan Sadoch. (2007). Sinopsis Psikiatri Edisi 7. Jakarta: EGC
Stuart G W. (2011). Buku Saku Keperawataan Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC
Townsed, Mary C, 2008, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada
Keperawatan Psikiatri: Pedoman Untuk Pembuatan Rencana
Keperawatan, Edisi 3, Alih Bahasa: Novi Helera C.D, EGC, Jakarta.

8
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
KLIEN DENGAN MASALAH MENARIK DIRI
(SP 1 PASIEN)

A. PROSES KEPERAWATAN
1 Kondisi klien

2 Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat menyadari penyebab isolasi sosial.
c. Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
3 Tindakan keperawatan
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal.
b. Membantu klien mengenal penyebab isolasi sosial.
c. Membantu klien mengenal keuntungan berhubungan dengan orang
lain.
d. Membantu klien mengenal kerugian tidak berhubungan.

B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. ORIENTASI (PERKENALAN)
a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum. Selamat pagi”
“Saya Siti, perawat di sini, Siapa nama Bapak? Senang dipanggil
siapa?”
b. Evaluasi/Validasi
”Bagaimana perasaan Bapak hari ini“Apa keluhan Bapak hari
ini?”
c. Kontrak Waktu
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan teman-
teman Bapak?Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau
di ruang tamu? Mau berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit.”
2. KERJA
(jika pasien baru)
”Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan
Bapak? Siapa yang jarang bercakap-cakap dengan Bapak? Apa yang
membuat Bapak jarang bercakap-cakap dengannya?”
(jika pasien sudah lama dirawat)
”Apa yang Bapak rasakan selama Bapak dirawat disini? O.. Bapak
merasa sendirian? Siapa saja yang Bapak kenal di ruangan ini”
“Apa yang menghambat Bapak dalam berteman atau bercakap-cakap
dengan pasien yang lain?”
”Menurut Bapak apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman?
kalau kerugiannya tidak punya teman bagaimana Pak?”
”Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan
orang lain”
”Begini lho Bapak, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan
dulu nama kita dan nama panggilan yang kita suka, asal kita, dan hobi.
”Selanjutnya Bapak menanyakan nama orang yang diajak berkenalan.”
”Setelah Bapak berkenalan dengan orang tersebut Bapak bisa
melanjutkan percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan Bapak
bicarakan. Misalnya tentang cuaca, tentang hobi, tentang keluarga,
pekerjaan dan sebagainya.”

3. TERMINASI
a. Evaluasi Subyektif
”Bagaimana perasaan Bapak setelah kita latihan berkenalan?”
b. Evaluasi Obyektif
”Bapak tadi sudah mempraktikkan cara berkenalan dengan baik
sekali. Selanjutnya Bapak dapat mengingat-ingat apa yang kita
pelajari tadi selama saya tidak ada. Sehingga Bapak lebih siap
untuk berkenalan dengan orang lain.”

10
c. Rencana Tindak Lanjut
“Bapak mau praktikkan lagi.... Mau jam berapa mencobanya. Mari
kita masukkan pada jadwal kegiatan hariannya.”
d. Kontrak
- Topik
“Bapak besok kita bertemu lagi ya..untuk mengajak Bapak
berkenalan dengan teman saya perawat N“
- Waktu
”Besok pagi jam 10 saya akan datang kesini. Bagaimana,
bapak mau kan?”
- Tempat
”Disini saja ya pak....”Baiklah, sampai jumpa.”

11

Anda mungkin juga menyukai