Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
B. Tujuan Percobaan
Menentukan kapasitas dari penukar ion dan memisahkan campuran
Ni2+ dan Fe2+ dengan resin penukar anion.
C. Tinjauan Pustaka
Kromatografi adalah teknik untuk memisahkan campuran menjadi
komponennya dengan bantuan perbedaan sifat fisik masing-masing
komponen. Alat yang digunakan terdiri atas kolom yang didalamnya diisikan
fasa stationer (padatan atau cairan). Campuran ditambahkan ke kolom dari
ujung satu dan campuran akan bergerak dengan bantuan pengembang yang
cocok (fasa mobil). Pemisahan dicapai oleh perbedaan laju turun masing-
masing komponen dalam kolom, yang ditentukan oleh kekuatan adsorbsi atau
koefisien partisi antara fasa mobil dan fasa diam (stationer) (Yoshito
Takeuchi. 2009).
Menurut Yoshito Takeuchi (2009), beberapa contoh kromatografi
yang sering digunakan di laboratorium yaitu;
1. Kromatografi partisi
2. Kromatografi kertas
3. Kromatografi gas
4. HPLC
Metode kromatografi kebanyakan digunakan untuk pemisahan bahan
organik. Sedang kromatografi penukar ion sangat cocok untuk pemisahan ion-
ion anorganik, baik itu kation-kation maupun anion-anion. Pemisahan terjadi
karena pertukaran ion-ion dalam fasa diam. Kromatografi penukar ion juga
terbukti sangat berguna untuk pemisahan asam-asam amino (Soebagio. 2000;
91).
Fasa diam dari dalam kromatografi penukar ion berupa manik-manik
terbuat dari polimer polistirena yang terhubung silang dengan senyawa divinil
benzene. Polimer dengan rantai hubung silang ini disebut resin, mempunyai
gugus fenil bebas yang mudah mengalami reaksi adisi oleh gugus fungsi ionik
(misalnya gugus sulfonat). Sebagai contoh, reaksi pembentuk resin penukar
kation dapat diulis sebagai berikut:
CH=CH CH=CH CH CH2 CH CH2 CH CH2 CH2
CH2CH
CH CH2 CH CH2 CH CH2
H2SO4 berasap
(solvasi)
HSO3
HSO3
CH CH2 CH CH2 CH CH2
HSO3 HSO3
2. Bahan
a. Resin penukar kation yang bersifat asam kuat (Dowex-50W x 8 atau
amberlite IR-120)
b. Larutan natrium sulfat (Na2SO4) 0,25 M
c. Indikator pp
d. Larutan NaOH 0,1 M
e. Aquadest
f. Tissue
g. Kapas
E. Prosedur Kerja
Menentukan Kapasitas Resin Penukar Kation
1. Mengisi sebagian kolom yang berukuran 15 x 1 cm dengan aquadest.
Mengeluarkan udara yang terperangkap pada gelas wool di bagian bawah
kolom tersebut.
2. Menimbang dengan teliti 0,5 gram resin ke dalam botol timbang dan
memindahkan resin tersebut ke dalam kolom dengan menggunakan
corong yang kering.
3. Menambahkan aquadest secukupnya sampai seluruh resin terendam
semua. Mengeluarkan gelembung udara yang ada di dalam dengan cara
memukul-mukul kolom tersebut dengan tabung karet. Selanjutnya
mengatur tinggi air sekitar 1 cm di atas permukaan resin.
4. Mengisi corong pisah dengan 250 mL larutan Na2SO4 0,25 M.
membiarkan larutan tersebut masuk ke dalam kolom dengan kecepatan
kira-kira 2 tetes per 3 menit. Menampung efluen di dalam Erlenmeyer 500
mL. menitrasi efluen dengan larutan standar NaOH 0,10 M dengan
menggunakan indicator pp untuk menentukan titik akhir titrasi.
F. Hasil Pengamatan
Kapasitas resin penukar kation
Konsentrasi NaOH = 0,01 M
Volume NaOH =
Resin = 5 gram
Kapasitas resin =
dititrasi
Efluen (bening) + indicator pp → larutan bening larutan
NaOH 0,01 M
merah jambu.
dititrasi
Efluen (bening) + indicator pp → larutan bening larutan
NaOH 0,01 M
merah jambu.
dititrasi
Efluen (bening) + indicator pp → larutan bening larutan
NaOH 0,01 M
merah jambu.
G. Analisis Data
Dik : Konsentrasi NaOH = 0,01 M
Volume NaOH = 5,73 mL
Massa resin = 5 gram
Volume efluen = 10 mL
Volume Na2SO4 = 250 mL
Dit : Kapasitas resin kation ?
Penyelesaian :
volume Na 2 SO 4
Factor pengenceran =
volume efluen
250 mL
=
10 mL
= 25
Kapasitas Penukar Kation
aV
C = Fp.
w
0,01 M x 5,73 mL
= 25 x 1 meq/mmol
5 gram
= 0,287 meq/gram.
Jadi, kapasitas untuk resin kation adalah 0,287 meq/gram
H. Pembahasan
Dalam percobaan ini, yang akan dilakukan adalah melihat dan
mengamati proses kinerja resin dalam proses pertukaran ion. Proses kinerja
resi akan penggantian ion dapat dilihat nantinya dari hasil perhitungan
kapasitas resin penukar kation.
Sebelum menjelaskan lebih jauh, kita harus memahami bagaimana
resin itu. Resin adalah media atau bahan atau alat penukar ion. Dimana, pada
resin terdapat gugusan reaktif –OH, -COOH, -HS0 3 sebagai pusat- pusat
pertukaran. Sehingga pada saat pertukaran, maka ion yang masuk dan
menggeser kedudukan ion-ion yang labil yang muatannya senama. Untuk
resin penukar anion maka yang akan tergantikan adalah ion-ion yang bersifat
negative (-) dan pada saat resin penukar kation maka yang saling bertukar
adalah kation dengan kation atau ion yang bermuatan positif (+).
Selanjutnya pada saat percobaan dalam kolom dasar kolom diisi
denagn kapas atau gelas wool. Hal ini bertujuan agar resin-resin yang ada
dalam kolom tidak ikut keluar saat pengumpulan fraksi atau larutan yang
keluar dari kolom. Hal itu dapat terjadi karena resin memiliki molekul-
molekul yang kecil dan halus dan bebas bergerak dan mudah keluar dari
corong kolom. Selanjutnya, dalam teori sebaiknya menggunakan gelas wool
agar pada saat penambahan cairan yang pekat, penyaring tetap utuh dan
mampu menfilter dibandingkan kapas yang sangat mudah hancur saat terkena
larutan pekat. Namun gelas wool tidak digunakan karena adanya beberapa
pertimbangan yakni : gelas wool sangat mudah masuk ke pori-pori kulit dan
mampu mengakibatkan infeksi, kemudian mudahnya terhirup dan sehingga
akan mengendap pada paru-paru.
Penambahan air diatas kapas agar membasahi sedikit kapas sehinnga
proses ion yang akan keluar tidak terlalu lama karena kapas telah basah
terlebih dahulu. Sealin itu agar resin yang masuk tidak kering dan kolom tidak
kering dan telah siap melakukan reaksi agar kolom tidak pecah dan ataupun
retak karena resin yang dalam tidak retak.
Kemudian penambahan air hingga menutupu resin. Selanjutnya
memasukkan Na2SO4 pada kolom dengan kecepatan yang telah ditentukan.
Hal ini dilakukan agar volume larutan yang masuk tidak begitu banyak
didalam kolom dan merusak keadaan kolom.
Kecepatan filtrate diatur dan disamakan kecepatan Na2SO4. Agar
proses pertukaran ion berjalan sempuran. Berdasarkan kapasitas resin yang
didapatkan, dinyatakan bahwasanya kekuatan resin kation untuk mengubah
atau mengganti kation tidak terlalu besar hanya 0,287 meq/ gram.
Reaksinya adalah:
2 RH+ + 2 Na+ → 2 RNa + 2 H+
Pada resin, terjadi pertukaran antara H+ dan Na+ terjadi karena daya
dorong Na+ yang lebih besar terhadap H+ sehingga mengganti kedudukan H+
pada resin. Hal ini terjadi apabila berada pada kondisi yang sama dan
bervalensi sama, maka untuk ion-ion yang bervalensi 1, penyerapan oleh resin
akan semakin kuat apabila ukuran ion yang terhidratasi semakin kecil
(soebagio,95). Sehinnga H+ sangat mudah keluar dari resin dan digantikan
oleh Na+ karena ukuran H+ yang lebih kecil dari Na+. Karena Na+ lebih besar
dari H+ maka Na+ lebih kuat terikat pada resin menggantikan pada posisi H+.
Menurut Khopkar (108) pada resin penukar kation H+ merupakan ion yang
bersifat labil, sehingga pada resin asam lemah yang mengandung gugus –
COOH, Na sangat mudah menggantikan H+ membentuk – COONa.
Pada kromatografi penukar ion, fasa diamnya meliputi resin yang
terbuar dari polistirena yang terhubung silang debgab divinil benzene.
Sedangkan fasa geraknya adalah pelarut yaitu Na2PO4.
I. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
a. Perukaran ion dapat dilakukan dengan menggunakan resin sesuai
dengan ion yang akan ditukarkan.
b. Resin memiliki kapasitas manimum dan maksimum untuk
menggantikan ion-ion.
c. Titrasi menunjukkan ion yang keluar yang tidak stabil karena ionnya
masih ada terperangkap pada resin.
2. Saran
a. Diharapkan kepada laboran agar menyediakan bahan-bahan yang akan
dipercobakan.
b. Diharapkan kepada asisten untuk dapat menyampaikan pengetahuan
yang terkait dengan percobaannya.
c. Diharapkan kepada para praktikan agar tidak terlalu berharap dengan
asisten, namun berusaha mencoba sendiri menyusun dan merangkai
alat-alatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Hartono, Anton J. dan Prof. Konrad Dofner. 1995. Iptek Penukar Ion. Yogyakarta:
Penerbit Andi Offset Yogyakarta.
Khopkar, SM. 2007. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI- Press.
CH2N(CH3)3Cl
HSO3