Anda di halaman 1dari 13

BAB II

KONSEP MEDIK

2.1 Definisi Hipertiroidisme


Hipertiroidisme merupakan salah satu penyakit gangguan kelenjar endokrin yang
disebabkan karena peningkatan produksi hormone tiroid secara berlebihan oleh kelenjar
tiroid. Penyakit ini ditemukan pada 2% wanita dan 0,2% pria di seluruh populasi dengan
insiden munculnya kasus pertahun sebanyak dua puluh orang penderita tiap satu juta
populasi (Fumarola et al, 2010).
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau
hipotalamus. Penigkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan
TSH dan TRF karena umpan balik negatif TH terhadap pelepasan keduanya.
Hipertiroidisme akibat malfungsi hipofisis memberikan gambaran kadar TH dan
TSH yang tingg. TRF akan rendah karena umpan balik negative dari HT dan TSH.
Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan memperlihatkan HT yang tinggi
disertai TSH dan TRH yang berlebihan.
Hipertiroidisme adalah keadaan dimana terjadi peningkatan hormone tiroid lebih dari
yang dibutuhkan tubuh. Tirotoksikrosis merupakan istilah yang digunakan dalam manifestasi
klinis yang terjadi ketika jaringan tubuh distimulasi oleh peningkatan hormone tiroid
(Tarwoto, dkk., 2012).

2.2 Etiologi
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat difungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau
hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan TSH
dan TRF karena umpan balik negative TH terhadap pelepasan keduanya. Menurut Tarwoto,
dkk (2012) penyebab Hipertiroid diantaranya yaitu :

1. Penyakit Graves
Penyakit ini disebabkan karena autoimun, yang ditemukan dalam peredaran
darah yaitu dengan terbentuknya antibody Yang disebut thyroid-stimulating
immunoglobulin (TSI) yang melekati sel sel tiroid.
2. Toxic Nodular Goiter

1
Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa satu
atau banyak. Kata Toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau biji itu tidak
terkontrol oleh TSH sehingga memproduksi hormone tiroid yang berlebihan
3. Minum obat Hormon Tiroid berlebihan
Keadaan demikian tidak jarang terjadi karena periksa laboratorium dan control
ke dokter yang tidak teratur, sehingga pasien terus minum obat tiroid, ada pula orang
yang minum hormone tiroid dengan tujuan menurunkan badan sehingga timbul efek
samping
4. Produksi TSH yang Abnormal
Produksi TSH kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH berlebihan sehingga
merangsang tiroid mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak
5. Tiroiditis (Radang kelenjar tiroid)
Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut tiroiditis pasca
persalinan, dimana pada fase awal timbul keluhan hipertiroid, 2-3 bulan kemudian
keluar gejala tiroid
6. Konsumsi Yodium berlebihan
Bila mengkonsumsi yodium berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid,
kelainan ini biasanya timbul apabila sebelumnya si pasien sudah ada kelainan kelenjar
tiroid.

2.3 Prognosis
Prognosis penyakit penyakit yang berhubungan dengan keadaan hipertiroid tidak
sebaik keadaan hipotiroid. Kemampuan dan pengetahuan seorang pemeriksa sangat
dibutuhkan untuk menentukan prognosis penyakit ini. Kegagalan terapi memberikan
prognosis yang buruk terhadap penyakit hipertiroidisme. (Bahn, RS., et. Al. 2011).

2.4 Manifestasi Klinis


Menurut Tarwoto, dkk (2012) Gejala-gejala penderita Hipertiroid diantaranya :

1. Sistem Kardiovaskular
Meningkatkan Heart rate, stroke volume, kardiak output, peningkatan
kebutuhan oksigen otot jantung, peningkatan vaskuler perifer resisten, tekanan darah
systole dan diastole meningkat 10-15 mmHg, palpitasi, disritmia, kemungkinan gagal
jantung, edema

2
2. Sistem pernafasan : Pernafasan Cepat, Bernafas Pendek, Penurunan kapasitas Paru.
3. Sistem perkemihan : Retensi Cairan, menurunnya otot urine
4. Sistem gastrointestinal
Meningkatnya peristaltic usus, peningkatan nafsu makan, penurunan berat
badan, diare, peningkatan penggunaan cadangan adifose dan protein, penurunan
serum lipid, peningkatan sekresi gastrointestinal, hiponatremia, muntah, dan keram
abdomen
5. Sistem Muskuloskeletal : Keseimbangan protein negative, kelemahan otot, kelelahan
6. Sistem Integumen
Berkeringat yang berlebihan, kulit lembab, merah, hangat, tidak toleransi
panas, keadaan rambut lurus, lembut, halus dan mungkin terjadi kerontokan rambut
7. Sistem Endokrin : biasanya terjadi pembesaran kelenjar tiroid
8. Sistem Saraf : Gugup, gelisah, emosi tidak stabil : Seperti kecemasan, curiga, tegang,
dan emosional
9. Sistem Reproduksi : Amenorhea, Anovulasi, mens tidak teratur, menurunnya libido,
impoten
10. Eksoftalmus
Keadaan dimana bola mata menonjol kedepan seperti mau keluar. Ini terjad
karena adanya penimbunan karbohidrat kompleks yang menahan air dibelakang mata.
Retensi cairan ini mendorong bola mata ke depan sehingga bola mata Nampak
menonjol keluar rongga orbita. Pada keadaan ini dapat terjadi kesulitan saat menutup
mata secara sempurna sehingga mata menjadi kering, iritasi atau kerusakan kornea.

1.5 Klasifikasi / Stage


Berdasarkan etiologinya hipertiroidisme dapat dibagi menjadi beberapa
kategori, secara umum hipertiroidisme yang paling banyak ditemukan adalah
Graves’ Disease, toxic adenoma, dan multinodular goiter.
a. Graves’ Disease

Graves’ disease merupakan penyebab utama hipertiroidisme karena sekitar 80%


kasus hipertiroidisme di dunia disebabkan oleh Graves’ disease. Penyakit ini biasanya
terjadi pada usia 20 – 40 tahun, riwayat gangguan tiroid keluarga, dan adanya
penyakit autoimun lainnya misalnya diabetes mellitus tipe 1 (Fumarola et al, 2010).

3
Graves’ disease merupakan gangguan autoimun berupa peningkatan kadar
hormon tiroid yang dihasilkan kelenjar tiroid Kondisi ini disebabkan karena adanya
thyroid stimulating antibodies (TSAb) yang dapat berikatan dan mengaktivasi
reseptor TSH (TSHr). Aktivasi reseptor TSH oleh TSAb memicu perkembangan dan
peningkakan aktivitas sel-sel tiroid menyebabkan peningkatan kadar hormon tiroid
melebihi normal. TSAb dihasilkan melalui proses respon imun karena adanya paparan
antigen. Namun pada Graves’ Disease sel-sel APC (antigen presenting cell)
menganggap sel kelenjar tiroid sebagai antigen yang dipresentasikan pada sel T helper
melalui bantuan HLA (human leucocyte antigen). Selanjutnya T helper akan
merangsang sel B untuk memproduksi antibodi berupa TSAb. Salah satu faktor risiko
penyebab timbulnya Graves’ Disease adalah HLA. Pada pasien Graves’ Disease
ditemukan adanya perbedaan urutan asam amino ke tujuh puluh empat pada rantai
HLA-DRb1. Pada pasien Graves’ Disease asam amino pada urutan ke tujuh puluh
empat adalah arginine, sedangkan umumnya pada orang normal, asam amino pada
urutan tersebut berupa glutamine

Untuk membantu menegakkan diagnosis pasien menderita Graves’ disease perlu


dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. pemeriksaan yang perlu
dilakukan untuk menegakkan diagnosis Graves’ disease yaitu TSH serum, kadar
hormon tiroid (T3 dan T4) total dan bebas, iodine radioaktif, scanning dan thyrotropin
receptor antibodies (TRAb). Pada pasien Graves’ disease, kadar TSH ditemukan
rendah disertai peningkatan kadar hormon tiroid. Dan pada pemeriksaan dengan
iodine radioaktif ditemukan uptake tiroid yang melebihi normal. Sedangkan pada
teknik scanning iodine terlihat menyebar di semua bagian kelenjar tiroid, dimana pola
penyebaran iodine pada Graves’ disease berbeda pada hipertiroidisme lainnya. TRAb
ditemukan hanya pada penderita Graves’ disease dan tidak ditemukan pada penyakit
hipertiroidisme lainnya sehingga dapat dijadikan sebagai dasar diagnosis Graves’
Disease. Selain itu TRAb dapat digunakan sebagai parameter keberhasilan terapi dan
tercapainya kondisi remisi pasien.
b. Toxic Adenoma
Pada pasien toxic adenoma ditemukan adanya nodul yang dapat memproduksi
hormon tiroid. Nodul didefinisikan sebagai masa berupa folikel tiroid yang memiliki
fungsi otonom dan fungsinya tidak terpengaruhi oleh kerja TSH (Sherman dan

4
Talbert, 2012). Sekitar 2 – 9% kasus hipertiroidisme di dunia disebabkan karena
hipertiroidisme jenis ini.
hanya 3–7% pasien dengan nodul tiroid yang tampak dan dapat teraba, dan 20 –
76% pasien memiliki nodul tiroid yang hanya terlihat dengan bantuan ultra sound.
Penyakit ini lebih sering muncul pada wanita, pasien berusia lanjut, defisiensi asupan
iodine, dan riwayat terpapar radiasi. Pada pasien dengan toxic adenoma sebagian
besar tidak muncul gejala atau manifestasi klinik seperti pada pasien dengan Graves’
disease. Pada sebagian besar kasus nodul ditemukan secara tidak sengaja saat
dilakukan pemeriksaan kesehatan umum atau oleh pasien sendiri. Sebagian besar
nodul yang ditemukan pada kasus toxic adenoma bersifat benign (bukan kanker), dan
kasus kanker tiroid sangat jarang ditemukan. Namun apabila terjadi pembesaran nodul
secara progresif disertai rasa sakit perlu dicurigai adanya pertumbuhan kanker.
iodine yang rendah menyebabkan peningkatan kadar hidrogen peroksida di dalam
kelenjar tiroid yang akan menyebabkan mutasi. Hal ini pada penderita hipertiroidisme
dengan adanya nodul ditemukan adanya mutasi pada reseptor TSH.
a. Toxic Multinodular Goiter
Selain Grave’s Disease dan toxic adenoma, toxic multinodular goiter merupakan
salah satu penyebab hipertiroidisme yang paling umum di dunia. Secara patologis
toxic multinodular goiter mirip dengan toxic adenoma karena ditemukan adanya
nodul yang menghasilkan hormon tiroid secara berlebihan, namun pada toxic
multinodular goiter ditemukan beberapa nodul yang dapat dideteksi baik secara
palpasi maupun ultrasonografi. Penyebab utama dari kondisi ini adalah faktor genetik
dan defisiensi iodine.
b. Hipertiroidisme Subklinis
Graves’ Disease, toxic adenoma, dan toxic multinodular goiter merupakan
penyebab utama hipertiroidisme utama di seluruh dunia dan termasuk dalam jenis
overt hyperthyroidism. Pada hipertiroidisme jenis ini, kadar TSH ditemukan rendah
atau tidak terdeteksi disertai peningkatan kadar T4 dan T3 bebas. Selain ketiga jenis
di atas, sekitar 1% kasus hipertiroidisme disebabkan hipertiroidisme subklinis. Pada
hipertiroidisme sub klinis, kadar TSH ditemukan rendah disertai kadar T4 dan T3
bebas atau total yang normal, 60% kasus hipertiroidisme subklinis disebabkan
multinodular goiter.
c. Postpartum Tiroiditis

5
Timbul pada 5 –10% wanita pada 3-6 bulan pertama setelah melahirkan dan terjadi
selama 1-2 bulan. Umumnya kelenjar akan kembali normal secara perlahan-lahan
(Nursaputri, 2016).

1.6 Patofisiologi
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada
kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari
ukuran normal, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke dalam
folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan
pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan 5-15 kali lebih besar dari pada
normal. Pada hipertiroidisme, konsentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang
“menyerupai” TSH, Biasanya bahan-bahan ini adalah antibody immunoglobulin yang disebut
TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berkaitan dengan reseptor yang mengikat
TSH. Bahan-bahan tersebut merangsang aktivasi CAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya
adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipertiroidisme konsentrasi TSI meningkat.
Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12
jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon
tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar
hipofisis anterior. Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon
hingga diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar
tiroid membesar.
Peningkatan hormon tiroid menyebabkan peningkatan metabolisme, meningkatnya
aktivitas saraf simpatis. Peningkatan metabolisme rate menyebabkan peningkatan produksi
panas tubuh sehingga pasien mengeluarkan banyak keringat dan penurunan toleransi terhadap
panas. Laju metabolisme yang meningkat menimbulkan peningkatan kebutuhan metabolik,
sehingga berat badan pasien akanberkurang karena membakar cadangan energi yang tersedia.
Keadaan ini menimbulkan degradasi simpanan karbohidrat, lemak dan protein sehingga
cadangan protein otot juga berkurang.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat terjadi pada sistem kardiovaskuler yaitu
dengan menstimulasi peningkatan reseptor beta adregenik, sehingga denyut nadi menjadi
lebih cepat, peningkatan cardiac output, stroke volume, aliran darah perifer serta respon
terhadap sekresi dan metabolisme hipothalamus, hipofisis dalam hormon gonad, sehingga
pada individu yang belum pubertas mengakibatkan keterlambatan dalam fungsi seksual,
sedangkan pada usia dewasa mengakibatkan penurunan libido, infertile dan menstruasi tidak

6
teratur. Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang ini, terkadang penderita
hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang
mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya
tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami
gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardia atau diatas normal juga merupakan
salah satu efek hormone tiroid pada system kardiovaskular. Eksopthalamus yang terjadi
merupakan reaksi inflamasi autoimun yang mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-
otot ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar.

7
Pathway Hipertiroid

Fungsi tyroid meningkat tergantung


TSH Hipofisis

Produksi hormone tyroid

Merangsang T3 dan T4 yang


banyak

HIPERTIROID

Perubahan system kardiovaskuler Kebutuhan metabolisme

Kerja jantung untuk memompa Terjadi pembakaran cadangan


energy yang tersedia (Keringat
darah
berlebih)

8
Konsumsi O2 oleh Berat Badan
miokradium

DX. Defisit Nutrisi


Tekanan Darah

Aritmia dan
takikardi

Jantung
berkompensasi

Dispneu

DX. Penurunan Curah


Jantung

9
1.7 Komplikasi
Menurut Tarwoto,dkk (2012) Komplikasi yang diakibatkan oleh Hipertiroid
diantaranya adalah :
1. Eksoftalmus, keadaan dimana bola mata pasien menonjol benjol keluar, hal ini
disebabkan karena penumpukkan cairan pada rongga orbita bagian belakang bola
mata. Biasanya terjadi pasien dengan penyakit graves.
2. Penyakit Jantung, terutama kardioditis dan gagal jantung.
3. Stromatiroid (tirotoksikosis), pada periode akut pasien mengalami demam tinggi,
takikardia berat, derilium, dehidrasi, dan iritabilitas ekstrim. Keadaan ini merupakan
keadaan emergency sehingga penganganan lebih khusus. Faktor presipitasi yang
berhubungan dengan tiroksikosis adalah hipertiroidisme yang tidak terdiagnosis dan
tidak tertangani, infeksi, ablasitiroid, pembedahan, trauma, miokardiak infark,
overdosis obat. Penanganan pasien dengan stromatiroid adalah dengan menghambat
produksi hormon tiroid, menghambat konfersi T4 menjadi T3 dan menghambat efek
hormon terhadap jaringan tubuh. Obat-obatan yang diberikan untuk menghambat
kerja hormon tersebut diantaranya sodium ioded intravena, glococorticoid,
dexamethasone, dan propylthiouracil oral. Beta-blockers diberikan untuk menurunkan
efek stimulasi saraf simpatik dan takikardia.

1.8 Penatalaksanaan
Beberapa faktor hams dipertimbangkan, ialah : Faktor penyebab hipertiroidi, Umur
penderita, Berat ringannya penyakit, Ada tidaknya penyakit lain yang menyertai, Tanggapan
penderita terhadap pengobatannya, Sarana diagnostik dan pengobatan serta pengalaman
dokter dan klinik yang bersangkutan.
Pada dasarnya pengobatan penderita hipertiroid adalah mencegah komplikasi jangka panjang
yang dapat ditimbulkan, kadar hormone didalam sirkulasi harus dinormalkan maka
manifestasinya akan teratasi. Dalam pemilihan cara pengobatan yang sesuai untuk penderita
hipertiroid harus memahami indikasi dan kontraindikasi.
Menurut Hidayat, dkk. (2012) Ada 3 cara pengobatan pada penderita hipertiroid yaitu:
1. Obat-obatan antitiroid

10
a. Propylthiouracil (PTU),merupakan obat antihipertiroid pilihan, tetapi mempunyai
efek samping agranulocitosis sehingga sebelum di berikan harus dicek sel darah
putihnya. PTU tersedia dalam bentuk tablet 50 dan 100 mg.
b. Methimozole (Tapazole), bekerja dengan cara memblok reaksi hormon tiroid
dalam tubuh.obat ini mempunyai efek samping agranulositosis, nyeri kepala, mual
muntah, diare, jaundisce, ultikaria. obat ini tersedia dalam bentuk tablet 3 dan 20
mg.
c. Adrenargik bloker,seperti propanolol dapat diberikan untuk mengkontrol aktifitas
saraf simpatetik.
d. Pada pasien graves yang pertama kali diberikan OAT dosis tinggi PTU 300-
600mg/hari atau methimazole 40-45mg/hari.
2. Radioiod Terapi
Radio aktif iodin-131, iodium radio aktif secara bertahap akan melakukan sel-
sel yang membentuk kelenjar tiroid namun tidak akan menghentikan produksi hormon
tiroid.
3. Bedah Tiroid
Pembedahan dan pengangkatan total atau parsial (tiroidektomy). Operasi
efektif dilakukan pada pasien dengan penyakit graves. Efek samping yang mungkin
terjadi pada pembedahan adalah gangguan suara dan kelumpuhan saraf kelenjar tiroid.

11
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
a. Hipertiroidisme (Hipersekresi Hormon Tiroid) adalah peningkatan produksi dan
sekresi hormone tiroid oleh kelenjar tiroid. Hipertiroidisme dapat terjadi akibat
difungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Peningkatan TSH akibat
malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan TSH dan TRF karena umpan balik
negative TH terhadap pelepasan keduanya.
b. Hipertiroidisme Dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya terbagi menjadi 2 yaitu :
1) Hipertiroid Primer : Terjadinya hipertiroid karena berasal dari kelenjar tiroid itu
sendiri, contohnya : Penyakit Grave, Functioning adenoma, Toxic Multinodular
goiter, tiroiditis
2) Hipertiroid Sekunder : jika penyebab Hipertiroid berasal dari luar kelenjar tiroid,
contohnya : Tumor hipofisis, pemberian hormone tiroid dalam jumlah besar,
pemasukan iodium berlebihan.
c. Pengkajian pada kasus hipertiroid berfokus pada pengidentifikasian kebutuhan dasar
yang mengalami gangguan didukung dengan pemeriksaan laboraturium serta
pemeriksaan penunjang yang terdiri dari tes ACTH, RAI, T3 dan T4 serum dan BMR
d. Adapun diagnosa yang dapat diangkat pada gangguan hipertiroid antara lain
penueunan curah jantung, intoleransi aktivitas, hipertermia, dan gangguan integritas
kulit/jaringan
4.2 Saran
Berdasarkan Laporan Pendahuluan Asuhan keperawatan Pada pasien hipertiroid
demi kebaikan selanjutnya maka kelompok kami menyarankan kepada
a. Tenaga kesehatan khususnya perawat diharapkan untuk dapat memberikan asuhan
keperawatan dengan baik berdasarkan standar keperawatan yang berlaku yang
bertujuan untuk pemulihan kesehatan pasien dan dalam perawatan pasien dengan
hipertiroid
b. Pasien dan Keluarga pasien diharapkan mampu mengenali atau Mengetahui
bagaimana tanda gejala hipertiroid dan mampu tertib dalam perawatan dan terapi
yang diberikan oleh tenaga kesehatan.

12
DAFTAR PUSTAKA
Bahn, RS., Et. Al. 2011. Hyperthyroidism and other causes of thyrotoxicosis

Management Guidelines of the American Thyroid Association and American


Association of clinical Endocrinologists. Endocr Pract.

Fumarola et al. 2010. Hipertiroidisme. Di http://etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63964
/potongan/S1-2013-280476-chapter1.pdf

Hidayat, Taufik., dkk. 2012. Evaluasi Tatalaksana Penderita Hipertiroid Di Klinik


BP2GAKI Magelang. Magelang : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementrian Kesehatan RI.

Kementrian kesehatan RI. 2015. Situasi dan analis penyakit tiroid. Pusat data dan
informasi Kementrian Kesehatan RI

Little,dkk.2017. Dental Manajement Of The Medically Compormised Patient:


Yogyakatra

Nursaputri, S. (2016). Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Bayi


Berat Badan Rendah (Bblr) Pada Wanita Hipertiroid Kehamilan Di Kabupaten Magelang
Tahun 2014. Http://Lib.Unnes.Ac.Id/20276/.

Panduan praktik klinis ikatan dokter anak Indonesia. Diagnosis dan tata laksana
Hipertiroid. Ikatan dokter Indonesia 2017

Setiya, Yulis 2016. Pemeriksaan penunjang dan terapi farmakologis pada


gangguan system endokrin: Hipertiroid. Fakultas keperawatan Universitas Airlangga

Tarwoto, dkk. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta :
EGC.

Tarwoto & Wartonah.2015. Kebutuhan DasarManusia Dan ProsesKeperawatan Edissi: 4


Jakarta. Google schola, diakses pada 8 April 2020
Taylor, Peter N., Et. Al. Global Epidemiology of hyperthyroidism and
hypothyroidism.Journal Nature Reviews Endocrinologhy. 2018. Hal.2

13

Anda mungkin juga menyukai