Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

SHOLAT DALAM ISLAM

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam

DOSEN PENGAMPU :
Abd. Adim, S.E., M.Ag

Disusun Oleh :

Zunaidin (1900311310029)
Muhammad Faisal Madani (1900311310031)
Irvan Wiratama Gunawan (1900311310034)

PROGRAM STUDI DIII AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sudah kita ketahui bersama bahwa ibadah merupakan suatu kewajiban bagi
umat manusia terhadap tuhannya dan dengan ibadah manusia akan
mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat nanti.
Bentuk dan jenis ibadah sangat bermacam-macam, seperti Shalat, puasa, naik
haji, membaca Al Qur’an, jihad dan lainnya.
Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin yang sudah
baligh berakal, dan harus dikerjakan bagi seorang mukmin dalam keadaan
bagaimanapun.
Kata “shalat” (dalam Bahasa arab: shalah) diambil dari akar kata ash-
shalawain, artinya dua ruas anggota badan yaitu tangan dan kaki,yang
menopang saat rukuk dan sujud .seperti halnya istilah jual-beli (dalam Bahasa
arab : Al-ba’u) diambil dari kata ba’ain yang berarti kedua tangan.dalam
praktik jual-beli, kedua tangan inilah yang kemudian berfungi sebagai anggota
badan yang mengambil dan menyerahkan. Adapun kata shaluta bermakna
tempat melakukan shalat. Keterkaitan antara kedua makna itu sangatlah jelas.
Shalat merupkan rukun Islam yang kedua setelah syahadat. Islam didirikan
atas lima sendi (tiang) salah satunya adalah shalat, sehingga barang siapa yang
mendirikan shalat, maka dia telah mendirikan agama, dan barang siapa yang
meninggalkan shalat, maka ia meruntuhkan agama (Islam).
Shalat yang wajib harus didirikan dalam sehari semalam sebanyak lima kali,
berjumlah 17 raka’at. Shalat tersebut wajib dilaksanakan oleh muslim baligh
tanpa terkecuali baik dalam keadaan sehat mapun sakit, dalam keadaan susah
maupun senang, lapang ataupun sempit.Selain shalat wajib yang lima ada juga
shalat sunat.
Untuk membahas lebih lanjut, maka penulis akan membahasnya lebih dalam
di makalah ini.

AGAMA ISLAM 2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Bersuci Sebelum Shalat

“Sholat kalian tidak akan diterima jika masih dalam keadaan tidak suci hingga
kalian melaksanakan wudhu.” (H.R. Muslim)

Bersuci dalam Islam menempati posisi yang sangat penting, mengapa?


Bersuci dapat menyempurnakan iman di satu sisi dan dapat menyempurnakan
sholat di sisi lain. Iman kita akan semakin sempurna jika tubuh kita senantiasa
suci sehingga dalam melakukan ibadah apapun yang sedang dilaksanakan
dapat mencapai kesempurnaan. Tentunya sahabat maukan ibadah yang kita
laksanakan selalu mencapai kesempurnaan. Maka dari itu, jangan
meremehkan keutamaan bersuci sebelum sholat. Rasulullah saw. bersabda :
“Suci adalah separuh dari iman, Alhamdulillah dapat menambah timbangan
amal, Subhanallah dan Alhamdulillah dapat memenuhi langit dan bumi
dengan kebajikan, sholat adalah cahaya, sedekah adalah pembuktian, sabar
adalah penerang, Al-Quran adalah dalil bagimu dan untukmu. Setiap orang
akan pergi, maka hendaklah ia mengikat dirinya dengan hal-hal tersebut.”
(H.R. Muslim).
Bersuci, selain diperintahkan dalam Al-Qur’an atau hadits, juga mengandung
beberapa hikmah dan rahasia yang bisa dipetik sebagaimana yang disarikan

AGAMA ISLAM 3
dari salah seorang ulama Al-Azhar, Kairo, Ali Ahmad Al-Jurjawi dalam
kitabnya Hikmatut Tasyri’.

Pertama, saat waktu shalat, malaikat tak tertarik melihat ada hamba
berpakaian kotor, baunya apek.
Kedua, jika orang sedang berbaris, berjajar dengan manusia lain dalam shaf
shalat, sedang pakaiannya kotor, pasti akan mengganggu jamaah lain. Oleh
karena itu, Islam menyunahkan mandi bagi siapa saja yang ingin shalat jum’at
dan ied. Di sana orang berkumpul, berdesak-desakan menjadi satu. Baju kotor,
bau apek merupakan hal yang mengganggu bagi orang di sekitarnya.
Menyakitkan orang lain dihindari dalam Islam hingga hal yang sedemikian
detail.
Ketiga, wudlu dan mandi itu menumbuhkan semangat baru, mengusir
kemalasan. Orang yang menjalankan ibadah bisa tampil dalam keadaan
segar, fresh dan semangat. Begitu pula bagi orang yang haidl dan nifas.
Keempat, badan-badan yang biasa dibersihkan adalah badan yang biasa dibuat
untuk menjalankan maksiat. Wajah mata yang biasa melihat maksiat,
memakan harta haram, mencium aroma yang tidak seharusnya ia hirup, tangan
mengambil harta yang tidak dengan cara tepat, menyakiti orang lain, kaki
berjalan menuju lokasi yang tidak diridlai Allah, telinga mendengarkan hal
yang dilarang Allah Ta’ala.

B. Pengertian Shalat

Secara bahasa sholat bermakna do’a sedangkan secara istilah, sholat


merupakan suatu ibadah wajib yang terdiri dari ucapan dan perbuatan yang
diawali dengan takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam dengan rukun dan
persyaratan tertentu. Menurut hakekatnya, shalat ialah menghadapkan jiwa
kepada Allah swt yang bisa melahirkan rasa takut kepada kepada Allah dan
bisa membangkitkan kesadaran yng dalam pada setiap jiwa terhadap
kebesaran dan kekuasaan Allah swt. Menurut Ash-shiddieqy, sholat ialah
berharap kepada Allah dengan sepenuh hati, jiwa dan raga, dengan segala
kekhusyuan dihadapan Allah dan ikhlas yang disertai dengn hati yang selalu

AGAMA ISLAM 4
berzikir, berdoa, dan memujinya. Dalam mengerjakan shalat harus selalu
berusaha menjaga kekhusyuan. Secara Bahasa khusyu berasal dari kata
khasya’a yakhsya’u khusyu’an yang berarti memusatkan penglihatan pada
bumi dan memejamkan mata meringankan suara ketika sholat.

C. Sejarah Singkat Shalat

Sebelum shalat lima waktu yang wajib disyariatkan, sesungguhnya Rasulullah


SAW dan para sahabat sudah melakukan ibadah shalat. Hanya saja ibadah
shalat itu belum seperti shalat 5 waktu yang disyariatkan sekarang ini.
Awal mula ada perintah sholat bagi kaum mukmin mukminat ialah ketika
Rasulullah SAW mendapatkan perintah Allah SWT untuk melakukan Isra’
Mi’raj sebelum hijrah nabi ke Madinah yaitu perjalanan dari masjidil haram ke
masjidil aqsho dan dari masjidil aqsho ke sidrotul Muntaha.
Rasulullah dalam perjalanannya ditemani oleh malaikat Jibril dengan menaiki
buroq yang kecepatannya hanya beberapa menit saja, dan yang kita temui
sekarang ini seperti pesawat.
Ketika sampai di sidrotul muntaha Rasulullah diperintahkan untuk
melaksanakan sholat sebanyak 50 sholat. Untuk Rasulullah sendiri sebenarnya
tidak keberatan namun melihat kondisi umatnya maka Rasulullah meminta
keringanan kepada Allah SWT agar dikurangi jumlah shalatnya. Pengurangan
jumlah sholat tersebut akhirnya menjadi 5 sholat dalam sehari semalam. Dan
itu merupakan pengurangan yang terakhir dan tidak bisa dirubah lagi.

D. Tujuan dan Manfaat Shalat

Sholat dalam agama islam menempati kedudukan yang tidak dapat ditandingi
oleh ibadah manapun juga, ia merupakan tiang agama dimana ia tak dapat
tegak kecuali dengan itu. Adapun tujuan didirikannya shalat menurut Al-
Qur’an dalam surah Al –Ankabut : 45

‫صلَوةَ َواَقِ ْي ِم‬ َّ ‫َوا ْل ُم ْن َك َر ا ْلفَ ْحشَا ِء تَ ْن َهى َع ِن ال‬


َّ ‫صلَوةَ اِنَّ ال‬

AGAMA ISLAM 5
Artinya: Kerjakanlah shalat sesungguhnya shalat itu bisa mencegah perbuatan
keji dan munkar.

Juga allah mengfirmankannya dalam surah An-Nuur: 56

‫صالَةَ َواَقِ ْي ُم ْو‬ ُ ‫ت ُْر َح ُم ْونَ لَ َعلَ ُك ْم اال َّر‬


َّ ‫س ْو َل َواَ ِط ْي ُع ْو ال َّز َكوةَ َوآت ُْو ال‬

Artinya : Dan kerjakanlah shalat, berikanlah zakat, dan taat kepada Rasul, agar
supaya kalian semua diberi rahmat.

Dari dalil – dalil Al-Qur'an tersebut tidak ada kata – kata perintah shalat
dengan perkataan “laksanakanlah” tetapi semuanya dengan perkataan
“dirikanlah”. Dari unsur kata – kata melaksanakan itu tidak mengandung
unsur batiniah, sehingga banyak dari mereka yang Islam “melaksanakan”
shalat tetapi mereka masih berbuat keji dan munkar. Sementara kata
“mendirikan” selain mengandung unsur lahir juga mengandung unsur batiniah
sehingga apabila shalat telah mereka dirikan, maka mereka tidak akan berbuat
jahat.

Shalat telah mereka adapun manfaat shalat adalah sebagai berikut :


 Sholat dapat menghapuskan dosa
Ibnu Mas’ud meriwayatkan dari Nabi SAW, beliau bersabda: “
Kamu sekalian berbuat dosa, maka kamu telah melakukan shalat subuh maka
shalatitu membersihkannya, kemudian kamu sekalian berbuat dosa, maka jika
kamumelakukan shalat zhuhur, maka shalat itu membersihkannya,
kemudianberbuat dosa lagi, maka jika kamu melakukan shalat ‘asar maka
shalat itumembersihkannya, kemudian kamu berbuat dosa lagi, maka jika
kamumelakukan shalat maghrib, maka shalat itu membersihkannya, kemudian
kamuberbuat dosa lagi, maka jika kamu melakukan shalat isya’, shalat itu
akanmembersihkannya, kemudian kamu tidur maka tidak lagi di catat dosa
bagikamu hingga kamu bangun.” (HR. Thabrani)
 Mencegah perbuatan keji dan mungkar
“….sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar …”

AGAMA ISLAM 6
(Qs. Al-Ankabut ayat 45)
Sholat adalah salah satu aplikasi dari keimanan yang diambil darikonsekuensi
rukun islam yang pertama. Sebagai muslim yang memilikiiltizam terhadap apa
yang telah menjadi konsekuensi pengakuannyaterhadap keimanannya pada
Allah, maka sholat akan menjadi pencegahkemaksiatan dan kemungkaran dari
dirinya sebagaimana telah disebutkandalam ayat tadi.
 Dzikir, tilawah dan doa-doa dalam sholat sangat baik untuk membersihan
jiwa dan melunakkan perasaan,
menenangkan pikiran dan perasaan.Shalat dengan dipersyaratkannya
membaca AL Fatihah di dalamnya,sementara AL Qur’an menjadi kurikulum
Tsaqafah Islamiyah yangsempurna telah memberikan bekal pada akal dan
fikiran dengan berbagaihakekat ilmu pengetahuan, sehingga orang yang shalat
dengan baik akansehat tubuhnya, lembut perasaannya dan akalnya pun
mendapat gizi

E. Rukun Shalat

Rukun adalah bagian yang menopang sesuatu, dan sesuatu itu tak akan ada
tanpa adanya syarat-syarat sah shalat bagian tersebut. Rukun shalat tidak boleh
ditinggalkan, baik sengaja maupun lupa. Apabila rukunnya ditinggalkan, maka
shalatnya tidak sah. Rukun shalat adalah sebagai berikut :
1. Berniat
Yaitu niat di hati untuk melaksanakan shalat tertentu, hal ini berdasarkan
sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam:  
“Sesungguhnya segala amal perbuatan itu tergantung niatnya”. (Muttafaq
‘alaih)
Dan niat itu dilakukan bersamaan dengan melaksana-kan takbiratul
ihram dan mengangkat kedua tangan, tidak mengapa kalau niat itu sedikit
lebih dahulu dari keduanya.
2. Membaca Takbiratul Ihram
Yaitu dengan lafazh (ucapan) Allaahu Akbar. Hal ini berdasarkan sabda
Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam :

AGAMA ISLAM 7
“Kunci shalat itu adalah bersuci, pembatas antara per-buatan yang boleh
dan tidaknya dilakukan waktu shalat adalah takbir, dan pembebas dari
keterikatan shalat adalah salam.” (HR. Abu Daud, At-Tirmidzi dan
lainnya, hadits shahih )

3. Berdiri bagi yang sanggup ketika melaksana-kan shalat wajib


Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Peliharalah
segala shalat(mu) dan (peliharalah) shalat wustha (Ashar). Berdirilah
karena Allah (dalam shalat-mu) dengan khusyu’.” (Al-Baqarah: 238)
Dan berdasarkan Sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam kepada
Imran bin Hushain: 
“Shalatlah kamu dengan berdiri, apabila tidak mampu maka dengan
duduk, dan jika tidak mampu juga maka shalatlah dengan berbaring ke
samping.” (HR. Al-Bukhari)
4. Membaca surat Al-Fatihah tiap rakaat shalat fardhu dan shalat sunnah
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam: 
“Tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca surat Al- Fatihah.” (HR.
Al-Bukhari)
5. Ruku’
Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:  “Hai orang-orang
yang beriman, ruku’lah kamu, sujud-lah kamu, sembahlah Rabbmu dan
perbuatlah kebajikan supaya kamu mendapat kemenangan.” (Al-Hajj: 77)
Juga berdasarkan sabda Nabi shallallaahu alaihi wasallam kepada
seseorang yang tidak benar shalatnya:  

AGAMA ISLAM 8
” … kemudian ruku’lah kamu sampai kamu tuma’ninah dalam keadaan
ruku’.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

6. I’tidal (berdiri setelah bangkit dari ruku’)


Hal ini berdasarkan hadits tersebut di atas tadi dan berdasarkan hadits lain
yang berbunyi:
“Allah tidak akan melihat kepada shalat seseorang yang tidak menegakkan
tulang punggungnya di antara ruku’ dan sujudnya.” (HR. Ahmad,
dengan isnad shahih)

7. Sujud
Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah
disebutkan di atas tadi. Juga berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu
alaihi wasallam:  

AGAMA ISLAM 9
“Kemudian sujudlah kamu sampai kamu tuma’ninah dalam sujud.” (HR.
Al-Bukhari dan Muslim)

8. Duduk di antara dua sujud


Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam:
“Allah tidak akan melihat kepada shalat seseorang yang tidak menegakkan
tulang punggungnya di antara ruku’ dan sujudnya.” (HR. Ahmad,
dengan isnad shahih)

9. Tasyahud akhir dan duduk tasyahud


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ُ ‫صالَ ِة فَ ْليَقُ ِل التَّ ِحي‬
ِ ‫َّات هَّلِل‬ َّ ‫… فَإ ِ َذا قَ َع َد أَ َح ُد ُك ْم فِى ال‬
“Jika salah seorang antara kalian duduk (tasyahud) dalam shalat, maka
ucapkanlah “at tahiyatu lillah …”
Bacaan tasyahud:
‫ ال َّسالَ ُم َعلَ ْينَا َو َعلَى‬، ُ‫ك أَيُّهَا النَّبِ ُّى َو َرحْ َمةُ هَّللا ِ َوبَ َر َكاتُه‬ ُ َ‫ات َوالطَّيِّب‬
َ ‫ ال َّسالَ ُم َعلَ ْي‬، ‫ات‬ َّ ‫َّات هَّلِل ِ َوال‬
ُ ‫صلَ َو‬ ُ ‫التَّ ِحي‬
ُ‫ أَ ْشهَ ُد أَ ْن الَ إِلَهَ إِالَّ هَّللا ُ َوأَ ْشهَ ُد أَ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُولُه‬، َ‫ِعبَا ِد هَّللا ِ الصَّالِ ِحين‬
“At tahiyaatu lillah wash sholaatu wath thoyyibaat. Assalaamu ‘alaika
ayyuhan nabiyyu wa rohmatullahi wa barokaatuh. Assalaamu ‘alaina wa
‘ala ‘ibadillahish sholihiin. Asy-hadu an laa ilaha illallah, wa asy-hadu
anna muhammadan ‘abduhu wa rosuluh.” (Segala ucapan penghormatan
hanyalah milik Allah, begitu juga segala shalat dan amal shalih. Semoga
kesejahteraan tercurah kepadamu, wahai Nabi, begitu juga rahmat Allah
dengan segenap karunia-Nya. Semoga kesejahteraan terlimpahkan kepada

1
AGAMA ISLAM
0
kami dan hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada
sesembahan yang berhak disembah dengan benar selain Allah dan aku
bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya)
10. Shalawat kepada Nabi setelah mengucapkan tasyahud akhir
Dalilnya adalah hadits Fudholah bin ‘Ubaid Al Anshoriy. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendengar seseorang yang berdo’a
dalam shalatnya tanpa menyanjung Allah dan bershalawat kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau mengatakan, “Begitu cepatnya
ini.” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendo’akan orang tadi,
lalu berkata padanya dan lainnya,
‫إذا صلى أحدكم فليبدأ بتمجيد هللا والثناء عليه ثم يصلي على النبي صلى هللا عليه وسلم ثم يدعو بعد‬
‫بما شاء‬
“Jika salah seorang di antara kalian hendak shalat, maka mulailah dengan
menyanjung dan memuji Allah, lalu bershalawatlah kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu berdo’a setelah itu semau kalian.”
Bacaan shalawat yang paling bagus adalah sebagai berikut.
ِ َ‫ اللَّهُ َّم ب‬، ‫ إِنَّكَ َح ِمي ٌد َم ِجي ٌد‬، ‫صلَّيْتَ َعلَى آ ِل إِ ْب َرا ِهي َم‬
‫••ار ْك‬ َ ‫اللَّهُ َّم‬
َ ‫ َك َما‬، ‫ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل ُم َح َّم ٍد‬
‫ك َح ِمي ٌد َم ِجي ٌد‬َ َّ‫ إِن‬، ‫ َك َما بَا َر ْكتَ َعلَى آ ِل إِب َْرا ِهي َم‬، ‫َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل ُم َح َّم ٍد‬
“Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad kamaa
shollaita ‘ala Ibroohim wa ‘ala aali Ibrohim, innaka hamidun majiid.
Allahumma baarik ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad kamaa
barrokta ‘ala Ibrohim wa ‘ala aali Ibrohimm innaka hamidun majiid.”
11. Membaca salam
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam: 
“Pembuka shalat itu adalah bersuci, pembatas antara perbuatan yang boleh
dan tidaknya dilakukan waktu shalat adalah takbir, dan pembebas dari
keterikatan shalat adalah salam.” (HR. Abu Daud, At-Tirmidzi dan
lainnya, hadits shahih ) di urutan rukun shalat sebagaimana yang sudah
ditetapkan oleh Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam, seperti
mendahulukan yang semestinya diakhirkan atau sebaliknya, maka batallah
shalatnya.
12. Urut dalam rukun-rukun yang ada

1
AGAMA ISLAM
1
Alasannya karena dalam hadits orang yang jelek shalatnya, digunakan kata
“tsumma“ dalam setiap rukun. Dan “tsumma” bermakna urutan.
13. Tuma’ninah
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam kepada
seseorang yang salah dalam melaksanakan shalatnya: “Sampai kamu
merasakan tuma’ninah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Dan tuma’ninah tersebut beliau tegaskan kepadanya pada saat ruku’, sujud
dan duduk sedangkan i’tidal pada saat berdiri. Hakikat tuma’ninah itu
ialah bahwa orang yang ruku’, sujud, duduk atau berdiri itu berdiam
sejenak, sekadar waktu yang cukup untuk membaca:Subhanna Rabiyal
Azhiimi wabihamdih satu kali setelah semua anggota tubuhnya berdiam.
Adapun selebihnya dari itu adalah sunnah hukumnya.

F. Rukun Shalat Antar Mazhab

G. Syarat Wajib Shalat

Syarat wajib shalat adalah sebagai berikut:


 Islam

1
AGAMA ISLAM
2
shalat diwajibkan terhadap orang muslim, baik laki-laki maupun
perempuan, dan tidak diwajibkan bagi orang kafir atau nin muslim. Orang
kafir tidak dituntut untuk melaksanakan shalat, namun mereka tetap
menerima hukuman di akhirat. Walaupun demikian orang kafir apabila
masuk Islam tidak diwajibkan membayar shalat yang ditinggalkannya
selama kafir, demikian menurut kesepakatannya para ulama. Allah SWT
berfirman: Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu : "Jika mereka
berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka
tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu. (QS 8:38).
Dari Amr bin Ash bahwa Nabi SAW bersabda: islam memutuskan apa
yang sebelumnya (sebelum masuk islam). HR Ahmad, Al-Thabrani dan
Al-baihaqi).
 Baligh
Anak-anak kecil tidak dikenakan kewajiban shalat, dari Ali r.a. bahwa
Nabi SAW berkata: Diangkatkan pena ( tidak ditulis dosa) dalam tiga
perkara: Orang gila yang akalnya tidak berperan sampai ia sembuh, orang
tidur sampai ia bangun dan dari anak-anak sampai dia baligh. (HR Ahmad,
Abu Daud dan Al-Hakim).
 Berakal
Orang gila, orang kurang akal (ma’tuh) dan sejenisnya seperti penyakit
sawan (ayan) yang sedang kambuh tidak diwajibkan shalat, karena akal
merupakan prinsip dalam menetapkan kewajiban (taklif), demikian
menurut pendapat jumhur ulama alasannya adalah hadits yang diterima
dari Ali r.a. yang artinya:

Adapun syarat sah sholat adalah sebagai berikut:


 Mengetahui masuk waktu. Shalat tidak sah apabila seseorang yang
melaksanakannya tidak mengetahui secara pasti atau dengan persangkaan
yang berat bahwa waktu telah masuk, sekalipun ternyata dia shalat dalam
waktunya. Demikian juga dengan orang yang ragu, shalatnya tidak sah.
Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang
ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”.(QS. An-Nisa:103).

1
AGAMA ISLAM
3
 Suci dari hadas kecil dan hadas besar.
Penyucian hadas kecil dengan wudu’ dan penyucian hadas besar dengan
mandi. Nabi Muhammad SAW bersabda, yang artinya: “Dari Umar r.a.
bahwa Nabi SAW bersabda: Allah tidak menerima shalat seseorang yang
tidak suci. (HR. Al-Jama’ah kecuali Al-Bukhari).
“Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi SAW bersabda: Allah tidak
menerima shalat seorang kamu apabila berhadas hingga dia bersuci. (HR.
Bukhari dan Muslim).
Suci badan, pakaian dan tempat dari na’jis hakiki. Untuk keabsahan shalat
disyariatkan suci badan, pakaian dan tempat dari na’is yang tidak
dimaafkan, demikian menurut pendapat jumhur ulama tetapi menurut
pendapat yang masyhur dari golongan Malikiyah adalah sunnah muakkad.
 Menutup aurat. Seseorang yang shalat disyaratkan menutup aurat, baik
sendiri dalamkeadaan terang maupun sendiri dalam gelap. Allah SWt
berfirman: “pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)
mesjid”(QS. 4:31).
 Menghadap kiblat. Ulama sepakat bahwa syarat sah shalat. Allah SWT
berfirman: “Dan dari mana saja kamu (keluar), Maka palingkanlah
wajahmu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu (sekalian)
berada, Maka palingkanlah wajahmu ke arahnya. (QS. 2:150).
Mengahadap kiblat dikecualikan bagi orang yag melaksanakan sholat Al-
khauf dan sholat sunat diatas kendaraan bagi orang musafir dalam
perjalanan. Golongan Malikiyah mengaitkan dengan situasi aman dari
musuh, binatang buas dan ada kesanggupan. Oleh karena itu tudak wajib
mengahadao kiblat apabila ketakutan atau tidak sanggup (lemah) setiap
orang sakit.
Ulama sepakat bagi orang yang menyaksikan ka’bah wajib menghadap ke
ka’bah sendir secara tepat. Akan tetapi bagi orang yang tidak
menyaksikannya, karena jauh di luar kota makkah, hanya wajib
menghadapakan muka kea arah ka’bah, demikian pendapat junhur ulama.
Sedangkan Imam Syafi’I Berendapat mesti menghadapkan muka ke
ka’bah itu sendiri sebagaimana halnya orang yang berada di kota mekah.

1
AGAMA ISLAM
4
Caranya mesti di niatkan dalam hati bahwa menghadap itu tepat pada
ka’bah.
 Niat. Golongan hanafiyah dan Hanabilah memandang niat sebagai syarat
sah shalat, demikian juga pendapat yang lebih kuat dari kalangan
Malikiyah

H. Hukum Shalat

Hukum shalat dapat dikategorisasikan sebagai berikut :


 Fardhu
Sholat fardhu ialah shalat yang diwajibkan untuk mengerjakannya. Shalat
Fardhu terbagi lagi menjadi dua, yaitu :
1. Fardhu ‘Ain
ialah kewajiban yang diwajibkan kepada mukallaf langsung berkaitan
dengan dirinya dan tidak boleh ditinggalkan ataupun dilaksanakan oleh
orang lain, seperti sholat lima waktu, dan sholat Jum’at (Fardhu 'Ain untuk
pria).
2. Fardhu Kifayah
ialah kewajiban yang diwajibkan kepada mukallaf tidak langsung
berkaitan dengan dirinya. Kewajiban itu menjadi sunnah setelah ada
sebagian orang yang mengerjakannya. Akan tetapi bila tidak ada orang
yang mengerjakannya maka kita wajib mengerjakannya dan menjadi
berdosa bila tidak dikerjakan. Seperti sholat jenazah.

 Nafilah (sholat sunah)


Sholat Nafilah adalah sholat-sholat yang dianjurkan atau disunnahkan
akan tetapi tidak diwajibkan. Sholat nafilah terbagi lagi menjadi dua, yaitu
1. Nafil Muakkad adalah salat sunah yang dianjurkan dengan penekanan
yang kuat (hampir mendekati wajib), seperti sholat dua hari raya, sholat
tarawih, sholat dhuha, sholat tahajjud, sholat sunah witir dan sholat
sunah thawaf.

1
AGAMA ISLAM
5
2. Nafil Ghairu Muakkad adalah sholat sunah yang dianjurkan tanpa
penekanan yang kuat, seperti sholat sunah Rawatib dan sholat sunah yang
sifatnya insidentil (tergantung waktu dan keadaan, seperti salat
kusuf/khusuf hanya dikerjakan ketika terjadi gerhana).

I. Macam-Macam Shalat

1. Shalat Wajib
 Shalat Isya' yaitu sholat yang dikerjakan 4 raka'at dengan dua kali
tasyahud dan satu kali salam. Waktu pelaksanaannya dilakukan
menjelang malam (+ pukul 19:00 s/d menjelang fajar) yang diiringi
dengan shalat sunnah qobliyah (sebelum) dan ba'diyah (sesudah) sholat
isya.
 Shalat Subuh yaitu shalat yang dikerjakan 2 raka'at dengan satu kali
salam. Adapaun waktu pelaksanaannya dilakukan setelah fajar (+
pukul 04:10) yang hanya diiringi dengan sholat sunnah qobliyah saja,
sedang ba'diyah dilarang.
 Shalat Dzuhur yaitu shalat yang dikerjakan 4 raka'at dengan dua kali
tasyahud dan satu kali salam. Adapun waktu pelaksaannya dilakukan
sa'at matahari tepat di atas kepala (tegak lurus) + pukul 12:00 siang,
yang diiringi dengan shalat sunnah qobliyah dan shalat sunnah
ba'diyah (dua raka'at-dua raka'at atau empat raka'at-empat raka'at
dengan satu kali salam).
 Shalat Ashar yaitu shalat yang dikerjakan 4 raka'at dengan dua kali
tasyahud dan satu kali salam. Adapun waktu pelaksanaannya
dilakukan setelah matahari tergelincir (+ pukul 15:15 sore atau sebatas
pandangan mata) yang hanya diiringi oleh shalat sunnah qobliyah
dengan dua raka'at atau empat raka'at (satu kali salam).
 Shalat Maghrib yaitu shalat yang dikerjakan 3 raka'at dengan dua kali
tasyahud dan satu kali salam. Adapun waktu pelaksanaanya dilakukan

1
AGAMA ISLAM
6
setelah matahari terbenam (+ pukul 18:00) yang diiringi oleh shalat
sunnah ba'diyah dua raka'at atau empat raka'at dengan satu kali salam.

2. Shalat Sunah
 Shalat Sunah Tahajud
Shalat sunah tahajud adalah shalat yang dikerjakan pada waktu tengah
malam di antara shalat isya’ dan Shalat shubuh setelah bangun tidur.
Jumlah rokaat shalat tahajud minimal dua rokaat hingga tidak terbatas.
Saat hendak kembali tidur sebaiknya membaca ayat kursi, surat al-
ikhlas, surat al-falaq dan surat an-nas.
 Shalat Sunah Dhuha
Shalat Dhuha adalah shalat sunah yang dilakukan pada pagi hari antara
pukul 07.00 hingga jam 10.00 waktu setempat. Jumlah roka'at shalat
dhuha minimal dua rokaat dan maksimal dua belas roka'at dengan satu
salam setiap dua roka'at. Manfaat dari shalat dhuha adalah supaya
dilapangkan dada dalam segala hal, terutama rejeki. Saat melakukan
sholat dhuha sebaiknya membaca ayat-ayat surat al-waqi'ah, adh-
dhuha, al-quraisy, asy-syamsi, al-kafirun dan al-ikhlas.
 Shalat Sunah Istikharah
Shalat istikharah adalah shalat yang tujuannya adalah untuk
mendapatkan petunjuk dari Allah SWT dalam menentukan pilihan
hidup baik yang terdiri dari dua hal/perkara maupun lebih dari dua.
Hasil dari petunjuk Allah SWT akan menghilangkan kebimbangan dan
kekecewaan di kemudian hari. Setiap kegagalan akan memberikan
pelajaran dan pengalaman yang kelak akan berguna di masa yang akan
datang.
 Shalat Sunah Tasbih
Shalat tasbih adalah solat yang bertujuan untuk memperbanyak
memahasucikan Allah SWT. Waktu pengerjaan shalat bebas. Setiap
rokaat dibarengi dengan 75 kali bacaan tasbih. Jika shalat dilakukan
siang hari, jumlah rokaatnya adalah empat rokaat salam salam,
sedangkan jika malam hari dengan dua salam.

1
AGAMA ISLAM
7
 Shalat Sunah Taubat
Shalat taubat adalah shalat dua roka'at yang dikerjakan bagi orang
yang ingin bertaubat, insyaf atau menyesali perbuatan dosa yang telah
dilakukannya dengan bersumpah tidak akan melakukan serta
mengulangi perbuatan dosanya tersebut. Sebaiknya shalat sunah taubat
dibarengi dengan puasa, shodaqoh dan sholat.
 Shalat Sunah Hajat
Shalat Hajat adalah shalat agar hajat atau cita-citanya dikabulkan oleh
Allah SWT. Shalat hajat dikerjakan bersamaan dengan ikhtiar atau
usaha untuk mencapai hajat atau cita-cita. Shalat sunah hajat dilakukan
minimal dua rokaat dan maksimal dua belas bisa kapan saja dengan
satu salam setiap dua roka'at, namun lebih baik dilakukan pada
sepertiga terakhir waktu malam.
 Shalat Sunah Rawatib.
Shalat sunah rawatib dilakukan sebelum dan setelah shalat fardhu.
Yang sebelum Shalat Fardhu disebut shalat qobliyah, dan yang setelah
shalat fardhu di sebut shalat Ba'diyah. Keutamaannya adalah sebagai
pelengkap dan penambal shalat fardhu yang mungkin kurang khusu
atau tidak tumaninah.
 Shalat Sunah Istisqho’
Shalat sunah ini di lakukan untuk memohon turunnya hujan. dilakukan
secara berjamaah saat musim kemarau.
 Shalat Sunah Witir.
Shalat sunah witir dilakukan setelah sampai sebelum fajar. bagi yang
yakin akan bangun malam diutamakan dilakukan saat sepertiga malam
setelah shalat Tahajud. Shalat witir disebut juga shalat penutup. biasa
dilakukan sebanyak tiga rakaat dalam dua kali salam, dua rakaat
pertama salam dan dilanjutkan satu rakaat lagi.
 Shalat Tahiyatul Masjid.
Shalat tahiyatul masjid ialah shalat untuk menghormati masjid.
Disunnahkan shalat tahiyatul masjid bagi orang yang masuk ke masjid,
sebelum ia duduk. Shalat tahiyatul masjid itu dua raka’at.

1
AGAMA ISLAM
8
 Shalat Tarawih.
Shalat Tarawih yaitu shalat malam pada bulan ramadhan hukumnya
sunnah muakad atau penting bagi laki-laki atau perempuan, boleh
dikerjakan sendiri-sendiri dan boleh pula berjama’ah.
 Shalat Hari Raya (Idul Adha dan Idul Fitri).
Sebagaimana telah diterangkan bahwa waktu shalat hari raya idul fitri
adalah tanggal 1 syawal mulai dari terbit matahari sampai
tergeincirnya. Akan tetapi, jika diketahui sesudah tergelincirnya
matahari bahwa hari itu tanggal 1 syawal jadi waktu shalat telah habis,
maka hendaklah shalat di hari kedua atau tanggal 2 saja. Sedangkan
untuk shalat hari raya Idul Adha tanggal 10 Dzulhijjah.
 Shalat Dua Gerhana.
Kusuf adalah gerhana matahari dan khusuf adalah gerhana bulan.
Shalat kusuf dan khusuf hukumnya sunnah muakaddah berdasarkan
sabda Nabi saw. Yang artinya :

3. Shalat Qashar dan Jama’


 Shalat Qashar
Shalat Qashar adalah melakukan salat dengan meringkas/mengurangi
jumlah raka'at salat yang bersangkutan. Shalat Qashar merupakan
keringanan yang diberikan kepada mereka yang sedang melakukan
perjalanan (safar). Adapun salat yang dapat diqashar adalah
salat dzhuhur, ashar dan isya, dimana raka'at yang aslinya berjumlah 4
dikurangi/diringkas menjadi 2 raka'at saja.
 Shalat Jama’
Shalat jama’ adalah shalat yang digabungkan, maksudnya
menggabungkan dua shalat fardu yang dilaksanakan pada satu waktu.
Misalnya menggabungkan shalat dzuhur dan asar dikerjakan pada
waktu dzuhur atau pada waktu asar atau menggabungkan shalat magrib
dan ‘isya dikerjakan pada waktu magrib atau pada waktu ‘isya.
Sedangkan shalat Subuh tetap pada waktunya tidak boleh digabungkan
dengan shalat lain. Shalat jamak dapat dilaksanakan dengan dua cara:
1
AGAMA ISLAM
9
1. Jama Takdim (jamak yang didahulukan), yakni menjamak dua
shalat yang dilaksanakan pada waktu yang pertama. Misalnya
menjamak shalat duhur dengan asar, dikerjakan pada waktu duhur (
4 rakaat shalat dzuhur dan 4 rakaat shalat asar) atau menjamak
shalat magrib dengan ‘isya dilaksanakan pada waktu magrib (3
rakaat salat magrib dan 4 rakaat salat ‘isya).
2. Jama Ta’khir (jamak yang diakhirkan), yakni menjamak dua shalat
yang dilaksanakan pada waktu yang kedua. Misalnya menjamak
salat dzuhur dengan asar, dikerjakan pada waktu asar atau
menjamak shalat magrib dengan ‘isya dilaksanakan pada waktu
‘isya.

J. Hal-Hal Yang Membatalkan Shalat

1. Berbicara dengan sengaja.


Hal ini berdasarkan hadis riwayat Muawiyah bin Hakam As-Sulami r.a.
bahwasannya Nabi saw. bersabda.
“.”‫اس إِنَّ َم••ا هُ• َو التَّ ْس•بِي ُح َوالتَّ ْكبِ•ي ُر َوقِ• َرا َءةُ ْالقُ•رْ آ ِن‬
ِ َّ‫صالَةَ الَ يَصْ لُ ُح فِيهَ••ا َش• ْى ٌء ِم ْن َكالَ ِم الن‬
َّ ‫إِ َّن هَ ِذ ِه ال‬
‫رواه مسلم‬.
Sungguh shalat ini tidak pantas di dalamnya terdapat sesuatu dari
perkataan manusia. Perkataan yang pantas hanyalah tasbih, takbir dan
bacaan Al-Qur’an. (HR. Muslim).
2. Melakukan aktifitas/gerakan atau perbuatan yang banyak dan dilakukan
berturut-turut.
Seperti berjalan tiga langkah dengan sengaja atau karena lupa. Adapun jika
gerakan itu sedikit, maka tidak membatalkan shalat.
3. Berhadas.
Baik hadas kecil atau besar. Yakni misalnya di tengah shalat dia kentut,
maka dia berhadas kecil dan shalatnya batal. Atau ada seorang muslimah
yang di tengah melaksanakan shalat keluar darah haid, maka shalatnya
seketika itu batal. Hal ini dikarenakan syarat sahnya shalat adalah suci dari
hadas

2
AGAMA ISLAM
0
4. Terkena najis.
Di mana najis yang mengenainya tidak tergolong najis yang
dimaafkan/ditolerir (baca macam-macam najis yang dimaafkan). Jadi, jika
tiba-tiba di tengah shalat bajunya atau mukenanya terkena najis yang
basah misalnya kotoran cicak yang masih basah, maka shalatnya batal.
Tetapi jika najis itu kering, dan ia langsung mengibaskan bajunya seketika
sehingga hilang najisnya, maka shalatnya tidak batal.
5. Terbukanya aurat dengan sengaja
yakni sejak awal dia tahu bahwa auratnya ketika shalat akan terlihat atau
di tengah shalat auratnya terlihat tapi tidak langsung dibenahi. Namun, jika
terbukanya aurat itu disebabkan angin, lalu ia langsung menutupinya
seketika, maka shalatnya tidak batal.
6. Berubah niatnya.
Yakni di tengah shalat dia berniat keluar dari shalat, maka shalatnya
seketika itu batal.
7. Membelakangi kiblat.
Maka, hal ini jelas membatalkan shalat, karena syarat sah sebelum
melaksanakan shalat adalah menghadap kiblat.
8. Makan dan minum.
Meskipun hanya sedikit saja. Kecuali jika ia tidak tahu akan
keharamannya seperti bagi orang yang baru masuk Islam.
9. Tertawa terbahak-bahak. Atau tertawa biasa.
Di dalam kitab Al-Fiqh Al-Manhaji Ala Madzhab Al-Imam Asy-Syafii
disebutkan bahwa tertawanya sampai seperti mengeluarkan dua huruf
secara jelas meskipun tidak memahamkan. Adapun jika tertawanya sedikit
yang tidak terdengar kecuali satu huruf saja, atau tidak terdengar hurufnya
maka tidak batal. Begitu pula dengan tersenyum tidak membatalkan shalat.
10. Murtad.
Yakni keluar dari agama Islam baik dari ucapannya maupun tindakannya.

2
AGAMA ISLAM
1
K. Hukum Meninggalkan Shalat

Dalam peristiwa Isra’ Mi’raj Rasulullah SAW, bukan saja diperlihatkan


tentang balasan orang yang beramal baik, tetapi juga diperlihatkan balasan
orang yang berbuat mungkar, diantaranya siksaan bagi yang meninggalkan
Sholat fardhu. Mengenai balasan orang yang meninggalkan Sholat Fardu:
“Rasulullah SAW, diperlihatkan pada suatu kaum yang membenturkan kepala
mereka pada batu, Setiap kali benturan itu menyebabkan kepala pecah,
kemudian ia kembali kepada keadaan semula dan mereka tidak terus berhenti
melakukannya. Lalu Rasulullah bertanya: “Siapakah ini wahai Jibril”? Jibril
menjawab: “Mereka ini orang yang berat kepalanya untuk menunaikan Sholat
fardhu” (Riwayat Tabrani).
Orang yang meninggalkan Sholat akan dimasukkan ke dalam Neraka Saqar.
Maksud Firman Allah Ta’ala: “..Setelah melihat orang-orang yang bersalah
itu, mereka berkata: “Apakah yang menyebabkan kamu masuk ke dalam
Neraka Saqar ?”. Orang-orang yang bersalah itu menjawab “kami termasuk
dalam kumpulan orang-orang yang tidak mengerjakan shalat” Al-ayat. Saad
bin Abi Waqas bertanya kepada Rasulullah SAW mengenai orang yang
melalaikan Sholat, maka jawab Baginda SAW, “yaitu mengakhirkan waktu
Sholat dari waktu asalnya hingga sampai waktu Sholat lain. Mereka telah
menyia-nyiakan dan melewatkan waktu sholat, maka mereka diancam dengan
Neraka Wail”. Ibn Abbas dan Said bin Al-Musaiyib turut menafsirkan hadist
di atas “yaitu orang yang melengah-lengahkan shalat mereka sehingga sampai
kepada waktu shalat lain, maka bagi pelakunya jika mereka tidak bertaubat
Allah menjanjikan mereka Neraka Jahannam tempat kembalinya”. Maksud
Hadist: “Siapa meninggalkan shalat dengan sengaja, maka sesungguhnya dia
telah kafir dengan nyata”. Berdasarkan hadist ini, Sebagaian besar ulama
(termasuk Imam Syafi’i) berfatwa: Tidak wajib memandikan, mengkafankan
dan mensholatkan jenazah seseorang yang meninggal dunia dan mengaku
Islam, tetapi tidak pernah mengerjakan sholat. Bahkan, ada yang mengatakan
haram mensholatkanya.
Tiga jenis siksa di dalam kubur yaitu:
1. Kuburnya akan berhimpit-himpit serapat mungkin sehingga meremukkan
2
AGAMA ISLAM
2
tulang-tulang dada.
2. Dinyalakan api di dalam kuburnya dan api itu akan membelit dan
membakar
tubuhnya siang dan malam tiada henti-henti.
3. Akan muncul seekor ular yang bernama “Sujaul Aqra” Ia akan berkata,
kepada si mati dengan suaranya bagai halilintar: “Aku disuruh oleh Allah
memukulmu sebab meninggalkan sholat dari Subuh hingga Dhuhur,
kemudian dari Dhuhur ke Asar, dari Asar ke Maghrib dan dari Maghrib ke
Isya’ hingga Subuh”. Ia dipukul dari waktu Subuh hingga naik matahari,
kemudian dipukul dan dibenturkan hingga terjungkal ke perut bumi karena
meninggalkan Sholat Dhuhur. Kemudian dipukul lagi karena meninggalkan
Sholat Asar, begitulah seterusnya dari Asar ke Maghrib, dari Maghrib ke
waktu Isya’ hingga ke waktu Subuh lagi. Demikianlah seterusnya siksaan
oleh “Sajaul Aqra” hingga hari Qiamat.

Barang siapa yang (sengaja) meninggalkan solat fardhu lima waktu:


Subuh , Allah Ta’ala akan menenggelamkannya kedalam neraka Jahannam
selama 60 tahun hitungan akhirat. (1 tahun diakhirat = 1000 tahun didunia =
60,000 tahun).
Dhuhur, dosa sama seperti membunuh 1000 orang muslim.
Asar, dosa seperti menghacurkan Ka’bah.
Maghrib, dosa seperti berzina dengan ibu-bapak sendiri.
Isya’, Allah Ta’ala akan berseru kepada mereka: “Hai orang yang
meninggalkan sholat Isya’, bahwa Aku tidak lagi ridha’ engkau tinggal
dibumiKu dan menggunakan nikmat-nikmatKu, segala yang digunakan dan
dikerjakan adalah berdosa kepada Allah Ta’ala”.

Kehinaan bagi yang meninggalkan sholat :


Di dunia
1. Allah Ta’ala menghilangkan berkat dari usaha dan rezekinya.
2. Allah Ta’ala mencabut nur orang-orang mukmin (sholeh) dari pada
(wajah) nya.

2
AGAMA ISLAM
3
3. Ia akan dibenci oleh orang-orang yang beriman.

Ketika Sakaratul Maut


1. Ruh dicabut ketika ia berada didalam keadaan yang sangat haus.
2. Dia akan merasa amat azab/pedih ketika ruh dicabut keluar.
3. Dia akan Mati Buruk (su’ul khatimah)
4. Ia akan dirisaukan dan akan hilang imannya

Ketika di Alam Barzakh


1. Ia akan merasa susah (untuk menjawab) terhadap pertanyaan (serta
menerima hukuman) dari Malaikat Mungkar dan Nakir yang sangat
menakutkan.
2. Kuburnya akan menjadi sangat gelap.
3. Kuburnya akan menghimpit sehingga semua tulang-tulang rusuknya
berkumpul (seperti jari bertemu jari).
4. Siksaan oleh binatang-binatang berbisa seperti ular, kala jengking dan
lipan.

L. Kesalahan Seputar Shalat

 Membaca niat dengan suara keras saat memulai shalat


 membaca Al-Qur’an dan doa dengan suara keras saat sholat
 bersandar pada tembok, tiang, dan semacamnya
 menyambung ayat dengan ayat lain hingga tiga ayat atau lebih
 tidak meluruskan tulang punggung saat berdiri dan duduk
 tidak meluruskan tulang punggung dan sujud
 masuk masjid seraya berdehem ketika imam sedang rukuk
 Menambahkan kata “wasy-syukr” saat bangun dari rukuk
 Menggerakkan jari telunjuk saat duduk diantara dua sujud

2
AGAMA ISLAM
4
 Menunggu imam saat sujud hingga bangun, atatu saat duduk hingga
berdiri, dan tidak langsung memulai shalat bersama imam saat itu juga,
kecuali ketika imam dalam posisi berdiri atau rukuk
 Tidak meletakkan bagian-bagian sujud secara tepat
 Duduk berjongkok saat shalat
 Memperlama qiyam dan mempersingkat rukuk dan sujud, serta
melakukan rukun-rukun lainnya dengan singkat, sehingga terlihat
perbedaan mencolok Antara posisi qiyam dan rukun sholat lainnya
 Mengulangi bacaan tasyahud ketika mendapati imam masih duduk agar
tidak hanya diam dan enggan untuk menambah doa
 Duduk tawaruk pada rakaat kedua dan duduk iftirasy pada rakaat keempat
 Berisyarat dengan dua jari telunjuk saat tasyahud
 Berdiam lama setelah membaca al fatihah
 Berlebihan dalam membaca Al qur’an
 Badan condong ke kanan dan ke kiri, kedepan dan kebelakang padahal
tidak diperlukan
 Tidak meluruskan shaf, barisan shalat
 Mendahului gerakan imam
 Menoleh saat shalat
 Pergi kemasjid setelah makan bawang putih atau bawang merah
 Menjulurkan tangan ketika shalat
 Imam mengubah intonasi suara (takbir) saat duduk dan berdiri
 Melintas didepan orang shalat
 Shalat dengan pundak tidak tertutup
 Membaca kata takbir secara tidak benar
 Shalat dengan pakaian transparan yang tidak menutup aurat
Dan kesalahan-kesalahan lainnya

M. Amalan Makruh Dalam Shalat

 Menoleh kekiri dan kekanan tanpa ada keperluan

2
AGAMA ISLAM
5
 Menengadahkan pandangan ke atas
 Memejamkan mata pada waktu shalat tanpa ada keperluan
 Memandang kesesuatu yang dapat melalaikan diri
 Shalat ditempat yang mengganggu kekhusyukan
 Berjongkok dan menjulurkan tangan saat bersujud
 Mempermainkan anggota badan, pakaian, atau yang lainnya tanpa ada
keperluan
 Berkipas-kipas
 Menggengam jemari
 Mendirikan shalat bertepatan waktu makan
 Shalat sambil menahan shalat hajat
 Shalat dalam keadaan mengantuk
 Mengistimewakan tempat tertentu dalam masjid untuk shalat kecuali imam
 Mengusap-ngusap kening
 Sering menggoyang-goyang badan
 Sering nguapan
 Shalat di belakang barisan yang tidak terisi

N. Shalatnya Orang Beriman dan Orang Fasiq

1. Sholatnya orang beriman


a. Orang beriman melaksanakan shalat sesuai dengan apa yang telah
diperintahkan oleh Allah SWT, serta sesuai dengan yang dicontohkan
oleh Rasulullah Saw. Sebagaimana sabdanya: “Aku lakukan
hal ini agar kalian dapat mengikuti aku (bermakmum) dan agar kamu
sekalian tahu shalatku” (HR. Bukhari-Muslim) “Shalatlah kalian
sebagaimana kalian melihat aku shalat” (HR. Bukhari-Muslim).
b. Orang yang beriman melakukan shalat tidak hanya berupa gerakan dan
ucapan yang telah dicontohkan Rasulullah melainkan menekankan
pada esensi shalat yaitu terdapatnya kekhusuan. “Sesungguhnya

2
AGAMA ISLAM
6
beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang
khusu’ dalam shalatnya.” (Al Mu’minun: 9).

2. Sholatnya orang fasiq


a. Golongan pertama adalah golongan orang yang telah mengetahui ilmu
tentang shalat yaitu mengenai syarat dan rukunnya, perkara-perkara
yang membatalkannya, tentang bersuci dari hadas, begitu juga
bacaannya sudah betul dan lain sebagainya. Akan tetapi golongan ini
tidak mampu melawan nafsu. Sehingga godaan dan tarikan dunia
mudah memalingkan mereka daripada menunaikan kewajiban kepada
Tuhannya seperti perintah shalat ini. Bila mereka sedang ada mood
maka ditunaikannya juga shalat. Tetapi bila ada urusan pekerjaan,
maka mereka lupakan saja shalat dan mendahulukan apa saja tuntutan
pekerjaan mereka walaupun mereka tahu perbuatan itu berdosa.
Dengan kata yang lain, mereka tidak istiqomah di dalam mengerjakan
perintah shalat. Golongan ini dihukumkan sebagai orang fasiq. Seperti
firman Allah di dalam Al Quran: “Barangsiapa yang tidak berhukum
dengan apa yang telah Allah turunkan, maka mereka itu adalah orang-
orang yang fasiq”.
b. Golongan kedua yaitu orang –orang yang sudah mengerjakan shalat
dan sudah tahu ilmunya, akan tetapi tidak khusyuk dalam
mengerjakannya. Yakni, jiwa dan fikirannya tidak ditumpukan untuk
mengingati Allah dengan menghayati bacaan-bacaan dalam shalat.
Fikirannya melayang layang memikirkan hal-hal lain di luar shalat,
seperti perniagaannya, kerjanya, istrinya, anaknya, dan lain-lain lagi.
Golongan ini tidak menjiwai shalatnya, malah pekerjaannya di luar
shalat itu yang dijiwai sehingga mengganggu ibadah shalatnya.
Mereka diancam oleh Allah SWT dengan firmanNya: “Maka
kecelakaanlah (neraka Wail) bagi orang-orang yang shalat, yaitu
orang-orang yang lalai di dalam shalatnya“ (Qs. Al Ma’un 4-5) Ciri
orang yang munafik juga dapat dilihat dari pelaksanaan sholat itu
sendiri: “Sesungguhnya orang munafik itu menipu Allah dan Allah

2
AGAMA ISLAM
7
membalas tipuan mereka dan apabila mereka berdiri untuk sholat
mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya(dengan sholat)
dihadapan manusia, dan tidaklah mereka menyebut Allah melainkan
dengan sedikit sekali“ (Qs. Annisa ayat 142).

O. Bagaimana Persamaan dan Perbedaan Pendapat 4 Mazhab Mengenai


Shalat

Persamaan Dan Perbedaan Pendapat 4 Mazhab Mengenai Sholat


1. Niat : semua ulama mazhab sepakat bahwa mengungkapkan niat dengan
kata-kata tidaklah diminta. (Mughniyah; 2001)
Ibnu Qayyim berpendapat dalam bukunya Zadul Ma’ad, sebagaimana yang
dijelaskan dalam jilid pertama dari buku Al-Mughni, karya Ibnu Qudamah,
sebagai berikut : Nabi Muhammad saw bila menegakkan shalat, beliau
langsung mengucapkan “Allahu akbar” dan beliau tidak mengucapkan apa-apa
sebelumnya, dan tidak melafalkan niat sama sekali. (Mughniyah; 2001)

2. Takbiratul Ihram : shalat tidak akan sempurna tanpa takbiratul ihram.


Nama takbiratul ihram ini berdasarkan sabda Rasulullah saw : (Mughniyah;
2001)
“Kunci shalat adalah bersuci, dan yang mengharamkannya (dari perbuatan
sesuatu selain perbuatan-perbuatan shalat) adalah takbir, dan penghalalnya
adalah salam.”
Maliki dan Hambali : kalimat takbiratul ihram adalah “Allah Akbar” (Allah
Maha Besar) tidak boleh menggunakan kata-kata lainnya. (Mughniyah; 2001)
Syafi’i : boleh mengganti “Allahu Akbar” dengan ”Allahu Al-Akbar”,
ditambah dengan alif dan lam pada kata “Akbar”. (Mughniyah; 2001) Hanafi :
boleh dengan kata-kata lain yang sesuai atau sama artinya dengan kata-kata
tersebut, seperti “Allah Al-A’dzam” dan “Allahu Al-Ajall” (Allah Yang Maha
Agung dan Allah Yang Maha Mulia). (Mughniyah; 2001)
Syafi’i, Maliki dan Hambali sepakat bahwa mengucapkannya dalam bahasa
Arab adalah wajib, walaupun orang yang shalat itu adalah orang ajam (bukan
orang Arab). (Mughniyah; 2001) Hanafi : Sah mengucapkannya dengan
2
AGAMA ISLAM
8
bahasa apa saja, walau yang bersangkutan bisa bahasa Arab. (Mughniyah;
2001) Semua ulama mazhab sepakat : syarat takbiratul ihram adalah semua
yang disyaratkan dalam shalat. Kalau bisa melakukannya dengan berdiri; dan
dalam mengucapkan kata “Allahu Akbar” itu harus didengar sendiri, baik
terdengar secara keras oleh dirinya, atau dengan perkiraan jika ia tuli.
(Mughniyah; 2001)
Berdiri : semua ulama mazhab sepakat bahwa berdiri dalam shalat fardhu itu
wajib sejak mulai dari takbiratul ihram sampai ruku’, harus tegap, bila tidak
mampu ia boleh shalat dengan duduk. Bila tidak mampu duduk, ia boleh
shalat dengan miring pada bagian kanan, seperti letak orang yang meninggal
di liang lahat, menghadapi kiblat di hadapan badannya, menurut kesepakatan
semua ulama mazhab selain Hanafi. Hanafi berpendapat : siapa yang tidak
bisa duduk, ia boleh shalat terlentang dan menghadap kiblat dengan dua
kakinya sehingga isyaratnya dalam ruku’ dan sujud tetap menghadap kiblat.
(Mughniyah; 2001)
Dan bila tidak mampu miring ke kanan, maka menurut Syafi’i dan Hambali ia
boleh shalat terlentang dan kepalanya menghadap ke kiblat. Bila tidak mampu
juga, ia harus mengisyaratkan dengan kepalanya atau dengan kelopak
matanya. (Mughniyah; 2001)
Hanafi : bila sampai pada tingkat ini tetapi tidak mampu, maka gugurlah
perintah shalat baginya, hanya ia harus melaksanakannya (meng-qadha’-nya)
bila telah sembuh dan hilang sesuatu yang menghalanginya. (Mughniyah;
2001) Maliki : bila sampai seperti ini, maka gugur perintah shalat terhadapnya
dan tidak diwajibkan meng-qadha’-nya. (Mughniyah; 2001) Syafi’i dan
Hambali : shalat itu tidaklah gugur dalam keadaan apa pun. Maka bila tidak
mampu mengisyaratkan dengan kelopak matanya (kedipan mata), maka ia
harus shalat dengan hatinya dan menggerakkan lisannya dengan dzikir dan
membacanya. Bila juga tidak mampu untuk menggerakkan lisannya, maka ia
harus menggambarkan tentang melakukan shalat di dalam hatinya selama
akalnya masih berfungsi. (Mughniyah; 2001)

3. Bacaan : ulama mazhab berbeda pendapat.

2
AGAMA ISLAM
9
Hanafi : membaca Al-Fatihah dalam shalat fardhu tidak diharuskan, dan
membaca bacaan apa saja dari Al-Quran itu boleh, berdasarkan Al-Quran surat
Muzammil ayat 20 : (Mughniyah; 2001)
”Bacalah apa yang mudah bagimu dari Al-Quran,” (Bidayatul Mujtahid, Jilid
I, halaman 122, dan Mizanul Sya’rani, dalam bab shifatus shalah). Boleh
meninggalkan basmalah, karena ia tidak termasuk bagian dari surat. Dan tidak
disunnahkan membacanya dengan keras atau pelan. Orang yang shalat sendiri
ia boleh memilih apakah mau didengar sendiri (membaca dengan perlahan)
atau mau didengar oleh orang lain (membaca dengan keras), dan bila suka
membaca dengan sembunyi-sembunyi, bacalah dengannya. Dalam shalat itu
tidak ada qunut kecuali pada shalat witir. Sedangkan menyilangkan dua tangan
aalah sunnah bukan wajib. Bagi lelaki adalah lebih utama bila meletakkan
telapak tangannya yang kanan di atas belakang telapak tangan yang kiri di
bawah pusarnya, sedangkan bagi wanita yang lebih utama adalah meletakkan
dua tangannya di atas dadanya. (Mughniyah; 2001)
Syafi’i : membaca Al-Fatihah adalah wajib pada setiap rakaat tidak ada
bedanya, baik pada dua rakaat pertama maupun pada dua rakaat terakhir, baik
pada shalat fardhu maupun shalat sunnah. Basmalah itu merupakan bagian
dari surat, yang tidak boleh ditinggalkan dalam keadaan apa pun. Dan harus
dibaca dengan suara keras pada shalat subuh, dan dua rakaat pertama pada
shalat maghrib dan isya’, selain rakaat tersebut harus dibaca dengan pelan. Pad
shlat subuh disunnahkan membaca qunut setelah mengangkat kepalanya dari
ruku’ pad rakaat kedua sebagaimana juga disunnahkan membaca surat Al-
Quran setelah membaca Al-Fatihah pada dua rakaat yang pertama saja.
Sedangkan menyilangkan dua tangan bukanlah wajib, hanya disunnahkan bagi
lelaki dan wanita. Dan yang paling utama adalah meletakkan telapak
tangannya yang kanan di belakang telapak tangannya yang kiri di bawah
dadanya tapi di atas pusar dan agak miring ke kiri. (Mughniyah; 2001)
Maliki : membaca Al-Fatihah itu harus pada setipa rakaat, tak ada bedanya,
baik pada rakaat-rakaat pertama maupun pada rakaat-rakaat terakhir, baik
pada shalat fardhu maupun shalat sunnah, sebagaimana pendapat

3
AGAMA ISLAM
0
Syafi’i, dan disunnahkan membaca surat Al-Quran setelah Al-Fatihah pada
dua rakaat yang pertama. Basmalah bukan termasuk bagian dari surat, bahkan
disunnahkan untuk ditinggalkan. Disunnahkan menyaringkan bacaan pad
shalat subuh dan dua rakaat pertama pada shalat maghrib dan isya’, serta
qunut pada shalat subuh saja. Sedangkan menyilangkan kedua tangan adalah
boleh, tetapi disunnahkan untuk mengulurkan dua tangan pada shalat fardhu.
(Mughniyah; 2001)
Hambali : wajib membaca Al-Fatihah pada setiap rakaat, dan sesudahnya
disunnahkan membaca surat Al-Quran pada dua rakaat yang pertama. Dan
pada shalat subuh, serta dua rakaat pertama pada shalat maghrib dan isya’
disunnahkan membacanya dengan nyaring. Basmalah merupakan bagian dari
surat, tetapi cara membacanya harus pelan-pelan dan tidak boleh dengan
keras. Qunut hanya pada shalat witir bukan pada shalat-shalat lainnya.
Sedangkan menyilangkan dua tangan disunahkan bagi lelaki dan wanita,
hanya yang paling utama adalah meletakkan telapak tangannya yang kanan
pada belakang telapak tangannya yang kiri, dan meletakkan di bawah pusar.
(Mughniyah; 2001).

Empat mazhab menyatakan bahwa membaca amin adalah sunnah, berdasarkan


hadits Abu Hurairah, bahwa Rasulullah saw bersabda : (Mughniyah; 2001)
”kalau ingin mengucapkan Ghairil maghdzubi ’alaihim waladzdzaallin, maka
kalian harus mengucapkan amin.”

4. Ruku’ : semua ulama mazhab sepakat bahwa ruku’ adalah wajib di


dalam shalat. Namun mereka berbeda pendapat tentang wajib atau tidaknya
ber-thuma’ninah di dalam ruku’, yakni ketika ruku’ semua anggota badan
harus diam, tidak bergerak. (Mughniyah; 2001)
Hanafi : yang diwajibkan hanya semata-mata membungkukkan badan dengan
lurus, dan tidak wajib thuma’ninah. Mazhab-mazhab yang lain : wajib
membungkuk sampai dua telapak tangan orang yang shalat itu berada pada
dua lututnya dan juga diwajibkan ber-thuma’ninah dan diam (tidak bergerak)
ketika ruku’. (Mughniyah; 2001) Syafi’i, Hanafi, dan Maliki : tidak wajib

3
AGAMA ISLAM
1
berdzikir ketika shalat, hanya disunnahkan saja mengucapkan : (Mughniyah;
2001) Subhaana rabbiyal ’adziim ”Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung”
Hambali : membaca tasbih ketika ruku’ adalah wajib. (Mughniyah;
2001)Kalimatnya menurut Hambali : Subhaana rabbiyal ’adziim ”Maha Suci
Tuhanku Yang Maha Agung”
Hanafi : tidak wajib mengangkat kepala dari ruku’ yakni i’tidal (dalam
keadaan berdiri). (Mughniyah; 2001) Dibolehkan untuk langsung sujud,
namun hal itu makruh. Mazhab-mazhab yang lain : wajib mengangkat
kepalanya dan ber-i’tidal, serta disunnahkan membaca tasmi’, yaitu
mengucapkan : Sami’allahuliman hamidah ”Allah mendengar orang yang
memuji-Nya”

5. Sujud : semua ulama mazhab sepakat bahwa sujud itu wajib dilakukan
dua kali pada setipa rakaat. Mereka berbeda pendapat tentang batasnya.
(Mughniyah; 2001)
Maliki, Syafi’i, dan Hanafi : yang wajib (menempel) hanya dahi, sedangkan
yang lain-lainnya adalah sunnah. (Mughniyah; 2001) Hambali : yang
diwajibkan itu semua anggota yang tujuh (dahi, dua telapak tangan, dua lutut,
dan ibu jari dua kaki) secara sempurna. Bahkan Hambali menambahi hidung,
sehingga menjadi delapan. (Mughniyah; 2001)
Perbedaan juga terjadi pada tasbih dan thuma’ninah di dalam sujud,
sebagaimana dalam ruku’. Maka mazhab yang mewajibkannya di dalam ruku’
juga mewajibkannya di dalam sujud. Hanafi : tidak diwajibkan duduk di
antara dua sujud itu. Mazhab-mazhab yang lain : wajib duduk di antara dua
sujud. (Mughniyah; 2001)

Tahiyyat : tahiyyat di dalam shalat dibagi menjadi dua bagian : pertama yaitu
tahiyyat yang terjadi setelah dua rakaat pertama dari shalat maghrib, isya’,
dzuhur, dan ashar dan tidak diakhiri dengan salam. Yang kedua adalah
tahiyyat yang diakhiri dengan salam, baik pada shalat yang dua rakaat, tiga,
atau empat rakaat. (Mughniyah; 2001)

3
AGAMA ISLAM
2
Hambali : tahiyyat pertama itu wajib. Mazhab-mazhab lain : hanya sunnah.
Syafi’i, dan Hambali : tahiyyat terakhir adalah wajib. Maliki dan Hanafi :
hanya sunnah, bukan wajib. (Mughniyah; 2001) Kalimat (lafadz) tahiyyat
menurut Hanafi : Attahiyatu lillahi washolawaatu waththoyyibaatu
wassalaamu ”Kehormatan itu kepunyaan Allah, shalawat dan kebaikan serta
salam sejahtera” ’alaika ayyuhannabiyyu warahmatullahi wabarakaatuh
”Kepadamu, wahai Nabi, dan rahmat Allah serta barakah-Nya”
Assalaamu’alainaa wa ’alaa ’ibaadillahishshoolihiin ”Semoga kesejahteraan
tercurah kepada kami dan kepada hamba-hamba Allah yang saleh” Asyhadu
anlaa ilaaha illallah ”Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah”
Waasyhadu anna muhammadan ’abduhu warosuuluh ”Dan aku bersaksi
bahwa muhammad adalah hamba-Nya dan rasul-Nya” Menurut Maliki
(Mughniyah; 2001) Attahiyyatu lillaahi azzaakiyaatu lillaahi aththoyyibaatu
ashsholawaatu lillah ”Kehormatan itu kepunyaan Allah, kesucian bagi Allah,
kebaikan dan shalawat juga bagi Allah” Assalaamu’alaika ayyuhannabiyyu
warahmatullahi wabarakaatuh ”Salam sejahtera kepadamu, wahai Nabi, dan
rahmat Allah serta barakah-Nya” Assalaamu’alainaa wa ’alaa
’ibaadillahishshoolihiin ”Semoga kesejahteraan tercurah kepada kami dan
kepada hamba-hamba Allah yang saleh” Asyhadu anlaa ilaaha illallah
wahdahu laa syariikalah ”Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah
Yang Esa tidak ada sekutu bagi-Nya” Waasyhadu anna muhammadan ’abduhu
warosuuluh ”Dan aku bersaksi bahwa muhammad adalah hamba-Nya dan
rasul-Nya”
Menurut Syafi’i : (Mughniyah; 2001) Attahiyyatul mubaarokaatush
sholawaatuth thoyyibaatu lillaah ”Kehormatan, barakah-barakah, shalawat,
dan kebaikan adalah kepunyaan Allah” Assalaamu’alaika ayyuhannabiyyu
warahmatullahi wabarakaatuh
”Salam sejahtera kepadamu, wahai Nabi, dan rahmat Allah serta barakah-
Nya” Assalaamu’alainaa wa ’alaa ’ibaadillahishshoolihiin ”Semoga
kesejahteraan tercurah kepada kami dan kepada hamba-hamba Allah yang
saleh” Asyhadu anlaa ilaaha illallah ”Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan
selain Allah” Waasyhadu anna muhammadan ’abduhu warosuuluh ”Dan aku

3
AGAMA ISLAM
3
bersaksi bahwa muhammad adalah hamba-Nya dan rasul-Nya” Menurut
Hambali : (Mughniyah; 2001) Attahiyyatu lillahi washsholawaatu
waththoyyibaatu ”Kehormatan itu kepunyaan Allah, juga shalawat dan
kebaikan”
Assalaamu’alaika ayyuhannabiyyu warahmatullahi wabarakaatuh ”Salam
sejahtera kepadamu, wahai Nabi, dan rahmat Allah serta barakah-Nya”
Assalaamu’alainaa wa ’alaa ’ibaadillahishshoolihiin ”Semoga kesejahteraan
tercurah kepada kami dan kepada hamba-hamba Allah yang saleh” Asyhadu
anlaa ilaaha illallah wahdahu laa syariikalah
”Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah Yang Esa tidak ada sekutu
bagi-Nya” Waasyhadu anna muhammadan ’abduhu warosuuluh ”Dan aku
bersaksi bahwa muhammad adalah hamba-Nya dan rasul-Nya” Allahumma
sholli ’alaa Muhammad ”Ya Allah, berikanlah shalawat kepada muhammad”

Mengucapkan salam (Mughniyah; 2001)


Syafi’i, Maliki, dan Hambali : mengucapkan salam adalah wajib. Hanafi :
tidak wajib. (Bidayatul Mujtahid, Jilid I, halaman 126). Menurut empat
mazhab, kalimatnya sama yaitu Assalaamu’alaikum warahmatullaah ”Semoga
kesejahteraan dan rahmat Allah tercurah kepada kalian” Hambali : wajib
mengucapkan salam dua kali, sedangakan yang lain hanya mencukupkan satu
kali saja yang wajib. (Mughniyah; 2001)

3
AGAMA ISLAM
4
BAB III
KESIMPULAN

Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin yang sudah
baligh berakal, dan harus dikerjakan bagi seorang mukmin dalam keadaan
bagaimanapun.
Kata “shalat” (dalam Bahasa arab: shalah) diambil dari akar kata ash-
shalawain, artinya,dua ruas anggota badan yaitu tangan dan kaki,yang
menopang saat rukuk dan sujud .seperti halnya istilah jual-beli (dalam Bahasa
arab : Al-ba’u) diambil dari kata ba’ain yang berarti kedua tangan. Adapun
kata shaluta bermakna tempat melakukan shalat. Islam didirikan atas lima
sendi (tiang) salah satunya adalah shalat, sehingga barang siapa yang
mendirikan shalat, maka dia telah mendirikan agama, dan barang siapa yang
meninggalkan shalat, maka ia meruntuhkan agama (Islam).
Secara bahasa sholat bermakna do’a sedangkan secara istilah, sholat
merupakan suatu ibadah wajib yang terdiri dari ucapan dan perbuatan yang
diawali dengan takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam dengan rukun dan
persyaratan tertentu. Menurut hakekatnya, shalat ialah menghadapkan jiwa
kepada Allah swt yang bisa melahirkan rasa takut kepada kepada Allah dan
bisa membangkitkan kesadaran yng dalam pada setiap jiwa terhadap
kebesaran dan kekuasaan Allah SWT. Di dalam sholat terdapat syarat wajib
sholat, anatara lain :

● Islam ● Berakal

● Baligh

Hukum meninggalkan sholat di dalam hadist yang berbunyi “Siapa


meninggalkan shalat dengan sengaja, maka sesungguhnya dia telah kafir
dengan nyata”. Barang siapa yang (sengaja) meninggalkan solat fardhu lima
waktu:
Subuh , Allah Ta’ala akan menenggelamkannya kedalam neraka Jahannam
selama 60 tahun hitungan akhirat. (1 tahun diakhirat = 1000 tahun didunia =
60,000 tahun).

3
AGAMA ISLAM
5
Dhuhur, dosa sama seperti membunuh 1000 orang muslim.
Asar, dosa seperti menghacurkan Ka’bah.
Maghrib, dosa seperti berzina dengan ibu-bapak sendiri.
Isya’, Allah Ta’ala akan berseru kepada mereka: “Hai orang yang
meninggalkan sholat Isya’, bahwa Aku tidak lagi ridha’ engkau tinggal
dibumiKu dan menggunakan nikmat-nikmatKu, segala yang digunakan dan
dikerjakan adalah berdosa kepada Allah Ta’ala”.

Kehinaan bagi yang meninggalkan sholat :


Di dunia
1. Allah Ta’ala menghilangkan berkat dari usaha dan rezekinya.
2. Allah Ta’ala mencabut nur orang-orang mukmin (sholeh) dari pada
(wajah) nya.
4. Ia akan dibenci oleh orang-orang yang beriman.

Ketika Sakaratul Maut


1. Ruh dicabut ketika ia berada didalam keadaan yang sangat haus.
2. Dia akan merasa amat azab/pedih ketika ruh dicabut keluar.
3. Dia akan Mati Buruk (su’ul khatimah)
4. Ia akan dirisaukan dan akan hilang imannya

Ketika di Alam Barzakh


1. Ia akan merasa susah (untuk menjawab) terhadap pertanyaan (serta
menerima hukuman) dari Malaikat Mungkar dan Nakir yang sangat
menakutkan.
2. Kuburnya akan menjadi sangat gelap.
3. Kuburnya akan menghimpit sehingga semua tulang-tulang rusuknya
berkumpul (seperti jari bertemu jari).
4. Siksaan oleh binatang-binatang berbisa seperti ular, kala jengking dan
lipan.

3
AGAMA ISLAM
6
3
AGAMA ISLAM
7
DAFTAR PUSTAKA

Abu Abdirrahman Adil bin Sa’ad. 2012. Ensiklopedi Shalat. Jakarta :


Ummul Qura
Dr. H. Kahar Masyhur. 2009. Salat Wajib. Bogor : Rineka Cipta
Khalifa Zain Nasrullah. 2015. Kitab Belajar Shalat Lengkap. Yogyakarta :
Mutiara Media
Prof. Dr. Abdullah Ath Thayyar. 2007. Ensiklopedia Shalat. Jakarta :
Magfirah Pustaka
Ust. Ali Raghib. 2009. Ahkamus Sholah. Bogor : Al Azhar Press

3
AGAMA ISLAM
8

Anda mungkin juga menyukai