Anda di halaman 1dari 6

DRAFT LAPORAN

PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN TAHUNAN


ACARA 1
KEDUDUKAN BIJI DALAM BUAH KAKAO

Disusun oleh:
Nama : Ravi Wirang Ghosa
NIM : 11/318071/PN/12389
Gol/Kel : A2/4
Asisten : 1. Hidayatur Rokhman
2. Galuh Paramita
3. Hananun Abidah Lailani R.

LABORATORIUM MANAJEMEN DAN PRODUKSI TANAMAN


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014
ACARA I

KEDUDUKAN BIJI DALAM BUAH KAKAO

I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang peranannya cukup
penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber
pendapatan dan devisa negara. Kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah
dan pengembangan agroindustri. Tanaman kakao yang dapat digunakan sebagai industri adalah
bijinya. Kakao merupakan salah satu komoditas andalan yang berperan penting dalam
perekonomian Indonesia. Kakao atau Theobroma cacao L., merupakan salah satu komoditas
perkebunan yang cocok dengan kultur tanah dan iklim di Indonesia. Tanaman ini termasuk
golongan tumbuhan tropis.
Kakao merupakan tanaman tahunan yang mulai berbunga dan berbuah umur 3-4 tahun
setelah ditanam. Apabila pengelolaan tanaman kakao dilakukan secara tepat, maka masa
produksinya dapat bertahan lebih dari 25 tahun, selain itu untuk keberhasilan budidaya kakao
perlu memperhatikan kesesuaian lahan dan faktor bahan tanam. Penggunaan bahan tanam kakao
yang tidak unggul mengakibatkan pencapaian produktivitas dan mutu biji kakao yang rendah,
oleh karena itu sebaiknya digunakan bahan tanam yang unggul dan bermutu tinggi khususnya
pada perbanyakan generatif yakni melalui biji.

B. Tujuan
Mengetahui kedudukan biji dalam buah yang menghasilkan perkecambahan dan
pertumbuhan bibit kakao yang terbaik.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman kakao secara umum dapat diperbanyak secara vegetatif maupun generatif.
Perbanyakan vegetatif dapat dilakukan dengan menggunakan metode okulasi, sambung pucuk,
dan SE, sedangkan perbanyakan generatif dilakukan dengan menggunakan biji. Perbanyakan
tanaman kakao juga dapat dilakukan dengan kombinasi antara perbanyakan vegetatif dengan
perbanyakan generatif. Salah satu faktor yang turut menunjang tingkat keberhasilan sambung
pucuk dan okulasi adalah ketersediaan batang bawah yang subur dan sehat. Batang bawah yang
subur dan sehat pada umumnya diperoleh dari biji yang berasal dari tengah buah. Biji yang
berasal dari tengah buah pada umumnya memiliki ukuran yang lebih besar daripada dari bagian
yang lain (Muljana, 1982). 
Tanaman kakao termasuk salah satu jenis tanaman tahunan yang memerlukan lingkungan
khusus untuk dapat berproduksi dengan baik. Kemampuan berproduksi juga sangat dipengaruhi
oleh pertumbuhan awal. Hambatan-hambatan pada tanaman muda menyebabkan lambatnya
pertumbuhan dan berdampak negatif pada saat pembungaan dan produksi. Tanaman muda yang
tumbuh sehat dan seragam diperoleh dari bibit yang baik atau bibit unggul, persiapan lapangan
yang matang dan diikuti dengan pemeliharaan yang teratur. Faktor lingkungan tumbuh yang
berpengaruh besar terhadap kecepatan pertumbuhan bibit kakao antara lain curah hujan,
temperatur, sinar matahari, dan tanah (Wood and Lass, 1985).
Perbanyakan secara vegetatif lebih sulit dibandingkan dengan perbanyakan secara
generatif, namun tanaman yang dihasilkan lebih seragam. Tanaman kakao yang berasal dari
perbanyakan vegetatif (10-25%) pada umumnya diperoleh melalui metode stek, sambungan dan
okulasi (entres). Bibit kakao asal perbanyakan vegetatif saat ini belum dapat memenuhi
permintaan akan bibit kakao dalam jumlah besar, karena sangat dibatasi oleh jumlah tunas dan
cabang yang siap distek, disambung, dan diokulasi (Avivi et al., 2010).
Biji yang letaknya di bagian tengah memiliki ukuran lebih besar dibanding bagian pucuk
maupun pangkal. Dengan demikian, secara kuantitatif, biji yang lebih besar jumlah cadangan
makanannya akan ampu mencukupi kebutuhan hidup selama di persemaian. Pemberian pupuk
pada saat tanaman masih dalam pembibitan amatlah diperhatikan karena disamping dapat
memberikan unsur hara yang berguna bagi pertumbuhan tanaman juga dapat mempermudah
tanaman tersebut mendapatkan unsur hara yang diperlukan. Bila akar bibit tanaman tersebut
belum berkembang, belum dapat memanfaatkan kesuburan media tumbuhnya (Sutardi and
Hendrata, 2009). Kakao atau biji kakao secara teknis bukan kacang atau kacang-kacangan,
melainkan biji buah Theobroma cacao pohon. Buah berbentuk polong yang botanical
diklasifikasikan sebagai baccate seperti (berry-seperti) dan masing-masing pod memproduksi
sekitar 35-50 biji dikelilingi oleh bubur (Crozier et al., 2011).
Kualitas benih dapat dilihat dari persentase perkecambahan, salah satu uji konvensional
yaitu mengecambahkan biji dan ditunggu sampai waktu tertentu sampai biji-biji berkecambah.
Biji kakao merupakan biji rekalsitran (tidak mempunyai masa dormansi). Pengiriman benih antar
pulau dapat mempengaruhi viabilitasnya. Salah satu indikasi fisiologi kemunduran benih antara
lain penurunan daya berkecambah dan vigor (Iremiren et al., 2007).
III. METODOLOGI

Praktikum Budidaya Tanaman Tahunan acara I yang berjudul“ Kedudukan Biji dalam
Buah Kakao” dilaksanakan di laboratorium Manajemen dan Produksi Tanaman, Jurusan
Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, pada tanggal 11 Maret 2014.
Alat yang digunakan adalah pisau, petridish, ember kecil, kertas label, penggaris, dan alat tulis.
Bahan yang digunakan adalah buah kakao jenis mulia (fine/ flavour) dan lindak (bulk) , abu
gosok, larutan Dhithane M -45 dan Furadan 3 G.
Cara kerja praktikum kali ini pertama-tama buah kakao dibelah menjadi 3 bagian.
Kemudian biji dipisahkan yang berasal dari bagian ujung, tengah dan pangkal. Selanjutnya pulp
yang menempel pada biji dibersihkan dengan menggunakan abu gosok. Setelah dibersihkan
dengan air, biji sampel diambil sebanyak 25 buah, masing-masing dari bagian ujung, tengah dan
pangkal. Kemudian biji ditimbang (satu per satu untuk data bobot biji). Kemudian biji diberi
larutan fungisida untuk mencegah jamur. Biji dikecambahkan pada petridish dengan perlakuan
seperti berikut ;
U :biji bagian ujung
T :biji bagian tengah
P :biji bagian pangkal.
Percobaan disusun dalam Rancangan Acak Lengkap, dengan banyak kelompok golongan
praktikum sebagai ulangannya. Persemaian dipelihara sesuai dengan kebutuhan dan diamati
jumlah benih yang berkecambah setiap hari selama satu minggu. Kemudian dihitung gaya
berkecambah dan indeks vigornya.
DAFTAR PUSTAKA

Avivi, S., Adi Prawoto, dan Reny Fauziah Oetami. 2010. Regenerasi embriogenesis somatik
pada beberapa klon kakao indonesia dari eksplan bunga. Jurnal Agronomi Indonesia
38 : 138—143.

Crozier S.J, A.G Preston, J.W Hurst, M.J Payne, J.Mann, L.Hainly, L.Miller. 2011. Cacao seeds
are a “Super Fruit": A comparative analysis of various fruit powders and products.
Chemistry Central Journal 4: 621—624.

Iremiren, G.O, A.O. Famaye& A.A. Oloyede. 2007. Effects of pod sizes and bean positions in
pod on the germination and seedling growth of cocoa (Theobroma cacao). African
Crop Science Conference Proceedings 8 : 1979—1982.

Muljana, W. 1982. Bercocok Tanam Coklat. Aneka Ilmu, Semarang.

Sutardi dan Hendrata R. 2009. Respon bibit kakao pada bagian pangkal, tengah, dan pucuk
terhadap pemupukan majemuk. Jurnal Agrovigor 2 : 103—109.

Wood, G. R. A. and R. A. Lass. 1985. Cocoa 4ed. Longman, London.

Anda mungkin juga menyukai