Anda di halaman 1dari 4

*KHUTBAH MENYAMBUT GERHANA BULAN*

Khutbah I

‫الل‬
ِ ‫لج‬ َ ْ ‫ ذُو ا‬،‫ أ َ ْش َه ُد أ َ ْن ل َا اِل ََه ِإلَّا الله َو ْح َد ُه ال َش ِريك ل َه‬.‫ار‬ َ ‫خ ََر لَك ُُم ٱلَّي ْ َل َوٱلن ّ ََه‬
ّ ‫ٱلش ْم َس َوٱلْقَ َم َر َدا ِئبَي ْ ِن َو َس‬ َّ ّ ‫اَل َْح ْم ُد لله اَل ّـ َِّذ ْي ََس‬
‫خ ََر لَك ُُم‬
َ ‫وأصحاب ِِه َوالتَّاب‬
‫ِعين‬ ْ ‫عل َى اَلِ ِه‬ َ ‫ح ّم ٍد َو‬ َ ‫عل َى َس ِي ّ ِدنا ُم‬ َ ‫بار ْك‬ ِ ‫ الل ُّه ّمَ َص ّ ِل و َس ِل ّ ْم َو‬،‫عبْ ُد ُه َو َرسول ُه‬ َ ‫ح ّ َم ًدا‬ َ ‫ َوأ َ ْش َه ُد أ َ ّن َسي ّ َِدنَا َونَبِيَّنَا ُم‬،‫َواإلك ْرام‬
ِ ‫الله تَعاَل َى ِفي اْلقُ ْر‬
‫آن‬ ُ ‫َال‬ َ ‫ ق‬،‫ح ْو َن‬ ُ ِ‫اع ِت ِه ل ََعلَّك ُْم تُفْل‬َ ‫الله َو َط‬ ِ ‫ أ ُ ْو ِصيْك ُْم َو نَفْ ِس ْي ِبتَقْ َوى‬،‫ فَيَايُّ َها ا ْ ِإل ْخ َوان‬:‫ أ َ ّ َما بَ ْع ُد‬،‫الدين‬ ّ ِ ‫سان إل َى ي َ ْو ِم‬ ِ ‫ِإح‬ْ ‫ب‬
‫لش ْم ِس َول َا‬
َّ ِ
‫ل‬ ‫ا‬
۟ ‫و‬ ‫د‬ ‫ج‬ ‫س‬
ُ ُ َْ ‫ت‬ ‫َا‬ ‫ل‬ ،‫ر‬ ‫م‬ ‫ق‬ ْ ‫ل‬ ‫ٱ‬ ‫و‬ ‫س‬ ‫م‬ ‫ٱلش‬ ‫و‬
ُ َ َ َ ُ ْ َّ َ ُ َ ّ َ ْ ّ ‫ار‬ ‫َه‬ ‫ن‬ ‫ٱل‬ ‫و‬ ‫ل‬ُ ‫ي‬َ ‫ل‬‫ٱ‬ ِ
‫ه‬ ِ
‫ت‬ ‫اي‬ ‫ء‬
َٰ َ ْ َ ‫ن‬ ‫م‬ ِ ‫و‬ : ‫م‬ ‫ي‬ ِ
‫ح‬ ‫الر‬ ‫ان‬
ِ ْ َّ ِ َ ْ َّ ‫م‬ ‫ح‬ ‫الر‬ ِ
‫الله‬ ‫م‬ ‫ِس‬
ِ ْ ‫ب‬ ، ِ ْ َ ّ ِ َ ْ َّ ‫ِالله ِم َن‬
‫م‬ ‫ي‬ ِ‫ج‬ ‫الر‬ ‫ان‬ ‫ط‬‫ي‬ ‫الش‬ ِ ‫ع ْو ُذ ب‬ ُ َ ‫ أ‬:‫اْلك َِري ْ ِم‬
‫ون‬
َ ‫اه َت ْعبُ ُد‬ ُ َّ ‫ج ُدوا۟ لِل َّ ِه ٱل ّ َ ِذى َخل َ َق ُه ّ َن ِإن ك ُنتُ ْم ِإي‬ ُ ‫ٱس‬ ْ ‫لِل ْ َق َم ِر َو‬

Jamaah Jumat rahimakumullah, 

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melalui Lembaga Falakiyah telah mengeluarkan
pengumuman prediksi bahwa pada Rabu, 31 Januari 2018, akan terjadi gerhana bulan
total. Besar kemungkinannya gerhana ini akan dapat diamati di seluruh wilayah
Indonesia. Hal yang menarik dari peristiwa ini adalah bahwa pada saat gerhana
terjadi posisi bulan berada pada jarak terdekat dengan bumi, yakni sekitar 360.000
kilometer. Hal ini akan membuat bulan tampak lebih besar dan lebih terang di langit
malam. Para pakar astronomi menyebutnya sebagaisupermoon. 

Jamaah Jumat rahimakumullah, 

Di negeri Cina, dahulu orang percaya bahwa gerhana terjadi karena seekor naga
langit membanjiri sungai dengan darah lalu menelannya. Itu sebabnya orang Cina
menyebut gerhana sebagai “chih” yang artinya “memakan”. Di Jepang, dahulu orang
percaya bahwa gerhana terjadi karena ada racun yang disebarkan ke bumi. Untuk
menghindari air di bumi terkontaminasi oleh racun tersebut, maka orang-orang
menutupi sumur-sumur mereka. 

Di Indonesia, khususnya Jawa, dahulu orang-orang menganggap bahwa gerhana bulan


terjadi karena Batara Kala alias raksasa jahat, memakan bulan. Mereka kemudian
beramai-ramai memukul kentongan pada saat gerhana untuk menakut-nakuti dan mengusir
Batara Kala. Bagi orang-orang Quraisy di Arab, gerhana bulan dikaitkan dengan
kejadian-kejadian tertentu, seperti adanya kematian atau kelahiran seseorang.
Kepercayaan ini dipegang secara turun temurun sehingga menjadi keyakinan umum
masyarakat di zaman itu. 

Di zaman Rasulullah SAW pun, ketika terjadi gerhana matahari yang bersamaan dengan
meninggalnya putra Rasul SAW yang bernama Ibrahim, sebagian orang masih menganggap
terjadinya gerhana itu karena kematian putra beliau.

Semua kepercayaan itu tak lain adalah mitos atau takhayul yang karena pengetahuan
masyarakat tentang alam, khusunya bumi, matahari dan rembulan belum cukup memadai.
Sebagian dari mereka bahkan masih memgang kepercayaan yang disebut animisme dan
dinamisme. Lalu bagaimanakah Islam memandang fenomena gerhana ini? 

Jamaah Jumat rahimakumullah, 

Kepercayaan-kepercayaan seperti itu diluruskan oleh Rasulullah SAW. Dalam Islam,


gerhana bulan atau matahari adalah bentuk keagungan Allah sebagai Maha Pencipta
sebagaimana sabda Rasullah SAW dalam sebuah hadits diriwayatkan Bukhari: 

ُ ‫ َف ِإذَا َرأَيْتُ ُم‬، ‫الله‬


‫وه َما ف ََصلُّوا‬ ِ ‫ات‬ ِ َ‫ان ِم ْن آي‬
ِ َ‫حيَا ِت ِه َول ِكن ّ َُه َما آيَت‬
َ ‫ان لِ َم ْو ِت ا ََح ٍد َول َا ِل‬
ِ َ‫خ ِسف‬
ْ َ ‫الش ْم َس َواْلقَ َم َر ل َا ي‬
َّ ‫اِ َّن‬

Artinya: “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda
Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang.
Jika kalian melihat gerhana tersebut, maka lakukanlah shalat gerhana.” (Shahih
Bukhari, 1042).

Dalam hadits tersebut ditegaskan bahwa tidak ada kaitan antara gerhana dengan
meninggal atau lahirnya seseorang, baik seseorang itu dari kalangan orang-orang
biasa maupun orang-orang terhormat. Tetapi sesungguhnya gerhana adalah tanda-tanda
kekuasaan dan kebesaran Allah sebagai pencipta langit dan bumi serta seluruh alam
berserta seluruh isinya. Gerhana tidak hanya merupakan tanda-tanda keberadaan
Allah, tetapi juga sekaligus tanda-tanda kekuasaan-Nya. Adanya keteraturan alam
raya ini berarti adanya yang mengatur keteraturan itu. Yang Maha Mengatur itulah
Tuhan, Allah SWT. 

Sungguhpun demikian, meski alam ini memiliki keteraturan, seperti setiap bulan
purnama rembulan dapat dilihat secara utuh dengan sinarnya yang indah dan terang
benderang dari saat tenggelamnya matahari hingga terbit kembali, selama malam itu
di alam terbuka tidak terjadi kegelapan yang berarti meskipun tidak diterangi
dengan alat-alat penerang. Di malam itu cahaya bulan purnama cukup terang. Tetapi
pada saat-saat tertentu di malam bulan purnama bulan tidak tampak sama sekali
selama beberapa waktu karena cahaya matahari terhalang bumi hingga mengakibatkan
kegelapan di bulan. Inilah yang disebut gerhana bulan. 

Jamaah Jumat rahimakumullah, 

Gerhana merupakan kejadian luar biasa yang menyimpang dari keteraturan-keteraturan


yang diatur sendiri oleh Allah. Allah yang mengatur, Allah pula yang mengatur
kejadian luar biasa yang menyimpang dari keteraturan-keteraturan yang ditetapkan-
Nya. Ini artinya Allah Maha Berkuasa atas apa pun yang terjadi di alam raya ini.
Allah adalah Raja Diraja yang tak satu pun makhluknya mampu melawan kehendak-Nya.

Peristiwa gerhana hendaklah menjadi pengetahuan sekaligus keyakinan bahwa bulan


purnama dapat memancarkan cahaya indah dan terang namun lembut, itu terjadi karena
Allah menghendaki demikian. Namun, jika Allah menghendaki lain, maka kejadiannya
juga akan lain. Memang segala sesuatu terjadi atas izin Allah. Jika Allah tidak
mengijinkan maka sesuatu tidak akan terjadi. Hanya Allah yang bisa memberikan
manfaat dan madharat.

Hal seperti itu tidak hanya terjadi pada bulan maupun matahari, tetapi juga dapat
terjadi pada banyak hal lainnya. Sebagai contoh misalnya air. Dalam kehidupan
sehari-hari manusia membutuhkan air untuk hidup. Dengan kata lain, air adalah
sesuatu yang bermanfaat bagi manusia. Kemanfaatan ini terjadi karena Allah
mengijinkannya. Ketika Allah tidak mengijinkan, maka air akan menjadi madharat yang
justru dapat mengancam bahkan merenggut jiwa manusia, yakni seperti pada saat
banjir besar sebagaimana Tsunami di Aceh pada tahun 2004 yang menewaskan ratusan
ribu manusia. 
Jamaah Jumat rahimakumullah, 

Sebagaimana disebutkan dalam hadits Rasulullah SAW di atas, bahwa ketika terjadi
gerhana, kita dianjurkan melakukan shalat gerhana, maka tokoh-tokoh masyarakat,
seperti kiai, ustadz dan para pengurus masjid hendaklah selalu mengikuti informasi
mengenai gerhana, baik gerhana bulan maupun matahari. Ketika terjadi gerhana yang
sebelumnya dapat diprediksi kapan akan terjadi, maka para tokoh bersama pengurus
masjid perlu mengajak masyarakat untuk melakukan shalat gerhana. Kegiatan shalat
ini akan mengalihkan masyarakat dari melakukan sesuatu yang besifat takhayul untuk
kemudian melakukan ibadah sebagaimana Rasulullah SAW memberikan tuntunan dan
keteladanan.  

Oleh karena itu, jangan sampai selama hidup kita, sebagai orang Islam kita tidak
pernah melakukan shalat gerhana. Jangan sampai ada masjid tidak pernah
menyelenggarakan jamaah shalat gerhana. Menyelenggarakan shalat gerhana tidak
sulit. Memang ada perbedaan sedikit terutama mengenai jumlah rukuk dan berdiri
serta bacaan surah Al-Faihah beserta surah lainnya, yakni masing-masing dua kali
dalam setiap rakaatnya. Laki-laki dan perempuan dianjurkan untuk berjamaah
melaksanakan shalat gerhana meski shalat sendirian juga dimungkinkan. 

Jamaah Jumat rahimakumullah, 

Rasulullah SAW bersabda dalam hadits lain yang diriwayatkan Bukhari: 

، ‫ َو َصل ُّ ْوا‬،‫ َو ك َبّ ُِر ْوا‬، ‫الله‬


َ ‫ َف ِإذَا َرأَيْتُ ْم ٰذلِ َك ؛ فَا ْذك ُُر ْوا‬، ‫حيَا ِت ِه‬
َ ِ‫ان لِ َم ْو ِت ا ََح ٍد َول َا ل‬
ِ َ‫خ ِسف‬ ِ ‫ات‬
َ ْ ‫الله ل َا يَن‬ ِ َ ‫ان ِم ْن آي‬
ِ َ‫الش ْم َس َواْلقَ َم َر آيَت‬
َّ ‫اِ َّن‬
‫تَ َص َّدق ُْوا‬ ‫ َو‬.

Artinya: “Sesungguhnya matahari dan bulan tidak mengalami gerhana karena terkait
kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika kalian melihat gerhana tersebut,
maka berdzikirlah, bertakbirlah, lakukanlah shalat dan bersedekahlah.” (Shahih
Bukhari, 1044).

Jadi selain shalat gerhana, kita juga dianjurkan untuk banyak berdzikir, membaca
takbir dan membagikan sedekah. Dzikir dan takbir bisa dilakukan secara khusus, atau
setidaknya sudah bisa termasuk di dalam shalat karena shalat juga merupakan dzikir
yang di dalamnya banyak diucapkan asma Allah dan takbir. Setelah shalat dan khutbah
kita laksanakan, kita bisa saling bersedekah di antara para jamaah, misalnya dengan
saling berbagi makanan yang kita bawa dari rumah masing-masing. 

Jamaah Jumat rahimakumullah, 

Diharapkan agar para tokoh beserta pengurus masjid dapat senantiasa mengajak warga
masyarakat untuk melakukan shalat gerhana, baik gerhana bulan maupun matahari.
Demikian juga para warga hendaknya merasa tertarik dan senang untuk melakukan
ibadah yang tidak banyak kita temukan kesempatannya. Untuk itu, diperlukan
kepedulian terhadap apa yang terjadi pada kedua benda angkasa tersebut. Ini berarti
pula bahwa kita sebagai orang Islam harus memperhatikan kejadian-kejadian alam
sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan iman dan kedekatan kita kepada Allah
‫‪SWT.‬‬

‫الم ْؤ ِم ِني ْ َن ‪ :‬أعوذ بالله من الشيطان الرجيم‪ ،‬بسم الله الرحمن‬ ‫ُ‬ ‫أد َخلَنَا و ِإيَّاكم ِفي ُز ْم َر ِة ِعبَا ِد ِه‬
‫اآلم ِنين‪َ ،‬و ْ‬
‫ِ‬ ‫الله َوإيَّاكم ِم َن ال َفا ِئ ِزين‬
‫ُ‬ ‫َج َعل َنا‬
‫يدا‬
‫َ ً‬‫ِ‬
‫د‬ ‫س‬ ‫ًا‬ ‫ل‬ ‫َو‬
‫ْ‬ ‫ق‬ ‫ُوا‬ ‫ل‬ ‫ُو‬
‫ق‬ ‫و‬ ‫ه‬
‫َ َ‬ ‫َّ‬ ‫ـ‬
‫ّ‬ ‫َل‬ ‫ال‬ ‫وا‬ ‫ق‬
‫ُ‬ ‫َّ‬ ‫ـ‬
‫ّ‬ ‫َت‬‫ا‬ ‫وا‬‫ُ‬ ‫ن‬ ‫آم‬ ‫ين‬
‫َ‬ ‫ِ‬
‫ذ‬ ‫َّ‬ ‫ـ‬
‫ّ‬ ‫َل‬ ‫ا‬ ‫ا‬‫ه‬ ‫ُّ‬
‫َّ‬ ‫ـ‬
‫ُي‬‫َ‬ ‫أ‬ ‫ا‬‫َ‬ ‫ي‬ ‫‪:‬‬ ‫‪ ‬الرحيم‬
‫َ‬

‫َرؤ ُْو ٌف َر ِحيْمٌ‬ ‫الح ِكي ْ ِم‪ .‬إن ّ ُه تَعاَل َى َج ّوادٌ ك َِريْمٌ َملِ ٌك بَ ّرٌ‬ ‫ِ‬ ‫الع ِظي ْ ِم‪َ ،‬ونَفَ َع ِن ْي َو ِإيّاك ُْم ب‬
‫ِاآليات و ِذك ِْر َ‬ ‫آن َ‬ ‫الله لِ ْي َو ْ‬
‫لكم ِفي القُ ْر ِ‬ ‫ُ‬ ‫با ََر َك‬

‫‪Khutbah II‬‬

‫ح َّم ًدا‬ ‫الله َو ْح َد ُه ال َ َش ِري ْ َك ل َُه َوأ َ ْش َه ُد ّ َ‬


‫أن َسيّ َِدنَا ُم َ‬ ‫الله َو ُ‬ ‫ُ‬ ‫لى تَ ْو ِفيْ ِق ِه َواِ ْم ِتنَا ِن ِه‪َ .‬وأ َ ْش َه ُد أ َ ْن ال َ اِل ََه ِإال َّ‬
‫ع َ‬‫الشك ُْر ل َُه َ‬ ‫لى ِإ ْح َسا ِن ِه َو ُّ‬
‫ع َ‬ ‫ِ‬
‫لله َ‬ ‫اَل َْح ْم ُد‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫حابِه َو َسل ّ ْم تَ ْسليْ ًما كثيْ ًرا‬ ‫َ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫َ‬
‫عل َى اله َوأ ْص َ‬ ‫ح ّ َم ٍد ِو َ‬ ‫ِ‬
‫عل َى َس ِي ّدنَا ُم َ‬ ‫الله ّمَ َص ّ ِل َ‬‫ُ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫إلى ِر ْض َوانه‪.‬‬ ‫ِ‬
‫الداعى‬ ‫عبْ ُد ُه َو َر ُس ْول ُُه ّ َ‬
‫َ‬
‫َ‬

‫الله أ َ َم َرك ُْم بِأ َ ْم ٍر بَ َدأ َ ِفي ْ ِه ِبنَفْ ِس ِه َوث َـنَى ب َِمآل ِئك َ ِت ِه ِبقُ ْد ِس ِه َوق َ‬
‫َال‬ ‫َ‬ ‫اعل َُم ْوا أ َ ّ َن‬
‫ع َّما ن َ َهى َو ْ‬ ‫واالله ِفيْ َما أ َ َم َر َوانْتَ ُه ْوا َ‬ ‫َ‬ ‫َاس اِتَّقُ‬ ‫أ َّما بَ ْع ُد فَيا َ ا َي ُّ َها الن ّ ُ‬
‫َ‬
‫الله‬
‫ُ‬ ‫ح ّ َم ٍد َصلَّى‬ ‫عل َى َس ِي ّ ِدنَا ُم َ‬ ‫الله ّمَ َص ّ ِل َ‬ ‫ُ‬ ‫آمن ُ ْوا َصل ُّ ْوا َ‬
‫عل َي ْ ِه َو َس ِل ّ ُم ْوا تَ ْسلِيْ ًما‪.‬‬ ‫َ‬ ‫ن‬‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ي‬ ‫ِ‬
‫ذ‬ ‫َ‬ ‫ّ‬ ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬ ‫ه‬
‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ّ‬ ‫َي‬ ‫ا‬ ‫يآ‬ ‫ِى‬
‫ب‬ ‫َ‬ ‫ّ‬ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫لى‬
‫َ‬ ‫ع‬
‫َ‬ ‫ن‬ ‫َ‬ ‫و‬‫ُ‬
‫ُ ْ‬‫ّ‬ ‫ل‬‫ص‬‫َ‬ ‫ي‬ ‫ه‬
‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ت‬ ‫َ‬ ‫ك‬ ‫ِ‬
‫ئ‬ ‫آل‬‫م‬‫َ‬ ‫و‬
‫َ‬ ‫الله‬
‫َ‬ ‫ن‬ ‫َ‬ ‫ّ‬ ‫إ‬
‫ِ‬ ‫َى‬ ‫ل‬‫َ‬ ‫ا‬‫ع‬ ‫َ‬ ‫ت‬
‫عث َْمان‬‫ع َمر َو ُ‬ ‫اش ِدي ْ َن أَبِى بَك ٍْر َو ُ‬ ‫الر ِ‬
‫َّ‬ ‫ع ِن ا ْ ُ‬
‫لخلَفَا ِء‬ ‫لمقَ ّ َربِيْ َن َو ْار َض الل ُّه ّمَ َ‬ ‫عل َى اَنْبِيآ ِئ َك َو ُر ُسلِ َك َو َمآل ِئك َِة ا ْ ُ‬ ‫ح ّ َم ٍد َو َ‬ ‫آل َس ِي ّ ِدنا َ ُم َ‬ ‫عل َى ِ‬ ‫عل َي ْ ِه َو َس ِل ّ ْم َو َ‬‫َ‬
‫اح ِميْ َن‬
‫الر ِ‬
‫َّ‬ ‫عن َّا َم َع ُه ْم ب َِر ْح َم ِت َك يَا أ َ ْر َح َم‬ ‫ِّ‬
‫الدي ْ ِن َو ْار َض َ‬ ‫ان اِل َىي َ ْو ِم‬ ‫حابَ ِة َوالتّ َاب ِِعي ْ َن َوتَاب ِِعي التّ َاب ِِعيْ َن ل َُه ْم ِباِ ْح َس ٍ‬ ‫ع ْن بَ ِقي ّ َ ِة ّ َ‬
‫الص َ‬ ‫علِى َو َ‬ ‫َو َ‬

‫لم ْش ِر ِكيْ َن‬


‫الش ْر َك َوا ْ ُ‬ ‫لم ْسلِ ِميْ َن َوأ َ ِذ َّل ِ ّ‬ ‫الله ّمَ أ َ ِع ّ َز ا ْ ِإل ْسال َ َم َوا ْ ُ‬ ‫ات ُ‬ ‫يآء ِمن ْ ُه ْم َواْال َْم َو ِ‬ ‫ات ا َال َْح ُ‬ ‫لم ْسلِ َم ِ‬ ‫لم ْسلِ ِمي ْ َن َوا ْ ُ‬ ‫ات َوا ْ ُ‬ ‫لم ْؤ ِمن َ ِ‬ ‫غ ِف ْر لِل ُْم ْؤ ِم ِني ْ َن َوا ْ ُ‬ ‫َلله ّمَ ا ْ‬
‫ا ُ‬
‫الله ّمَ‬ ‫الديْ ِن‪.‬‬ ‫ِّ‬ ‫اع ِل كَلِ َما ِت َك ِإل َى يَ ْو َم‬ ‫الدي ْ ِن َو ْ‬ ‫ِّ‬ ‫اء‬ ‫د‬ ‫ع‬ ‫لمسلِ ِمي ْ َن َو َد ِمر أ َ‬ ‫ْ‬ ‫ا‬ ‫َل‬ ‫َ‬ ‫ذ‬ ‫خ‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ُل‬ ‫ْ‬ ‫ذ‬ ‫اخ‬ ‫و‬ ‫ن‬ ‫ي‬ ‫ِ‬
‫الد‬ ‫ر‬ ‫ص‬ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ر‬ ‫ص‬ ‫ن‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫ة‬ ‫ي‬ ‫ِ‬
‫د‬ ‫ح‬ ‫ِ‬ ‫و‬ ‫لم‬ ‫ْ‬ ‫ا‬ ‫ك‬‫َ‬ ‫اد‬ ‫ب‬ ‫ِ‬
‫ع‬ ‫ر‬
‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ّ ْ‬ ‫ُ ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ّْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َُ ّ ّ َ ْ َ‬‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َوا ْ‬
‫ص‬
‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ن‬
‫ان‬‫خآص ًة َو َسا ِئ ِر اْلبُل َْد ِ‬ ‫َّ‬ ‫ع ْن بَل َ ِدنَا اِن ْ ُدو ِني ْ ِسيَّا‬‫ح َن َما َظ َه َر ِمن ْ َها َو َما بَ َط َن َ‬ ‫لم َ‬ ‫ح َن َو ُس ْو َء اْل ِفتْن َ ِة َوا ْ ِ‬ ‫لم َ‬ ‫اء َوال ّزَال َِز َل َوا ْ ِ‬ ‫لوبَ َ‬ ‫عن َّا اْلبَال ََء َوا ْ َ‬ ‫ادف َْع َ‬ ‫ْ‬
‫اإن ل َْم تَ ْغ ِف ْر‬ ‫َاب الن ّ َِار‪َ .‬ربَّنَا َظل َْمنَا اَنْفُ َسنَا َو ْ‬ ‫عذ َ‬ ‫آلخ َر ِة َح َسن َ ًة َو ِقنَا َ‬ ‫الدنْيَا َح َسن َ ًة َو ِفى ا ْ ِ‬ ‫لعال َِميْ َن‪َ .‬ربَّنَا آ ِتنا َ ِفى ُّ‬ ‫ب اْ َ‬ ‫عآم ًة يَا َر َّ‬ ‫َّ‬ ‫لم ْسلِ ِميْ َن‬‫اْ ُ‬
‫لمنْك َِر َواْلبَ ْغي‬ ‫ْ‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫ء‬ ‫ِ‬ ‫شآ‬ ‫ح‬ ‫ف‬ ‫ل‬‫ْ‬
‫َ ِ َ ْ‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫ع‬ ‫ى‬ ‫ه‬ ‫ن‬ ‫ي‬ ‫و‬
‫ُْ َ َ ََْ‬‫بى‬ ‫ر‬ ‫ق‬‫ل‬ ‫ْ‬ ‫ا‬ ‫ي‬ ‫ِ‬
‫ذ‬ ‫ِ‬
‫ء‬ ‫تآ‬ ‫ي‬ ‫إ‬ ‫و‬ ‫ان‬ ‫س‬ ‫ح‬
‫َ ْ ِ َ ِ ْ َ ِ َِ ْ‬ ‫إل‬‫ْ‬ ‫ا‬‫و‬ ‫ل‬ ‫د‬ ‫ْلع‬ ‫ا‬ ‫ب‬
‫ِ‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫ر‬
‫َ َ ُ َُ‬‫م‬ ‫ْ‬ ‫أ‬ ‫ي‬ ‫الله‬ ‫ن‬‫َ‬ ‫ِ ّ‬ ‫إ‬ ‫!‬ ‫ِ‬
‫الله‬ ‫اد‬
‫َ َ‬ ‫ب‬ ‫ِ‬
‫ع‬ ‫‪.‬‬‫ن‬ ‫ي‬ ‫ر‬
‫َ ِ ْ َ‬‫اس‬‫ِ‬ ‫لخ‬ ‫ْ‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫َ‬ ‫ِ‬
‫م‬ ‫ن‬‫َ‬ ‫ن‬ ‫ُو‬
‫َ َْ ّ‬ ‫ك‬ ‫ن‬‫َ‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫لَنَا َ َ ْ َ ْ َ‬
‫ن‬ ‫م‬ ‫ح‬ ‫ر‬ ‫ت‬ ‫و‬
‫َ ُ‬
‫الله أَك ْبَ ْر‬‫ِ‬ ‫لى ِن َع ِم ِه ي َ ِز ْدك ُْم َول َِذك ُْر‬ ‫ع‬ ‫ه‬ ‫و‬‫ُر‬ ‫ك‬ ‫اش‬
‫َ َ َْ َ ْ ْ َ ْ ُْ ُ َ َ‬ ‫و‬ ‫ُم‬ ‫ك‬ ‫ُر‬ ‫ك‬ ‫ذ‬
‫ْ‬ ‫ي‬ ‫م‬ ‫ي‬ ‫ِ‬
‫ظ‬ ‫لع‬ ‫ْ‬ ‫ا‬ ‫الله‬ ‫وا‬ ‫ُر‬ ‫ك‬ ‫ذ‬
‫ْ‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫ن‬
‫َ ُ ْ َ ْ َ ُْ َ َ ُ‬ ‫و‬ ‫ر‬ ‫َ‬ ‫ّ‬ ‫ك‬‫ذ‬ ‫َ‬ ‫ت‬ ‫ُم‬ ‫ك‬‫َ‬ ‫ّ‬ ‫ل‬ ‫َع‬ ‫ل‬ ‫ُم‬ ‫ك‬ ‫ظ‬ ‫ع‬ ‫ِ‬ ‫ي‬

‫)‪Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU‬‬
‫‪Surakarta‬‬

Anda mungkin juga menyukai