Anda di halaman 1dari 5

Jtr,rnal Penelitian Perihanan Indonesio lbl.IIl No.

il T'ahun l99Z

PENGGUNAAN MS.222 (TRICAINE) UNTUK


PEMBIUSAN BANDENG (Chanos chanos) UMPAN
Rohama Daud*), Suwardi*), M.J. Yacob*) dan Uto;o*)

ABSTRAK

Kendala yang sering dihadapi dalam penyediaan umpan hidup untuk penangkapan ikan
tuna/cakalang adalah masih tingginya kematian umpan dalam transportasi menuju daerah
penangkapan, sehingga diperlukan pembiusan umpan sebelum diangkut.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dosis tricaine (MS-222) yang aman dan lama
sedatasi bandeng umpan hidup yang layak digunakan selama pengangkutan. Lima tingkatan
dosis yang digunakan untuk pembiusan yaitu 20, 30, 40, 50, dan 60 ppm dengan 3 kali ulangan.
Wadah pengangkutan berupa kantong plastik dengan ukuran 80 X 40.-2, dii"i air dengan
volume 5 L, kemudian dimasukkan oksigen murni sebanyak 2 x volume air, lalu diikat.
Kepadatan ikan l0 ekor/kantong.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis 40 dan 50 ppm menghasilkan waktu induksi yang
relatif singkat (2.0 dan 1,67 menit), durasi sedatasi yang lama (296 dan 332 menit), serta sintasan
yang tinggi (100%,).

ABSTRACT: The use of MS-222 (tricaine) for the anaesthetion of milh fish (Chanos
chanos) uaed for life bait. By: Rohama Daud, Suwardi, M.J. Yacob and
Utojo.

One of the crucial problems in the life bait su.pply for tuna capture is the high mortality of the
bait during transportation to fishing ground. Thus anaestation of life bait during the handling of
lhe fish before transportation is necessary.
This experintenl was condw:ted to find the effectiue d,osage of tricaine for the sedation of milhfish
u.sedfor life bait during transportation. Fiue anaesthetic dosages were used; i.e. 20, 30, 40, 50, and
60 ppnr utith three replk'ations, Size. and weight of ntilhfish were I5-17 t:rn and 55-60 g respectiuely.
Plastic bags utere filk'cl wilh 5 L of pond water, 10 L of pure oxygen and 10 fish/bag.
The result shoued that dosages of 40 and 50 ppm had shorter inductbn time (2.0 and 1.67
minutes), bnger sedation tinte (296 and 332 minu.tes), and higher surviual rates (100%).

KEYWORDS: MS-222 (tricaine); anaesthetic; life bait; milhfieh.

PENDAHULUAN menjadi salah satu faktor pembatas dominan


Transportasi ikan hidup saat ini kian ber- dalam kegiatan penangkapan ikan tuna dan
kembang, baik untuk penelitian ataupun untuk cakalang di beberapa wilayah Indonesia. Satu di
keperluan bisnis seperti ekspor ikan hidup yang antara jenis ikan umpan untuk penangkapan
terus meningkat, serta untuk keperluan trans' ikan tuna dan cakalang dengan alat tangkap
portasi umpan penangkapan tuna dan cakalang rawai selain ikan layang, lemuru darr kembung
di laut. Meningkatnya permintaan ikan tuna adalah ikan bandeng (Chanos chanos). Ke-
dalam pasar internasional akan merangsang unggulan yang dimiliki ikan bandeng sebagai
tumbuhnya budidaya bandeng yang secara tidak umpan hidup adalah mudah diperoleh dalam
langsung akan memproduksi umpan hidup jumlah besar, benih tersedia untuk budidaya,
(Ahmad, 1993). Rumahpute et al. (1987) me- tahan terhadap penyakit dan kesegarannya dapat
nyatakan bahwa ketersediaan umpan hidup telah dipertahankan (Cholik dan Pasaribu, 1989).

-) Peneliti pada Balai Penelitian Perikanan Pantai, Maros

47
Daud., R.; Suwardi; M.J. Yacob; dan Utojo

Kendala yang sering dijumpai dalam pe- dalam pembiusan bandeng umpan yang aman
nyediaan umpan agar tetap hidup untuk sampai selama pengangkutan.
di daerah penangkapan, yaitu tingginya kematian
selama menuju daerah penangkapan. Penyebab BAHAN DAN METODE
kematian di antaranya adalah akibat stres dan
kerusakan fisik karena kesalahan penanganan Penelitian dilakukan di Laboratorium Basah
(Carrasco et al., 1984). Untuk mengatasi hal Instalasi Tambak Percobaan Maranak pada bulan
tersebut, transportasi umpan hidup ke daerah Oktober 1996. Bandeng umpan diperoleh dari
penangkapan dapat dilakukan dengan jalan tambak Maranak, dengan ukuran panjang dan
pembiusan. Obat bius merupakan senyawa kimia bobot masing-masing 15-17 cm dan 60-67 g. Obat
yang dapat menyebabkan hilangnya seluruh atau bius yang digunakan adalah MS-222 dengan
sebagian rasa pada seluruh tubuh sebagai akibat nama lain tricaine methane sulfonat, berbentuk
dari penurunan fungsi syaraf sehingga meng- bubuk kristal putih yang halus. Pada uji
halangi aksi dan hantaran impuls syaraf (Bose el pendahuluan dilakukan penentuan dosis letal
o/., 1991). Selanjutnya dikatakan bahwa obat bius MS-222 untuk bandeng umpan dengan
bila dilarutkan dalam air akan mengurangi laju konsentrasi 10,50, 100, 150 dan 200 ppm. Setelah
respirasi dan aktivitas ikan. Berbagai bahan diketahui dosis letal (>50 ppm), percobaan di-
kimia telah digunakan sebagai obat bius dalam lanjutkan dengan uji konsentrasi untuk membius
perikanan, khususnya pada penanganan induk, ikan. Rancangan percobaan acak lengkap dengan
penanganan sampel, penandaan (Siwicki, 1984) perlakuan dosis MS-222 yang dicobakan adalah
dan transportasi (Burhanuddin et al., 1989; 20, 30, 40, 50 dan 60 ppm dengan 3 kali ulangan.
Suparno dan Irianto, 1995). Analisis data dilakukan dengan sidik ragam dan
dilanjutkan dengan uji BNT. Kepadatan ikan
Seiring dengan meningkatnya permintaan yang digunakan adalah 10 ekor/5 L. Sebagai
ikan hidup terutama untuk umpan, penggunaan wadah percobaan digunakan kantong plastik
bahan kimia sebagai obat bius makin diperlukan. berukuran 80 x 50 cmz. Tiap-tiap kantong diisi 5
Hal yang perlu diperhatikan adalah senyawa L air bersalinitas 15 ppm dan gas oksigen dengan
kimia tersebut tidak bersifat racun terhadap ikan perbandingan 1:3 (Bocek, 1992), kemudian diikat.
yang dapat menimbulkan efek bius yang cukup
lama dengan dosis yang sangat rendah, mudah Peubah yang diamati adalah waktu induksi.
didapat dan harganya terjangkau (Schreck and dan lama ikan sedatasi (waktu pemulihan sampai
Moyle, 1990), Salah satu jenis obat bius yang ikan sadar kembali). Ikan pingsan ditandai
digunakan untuk mengurangi stres dan kematian dengan posisi ikan yang miring atau terlentang,
pada saat penanganan ikan adalah MS-222 atau tidak berenang di dasar dan permukaan kantong
tricaine methasulfonate (Bourne, 1984 dan dengan operculum (tutup insang) tetap bergerak.
Subasinghe, 1997). Rumus kimia tricaine Peubah kualitas air sebagai salah satu faktor
(MS-222) adalah CoHt lO2N + CH.SO'H. yang turut menentukan sintasan ikan diamati
pada awal dan akhir penelitian (saat ikan
MS-222 adalah bahan anestetika yang di- siuman) meliputi oksigen terlarut. CO, bebas.
gunakan sebagai obat bius pada transportasi ikan amoniak. suhu, dan pH, dan dianalisis secara
yang terbius sementara, sehingga tidak peka deskriptif.
terhadap getaran, mudah penanganannya, waktu
induksi cepat serta tidak menimbulkan dampak HASIL DAN PEMBAHASAN
negatif terhadap ikan dan manusia pada dosis
tertentu. Menurut Bourne (1984), mutu MS-222 Ikan uji yang dimasukkan ke dalam air yang
ditentukan oleh aminobenzenzoate yang memiliki telah diberi MS-222 (tricaine), pertama akan
sifat membius, melepaskan uap serta dapat mem- tenang di dasar selama beberapa detik, kemudian
berikan bau yang tajam dalam air yang sifatnya pergerakan tutup insang yang semakin cepat dan
menyengat. Walaupun telah digunakan pada kemudian bergerak ke permukaan dengan gerak-
berbagai jenis ikan, tetapi belum ada informasi an tidak teratur, selanjutnya badan terbalik yang
tentang pembiusan bandeng umpan. Penelitian diikuti oleh pergerakan sirip yang semakin
ini bertujuan untuk mengetahui dosis MS-222 lamban dan akhirnya ikan akan terlentang di
(tricaine) dan lama sedatasi yang diperlukan dasar atau di permukaan. Hal yang demikian

48
Jurnal Penelitian Perihanan Ind.<tnesia Vol.Iil No.3 Z'ahun t gg7

terjadi pada semua perlakuan. Dalam keadaan lambat (P<0,05) dibandingkan dengan dosis 30.
seperti ini ikan tidak bergerak, tetapi tutup 40, 50 dan 60 ppm. Waktu induksi pada dosis 30
insang tetap bergerak. ppm lebih lambat (P<0,05) dari dosis 40, 50 dan
Hasil pengamatan konsentrasi MS-222 ter. 60 ppm, sedang dosis 40, 50 dan 60 ppm
mempunyai waktu induksi yang sama (P>0.05)
hadap waktu induksi, waktu pemulihan dan
terhadap obat bius MS-222. Menurut Siwicki
sintasan bandeng umpan disajikan pada Tabel 1.
(1984), dalam anestasi diharapkan waktu untuk
Ada kecenderungan bahwa semakin tinggi dosis
induksi relatif cepat tetapi juga mengurangi stres
obat bius yang digunakan, menghasilkan waktu
pada ikan. Selanjutnya Schreck dan Moyle (1990)
induksi yang makin relatif singkat. Uji statistik
menerang-kan bahwa obat bius yang baik harus
dengan sidik ragam menunjukkan dosis obat bius
mempunyai karakteristik seperti berikut: waktu
ber-pengaruh sangat nyata terhadap waktu
induksi kurang dari 15 menit (lebih baik lagi jika
induksi obat pada ikan uji (P<0,01). Uji lanjut
kurang dari 3 menit), cepat dieksresi, dan waktu
BNT menunjukkan bahwa perlakuan dosis 20
pemulihan yang singkat.
ppm mempunyai waktu induksi yang paling

Tabel 1. Hasil anestesi bandeng umpan dengan menggunakan MS-222.


Table 1. Resu.lts of the anaesthetion of life bait milh fish by MS-222.

Dosis Perlakuan Waktu induksi Durasi sedatif Tingkat sintasan


Dosage Treatment Induction time Sedatiue duration Sl?
(ppm) (mnt) (mnt) (%,

20 1 I 153 100
2 7 t7l 100
n, r62 100
3
rata-rata (meon) 7.674 l62a 100

30 16 260 100
25 257 100
34 251 100
rata-rata (ntean) 5b 256b 100

40 12 294 100
22 300 100
32 294 100
rata-rata (ntean) 2" 296b r00

50 1
o 327 100
2 2 330 100
3 I 339 100
rata-rata (ntean) 1.67'' 33zb. 100

60 l1 343 0
2r 338 0
3r 339 0
rata-rata (mean) 1(' 340'' 0

Nilai rata-rata dalarn kolorn yang sama diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05):
Auerages in the same coluntn uith the so,nrc supercript indicate no significant differences (P>0.05)

49
Daud, R.: Suuardi; M.J. Yacob: dan Utojo

Pemulihan bervariasi menurut dosis obat bius tinggi yang mengakibatkan kandungan oksigen
yang digunakan. Makin tinggi konsentrasi obat yang terlarut semakin rendah. Perubahan
bius makin cepat waktu induksi dan makin lama kualitas air selama pengangkutan dapat diakibat-
durasi pingsan pada ikan uji. Pada konsentrasi 50 kan oleh penambahan obat bius (Bourne. 19tl{)
dan 60 ppm. waktu induksi relatif cepat dan dan aktivitas ikan selama diangkut (Clucal dan
durasi pingsan bertambah lama, tetapi untuk Ward, 1996). Belum diketahui apakah pe-
mencapai pulih kembali (sehat dan bugar) ikan- ngurangan oksigen ini akibat dari peningkatan
ikan harus dikondisikan dalam lingkungan baik dosis obat bius atau pengaruh lamanya ikan
dan diaerasi selama minimal 15 menit. Pada dosis pingsan. Bose (1991) mengemukakan bahwa ada-
20-40 ppm, ikan-ikan uji pada saat bangun dari nya obat bius dalam air media dapat mengurangi
pingsan kelihatan bugar sekali, sehingga dapat proses respirasi dan aktivitas ikan, namun Clucal
ditebar langsung di penampungan. Uji lanjut dan Ward (1996) menyatakan bahwa ikan
dengan BNT memperlihatkan bahwa dosis 20 mempunyai salah satu kebutuhan pokok yaitu
ppm mempunyai lama pingsan yang lebih singkat proses pernapasan tetap berlangsung.
(P<0,05) dibanding dengan perlakuan lainnya.
Perlakuan dosis 30 ppm mempunyai waktu lama Temperatur air media pengangkutan nampak
pingsan yang relatif sama (P>0,05) dengan per- meningkat pada dosis obat bius 40 ppm. Menurut
lakuan dosis 40 dan 50 ppm, tetapi lebih singkat Bocek (1992) kebutuhan respirasi ikan lebih besar
(P<0,05) dibanding dengan perlakuan dosis 60 pada suhu yang lebih tinggi, seperti terlihat pada
ppm, sedangkan dosis 50 dan 60 ppm mempunyai Tabel 2. Semakin tinggi dosis obat bius yang
waktu yang relatif sama (P>0,05). Menurut digunakan semakin tinggi pula temperatur air
Subasinghe (1977) apabila ikan yang diangkut media selama pengangkutan yang kemungkinan
menggunakan MS-222 diperlukan untuk diakibatkan oleh lamanya waktu sedatasi (pem-
konsumsi, sebaiknya dipelihara selama 30 hari biusan).
setelah perlakuan agar residu obat bius yang
Penurunan pH media selama pengangkutan
dapat mengakibatkan keracunan dapat terurai.
dapat diakibatkan oleh penambahan obat bius
Peubah kualitas air yang diamati selama dan hasil eskresi ikan uji. Semakin lama waktu
pengangkutan disajikan pada Tabel 2. Peubah transportasi ikan, semakin rendah nilai pH pada
kualitas air berubah seiring dengan lamanya ikan air media. Hal ini dinyatakan oleh Bourne (1984)
pingsan. Semakin tinggi dosis obat bius yang bahwa salah satu masalah yang dihadapi dalam
digunakan menyebabkan semakin lama ikan pembiusan ikan adalah menurunnya pH pada
pingsan, sehingga penurunan oksigen semakin saat penambahan obat-obatan.

Tabel 2. Kualitas air media pengangkutan dengan menggunakanMS-222.


Table 2. Water qu,alitv of transport ntediu.nt with the use of MS-222.

Dosis Oksigen terlarut coz NHa Suhu pH


Dosage DO Ternperature
(ppm) (ppm) (ppm) (ppm) ("c)
0x D. t) 0 0.0084 28.2 8.0
20 ** 4.4 53.27 0.0479 28.2 6.5
30 ** 4.3 67.92 0.0496 28.2 6.5
40 ** 3.9 45.28 0.0753 28.5 6.3
50 ** 2,7 4r.29 0.0697 28.9 6.3
60 ** 2.1 50.60 0.0741 28.9 6.0

* = sebelum pengangkutan (before transputation)


** = sesudah pengangkutan (after transportation)

50
Jurnal Penelitian Perihanan lndorrr,sicl Vol.III No.J I'ahun IggT

Akibat lain dari hasil eksresi, yaitu me- Burhanuddin. Sulaiman dan T. Wikanta. l.c)Sf).
ningkatnya kandungan amoniak dalam media IIinl'ak cengkeh sebagai obat bitrs ttntttk ikltr
sciring dengan lamanya waktu pengangkutan. beronang (Srgcrnrrs grr/loltrs). J.Per.reiitian. ir(l):
Hal ini dapat mempengaruhi sintasan ikan. t) l -bD.

Carrasco. S.. H. Sumano. and R. Navarro - Fielro.


KESIMPULAN DAN SARAN 1984. The use of lidocaine-sodium bicarbor-rate as
anaesthetic in fish. Aquaculture, 41:395-398.
Dosis MS-222 (tricaine) 50 dan 40 ppm dapat Cholik, F dan A. Pasaribu. 1989. Budidaya bandeng
dianjurkan untuk digunakan sebagai obat bius umpan, prospek dan permasalannya. Balai Pene-
pada transportasi bandeng umpan ukuran litian Budidaya Pantai, Maros. 15 hal.
panjang dan bobot masing-masing 15-15 cm dan
Clucal, LJ and A.R. Ward. 1996. Post-harvest fisheries
55-60 g, karena mempunyai waktu induksi lebih development: A guide to handling, preservation,
cepat (2-1,67 menit) dan waktu pembiusan processing and quality. Chatham Maritime, Kent
(sedation tinre) lebih lama (296-332 menit). ME-4, United Kingdom, NRL
Rumahpute, 8., M. Syukur., dan J. Latelay. 1987.
DAFTAR PUSTAKA Survey kualitas ikan umpan yang baik dalam
menunjang perikanan cakalang di perairan Maluku
Ahmad. T. 1993. Support of research on milkfish
Tengah. Jurnal Penelitian Perikanan Laut, (43):
(Chanos chanos Forskal) for fishery development.
75-80.
Indonesian Agriculture Research & Development
Journal. 15 (1): 10-f3. Schreck, C.B and Moyle. 1990. Methods for fish
biology. American Fisheries Society. Bathesda,
Bocek. A. 1992. Pengangkutan ikan. Pedoman teknis.
Mayland USA. 684 pp.
Proyek Penelitian dan Pengembangan Perikanan.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Siwicki, A. 1984. New anaesthetic for fish. Aqu-
Jakarta. 17 hal. aculture, 38:171-176.
Bose, A.N., S.N. Ghosh.. C.T. Yang., and A. Mitra. Subasinghe, S. 1997. Live fish-handling and trans-
1991. Coastal aquaculture engineering. Edward portation. Infofish International, 2:39-43.
Arnold. A division of hodder & stoushton, London.
Suparno dan H.E. Irianto. 1995. Transportasi ikan
3?5 pp.
hidup dan teknologi pasca panen. Prosiding temu
Bourne, P.K. 1984. The use of MS-222 (tricaine metane usaha pemasyarakatan teknologi keramba jaring
sulphonate) as an anaesthetic for routine blood apung bagi budidaya laut. Jakarta 12-13 April
sampling in three species of narine Teleostei. 1995. Badan Penelitian dan Pengembangan Per-
Aquaculture, 36:3 I 3-32 1. tanian. Hal 88-106.

51

Anda mungkin juga menyukai