Anda di halaman 1dari 26

SEJARAH PERKEMBANGAN KOPERASI DI DUNIA DAN INDONESIA

OLEH

NAMA : FITRIA AMIN

NIM : A011191053

MATA KULIAH EKONOMI KOPERASI DAN UKM

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................... 2
I. PENDAHULUAN ...................................................................................................... 3
Latar Belakang.............................................................................................................. 3
II. PEMBAHASAN MATERI ........................................................................................ 5
A. Sejarah Perkembangan Koperasi di Dunia ...................................................... 5
1. Sejarah Perkembangan koperasi di Inggris.............................................. 5
2. Sejarah Perkembangan Koperasi di Jerman............................................ 7
3. Sejarah Perkembangan Koperasi di Denmark ....................................... 11
4. Sejarah Perkembangan koperasi di Perancis ........................................ 12
5. Sejarah Perkembangan Koperasi di Amerika Serikat ........................... 14
6. Sejarah Perkembangan Koperasi di Jepang .......................................... 15
7. Sejarah Perkembangan Koperasi di Swedia .......................................... 16
8. Sejarah Perkembangan Koperasi di Uni Soviet ..................................... 17
9. Sejarah Perkembangan Koperasi di Amerika Selatan, Afrika,
Australia, Selandia baru............................................................................. 18
10. Sejarah Perkembangan Koperasi di Thailand, India, Timor Leste,
Filipina, dan Malaysia................................................................................. 18
B. Sejarah Perkembangan Koperasi di Indonesia ............................................. 20
1. Perkembangan Koperasi di Indonesia sebelum Kemerdekaan .......... 20
2. Perkembangan koperasi di Indonesia setelah Kemerdekaan ............ 22
III. PENUTUP ............................................................................................................... 25
Kesimpulan.................................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 26

2
I. PENDAHULUAN

Latar Belakang
Gerakan Koperasi di dunia, di mulai pada pertengahan abad 18 dan
awal abad 19 di Inggris. Lembaga ini sering disebut dengan “Koperasi
Praindustri”. Dari sejarah perkembangannya, dimulai dari munculnya
revolusi industri di Inggris tahun 1770 yang menggantikan tenaga
manusia dengan mesin-mesin industri yang berdampak pada semakin
besarnya pengangguran hingga revolusi Perancis tahun 1789 yang
awalnya ingin menumbangkan kekuasaan raja yang feodalistik, ternyata
memunculkan hegemoni baru oleh kaum kapitalis. Semboyan Liberte-
Egalite-Fraternite (kebebasan-persamaan-kebersamaan) yang semasa
revolusi didengung-dengungkan untuk mengobarkan semangat
perjuang rakyat berubah tanpa sedikitpun memberi dampak perubahan
pada kondisi ekonomi rakyat. Manfaat Liberte (kebebasan) hanya
menjadi milik mereka yang memiliki kapital untuk mengejar keuntungan
sebesar-besarnya. Semangat Egalite dan Fraternite (persamaan dan
persaudaraan) hanya menjadi milik lapisan masyarakat dengan strata
sosial tinggi (pemilik modal kapitalis).

Sejarah kelahiran dan berkembangnya koperasi di negara maju dan


negara berkembang memang sangat diametral. Di negara maju
koperasi lahir sebagai gerakan untuk melawan ketidakadilan pasar, oleh
karena itu tumbuh dan berkembangnya koperasi berada dalam suasana
persaingan pasar. Bahkan dengan kekuatannya itu koperasi meraih
posisi tawar dan kedudukan penting dalam konstelasi kebijakan
ekonomi termasuk dalam perundingan internasional. Peraturan
perundangan yang mengatur koperasi tumbuh kemudian sebagai
tuntutan masyarakat koperasi dalam rangka melindungi dirinya.

Di negara berkembang koperasi dirasa perlu dihadirkan dalam


kerangka membangun institusi yang dapat menjadi mitra negara dalam
menggerakkan pembangunan untuk mencapai kesejahteraan

3
masyarakat. Oleh karena itu, kesadaran antara kesamaan dan
kemuliaan tujuan negara dan gerakan koperasi dalam memperjuangkan
peningkatan kesejahteraan masyarakat ditonjolkan di negara
berkembang, baik oleh pemerintah kolonial maupun pemerintahan
bangsa sendiri setelah kemerdekaan, berbagai peraturan perundangan
yang mengatur koperasi dilahirkan dengan maksud mempercepat
pengenalan koperasi dan memberikan arah bagi pengembangan
koperasi serta dukungan/perlindungan yang diperlukan.

4
II. PEMBAHASAN MATERI
A. Sejarah Perkembangan Koperasi di Dunia
1. Sejarah Perkembangan koperasi di Inggris
Dampak berkembangnya industri yang sangat cepat menyebabkan
kaum buruh kesulitan dalam mempertahankan perekonomiannya.
Kondisi ini menyebabkan Robert Owen, seorang direktur pabrik tenun,
dan William King tergerak untuk memberikan pertolongan. Robert Owen
mendorong dan memberikan fasilitas bagi berdirinya koperasi bagi
buruh pabriknya dengan memberikan monopoli bagi pendirian toko-toko
di sekitar pabriknya. Sementara itu William King, seorang dokter,
mendorong buruh untuk berkoperasi. Usaha perkoperasian yang dirintis
pada tahun 1928 berkembang cepat sehingga dalam kurun waktu hanya
dua tahun jumlah koperasi meningkat pesat sehingga mencapai 10
buah.

Rintisan dari Owen dan King pada akhirnya mengalami kemunduran


setelah keduanya meninggal. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
sebagai berikut (Hudiyanto, 2002): Pertama, faktor eksternal berupa
rintangan dari pihak majikan yang kurang senang melihat buruh bersatu
dalam koperasi dan adanya rintangan dari pedagang yang takut akan
desakan usahanya. Sedangkan faktor kedua, intern yang merupakan
faktor terpenting yaitu kurangnya keinsafan berkoperasi dari
buruh/anggotanya. Hal ini disebabkan berdirinya koperasi pada saat itu
lebih banyak karena anjuran dari orang luar, bukan buruh, yang dalam
hal ini adalah Owen dan King.

Koperasi yang dana dan fasilitasnya berasal dari luar anggota


dirasakan gagal oleh kaum buruh walaupun mereka sudah melihat
beberapa aspek yang baik dari koperasi antara lain berupa adanya
peningkatan kesejahteraan anggotanya. Oleh karena itu, atas
kesadaran sendiri sebanyak 28 orang buruh mencoba mempelopori
berdirinya koperasi di Rochdale. Mereka yang disebut Rochdale

5
Pioneers meneliti dan menemukan kelemahan dari koperasi yang
diprakarsai Owen dan King.

Setelah dievaluasi dalam Rapat Anggota ditemukan bahwa


kelemahan yang disebabkan kebangkrutan koperasi sebelumnya
adalah:

 Koperasi memberikan kesempatan pada anggotanya untuk


berbelanja dengan berhutang. Hal ini menyebabkan hutang
anggota menumpuk sehingga akhirnya koperasi kehabisan
modal.
 Banyak anggota yang kurang setia kepada koperasi meskipun
sudah disediakan toko oleh koperasi, tetapi banyak yang tidak
memanfaatkan dengan berbelanja ke toko lain.
 Sering kali ada anggota yang bersedia memasukkan modal
hanya dengan tujuan untuk mendapatkan pembagian
keuntungan sebanding dengan jumlah uang yang disetorkannya.
 Adanya saingan dari toko lain yang melakukan tipu muslihat,
misalnya dengan menetapkan harga yang lebih rendah. Hal ini
dilakukan dengan membuat barang yang kurang bermutu
(Supardjiman,1964).

Ketika menyadari kelemahan dari koperasi yang telah pernah berdiri


maka 28 orang buruh di Rochdale menyusun peraturan yang disetujui
oleh anggota. Peraturan itu disusun oleh kaum buruh sendiri sehingga
pelaksanaannya dilakukan secara ketat. Di kemudian hari aturan inilah
yang disebut prinsip-prinsip Rochdale (Rochdale Principles) yang
menjadi prinsip dasar bagi koperasi di banyak negara. Pada awalnya
prinsip itu disusun sendiri oleh 28 orang buruh, yang terdiri dari lima
prinsip yaitu:

(1) Pembelian barang secara tunai


(2) Keuntungan dibagi atas dasar intensitas keterlibatan anggota
dalam koperasi
(3) Pemberian bunga atas modal dibatasi

6
(4) Barang-barang dijual dengan harga pasar
(5) Koperasi menyediakan barang dengan kualitas yang baik dan
dengan pertimbangan yang benar (Hudiyanto, 2002).

2. Sejarah Perkembangan Koperasi di Jerman


Apabila Inggris sering disebut sebagai tempat kelahiran koperasi
(koperasi konsumsi) dengan prinsipnya yang dikenal dengan Rochdale
Principles maka Jerman sering disebut sebagai tempat kelahiran dari
Koperasi Kredit. Hal ini ditandai dengan tercetusnya pendirian koperasi
simpan pinjam di negeri itu pada pertengahan abad ke-19. Tokoh yang
mendorong kelahiran koperasi itu adalah Frederick William Raiffaessen
(1818-1888) dan Herman Schulze Delitzch, yang mendirikan koperasi
kredit dengan pertimbangan dan atas latar belakang pemikiran yang
berbeda.

Perekonomian Jerman pada abad 19 masih diwarnai oleh


perekonomian yang agraris di mana kehidupan sebagian besar
penduduknya memprihatinkan, mengingat mereka hanya bertindak
sebagai buruh tani atau petani tak bertanah (landless). Sedangkan
sebagian kecil penduduk bertindak sebagai bangsawan atau tuan tanah
(kaum feodal) yang menjadikan buruh tani sebagai budak (hamba
sahaya) yang tidak mempunyai kebebasan apapun. Proses eksploitasi
(pengurasan) dari kaum feodal terhadap Buruh tani berlangsung
mengakibatkan munculnya ketimpangan distribusi pendapatan.

Harapan bagi perbaikan nasib kaum buruh tani muncul ketika


pemerintah Jerman mengundangkan Undang-Undang Agraria
(Agrareform) yang baru pada tahun 1907. Gambaran perekonomian
Jerman tersebut menunjukkan bahwa kehidupan dari petani gurem,
buruh tani, dan industri serta pengusaha ekonomi lemah sangat sulit.
Untuk menghidupi keluarganya, mereka banyak tergantung kepada
lintah darat. Dalam kondisi tersebut muncul pemikiran dan aksi dari
Raiffaessen dan Schultze dengan latar belakang dan tekanan yang

7
berbeda. Raiffaessen terutama menekankan kepada kehidupan petani
gurem dan buruh tani, sedang Schultze terutama menekankan pada
nasib buruh tani dan pengusaha industri kecil.

a. Koperasi Raiffaessen

Frederich William Raiffaessen adalah seorang walikota di


Flemmerfeld, Weyerbush dan terakhir di Helderdof. Dalam
kedudukannya sebagai pejabat yang mengayomi rakyat,
Raiffaessen merasa amat prihatin dengan kehidupan rakyat di
lapisan bawah. Nasib rakyat di pedesaan amat menyedihkan, yang
karena kemiskinannya mereka terjerat hutang pada tuan tanah,
tengkulak dan rentenir. Ternyata Undang-Undang Agraria tidak
banyak menolong kehidupan masyarakat tersebut karena
kedudukannya yang lemah sehingga tidak memungkinkannya untuk
hidup mandiri terlepas dari peran tuan tanah dan tengkulak. Atas
dorongan rasa kemanusiaannya Raiffaessen berusaha meringankan
beban rakyat, antara lain dengan mengadakan kumpulan simpan
pinjam di kalangan petani. Dengan dibantu oleh sejumlah dermawan
di kota dimana Raiffaessen bertugas, perkumpulan simpan pinjam
itu dikembangkan yang akhirnya dikenal sebagai Bank Rakyat
(Peoples Bank).

Modal yang terkumpul disalurkan lewat buruh untuk keperluan


petani dengan ditetapkan tingkat biaya yang relatif rendah. Usaha
yang dirintis tersebut cukup banyak dirasakan manfaatnya oleh
petani. Namun demikian setelah melakukan evaluasi, Raiffaessen
merasa kecewa. Hal-hal yang mengecewakan itu antara lain:

 Banyak petani yang menyalahgunakan kredit yang dimintanya


untuk kegiatan yang kurang penting. Hal ini antara lain
disebabkan bank tidak melakukan pengawasan atas
penggunaannya dananya oleh petani
 Ada kecenderungan keuntungan yang didapat dari pembayaran
bunga jatuh ke tangan pemilik modal

8
 Ada kecenderungan di kalangan petani untuk gemar berhutang
karena persyaratannya yang relatif mudah, tanpa melihat
kemampuan dan kebutuhannya
 Dengan model perkumpulan simpan pinjamannya ternyata para
petani belum bisa terbebas dari masalah hutang.

Untuk itu, Raiffaessen mencoba merumuskan konsep self-help


untuk mengembangkan koperasi yang akhirnya dijelaskan dalam
prinsip-prinsip yang dipakainya ketika Raiffaessen menjadi walikota
di Helderdorf, tahun 1864. Cara kerja dari koperasi yang dirintisnya
adalah dengan menggunakan prinsip sebagai berikut:

 Usaha perkumpulan dimulai dengan anjuran agar petani suka


menabung meskipun dalam jumlah yang sedikit uang yang
terkumpul dari anggota ini akan bisa dimanfaatkan oleh petani
yang benar-benar memerlukannya dalam bentuk pinjaman.
 Usaha perkumpulan diadakan dalam lingkungan yang terbatas
dan orang-orangnya masih bisa saling mengenal sehingga selalu
ada dorongan untuk selalu bekerja sama.
 Untuk menjaga agar pinjaman yang diberikan digunakan sebaik-
baiknya sesuai dengan tujuannya maka dilakukan pengawasan
atas penggunaan pinjaman itu.
 Manajemen atau pimpinan perkumpulan dipegang sendiri oleh
anggota tanpa diberikan pembayaran upah.
 Keuntungan yang diperoleh dari pembayaran bunga dijadikan
milik perkumpulan dan digunakan untuk memperbesar modal
atau untuk kepentingan masyarakat umum.

Dengan aturan-aturan yang diterapkannya maka koperasi kredit


model Raiffaessen mengalami perkembangan yang pesat. Pada
tahun 1885 terdapat 245 buah koperasi simpan pinjam berkembang
menjadi 425 buah pada tahun 1888. Pada tahun 1891 jumlahnya
mencapai 885 buah dan melonjak menjadi 1600 buah pada tahun
1938.

9
b. Koperasi herman Schulze

Gerakan koperasi yang menjamin buruh industri dan pengusaha


ekonomi lemah. Gerakan ini dipelopori oleh Herman Schulze dari
kota Delitzsch. Schulze, ketua Komisi Perdagangan dalam Parlemen
Prusia (Jerman) amat memprihatinkan kehidupan kaum buruh,
tukang dan pengusaha kerajinan rakyat di Jerman. Kehidupan
mereka amat memprihatinkan bukan saja karena tidak bisa bersaing
dengan kaum industriawan bermodal besar akan tetapi juga karena
sulitnya memperoleh modal dengan syarat yang mudah dan murah.

Berikut tabel perbedaan dan persamaan antara koperasi


Raiffaessen dan koperasi Herman Schulze :

Model Raiffaissen Model Schulze


1. Swadaya 1. Swadaya
2. Daerah kerja terbatas 2. Daerah kerja terbatas
3. SHU untuk cadangan 3. SHU untuk cadangan serta
dibagikan kepada
anggotanya
4. Pengurus bekerja atas 4. Pengurus bekerja atas
dasar sukarela dasar imbalan
5. Usaha hanya kepada 5. Usaha tidak terbatas tidak
anggota hanya untuk anggota
6. Tanggung jawab anggota 6. Tanggung jawab anggota
tidak terbatas terbatas
7. Keanggotaannya atas
dasar watak dan bukan
uang
Sumber: Sitio dan Tamba, 2001

Dengan memperhatikan persamaan dan perbedaan yang digunakan


oleh Raiffaessen dan Schultze nampak adanya perbedaan menonjol
yang disebabkan oleh perbedaan latar belakang kehidupan anggotanya.
Anggota koperasi Raiffaessen terutama golongan petani dengan latar

10
belakang dan kebiasaan pertaniannya, sedangkan pada koperasi
Schulze, latar belakang kehidupan anggotanya adalah industri
perkotaan. Atas dasar perbedaan latar belakang itu maka ada
perbedaan antara kedua model itu antara lain pada koperasi kredit
model Raiffaessen, di antara anggota terjalin kerja sama yang amat erat
sehingga segala sesuatunya bisa berjalan dengan baik. Sementara itu
pada koperasi model Schulze, administrasi yang teratur amat menonjol,
sehingga jalannya koperasi lancar.

3. Sejarah Perkembangan Koperasi di Denmark


Sebagaimana di Jerman, keadaan di negeri tetangganya Denmark
diwarnai oleh hal yang sama yaitu pemilikan tanah yang luas oleh para
tuan tanah. Akibatnya penghasilan dari kaum tani tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sehingga penghidupan para
petani terasa amat memprihatinkan. Perkumpulan Tani Kerajaan
Denmark yang kemudian dibentuk mencoba memperjuangkan
pembagian tanah bagi para petani. Perjuangan itu akhirnya dipenuhi
sehingga kepada petani mulai dibagikan tanah dengan membayar ganti
rugi.

Adanya Undang-Undang Wajib Belajar tahun 1814 merupakan suatu


kebutuhan yang akhirnya dianggap tonggak penting dari pendalaman
ajaran moral di dalam berusaha. Karena masih kekurangan guru, para
pengurus perkumpulan tani ikut bertindak sebagai guru bagi anak-anak
usia sekolah. Kesempatan tersebut dipergunakan untuk selain
mengajarkan teknik pertanian juga mengajarkan dan menanamkan
moral dan nilai-nilai luhur manusia yang pada akhirnya dilanjutkan
dengan didirikan Sekolah Tinggi Rakyat (Volke Hojskole). Proses
pendidikan kepada para pemuda desa yang cukup lama yang di
dalamnya ditekankan aspek moral menyebabkan munculnya cara
pandang baru dari petani. Petani tidak lagi bersifat apatis dan statis
terhadap pembaharuan dari luar. Para petani menjadi tanggap dan

11
menerima pembaharuan yang diyakini akan membawa ke arah
kemajuan dan kesejahteraan.

Pada saat yang bersamaan para petani Denmark sudah terbiasa


untuk membentuk perkumpulan tani. Perkumpulan dari petani kecil
(small holders) itu cukup giat dalam usaha yang berkaitan dengan usaha
kecil. Di samping itu, untuk mendukung kegiatan pertanian didirikan
spare kasse sebagai bank tabungan pertanian. Karena modal dari spare
kasse itu dikumpulkan dari petani dan digunakan untuk kepentingan
petani maka para petani merasakan banyak manfaat dari pendirian
perkumpulan tani.

Dalam kondisi petani sudah terbiasa berkumpul dan dalam jangka


yang cukup telah ditanamkan nilai-nilai moral, maka pembentukan
koperasi pertanian di Denmark relatif lancar. Di kemudian hari gerakan
koperasi di Denmark dikenal cukup berhasil mencapai tingkat
perkembangan yang mengagumkan. Oleh karena itu, Denmark sering
mendapat julukan The Mecca of the Cooperative World atau Mekkahnya
Dunia Perekonomian. Bahkan dalam hal ini Mohammad Hatta (Bapak
Koperasi Indonesia) menjulukinya dengan Republik Koperasi, meskipun
negeri itu sebenarnya berbentuk kerajaan.

4. Sejarah Perkembangan koperasi di Perancis


Revolusi Perancis dan perkembangan industri telah menimbulkan
kemiskinan dan penderitaan bagi rakyat Perancis. Kelahiran koperasi
yang didasari oleh adanya penindasan dan kemiskinan yang terjadi
pada masyarakat kalangan bawah (buruh) di dalam sistem kapitalisme
yang berkembang pesat saat itu, ternyata harus berhadapan pula
dengan kelemahan dari dalam koperasi sendiri. Kurangnya modal,
kesadaran dan pengetahuan yang rendah dari anggota dan pengurus
menyebabkan koperasi sulit berkembang secara pesat.

12
Di sisi lain, ideologi sosialisme yang muncul sebagai reaksi dari
kekurangan-kekurangan kapitalisme itu ternyata tidak mampu berbuat
banyak untuk merubah keadaan saat itu.

Berkat dorongan pelopor-pelopor merekaseperti Charles Forier,


Louis Blanc, serta Ferdinand Lasalle, yang menyadari perlunya
perbaikan nasib rakyat, para pengusaha kecil di Perancis berhasil
membangun Koperasi-koperasi yang bergerak dibidang produksi.

Charles Fourier (1772-1837) seorang sosialis Perancis


menganjurkan berdirinya unit-unit produksi “Falansteires” yang
mengedepankan semangat kebersamaan baik kepemilikan kapital,
mengupayakan kebutuhan sendiri dan kepemilikan terhadap alat-alat
produksi secara bersama-sama. Louis Blanc (1811-1882) meskipun
terpengaruh oleh cita-cita Charles Fourier tetapi Louis Blanc mencoba
lebih realistis dengan menyusun rencana yang lebih konkret. Louis
Blanc mengusulkan kepada pemerintah untuk mendirikan tempat-
tempat kerja untuk kaum buruh dalam bentuk Atelier Sosiaux (Atelier
Sosial) dimana kaum buruh mengorganisir sendiri dengan cara
kooperatif dan diawasi oleh pemerintah. Selain mendapatkan upah
kerja, kaum buruh juga mendapat bagian dari laba usaha. Saint Simon
(1760-1825) berpendapat bahwa masalah sosial dapat diatasi jika
masyarakat diatur menjadi “Assosiasi Produktif” yang dipimpin teknokrat
dan ahli-ahli industri.

Dewasa ini di Perancis terdapat Gabungan Koperasi Konsumsi


Nasional Perancis (Federation Nationale Dess Cooperative de
Consommation), dengan jumlah Koperasi yang tergabung sebanyak
476 buah. Jumlah anggotanya mencapai 3.460.000 orang, dan toko
yang dimiliki berjumlah 9.900 buah dengan perputaran modal sebesar
3.600 milyar france/tahun.

13
5. Sejarah Perkembangan Koperasi di Amerika Serikat
Keadaan sosial ekonomi Amerika Serikat pada pertengahan abad
ke-19 hampir sama dengan Inggris. Menurut catatan, jumlah Koperasi
yang tumbuh antara tahun 1863-1939, berjumlah 2600 buah. Sekitar
57% dari Koperasi-koperasi ini mengalami kegagalan.

Menurut catatan, dalam periode 1909-1921, sekitar 52% dari seluruh


pekumpulan Koperasi pertanian yang ada telah bekerja secara efektif.
Dalam perkembangannya, ada banyak jenis Koperasi yang berkembang
di Amerika Serikat. Di daerah pedesaan antara lain dikenal adanya
Koperasi Asuransi Bersama, Koperasi Listrik dan Telepon, Koperasi
Pengawetan Makanan, Koperasi Simpan-Pinjam dan Koperasi
Penyediaan Benih. Sedangkan Koperasi-koperasi di perkotaan
seringkali menyelenggarakan toko-toko eceran. Koperasi kredit dan
Koperasi Perumahan juga banyak ditemukan dikota-kota, di Amerika
Serikat juga berkembang Koperasi Rumah Sakit dan Koperasi
Kesehatan.

Koperasi pertama yang berdiri di Amerika Serikat adalah The


Philadelphia Contributionship From Lose By Fire. Semacam asuransi
kebakaran. Berikutnya berdiri koperasi pengairan yang mengurus irigasi
pertanian.Dan pada tahun 1880 berdiri koperasi-koperasi pertanian
yang besar (History and Performance of Inkopkar 1995). Sementara itu,
di Amerika Serikat, selama bertahun-tahun juga telah berkembang
perkumpulan simpan pinjam yang dikenal dengan nama Credit Union,
berkat anjuran Alphonso Desjardin (1854- 1921).

Sebelumnya masyarakat pernah mencoba mendirikan perkumpulan


serupa, seperti yang pernah didirikan oleh kaum pekerja pada tahun
1892 yang bernama The Boston Globe. Namun kurang mendapat
sambutan masyarakat karena dinilai terlalu mengejar keuntungan,
sehingga tidak mencerminkan suatu bentuk kerja sama dan tolong
menolong.

14
Alphonso, memulai usaha simpan pinjam dengan mendirikan
semacam “Bank Rakyat” pada tahun 1900 di Levis Queebec, dengan
menggerakkan kegiatan menabung di kalangan petani maupun buruh
dan selanjutnya meminjamkan kepada sesama anggota yang
memerlukan. Perkembangan yang pesat usaha simpan pinjam melalui
“bank rakyat ” mendorong Alphonso berpikir akan perlunya landasan
hukum bagi usaha tersebut. Atas usaha keras Alphonso bersama
temannya Edward A Filene (1860-1913), pada tahun 1909, lahirlah
undang-undang pertama tentang koperasi Simpan pinjam di
Massachussets.

Dalam perkembangannya, undang-undang tentang koperasi simpan


pinjam itu juga mulai melebar ke New Hampshire. Koperasi simpan
pinjam tersebut selanjutnya menjadi model atau teladan bagi seluruh
koperasi simpan pinjam di Amerika Serikat, bahkan sampai ke Kanada.

Sampai tahun 1915, jumlah koperasi simpan pinjam atau credit union
telah bertambah menjadi 11 unit dan tiga tahun kemudian meningkat
menjadi 42 unit.Dan sampai tahun 1934 telah bertambah menjadi sekitar
2.400 unit yang tersebar di 38 negara bagian.Pada tahun tersebut,
Presiden Roosevelt menandatangani Federal Credit Union Act.Dan
pada tahun itu pula terbentuk Federal Credit Union yang menamakan
diri sebagai National Credit Union Association, yang berkedudukan di
Madison, Wiscounsin.

6. Sejarah Perkembangan Koperasi di Jepang

Koperasi pertama kali berdiri di Negara ini pada tahun 1900 (33
tahun sesudah pembaharuan oleh Kaisar Meiji), atau bersamaan
waktunya dengan pelaksanaan Undang-undang Koperasi Industri
Kerajinan. Cikal bakal kelahiran Koperasi di Jepang mulai muncul ketika
perekonomian uang mulai dikenal oleh masyarakat pedalaman.

15
Gerakan Koperasi pertanian mengalami kemajuan yang sangat
pesat sejak tahun 1930-an, khususnya ketika penduduk Jepang
menghadapi krisis ekonomi yang melanda dunia dalam periode 1933.
Di Jepang ada dua bentuk Koperasi pertanian. Yang pertama disebut
Koperasi Pertanian Umum. Koperasi ini bekerja atas dasar serba usaha,
misalnya menyelenggarakan usaha pemasaran hasil pertanian,
menyediakan kredit untuk usaha perasuransian, pemberian bimbingan
dan penyuluhan pertanian bagi usaha tani.

Bentuk Koperasi yang lain disebut Koperasi Khusus. Koperasi ini


hanya menyelenggarakan satu jenis usaha seperti Koperasi buah,
Koperasi daging ternak, Koperasi bunga-bungaan dan sebagainya.
Pada umumnya Koperasi-koperasi pertanian di Jepang
menyelenggarakan bentuk usaha Koperasi yang pertama.

Perlu ditambahakan, Koperasi-koperasi yang menyelenggarakan


kegiatan serba usaha juga tergabung dalam sebuah Koperasi Induk
yang bernama Gabungan Perkumpulan Koperasi Pertanian Nasional
(Zenkoku Nogyo Kyodokumiai Chuokai). Titik berat kegiatan Koperasi
Gabungan atau ZEN-Noh ini adalah penyaluran sarana produksi dan
pemasaran hasil pertanian. Selain itu di Jepang juga terdapat Induk
Koperasi Asuransi Bersama, Induk Koperasi Perbankan untuk
pertanian-kehutanan dan pusat asosiasi penerbitan.

7. Sejarah Perkembangan Koperasi di Swedia

Salah seorang pelopor Koperasi yang cukup terkemuka dari Swedia


bernama Albin Johansen. Salah satu tindakannya yang cukup
spektakuler adalah menasionalisasikan perusahaan penyaringan
minyak bumi yang menurut pendapatnya, dapat dikelola dengan cara
yang tidak kalah efisiennya oleh Koperasi. Pada tahun 1911 gerakan
Koperasi di Swedia berhasil mengalahkan kekuatan perusahaan besar.

16
Pada tahun 1926 Koperasi berhasil menghancurkan monopoli penjualan
tepung terigu yang dimiliki perusahan swasta.

Pada akhir tahun 1949, jumlah Koperasi di Swedia tercatat sebanyak


674 buah dengan sekitar 7.500 cabang dan jumlah anggota hampir satu
juta keluarga. Rahasia keberhasilan Koperasi-koperasi Swedia adalah
berkat program pendidikan yang disusun secara teratur dan pendidikan
orang dewasa di Sekolah Tinggi Rakyat (Folk High School), serta
lingkaran studi dalam pendidikan luar sekolah. Koperasi Pusat
Penjualan Swedia (Cooperative Forbundet), mensponsori program-
program pendidikan yang meliputi 400 jenis kursus teknis yang diberikan
kepada karyawan dan pengurus Koperasi.

8. Sejarah Perkembangan Koperasi di Uni Soviet


Uni Soviet sebagai Negara sosialis/ komunis keadaan koperasinya
berbeda. Perbedaan yang mendasar antara negeri-negeri yang lain
adalah sistem pemerintah dan masyarakatnya. Pada umumnya ada tiga
sikap gerakan koperasi mengenai asas atau dasar yang disebut political
neutrality ini, yakni:
 Ada yang acuh tak acuh terhadap politik
 Ada yang netral terhadap politik
 Ada yang tuirut aktif dalam gerakan politik
Gerakan koperasi Uni Soviet turut aktif dalam gerakan politik di
negeri tersebut. Koperasi tidak dapat dan tidak boleh bersikap netral di
dalam gerakan politik. Koperasi tidak boleh bersikap pasif dan acuh tak
acuh terhadap persoalan-persoalan politik. Meskipun secara
organisatoris koperasi tidak menggabungkan diri di dalam gerakan-
gerakan atau partai komunis, secara idiologis koperasi harus
menggabungkan diri serta berintegrasi dengan gerakan-gerakan
komunis. Jadi koperasi bersatu dan berpadu dengan tujuan dan sasaran
sosialisme/komunisme. Karena itu di Uni Soviet koperasi dibantu
sepenuhnya oleh Negara dan didukung oleh partai komunis. Di Uni

17
Soviet koperasi hnaya merupakan alat untuk menuju tercapainya
masyarakat komunis. Ada pertanian kolektif yang dikenal dengan
kolkhozi sebagai suatu bentuk koperasi, akan tetapi usaha koperasi ini
sesungguhnya masih merupakan alat Negara Uni Soviet dan bukan
koperasi di dalam arti yang murni atau sepeerti ditafsirkan orang di
Negara-negara barat.

9. Sejarah Perkembangan Koperasi di Amerika Selatan, Afrika,


Australia, Selandia baru
Meskipun di Negara-negara Amerika Selatan atau Amerika latin
rakyat sangat membutuhkan peningkatan taraf hidup serta perbaikan
kemakmuran bersama, namun secara relatif perkembangan koperasi di
Negara-negara ini tidak begitu menonjol. Disebabkan beberapa faktor
yaitu kekolotan, banyak rakyat masih buta huruf dan kurangnya modal.
Namun beberapa di Negara Amerika Selatan menggalakkan koperasi.
Di Afrika gerakan koperasi belum begitu banyak dikenal. Kalaupun
ada, keadaannya sangat sederhana dan menyesuaikan diri dengan
tugas-tugas yang sederhana pula. Di Australia dan Selandia Baru
perkumpulan-perkumpulan koperasi mirip keadaannya dengan keadaan
perkumpulan koperasi di eropa dan mencapai hasil yang
menggembirakan di dalam meringankan kesukaran-kesukaran dalam
merintis daerah-daerah baru.

10. Sejarah Perkembangan Koperasi di Thailand, India, Timor


Leste, Filipina, dan Malaysia
a. Perkembangan koperasi di Thailand ditandai dengan
pembentukan departemen pada tahun 1915. Departemen
promosi koperasi di Thailand memiliki visi untuk memprmosikan
dan mengmbangkan kelompok promosi & kelompok petani
menuju ketahanan & kemandirian. Departemen koperasi
memberikan bimbingan dari sisi administrasi, kelembagaan, dan
efisiensi dari kelompok petani tersebut.

18
b. Perkembangan koperasi di India dimulai dengan medirikan
koperasi kredit ala Raffesian pada tahun 1907 dan menyusun UU
yang kemudian diperbaharui pada tahun 1912. Pada awal
pertumbuhan koperasi di india yang menjadi adalan adalah
koperasi perkreditan peternakan sapi perah, pabrik gula dan bank
koperasi. UU koperasi India di adopsi oleh Negara Amerika,
Afrika & Asia termasuk Indonesia.
c. Perkembangan koperasi di Timor Leste mengadopsi model
koperasi wanita Setia Budi Wanita (SBW) JawaTimur, terutama
dalam hal manajemen tanggung renteng. Koperasi di Timor Leste
merupakan salah satu pilar ekonomi Negara selain sektor publik
& swasta. Jumlah koperasi di Timur Leste sebanyak 84 unit.
Kegiatannya berimbang antara koperasi simpan pinjam dan
koperasi serba usaha. Sampai pada tahun 2017, pemerintah
menargetkan koperasi tumbuh menjadi 300 koperasi.
d. Perkembangan koperasi di Filipina dipicu oleh lahirnya kebijakan
reformaAgraria. Koperasi yang berhasil di Filipina
adalahFederasiKoperasi Mindanao (FEDCO), yang memiliki
sekitar 20 anggota koperasi& 3600 petani perorangan. Koperasi
ini mengelola hampir 5000 hektar lahan dengan komoditi pisang.
MIDECO adalah salah satu koperasi yang pendiriannya didukung
oleh LSM pada tahun 1986.
e. Perkembangan koperasi di Malaysia diperkenalkan pada tahun
1909 oleh pemerintah colonial. Penciptaan RIDA (Otorita
Pengembangan Pedesaan & Industri) pada tahun 1990
membantu menfalisitasi melalui pegembangan pedesaan yang
terintegrasi. Gerakan koperasi yang terkenal di Malaysia adalah
gerakan koperasi pengembangan perumahan.

19
B. Sejarah Perkembangan Koperasi di Indonesia
1. Perkembangan Koperasi di Indonesia sebelum Kemerdekaan

Pada zaman penjajahan banyak rakyat Indonesia yang hidup


menderita, tertindas, dan terlilit hutang dengan para rentenir. Pada
tahun 1896, patih purwokerto yang bernama R. Aria Wiriaatmadja
mendirikan koperasi yang bergerak di bidang simpan- pinjam. Untuk
memodali koperasi simpan- pinjam tersebut di samping banyak
menggunakan uangnya sendiri, beliau juga menggunakan kas mesjid
yang dipegangnya (Djojohadikoesoemo, 1940, h 9). Setelah beliau
mengetahui bahwa hal tersebut tidak boleh, maka uang kas mesjid telah
dikembalikan secara utuh pada posisi yang sebenarnya.

Kegiatan R Aria Wiriatmadja dikembangkan lebih lanjut oleh De Wolf


Van Westerrode asisten Residen Wilayah Purwokerto di Banyumas.
Ketika ia cuti ke Eropa dipelajarinya cara kerja wolksbank secara
Raiffeisen (koperasi simpan-pinjam untuk kaum tani) dan Schulze-
Delitzsch (koperasi simpan-pinjam untuk kaum buruh di kota) di Jerman.
Setelah ia kembali dari cuti melailah ia mengembangkan koperasi
simpan-pinjam sebagaimana telah dirintis oleh R. Aria Wiriatmadja .
Dalam hubungan ini kegiatan simpanpinjam yang dapat berkembang
ialah model koperasi simpan-pinjam lumbung dan modal untuk itu
diambil dari zakat.

Lalu pada tahun 1908, perkumpulan Budi Utomo memperbaiki


kesejahteraan rakyat melalui koperasi dan pendidikan dengan
mendirikan koperasi rumah tangga, yang dipelopori oleh Dr.Sutomo dan
Gunawan Mangunkusumo. Setelah Budi Utomo sekitar tahun 1911,
Serikat Dagang Islam (SDI) dipimpin oleh H.Samanhudi dan H.O.S
Cokroaminoto mempropagandakan cita-cita toko koperasi (sejenis
waserda KUD), hal tersebut bertujuan untuk mengimbangi dan
menentang politik pemerintah kolonial belanda yang banyak
memberikan fasilitas dan menguntungkan para pedagang asing. namun

20
pelaksanaan baik koperasi yang dibentuk oleh Budi Utomo maupun SDI
tidak dapat berkembang dan mengalami kegagalan, hal ini karena
lemahnya pengetahuan perkoperasian, pengalaman berusaha,
kejujuran dan kurangnya penelitian tentang bentuk koperasi yang cocok
diterapkan di Indonesia. Upaya pemerintah kolonial belanda untuk
memecah belah persatuan dan kesatuan rakyat Indonesia ternyata tidak
sebatas pada bidang politik saja, tapi kesemua bidang termasuk
perkoperasian. Hal ini terbukti dengan adanya undang-undang koperasi
pada tahun 1915, yang disebut “Verordening op de Cooperative
Vereenigingen” yakni undang-undang tentang perkumpulan koperasi
yang berlaku untuk segala bangsa, jadi bukan khusus untuk Indonesia
saja. Undang-undang koperasi tersebut sama dengan undang-undang
koperasi di Nederland pada tahun 1876 (kemudian diubah pada tahun
1925), dengan perubahan ini maka peraturan koperasi di indonesia juga
diubah menjadi peraturan koperasi tahun 1933 LN no.108. Di samping
itu pada tahun 1927 di Indonesia juga mengeluarkan undang-undang
no.23 tentang peraturanperaturan koperasi, namun pemerintah belanda
tidak mencabut undang-undang tersebut, sehingga terjadi dualisme
dalam bidang pembinaan perkoperasian di Indonesia. Meskipun kondisi
undang-undang di indonesia demikian, pergerakan dan upaya bangsa
indonesia untuk melepaskan diri dari kesulitan ekonomi tidak pernah
berhenti, pada tahun 1929, Partai Nasionalis Indonesia (PNI) di bawah
pimpinan Ir.Soekarno mengobarkan semangat berkoperasi kepada
kalangan pemuda. Pada periode ini sudah terdaftar 43 koperasi di
Indonesia.

Pada tahun 1930, dibentuk bagian urusan koperasi pada kementrian


Dalam Negeri di mana tokoh yang terkenal masa itu adalah
R.M.Margono Djojohadikusumo. Lalu pada tahun 1939, dibentuk
Jawatan Koperasi dan Perdagangan dalam negeri oleh pemerintah. Dan
pada tahun 1940, di Indonesia sudah ada sekitar 656 koperasi,
sebanyak 574 koperasi merupakan koperasi kredit yang bergerak di
pedesaan maupun di perkotaan.

21
Setelah itu pada tahun 1942, pada masa kedudukan jepang keadaan
perkoperasian di Indonesia mengalami kerugian yang besar bagi
pertumbuhan koperasi di Indonesia, hal ini disebabkan pemerintah
jepang mencabut undang-undang no.23 dan menggantikannya dengan
kumini (koperasi model jepang) yang hanya merupakan alat mereka
untuk mengumpulkan hasil bumi dan barang-barang kebutuhan jepang.

2. Perkembangan koperasi di Indonesia setelah Kemerdekaan


Gerakan koperasi di Indonesia yang lahir pada akhir abad 19 dalam
suasana sebagai Negara jajahan tidak memiliki suatu iklim yang
menguntungkan bagi pertumbuhannya. Baru kemudian setelah
Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, dengan tegas
perkoperasian ditulis di dalam UUD 1945. DR. H. Moh Hatta sebagai
salah seorang “Founding Father” Republik Indonesia, berusaha
memasukkan rumusan perkoperasian di dalam “konstitusi”. Sejak
kemerdekaan itu pula koperasi di Indonesia mengalami suatu
perkembangan yang lebih baik. Pasal 33 UUD 1945 ayat 1 beserta
penjelasannya menyatakan bahwa perekonomian disusun sebagai
usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan. Dalam penjelasannya
disebutkan bahwa bangun perekonomian yang sesuai dengan azas
kekeluargaan tersebut adalah koperasi. Di dalam pasal 33 UUd 1945
tersebut diatur pula di samping koperasi, juga peranan daripada Badan
Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Swasta.
Pada akhir 1946, Jawatan Koperasi mengadakan pendaftaran
koperasi dan tercatat sebanyak 2500 buah koperasi di seluruh
Indonesia. Pemerintah Republik Indonesia bertindak aktif dalam
pengembangan perkoperasian. Disamping menganjurkan berdirinya
berbagai jenis koperasi Pemerintah RI berusaha memperluas dan
menyebarkan pengetahuantentang koperasi dengan jalan mengadakan
kursus-kursus koperasi di berbagai tempat.
Pada tanggal 12 Juli 1947 diselenggarakan kongres koperasi se
Jawa yang pertama di Tasikmalaya. Dalam kongres tersebut diputuskan

22
antara lain terbentuknya Sentral Organisasi Koperasi Rakyat Indonesia
yang disingkat SOKRI; menjadikan tanggal 12 Juli sebagai Hari
Koperasi serta menganjurkan diselenggarakan pendidikan koperasi di
kalangan pengurus, pegawai dan masyarakat. Selanjutnya, koperasi
pertumbuhannya semakin pesat. Tetapi dengan terjadinya agresi I dan
agresi II dari pihak Belanda Pada tahun 1949 diterbitkan Peraturan
Perkoperasian yang dimuat di dalam Staatsblad No. 179. Peraturan ini
dikeluarkan pada waktu Pemerintah Federal Belanda menguasai
sebagian wilayah Indonesia yang isinya hampir sama dengan Peraturan
Koperasi yang dimuat di dalam Staatsblad No. 91 tahun 1927, dimana
ketentuan-ketentuannya sudah kurang sesuai dengan keadaan
Inidonesia sehingga tidak memberikan dampak yang berarti bagi
perkembangan koperasi.
Setelah terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun
1950 program Pemerintah semakin nyata keinginannya untuk
mengembangkan perkoperasian. Hal terealisasikan dalam program
kabinet- kabinet sehingga koperasi makin berkembang dari tahun ke
tahun baik organisasi maupun usaha.
Selanjutnya pada tanggal 15 sampai dengan 17 Juli 1953
dilangsungkan kongres koperasi Indonesia yang ke II di Bandung.
Keputusannya antara lain merubah Sentral Organisasi Koperasi Rakyat
Indonesia (SOKRI) menjadi Dewan Koperasi Indonesia (DKI). Di
samping itu mewajibkan DKI membentuk Lembaga Pendidikan Koperasi
dan mendirikan Sekolah Menengah Koperasi di provinsi-provinsi.
Keputusan yang lain ialah penyampaian saran-saran kepada
Pemerintah untuk segera diterbitkannya Undang-Undang Koperasi yang
baru serta mengangkat Bung Hatta sebagai Bapak Koperasi Indonesia.
Pada tahun 1956 tanggal 1 sampai 5 September diselenggarakan
Kongres Koperasi yang ke III di Jakarta. Keputusan Kongres di samping
hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan perkoperasian di Indonesia,
juga mengenai hubungan Dewan Koperasi Indonesia dengan
International Cooperative Alliance (ICA).

23
Pada tahun 1958 diterbitkan Undang-Undang tentang Perkumpulan
Koperasi No. 79 Tahun 1958 yang dimuat di dalam Tambahan Lembar
Negara RI No. 1669. Undang-Undang ini disusun dalam suasana
UndangUndang Dasar Sementara 1950 dan mulai berlaku pada tanggal
27 Oktober 1958. Isinya lebih biak dan lebih lengkap jika dibandingkan
dengan peraturan-peraturan koperasi sebelumnya dan merupakan
Undang-Undang yang pertama tentang perkoperasian yang disusun
oleh Bangsa Indonesia sendiri dalam suasana kemerdekaan.
Koperasi di Indonesia pada zaman orde baru hingga sekarang.
Tampilan orde baru dalam memimpin negeri ini membuka peluang dan
cakrawala baru bagi pertumbuhan dan perkembangan perkoperasian di
Indonesia, dibawah kepemimpinan Jenderal Soeharto. Ketetapan
MPRS no.XXIII membebaskan gerakan koperasi dalam berkiprah.
Berikut beberapa kejadian perkembangan koperasi di Indonesia pada
zaman orde baru hingga sekarang :

a. Pada tanggal 18 Desember 1967, Presiden Soeharto


mensahkan Undang-Undang koperasi no.12 tahun 1967
sebagai pengganti Undang-Undang no.14 tahun 1965.
b. Pada tahun 1969, disahkan Badan Hukum terhadap badan
kesatuan Gerakan Koperasi Indonesia (GERKOPIN).
c. Lalu pada tanggal 9 Februari 1970, dibubarkannya
GERKOPIN dan sebagai penggantinya dibentuk Dewan
Koperasi Indonesia (DEKOPIN).
d. Pada tanggal 21 Oktober 1992, disahkan Undang-Undang
no.25 tahun 1992 tentang perkoperasian, undang-undang ini
merupakan landasan yang kokoh bagi koperasi Indonesia di
masa yang akan datang.
e. Masuk tahun 2000an hingga sekarang perkembangan
koperasi di Indonesia cenderung jalan di tempat.

24
III. PENUTUP
Kesimpulan
Perkembangan koperasi di seluruh dunia disebabkan oleh tidak dapat
dipecahkannya masalah kemiskinan atas dasar semangat individualisme.
Koperasi lahir sebagai alat untuk memperbaiki kepincangan-kepincangan
dan kelemahan-kelemahan dari perekonomian yang kapitalistis ( Team
UGM, 1984). Koperasi yang lahir pertama di Inggris (1844) berusaha
mengatasi masalah keperluan konsumsi para anggotanya dengan cara
kebersamaan yang dilandasi atas dasar prinsip-prinsip keadilan yang
selanjutnya menelorkan prinsip-prinsip keadilan yang dikenal dengan
“Rochdale Principles”. Dalam waktu yang hampir bersamaan di Prancis
lahir koperasi yang bergerak di bidang produksi dan di Jerman lahir
koperasi yang bergerak di bidang simpan-pinjam. Lalu perkembangan ini
terus diikuti oleh negara-negara lainnya baik di eropa maupun asia.

Perkembangan koperasi di Indonesia dimulai dari masa sebelum


kemerdekaan dan sesudah kemerdekaan. Pada zaman penjajahan banyak
rakyat Indonesia yang hidup menderita, tertindas, dan terlilit hutang dengan
para rentenir. Sampai akhirnya perkembangan koperasi dipelopori oleh
patih purwokerto yang bernama R. Aria Wiriaatmadja dengan mendirikan
koperasi yang bergerak di bidang simpan- pinjam. Koperasi di Indonesia
pun terus berkembang hingga sekarang dan tetap di pakai dalam
perekonomian karena terbukti membantu pertumbuhan ekonomi negara.

25
DAFTAR PUSTAKA
Masngudi, 1990. ”penelitian tentang Sejarah Perkembangan Koperasi
di Indonesia”. Jakarta : Badan Penelitian Pengembangan Koperasi.

Razak, Abdul Rahman. 2012. Ekonomi Koperasi dan UKM. Malang :


Universitas Negeri Malang.

Camelia, F. S., & Hasyim. (2018). Perkembangan Ekonomi Koperasi di


Indonesia. Journal of Universitas Negeri Medan, 7, 2579-8014.

Eko Junior Saputra. (2017, 26 Desember). Sejarah Koperasi di Dunia.


Diperoleh 18 Februari 2021, dari
https://ekojuniorsaputra.wordpress.com/2017/12/26/sejarah-
koperasi-di-berbagai-negara/

Achmad Solihin, S. E., & Lestari, E. P. Sejarah Koperasi. Diperoleh 18


Februari 2021, dari pustaka.ac.id

26

Anda mungkin juga menyukai