Anda di halaman 1dari 6

Nama : Diani Putri

NIM : PO.71.24.1.20.025

Kelas : 1 Reguler A

Mata kuliah : Konsep Kebidanan

Dosen Pembimbing : Nurul Komariah, SST, M. Keb


STANDAR PROFESI BIDAN

perkembangan dunia medis yang sedemikian pesatnya, maka pelayanan kebidanan


dituntut untuk mampu mengikuti dan mengimbangi perkembangan pelayanan medis dan
kesehatan lainnya. Pelayanan kebidanan yang bermutu adalah pelayanan yang berdasarkan
standar, dan kode etik bidan serta hubungan interpersonal yang adekuat. Dalam memberikan
pelayanan kebidanan yang sesuai dengan standar, bidan menggunakan pendekatan manajemen
bidan. Mengetahui hal tersebut maka penting bagi para bidan untuk mengetahui konsep dasar
tentang bidan. Konsep kebidanan merupakan suatu kerangka dalam bidang keilmuan bidan.

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor;


39/Menkes/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Bidan, komponen didalamnya berisi mengenai
standar kompetensi bidan, standar pendidikan bidan, standar pendidikan berkelanjutan,
standar pelayanan kebidanan, standar praktik kebidanan, sebagai acuan untuk melakukan
asuhan kebidanan kepada individu, keluarga dan masyarakat

.1. Standar kompetensi bidan

Kompetensi ke-1 : Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dari ilmu-ilmu
sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari asuhan yang bermutu tinggi
sesuai dengan budaya, untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarganya.

a. Pengetahuan dan keterampilan dasar

1. Kebudayaan dasar masyarakat di Indonesia

2. Keuntungan dan kerugian praktek kesehatan tradisional dan modern.


3. Sarana tanda bahaya serta transportasi kegawatan daruratan baru anggota masyarakat yang
sakit yang membutuhkan asuhan tambahan.

4. Penyebab langsung maupun tidak langsung kematian dan kesakitan ibu dan bayi di
masyarakat.

5. Advokasi dan strategi pemberdayaan wanita dalam mempromosikan hak-haknya yang


diperlukan untuk mencapai kesehatan yang optimal, (kesejahteraan dalam memperoleh
pelayanan kebidanan).

6. Keuntungan dan resiko dari tatanan tempat besalin yang tersedia.

7. Advokasi bagi wanita agar bersalin dengan aman.

8. Masyarakat keadaan kesehatan lingkungan, termasuk persediaan air, perumahan, resiko


lingkungan, makanan, dan ancaman umum bagi kesehatan.

9. Standar profensi dan praktek kebidanan.

b. Pengetahuan dan keterampilan tambahan

1. Epidemiologi, sanitasi, diagnosa masyarakat dan vital statistik.

2. Infrastruktur kesehatan setempat dan nasional, serta bagaimana mengakses sumberdaya


yang dibutuhkan untuk asuhan kebidanan.

3. Primary Health Care (PHC) berbasis di masyarakat dengan menggunakan promosi kesehatan
serta strategi pencegahan penyakit.

4. Program imunisasi nasional dan akses untuk pelayanan imunisasi.

c. Perilaku profesional bidan

1. Berpegang teguh pada filosofi, etika profesi dan aspek legal.

2. Bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan keputusan klinis yang dibuatnya.

3. Senantiasa mengikuti perkembangan pengetahuan dan keterampilan mutakhir.

4. Menggunakan cara pencegahan universal untuk penyakit, penularan dan strategi


pengendalian inveksi.

5. Melakukan konsultasi dan rujukan yang tepat dalam memberika asuhan kebidanan.

2. Standar Pendidikan Bidan


Standar profesi bidan yang kedua membahas tentang standar pendidikan bidan, standar ini
berisikan:

1. Standar I: Lemabaga Pendidikan

2. Standar II: Faslsafah

3. Standar III: Organisasi

4. Standar IV: Sumber Daya Pendidiak

5. Standar V: Pola Pendidiakan Kebidanan

6. Standar VI: Kurikulum

7. Standar VII: Tujuan Pendidikan

8. Standar VIII: Evaluasi Pendidikan

9. Standar IX: Lulusan

3. Standar Pendidikan Berkelanjutan

Standar profesi bidan yang ke 3 membahas tentang standar pendidikan berkelanjuan.


Standartersebut berisikan:

1. Standar I: Organisasi

2. Stantar II: Falsafah

3. Standar III: Sumber Daya Pendidikan

4. Standar IV: Program Pendidikan

5. Standar V: Fasilitas

6. Standar VI: Dokumen Penyelenggaraan Pendidikan

7. Standar VII: Pengendalian Mutu

4. Standar Pelayanan Kebidanan

Standar profesi bidan yang keempat membahas tentang standar pelayanan kebidanan. Standar
tersebut berisikan:

1. Standar I: Falsafah dan tujuan


2. Standar II: Atministrasi dan pengelolaan

3. Standar III: Staf dan pimpinan

4. Standar IV: Fasilitas dan peralatan

5. Standar V: Kebijakan prosedur

6. Standar VI: Pengembangan Staf dan program pendidikan

7. Standar VII: Standar Asuhan

8. Standar VIII: Evaluasi dan pengendalian mutu

5. Standar Praktik Kebidanan

Standar Profesi bidan yang kelima membahas tentang standar praktik kebidanan. Standar
tersebut berisikan:

1. Standar I: MetodeAsuhan,asuhan kebidanan dilaksanakan metode manajemen kebidanan


dengan : langkah pengumpulan data dan analis data, penentuan diagnosa,perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi.

2. Standar II: Pengkajian, pengumpulan data tentang status kesehatan klien dilakukansecara
sistematis dan kesimbangan.Datang yang diperoleh dicatat dan dianalisi.

3. Standar III: Diagnosa Kebidanan,Dirumuskan berdasarkan analisis data yang dikumpulkan.

4. Standar IV: Rencana Asuhan, dibuat berdasarkan diagnosa kebidanan.

5. Standar V: Tindakan,dilaksanakan berdasarkan rencana dan perkembangan keadaan


klien:tindakan kebidanan dilanjutkan dengan evaluasi keadaan klien.

6. Standar VI: Partisipasi Klien, dilaksanakan bersama-sama/partisipasi klien dan keluarga


dalam rangka peningkatan pemeliharaan dan pemulian kesehatan.

7. Standar VII: Dokumentasi, monitor/pengawasan terhadap klien dilaksanakan secara terus


menerus dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan klien.

8. Standar VIII:Evaluasi Asuhan Kebidanan, dilaksanakanterusmenerus seiring dengan


tindakan kebidanan yang dilaksanakan dan evaluasi dari rencana yang telah dirumuskan.

9. Standar IX:Dokumentasi,asuhan kebidanan didokumentasikan sesuai dengan standar


dokumentasi asuhan kebidanan yang diberikan.
CONTOH KASUS

Dalam salah satu diskusi beberapa bidan praktek mandiri maupun yang bekerja di beberapa rumah sakit
di Surabaya, diangkat topik pentingnya pernyataan tertulis tentang persetujuan tindakan dan penolakan
tindakan pelayanan kebidanan oleh pasien pada Sabtu lalu (3/3/2012). Ada satu hal menarik. Sebagai
contoh adalah keluhan pasien maupun keluarga tentang tanda tangan pernyataan persetujuan maupun
penolakan tindakan pelayanan kesehatan:

"Bidan sekarang gocik - gocik ( penakut ) sering merujuk pasien, tidak seperti dulu kendel - kendel
( pemberani ). Sedikit- sedikit minta teken ( tanda tangan persetujuan ), teken ini itu, ribet jadinya. Saya
mau KB saja harus teken. Jaman mertua saya dulu katanya kog tidak seperti ini ya? Wes pokoke pasien
pasrah bongkokan ( nurut apa maunya terserah deh ) sama bu Bidan.

Sementara itu, pada kondisi lain di mana kasus gawat darurat yang membahayakan keselamatan bayi
masih ditemukan keadaan berikut meskipun sudah ada Jampersal, terutama di rumah sakit Swasta: "
Tunggu keluarga dulu bu Bidan, suami

saya sedang rembugan dengan keluarganya " Atau dalam situasi yang lebih sulit lagi dimana sebenarnya
ada harapan hidup dan sehat, lalu menjadi terabaikan. Contoh kasus bayi yang mengalami masalah
misalnya kuning 24 jam pertama setelah lahir. Kasus kuning ini seharusnya perlu segera dirujuk ke
tingkat pelayanan kesehatan yang lebih tinggi. Saat di beri penjelasan panjang lebar akibatnya bila bayi
kuning tidak dirujuk dan tidk mendapat terapi sinar, pasien ada yang menolak. " Kami bawa pulang saja
bu Bidan, mau jemur matahari saja " Si pasien tetap bersikukuh menolak dirawat maupun dirujuk.

Dalam situasi ini, pernyataan tertulis baik persetujuan tindakan dan penolakan tindakan wajib
dikerjakan sebagai prosedur di mana seorang profesional bidan menjalankan tugas dan kewajiban
sebagai tenaga kesehatan yang sesuai dengan kompetensinya. Bidan sebagai tenaga paramedis yang
berkecimpung dalam pelayanan kesehatan di sepanjang daur kehidupan seorang perempuan bukan
sebuah profesi mudah.

Seseorang disebut bidan salah satunya didefinisikan "Seorang perempuan yang lulus dari pendidikan
bidan yang diakui oleh pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Republik Indonesia dan memiliki
kompetensi dan kualifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktek
kebidanan". Melihat ruang lingkup kerja bidan memang cukup luas, bahkan dalam keilmuannya seorang
bidan diharuskan menguasai keilmuan mulai dari kesehatan bayi baru lahir, balita, remaja, wanita usia
subur, kehamilan, persalinan, nifas, menyusui, masa interval, menopause, klimakterium, hingga
pelayanan bagi perempuan lanjut usia.

Begitu banyak yang menjadi tugas, tanggung jawab dan peran bidan di tengah masyarakat. Idealnya,
diharapkan seorang bidan yang telah berijasah dan mendapat ijin praktek, harus mampu dan profesional
dalam menjalankan tugas pelayanan kesehatan tersebut. Menengok kembali beban kerja bidan masa
lampau sangat tinggi, dimana seorang bidan masih langka dan begitu berarti bila berada ditengah
masyarakat terutama di pedesaan. Berbeda jauh dengan kondisi masa sekarang dimana banyak bidan-
bidan dengan latar belakang pendidikan yang sudah Diploma III tersebar diseluruh wilayah Indonesia.
Kesimpulan

Bidan yang merupakan salah satu profesi yang profesional tentunya memiliki syarat-syarat dan
standar dalam menjalankan tindakan profesinya, salah satunya adalah standar profesi bidan
yang terdiri dari lima standar yaitu :

1. Standar kompetensi bidan

2. Standar pendidikan bidan

3. Standar pendidikan berkelanjutan

4. Standar pelayanan kebidanan

5. Standar praktik kebidanan

REFERENSI

https://store.ums.ac.id/buku/kesehatan/pengantar-ilmu-kebidanan-dan-standar-profesi-
kebidanan.html

https://poltekkes-kaltim.ac.id/2013/05/24/standar-profesi-bidan-di-indonesia/

http://aliciarischa.com/2014/05/-standar-praktik-bidan-beserta_24.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai