Anda di halaman 1dari 4

.

Lesi intrakranial

Lesi intrakranial dapat duiklasifikasikan sebagai fokal atau difus, walau kedua
bentuk cedera tersebut sering terjadi secara bersamaan. Lesi fokal termasuk
hematoma epidural, hematoma subdural, dan kontusio (hematoma intraserebral).
Pasien pada kelompok cedera otak difus menunjukan koma di klinis.12

a. Hematoma epidural
Hematoma epidural terjadi akibat fraktur tulang kepala yang dapat merobek
pembuluh darah terutama arteri meningea media yang masuk kedalam
tengkorak melalui foramen spinosum dan jalan antara duramater dan tulang di
permukaan os. Temporal. Pada bayi hematom epidural ini dapat dilihat bila
ubun – ubun bayi mengembung setelah trauma terjadi. 12 Robeknya arteri
meningea media menimbulkan hematom epidural dan desakan oleh hematom
memisahkan duramater dari tulang kepala sehingga hematom dapat bertambah
besar dan dapat menekan batang otak hingga terjadi kematian. 12 Penderita akan
mengalami sakit kepalaa, mual dan muntah diikuti dengan penurunan
kesadaran setelah trauma. Gejala neurologik yang terpenting adalah pupil mata
anisokor, yaitu pupil ipsilateral melebar, terjadi pula kenaikan tekanan darah
dan bradikardia. Pada tahap akhir, kesadaran menurun sampai koma yang
dalam, pupil kontralateral juga mengalami pelebaran sampai ahkirnya kedua
pupil tidak menunjukan reaksi terhadap cahaya.9
Ciri khas hematom epidural murni adalah terdapatnya jarak waktu antara
saat terjadinya trauma dan munculnya tanda hematom epidural. Jeda waktu
yang terjadi selama beberapa menit hingga jam. Diagnosis didasarkan pada
gejala klinis serta pemeriksaan penunjang seperti foto Roentgen kepala.
Adanya garis fraktur menyokong diagnosis hematom epidural bila sisi fraktur
terletak ipsilateral dengan pupil yang melebar, garis fraktur dapat menunjukan
lokasi hematom.9
Gambar 5. Gambar CT-Scan Epidural Hematoma
b. Hematom subdural (SDH)
Hematom subdural (SDH) adalah perdarahan yang terjadi diantara
duramater dan arakhnoid. Sekitar 30 % hematom subdural terjadi pada kasus
cedera kepalaa berat. Hematom tesebut terjadi akibat robeknya vena
penghubung (bridging veins) antara korteks serebri dan sinus dura. Hematom
tersebut biasanya terjadi pada kasus cedera karena pukulan. Hematom subdural
terbagi menjadi akut dan kronis.12

Gambar 6. Hematom subdural


1). Hematom subdural akut
Hematom subdural akut biasanya berkaitan dengan riwayat trauma yang
jelas dan yang paling sering terjadi pada regio frontoparietal.12
2). Hematom subdural kronis
Terjadi pada riwayat trauma yang tidak jelas, hematom tersebut sering
berkaitan dengan atrofi otak, yang pada akhirnya meningkatkan mobilitas
otak di dalam kubah tengkorak sehingga vena penghubung menjadi
semakin mudah robek.12
c. Hematom intraserebral
Hematom intraserebral adalah perdarahan yang terjadi dalam jaringan
(parenkim) otak. Perdarahan terjadi akibat adanya laserasi atau kontusio
jariagan otak yang menyebabkan pecahnya pula pembuluh darah yang ada di
dalam jaringan otak tersebut. Lokasi yang paling sering adalah lobus frontalis
dan temporalis. Lesi perdarahan dapat terjadi pada sisi benturan (coup) atau
pada sisi lainya (countercoup). Defisit neurologis yang didapatkan sangat
bervariasi dan tergantung pada lokasi dan luas perdarahan.9
Penyebab yang paling sering dari hematom intraserebral adalah penyakit
hipertensi vaskuler, perdarahan paling sering terjadi pada ganglia basalis (80%
kasus), batang otak, serebelum dan korteks serebral. Hematom yang mengisi
ruang menyebabkan kenaikan intrakranial. Sebagian besar perdarahan
intraserebral yang terjadi pada penderita hipertensi, akibat dari ruptur pada
arteriol kecil, terutama pada cabang lentikulostriata dari arteri serebral media.13
Kontusi serebral murni biasanya jarang terjadi. Selanjutnya kontusi otak
hampir selalu berkaitan dengan hematom subdural akut. Sebagian besar kontusi
terjadi pada lobus frontal dan temporal, walau dapat terjadi pada setiap tempat
termasuk serebelum dan batang otak. Perbedaan antar kontusi dan hematom
intarserebral traumatika tidak jelas batasnya. Bagaimana pun, terjadi zona
peralihan, dan kontusi dapat secara lambat laun menjadi hematom intraserebral
dalam beberapa hari.
d. Kontusio Serebral
Perdarahan terjadi akibat adanya laserasi atau kontusio jaringan otak yang
menyebabkan pecahnya pula pembuluh darah yang ada di dalam jaringan otak
tersebut. Lokasi yang paling sering adalah lobus frontalis dan temporalis. Lesi
perdarahan dapat terjadi pada sisi benturan (coup) atau pada sisi lainya
`(countercoup). Defisit neurologis yang didapatkan sangat bervariasi dan
tergantung pada lokasi dan luas perdarahan.14
e. Edema Serebral
Edema serebral traumatika merupakan keadaan dan gejala patologis pada
penderita cedera kepalaa dan terjadi akibat pergeseran otak (brain shift) dan
peningkatan intrakranial. Terdapat dua terminologi yaitu edema dan swelling
yang sering diartikan sama yaitu bengkak. Edema otak menadakan adanya
penambahan kandungan air didalam jariungan otak, sedangkan brain swelling
merupakan keadaan yang diakibatkan hiperemia dan dilatasi sistem
serebrovaskular.14

Anda mungkin juga menyukai