MATRA UDARA
Disusun oleh:
Tutorial B-3
Diagnosis:
Alternobaric Vertigo dan
Rhinosinusitis
Tata Laksana:
konservatif dengan antihistamin dan dekongestan.
Evaluasi:
3 bulan sesudah bebas gejala
- Evaluasi ENG normal.
- Evaluasi terbang dengan
hypobaric chamber tidak ada.
- keluhan Tympanometri
memperlihatkan -10 daPa di
telinga kanan dan -35 daPa di
telinga kiri. Tekanan telinga
tengah meningkat sampai 110
daPa saat valsava. Ear clearance
normal.
- Diperkenankan terbang di
bawah pengawasan penerbang
senior
Reevaluasi:
3 bulan berikutnya
- pemeriksaan telinga normal.
- Tympanometri: tekanan telinga
tengah -10 daPa pada telinga
kiri dan meningkat 60 daPa saat
valsava.
- Penerbang kembali bertugas
penuh (full flying duties).
BASIC
1. ATMOSFER
1.1 Definisi
Atmosfer adalah selubung gas yang menutupi bumi. Batasan atmosfir
menurut beberapa peneliti berkisar 35000 miles, 50000 ft, dan yang paling
dipercayai adalah 1000 nautical miles (1151 miles).
1.2 Fungsi Atmosfer
Proteksi terhadap sinar UV, sinar cosmic, meteorit, suhu
ekstrim yg bervariasi
Mendukung kehidupan manusia, hewan, tumbuhan dari
komposisi gasnya
Menyediakan hujan
1.3 Komposisi Atmosfer
Gas % Fungsi di tubuh
1.7 Aerofisiologi
Aerofisiologi adalah ilmu tentang kesehatan tubuh ketika berada dalam
penerbangan atau dalam misi penjelajahan ruang angkasa.
• Respirasi adalah pertukaran gas antara tubuh dan jaringannya serta udara
ambien luar.
• Tujuan utama respirasi adalah menambah oksigen dan menghilangkan
karbon dioksida.
• Bagian dari aktivitas ini membutuhkan pemindahan gas dari campuran gas
lain (atmosfer) ke cairan (darah). Ini lebih dari sekedar melarutkan gas
dalam cairan.
• Darah pada dasarnya adalah sel dan cairan yang disebut serum. Sekitar 55
persen darah adalah serum, dan sekitar 90 persen serum adalah air.
• Salah satu sel darah adalah sel darah merah, yang secara fisik membawa
molekul oksigen yang menempel pada zat kimia di dalam sel yang
disebut
• hemoglobin. Perbandingan tekanan parsial dan persentase saturasi
hemoglobin disebut kurva disosiasi.
• Perbedaan antara kebutuhan tubuh dan apa yang dapat dibawa darah dibuat
oleh kemampuan hemoglobin untuk membawa oksigen. Setiap perubahan
hemoglobin, jumlah sel darah merah, atau difusi gas akan menyebabkan
beberapa bentuk hipoksia.
• Oleh karena itu, respirasi melibatkan pengambilan udara, mentransfernya
ke darah, dan kemudian mengangkutnya melalui arteri ke sel.
• Jumlah oksigen yang dibawa (atau dijenuhkan) oleh sel darah merah
biasanya (dan perlu) sekitar 95–98 persen.
Klasifikasi Hipoxia
1. Hypoxic-Hypoxia : Hipoksia yang terjadi karena menurunnya tekanan
parsial oksigen dalam paru-paru, Sering dijumpai pada penerbangan
2. Anaemic-Hypoxia : berkurangnya hemoglobin dalam darah baik kanena
jumlah da- rahnya sendiri yang kurang (perdarahan) maupun karena kadar
Hb dalam darah menurun (anemia).
3. Stagnant-Hypoxia : terjadi karena bendungan sistem peredaran darah
sehingga aliran darah tidak lancer, Stagnant hipoksia ini sering terjadi
pada penderita penyakit jantung.
4. Histotoxic-Hypoxia : terjadi karena adanya bahan racun dalam tubuh
sehingga mengganggu kelancaran pemapasan dalam
Gejala Hipoxia
Gejala-gejala Objektif, meliputi:
• Air hunger, yaitu rasa ingin menarik napas panjang terus- menerus
• Frekuensi nadi dan pernapasan naik
• Gangguan pada cara berpikir dan berkonsentrasi
• Gangguan dalam melakukan gerakan koordinatif misalnya memasukkan
paku ke dalam lubang yang sempit
• Cyanosis, yaitu warna kulit, kuku dan bibir menjadi biru
• Lemas
• Kejang-kejang
• Pingsan
Gejala-gejala Subyektif, meliputi:
• Malas
• Ngantuk
• Euphoria
Gejala-gejala hipoksia berdasarkan ketinggian
1. The Indifferent Stage: ketinggian dari sea level - 10.000 kaki
Penglihatan malam dengan daya adaptasi gelap terganggu, Gangguan
mulai nyata pada ketinggian di atas 5.000 kaki, oleh karena itu pada
latihan terbang malam para awak pesawat diharuskan memakai oksigen
sejak di darat.
2. Compensatory Stage: ketinggian dari 10.000 - 15.000 kaki
G-Force
• Dalam kebanyakan kasus, selain untuk petarung berperforma tinggi
pesawat terbang dari militer, peluangnya kecil untuk high-G manuver.
pilot harus mengenalinya dengan percepatan kekuatan karena pesawat
berteknologi tinggi yang lebih baru mampu menarik Gs sering dalam
situasi yang tidak terduga.
• Sebelum membahas gaya percepatan, istilah-istilah tertentu harus ditinjau.
– Kecepatan menjelaskan tingkat pergerakan suatu benda dan
dinyatakan sebagai jarak tertutupi dalam satuan waktu (mil per
jam)
– Kecepatan menjelaskan keduanya itu besarnya dan arah gerak dan
diukur jarak per unit dari waktu ke arah tertentu. Kecepatan
suatu benda berubah jika ituperubahan arah, kecepatan, atau
keduanya.
– Percepatan adalah perubahan kecepatan dalam besaran atau arah
dan umumnya dinyatakan sebagai jarak tempuh per detik.
Jenis Percepatan
Percepatan adalah laju perubahan kecepatan dan diukur dalam satuan G. Sebagai
Sebuah titik acuan, tarikan gravitasi dianggap 1 G. Beberapa formulir dari
percepatan dibedakan berdasarkan pengaruhnya terhadap kecepatan dan arah:
• Linear percepatan adalah perubahan kecepatan tanpa perubahan arah,
seperti itu sebagai peningkatan daya dorong lurus dan datar
penerbangan.
• Radial (atau sentripetal) percepatan dapat terjadi di setiap perubahan
arah tanpa perubahan kecepatan—Misalnya, kapan melaksanakan
giliran atau kapan menarik keluar dari menyelam.
• Angular percepatan terjadi ketika kecepatan dan arah adalah berubah,
seperti dalam putaran yang ketat. Untuk tujuan praktis, tipe ini adalahtidak
umum, tapi itu bisa berperan dalam disorientasi.
• Kekuatan G dalam penerbangan biasanya mengacu pada kekuatan yang
diberikan pada long (atau vertikal) sumbu dari tubuh.
• Bagaimana Kekuatan G ini merusak pilot ditentukan oleh intensitas dan
durasi sebagai begitu juga dengan arahnya. Misalnya, melompat dari
meja setinggi empat kaki dapat menghasilkan gaya 12-15 Gs; Namun,
pilot dalam belokan 12-G akan menjadi pingsan dalam waktu sekitar dua
detik.
• Tdia tubuh bisakah kamumentolerir sekitar 5 Gs sampai tentang lima detik
• Luar saat itu, pilot bisa mengalaminya berbagai gejala, beberapa
melumpuhkan, paling mengganggu atau tidak nyaman, dan sering
kali membingungkan
• Gaya G positif terjadi saat tubuh dipercepat di menuju ke depan arah
dan tubuh dipaksa turun ke kursi.
• Gaya G negatif masuk itu footward arah, dan tubuh diangkat dari kursi.
• Itu tubuh kurang toleran terhadap gaya G negatif daripada gaya G positif
5. PATOFISIOLOGI
6. DVT
DVT adalah suatu kondisi dimana trombus terbentuk pada vena dalam (deep vein) yang
diikuti oleh reaksi inflamasi dinding pembuluh darah dan jaringan disekitar vena.
Epidemiologi : DVT sering terjadi pada bagian kaki
DVT sering terjadi pada pasien yang rawat inap (600.000 kasus/tahun di
US), tirah baring, dan dalam perjalanan yang lama
Etiologi
TRIAS VIRCHOW → adanya ketidakseimbangan hemodinamik
Gangguan pada aliran darah yang menyebabkan stasis
Gangguan pada keseimbangan antara prokoagulan dan antikoagulan yang
menyebabkan aktivasi faktor pembekuan
Gangguan pada dinding pembuluh darah (endotel) yang menyebabkan
prokoagulan
Gejala Klinis
Tidak spesifik (tergantung individu) terkadang
asimtomatik Gambaran klasik DVT :
Tanda khas DVT adalah gejala-gejala yang muncul biasanya hanya pada 1
sisi (unilateral) → seringkali pada daerah kaki dan ditandai dengan
munculnya bengkak & nyeri
Bengkak pada kaki, pergelangan kaki
Nyeri pada kaki yang biasanya diawali pada bagian betis → dapat
bertambah nyerij ika beraktivitas dan berdiri lama
Teraba hangat pada area kulit yang terkena DVT
Kemerahan/pucat/kebiruan pada kaki
Penegakkan Diagnosis
Anamnesis → tanyakan riwayat penyakit sebelumnya, riwayat trombosis,
faktor resiko
Pemeriksaan fisik → sesuai gejala dan dapat ditemukan homan’s Sign
− Homan’s sign : timbul bila dilakukan dorso fleksi pada sendi
pergelangan kakidengan fleksi lutut 30o maka akan dihasilkan rasa nyeri
pada bagian atas betis →pemeriksaan fisik yang sering dijumpai pada
DVT
SPATIAL DISORIENTATION
• Disorientasi spasial adalah kemampuan untuk menjaga orientasi atau
postur tubuh terhadap lingkungan sekitar.
• Disorientasi spasial terjadi ketika terjadinya kebingungan atau
ketidakcocokan antara apa yang dirasakan oleh tubuh dengan dunia nyata.
• Pilot mungkin saja merasakan bahwa pesawat terbang horizontal namun
kenyataannya pesawat berbelok.
• Disorientasi spasial dapat diatasi oleh pilot bila pilot periksa instrumen
pesawat secara sistematis.
• 3 sistem utama yang menterjemahkan orientasi posisi dan arah tubuh:
• Visual system — mata sebagai indera utama pada penerbangan.
• Vestibular system — organ yang ada di dalam telinga yang
mendeteksi keseimbangan.
• Somatosensory system — syaraf di kulit, otot dan sendi untuk
merasakan posisi berdasarkan gravitasi, rasa dan suara.
• Untuk mencapai orientasi yang tepat, tubuh mengandalkan persepsi yang
akurat dari ketiga sistem tersebut.
• Jika rangsangan visual, vestibular, dan proprioseptif bervariasi dalam
besaran, arah dan frekuensi, efek yang dihasilkan dapat menjadi
disorientasi spasial.
• Faktor kejadian disorientasi spasial:
• Faktor fisik seperti cuaca, waktu malam, durasi misi, atau jenis misi.
• Faktor fisiologis seperti penyakit, pengobatan, alkohol, atau kelelahan.
• Faktor lain termasuk pengalaman pilot.
Klasifikasi Kurikulum Naval Aerospace Medicine Institute
1. Type I (Unrecognized)
Tipe ini adalah yang paling berbahaya dalam penerbangan karena ketidaksadaran
dari pilot akan disorientasinya yang dapat menyebabkan kecelakaan pesawat.
Dalam keadaan ini, pilot mengabaikan instrumen penerbangan dan melakukan
penerbangan hanya berdasarkan nalurinya saja. Contoh dari tipe ini adalah ilusi
Leans.
2. Type II (Recognized)
Pilot mengetahui bahwa ada masalah yang terjadi, namun pilot mungkin tidak
menyadari masalah yang timbul, akibat disorientasi yang dialaminya. Pilot
mungkin merasakan adanya kehilangan kontrol dari pesawat atau kerusakan
instrumen pesawat. Contoh dari tipe ini adalah ilusi Graveyard Spin.
3. Type III (Incapacitating)
Pilot mengalami sensasi gerakan yang luar biasa sehingga ia tidak dapat
mengorientasikan dirinya sendiri dengan menggunakan visualnya atau instrumen
pesawat. Contoh dari tipe ini adalah ilusi Coriolis.
Macam-macam Ilusi
1. Leans :
• Jika pesawat dimiringkan ke satu arah dengan dengan perlahan dan
konstan, lalu tiba-tiba dikembalikan ke posisi awal, maka orang akan
merasa kebalikannya.
• Contohnya, dari posisi lurus pesawat dimiringkan ke kiri secara perlahan,
lalu gerakkan sedikit ke kanan dengan cepat. Maka orang di pesawat yang
tidak sadar pesawat dimiringkan ke kiri akan “merasa” pesawat tiba-tiba
“miring” ke kanan. Jika penerbang tidak sadar keadaan ini maka
penerbang akan dengan tidak sadar mencoba “memperbaiki” keadaan
dengan menambah miring ke kiri yang malah memperburuk keadaan.
2. Ilusi Coriolis
• Menggerakkan kepala secara tiba-tiba, terutama pada saat pesawat
berbelok akan membingungkan mekanisme keseimbangan dalam telinga.
• Hal ini menyebabkan penerbang mengira pesawat bergerak secara tidak
diinginkan dan akan “mengembalikan” posisi pesawat.
• Untuk menghindari ilusi ini, hindari untuk menggerakkan kepala secara
tiba- tiba misalnya pada waktu mengambil sesuatu di belakang (tas, dll)
atau mengambil sesuatu yang jatuh ke lantai kokpit.
3. Ilusi Somatogravik
• Sebuah akselerasi cepat, seperti yang dialami selama tinggal landas,
merangsang organ otolith dengan cara yang sama seperti memiringkan
kepala ke belakang.
• Tindakan ini menciptakan ilusi somatogravic sehingga manusia merasa
berada di sikap mendongak, terutama dalam situasi tanpa referensi visual
yang baik.
• Penerbang yang bingung dapat mendorong hidung pesawat ke bawah
(nose down) atau bahkan menukik/dive.
4. Graveyard Spin/Spiral
• Graveyard Spin adalah ilusi yang dapat terjadi pada penerbang yang
sengaja atau tidak sengaja masuk spin, dimana pilot masuk dalam putaran
namun tidak merasakan putaran tersebut.
• Contoh, seorang penerbang yang memasuki putaran ke kiri awalnya akan
memiliki sensasi berputar ke arah yang sama. Namun, jika terus berputar
dalam spin ini, maka penerbang akan merasa putarannya berkurang.
• Pada titik ini, jika penerbang memberikan rudder ke kanan untuk
menghentikan spin ke kiri, penerbang tiba-tiba akan merasakan putaran ke
arah yang berlawanan (ke kanan).
• Jika penerbang yakin bahwa pesawat itu berputar ke kanan, maka
responnya akan memberikan rudder kiri untuk melawan sensasi putaran ke
kanan. Namun, dengan menggunakan rudder kiri ini penerbang akan tidak
sadar lalu masuk kembali ke spin kiri yang sebelumnya terjadi.
• Jika penerbang memeriksa instrumen, dia akan melihat penunjuknya
menunjukkan berbelok ke kiri sementara perasaannya berbelok ke kanan.
• Ini menciptakan konflik sensorik antara yang dilihat oleh penerbang pada
instrumen dan yang dia rasakan pada tubuhnya. Jika penerbang
berkeyakinan sensasi tubuh bukan mempercayai instrumen, spin ke kiri
akan berlanjut. Jika terlalu banyak ketinggian yang hilang sebelum ilusi ini
disadari dan penerbang mengambil tindakan korektif, maka benturan
dengan daratan tidak akan bisa dihindari.
• Spiral graveyard lebih umum terjadi daripada Spin graveyard. Spiral
graveyard terjadi karena pesawat yang berbelok miring dengan waktu yang
lama baik sengaja ataupun tidak sengaja, dimana pilot merasa bahwa
pesawat terbang lurus namun kenyataannya berbelok.
Pencegahan
• Selalu melihat dan percaya terhadap panel instrumen di dalam pesawat,
apalagi jika horizon tidak terlihat dan juga pada waktu tahu bahwa sedang
merasakan ilusi atau disorientasi.
• Pilot tidak dalam kondisi fatigue, hipoglikemia, hipoksia, dan gangguan
cemas karena dapat meningkatkan risiko ilusi.
• Minimalkan gerakan kepala pada saat terbang apalagi secara tiba-tiba. Jika
bisa, usahakan hanya mata yang bergerak, bukan kepala. Jangan banyak
menggerakkan kepala pada waktu berbelok.
• Berbelok dan bermanuver dengan halus dan dengan waktu singkat.
• Bila terjadi spasial disorientasi, percayai untuk mentransfer kontrol ke co-pilot.
9. DCI
• DCI -> DCS & AGE
• Is a potentially life threatening condition encountered as a result of
exposure to a reduction in barometric pressure
• Occur during ascent in astronauts and aviators as well as compressed gas
divers and caisson workers
Diagnosis of DCI
• Pathological mechanism for destroyed effect of bubbles include disruption
of tissue architecture, occlusion of the supporting microcirculation and the
triggering of a range of ‘injury cascades’ at the tissue – bubble interface
Manifestation
• Pain -> deep aching pain in a limb (mostly knees in aviators) may begin
during ascend or at altitude
• Neurological -> mostly in AGE
• Cardiopulmonary -> dyspnea, tachypnoea, chest pain, cough, haemoptysis,
cyanosis. Progression of symptoms at altitude may be due to either a
tension pneumothorax or massive gas embolism of lungs. The latter
condition referred as chokes
• Cutaneous -> itching, tingling, formication
• Constitutional -> headache, malaise, fatigue, nausea, anorexia
Type
• Type 1 DCS was defined as pain, usually in or around a join
• Type 2 DCS was defined as symptoms other than pain, or physical signs
that included vertigo, shock, visual abnormalities, paralysis, speech
defects, seizures, or unconsciousness
Management
• First aid :
1. Ensure the affected individual is breathing 100 per cent oxygen, minimize
activity and, if symptoms are severe, lie flat (not head down).
2. Unconscious subjects should be put in the recovery position, if possible.
3. Increase ambient pressure/descend to ground level as soon as is practicable.
• In a flight, a PAN call should be made declaring a physiological
emergency and in a simulated altitude exposure appropriate assistance
should be summoned to the chamber hall. The vast majority of cases will
have resolved completely on return to ground level and many will improve
spontaneously during descent to altitudes below 10 000 feet.
• Management on the ground : stabilized the patient along conventional
trauma management guideline, as dictated by the severity symptoms. If
symptoms have resolved completely and no physical signs are detected,
then the subject should be kept under observation on 100% oxygen for 2
hours
• Hyperbaric recompression
• Fluids : isotonic intravenous fluids
• Lidocaine : for optimal neuro protection
• Aspirin and non-steroidal anti-inflammatory drugs : as an anti-platelet
agents so there’ll be no thrombus formatio