“MOTIVASI”
NAMA KELOMPOK 4 :
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
4.1 Pengertian dan Pentingnya Motivasi
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu adalah suatu
kebutuhan yang mendorong seseorang untuk berbuat “sesuatu”. Adanya kebutuhan ini
menyebabkan orang bertingkah laku tertentu dalam usahanya mencapai suatu tujuan.
Pentingnya Motivasi
Salah satu tugas menantang seorang manajer adalah menggaransi bahwa tugas atau
pekerjaan yang diimpikan kepada anggota organisasi dikerjakan sesui dengan yang
diinginkan. Untuk mewujudkan tugas tersebut, para manajer harus mampu mendesain
suasana yang dapat memotivasi orang lain. Lazimnya setiap orang yang bekerja dalam suatu
organisasi akan terikat oleh “kontrak kerja”, yang mengatur secara rinci apa yang harus
dilakukan, berapa lama dalam sehari bekerja, serta berapa besar gaji yang menjadi haknya.
Tetapi di dalam kontrak tersebut tidak pernah disinggung secara eksplisif seberapa keras
seorang pegawai harus bekerja, seberapa banyak upaya yang harus dicurahkan dan seberapa
positif sikap yang harus ditunjukkan terhadap pekerjaanya. Secara singkat dapat dikatakan
kita tidak pernah disinggung bagaimana motivasi orang tersebut. Setiap manajer dalam level
manapun akan senantiasa dituntut untuk berbuat sesuatu yang dapat mempengaruhi orang –
orang yang dipimpinya termotivasi, sehinga para anggota organisasi melakukan tugasnya
dengan perasaan yang gembira, tidak tertekan, dan dalam suasana kegairahan yang tinggi.
Sebaliknya para anggota dapat terpenuhi kebutuhannya.
1. Karakteristik individu
a. Minat
b. Sikap terhadap diri sendiri, pekerjaan, dan situasi pekerjaan
c. Kebutuhan individual
d. Kemampuan atau kompetensi
e. Pengetahuan tentang pekerjaan
f. Emosi , suasana hati , perasaan keyakinan dan nilai – nilai
Pada umumnya karakteristik individu ini mempengaruhi bagaimana orang menilai apa
yang diperolehnya dari bermacam – macam faktor dalam pekerjaan. Bila faktor –
faktor dalam pekerjaan cocok dengan karakteristik individu, orang cenderung untuk
termotivasi menjalankan tugasnya.
Setiap pimpiman organisasi pasti mendambakan suatu situasi di mana seluruh anggota
punya gairah kerja dan produktivitas yang tinggi. Untuk mewujudkan situasi tersebut,
berbagai upaya sering telah dilakukan namun dambaan tetap tinggal dambaan, realitas yang
ada jauh dari harapan.
Teori motivasi yang telah banyak dicetuskan para pakar pada hakekatnya mengupas
tentang mengapa dan bagaimana orang terlibat dalam perilaku kerja tertentu, dan telah
berkembang dari waktu ke waktu.
Robbins (2001) membagi teori motivasi itu menjadi dua bagian yakni teori dini
tentang motivasi, yakni teori-teori yang lahirnya lebih awal, dan teori kotemporer tentang
motivasi adalah deretan teori motivasi yang lebih baru sebagai berikut. :
Terlepas dari kritik yang dijatuhkan, teori jenjang kebutuhan Maslow memiliki implikasi
praktis bagi manajer, karena mampu menawarkan suatu pola yang mudah dipahami dalam
menangani persoalan motivasi di tempat kerja.
b. Teori X dan Teori Y.
Douglas Mc. Gregor mengemukakan dua pandangan yang berbeda tentang manusia, yang
satu pada dasarnya negatif (teori X), sementara yang lain adalah positif (teori Y).
Menurut teori X, manajer mengandaikan karyawan / manusia itu negatif, seperti:
(1) tidak suka pekerjaan.
(2) malas.
(3) tak suka tanggung jawab.
(4) mengedepankan keamanan di atas semua faktor lain. Maka karyawan harus dipaksa agar
berprestasi.
Menghadapi tipe karyawan seperti ini manajer tak perlu bertindak otoriter, akan lebih
baik bergaya demokratis. Suatu kesan yang bisa ditangkap dari teori X dan Y ini ialah para
manajer yang menerima asumsi teori X tentang manusia dapat mempergunakan pendekatan
langsung, mengendalikan dan mengawasi secara ketat bawahan. Untuk asumsi teori Y para
manajer dapat menawarkan sikap membantu, mendukung, dan mempermudah orang- orang
dalam mengembangkan kreativitas.
Aldefer berdalih seorang individu mungkin saja pada suatu ketika akan berusaha
memenuhi beberapa kebutuhannya secara simultan atau serentak.
B.F. Skinner dalam Robbins dan Coulter (2004) menjelaskan teori penguatan tersebut
sebagai berikut: bahwa orang kemungkinan besar berperilaku seperti yang dikehendaki
apabila ia mendapat imbalan untuk berbuat hal itu.)l Imbalan-imbalan yang paling efektif
apabila imbalan-imbalan itu segera mengikuti tanggapan yang diinginkan. Dan perilaku yang
tidak diberi imbalan, atau yang kena hukuman, berkurang kemungkinannya untuk diulangi.
e. Teori keadilan/kesetaraan
Teori ini dikembangkan oleh J. Stacey Adam.
Bahwa setiap individu menurut teori ini akan membandingkan masukan dan keluaran
pekerjaan mereka dengan masukan/keluaran orang lain, dan ia akan berespon untuk
menghilangkan setiap ketidak adilan yang dirasakan.
Teori ini mengatakan lebih jauh bahwa para karyawa dapat:
(1) mengubah baik masukan atau keluaran mereka sendiri atau orang lain;
(2) berperilaku sedemikian rupa guna mendorong orang-orang lain untuk mengubah masukan
atau keluaran mereka;
(3)berperilaku sedemikia rupa guna mengubah masukan atau keluaran mereka sendiri;
(4) memilih pembanding yang lain
(5) meninggalkan pekerjaannya.
f. Teori Harapan (Ekspektasi)
Teori ini dicetuskan oleh Victor Vroom yang menggambarkan bahwa kuatnya
kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu tindakan tertentu bergantung pada kekuatan
yang berupa harapan, bahwa hasil tindakannya tersebut akan diikuti oleh suatu suatu output
tertentu dan daya tarik output tersebut. Suatu pertanyaan mendasar yang ingin dijawab oleh
teori ini adalah : apa yang menentukan untuk mencurahkan tenaga dan pikiran kemauan
seseorang dalam menjalankan tugas dari organisasi?
Lebih jauh teori ini berdalih bahwa motivasi ditentukan oleh pemahaman seseorang
individu terhadap hubungan antara usaha dengan kinerja, dan oleh keinginan atau dambaan
tehadap hasil (outcomes) yang dikaitkan ala dengan berbagai tingkat kinerja.
Dalam tataran praktis teori ini mengatakan bahwa seorang karyawan termotivasi
untuk menjalankan tingkat upaya yang tinggi bila ia yakin bahwa upayanya tersebut tersebut
akan menghantar ke suatu penilaian kinerja yang baik, suatu penilaian kinerja yang baik akan
mendorong ganjaran (bonus, gaji, promosi) dari organisasi.
Teori ini memfokus pada tiga hubungan, yaitu sebagai berikut.
1) Hubungan upaya-kinerja, bahwa individu berpersepsi upaya yang dilakukan akan
mendorong kinerja.
2) Hubungan kinerja-ganjaran, berprestasi pada suatu tingkat tertentu akan mendorong
tercapainya suatu output yang diinginkan.
3) Hubungan ganjaran- tujuan pribadi, sejauh mana ganjaran memenuhi tujuan pribadi
individu dan potensi daya tarik dari ganjaran itu kepadanya.
Jadi, untuk menerapkan teori ini seorang pemimpin wajib memahami tiga hal, yaitu:
1) harapan (expectancy), bahwa seseorang dengan bekerja ia akan dapat mencapai
berbagai tingkatan kinerja.
2) instrumentalitas (insterumentaly), bahwa berbagai hasil kerja akan timbul sebagai
akibat dari pelaksanaan tugas.
3) valensi (valence), dalo seseorang pada hasil kerja bahwa nilai yang diberikan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA