Anda di halaman 1dari 14

Muhammad Insan Jauhari, Pendidikan Anti Kekerasan Perspektif Al-quran dan Implementasinya ...

PENDIDIKAN ANTI KEKERASAN PERSPEKTIF AL-QUR’AN


DAN IMPLEMENTASINYA DALAM METODE PENGAJARAN PAI

Muhammad Insan Jauhari


Pascasarjana Program Studi Pendidikan Islam UIN Sunan Kalijaga
e-mail: insan.jauhari.abbas@gmail.com

Abstract
The Violence in educationis a behavior that exceed the limit and violate the rules in education.There are
a variety of cases that occurred against the background of different problems, to cause some negative
effects for the victims. Schools should have a place for children to get an education and teaching, rather
as a place for children to get violent. The purpose of this obserb was to describe the concept of non
violence education in the Qur’an and implementation in PAI. Collecting data using the method of
documentation. The results showed the first, non violence education in the QS.Ali‘Imran:159 including;
gentle, forgiving, democracy and resignation. Second, the implementation in the PAI includes the
functions and duties of teacher to be thoughtful and open and dialogical stance put forward in the
learning relevant.
Keywords: NonViolence Education, Teaching Methods PAI

Abstrak
Kekerasan dalam pendidikan merupakan perilaku yang melampaui batas dan menyalahi aturan dalam
pendidikan. Terdapat beragam kasus yang terjadi dengan latar belakang persoalan yang berbeda, hingga
menimbulkan beberapa efek negatif bagi para korbannya. Sekolah seharusnya sebagai tempat bagi
anak untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran, justru sebagai tempat bagi anak mendapatkan
tindakan kekerasan. Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini ialah untuk mendeskripsikan konsep
pendidikan anti kekerasan dalam al-Qur’an dan implementasinya dalam PAI. Pengumpulan datanya
menggunakan metode dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan pertama, pendidikan anti kekerasan
dalam QS. QS.Ali‘Imran: 159 seperti; lemah lembut, pemaaf, berdemokrasi serta tawakkal. Kedua,
implementasinya dalam PAI mencakup fungsi dan tugas pendidik untuk bersikap bijaksana dan
terbuka serta mengedepankan sikap dialogis dalam metode pembelajaran yang relevan.
Kata Kunci: Pendidikan Anti Kekerasan, Metode Pengajaran PAI

Pendahuluan ri­tual keagamaan, pengendalian diri,


Menurut Undang-Undang Republik kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 serta keterampilan yang dibutuhkan
tentang Sistem Pendidikan Nasional dirinya dan masyarakat, bangsa, dan
dise­butkan bahwa Pendidikan adalah negara (UUD RI No. 20 Tahun 2003
usaha sadar dan terencana untuk Tentang Sisdiknas Bab I Pasal 1 Ayat 1).
mewujudkan suasana belajar dan pro­ Hal yang senada juga penulis
ses pembelajaran agar peserta didik paparkan bahwasanya pendidikan
secara aktif mengembangkan potensi me­rupakan aspek penting yang tidak
dirinya untuk memiliki kekuatan spi­ bisa lepas dari kehidupan masyarakat,

171
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XIII, No. 2, Desember 2016

pendidikan dapat menyediakan dan jenis ini adalah; menampar, me­


memberikan berbagai macam kebutu­ nendang, memukul/menin­­ju,
han dalam kehidupan masyarakat, baik mencekik, mendorong, meng­­
itu berupa pengetahuan, pengalaman, gigit, membenturkan, me­ngan­
kreatifitas, kemampuan (skill) dan segala cam dengan benda ta­jam dan
macam bentuk informasi yang tidak da­ sebagainya. Dan dampak ke­
pat dijangkau di luar dunia pendidikan. kerasan ini dapat dilihat secara
Terutama Pendidikan Agama Islam jelas seperti; luka memar, ber­
(PAI) yang memberikan nilai lebih darah, patah tulang, pingsan,
bagi masyarakat baik yang berkenaan dan bentuk kondisi lain yang
dengan religiusitas (spiritualitas) mau­ kondisinya lebih berat.
pun moralitas masyarakat. 2. Kekerasan psikis, bentuk ke­
Dalam proses pendidikan tersebut, ke­rasan ini tidak begitu mu­
tentunya akan mengalami berbagai dah dikenali, sebab akibat yang
macam permasalahan terutama ma­ diderita korban tidak mem­be­
salah yang timbul dari peserta didik rikan bekas yang nampak jelas
itu sendiri. Sehingga dalam menangani bagi orang lain. Wujud konkret
masalah-masalah yang terjadi, tidak kekerasan tersebut; penggunaan
jarang metode kekerasan adalah hal kata-ata kasar, penyalahgunaan
yang sering digunakan oleh oknum kepercayaan, mempermalukan
tertentu di lingkungan pendidikan, orang lain, melontarkan
yang menumbulkan permasalahan ancaman dengan kata-kata, dan
baru dari tindakan kekerasan yang lain sebagainya.
dilakukan. Kekerasan sebagai salah 3. Kekerasan seksual, yang ter­ma­
satu bentuk agresif, memiliki definisi suk dalam ketegori ini adalah
yang beragam. Abuse adalah kata yang segala tindakan yang muncul
biasa diterjemah menjadi kekerasan, dalam bentuk paksaan atau
penganiayaan, penyiksaan, atau per­la­ mengancam untuk mela­ku­
kuan salah. Dengan demikian, ke­ke­rasan kan hubungan seksual (sexual
adalah perilaku yang tidak layak yang intercourse), melakukan pe­
mengakibatkan kerugian atau bahaya nyik­saan atau bertindak sadis
secara fisik, psikologis, atau finansial, serta meninggalkan seseorang.
baik yang dialami individu atau Kasus pelecehan seksual dan
kelompok (Abu Huraerah,2012:44). pemerkosaan yang dilakukan
Dari klasifikasi yang dilakukan oleh oknum guru merupakan
para ahli, tindakan kekerasan atau pe­ contoh konkret bentuk kekerasan
langgaran terhadap hak anak tersebut tersebut.
dapat terwujud setidaknya dalam 4. Kekerasan ekonomi, kekerasan
empat bentuk, yaitu: ini biasanya terjadi di ling­ku­
1. Kekerasan fisik, bentuk keke­ra­ ngan keluarga.Adapun con­toh
san ini paling mudah dikenali. konkret dalam bentuk ke­ke­
Terorganisasi sebagai kekerasan rasan ini ialah; orang tua yang

172
Muhammad Insan Jauhari, Pendidikan Anti Kekerasan Perspektif Al-quran dan Implementasinya ...

memaksa anak-anaknya yang dalam masyarakat dan berupaya


masih berusia di bawah umur dengan sekuat tenaga untuk mencegah
untuk memberikan kon­tri­busi dan meminimalisir terjadinya kekerasan
ekonomi keluarga, sehingga tersebut. Pendidikan yang damai
fenomena anak ja­la­nan, pe­nga­ merupakan proses pendidikan yang
men dan lain sebaginya sangat mampu diselenggrakan dengan cara
terlihat di jalan raya (Bagong yang kreatif dan sikap terbuka tanpa
Suyanto, 2013:29-30). adanya unsur diskriminasi, dan bukan
dengan cara kekerasan sebagai bentuk
Berdasarkan penjelasan di atas, tindak pidana yang tidak dibenarkan.
berikut ini akan dipaparkan beberapa Islam sebagai agama yang rahmatan
kasus kekerasan dalam pendidikan lil’alamin, mengajarkan kepada umatnya
dengan motif yang beraneka ragam, untuk selalu menciptakan perdamaian
antara lain: dalam segala aspek kehidupan. Allah
Di Surabaya, seorang guru olahraga SWT berfirman dalam QS. Ali ‘Imranayat
menghukum seorang siswa yang 159;
×1ÀIV _0=°  ]C°K% R\-ÕOXq \-¯VÙ
terlambat datang ke sekolah dengan
hukuman berlari beberapa kali putaran.
Tetapi karena fisiknya yang lemah,
siswa yang dihukum tersebut akhirnya ª Ú V Ù [Ák¯ [Î iÀVÙ _0<Å ×SVXT
meninggal dunia (Abd. Rachman
Assegaf, 2004:2). ÀÕÃVÙ \°×S\O ÕC°% Sr²[Ý5@Y
Sembilan murid di SD negeri Kota
Binjai pada 17 September 2011, dipukul
r¯Û ×1ÉF×q®T[‰XT ×1ÈNP ×m°ÝÙÓW*ÔyT
X ×1ÆMØ@WÃ
dan dijepit hidungnya serta tangan dan
kaki mereka dipukul dengan penggaris
kayu oleh guru gara-gara tidak mampu rQ"Wà ×#ŠXS*W VÙ _0Ù%]uWà Vl¯ VÙ ®p×')]
menghapalkan 33 provinsi di Indonesia
(Nanang Martono, 2012:3). §ª®²¨ WÛ¯°LXS*W À-Ù p °VÅf ‹ ‰D¯  
Pada dasarnya, setiap manusia
menginginkan adanya keamanan dan Artinya:
per­damaian dalam kehidupannya. Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah,
Dengan keamanan dan perdamaian engkau (Nabi Muhammad SAW) berlaku
tersebut, manusia akan merasa mudah lemah lembut terhadap mereka. Jika
dan nyaman disetiap akan melakukan seandainya engkau berlaku keras lagi berhati
sesuatu. Perasaan aman dan damai kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
tersebut mencakup dalam beragam sekelilingmu. Karena itu, maafkanlah mereka
ke­hidupan manusia salah satunya dan mohonlah ampun bagi mereka, dan
dalam pendidikan. Keinginan untuk bermusyawarahlah dengan mereka dalam
menciptakan tujuan pendidikan yang urusan itu. Kemudian apabila engkau telah
damai dapat dilakukan antara lain membulatkan tekad, maka bertawakkallah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah
dengan memahami penyebab kekerasan

173
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XIII, No. 2, Desember 2016

menyukai orang-orang yang bertawakkal umatnya ketika terjadinya peristiwa


(kepadanya)” (M. Quraish Shihab, 2010: perang Uhud. Bunyi ayat tersebut
50). ialah;
×1ÀIV _0=°  ]C°K% R\-ÕOXq \-¯VÙ
Berdasarkan ayat tersebut, al-Qur’an
sebagai sumber utama ajaran Islam
telah banyak memberikan kesadaran
ª Ú V Ù [Ák¯ [Î iÀVÙ _0<Å ×SVT
X
bagi manusia tentang pentingnya
perilaku kasih sayang, saling tolong ÀÕÃVÙ \°×S\O ÕC°% Sr²[Ý5@Y
menolong, mengutamakan perdamaian
bukan kekerasan, menghormati hak r¯Û ×1ÉF×q®T[‰XT ×1ÈNP ×m°ÝÙÓW*ÔyXT ×1ÆMØ@WÃ
orang lain, berlaku lemah lembut, tidak
kasar, tidak berhati keras, pemaaf,
dan bertawakkal. Beberapa perkara rQ"Wà ×#ŠXS*W VÙ _0Ù%]uWà Vl¯ VÙ ®p×')]
tersebut, relevan untuk diketahui dan
diterapkan dalam sekolah sebagai §ª®²¨ WÛ¯°LXS*W À-Ù p °VÅf ‹ ‰D¯  
tempat penyelenggaraan pendidikan.
Sehingga, dalam upaya menciptakan Artinya:
pendidikan yang aman, damai, dan Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah,
tenteram itu harus ada upaya yang engkau (Nabi Muhammad SAW) berlaku
serius dari berbagai pihak. lemah lembut terhadap mereka. Jika
Dari permasalahan tersebut, maka seandainya engkau berlaku keras lagi berhati
muncul pertanyaan Bagaimana konsep kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
pendidikan anti kekerasan dalam al- sekelilingmu. Karena itu, maafkanlah mereka
Qur’an? Bagaimana implementasi dan mohonlah ampun bagi mereka, dan
konsep pendidikan anti kekerasan bermusyawarahlah dengan mereka dalam
tersebut dalam metode pengajaran urusan itu. Kemudian apabila engkau telah
PAI? membulatkan tekad, maka bertawakkallah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah
Analisis Konsep Pendidikan Anti menyukai orang-orang yang bertawakkal
Kekerasan QS. Ali ‘Imran ayat 159 (kepadanya)
dan Implementasi dalam Metode .
Pembelajaran PAI Pada ayat tersebut mengarahkan
Ayat yang menjadi pembahasan kepada Nabi Muhammad SAW, yang
mengenai pendidikan anti kekerasan mana dalam tuntunan itu Allah SWT
yaitu QS. Ali ‘Imran ayat 159, yang menyebutkan sikap lemah lembut Nabi
turun setelah peristiwa perang Uhud, SAW kepada kaum muslimin terutama
yang mana kaum muslimin berperang bagi mereka yang melakukan kesalahan
melawan kaum kafir Quraisy. Pada ayat dan pelanggaran dalam perang Uhud.
tersebut berisi petunjuk sikap yang Sebenarnya, cukup banyak hal dalam
diperintahkan untuk dilakukan Nabi peristiwa perang Uhud yang me­
Muhammad SAW dalam menghadapi ngundang emosi manusia untuk

174
Muhammad Insan Jauhari, Pendidikan Anti Kekerasan Perspektif Al-quran dan Implementasinya ...

marah. Namun di samping itu, cukup dap kualitas proses pembelajaran, maka
banyak pula bukti yang menunjukkan pendidik harus mampu meningkatkan
kelemahlembutan Nabi SAW dalam kemampuan peserta didik dalam me­
menghadapi dan mengarahkan kaum nguasai keterampilan dan ilmu pe­
muslimin ketika perang Uhud terjadi. nge­tahuan sebagai hasil belajar yang
Persoalan pokok pendidikan anti diterimanya(Syaiful Sagala, 2013:181).
kekerasan yang terkandung dalam Terjadinya kasus-kasus kekerasan di
QS. Ali ‘Imran ayat 159 di atas adalah lingkungan pendidikan oleh pendidik
berawal dari diperintahkannya me­nge­­ ialah salah satu bentuk pelanggaran
depankan musyawarah dalam segala kode etik guru sebagai penyelenggara
aspek kehidupan. Konsep musya­warah proses pendidikan yang semestinya
mempunyai nilai-nilai yang me­nun­ tidak terjadi.
jukkan bahwa pentingnnya untuk ber­ Secara teoritis, kekerasan terhadap
de­mokrasi. Dalam artian sikap seorang anak (child abuse) dapat didefinisikan se­
pemimpin yang demokratis dengan ber­ ba­gai peristiwa perlukaan fisik, mental,
upaya menerima kritik dan saran dari atau seksual yang umumnya dilakukan
anggotanya dan berupaya membimbing oleh orang-orang yang mempunyai
anggotanya dengan metode yang baik tanggung jawab terhadap kesejahtera­
tanpa ada unsur kekerasan. an anak. Hal itu seperti pendidik di
Pembentukan manusia secara lembaga pendidikan, yang mana hal itu
utuh melalui pendidikan merupakan semua diindikasikan sebagai kerugian
cita-­­cita nasional yang sejak lama telah dan ancaman terhadap kesehatan dan
disusun para guru bangsa. Karena, kesejahteraan anak. Contoh yang paling
manusia adalah makhluk unik yang jelas sebagai bentuk kekerasan terhadap
bisa dididik (menerima pendidikan) anak ialah pemukulan atau penyerangan
dan memberikan pendidikan kepada secara fisik berkali-kali sampai terjadi
sesamanya demi terwujudnya sebuah luka atau goresan (Bagong Suyanto,
nilai-nilai yang ingin dicapai dalam 2013:28).
pendidikan nasional. Nilai-nilai tersebut Berdasarkan hasil analisis ter­ha­
termaktub dalam tujuan pendidikan dap kandungan QS. Ali ‘Imran ayat
nasional yaitu menjadikan manusia 159, terdapat beberapa konsep pen­di­
Indonesia yang utuh dengan membantu dikan anti kekerasan yang dapat di­
peserta didik untuk mengembangkan implementasikan dalam metode pe­nga­
potensi-potensi yang dimiliki (Chairul jaran pendidikan agama Islam, sebagai
Anwar, 2014:2). berikut:
Dalam melakukan pembentukan 1. Berlaku lemah lembut
manusia, pendidik dalam rangka me­ Kandungan dari pangkal ayat 159
lak­sanakan tugas profesionalnya terikat dari surah tersebut ialah sifat perintah
pada etika, baik untuk kepentingan diri untuk bersikap lemah lembut, se­ba­
sendiri maupun untuk kepentingan yang gai­mana yang terdapat dalam kutipan
lebih luas. Penerapan etika di kalangan ayatnya “Maka disebabkan rahmat dari
pendidikan memberikan dampak ter­ha­ Allah-lah, engkau (Nabi Muhammad SAW)

175
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XIII, No. 2, Desember 2016

berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sikap tanpa mengandung unsur kekerasan
lemah lembut merupakan suatu sifat dalam proses pelaksanaannya. Hal
pada diri seseorang yang mana seseorang tersebut diperlukan sebab, kepe­mim­
tersebut mampu bertutur kata yang tidak pi­nan seorang pendidik bukan hanya
menyakiti orang lain dengan perkataan faktor professional, pedagogik, dan
ataupun perbuatan, serta memberikan sosial saja akan tetapi aspek kepribadian
kemudahan dan ketenteraman kepada dan metode yang digunakan pendidik
orang lain. Sifat ini merupakan faktor dalam melakukan proses pembelajaran
subyektif yang harus dimiliki oleh setiap sangat diperhatikan.
orang dalam melakukan proses sosialisasi Pembelajaran yang berkualitas
dalam kehidupannya. adalah pembelajaran yang mampu
Dengan memiliki sifat lemah lembut me­­­le­­takkan posisi guru dengan tepat
tersebut, seseorang akan tertanam rasa se­­hingga guru dapat memainkan pe­
cintanya terhadap sesama manusia, ran­­­­nya sesuai dengan kebutuhan be­
terlebih utama pendidik dan peserta lajar peser­ta didik. Bukan dengan me­
didik. Cinta dengan pengertiannya lakukan tindak kekerasan yang me­
sudah merupakan fitrah yang dimiliki rugikan peserta didik. Dalam hal ini,
oleh setiap orang. Islam tidak hanya untuk menghindarkan terjadinya tin­
mengakui keberadaan cinta itu pada da­kan kekerasan dalam pendidikan,
diri manusia, tetapi juga mengaturnya pendidik harus sadar akan adanya
sehingga terwujud mulia. Bagi seorang tugas dan peran yang beragam dalam
muslim, sangat diperintahkan untuk proses pendidikan, diantaranya; Per­
menebarkan cinta kepada Allah SWT, ta­ma, pendidik sebagai fasilitator yak­
Rasul-Nya, bahkan makhluk ciptaan- ni, guru tidaklah mengajar, tetapi me­
Nya, terutama pada sesama manusia la­­yani peserta didik untuk belajar.
(Yunahar Ilyas, 2012:24). Rasa cinta Kedua, pendidik sebagai motivator,
yang tertanam pada diri seorang yakni mendorong dan memotivasi
pendidik ketika berada dalam lembaga pe­­serta didik untuk belajar dengan
pen­didikan, akan mewujudkan sifat mem­peroleh hasil yang semaksimal
kelemahlembutan dalam menye­leng­ mungkin. Ketiga, Pendidik sebagai pe­
ga­rakan proses pembelajaran, sehingga macu, yakni pendidik menyentuh
metode kekerasan yang selama ini faktor-faktor belajar agar kompetensi
digunakan akan lambat laun hilang pe­serta didik dapat meningkat. Keempat,
dalam dunia pendidikan dan tercipta pen­didik sebagai pemberi-inspirasi
suasana pendidikan yang penuh yak­ni, mengubah pandangan dan ke­hi­
kedamaian. du­pan peserta didik menjadi lebih baik
Maka, menurut hemat penulis, (Barnawi & Mohammad Arifin, 2012:
sikap lemah lembut tersebut perlu 69-70).
dimiliki dan tertanam dalam pribadi da­
ri masing-masing pendidik agar dapat 2. Pemaaf
me­langsungkan proses pendidikan dan Pesan berikutnya ialah memberi
pengajaran secara efektif dan efesien maaf dan membuka lembaran baru.

176
Muhammad Insan Jauhari, Pendidikan Anti Kekerasan Perspektif Al-quran dan Implementasinya ...

Kata “maaf” secara harfiyyah berarti 2012:141).


“menghapus”. Memaafkan adalah Islam mengajarkan kepada umat
meng­hapus bekas luka hati akibat per­ Islam untuk dapat memaafkan kesa­la­
lakuan lain yang dinilai tidak wajar. han orang lain tanpa harus menunggu
Ini perlu dilakukan, karena tidak ada permohonan maaf dari yang bersalah.
musyawarah tanpa kehadiran dari Menurut M. Quraish Shihab, tidak
pihak lain, sedangkan kecerahan pi­ ditemukan satu ayat pun yang me­
ki­ran hanya hadir bersamaan dengan nganjurkan untuk meminta maaf, tetapi
sirnanya kekeruhan hati (M. Quraish yang ada ialah perintah untuk memberi
Shihab, 2012:313). maaf (M. Quraish Shihab, 1996: 247).
Memberi maaf perlu dimiliki oleh Dalam QS. Ali ‘Imran ayat 159
seorang pemimpin, sebab boleh jadi mengisyaratkan kepada pemimpin
dalam melangsungkan dan menjalankan untuk memaafkan dalam segala urusan,
suatu program atau rencana, para khususnya yang berkaitan dengan
anggotanya melakukan kesalahan dan musyawarah. Musyawarah yang
kekeliruan, seperti halnya yang pernah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW
dilakukan umat Islam ketika perang memberikan satu pelajaran berharga
Uhud. Dalam tafsir al-Misbah disebutkan bagi generasi selanjutnya, yaitu dalam
bahwasanya terdapat beberapa saha­ urusan meminta maaf dan memaafkan.
bat yang melakukan kesalahan yakni Sikap ini, ditunjukkan guna untuk
menyia-nyiakan perintah yang di­ meredam permusuhan antara yang
berikan Nabi Muhammad SAW. Dalam satu dengan yang lainnya. sebagaimana
tafsir tersebut disebutkan bahwa, firman Allah SWT dalam QS. Ali ‘Imran
beliau (Nabi SAW) tidak memaki dan ayat 159; . . . “karena itu, maafkanlah mereka
mem­persalahkan para pemanah yang dan mohonlah ampunan untuk mereka, dan
meninggalkan markas mereka. Akan bermusyawarahlah dengan mereka dalam
tetapi, beliau menegurnya dengan halus urusan itu. . .”.
dan lemah lembut (M. Quraish Shihab, Maka oleh karena itu, pemberian
2012: 310). maaf kepada orang lain tersebut suatu
Pemaaf adalah sikap suka mem­be­ hal mulia yang dianjurkan untuk diim­
ri­kan maaf kepada orang lain tanpa ada ple­mentasikan dalam kehidupan yang
sedikitpun rasa benci dan keinginan nyata. Terlebih utama bagi pendidik
untuk membalas. Dalam bahasa Arab yang menyelenggarakan proses pen­
sifat pemaaf tersebut disebut dengan di­dikan di sekolah. Pendidik juga
al-‘afwu yang secara etimologi berarti harus mengedepankan sikap tersebut,
kelebihan atau yang berlebih. Pengertian sebab tidak jarang dari peserta didik
yang mengeluarkan yang berlebih itu, melakukan kesalahan dan kekeliruan
kata al-‘afwu kemudian berkembang dalam proses belajar mengajar, yang
maknanya menjadi menghapus. Dalam berujung kepada tindak kekerasan
konteks ini memaafkan berarti meng­ yang dilakukan oleh pendidik sebab
hapus luka atau bekas-bekas luka atas kesalahan yang dilakukan oleh
yang ada dalam hati (Yunahar Ilyas, peserta didik tersebut. Sehingga

177
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XIII, No. 2, Desember 2016

proses pembelajaran bukan diwarnai musyawarah tidak sebesar kesalahan


oleh pengetahuan dan pemahaman, yang dilakukan tanpa musyawarah, dan
melainkan hanya berupa perbuatan- kebenaran yang diraih sendirian, tidak
perbuatan tercela dan menyimpang dari sebaik yang diraih bersama (M.Quraish
norma yang ada dalam pendidikan. Shihab, 2012: 312).
Menurut Imam al-Ghazali, seorang Konsep musyawarah mempunyai
pendidik harus memiliki sifat-sifat nilai-nilai yang menunjukkan bahwa
khusus dan tugas-tugas tertentu, yaitu: pe­nting mengedepankan sikap pe­nye­
(1) pendidik memiliki rasa sayang, le­saian permasalahan secara bersama-
karena sifat ini akan timbul rasa per­ sama dengan mengedepankan tindakan
caya diri dan rasa tenteram pada diri yang profesional. Dalam ayat ini,
peserta didik. (2) pendidik tidak meng­ Allah memerintahkan Rasul SAW
gu­nakan kekerasan, mencemooh dalam supaya mengajak pasukannya untuk
membina mental dan perilaku peserta mengadakan musyawarah.
didiknya, tapi dengan cara yang penuh Pesan demokratis yang terdapat
simpatik dan kasih sayang. (3) pendidik dalam QS. Ali Imran ayat 159 ini
sebagai teladan, maka, kebaikan hati memiliki prinsip bahwa berupaya
dan toleran haruslah dimilikinya. (4) memahami adanya perbedaan asumsi-
pendidik mempelajari dan mengetahui asumsi terhadap suatu permasalahan
sisi kejiwaan peserta didik, sehingga ia sehingga harus saling menerima
tahu bagaimana seharusnya ia mem­ perbedaan dari setiap individu dengan
per­lakukannya sehingga ia terjauh rasa tanpa mengabaikan individu-individu
ragu-ragu dan gelisah (Maragustam, yang berada dalam komunitas atau
2014:208). kelompok tertentu. Dalam hal ini,
Rasulullah SAW sebagai pemimpin
3. Musyawarah (Demokrasi) umat Islam ketika itu tidak bersifat
M. Quraish Shihab menjelaskan arogan, tanpa ada unsur kekerasan dan
bahwasanya yang menjadi penekanan menerima masukan yang diberikan
dalam ayat ini adalah perintah untuk oleh para sahabat yang berhubungan
melakukan musyawarah. Ini adalah hal dengan strategi perang. Bila dicermati
yang penting untuk dilakukan, karena secara seksama, sikap Rasulullah SAW
petaka yang terjadi pada perang Uhud, pada waktu itu mempunyai keterkaitan
didahului oleh musyawarah, serta erat dengan pendidikan anti kekerasan,
disetujui oleh mayoritas. Akan tetapi yang mengedepankan sikap yang
menghasilkan kegagalan bagi kaum dialogis dan tidak mengambil tindakan
muslimin. Hasil ini dapat mengantarkan kekerasan dalam melakukan proses
seseorang untuk berkesimpulan bahwa pembelajaran.
musyawarah tidak perlu diadakan, Pemimpin dalam lingkungan pen­
apalagi bagi Nabi SAW. Akan tetapi, didikan tidak hanya mempunyai ke­we­
ayat ini turun untuk dipahami sebagai nangan untuk mengatur jalannya proses
pesan untuk melakukan musyawarah. pendidikan, melainkan juga proses
Kesalahan yang dilakukan setelah pembelajaran yang termanifestasikan

178
Muhammad Insan Jauhari, Pendidikan Anti Kekerasan Perspektif Al-quran dan Implementasinya ...

dalam diri seorang pendidik. Proses tersebut bukanlah berarti berserah diri
pembelajaran tidak akan berjalan secara kepada Allah SWT tanpa melakukan
maksimal tanpa adanya peran pendidik ikhtiar apapun, akan tetapi harus
dalam memberikan pengetahuan dan ada aksi yang nyata dilakukan untuk
pemahaman materi pembelajaran. Da­ memperoleh apa yang diharapkannya
lam melakukan proses pembelajaran tersebut (Munawwar Khalil, 2010:27).
tersebut, pendidik terikat dalam kode Tawakkal merupakan sikap mem­
etik dan peraturan tertentu yang harus bebaskan hati dari segala keter­gan­
dilaksanakan. tungan kepada selain Allah SWT
Nilai yang tereksplor dalam surat dan menyerahkan keputusan segala
Ali ‘Imran ayat 159 tersebut berupa sikap sesuatunya kepada-Nya. Tawakkal juga
terbuka antara pendidik dan peserta merupakan buah keimanan seseorang.
didik sehingga tercipta proses pem­ Setiap orang yang bertawakkal bahwa
belajaran yang aktif dan damai sesuai semua urusan kehidupan dan semua
dengan konsep dan tujuan pendidikan manfaat dan mudharat ada pada Allah
yang akan dicapai. Salah satu nilai yang SWT. Maka, sebagai seorang muslim se­
harus dipenuhi dalam diri pendidik ha­rusnya menyerahkan segala sesuatu
agar menciptakan pembelajaran yang kepada Allah SWT dan segala ridha
de­mokratis ialah mengaplikasikan ni­lai dengan segala kehendak-Nya (Yunahar
musyawarah dalam lingkungan pen­ Ilyas, 2012:44-45).
di­dikan. Nilai musyawarah tersebut Di samping menyerahkan segala
terikat dalam hubungan yang erat usaha pendidik dalam melakukan
antara pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran, sikap tawakkal
kegiatan belajar mengajar. Pendidik juga dalam pendidikan bisa merupakan
sebagai pemimpin ketika di kelas harus wujud ketundukan setelah melakukan
berupaya untuk berdemokratis dengan kegiatan pembelajaran keagamaan.
menciptakan interaksi dan komunikasi Nilai-nilai pendidikan anti keke­
yang baik dengan peserta didik dan ra­san yang terkandung di dalam QS.
berupaya menerima masukan dan saran Ali ‘Imran ayat 159 memberikan pema­
dari peserta didiknya. haman dan pengetahuan kepada para
pemangku kepentingan pendidikan
4. Tawakkal agama Islam terutama pendidik, untuk
Pesan terakhir ilahi dalam konteks menentukan proses pembelajaran me­
musyawarah, sebagaimana telah dije­ lalui kandungan yang tersirat dalam
las­kan oleh M. Quraish Shihab ialah ayat tersebut. Kandungan dari konsep
(apabila telah bulat tekad, laksanakanlah dan pendidikan anti kekerasan dalam QS.
berserah dirilah kepada Allah). Tawakkal Ali ‘Imran ayat 159 telah disebutkan
adalah membebaskan hati dari segala dalam tafsir al-Misbah, dapat diketahui
ketergantungan kepada selain Allah dari pemaparan tafsir tersebut mengenai
dan menyerahkan keputusan segala sikap Nabi SAW dalam menghadapi
sesuatukepada-Nya (Yunahar Ilyas, kaum muslimin yang melakukan ke­sa­
2012:44). Namun makna tawakkal lahan besar dalam perang Uhud.

179
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XIII, No. 2, Desember 2016

Dalam kaitannya dengan pen­ Penyalahgunaan wewenang, pemak­


didikan agama Islam dapat diim­ saan, dan tekanan atau menyalahi kode
ple­mentasikan dalam diri pendidik etik dan norma kepatutan juga disebut
yang mempunyai peran sentral dalam sebagai bentuk kekerasan dalam
sebuah instansi pendidikan. Dalam pendidikan (Abd. Rachman Assegaf,
hal ini, pendidik memiliki nilai luhur 2004:79).
dalam menjelaskan tentang peranannya Namun demikian, beberapa per­
dalam proses pembelajaran dan segala soalan kekerasan dalam pendidikan
kegiatan yang melibatkannya. Se­hing­ga harus segera dihentikan dan dilakukan
pendidikan agama Islam dapat me­na­ penanganan yang serius dari lembaga
nam­kan nilai luhur tersebut dalam diri terkait. Hal ini penting dilakukan me­
peserta didik dalam segala aktifitasnya. ngingat dampak negatif yang timbul
Ahmad Tafsir mengatakan bah­ dari akibat tindakan kekerasan yang
wa­sanya pendidikan Islam bimbingan terjadi, dan juga tujuan pendidikan
yang diberikan oleh seseorang akan sulit tercapai jika kekerasan
(pendidik) kepada seseorang (peserta dalam pendidikan masih diterapkan.
didik) agar ia dapat berkembang Penanggulangan kekerasan di sekolah
secara maksimal sesuai dengan ajaran dapat dilakukan beberapa cara. Namun,
Islam (Ahmad Tafsir, 2011:32). Jadi, hal yang paling mendasar yang harus
pendidik memiliki peran penting dalam dilakukan ialah memahami tindakan
pembentukan karakter peserta didik kekerasan di sekolah. Hal ini dapat
yang Islami dengan beragam metode berupa analisis secara komprehensif
yang digunakan. Sehingga dalam ragam dan bentuk kekerasan di sekolah
pendidikan agama Islam, peserta didik dengan cara mengumpulkan informasi
dapat mengembangkan potensi yang sebanyak mungkin tentang fenomena
ada secara aktif dalam mengembangkan kekerasan, menyelidiki penyebab ter­
potensi yang ada pada dirinya, agar ja­dinya kekerasan dan mencari cara
memiliki kemampuan spiritual keaga­ yang tepat untuk mencegah dan meng­
maan dan ketakwaan kepada Allah hen­tikan tindakan kekerasan yang
SWT. terjadi (Helen Cowie & Dawn Jennifer,
Pendidikan agama Islam selama ini, 2009:13).
memerlukan sosok pendidik yang mem­
punyai kesadaran emosional dengan Kesimpulan
peserta didik. Bukan sosok pendidik Berdasarkan sumber-sumber yang
yang acuh tak acuh terhadap peserta telah peneliti kumpulkan dan anali­
didiknya bahkan tidak segan-segan sis tentang konsep pendidikan anti
menggunakan metode kekerasan dalam kekerasan dalam Q.S Ali ‘Imranayat
mengembangkan dan membangun 159, maka ada beberapa hal yang dapat
mo­tivasi belajar peserta didik. Bentuk- disimpulkan antara lain:
bentuk hukuman atau sanksi yang 1. Konsep pendidikan anti keke­
kelewat batas, sering digunakan pen­ rasan yang terdapat dalam Q.S.
didik dalam mendidik peserta didik. Ali ‘Imran ayat 159 adalah kon­sep

180
Muhammad Insan Jauhari, Pendidikan Anti Kekerasan Perspektif Al-quran dan Implementasinya ...

pendidikan yang menghendaki lam al-Qur’an yang cocok de­


terciptanya rasa aman dan ngan konsep pendidikan anti
damai yang melindungi sege­ kekerasan yang penulis teliti,
nap civitas yang ada dalam yaitu metode hikmah, mau’zhah,
pen­didikan tersebut dari tin­ jidal.
da­kan kekerasan. Namun, da­
lam konsep pendidikan anti Berdasarkan kesimpulan diatas,
kekerasan yang akan menjadi kiranya penulis akan memberikan se­
kunci utama terlaksananya dikit saran yang dapat menjadi bahan
konsep tersebut ialah faktor masukan bagi pelaksanaan pendidikan
pendidik. Pendidik dalam PAI anti kekerasan untuk peningkatan
harus mengajar dan mendidik kualitas pendidikan. Beberapa saran
peserta didik yang tidak hanya yang dapatpenulis sampaikan antara
cakap dalam berpengetahuan lain:
melainkan juga aktif dan te­ 1. Bagi pendidik
ram­pil dalam kegiatan pem­ Pendidik menempati posisi utama
belajaran. Hal itu penting, sebab dalam pendidikan sebabpendidik meru­
pendidik sebagai publik figur pa­kan figur yang akan memberikan suri
pendidikan yang harus memiliki tauladan bagi peserta didiknya melalui
perilaku lemah lembut, pemaaf, materi pelajaran dan metode yang
tawakkal, berdemokrasi dalam digunakannya. Selainpendidik, faktor
me­nyelenggarakan pembe­la­­ja­ lingkungan pendidikan juga sangat
ran yang penuh dengan keda­ mempengaruhikeberhasilan pendidikan
maian. anti kekerasan serta mendukung ter­
2. Implementasi konsep pendi­ wu­judnya internalisasi lingkungan
di­kan anti kekerasan tersebut yang aman dan cinta damai dari semua
da­lam metode pengajaran PAI elemen pendidikan.
dapat diimplementasikan me­la­
lui proses pembelajaran di kelas, 2. Bagi Sekolah/madrasah
guru sebagai model dan sentral Sekolah/madrasah sebagai ling­
pendidikan agar berupaya untuk ku­ngan pendidikan harus dibentuk
selalu membangun relasi yang se­ideal mungkin bagi internalisasi
baik dengan peserta didik secara pen­didikan antikekerasan dalam diri
dialogis, dalam membimbing pendidik, peserta didik dan lain seba­
serta meningkatkan kecerdasan gai­nya. Pembentukan lingkungan se­ko­
intelektual, spiritual, dan mo­ lah yang ideal dapat dilakukan dengan
ral peserta didik. Hal itu, dapat menerapkan tata tertib yang tidak hanya
dilakukan dengan penuh rasa berlaku bagi peserta didik, tetapi juga
kasih sayang tanpa mengandung berlaku bagi semua warga sekolah.
unsur kekerasan bahkan pak­sa­
an dengan menggunakan me­to­
de-metode yang terdapat da­

181
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XIII, No. 2, Desember 2016

DAFTAR PUSTAKA Fakultas Tarbiyah dan Keguruan


UIN Sunan Kalijaga, 2010.
Kuncoroningrat, Metode-Metode
Abdul Ghafur, Waryono, Tafsir Sosial: Penelitian Masyarakat, Jakarta:
Mendialogkan Teks dengan Konteks, Gramedia, 1989.
Yogyakarta: elSAQ Press, 2005. Maragustam, Filsafat Pendidikan
Al-Ghazali, Muhammad, Akhlak Seorang Islam: Menuju Pembentukan
Muslim, Bandung: al-Ma’arif, Karakter Menghadapi Arus Global,
1995. Yogyakarta: Kurnia Kalam
Semesta, 2014.
An-Nahlawi, Abdurrahman, Pendidikan
Islam di Rumah, Sekolah, dan Martono, Nanang, Kekerasan Simbolik
Masyarakat, Jakarta: Gema Insani di Sekolah: Sebuah Ide Sosiologi
Press, 1996. Pendidikan Pierre Boudieu, Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2012.
Anwar, Chairul Hakikat Manusia dalam
Pendidikan: Sebuah Tinjauan Filosofis, Muhajir, Noeng, Metode Penelitian
Yogyakarta: Suka Press, 2014. Kualitatif, Bandung: PT Rosdakarya,
2001.
Anwar, Rosihon, Ulum al-Qur’an:
Disusun berdasarkan Kurikulum Nata, Abuddin, Ilmu Pendidikan Islam,
Terbaru nasional Perguruan Tinggi Jakarta: Kencana, 2010.
Agama Islam, Bandung: Pustaka ____________, Tafsir Ayat-Ayat
Setia, 2013. Pendidikan: Tafsir Al Ayat Al-
Ar-Rumi, Abdurrahman, Ulumul Tarbawiy, Jakarta: Raja Grafindo
Qur’an: Studi Kompleksitas al- Persada, 2012.
Qur’an, Yogyakarta: Titian Ilahi Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam,
Press, 1996. Jakarta: kalam Mulia, 2010.
Assegaf, Abd. Rahman, Pendidikan R. Knight, George, Filsafat Pendidikan,
Tanpa Kekerasan: Tipologi, Kondisi, Yogyakarta: Gama Media, 2007.
Kasus dan Konsep, Yogyakarta:
Tiara Wacana, 2004. Sagala, Syaiful, Etika & Moralitas
Pendidikan: Peluang dan Tantangan,
Barnawi & Mohammad Arifin, Etika & Jakarta: Pranada Media,2013.
Profesi Kependidikan, Yogyakarta:
Arruz Media, 2012 Saroni, Mohammad, Personal Branding
Guru,Yogyakarta: Ar Ruzz, 2011.
Cowie, Helen & Dawn Jennifer,
Penanggulangan Kekerasan di Shihab, M. Qurasih, Tafsir al-
Sekolah: Pendekatan Lingkup Sekolah Misbah:Pesan, Kesan, dan Keserasian
Untuk Mencapai Praktik Terbaik, al-Qur’an, Vol. 1-15, (Jakarta:
Jakarta: Indeks, 2009. Lentera Hati, 2012.
Gaza, Mamik, Bijak Menghukum Siswa, _____, Lentera al Qur’an: Kisah dan
Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2012. Hikmah Kehidupan,Bandung: Mizan
Pustaka, 2014.
Ilyas, Yunahar, Kuliah Akhlak,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012. ______, Membumikan Al Qur’an:
Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Huraerah, Abu, Kekerasan terhadap Anak, Kehidupan Masyarakat, Bandung:
Bandung: Nuansa Cendikia, 2012. Mizan, 1993.
Khalil, Munawwar, Akhlak dan ______, Wawasan Al Qur’an: Tafsir
Pembelajarannya, Yogyakarta:

182
Muhammad Insan Jauhari, Pendidikan Anti Kekerasan Perspektif Al-quran dan Implementasinya ...

maudhu’I atas Pelbagai Persoalan Suharsaputra, Uhar, Metode Penelitian


Umat, Bandung: Mizan, 1998. Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan
______, Menabur Pesan Ilahi: al-Qur’an Kelas, Bandung: PT Refika Aditama,
dan Dinamika Kehidupan Masyarakat, 2012.
Jakarta: Lentera Hati, 2006. Surakhmad, Winarno, Pengantar
_______, al- Qur’an dan Maknanya, Penelitian Ilmiah, Bandung: Tarsito,
Tanggerang: Lentera Hati, 2010. 1992.

Sudarto, Motodologi Penelitian Filsafat, Tafsir, Ahmad Ilmu Pendidikan Dalam


Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Perspektif Islam, Bandung:
2002. Rosdakarya, 2011.

Sudjana, Nana, Dasar-Dasar Proses Umiarsi & Zamroni, Pendidikan


Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Pembebasan: Dalam Perspektif Barat
Baru Algensindo, 2011. & Timur, Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2011.
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif,
Kuantitatif, dan R&D, Bandung: Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
Alfabeta, 2007. Tentang Pendidikan Nasional, Bab
I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 1

183
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XIII, No. 2, Desember 2016

184

Anda mungkin juga menyukai