Anda di halaman 1dari 7

ENDOMETRITIS

 Definisi

Endometritis adalah radang pada endometrium dan merupakan peradangan

endometrium yang paling ringan. Endometritis dapat merupakan lesi primer namun

demikian bisa berkembang secara cepat menjadi peradangan uterus yang berat.

Kerugian ekonomi yang ditimbulkan akibat endometritis adalah penurunan

produksi susu, memperlambat involusi uterus, memperpanjang CI dan penurunan

kesuburan hingga kemajiran (Ayuningsih, 2013).

MUKOSA UTERUS MUKOSA UTERUS


MERADANG MUKOSA SERVIKS MERADANG
NORMAL

Gambar 2.3 Endometritis pada uterus sapi perah (Hallap, 2005)

Endometritis dapat terjadi pada induk sapi setelah perkawinan alam dengan

pejantan yang menderita penyakit kelamin menular seperti brucelosis,

trichomoniasis, dan vibrosis. Infeksi uterus postpartus yang diawali dari kejadian

retensio sekundinae atau karena kelahiran yang sulit (distokia) tanpa penanganan

yang baik, menyebabkan terjadinya peradangan pada uterus (endometritis) yang

bersifat akut (Prihatini, 2011).

Akibat dari endometritis ialah terjadinya penurunan kesuburan (infertilitas)


pada penderita sampai pada kemajiran sehingga mengganggu proses reproduksi.

Infertilitas yang terjadi dapat berbentuk matinya embrio yang masih muda karena

pengaruh mikroorganisme sendiri atau terganggunya perlekatan embrio pada

dinding uterus (kegagalan implantasi) (Prihatini, 2011).

 Etiologi

Kasus endometritis dapat terjadi karena pelaksanaan IB (inseminasi buatan)

dan penanganan partus yang kurang higienis sehingga banyak kontaminasi bakteri

seperti bakteri non spesifik (E. Coli, Staphilylococcus, Streptococcus dan

Salmonella), maupun bakteri spesifik (Brucella sp, Vibrio foetus dan Trichomonas

foetus) yang terbawa masuk ke dalam uterus pada saat dilakukannya IB atau masuk

pada saat melahirkan dimana serviks dalam keadaan terbuka. Bakteri tersebut dapat

berasal dari lingkungan seperti feses maupun kotoran yang lainnya (Sheldon, 2007).

 Patogenesis

Selama dan setelah kelahiran, bakteri dapat masuk secara ascendend ke

dalam vagina, melewati serviks dan mengkontaminasi lumen uterus. Sebagian besar

bakteri ini bersifat kontaminan oportunistik dan bakteri-bakteri ini dieliminasi dari

uterus selama tiga minggu pertama setelah kelahiran dengan adanya kontraksi

uterus (involusi), regenerasi endometrium dan aktivasi kekebalan tubuh dengan

cara fagositosis bakteri oleh neutrofil. Beberapa sapi perah mengalami endometritis

pada tiga minggu pertama setelah partus dan mengalami lesi berupa materi purulen

(nanah) di uterus yang dapat terdeteksi di vagina (Sheldon, 2007).

Terjadinya infeksi juga tergantung dari virulensi kuman maupun daya tahan

tubuh yang dimiliki oleh sapi khususnya daya tahan uterus. Daya tahan uterus

tergantung dari kebersihan uterus dari sisa-sisa plasenta, kemampuan involusi


uterus, penutupan serviks maupun pemulihan vagina dan vulva ke status seperti

sebelum bunting dan partus (Sheldon, 2007).

 Gejala Klinis

Gejala endometritis yang bersifat akut adalah suhu yang meningkat disertai

adanya demam, sering urinasi, nafsu makan menurun, produksi susu menurun,

denyut nadi lemah, pernafasan cepat, ada rasa sakit pada uterus ditandai dengan

sering menengok ke belakang, ekor sering diangkat, dan selalu merejan (Hariadi

dkk., 2011).

Kasus endometritis kronis sekitar 50% pada umumnya tidak terdeteksi.

Gejala yang dapat terlihat adalah keluarnya discharge purulent (putih kekuningan).

Bila sudah berlangsung lama biasanya hewan tidak memperlihatkan gejala sakit dan

birahi (Nurhayati dkk., 2014).

 Endometritis Subklinis

Endometritis subklinis merupakan keradangan pada endometrium yang

paling ringan, ditandai dengan kawin berulang. Sekitar 50% dari kasus endometritis

kronis umumnya tidak terdeteksi. Beberapa penyakit yang berkaitan dengan kondisi

endometritis pada sapi diantaranya adalah brucellosis, leptospirosis,

campylobacteriosis dan trichomoniasis (Ruhiat, 2014).

Gejala endometritis subklinis tidak tampak. Pada pemeriksaan rektal kondisi

uterus sapi tampak normal, tidak ada perubahan baik dari konsistensi maupun

ukuran. Siklus estrus normal namun jika dikawinkan sulit untuk bunting.

Endometritis subklinis terjadi ketika proses involusi sudah lengkap (sekitar lima

minggu postpartus). Terapi yang biasa digunakan dengan injeksi antibiotik atau

pemberian antiseptik secara intrauterin (Ruhiat, 2014).


 Endometritis Klinis

Hewan yang mengalami endometritis klinis memperlihatkan gejala demam,

keluar discharge, anoreksia dan terjadi penurunan susu. Ukuran uterus setelah 40

hari partus 8-10 kali lebih besar dari ukuran normal (Nurhayati dkk., 2014).

Endometritis klinis ditandai dengan adanya discharge purulen (>50% nanah)

terdeteksi dalam vagina 21 hari atau lebih setelah partus; atau mukopurulen (50%

nanah dan 50% lendir) terdeteksi pada vagina setelah 26 hari (Sheldon et al., 2008).

Terapi yang digunakan dengan injeksi antibiotik untuk membunuh bakteri yang

menginfeksi seperti penisilin, streptomisin, terramisin, atau kloramfenikol (Hariadi

dkk., 2011).

 Diagnosis

Pada pemeriksaan rektal, uterus teraba agak membesar dan dindingnya

menebal. Kelainan mungkin teraba hanya pada satu kornua, tetapi dapat pula pada

kedua kornua. Endometritis dengan derajat ringan melalui perabaan perrektal

mungkin tidak teraba adanya kelainan pada uterus. Pada sapi, endometritis yang

ringan masih dapat menunjukan gejala birahi, dan bila dikawinkan akan diikuti oleh

kegagalan menjadi bunting karena terjadi kematian embrio dini atau abortus

(Hariadi dkk., 2011).

 Pencegahan dan Terapi

Pencegahan endometritis dilakukan dengan cara mencegah adanya infeksi

uterus oleh mikroorganisme, khususnya pada saat melahirkan atau pada waktu

pemeriksaan vagina. Menjaga kebersihan alat yang digunakan pada saat

pertolongan kelahiran, menjaga kebersihan kandang dan lingkungan. Pelaksanaan


inseminasi buatan harus dilakukan dengan cara yang benar dan lege artis (Ruhiat,

2014).

Terapi yang berpotensi mengatasi kasus ini adalah terapi antibiotika

sistemik, irigasi uterus, pemberian estrogen untuk menginduksi respon uterus, dan

injeksi prostaglandin untuk menginduksi estrus. Pengobatan yang

direkomendasikan untuk endometritis yang agak berat adalah memperbaiki

vaskularisasi dengan mengirigasi uterus mempergunakan antiseptika ringan seperti

lugol dengan konsentrasi yang rendah. Irigasi diulangi beberapa kali dengan

interval 2-3 hari. Antibiotika diberikan secara intrauterin dan intramuskular.

Discharge dapat dikeluarkan dengan menyuntikkan preparat estrogen. Untuk

endometritis ringan cukup diberikan antibiotika intrauterin (Sheldon, 2007).

Endometritis ringan akan sembuh dengan baik setelah dilakukan

pengobatan dengan obat yang tepat dan cepat. Endometritis kronis


penyembuhannya tergantung pada cepat tidaknya penangan, penyebab dari

penyakit dan banyaknya mikroorganisme yang menyerang serta infeksi sekunder

yang menyertai (Hariadi dkk., 2011).


DAFTAR PUSTAKA

Ayuningsih, K. 2013. Pengaruh Infusi Larutan Iodin Povidon 1,5% Secara Intrauterina
Terhadap Days Open Sapi Simpo yang Mengalami Endometritis [Skripsi]. Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada.

Hariadi, M., S. Hardhopranyoto, Wurlina, H. A. Hermadi, B. Utomo, Rimayanti, I. N.


Triana dan H. Ratnani. 2011. Buku Ajar Ilmu Kemajiran pada Ternak Airlangga
University Press. Surabaya.

Nurhayati, I. S., R. A. Saptati dan E. Martindah. 2014. Penanganan Gangguan Reproduksi


Guna Mendukung Pengembangan Usaha Sapi Perah. Semiloka Nasional Prospek Industri
Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas-2020. Bogor. 14-147

Prihatini, R. 2011. Hubungan Retensio Sekundinae dan Endometritis dengan Efisensi


Reproduksi pada Sapi Perah: Studi Kasus di Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara
(KPSBU) Lembang, Jawa Barat [Skirpsi]. Fakutlas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian
Bogor

Ruhiat, E. 2014. Problem Post Partus Pada Sapi. Buletin Laboratorium Veteriner Balai
Besar Veteriner Waters. 14(4): 31-37.

Sheldon, I. M. 2007. Endometritis in Cattle: Pathogenesis, Consequences for Fertility,


Diagnosis and Therapeutic Recommendations. Reproduction Management Bulletin

Anda mungkin juga menyukai