Anda di halaman 1dari 4

Nama : Bellatania Yuda

NIM : 1965050080
Tanggal : 19 Mei 2020
RHINITIS ALERGI

1. Definisi

Rinitis adalah inflamasi mukosa hidung yang ditandai oleh satu atau lebih gejala hidung seperti
bersin, gatal, rinorea, atau hidung tersumbat. Rinitis sering disertai gejala yang melibatkan mata,
telinga, dan tenggorok. Alergi merupakan penyebab tersering rinitis dan menjadi salah satu penyakit
kronis pada masa anak. Gejala yang timbul pada rinitis alergi merupakan akibat inflamasi yang
diinduksi oleh respons imun yang dimediasi IgE terhadap alergen tertentu. Rinitis alergi menjadi
penting karena prevalensi semakin meningkat (10-20% dari populasi), berdampak pada kualitas hidup,
produktivitas kerja dan sekolah, biaya pengobatan yang tinggi, serta keterkaitan dengan asma. Rinitis
alergi merupakan bagian dari perjalanan alergi/allergic march yang paling sering ditemui pada usia
sekolah.

2. Etiologi

Alergen penyebab rinitis alergi yang paling sering adalah tungau debu rumah, bulu binatang,
jamur dan lain sebagainya

3. Klasifikasi menurut ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma), 2008
- Intermiten : Gejala < 4 hari/minggu atau < 4 minggu berturut-turut
- Persisten : Gejala > 4 hari/minggu dan > 4 minggu berturut-turut
- Ringan : Tidur normal , Tidak terdapat gangguan aktivitas harian , Tidak terdapat penurunan
produktivitas kerja/sekolah , Gejala tidak mengganggu
- Sedang-berat: Terdapat gangguan tidur , Terdapat gangguan aktivitas harian, Terdapat penurunan
produktivitas kerja/sekolah, Gejala mengganggu

4. Diagnosis

Anamnesis

 Rasa gatal di hidung, telinga, palatum, tenggorok, dan mata


 Bersin
 Rinorea, sekret hidung jernih
 Hidung tersumbat
 Bernapas melalui mulut atau mengorok.
 Gejala bernapas melalui mulut sering terjadi pada malam hari yang dapat menimbulkan gejala
tenggorokan kering, mendengkur, gangguan tidur, serta rasa kelelahan pada siang hari.
 Gejala sinusitis: - post nasal drip, sakit kepala
 Mimisan
 Batuk kronik
 Riwayat atopi pada keluarga
 Anamnesis juga diarahkan untuk mencari faktor pencetus seperti faktor lingkungan, makanan,
atau faktor fisik seperti dingin, panas, dan sebagainya.

Pemeriksaan fisik dan Neurologi

 Sering didapatkan warna gelap (- dark circle atau shiners) serta bengkak di bawah mata.
 Bila terdapat gejala hidung tersumbat yang berat pada anak, sering terlihat mulut selalu terbuka
yang disebut sebagai adenoid face. Keadaan ini memudahkan timbulnya gejala lengkung palatum
yang tinggi, serta maloklusi.
 Anak yang sering menggosok hidung karena rasa gatal menunjukkan tanda yang disebut allergic
salute.
 Tanda-tanda sinusitis seperti nyeri tekan sinus juga dapat ditemukan

Pemeriksaan penunjang

 Komplikasi sinusitis (pencitraan sinus), asma (uji fungsi paru)


 Faktor pencetus: - skin prick test atau IgE spesifik darah.
5. Tata Laksana
 Tata laksana rinitis alergi meliputi penghindaran alergen penyebab, medikamentosa dan
imunoterapi (Gambar 1).

 Antihistamin H1 generasi 2 oral (setirizin, loratadin, levosetirizin, desloratadin) diberikan untuk


mengurangi gejala bersin, gatal, dan rinorea tetapi sangat sedikit pengaruhnya terhadap sumbatan
hidung.
 Kortikosteroid topikal adalah pengobatan paling efektif untuk mengontrol gejala rinitis alergi
persisten.
 Kortikosteroid oral dapat diberikan untuk jangka pendek (5-7 hari) untuk gejala yang berat dan
sulit diatasi atau pasien dengan polip nasal.
 Dekongestan oral tidak diberikan secara rutin. Dekongestan oral dapat diberikan untuk
mengurangi sumbatan hidung bila diperlukan.
 Dekongestan topikal dapat dipertimbangkan untuk penggunaan jangka pendek (tidak lebih dari 5
hari). Hindari penggunaan dekongestan topikal untuk jangka panjang karena terdapat risiko
terjadinya rinitis medikamentosa. Dekongestan topikal tidak disarankan untuk diberikan pada
anak di bawah 5 tahun.
 Ipratropium bromide topikal dapat diberikan untuk mengurangi gejala rinorea.
 Imunoterapi dengan alergen spesifik dapat dipertimbangkan pada pasien yang tidak membaik
dengan kombinasi penghindaran alergen dan pengobatan.

6. Pencegahan
1. Hindari keluar rumah terlalu pagi atau malam, karena saat itulah serbuk sari dalam jumlah
terbanyak (kecuali saat hujan)
2. Beristirahat atau tidur dengan jendela tertutup
3. Saat berada di mobil, pastikan jendela tertutup rapat
4. Memakai kacamata atau goggles saat berenang
5. Membersihkan tempat tidur dengan hairdryer
6. Batasi perjalanan ke daerah pedesaan. Angin laut membawa serbuk ke daratan
7. Mandi dan cucilah rambut di malam hari setelah sampai di rumah karena rambut merupakan
tempat serbuk menetap. Mengganti pakaian setelah berpergian dari luar rumah.
8. Aplikasikan petroleum jelly di sekitar tepi lubang hidung, karena sifatnya sebagai penghalang
masuknya serbuk ke dalam hidung
9. Mencuci hidung dengan alat cuci hidung yang berisi larutan NaCl 0,9% untuk membersihkan
serbuk dan iritan.

Daftar Pustaka

1. Pedoman Pelayanan Medis, Pujiadi, A. H. et al., eds., Ikatan Dokter Anak Indonesia. IDAI. 2011
2. Noronha, L., Fox, A., Du Toit, G., & Lack, G. Diagnosis and management of allergic rhinitis in
children. Prescriber, 28(12), 13–19. doi:10.1002/psb.1631. 2017

Anda mungkin juga menyukai