Disusun oleh
Arizal Setyawan
(113120019
1. DEFINISI
Appendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm
(94 inci), melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Appendiks berisi
makanan dan mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena
pengosongannya tidak efektif dan lumennya kecil, appendiks cenderung menjadi
tersumbat dan rentan terhadap infeksi. (Brunner dan Sudarth, 2002).
Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermivormis, dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua
umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki
berusia antara 10 sampai 30 tahun (Mansjoer, Arief,dkk, 2007).
Apendisitis adalah infeksi pada appendiks karena tersumbatnya lumen oleh
fekalith (batu feces), hiperplasi jaringan limfoid, dan cacing usus. Obstruksi
lumen merupakan penyebab utama Apendisitis. Erosi membran mukosa
appendiks dapat terjadi karena parasit seperti Entamoeba histolytica, Trichuris
trichiura, dan Enterobius vermikularis (Ovedolf, 2006).
2. ETIOLOGI
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor
prediposisi yaitu:
1) Factor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi
ini terjadi karena:
a. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
b. Adanya faekolit dalam lumen appendiks
c. Adanya benda asing seperti biji-bijian
d. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
2) Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan
Streptococcus
3) Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30
tahun (remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan
jaringan limpoid pada masa tersebut.
4) Tergantung pada bentuk apendiks:
a. Appendik yang terlalu panjang
b. Massa appendiks yang pendek
c. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks
d. Kelainan katup di pangkal appendiks
(Nuzulul, 2009)
3. KLASIFIKASI
Klasifikasi Apendisitis ada 2 :
1) Apendisitis akut, dibagi atas:
Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah sembuh akan timbul
striktur lokal.
Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah.
2) Apendisitis kronis, dibagi atas:
Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah sembuh akan timbul striktur
lokal.
Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks miring, biasanya ditemukan
pada usia tua.
4. MANIFESTASI KLINIS
Nyeri kuadran kanan bawah terasa dan biasanya disertai oleh demam ringan,
mual, muntah, dan hilangnya nafsu makan.
Derajat nyeri tekan spasme otot dan apakah terdapat konstipasi atau diare tidak
tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi appendiks.
Bila appendiks melingkar dibelakang sekum, nyeri dan nyeri tekan dapat terasa
didaerah lumbal; bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini dapat diketahui
hanya dengan pemeriksaan pada pemeriksaan rektal.
Nyeri pada defekasi menunjukkan ujung appendiks berada dekat rektum; nyeri
pada saat berkemih mununjukkan bahwa ujung apendiks dekat dengan
kandung kemih atau ureter.
Adanya kekakuan pada bagian bawah otot-otot testis kanan dapat terjadi.
Tanda Rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri
yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa pada kuadran kanan
bawah. Apabila ileus paralitik, dan kondisi pasien memburuk.
Pada pasien lansia, tanda dan gejala apendisitis dapat sangat bervariasi. Tanda-
tanda tersebut dapat sangat meragukan, menunjukkan destruksi usus atau
proses penyakit lainnya. Pasien mungkin tidak mengalami gejala sampai ia
mengalami ruptur appendiks. Insiden perforasi pada appendiks lebih tinggi
pada lansia, karena banyak dari pasien-pasien ini mencari bantuan perawatan
kesehatan tidak secepat pasien-pasien yang lebih muda.
5. PATOFISIOLOGI
Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau
tersumbat kemungkinan oleh fekolit (massa keras dari faeces) atau benda asing.
Proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan nyeri
abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam
terlokalisasi dalam kuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya apendiks yang
terinflamasi berisi pus.
Penyebab utama appendiksitis adalah obstuksi penyumbatan yang dapat
disebabkan oleh hiperplasia dari polikel lympoid merupakan penyebab terbanyak
adanya fekalit dalam lumen appendik. Adanya benda asing seperti : cacing,striktur
karenan fibrosis akibat adanya peradangan sebelunnya. Sebab lain misalnya :
keganasan ( Karsinoma Karsinoid ).
Obstruksi apendiks itu menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa
terbendung, makin lama mukus yang terbendung makin banyak dan menekan
dinding appendiks oedem serta merangsang tunika serosa dan peritonium viseral.
Oleh karena itu persarafan appendiks sama dengan usus yaitu torakal X maka
rangsangan itu dirasakan sebagai rasa sakit disekitar umblikus.
Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah, kemudian
timbul gangguan aliran vena, sedangkan arteri belum terganggu, peradangan yang
timbul meluas dan mengenai peritomium parietal setempat, sehingga
menimbulkan rasa sakit dikanan bawah, keadaan ini disebut dengan appendisitis
supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu maka timbul alergen dan ini disebut
dengan appendisitis gangrenosa. Bila dinding apendiks yang telah akut itu pecah,
dinamakan appendisitis perforasi. Bila omentum usus yang berdekatan dapat
mengelilingi apendiks yang meradang atau perforasi akan timbul suatu masa
lokal, keadaan ini disebut sebagai appendisitis abses. Pada anak – anak karena
omentum masih pendek dan tipis, apendiks yang relatif lebih panjang , dinding
apendiks yang lebih tipis dan daya tahan tubuh yang masih kurang, demikian juga
pada orang tua karena telah ada gangguan pembuluh darah, maka perforasi terjadi
lebih cepat.Bila appendisitis infiltrat ini menyembuh dan kemudian gejalanya
hilang timbul dikemudian hari maka terjadi appendisitis kronis.
6. PENGKAJIAN SECARA TEORITIS
Identitas Pasien
Keluhan utama
Klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut kanan
bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam
kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa
waktu lalu.
Riwayat kesehatan
Riwayat penyakit sekarang
Sifat keluhan nyeri dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau timbul nyeri
dalam waktu yang lama. Keluhan yang menyertai biasanya klien mengeluh
rasa mual dan muntah, panas
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat nyeri abdomen tidak terlokalisir, riwayat penyakit askariasis,
kebiasaan mengkonsumsi diet rendah serat, konstipasi.
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat neoplasma pada keluarga, pola makan dan diet keluarga, riwayat
penyakit DM, penyakit jantung.
Pemeriksaan Fisik Review of system (ROS)
Pola Kebiasaan Sehari –hari
Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
Data subjektif : Mewawancarai klien tentang bagaimana klien menganggap
kebersihan terhadap dirinya terutama keadaan lingkungan dan terhadap
makanan, menanyakan riwayat kesehatan dalam keluarga, apa upaya yang
dilakukan untuk mempertahankan kebersihan dan pencegahan penyakit.
Data objektif : Mengkaji kebersihan seluruh tubuh
Pola nutrisi metabolic
Data subjektif :Mewawancarai klien tentang kebiasaan makanan dan
minuman sehari-hari dan menanyakan bagaimana kenaikan berat badan.
Data objektif :Mengkaji gambaran nutrisi tubuh atau berat badan,
kebiasaan makan, nilai kebersihan badan sendiri.
Eliminasi
Data subjektif :Mengkaji kebiasaan BAB / BAK sebelum sakit,
menanyakan riwayat penyakit kelamin yang pernah ada.
Data objektif :Mengkaji pola BAB/BAK
Pola tidur dan istirahat
Data subjektif :Mengkaji kebiasaan tidur sehari-hari (lama tidur malam,
tidur siang) apakah ada gangguan tidur dan kebiasaan sebelum tidur.
Data objektif :Mengkaji tingkat kemampuan observasi mata dan ekspresi
wajah.
Pola persepsi kognitif
Data subjektif :Mengidentifikasi tingkat interval secara umum kemampuan
mengungkapkan perasaan nyaman atau nyeri dan kemampuan berfikir,
penginderaan, pengecapan serta penggunaan alat bantu.
Data objektif :Mengobservasi kemampuan pendengaran, penginderaan,
pengecapan serta penggunaan alat bantu
Pola persepsi kognitif
Data subjektif :Mengidentifikasi bagaimana anggapan klien terhadap
perubahan berhubungan dengan penyakit yang mengganggu citra tubuhnya,
apakah klien ada putus asa atau merasa rendah diri.
Data objektif :Mengkaji kemampuan dan keamanan atau partisipasi klien
dalam tindakan keperawatan
Pola peran dan hubungan dengan masyarakat
Data subjektif :Mengidentifikasi hubungan klien dengan sesama, saudara
atau keluarga, cara klien untuk mengungkapkan masalah pada teman atau
keluarga serta dukungan dalam menghadapi penyakit.
Data objektif :Klien berhubungan dengan keluarga dan saudaranya..
Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
Data subjektif :Mengidentifikasi respon emosi klien pada saat klien
menghadapi masalah atau stres klien dan bagaimana klien mengungkapkan
atau melampiaskannya.
Data objektif :Mengkaji ekspresi wajah klien.
Pola sistem kepercayaan
Data subjektif :Bagaimana kepercayaan dan kegiatan klien beribadah pada
kepercayaan, apakah klien rajin berdoa selama sakit.
Pemeriksaan Fisik
Demam biasanya ringan, dengan suhu sekitar 37,5-38,5°C. Bila suhu lebih
tinggi, mungkin sudah terjadi perforasi. Bisa terdapat perbedaan suhu aksilar
dan rektal sampai 1 °C.
a. Inspeksi
Kadang sudah terlihat waktu penderita berjalan sambil bungkuk dan
memegang perut. Penderita tampak kesakitan. Pada inspeksi perut tidak
ditemukan gambaran spesifik. Kembung sering terlihat pada penderita
dengan komplikasi perforasi. Penonjolan perut kanan bawah bisa dilihat
pada massa atau abses appendikuler.
b. Palpasi
Dengan palpasi di daerah titik Mc. Burney didapatkan tanda-tanda
peritonitis lokal yaitu:
1) Nyeri tekan di Mc. Burney
2) Nyeri lepas
3) Defans muscular lokal. Defans muscular menunjukkan adanya
rangsangan peritoneum parietal.
4) Pada appendiks letak retroperitoneal, defans muscular mungkin tidak
ada, yang ada nyeri pinggang.
c. Auskultasi
Peristaltik usus sering normal. Peristaltik dapat hilang karena ileus paralitik
pada peritonitis generalisata akibat appendisitis perforata.
Psoas sign. Nyeri pada saat paha kanan pasien diekstensikan. Pasien
dimiringkan kekiri. Pemeriksa meluruskan paha kanan pasien, pada saat itu
ada hambatan pada pinggul / pangkal paha kanan. (A. Mansjoer, dkk. 2000)
Tes Obturator. Nyeri pada rotasi kedalam secara pasif saat paha pasien
difleksikan. Pemeriksa menggerakkan tungkai bawah kelateral, pada saat itu
ada tahanan pada sisi samping dari lutut (tanda bintang), menghasilkan
rotasi femur kedalam. (A. Mansjoer, dkk. 2000)
Menurut Doenges (2000) pengkajian pada pasien dengan Appendiksitis :
1) Aktivitas
Gejala : Malaise
2) Sirkulasi
Tanda: Tachicardia
3) Eliminasi
Gejala : Konstipasi pada awitan awal, diare (kadang-kadang)
Tanda : Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan penurunan/
tidak ada bising usus
4) Makanan/ cairan
Gejala : Anoreksia, mual/muntah
5) Nyeri/ kenyamanan
Gejala: Nyeri abdomen sekitar epigastrum dan umbilikus, yang
meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc Burney (setelah jarak
antara umbilikus dan tulang ileum kanan). Nyeri ini merupakan gejala
klasik appendisitis. Mula-mula nyeri dirasakan samar-samar dan tumpul
yang merupakan nyeri viseral di daerah epigastrium atau sekitar
umbilicus. Setelah beberapa jam nyeri berpindah dan menetap di
abdomen kanan bawah (titik Mc Burney). Nyeri akan bersifat tajam dan
lebih jelas letaknya sehingga berupa nyeri somatik setempat. Bila terjadi
perangsangan peritonium biasanya penderita akan mengeluh nyeri di
perut pada saat berjalan atau batuk. (W. De Jong, R. Sjamsuhidajat,
2004)
Tanda : Perilaku berhati-hati, berbaring ke samping atau telentang
dengan lutut ditekuk, meningkatnya nyeri pada kuadran kanan bawah
karena posisi ekstensi kaki kanan/ posisi duduk tegak.
6) Keamanan
Tanda : demam (biasanya rendah). Demam terjadi bila sudah ada
komplikasi, bila belum ada komplikasi biasanya tubuh belum panas.
Suhu biasanya berkisar 37,5º-38,5º C
7) Pernafasan
Tanda : takipnea/ pernafasan dangkal
8) Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Riwayat kondisi lain yang berhubungan dengan nyeri abdomen
contoh pielitis akut, batu uretra, dapat terjadi pada berbagai usia
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Laboratorium
Terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan C-reactive protein (CRP). Pada
pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara 10.000-
18.000/mm3 (leukositosis) dan neutrofil diatas 75%, sedangkan pada CRP
ditemukan jumlah serum yang meningkat. CRP adalah salah satu komponen
protein fase akut yang akan meningkat 4-6 jam setelah terjadinya proses
inflamasi, dapat dilihat melalui proses elektroforesis serum protein. Angka
sensitivitas dan spesifisitas CRP yaitu 80% dan 90%.
2) Radiologi
Terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi (USG) dan Computed Tomography
Scanning (CT-scan). Pada pemeriksaan USG ditemukan bagian memanjang
pada tempat yang terjadi inflamasi pada appendiks, sedangkan pada
pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian yang menyilang dengan fekalith dan
perluasan dari appendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran
sekum. Tingkat akurasi USG 90-94% dengan angka sensitivitas dan spesifisitas
yaitu 85% dan 92%, sedangkan CT-Scan mempunyai tingkat akurasi 94-100%
dengan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi yaitu 90-100% dan 96-97%.
B. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman (Nyeri dengan skala 7 dari rentang skala (0-10))
2. Ketidakseimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh)
3. Resiko infeksi
ASUHAN KEPERAWATAN
Perencanaan
No. Tanggal Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi