Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN S DENGAN

ULKUS DIABETIKUM POST DEBRIDEMENT


DI RUMAH SAKIT AGHISNA KROYA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Stase Keperawatan Klinik


Stase Keperawatan Medikal Bedah di Rumah Sakit Aghisna Kroya

Disusun oleh
Arizal Setyawan
(113120019

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN 2020/2021

1. DEFINISI
Appendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm
(94 inci), melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Appendiks berisi
makanan dan mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena
pengosongannya tidak efektif dan lumennya kecil, appendiks cenderung menjadi
tersumbat dan rentan terhadap infeksi. (Brunner dan Sudarth, 2002).
Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermivormis, dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua
umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki
berusia antara 10 sampai 30 tahun (Mansjoer, Arief,dkk, 2007).
Apendisitis adalah infeksi pada appendiks karena tersumbatnya lumen oleh
fekalith (batu feces), hiperplasi jaringan limfoid, dan cacing usus. Obstruksi
lumen merupakan penyebab utama Apendisitis. Erosi membran mukosa
appendiks dapat terjadi karena parasit seperti Entamoeba histolytica, Trichuris
trichiura, dan Enterobius vermikularis (Ovedolf, 2006).

2. ETIOLOGI
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor
prediposisi yaitu:
1) Factor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi
ini terjadi karena:
a. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
b. Adanya faekolit dalam lumen appendiks
c. Adanya benda asing seperti biji-bijian
d. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
2) Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan
Streptococcus
3) Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30
tahun (remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan
jaringan limpoid pada masa tersebut.
4) Tergantung pada bentuk apendiks:
a. Appendik yang terlalu panjang
b. Massa appendiks yang pendek
c. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks
d. Kelainan katup di pangkal appendiks
(Nuzulul, 2009)

3. KLASIFIKASI
Klasifikasi Apendisitis ada 2 :
1) Apendisitis akut, dibagi atas:
 Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah sembuh akan timbul
striktur lokal.
 Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah.
2) Apendisitis kronis, dibagi atas:
 Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah sembuh akan timbul striktur
lokal.
 Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks miring, biasanya ditemukan
pada usia tua.

4. MANIFESTASI KLINIS
Nyeri kuadran kanan bawah terasa dan biasanya disertai oleh demam ringan,
mual, muntah, dan hilangnya nafsu makan.

 Nyeri tekan lokal pada titik Mc.burney bila dilakukan tekanan.

 Nyeri tekan lepas mungkin dijumpai.

 Derajat nyeri tekan spasme otot dan apakah terdapat konstipasi atau diare tidak
tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi appendiks.

 Bila appendiks melingkar dibelakang sekum, nyeri dan nyeri tekan dapat terasa
didaerah lumbal; bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini dapat diketahui
hanya dengan pemeriksaan pada pemeriksaan rektal.
 Nyeri pada defekasi menunjukkan ujung appendiks berada dekat rektum; nyeri
pada saat berkemih mununjukkan bahwa ujung apendiks dekat dengan
kandung kemih atau ureter.

 Adanya kekakuan pada bagian bawah otot-otot testis kanan dapat terjadi.

 Tanda Rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri
yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa pada kuadran kanan
bawah. Apabila ileus paralitik, dan kondisi pasien memburuk.

 Pada pasien lansia, tanda dan gejala apendisitis dapat sangat bervariasi. Tanda-
tanda tersebut dapat sangat meragukan, menunjukkan destruksi usus atau
proses penyakit lainnya. Pasien mungkin tidak mengalami gejala sampai ia
mengalami ruptur appendiks. Insiden perforasi pada appendiks lebih tinggi
pada lansia, karena banyak dari pasien-pasien ini mencari bantuan perawatan
kesehatan tidak secepat pasien-pasien yang lebih muda.

5. PATOFISIOLOGI
Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau
tersumbat kemungkinan oleh fekolit (massa keras dari faeces) atau benda asing.
Proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan nyeri
abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam
terlokalisasi dalam kuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya apendiks yang
terinflamasi berisi pus.
Penyebab utama appendiksitis adalah obstuksi penyumbatan yang dapat
disebabkan oleh hiperplasia dari polikel lympoid merupakan penyebab terbanyak
adanya fekalit dalam lumen appendik. Adanya benda asing seperti : cacing,striktur
karenan fibrosis akibat adanya peradangan sebelunnya. Sebab lain misalnya :
keganasan ( Karsinoma Karsinoid ).
Obstruksi apendiks itu menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa
terbendung, makin lama mukus yang terbendung makin banyak dan menekan
dinding appendiks oedem serta merangsang tunika serosa dan peritonium viseral.
Oleh karena itu persarafan appendiks sama dengan usus yaitu torakal X maka
rangsangan itu dirasakan sebagai rasa sakit disekitar umblikus.
Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah, kemudian
timbul gangguan aliran vena, sedangkan arteri belum terganggu, peradangan yang
timbul meluas dan mengenai peritomium parietal setempat, sehingga
menimbulkan rasa sakit dikanan bawah, keadaan ini disebut dengan appendisitis
supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu maka timbul alergen dan ini disebut
dengan appendisitis gangrenosa. Bila dinding apendiks yang telah akut itu pecah,
dinamakan appendisitis perforasi. Bila omentum usus yang berdekatan dapat
mengelilingi apendiks yang meradang atau perforasi akan timbul suatu masa
lokal, keadaan ini disebut sebagai appendisitis abses. Pada anak – anak karena
omentum masih pendek dan tipis, apendiks yang relatif lebih panjang , dinding
apendiks yang lebih tipis dan daya tahan tubuh yang masih kurang, demikian juga
pada orang tua karena telah ada gangguan pembuluh darah, maka perforasi terjadi
lebih cepat.Bila appendisitis infiltrat ini menyembuh dan kemudian gejalanya
hilang timbul dikemudian hari maka terjadi appendisitis kronis.
6. PENGKAJIAN SECARA TEORITIS
 Identitas Pasien
 Keluhan utama
Klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut kanan
bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam
kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa
waktu lalu.
 Riwayat kesehatan
 Riwayat penyakit sekarang
Sifat keluhan nyeri dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau timbul nyeri
dalam waktu yang lama. Keluhan yang menyertai biasanya klien mengeluh
rasa mual dan muntah, panas
 Riwayat penyakit dahulu
Riwayat nyeri abdomen tidak terlokalisir, riwayat penyakit     askariasis,
kebiasaan mengkonsumsi diet rendah serat,     konstipasi.
 Riwayat penyakit keluarga
Riwayat neoplasma pada keluarga, pola makan dan diet keluarga, riwayat
penyakit DM, penyakit jantung.
 Pemeriksaan Fisik Review of system (ROS)
Pola Kebiasaan Sehari –hari
 Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
Data subjektif   : Mewawancarai klien tentang bagaimana klien menganggap
kebersihan terhadap dirinya terutama keadaan lingkungan dan terhadap
makanan, menanyakan riwayat kesehatan dalam keluarga, apa upaya yang
dilakukan untuk mempertahankan kebersihan dan pencegahan penyakit.
Data objektif      : Mengkaji kebersihan seluruh tubuh
 Pola nutrisi metabolic
Data subjektif    :Mewawancarai klien tentang kebiasaan makanan dan
minuman sehari-hari dan menanyakan bagaimana kenaikan berat badan.
Data objektif     :Mengkaji gambaran nutrisi tubuh atau berat badan,
kebiasaan makan, nilai kebersihan badan sendiri.
 Eliminasi
Data subjektif    :Mengkaji kebiasaan BAB / BAK sebelum sakit,
menanyakan riwayat penyakit kelamin yang pernah ada.
Data objektif     :Mengkaji pola BAB/BAK
 Pola tidur dan istirahat
Data subjektif    :Mengkaji kebiasaan tidur sehari-hari (lama tidur malam,
tidur siang) apakah ada gangguan tidur dan kebiasaan sebelum tidur.
Data objektif     :Mengkaji tingkat kemampuan observasi mata dan ekspresi
wajah.
 Pola persepsi kognitif
Data subjektif    :Mengidentifikasi tingkat interval secara umum kemampuan
mengungkapkan perasaan nyaman atau nyeri dan kemampuan berfikir,
penginderaan, pengecapan serta penggunaan alat bantu.
Data objektif     :Mengobservasi kemampuan pendengaran, penginderaan,
pengecapan serta penggunaan alat bantu
 Pola persepsi kognitif
Data subjektif    :Mengidentifikasi bagaimana anggapan klien terhadap
perubahan berhubungan dengan penyakit yang mengganggu citra tubuhnya,
apakah klien ada putus asa atau merasa rendah diri.
Data objektif     :Mengkaji kemampuan dan keamanan atau partisipasi klien
dalam tindakan keperawatan
 Pola peran dan hubungan dengan masyarakat
Data subjektif    :Mengidentifikasi hubungan klien dengan sesama, saudara
atau keluarga, cara klien untuk mengungkapkan masalah pada teman atau
keluarga serta dukungan dalam menghadapi penyakit.
Data objektif     :Klien berhubungan dengan keluarga dan saudaranya..
 Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
Data subjektif    :Mengidentifikasi respon emosi klien pada saat klien
menghadapi masalah atau stres klien dan bagaimana klien mengungkapkan
atau melampiaskannya.
Data objektif     :Mengkaji ekspresi wajah klien.
 Pola sistem kepercayaan
Data subjektif    :Bagaimana kepercayaan dan kegiatan klien beribadah pada
kepercayaan, apakah klien rajin berdoa selama sakit.

 Pemeriksaan Fisik
Demam biasanya ringan, dengan suhu sekitar 37,5-38,5°C. Bila suhu lebih
tinggi, mungkin sudah terjadi perforasi. Bisa terdapat perbedaan suhu aksilar
dan rektal sampai 1 °C.
a. Inspeksi
Kadang sudah terlihat waktu penderita berjalan sambil bungkuk dan
memegang perut. Penderita tampak kesakitan. Pada inspeksi perut tidak
ditemukan gambaran spesifik. Kembung sering terlihat pada penderita
dengan komplikasi perforasi. Penonjolan perut kanan bawah bisa dilihat
pada massa atau abses appendikuler.
b. Palpasi
Dengan palpasi di daerah titik Mc. Burney didapatkan tanda-tanda
peritonitis lokal yaitu:
1) Nyeri tekan di Mc. Burney
2) Nyeri lepas
3) Defans muscular lokal. Defans muscular menunjukkan adanya
rangsangan peritoneum parietal.
4) Pada appendiks letak retroperitoneal, defans muscular mungkin tidak
ada, yang ada nyeri pinggang.
c. Auskultasi
Peristaltik usus sering normal. Peristaltik dapat hilang karena ileus paralitik
pada peritonitis generalisata akibat appendisitis perforata.
Psoas sign. Nyeri pada saat paha kanan pasien diekstensikan. Pasien
dimiringkan kekiri. Pemeriksa meluruskan paha kanan pasien, pada saat itu
ada hambatan pada pinggul / pangkal paha kanan. (A. Mansjoer, dkk. 2000)
Tes Obturator. Nyeri pada rotasi kedalam secara pasif saat paha pasien
difleksikan. Pemeriksa menggerakkan tungkai bawah kelateral, pada saat itu
ada tahanan pada sisi samping dari lutut (tanda bintang), menghasilkan
rotasi femur kedalam. (A. Mansjoer, dkk. 2000)
Menurut Doenges (2000) pengkajian pada pasien dengan Appendiksitis :
1) Aktivitas
Gejala : Malaise
2) Sirkulasi
Tanda: Tachicardia
3) Eliminasi
Gejala : Konstipasi pada awitan awal, diare (kadang-kadang)
Tanda : Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan penurunan/
tidak ada bising usus
4) Makanan/ cairan
Gejala : Anoreksia, mual/muntah
5) Nyeri/ kenyamanan
Gejala: Nyeri abdomen sekitar epigastrum dan umbilikus, yang
meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc Burney (setelah jarak
antara umbilikus dan tulang ileum kanan). Nyeri ini merupakan gejala
klasik appendisitis. Mula-mula nyeri dirasakan samar-samar dan tumpul
yang merupakan nyeri viseral di daerah epigastrium atau sekitar
umbilicus. Setelah beberapa jam nyeri berpindah dan menetap di
abdomen kanan bawah (titik Mc Burney). Nyeri akan bersifat tajam dan
lebih jelas letaknya sehingga berupa nyeri somatik setempat. Bila terjadi
perangsangan peritonium biasanya penderita akan mengeluh nyeri di
perut pada saat berjalan atau batuk. (W. De Jong, R. Sjamsuhidajat,
2004)
Tanda : Perilaku berhati-hati, berbaring ke samping atau telentang
dengan lutut ditekuk, meningkatnya nyeri pada kuadran kanan bawah
karena posisi ekstensi kaki kanan/ posisi duduk tegak.
6) Keamanan
Tanda : demam (biasanya rendah). Demam terjadi bila sudah ada
komplikasi, bila belum ada komplikasi biasanya tubuh belum panas.
Suhu biasanya berkisar 37,5º-38,5º C
7) Pernafasan
Tanda : takipnea/ pernafasan dangkal
8) Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Riwayat kondisi lain yang berhubungan dengan nyeri abdomen
contoh pielitis akut, batu uretra, dapat terjadi pada berbagai usia

7. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN


A. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita Apendisitis meliputi
penanggulangan konservatif dan operasi.
Penanggulangan konservatif
Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita yang tidak
mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa pemberian antibiotik. Pemberian
antibiotik berguna untuk mencegah infeksi. Pada penderita Apendisitis
perforasi, sebelum operasi dilakukan penggantian cairan dan elektrolit, serta
pemberian antibiotik sistemik.
Operasi
Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan Apendisitis maka tindakan
yang dilakukan adalah operasi membuang appendiks (appendektomi).
Penundaan appendektomi dengan pemberian antibiotik dapat mengakibatkan
abses dan perforasi. Pada abses appendiks dilakukan drainage (mengeluarkan
nanah).
Pencegahan Tersier
Tujuan utama dari pencegahan tersier yaitu mencegah terjadinya komplikasi
yang lebih berat seperti komplikasi intra-abdomen. Komplikasi utama adalah
infeksi luka dan abses intraperitonium. Bila diperkirakan terjadi perforasi
maka abdomen dicuci dengan garam fisiologis atau antibiotik. Pasca
appendektomi diperlukan perawatan intensif dan pemberian antibiotik dengan
lama terapi disesuaikan dengan besar infeksi intra-abdomen.
B. Penatalaksanaan keperawatan
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang pernah dialami dalam hal
appendiktomi tidak ada tata laksana keperawatan khusus yang diberikan pada
pasien apendisitis.adapun tindakan non medis yang diberikan adalah persiapan
pasien untuk apendiktomi diantaranya perawat memastikan  kepada dokter
bahwa tes darah,cek urin, rontgen, dan puasa sudah dilaksanakan.
Kemudian tindakan keperawatan yang dapat diberikan post-op adalah
perawatan luka jahitan dan mobilisasi pasien secara teratur untuk mencegah
dekubitus

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Laboratorium
Terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan C-reactive protein (CRP). Pada
pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara 10.000-
18.000/mm3 (leukositosis) dan neutrofil diatas 75%, sedangkan pada CRP
ditemukan jumlah serum yang meningkat. CRP adalah salah satu komponen
protein fase akut yang akan meningkat 4-6 jam setelah terjadinya proses
inflamasi, dapat dilihat melalui proses elektroforesis serum protein. Angka
sensitivitas dan spesifisitas CRP yaitu 80% dan 90%.
2) Radiologi
Terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi (USG) dan Computed Tomography
Scanning (CT-scan). Pada pemeriksaan USG ditemukan bagian memanjang
pada tempat yang terjadi inflamasi pada appendiks, sedangkan pada
pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian yang menyilang dengan fekalith dan
perluasan dari appendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran
sekum. Tingkat akurasi USG 90-94% dengan angka sensitivitas dan spesifisitas
yaitu 85% dan 92%, sedangkan CT-Scan mempunyai tingkat akurasi 94-100%
dengan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi yaitu 90-100% dan 96-97%.
B. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman (Nyeri dengan skala 7 dari rentang skala (0-10))
2. Ketidakseimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh)
3. Resiko infeksi
ASUHAN KEPERAWATAN

Perencanaan
No. Tanggal Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. 20-2- Nyeri Akut NOC NIC


2016 Definisi: pengalaman sensori Pain level  Pain management
dan emosional yang tidak Pain control Lakukan pengkajian nyeri
menyenangkan yang muncul Comfort level secara komperehensif
akibat kerusakan jaringan yang Kriteria hasil: termasuk lokasi,
actual atau potensial atau Mampu mengontrol karakteristik, durasi,
digambarkan dalam hal nyeri (tahu penyebab frekuensi, kualitas, dan
kerusakan sedemikian rupa. nyeri faktor presipitasi.
DS: Mampu menggunakan Kontrol lingkungan yang
 klien mengatakan perut bagian teknik nonfarmakologi dapat mempengaruhi
kanan bawah terasa sakit dan untuk mengurangi nyeri nyeri seperti suhu
panas. Melaporkan bahwa nyeri ruangan, pencahayaan,
 Klien mengeluh sakit sekitar berkurang dengan dan kebisingan.
jahitan terutama jika digunakan menggunakan Pilih dan lakukan
untuk beraktifitas, terasa panas manajemen nyeri penanganan nyeri
seperti ditusuk-tusuk, klien Mampu mengurangi (farmakologi,
mengatakan nyeri hilang nyeri (skala intensitas, nonfarmakologi, dan
timbul. frekuensi dan tanda interpersonal)
DO: nyeri) Ajarkan tentang teknik
 Diagnosa medis dari Tn.“Y” Menyatakan rasa nonfarmakologi
adalah appendicitis post nyaman setelah nyeri Berikan anlgetik untuk
appendictomy berkurang mengurangi nyeri
 Skala nyeri klien 7 dari skala Evaluasi keefektifan
(0-10) kontrol nyeri
Nyeri tekan pada daerah ulu hati Tingkatkan istirahat
(epigastrium) Tn.“Y” Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesic
pertama kali
 Evaluasi efektivitas
analgesic tanda dan gejala
2. 21-2- Ketidakseimbangan nutrisi NOC NIC
2016 kurang dari kebutuhan tubuh  Nutritional status : food Kaji adanya alergi
Definisi : Asuhan nutrisi tidak and fluid intake makanan
cukup untuk memenuhi  Nutritional status : Kolaborasi dengan ahli
kebutuhan metabolik nutrient intake gizi untuk menentukan
DS :  Weight control jumlah kalori dan nutrisi
 Tn.“Y” sering merasa mual dan Kreteria Hasil yang dibutuhkan pasien.
muntah  Adanya peningkatan Anjurkan pasien untuk
 Tn.“Y” mengatakan kalau dia berat badan sesuai meningkatkan protein dan
hilang selera makan dengan tujuan vitamin C
 Tn.“Y” sering merasa kenyang  Berat badan ideal sesuai Yakinkan diet yang
DO : dengan tinggi badan dimakan mengandung
 Diagnosa Medis dari Tn.“Y”  Mampu mengidentifikasi tinggi serat untuk
adalah Gastritis kebutuhan nutrisi mencegah konstipasi
 Tn.“Y” tampak lemah dan  Tidak ada tanda-tanda Monitor jumlah nutrisi
tidak  berenergi malnutrisi dan kandungan kalori
 Kesadaran Tn.“Y”  Menunjukan Berikan informasi tentang
Composmentis peningkatan fungsi kebutuhan nutrisi
pengecapan dari Monitor lingkungan
menelan selama makan
 Tidak terjadi penurunan Jadwalkan pengobatan
berat badan yang berarti tidak selama jam makan
Monitor kulit kering dan
perubahan monitor turgor
kulit
Monitor kekeringan
rambut kusam dan mudah
patah
Monitor mual dan muntah
Monitor total protein Hb
dan kadar Ht
Monitor pucat,
kemerahan, jaringan
konjungtiva
3. 22-2- Resiko Infeksi NOC : NIC :
2016 DS: Immune Status  Pertahankan teknik
Pasien mengatakan perban di Knowledge : Infection aseptif
perut belum diganti control  Batasi pengunjung
DO: Risk control bila perlu
 Luka kurang berish  Cuci tangan setiap
 Ada pus Setelah dilakukan sebelum dan sesudah
 Perban terlihat kotor karena tindakan keperawatan tindakan keperawatan
belum diganti selama 3x24 jam pasien  Gunakan baju,
tidak mengalami infeksi sarung tangan sebagai alat
dengan kriteria hasil: pelindung
 Klien bebas dari tanda  Ganti letak IV
dan gejala infeksi perifer dan dressing sesuai
 Menunjukkan dengan petunjuk umum
kemampuan untuk  Tingkatkan intake
mencegah timbulnya nutrisi
infeksi  Berikan terapi
 Jumlah leukosit dalam antibiotik:
batas normal  Monitor tanda dan
 Menunjukkan perilaku gejala infeksi sistemik dan
hidup sehat lokal
 Status imun,  Inspeksi kulit dan
gastrointestinal, membran mukosa
genitourinaria dalam terhadap kemerahan,
batas normal panas, drainase
 Dorong masukan
cairan
 Dorong istirahat
 Ajarkan pasien
dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC


Doenges, E. M, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan (Terjemahan), Edisi 3, Jakarta: EGC.
Depkes RI.2008.Kasus Appendicitis di Indonesia.diakses dari :
http://www.artikelkedokteran.com/arsip/kasus-apendisitis-di-indonesia-pada-tahun-
2008.html http://darkcurez.blogspot.com/2011/01/makalah-apendisitis.html
Lubis. A. Angka Kejadian Appendicitis. diakses dari:
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-trimuflikh-6753-1-babi.pdf pada
tanggal 2 November 2012
Stacrose.2009.Angka Kejadian Appendicitis.diakses dari:
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-trimuflikh-6753-1-babi.pdf pada
tanggal 2 November 2012
Ummualya. 2008. Angka Kejadian Appendisitis. diakses dari :
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-trimuflikh-6753-1-babi.pdf pada
tanggal 2 November 2012

Anda mungkin juga menyukai