Kelas : XI MIPA
Hari/Tanggal Penugasan : Senin, 30 Maret 2020
Materi : Koloid
Nama Guru Mata Pelajaran : Husna Amalana, M.Pd.
Alamat Email Guru Mapel : husnaamalana@gmail.com
No. WA Guru Mapel : 081393028705
Batas Waktu Pengumpulan : Senin, 30 Maret 2020 (Maksimal pukul 17.00 WIB)
KOLOID
Kompetensi Dasar :
3.14 Mengelompokkan berbagai tipe sistem koloid, menjelaskan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari
Indikator :
3.14.1 Menjelaskan perbedaan larutan sejati, koloid dan suspensi.
3.14.2 Mengklasifikasikan berbagai tipe koloid berdasarkan medium pendispersi dan fase terdispersi.
3.14.3 Menjelaskan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
3.14.4 Menjelaskan pembuatan koloid secara dispersi.
3.14.5 Menjelaskan pembuatan koloid secara kondensasi.
Apabila gula dicampurkan dengan air, ternyata gula larut dan diperoleh larutan gula. Di dalam larutan, zat
terlarut tersebar dalam bentuk partikel yang sangat kecil, sehingga tidak dapat dibedakan lagi dari
mediumnya walaupun menggunakan mikroskop ultra. Larutan bersifat kontinu dan merupakan sistem satu
fasa (homogen). Ukuran partikel zat terlarut kurang dari 1 nm (1 nm = 10 –9 m). Larutan bersifat stabil
(tidak memisah) dan tidak dapat disaring. Jika dicampurkan tepung terigu dengan air, ternyata tepung
terigu tidak larut. Walaupun campuran ini diaduk, lambat laun tepung terigu akan memisah (mengalami
sedimentasi). Campuran seperti ini kita sebut suspensi. Suspensi bersifat heterogen dan tidak kontinu,
sehingga merupakan sistem dua fasa. Ukuran partikel tersuspensi lebih besar dari 100 nm. Suspensi dapat
dipisahkan dengan penyaringan.
Selanjutnya, jika dicampurkan susu (misalnya, susu instan) dengan air, ternyata susu “larut” tetapi
“larutan” itu tidak bening melainkan keruh. Jika didiamkan, campuran itu tidak memisah dan juga tidak
dapat disaring (hasil penyaringan tetap keruh). Secara makroskopis campuran ini tampak homogen. Akan
tetapi, jika diamati dengan mikroskop ultra, ternyata masih dapat dibedakan partikel-partikel susu yang
tersebar di dalam air. Campuran seperti inilah yang disebut koloid. Ukuran partikel koloid berkisar antara 1
nm – 100 nm. Jadi, koloid tergolong campuran heterogen dan merupakan sistem dua fasa.
Sistem koloid tersusun atas dua komponen, yaitu fasa terdispersi dan medium dispersi atau fasa
pendispersi. Fasa terdispersi bersifat diskontinu (terputus-putus), sedangkan medium dispersi bersifat
kontinu. Pada campuran susu dengan air yang disebut di atas, fasa terdispersi adalah susu, sedangkan
medium dispersi adalah air. Perbandingan sifat antara larutan, koloid, dan suspensi disimpulkan dalam
tabel1.1 berikut ini.
1. Aerosol
Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas disebut aerosol. Jika zat yang
terdispersi berupa zat padat, disebut aerosol padat. jika zat yang terdispersi berupa zat cair, disebut
aerosol cair. Contoh aerosol padat: asap dan debu dalam udara. Contoh aerosol cair: kabut dan awan.
Saat ini banyak produk dibuat dalam bentuk aerosol, seperti semprot rambut (hair spray), semprot obat
nyamuk, parfum, cat semprot, dan lain-lain. Untuk menghasilkan aerosol diperlukan suatu bahan
pendorong (propelan aerosol). Contoh bahan pendorong adalah senyawa klorofluorokarbon (CFC)
dan karbon dioksida.
2. Sol
Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair disebut sol. Koloid jenis sol banyak
kita temukan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam industri. Contoh sol : air sungai (sol dari
lempung dalam air), sol sabun, sol detergen, sol , tinta tulis, dan cat.
3. Emulsi
Sistem koloid dari zat cair yang terdalam zat cair lain disebut emulsi. Syarat terjadinya emulsi ini
adalah dua jenis zat cair itu tidak saling melarutkan. Emulsi dapat digolongkan ke dalam dua bagian,
yaitu emulsi minyak dalam air (M/A) dan emulsi air dalam minyak (A/M). Dalam hal ini, minyak
diartikan sebagai semua zat cair yang tidak bercampur dengan air.
Contoh emulsi minyak dalam air (M/A): santan, susu, kosmetik pembersih wajah (milk cleanser) dan
lateks.
Contoh emulsi air dalam minyak (A/M): mentega, mayones, minyak bumi dan minyak ikan.
Emulsi terbentuk karena pengaruh suatu pengemulsi (emulgator). Contohnya adalah sabun yang dapat
mengemulsikan minyak ke dalam air. Jika campuran minyak dengan air dikocok, maka akan diperoleh
suatu campuran yang segera memisah jika didiamkan. Akan tetapi, jika sebelum dikocok ditambahkan
sabun atau detergen, maka diperoleh campuran yang stabil yang kita sebut emulsi. Contoh lainnya
adalah kasein dalam susu dan kuning telur dalam mayones.
4. Buih
Sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair disebut buih. Seperti halnya dengan emulsi,
untuk menstabilkan buih diperlukan zat pembuih, misalnya sabun, deterjen, dan protein. Buih dapat
dibuat dengan mengalirkan suatu gas ke dalam zat cair yang mengandung pembuih. Buih digunakan
pada berbagai proses, misalnya buih sabun pada pengolahan bijih logam, pada alat pemadam
kebakaran, dan lain-lain. Adakalanya buih tidak dikehendaki. Zat-zat yang dapat memecah atau
mencegah buih, antara lain eter, isoamil alkohol, dan lain-lain.
5. Gel
Koloid yang setengah kaku (antara padat dan cair) disebut gel. Contoh: agar-agar, lem kanji, selai,
gelatin, gel sabun, dan gel silika. Gel dapat terbentuk dari suatu sol yang zat terdispersinya
mengadsorpsi medium dispersinya, sehingga terjadi koloid yang agak padat.
Pembuatan Koloid
a. Cara kondensasi
Dengan cara kondensasi partikel larutan sejati bergabung menjadi partikel koloid. Cara ini dapat
dilakukan melalui reaksi-reaksi kimia seperti reaksi redoks, hidrolisis, dekomposisi rangkap, atau
dengan pergantian pelarut.
1) Reaksi subtitusi
Misalnya larutan natrium tiosulfat direaksikan dengan larutan asam klorida , maka akan terbentuk
belerang. Partikel belerang akan bergabung menjadi semakin besar sampai berukuran koloid
sehingga terbentuk sel belerang. Seperti reaksi
Na2SO3(aq)+ 2HCl(aq) →2 NaCl(aq)+ H2O (l) + S(s)
2) Reaksi Hidrolisis
Reaksi hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Sol Fe(OH)3 dibuat melalui hidrolisis larutan
FeCl3, yaitu dengan memanaskan larutan FeCl 3. Hidrolisis larutan AlCl3 akan menghasilkan koloid
Al(OH)3. Reaksinya adalah:
FeCl3(aq) + 3H2O (l) → Fe(OH)3(s) +3HCl (aq)
AlCl3(aq) + 3 H 2O (l) → Al(OH)3(s) + 3HCl(aq)
3) Reaksi Redoks
Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi. Pembuatan sol belerang
dari reaksi antara hidrogen sulfida (H 2 S) dengan belerang dioksida (SO2), yaitu dengan
mengalirkan gas H2S kedalam larutan SO 2
2H2S(g) + SO2(aq) → 2H2O (l) + 3S (s)
5) Penggantian Pelarut
Cara ini dilakukan dengan menggnti medium pendispersi sehingga fase terdispersi yang semula
larut menjadi berukuran koloid. Misalnya larutan jenuh kalsium asetat jika dicampur dengan
alcohol akan terbentuk suatu koloid berupa gel.
b. Cara dispersi
Dengan cara dispersi partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid. Cara dispersi dapat dilakukan
secara mekanik, peptisasi, atu dengan loncatan bunga listrik(busur bredig)
1) Cara mekanik
Dengan cara ini, butir-butir kasar digerus dengan lumpang, sampai diperoleh tingkat kehalusan
tertentu, kemudian diaduk dengan medium pendispersi. Contoh pembuatan sol belerang dengan
menggerus serbuk belerang bersama zat inert seperti gula pasir, kemudian mencampur dengan air.
2) Cara peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan dengan
bantuan zat pemecah (pemeptisasi).
3) Cara busur bredig
Cara busur bredig digunakan untuk membuat sol-sol logam. Logam yang akan dijadikan koloid
digunakan sebagai elktrode yang dicelupkan kedalam medium dispersi, kemudian diberi loncatan
listrik dikedua ujungnya. Mula-mula atom logam akan terlempar kedalam air, lalu atom tersebut
mengalami kondensasi sehingga membentuk partikel koloid. Jadi cara busur bredig ini merupakan
gabungan cara disperse dan kondensasi.
b. Penggumpalan lateks
Getah karet merupakan sol, yaitu dispersi koloid fase padat dalam cairan.Karet alam merupakan zat
padat yang molekulnya sangat besar (polimer). Partikel karet alam terdispersi sebagai partikel koloid
dalam sol getah karet. Untuk mendapatkan karetnya, getah karet harus dikoagulasikan agar karet
menggumpal dan terpisah dari medium pendispersinya. Untuk mengkoagulasikan getah karet,
digunakan asam formiat; HCOOH atau asam asetat; CH 3COOH. Larutan asam pekat itu akan merusak
lapisan pelindung yang mengelilingi partikel karet. Sedangkan ion-ion H+-nya akan menetralkan
muatan partikel karet sehingga karet akan menggumpal.
e. Sebagai deodoran
Deodoran mengandung aluminium klorida yang dapat mengkoagulasi atau mengendapkan protein
dalam keringat, endapan protein ini dapat menghalangi kerja kelenjer keringat sehingga keringat dan
potein yang dihasilkan berkurang.
Tugas Mandiri
Buatlah video dengan rincian:
1. Proyek video individu.
2. Alat perekam dengan HP kalian sendiri.
3. Durasi minimal 5 menit, maksimal 15 menit.
4. Lokasi pengambilan video di rumah kalian masing-masing saja ya, tetap STAY AT HOME
5. Penyaji presentasi pada video tersebut adalah kalian sendiri.
6. Materi video: menampilkan 2 (dua) contoh koloid yang ada di rumah kalian masing-masing, beserta
penjelasannya tentang jenis koloidnya apa, fase pendispersinya apa dan fase terdispersinya apa.
Contohnya nih, Bu Husna di rumah punya batu apung, Bu Husna tunjukkan batu apungnya dan
jelaskan batu apung merupakan contoh koloid yang jenisnya buih padat, dengan fase terdispersi gas
dan fase pendispersinya padat.
7. Jangan lupa, videonya diawali dengan salam, sapa, dan perkenalan diri kalian sebagai pembuka,
kemudian baru masuk ke materi, dan yang terakhir adalah penutup dan salam penutup.