Herma Agustriani
Herma Agustriani
DISUSUN OLEH :
HERMA AGUSTRIANI
NIM. P05120217050
Disusun Oleh :
HERMA AGUSTRIANI
P05120217050
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
nikmat sehat, ilmu dan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini berjudul ” Teknik Latihan Penguatan Otot Pada
Tn.S Dan Ny.S Dengan Stroke Di Ruang Stroke RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
Tahun 2020”
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini peneliti mendapatkan
bimbingan dan bantuan baik materi maupun nasihat dari berbagai pihak sehingga
peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya. Oleh
karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Darwis, S.Kp,. M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Bengkulu.
2. Bapak Dahrizal, S.Kp,. M.PH, selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Bengkulu.
3. Mam Ns. Mardiani, S.Kep,. MM, selaku ketua prodi D3 jurusan keperawatan
4. Mam Erni Buston, SST,. M.Kes selaku pembimbing yang telah meluangkan
waktu, tenaga serta fikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan
dengan penuh kesabaran kepada peneliti dalam menyusun karya tulis ilmiah
ini.
5. Seluruh tenaga pendidik dan kependidikan jurusan Keperawatan, yang telah
sabar mendidik dan membimbingku.
6. Kedua orang tuaku Ayahku Heri Arpani dan Ibuku Majalisanah
7. Untuk kedua adikku Hermi Juniarti dan Henric Linkim Siliong
8. Untuk teman-teman kelas 3B yang telah membuat banya drama dan cerita
selama perkuliahan
9. Untuk teman-teman ENC 12 dengan segala cerita dalam angkatan kita,
semoga kita dapat dipertemukan lagi dan semoga kita mendapat tempat kerja
sesuai yang diinginkan
10. Untuk sahabat TWBG (Qhory, Ulit, Ghina, Messy, Rossa)
11. Sahabat sejak zaman dulu 3FLP (Putri dan Ghina)
12. Rekan-rekan organisasiku DPM yang telah mengajarkan banyak
pembelajaran
iv
13. KELUARGA BAWANG yang telah banyak mengajarkan dan membimbing
dalam segala hal
Semoga bimbingan dan bantuan serta nasihat yang telah diberikan akan
menjadi amal baik oleh Allah SWT. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa dalam
penyusunan ini masih banyak terdapat kekeliruan dan kekhilafan baik dari segi
penulisan maupun penyusunan dan metodologi, oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan bimbingan dari berbagai pihak agar penulis dapat
berkarya lebih baik dan optimal lagi di masa yang akan datang.
Penulis berharap semoga yang telah penulis susun ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak serta dapat membawa perubahan positif terutama bagi penulis sendiri
dan mahasiswa prodi keperawatan bengkulu lainnya.
Penulis
v
DAFTAR ISI
vi
1. Pengertian Rom .......................................................................................19
2. Prinsip Dasar Rom ..................................................................................19
3. Tahap Fungsi Grip ...................................................................................20
4. Manfaat Latihan Rom..............................................................................20
5. Prosedur Dengan Rom ............................................................................21
E. Diagnosa Keperawatan ...................................................................................21
F. Perencanaan Keperawatan .............................................................................22
G. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan .....................................................22
BAB III METODOLOGI PENULISAN
A. Rancangan Studi Kasus ..................................................................................24
B. Subyek Studi Kasus .......................................................................................24
C. Fokus Studi Kasus ..........................................................................................24
D. Definisi Operasional.......................................................................................24
E. Tempat Dan Waktu ........................................................................................25
F. Pengumpulan Data .........................................................................................25
G. Prosedur Penelitian.........................................................................................25
H. Penyajian Data ...............................................................................................26
I. Etika Studi Kasus ...........................................................................................27
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Studi Kasus ...........................................................................................29
1. Gambaran Pengkajian .................................................................................29
a. Gambaran Data Demografi .....................................................................29
b. Gambaran Riwayat Kesehatan ................................................................30
c. Gambaran Pemeriksaan Fisik ..................................................................30
d. Gambaran Pengkajian Pola Kebiasaan ....................................................31
e. Gambaran Pemeriksaan Penunjang .........................................................32
f. Gambaran Penatalaksanaan .....................................................................33
2. Gambaran Diagnosa .....................................................................................33
3. Gambaran Perencanaan Keperawatan..........................................................35
4. Gambaran Implementasi Dan Evaluasi ........................................................36
B. Pembahasan ....................................................................................................42
1. Gambaran Karakteristik .............................................................................42
vii
2. Diagnosa Keperawatan ..............................................................................43
3. Perencanaan Keperawatan .........................................................................43
4. Implementasi Keperawatan .......................................................................44
5. Evaluasi Keperawatan ...............................................................................44
C. Keterbatasan ...................................................................................................45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN ..............................................................................................47
B. SARAN ..........................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................50
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan agenda global yang
melanjutkan upaya dan capaian agenda global sebelumnya yaitu MDGs yang
sudah banyak merubah wajah dunia 15 tahun kearah yang lebih baik, berlaku
sejak 2016 hingga 2030 SDGs berisi 17 tujuan dan 169 target yaitu rencana
aksi global untuk 15 tahun ke depan, guna mengakhiri kemiskinan,
mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan. SDGs berlaku bagi
seluruh negara (universal), sehingga seluruh negara tanpa kecuali negara
maju memiliki kewajiban moral untuk mencapai tujuan dan target SDGs.
Tujuan nomor 3 dari SDGs adalah memastikan kehidupan yang sehat dan
kesejahteraan bagi semua usia, dalam tujuan ini terdapat target mengenai
mengurangi sepertiga kematian yang diakibatkan oleh penyakit tidak menular
melalui tindakan pencegahan dan penanganan, hal ini dilakukan seiring
dengan meningkatnya penyakit tidak menular seperti stroke, obesitas, kanker
dan penyakit jantung (SDGs, 2016).
Penyakit tidak menular / Non Communicable Disease (NCD), termasuk
penyakit jantung, stroke, kanker, diabetes dan penyakit paru-paru kronis,
secara kolektif bertanggung jawab atas hampir 70% dari semua kematian di
seluruh dunia. Hampir tiga perempat dari semua kematian akibat NCD, dan
82% dari 16 juta orang yang meninggal sebelum waktunya, atau sebelum
mencapai usia 70 tahun, terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan
menengah (WHO, 2018).
Secara regional wilayah Asia Tenggara merupakan penyumbang penderita
stroke terbesar dengan jumlah mencapai 5.101.370 orang dengan angka
kematian mencapai 1. 399. 737 penderita dan sebanyak 3. 701. 721 penderita
mengalami kecacatan. Saat ini Indonesia menduduki posisi pertama se-Asia
Tenggara dengan jumlah penderita sebanyak 2. 973. 932 orang dengan angka
kematian mencapai 1. 737. 048 penderita dan angka kecacatan mencapai
1.236.884 penderita. Posisi kedua di tempati Vietnam dengan jumlah
1
2
penderita sebanyak 700. 532 orang dengan angka kematian mencapai 58.308
penderita dan angka kecacatan mencapai 642. 224 (WHO, 2016).
The World Health Organization (WHO) mendefinisikan stroke sebagai
penyakit akibat terganggunya fungsi cerebral terutama gangguan vaskuler
yang terjadi secara tiba-tiba dan dapat menyebabkan kematian apabila tidak
ditangani dengan segera (Truelsen, 2017).
Penyakit stroke terdiri dari 2 jenis yaitu stroke hemoragik dan stroke non
hemoragik. Stroke hemoragik disebabkan pecahnya pembuluh darah intra
serebral dan subaraknoid. Sedangkan stroke non hemoragik terjadi akibat
sumbatan aliran darah karena adanya thrombosis dan emboli, kedua jenis
stroke ini menyebabkan terjadinya perubahan perfusi darah pada otak yang
menyebabkan iskemik otak, hal yang terjadi dalam waktu singkat kurang dari
10 menit dapat menyebabkan sel mati atau infark pada otak (Mesiano, 2017).
Kerusakan pada sel otak tersebut dapat menimbulkan berbagai macam
gejala pada penderitanya. Gejala stroke yang umumnya di rasakan yaitu rasa
lemas secara tiba-tiba pada wajah, lengan, atau kaki, sering kali gejala tersebut
terjadi pada salah satu sisi tubuh. Komplikasi yang dapat terjadi pada
penderita stroke antara lain komplikasi jantung, pneumonia, tromboemboli
vena, demam, nyeri pasca stroke, disfagia, inkontinensia, dan depresi
(Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Masalah keperawatan yang di alami penderita stroke umumnya dirumuskan
dalam 3 diagnosa utama yaitu Gangguan komunikasi verbal berhubungan
dengan penurunan sirkulasi serebral, Gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan penurunan kekuatan otot dan Risiko perfusi serebral tidak efektif
berhubungan dengan penurunan sirkulasi serebral.
Intervensi keperawatan pada perubahan perfusi jaringan serebral dapat
dilakukan tindakan seperti memberikan penjelasan kepada keluarga klien
tentang sebab peningkatan tekanan intrakranial dan akibatnya. Menganjurkan
klien bed rest total dengan posisi tidur telentang tanpa bantal, dan ROM Bola
Karet (Purwanto, 2016).
Latihan gerakan ROM dengan bola karet akan merangsang serat-serat otot
untuk berkontraksi. Latihan ROM terutama pada jari-jari tangan yang penting
3
B. Rumusan Masalah
Berdasaran uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
studi kasus ini adalah “Bagaimanakah gambaran asuhan keperawatan pasien
stroke dalam melatih kekuatan otot di Ruang Stroke RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu ?”
2. Tujuan khusus :
Melalui proses keperawatan diharapkan mahasiswa mampu :
a. Digambarkannya tahap pengkajian kebutuhan aktivitas/mobilisasi pada
pasien Stroke di ruang Stroke RSUD Dr M Yunus Bengkulu.
b. Digambarkannya tahap penegakkan diagnosa keperawatan kebutuhan
aktivitas/mobilisasi pada pasien Stroke di ruang Stroke RSUD Dr M
Yunus Bengkulu
c. Digambarkannya tahap perencanaan kebutuhan aktivitas/mobilisasi pada
pasien Stroke di ruang Stroke RSUD Dr M Yunus Bengkulu.
d. Digambarkannya tahap implementasi keperawatan kebutuhan
aktivitas/mobilisasi pada pasien Stroke di ruang Stroke RSUD Dr M
Yunus Bengkulu
e. Digambarkannya tahap evaluasi kebutuhan aktivitas/mobilisasi pada
pasien Stroke di ruang Stroke RSUD Dr M Yunus Bengkulu
6
7
2. Pengkajian sistem
(Konsep Kebutuhan Dasar Manusia)
a) Sistem Musculoskeletal
Dilakukan pemeriksaan apakah mengalami osteprosis, atrofi otot,
kontraktur dan kekakuan serta nyeri sendi
b) Sistem Neurosensori
Pemeriksaan fisik berfokus pada aktivitas dan olahraga yang menonjolkan
kesejajaran tubuh, cara berjalan, penampilan dan pergerakan sendi,
kemampuan dan keterbatasan gerak, kekuatan dan massa otot, toleransi
aktivitas, serta saraf kranial :
1. Saraf I Biasanya pada pasien stroke tidak ada kelainan pada fungsi
penciuman.
2. Saraf II Disfungsi persepsi visual karena gangguan jarak sensori primer
diantara mata dan korteks visual. Gangguan hubungan visual-spasial
8
(mendapatkan hubungan dua atau lebih objek dalam area spasial) sering
terjadi pada pasien dengan hemiplegia kiri. Pasien mungkin tidak dapat
memakai pakaian tanpa bantuan karena ketidakmampuan untuk
mencocokkan pakaian ke bagian tubuh. 40
3. Saraf III, IV, dan VI Jika akibat stroke mengakibatkan paralisis, pada
satu sisi otot-otot okularis didapatkan penurunan kemampuan gerakan
konjugat unilateral di sisi yang sakit.
4. Saraf V Pada beberapa keadaan stroke menyebabkan paralisis saraf
trigenimus, penurunan kemampuan koordinasi gerakan mengunyah,
penyimpangan rahang bawah ke sisi ipsilateral, serta kelumpuhan satu
sisi otot pterigoideus internus dan eksternus.
5. Saraf VII Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris,
dan otot wajah tertarik ke bagian sisi yang sehat.
6. Saraf VIII Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
7. Saraf IX dan X Kemampuan menelan kurang baik dan kesulitan
membuka mulut.
8. Saraf XI Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
9. Saraf XII Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi,
serta indera pengecapan normal.
B. Anatomi Fisiologi
Sistem kardiovaskular adalah system Transport (peredaran) yang
membawa gas–gas pernapasan, nutrisi, hormon-hormon dan zat lain kedari
jaringan tubuh. Menurut Amita, RA (2012 ) Sistem Kardiovaskular dibangun
atas :
1. Jantung
Jantung merupakan organ yang terdiri dari otot otot jantung merupakan
jaringan istimewa karena dilihat dari bentuk susunannya sama dengan otot
lintang, tapi cara kerjanya sama dengan otot polos yaitu diluar kemauan
kita (dipengaruhi oeh saraf otonom). Bentuk jantung menyerupai jantung
pisang, bagian atasnya tumpul (pangkal jantung) dan disebut basis kordis.
Disebelah bawah agak runcing yang disebut apeks jantung. Letak jantung
didalam rongga dada sebelah depan (kavum mediastinum anterior),
9
sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada, diatas diafgrama, dan
pangkalnya terdapat dibelakang kiri antara kosta ke 5 dan 6. Ukuran
jantung kurang lebih sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya kira
kira 250-300 gram.
C. Konsep Stroke
1. Definisi
The World Health Organization (WHO) mendefinisikan stroke sebagai
penyakit akibat terganggunya fungsi cerebral terutama gangguan vaskuler
yang terjadi secara tiba-tiba dan dapat menyebabkan kematian apabila
tidak ditangani dengan segera (Truelsen, 2017).
Stroke atau gangguan peredaran darah (GPDO) merupakan penyakit
neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan tepat
(Muttaqin, 2012). Menurut Purwanto (2016) Stroke adalah suatu keadaan
yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak yang
menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan
seseorang menderita kelumpuhan atau kematian.
11
2. Klasifikasi
Menurut Purwanto (2016) dan Muttaqin (2012), berdasarkan patologi
serangan stroke diklasifikasikan :
a) Stroke Hemoragik :
Stroke Hemoragik adalah disfungsi neurologis fokal yang akut dan
disebabkan oleh perdarahan primer subtansi otak yang terjadi secara
spontan bukan oleh karena trauma kapitis, disebabkan oleh karena
pecahnya pembuluh arteri, vena, dan kapiler. Perdarahan otak dibagi
dua, yaitu :
1. Perdarahan Intra Cerebri
Pecahnya pembuluh darah terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk
massa yang menekan jaringan otak dan menimbulkan edema otak.
Peningkatan TIK yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan
kematian mendadak karena herniasi otak, pendarahan intraserebral
yang disebabkan karena hipertensi sering dijumpai didaerah
putamen, talamus, pons dan serebelum.
2. Perdarahan Sub Araknoid
Berasal dari pecahnya aneurisme berry atau AVM yang berasal
dari pembuluh darah sirkulasi willisi dengan cabang-cabangnya
yang terdapat diluar parenkim otak. Pecahnya arteri dan keluarnya
keruang subaraknoid menyebabkan TIK meningkat mendadak,
merenggangnya struktur peka nyeri, vasopasme pembuluh darah
serebral yang berakibat disfungsi otak global (sakit, kepala,
penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparase, gangguan hemi
sensorik, afasia, dan lain-lain)
b) Stroke Non Hemoragik/Iskemik
Dapat berupa iskemia atau emboli dan trombosis serebral.
Biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur,
atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi
iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat
timbul edema sekunder serta kesadaran umumnya baik.
12
3. Stadium Stroke
Menurut Satyanegara (2014) Berdasarkan evolusi stroke di bagi
menjadi 4 bagian yaitu :
1) Hiperakut
Terjadi kurang dari 6 jam dan tindakan penanganan stroke dilakukan
di instalasi gawat darurat seperti tindakan resusitasi kardiopulmoner
serta dengan pemeriksaan penunjang
2) Akut
Terjadi antara 6 sampai dengan 48 jam dengan tindakan terapi fisik,
wicara, psikologi serta pemulihan penderita. Keluarga juga di ikut
sertakan dalam perawatan penderita.
3) Sub Akut
Terjadi selama 3 hari sampai dengan 4 minggu dengan tindakan yang
di lakukan berupa tindakan kognitif, tingkah laku, menelan, bicara.
4) Kronik
Penderita mengalami stroke lebih dari 4 minggu.
4. Etiologi
Menurut Purwanto (2016) penyebab dari stroke antara lain :
1) Thrombosis
Ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan
oedema dan kongesti di sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi
pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat
terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan
darah yang dapat menyebabkan iskemik serebral. Tanda dan gejala
neurologis seringkali memburuk pada 48 jam setelah thrombosis.
Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak :
a) Atherosklerosis
Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta
berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah.
Manifestasi klinis atherosclerosis bermacam-macam. Kerusakan
13
5. Faktor Resiko
Menurut Purwanto (2016), faktor resiko terkena penyakit stroke
antara lain akibat dari hipertensi, obesitas, kolesterol, peningkatan
hematokrit, penyakit kardiovaskuler seperti Acute Miokard Infark (AMI),
Congestive Heart Failure (CHF), Lower Heating Value (LHV), Atrial
Fibrilasi (AF), Diabetes Melitus (DM), merokok, alkoholisme dan
penyalahgunaan obat-obatan seperti kokain.
7. WOC
Atheroklerosis, Hiperkoagulasi, Emboli, Haemorhagi
Thrombosis Serebral
Defisit neurologis
tiba mengalami sakit kepala. Dalam hal ini dijelaskan secara umum
melalui tabel.
Tabel 2.2 Manifestasi klinis stroke
No. Defisit Neurologik Manifestasi
Defisit Penglihatan
Homonimus Hemianopsi Tidak Menyadari orang atau objek ditempat
(Kehilangan setengah kehilangan penglihatan, mengabaikan salah satu
1 lapang Penglihatan) sisi tubuh, kesulitan menilai jarak
Kehilangan Penglihatan Kesulitan melihat pada malam hari,dan tidak
perifer menyadari objek atau balas objek
Diplopia Penglihatan Ganda
Defisit Motorik
Kelemahan wajah,lengan dan kaki pada sisi yang
Hemiparesis
sama (karena lesi pada hemisfer yang berlawanan)
Paralisis wajah, lengan dan kaki pada sisi yang
Hemiplegia sama (karena lesi pada hemisfer yang
berlawanan).
2 Kesulitan mengerakan mulut dan lidah sehingga
kesulitan membentuk kata-kata, kesulitan
Apraksia menggerakkan kaki atau lengan, kesulitan
menggerakkan gerakan yang berhubungan dengan
otot wajah
Disartria Kesulitan dalam membentuk kata.
Disfagia Kesulitan menelan
Defisit Sensori
3 Parestasia (terjadi pada sisi Kebas dan kesemutan pada bagian tubuh. Serta
berlawanan dari lesi) kesulitan dalam propriosepsi
Defisit Verbal
Tidak mampu membentuk kata yang dapat
Afasia ekspresif dipahami mungkin mampu bicara dalam respons
4 kata tunggal.
Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan;
Afasia reseptif
mampu bicara tetapi tidak masuk akal.
Afasia Global Kombinasi baik afasia reseptif dan ekspresif.
Kehilangan memori jangka pendek dan panjang,
penurunan lapang penglihatan., kerusakan
5 Defisit Kognitif
kemampuan untuk berkonsentrasi, alasan abstrak
buruk dan perubahan penilaian.
6 Defisit Emosional Kehilangan kontrol diri, labilitas emosional. ,
penurunan toleransi pada situasi yang
menimbulkan stress, depresi, menarik diri, rasa
takut, bermusuhan dan marah dan perasaan isolasi.
7 Lainya Sakit kepala hebat secara tiba-tiba dan juga
penurunan Kesadaran
9. Komplikasi
Menurut Purwanto (2016) komplikasi yang bisa terjadi pada stroke
antara lain hipoksia serebral, penurunan aliran darah serebral, embolisme
serebral, pneumonia aspirasi, Infeksi Saluran Kencing (ISK),
inkontinensia, kontraktur, tromboplebitis, abrasi kornea, dekubitus,
encephalitis, Congestive Heart Failure (CHF), disritmia, hidrosepalus dan
vasospasm.
11. Penatalaksanaan
Menurut Purwanto (2016) penatalaksanaan yang bisa dilakukan untuk
mengobati keadaan akut pada klien stroke perlu diperhatikan faktor-faktor
kritis sebagai berikut:
1) Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan mempertahankan
saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendir yang sering,
oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan
dan mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi klien, termasuk
usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
2) Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.
19
lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry,
2012).
ROM adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau
memperbaiki tingkat kesempurnaa kemampuan menggerakan persendian
secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot.
ROM aktif adalah latihan gerak yang dilakukan pasien secara mandiri
(Irfan, 2012).
ROM exercise bola karet adalah aplikasi dari latihan gerakan fungsional
tangan (Spherical Grip) dimana latihan fungsional tangan ini
menggunakan alat bantu benda berbentuk bulat (bola karet) (Irfan, 2012).
D. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang dapat muncul pada pasien stroke meliputi Gangguan
mobilitas fisik, Gangguan komunikasi verbal, dan Risiko perfusi serebral
tidak efektif. Pada studi kasus ini penulis berfokus pada salah satunya yaitu
22
E. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah rencana keperawatan yang akan perawat
rencanakan kepada klien sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan hingga
kebutuhan klien dapat terpenuhi. Teori keperawatan dituliskan sesuai dengan
rencana dan kriteria hasil (Wilkinson, 2011).
Dalam mengatasi diagnosa keperawatan gangguan mobilitas fisik maka
perawat mengacu pada tujuan dan kriteria hasil dari SLKI yaitu pergerakan
sendi dan intervensi keperawatan yang mengacu pada SIKI yaitu teknik
latihan penguatan otot. Selain itu perawat juga melakukan 2 intervensi
tambahan berdasarkan evidence base yang telah penulis baca dari beberapa
sumber ilmiah yang sudah dilakukan penelitian.
F. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah ke status kesehatan yang
23
G. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual perawat untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rancana
keperawatan dan pelaksanaannya sudah dicapai berdasarkan tujuan yang telah
dibuat dalam perencanaan keperawatan (Potter & Perry, 2005). Evaluasi
keperawatan terdiri dari S yang merupakan ungkapan perasaan dan keluhan
secara subjektif oleh keluarga maupun pasien setelah diberi tindakan
keperawatan, O yang merupakan keadaan objektif yang dapat diidentifikasi
oleh perawat menggunakan pengamatan yang objektif, A yang merupakan
analisa perawat setelah mengetahui respon pasien secara objektif dan
subjektif, dan P yang merupakan perencanaan selanjutnya setelah perawat
melakukan analisis.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Studi Kasus
Penelitian ini menggunakan desain studi kasus deskriptif yang bertujuan
untuk menggambarkan pergerakan sendi pada pasien Stroke diruang stroke
RSUD Dr M Yunus Bengkulu. Pendekatan yang digunakan pada studi kasus
ini yaitu proses asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan.
C. Fokus Studi
Fokus studi dalam kasus ini adalah peningkatan latihan kekuatan otot pada
pasien dengan stroke.
Fokus dalam studi kasus ini adalah mendeskripsikan pemenuhan
kebutuhan Mobilisasi yang berfokus pada diagnosa keperawatan gangguan
mobilitas fisik dengan intervensi yang dilakukan yaitu teknik latihan penguatan
otot pada pasien Stroke diruang Stroke RSUD Dr M Yunus Bengkulu.
D. Definisi Operasional
Asuhan keperawatan dalam studi kasus ini didefinisikan sebagai suatu
proses pelayanan keperawatan manajemen latihan penguatan otot meliputi
tahapan pengkajian, diagnosis, intervensi, implementasi, dan evaluasi
keperawatan pada pasien stroke
24
25
Pasien dalam studi kasus ini didefinisikan sebagai orang yang menerima
pelayanan kesehatan atas penyakit stroke yang dialami
Stroke dalam kasus ini didefinisikan sebagai suatu diagnosis yang
ditetapkan oleh dokter berdasarkan manifestasi klinis, hasil pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan laboratorium.
Manajemen teknik latihan penguatan otot dalam studi kasus ini
didefinisikan sebagai rangkaian tindakan keperawatan untuk melatih kekuatan
otot pada pasien yang mengalami kekakuan otot akibat stroke yang diderita
dengan rumusan intervensi keperawatan berdasarkan Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI) dan Evidence Base Practice Nursing.
F. Pengumpulan Data
Studi kasus ini menggunakan sumber data primer dan sumber data
sekunder. Sumber data primer didapatkan langsung dari pasien ataupun
keluarga, sedangkan sumber data sekunder didapatkan dari rekam medis
pasien untuk melihat diagnosis yang keluar dan riwayat perjalanan penyakit
pasien. Hasil anamnesis berisi tentang identitas klien, identitas
penanggungjawab, keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat
penyakit dahulu dan riwayat kesehatan keluarga. Data yang didapat
bersumber dari klien, keluarga dan perawat lainnya.
G. Prosedur Penelitian
Penelitian diawali dengan pengajuan judul proposal penelitian “Teknik
Latihan Penguatan Otot Pada Pasien Stroke Di Ruang Stroke RSUD Dr. M.
Yunus Bengkulu tahun 2020” lalu penyusunan usulan proposal studi kasus.
Setelah proposl disetujui dewan penguji, selanjutnya melakukan pengurusan
surat izin penyelesian studi kasus. Kemudian penulis mulai melakukan
penelitian yang berfokus pada pengumpulan data, analisa data, menegakkan
26
H. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan data secara
langsung pada pasien dengan menggunakan format pengkajian yang telah
dibuat terhadap 2 orang pasien. Pengumpulan data dilakukan pada catatan
medis / status klien, anamnesa dengan klien langsung, anamnesa dengan
keluarga klien, dokter, dan perawat ruangan agar mendapatkan data yang
valid.
27
6. Maleficience
Peneliti menjamin tidak akan menyakiti, membahayakan, atau
memberikan ketidaknyamanan baik secara fisik maupun psikologis.
BAB IV
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
29
30
f. Gambaran Penatalaksanaan
Tabel 4.6 Penatalaksanaan
Tn. S Ny. S
Obat Dosis Obat Dosis
Omeprazole 1x40 mg Citicoline 3x250 mg
Citicoline 3x250 mg Piracetam 1x12 mg
Piracetam 1x12 mg Ranitidine 2x50 mg
Neurodex 3x1 tab Ceftriaxone 2x50 mg
Amlodipine 1x 1 tab Amlodipine 1x5 mg
Cortrimoxazole 2x2 tab Neurodex 2x1 tab
Candesartan 1x1 tab
Candistin 3x1 cc
DS : DS :
1. Keluarga pasien mengatakan 1. Keluarga pasien mengatakan
tangan dan kaki kanan pasien tidak ada pergerakkan pada
tidak bisa digerakkan tangan dan kaki kanan
2. Keluarga pasien mengatakan 2. Keluarga pasien mengatakan
pasien bergerak dibantu pasien buang air kecil dan buang
keluarga air besar di tempat tidur
3. Keluarga pasien mengatakan 3. Keluarga pasien mengatakan
pasien tidak bisa duduk pasien makan dibantu keluarga
4. Keluarga pasien mengatakan
pasien tidak bisa makan dan
minum dengan sendiri
5. Keluarga psien mengatakan
pasien tidak bisa pergi ke
kamar mandi
DO :
DO : 1. Pasien tampak lemas
1. Pasien tampak lemas 2. Pasien tampak membutuhkan
2. Pasien tampak membutuhkan bantuan dalam beraktivitas
bantuan dalam beraktivitas 3. Keadaan umum pasien baik
34
O : Keadaan umum pasien durasi aktivitas aktivitas terapi sinar infrared, TD 130/100 mmHg,
baik, kesadaran CM, TD dilakukan perubahan posisi HR 84 x/m, RR 20 x/m,
140/70 mmHg, HR 80 miring kiri miring kanan setiap 4 T 36,8˚C, pasien telah
x/m, RR 22 x/m, T jam melakukan latihan
36,7˚C, kekuatan otot 3. Melakukan latihan ROM bola 3. Pasien belum bisa menggenggam ROM Bola karet
pasien pada level 2 karet (Faridah, Umi, dkk. bola dengan kuat A
: Pergerakan Sendi skala
A : Pergerakan Sendi skala 2 2018) 2 (Cukup Menurun)
(Cukup Menurun) 4. Memfasilitasi menetapkan 4. Keluarga dijelaskan kalau tidak P : Masalah belum teratasi,
P : lakukan intervensi teknik tujuan jangka pendek dan dilakukan ROM maka pasien intervensi dilanjutkan.
latihan penguatan otot jangka panjang yang realistis berisiko mengalami kekakuan
dalam menetukan rencana otot
latihan
5. Memfasilitasi mendapatkan 5. Pasien diberikan bola karet dari
sumber daya yang dibutuhkan peneliti
dilingkungan rumah
6. Memfasilitasi 6. Latihan belum bisa
mengembangkan program dikembangkan karena kondisi
latihan yang sesuai dengan pasien yang mudah lelah
tingkat kabugaran otot
7. Menjelaskan konsekuensi jika 7. Pasien dan keluarga mengerti
tidak digunakannya otot akibat yang dapat ditimbulkan
apabila tidak di lakukan latihan
otot yaitu kelemahan otot
8. Mengajarkan tanda dan gejala 8. Pasien dan keluarga mengerti
intoleransi selama dan setelah apabila pasien lelah maka latihan
sesi latihan dihentikan
9. Memberikan obat pada pasien 9. Pasien diberikan obat sesuai order
sesuai indikasi dari dokter dokter (Omeprazole, Citicolin,
Piracetam,Neurodex, Amlodipine,
Cortrimoxazole)
Ny.S S : keluarga pasien Sabtu, 07 Maret 2020 Pukul 12.25 WIB
38
mengatakan tangan kanan Pukul 08.30 WIB 1. Keluarga mengatakan risiko yang S : Keluarga pasien
pasien tidak bisa 1. Mengidentifikasi risiko latihan dapat ditimbulkan dari tindakan mengatakan tangan
digerakkan, adalah pasien mengalami lelah kanan pasien masih
O :Keadaan umum pasien 2. Selama di RS pasien diberikan tidak bisa digerakkan,
baik, kesadaran CM, TD 2. Mengidentifikasi jenis dan terapi sinar infrared setiap 3x keluarga mengatakan
120/80 mmHg, HR 90 durasi aktivitas sehari pasien latihan
x/m, RR 20 x/m, T 3. Pasien menggenggam bola karet menggenggam bola
36,6˚C, kekuatan otot 3. Melakukan latihan ROM bola dengan lemah karet sebanyak 2 kali
pasien pada level 2 karet (Faridah, Umi dkk. 2018) 4. Keluarga dan pasien dijelaskan O : Keadaan umum pasien
A : Pergerakan Sendi skala 2 4. Memfasilitasi menetapkan tujuan dilakukannya latihan ROM baik, kesadaran CM,
(Menurun) tujuan jangka pendek dan bola karet adalah untuk mencegah TD 110/70 mmHg, HR
P : Lakukan intervensi teknik jangka panjang yang realistis terjadinya kekakuan otot pasien 95 x/m, RR 20 x/m, T
latihan penguatan otot dalam menetukan rencana 36,6˚C, pasien
latihan 5. Pasien diberikan bola karet dari diberikan terapi latihan
5. Memfasilitasi mendapatkan peneliti ROM Bola Karet,
sumber daya yang dibutuhkan pasien diterapi dengan
dilingkungan rumah 6. Latihan belum bisa dikembangkan sinar infrared, kekuatan
6. Memfasilitasi karena kondisi pasien yang mudah otot pasien dilevel 2
mengembangkan program lelah A : Pergerakan Sendi skala
latihan yang sesuai dengan 2 (Menurun)
tingkat kabugaran otot 7. Pasien dan keluarga dijelaskan P : Masalah belum teratasi,
7. Menjelaskan konsekuensi jika akibat yang dapat ditimbulkan intervensi dilanjutkan.
tidak digunakannya otot apabila tidak di lakukan latihan
otot yaitu akan memperparah
kelemahan otot pasien
8. Pasien dan keluarga diberitahu
8. Mengajarkan tanda dan gejala apabila pasien lelah maka latihan
intoleransi selama dan setelah di hentikan
sesi latihan 9. Pasien diberikan obat sesuai order
9. Memberikan obat pada pasien dokter (Citicolin, Piracetam,
sesuai indikasi dari dokter Ranitidine, Ceftriaxone,
39
Amlodipine, Neurodex,
Candesartan, Candistin)
Tabel 4.10 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Hari Ke-2 Pasien Stroke di Ruang Stroke RSUD Dr M Yunus
PASIEN PENGKAJIAN IMPLEMENTASI EVALUASI
(S-O-A-P) (WAKTU DAN TINDAKAN) FORMATIF SUMATIF (RESPON
(RESPON HASIL) PERKEMBANGAN)
Tn.S S : keluarga pasien Minggu, 08 Maret 2020 Pukul 11.00 WIB
mengatakan jari tangan Pukul 07.00 WIB : S : Keluarga pasien mengatakan
kanan pasien belum bisa 1. Mengidentifikasi jenis dan 1. Pasien melakukan latihan jari tangan pasien bisa
digerakkan durasi aktivitas ROM Bola Karet selama 3 digerakkan sedikit
O : Keadaan umum pasien kali O : Keadaan umum pasien baik,
baik, kesadaran CM, TD 2. Melakukan latihan ROM 2. Pasien menggenggam bola kesadaran CM, TD 160/90
140/100 mmHg, HR 80 bola karet karet sudah sedikit lebih kuat mmHg, HR 84 x/m, RR 20 x/m,
x/m, RR 20 x/m, T dari sebelumnya T 36,6 ˚C, kekuatan otot pasien
36,9˚C, kekuatan otot 3. Memfasilitasi 3. Latihan belum bisa dilevel 2
pasien di level 2 mengembangkan program dikembangkan karena A : Pergerakan Sendi skala 3
A : Pergerakan Sendi skala 3 latihan yang sesuai dengan kondisi pasien yang mudah (Sedang)
(Sedang) tingkat kabugaran otot lelah P : Masalah belum teratasi,
P : Masalah belum teratasi, 4. Memberikan obat pada 4. Pasien diberikan obat sesuai intervensi dilanjutkan.
intervensi dilanjutkan. pasien sesuai indikasi dari order dokter (Omeprazole,
dokter Citicolin,
Piracetam,Neurodex,
Amlodipine,
Cortrimoxazole)
Ny.S S : keluarga pasien Minggu, 08 Maret 2020 Pukul 11.30 WIB
mengatakan tangan kanan Pukul 07.15 WIB S : keluarga pasien mengatakan
pasien masih tidak bisa 1. Mengidentifikasi jenis dan 1. Keluarga mengatakan pasien tangan kanan pasien masih tidak
digerakkan durasi aktivitas melakukan latihan sebanyak 2 bisa digerakkan, dan pasien
O : Keadaan umum pasien kali masih tidak bisa berbicara
40
baik, kesadaran CM, TD 2. Melakukan latihan ROM 2. Pasien menggenggam bola dengan jelas
130/100 mmHg, HR 84 bola karet karet dengan lemah O :Keadaan umum pasien baik,
x/m, RR 20 x/m, T 3. Memfasilitasi 3. Latihan belum bisa kesadaran CM, TD 130/90
36,8˚C, kekuatan otot mengembangkan program dikembangkan karena pasien mmHg, HR 94 x/m, RR 20 x/m,
pasien berada dilevel 2 latihan yang sesuai dengan mudah lelah T 36,5˚C, pasien diubah posisi
A : Pergerakan Sendi skala 3 tingkat kabugaran otot miring kanan, kekuatan otot
(Sedang) 4. Memberikan obat pada 4. Pasien diberikan obat sesuai pasien di level 2
P : Masalah belum teratasi, pasien sesuai indikasi dari order dokter (Citicolin, A : Pergerakan Sendi skala 3
intervensi dilanjutkan. dokter Piracetam, Ranitidine, (Sedang)
Ceftriaxone, Amlodipine, P : Masalah belum teratasi,
Neurodex, Candesartan, intervensi dilanjutkan.
Candistin)
Tabel 4.11 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Hari Ke-3 Pasien Stroke di Ruang Stroke RSUD Dr M Yunus
PASIEN PENGKAJIAN IMPLEMENTASI EVALUASI
(S-O-A-P) (WAKTU DAN TINDAKAN) FORMATIF SUMATIF (RESPON
(RESPON HASIL) PERKEMBANGAN)
Tn.S S : keluarga pasien Senin, 09 Maret 2020 Pukul 11.30 WIB
mengatakan tangan Pukul 07.30 WIB S : keluarga pasien mengatakan
pasien bisa digerakkan 1. Mengidentifikasi jenis dan 1. Pasien latihan ROM Bola tangan pasien mampu
sedikit durasi aktivitas Karet selama ±7 kali menggenggam dengan lemah
O : Keadaan umum pasien 2. Melakukan latihan ROM 2. Pasien menggenggam bola O : Keadaan umum pasien baik,
baik, kesadaran CM, TD bola karet karet dengan sedikit lebih kesadaran CM, TD 150/90
120/90 mmHg, HR 82 kuat dari sebelumnya mmHg, HR 84x/m, RR 20 x/m,
x/m, RR 18 x/m, T 36,5 3. Memfasilitasi 3. Latihan belum bisa T 36,8 ˚C, kekuatan otot pasien
˚C, pasien diberikan sinar mengembangkan program dikembangkan karena dilevel 3
infrared, kekuatan otot latihan yang sesuai dengan kondisi pasien yang mudah A : Pergerakan Sendi skala 4
dilevel 3 tingkat kabugaran otot lelah (Cukup Meningkat)
A : Pergerakan Sendi skala 3 4. Memberikan obat pada 4. Pasien diberikan obat sesuai P : Masalah teratasi, intervensi
(Sedang ) pasien sesuai indikasi dari order dokter (Omeprazole, dihentikan.
41
42
43
2. Diagnosa keperawatan
Dari 3 Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien stroke
berdasarkan teori peneliti menemukan 2 diagnosa yang muncul pada kasus
Tn. S dan Ny. S sesuai dengan tanda dan gejala yang dialami pasien yaitu
Ganggan Mobilitas Fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot dan
Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi
sereberal.
Diagnosa utama pada Tn.S dan Ny.S yang berfokus pada gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot. Diagnosa ini
ditegakkan karena sesuai dengan respon dan data yang diberikan pasien
karena diagnosa keperawatan merupakan pernyataan respon aktual atau
potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin
dan berkompeten untuk mengatasinya (Potter, 2005).
3. Perencanaan keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah rencana keperawatan yang akan
perawat rencanakan kepada klien sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan
hingga kebutuhan klien dapat terpenuhi. Teori keperawatan dituliskan sesuai
dengan rencana dan kriteria hasil (Wilkinson, 2011).
Pemecahan masalah dilakukan dengan membuat intervensi
keperawatan yang tujuannya adalah mencegah terjadinya komplikasi pada
pasien dan keluhan serta kondisi pasien menjadi lebih baik. Perencanaan
44
yang dibuat ini diberikan kepada kepada Tn.S dan Ny.S yang bertujuan
untuk meningkatkan kekuatan otot pasien.
Intervensi pilihan yang disusun berdasarkan diagnosa gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot. Intervensi
bersumber dari SIKI dan satu tindakan bersumber dari jurnal/evidence based
yaitu latihan ROM Bola Karet (Faridah, Umi, dkk. 2018).
4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan
ke yang lebih baik yang menggambarkan kriteria yang diharapkan (Potter &
Perry, 2005).
Pada kasus Tn.S dan Ny.S dengan diagnosa gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan penurunan kekuatan otot peneliti melakukan
implementasi selama 3 hari berturut-turut sejak Sabtu, 07 Maret 2020
sampai dengan Senin 09 Maret 2020. Implementasi yang dilakukan adalah
untuk meningkatkan pergerakan sendi dengan memberikan tindakan
mengidentifikasi jenis dan durasi aktivitas, melakukan latihan ROM bola
karet, memfasilitasi mengembangkan program latihan yang sesuai dengan
tingkat kebugaran otot dan memberikan obat sesuai order dokter.
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual perawat untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana keperawatan dan pelaksanaan sudah dicapai berdasarkan tujuan
yang telah dibuat dalam perencanaan keerawatan (Potter & Perry, 2005).
Evaluasi yang digunakan berbentuk S (Subjektif), O (Objektif), A (Analisis)
dan P (Perencanaan terhadap analisis). Evaluasi yang didapatkan pada kedua
pasien dari implementasi dihari ketiga dengan diagnosa gangguan mobilitas
fisik yang berhubungan dengan penurunan kekuatan otot yaitu :
Evaluasi subjektif dari kedua pasien (keluarga mengatakan jari tangan
pasien bisa menggenggam dengan lemah). Objektif dari Tn.S yaitu keadaan
45
umum baik, kesadaran CM, Tekanan Darah 150/90 MmHg, denyut nadi
84x/menit, pernafasan 20x/menit, suhu tubuh 36,8o C, kekuatan otot pasien
berada dilevel 3 yaitu dapat melawan gravitasi tetapi tidak dapat melawan
tekanan pemeriksa. Objektif Ny.S yaitu keadaan umum baik, kesadaran
CM, Tekanan darah 130/80 MmHg, denyut nadi 90x/menit, pernafasan
20x/menit, suhu tubuh 36,8o C, dan kekuatan otot pasien berada dilevel 3
yaitu dapat melawan gravitasi tetapi tidak dapat melawan tekanan
pemeriksa. Analisa Tn.S dan Ny.S (pergerakan sendi skala 4 (cukup
meningkat). Perencanaan pada Tn.S dan Ny.S adalah masalah teratasi
intervensi dihentikan.
C. Keterbatasan
Secara metodologi keterbatasan dalam penelitian ini yaitu saat waktu
penelitian pasien diruangan stroke banyak pasien yang tidak sadar jadi tidak
bisa dilakukan tindakan sehingg peneliti harus menunggu pasien baru yang
sadar dan dapat dilakukan tindakan / terapi, juga ada pasien yang sadar tetapi
tidak mau dilakukan terapi atau menolak sebagai pasien untuk penelitian,
waktu penelitian kurang lama untuk mendapatkan hasil yang optimal dan
progres yang lebih baik pada pasien, peneliti tidak bisa melakukan mengawasi
pasien full time untuk melakukan latihan jadi latihan pasien tidak terpantau
penuh, dan peneliti mengalami kesulitan dalam pengurusan perizinan untuk
penelitian yang harus menunggu apabila bagian yang mengurus surat tidak
masuk atau sedang dinas luar, serta peneliti mengalami kesulitan untuk
menemukan Bola karet di wilayah kota bengkulu sehingga peneliti harus
memesan dari luar bengkulu sehingga harus menunggu beberapa hari dan
menghambat proses penelitian.
Secara teoritis pasien memiliki keterbatasan jurnal yang berkaitan dengan
terapi otot pada pasien stroke dan kesulitan menemukan text book yang
membahas tentang stroke di perpustakaan kampus maupun perpustakaan kota,
text book yang ada hanya membahas sekilas tentang stroke.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan studi kasus teknik latihan penguatan otot pada Tn.S usia 61 th
berjenis kelamin laki-laki dan Ny.S usia 68 th jenis kelamin perempuan
dengan masalah Stroke yang telah peneliti lakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan :
1. Pengkajian kebutuhan aktivitas/mobilisasi
Pengkajian dilakukan dengan menggunakan metode wawancara dan
observasi dengan pasien dan keluarga. Data fokus yang didapat dari hasil
pengkajian Tn.S dan Ny.S sesuai dengan teoritis yang peneliti buat yaitu
pasien mengeluh lemah otot, pasien mengatakan ada keterbatasan dalam
aktivitas, pasien tampak membutuhkan bantuan dalam beraktivitas.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan
dengan penurunan kekuatan otot yang muncul pada kasus Tn.S dan Ny.S,
sesuai dengan hasil pengkajian yang dilakukan peneliti. Sedangkan
diagnosa lain yang muncul pada kedua pasien adalah gangguan
komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi sereberal.
3. Perencanaan keperawatan
Perencanaan keperawatan pada Tn.S dan Ny.S telah peneliti
rencanakan sesuai dengan teoritis dan diagnosa yang telah ditegakkan
yang merujuk pada buku SLKI, SIKI, dan jurnal sebagai evidence base.
Intervensi keperawatan peneliti susun berdasarkan fokus dari penulisan
karya tulis ilmiah ini yaitu mengenai teknik latihan penguatan otot pada
pasien dengan diagnosa gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
penurunan kekuatan otot.
46
47
4. Implementasi keperawatan
Berdasarkan intervensi teknik laihan penguatan otot yang telah
disusun, peneliti melakukan dapat melakukan semua implementasi pada
Tn.S dan Ny.S sesuai perencanaan keperawatan selama 3 hari berturut-
turut sejak Sabtu 07 Maret 2020 sampai dengan Senin 09 Maret 2020.
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi yang didapatkan pada Tn.S dan Ny.S hari ke 3 dengan
Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
dengan metode SOAP didapatkan hasil tercapai sesuai level yang
diinginkan peneliti yaitu pada skala 4 (Cukup Meningkat) dan pasien
menunjukkan perubahan yang semakin positif dengan kekuatan otot
dilevel 3 (dapat melawan gravitasi tetapi tidak dapat melawan tekanan
pemeriksa.
B. Saran
1. Bagi perawat
Karya tulis ilmiah ini sebaiknya dapat digunakan perawat sebagai
wawasan tambahan dan acuan intervensi yang dapat diberikan pada pasien
stroke dengan gangguan mobilitas fisik. Perawat sebaiknya dapat
meneruskan terapi ROM Bola karet dengan rutin untuk merawat pasien
stroke dengan gangguan mobilitas fisik. Perawat juga dapat memberikan
inspirasi lebih banyak lagi dalam menyusun asuhan keperawatan
khususnya dalam memberikan intervensi keperawatan pada penderita
stroke dengen gangguan mobilitas fisik sesuai dengan penelitian terbaru.
2. Bagi rumah sakit
Rumah sakit diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan dan
fasilitas secara maksimal kepada perawat dan pasien, dan melengkapi
sarana yang dapat mendukung kesehatan pasien, serta terus memperbarui
ilmu dan tindakan sesuai perkembangan alat kesehatan yang terbaru
sehingga diharapkan proses perawatan dapat berjalan dengan baik dan
sesuai dengan standar yang ada.
48
49
Tortora, J Gerard. Principles Of Anatomy Physiology Ed. 12. USA : Jhon Wiley
And Sons
Wardhana, W.A. (2011). Strategi Mengatasi & Bangkit Dari Stroke. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Wirawan, R. P. (2009). Rehabilitasi Stroke Pada Pelayanan Kesehatan Primer.
Majalah Kedokteran Indonesia. Vol (49), nomor 2: 61 – 73
DAFTAR RIWAYAT HIDUP