Anda di halaman 1dari 8

ANALISA KEPENDUDUKAN

1. Analisa kependudukan
Kependudukan adalah salah satu komponen penting dalam
perencanaan suatu wilayah. Dengan adanya kependudukan, maka
perputaran arus barang dan arus uang akan menjadi lebih hidup, dan
perkembangan wilayahnya akan menjadi lebih cepat. oleh karena hal
tersebut, kependudukan merupakan menjadi faktor penentu dalam
kegiatan perencanaan.

Dengan mengamati karakteristik laju pertumbuhan penduduk, maka


dapat diperkirakan trend pola perkembangan penduduk di masa yang
akan datang. Terdapat beberapa macam trend pola perekembangan
masayarakat yaitu berbentuk linier, eksponensial, dan geometric.
Perkembangan yang terjadi bersifat stagnan, dimana terjadi pertambahan
dan penurunan penduduk pada setiap tahunnya. Oleh karena itu
dilakukan proyeksi penduduk untuk mengetahui prakiraan jumlah
penduduk di masa yang akan datang. Proyeksi penduduk dapat pula
diartikan perhitungan ilmiah yang didasarkan asumsi dari komponen-
komponen laju pertumbuhan penduduk yaitu kelahiran, kematian dan
migrasi penduduk. Ketiga komponen inilah yang menentukan besarnya
jumlah penduduk dan struktur penduduk di masa yang akan datang.
Proyeksi penduduk dari tahun 2020-2040 di Kelurahan Sukun, Kelurahan
Kebonsari, dan Kelurahan Bandung Rejosari, Kecamatan Sukun dapat
dilihat pada hasil proyeksi berikut.

Grafik Perkembangan Jumlah Penduduk 5 Tahun Terakhir

Jumlah Penduduk 2014-2018


35000
30000
25000 Sukun
20000 Kebonsari
Bandung Rejosari
15000
10000
5000
0
2014 2015 2016 2017 2018

Sumber : Kecamatan Sukun dalam Angka Tahun 2014-2019

Dari grafik diatas dapat terlihat pertumbuhan penduduk di


Kelurahan Sukun, Kelurahan Kebonsari, dan Kelurahan Bandung
Rejosari, Kecamatan Sukun mengalami peningkatan. Jumlah penduduk
yang akan diproyeksikan 20 tahun ke depan adalah dari tahun 2014
hingga tahun 2018. Untuk perhitungan presentase/rasio pertumbuhan
penduduk menggunakan rumus

P t 1t
r= ( )
P0
−1

Dimana :

Pt = jumlah penduduk pada tahun t

Po = jumlah penduduk pada tahun dasar,

t = jangka waktu (selisih)

r = rasio atau laju pertumbuhan penduduk. Maka didapat


hasil seperti yang tertera pada table berikut

Tabel 4. Perhitungan Rasio / Laju Pertumbuhan Penduduk

Jumlah Penduduk Tahun Dasar

Kelurahan 2014 2015 2016 2017 2018 Rasio

Sukun 17561 17590 17616 17637 17650 0,001

Kebonsari 10679 10854 11031 11206 11380 0,016

Bandung Rejosari 30991 31436 31875 32316 32745 0,013

Sumber : Hasil Analisis Data 2020

Setelah nilai rasio diketahui maka kita bisa menghitung


proyeksi penduduk dengan menggunakan metode aritmatika
menggunakan rumus berikut

Pt = P0 (1+r ¿ ¿t
Dimana :

Pt = jumlah penduduk pada tahun t

Po = jumlah penduduk pada tahun dasar,

t = jangka waktu (selisih)


r = rasio atau laju pertumbuhan penduduk. Maka didapat
hasil seperti yang tertera pada table berikut

Tabel 4. Proyeksi penduduk 20 Tahun yang Akan Mendatang

Hasil Perhitungan Proyeksi Penduduk

Kelurahan 2023 2028 2033 2038

Sukun 17.715 17.780 17.845 17.910

Kebonsari 12.264 13.147 14.031 14.914

Bandung Rejosari 34.918 37.092 39.265 41.439

Jumlah 64.897 68.019 71.141 74.263

Sumber : Hasil Analisis Data 2020

Untuk jangka waktu yang digunakan dalam perhitungan proyeksi


penduduk adalah 5 tahun dengan memproyeksikan 20 tahun. Sehingga
didapat hasil proyeksi pada tahun 2023, 2028, 2033, dan 2038.
Berdasarkan analisa proyeksi kependudukan diketahui prediksi untuk 20
tahun mendatang pada Kelurahan Sukun, Kelurahan Kebonsari, dan
Kelurahan Bandung Rejosari, Kecamatan Sukun mengalami peningkatan
angka penduduk dari tahun ke tahun. Dengan jumlah penduduk di 3
kelurahan pada tahun 2038 adalah 74.263 jiwa. dengan jumlah tertinggi di
wilayah Kelurahan Bandung Rejosari dan yang paling rendah adalah
Kelurahan Kebonsari.

2. Kepadatan Penduduk
Dalam penentuan analisa kepadatan penduduk menggunakan
perbandinga antara jumlah penduduk dan luas wilayah. Dengan
menggunkan rasio tersebut maka akan didapat nilai besaran jumlah
orang yang ada dalam satu area atau jumlah orang tiap hA. P untuk nilai
proyeksi penduduk, dan K untuk nilai kepadatan penduduk. Untuk
kepadatan penduduk Kelurahan Sukun, Kelurahan Kebonsari, dan
Kelurahan Bandung Rejosari, Kecamatan Sukun dapat dilihat pada table
berikut.

Tabel 4. Proyeksi Kepadatan Penduduk

Kelurahan Luas 2023 2028 2033 2038


(Ha) P K P K P K P K
Sukun 1.29 17.715 14 17.78 14 17.84 14 17.910 14
0 5
Kebonsari 1.57 8 13.14 8 14.03 9 9
12.264 7 1 14.914
Bandungrejosari 2.75 13 37.09 13 39.26 14 15
34.918 2 5 41.439
Sumber : Hasil Analisis Data 2020

Kepadatan penduduk diklasifikasikan dalam 4 kelas yaitu :

 Kepadatan tinggi : 200-400 jiwa/Ha


 Kepadatan Sedang : 100 – 200 jiwa/Ha
 Kepadatan Rendah : 50 – 100 jiwa/Ha
 Kepadatan Sangat Rendah : 0 – 50 jiwa/Ha

Berdasarkan hasil perhitungan pengelompokkan kepadatan


penduduk, Kelurahan Sukun, Kelurahan Kebonsari, dan Kelurahan
Bandung Rejosari termasuk kedalam kepadatan yang sangat rendah,
dimana nilai kepadatan penduduknya tertinggi hanya mencapai 15
jiwa/Ha.

ANALISIS PEREKONOMIAN

Analisis perekonomian ini dilakukan untuk menemukan potensi dan


permasalahan perekonomian pada kawasa perencanaan. Dalam analisis
perekonomian membahas mengenai struktur eonomi dan pergeseranya, dan
sektor basis.

1. Struktur Ekonomi dan Pergeserannya


Analisis struktur ekonomi dan pergeserannya dilakukan untuk mengetahui
struktur ekonomi kawasan perencanaan dan mengetahui tingkat PDRB
kawasan perencanaan. Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah
metode Shift Share. Metode Shift Share ini berperan menganalisis
perubahan struktur ekonomi daerah relative terhadap struktur ekonomi
relative yang lebih tinggi sebagai pembandingnya. Data yang digunakan
dalam metode ini adalah darta PDRB dengan rentang waktu tertentu.

Dalam metode shift share memiliki tiga komponen yaitu National


Share, Proportional Shift, dan Differential Shift.

a. National share untuk mengetahui pergeseran struktur perekonomian


suatu daerah yang dipengaruhi oleh pergeseran perekonomian
nasional.
b. Proportional shift adalah pertumbuhan nilai tambah bruto suatu sektor
i dibandingkan total sektor di tingkat nasional.
c. Differential shift atau competitive position adalah perbedaan
pertumbuhan perekonomian sautu daerah dengan nilai tambah bruto
sektor yang sama di tingkat nasional.
Perhitungan laju pertumbuhan wilayah provinsi dan kota masing-
masing didefinisikan dengan:

rij = (Y*ij - Yij) / Yij Dimana :


rin = (Y*in - Yin) / Yin Yij = PDRB sektor i di wilayah
rn= (Y*n – Yn) / Yn provinsi,
Nij = Yij. R Yin = PDRB sektor i di tingkat
Mij = Yij (rin - rn) nasional,
Cij = Yij (rij - rin) Yn = PDRB di tingkat nasional,
Dij = Y*ij – Yij semuanya diukur pada suatu tahun
dasar.
Superscript * menunjukkan PDRB
pada tahun analisis.

PDRB PROVINSI JAWA


PDRB KOTA MALANG
Kategori LAPANGAN USAHA TIMUR
2014 2018 2014 2018
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 155 784,0 163 848,8 105,08 108,74
B Pertambangan dan Penggalian 60 862,3 82 556,8 39,79 36,45
C Industri Pengolahan 372 316,3 466 908,0 10.011,65 11.407,49
D Pengadaan Listrik dan Gas 4 545,1 4 499,0 16,08 18,66
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
E 1 234,1 1 515,4 83,9 103,68
Limbah dan Daur Ulang
F Konstruksi 116 498,2 145 140,2 4.998,47 6.364,58
Perdagangan Besar dan Eceran;
G 230 225,8 290 398,8 12.221,55 15.527,00
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
H Transportasi dan Pergudangan/ 36 461,8 46 712,4 977,55 1.279,60
Penyediaan Akomodasi dan Makan
I 62 807,8 85 247,5 1.712,02 2.287,16
Minum
J Informasi dan Komunikasi 69 155,1 90 416,2 1.843,10 2.500,93
K Jasa Keuangan dan Asuransi 32 3999,6 39 859,9 1.042,61 1.292,61
L Real Estat 21 998,3 26 823,0 585,33 750,58
M,N Jasa Perusahaan 9 815,0 12 308,5 285,8 377,18
Administrasi Pemerintahan,
O 28 729,6 33 730,2 603,38 686,36
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
P Jasa Pendidikan 33 164,9 41 046,2 2.957,35 3.932,86
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosia 8 212,8 10 485,7 967,81 1.330,09
R,S,T,U Jasa lainnya 18 473,7 22 259,6 1.273,25 1.498,52
JUMLAH 1262684,5 1563769.1 39724,72 49502,49
Table 4. PDRB Harga Konstan 2010, untuk Tahun 2014 dan 2018
Sumber Data Sekunser: BPS Statistik
Table 4. PDRB Harga Konstan 2010, untuk Tahun 2014 dan 2018

NIJ MIJ CIJ DIJ


Kategor
LAPANGAN USAHA RIN RIJ RN (PERTMB (PERTMBH (Differential (PERGESERAN
i
NASIONAL) PROPORSIONAL) Shift) BASIS
Pertanian,
A Kehutanan, dan 0,05 0,03 0,01 0,640 4,800 -1,780 3,660
Perikanan
Pertambangan dan -
B 0,36 0,01 0,242 13,941 -17,523 -3,340
Penggalian 0,08
C Industri Pengolahan 0,25 0,14 0,01 61,011 2482,576 -1147,747 1395,840
Pengadaan Listrik -
D 0,16 0,01 0,098 -0,261 2,743 2,580
dan Gas 0,01
Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah,
E 0,23 0,24 0,01 0,511 18,613 0,656 19,780
Limbah dan Daur
Ulang
F Konstruksi 0,25 0,27 0,01 30,461 1198,453 137,197 1366,110
Perdagangan Besar
dan Eceran; Reparasi
G 0,26 0,27 0,01 74,478 3119,809 111,163 3305,450
Mobil dan Sepeda
Motor
Transportasi dan
H 0,28 0,31 0,01 5,957 268,864 27,229 302,050
Pergudangan/
Penyediaan
I Akomodasi dan 0,36 0,34 0,01 10,433 601,230 -36,523 575,140
Makan Minum
Informasi dan
J 0,31 0,36 0,01 11,232 555,412 91,186 657,830
Komunikasi
Jasa Keuangan dan -
K 0,24 0,01 6,354 -920,697 1164,343 250,000
Asuransi 0,88
L Real Estat 0,22 0,28 0,01 3,567 124,808 36,875 165,250
M,N Jasa Perusahaan 0,25 0,32 0,01 1,742 70,866 18,773 91,380
Administrasi
Pemerintahan,
O 0,17 0,14 0,01 3,677 101,346 -22,043 82,980
Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib
P Jasa Pendidikan 0,24 0,33 0,01 18,022 684,762 272,726 975,510
Jasa Kesehatan dan
Q 0,28 0,37 0,01 5,898 261,944 94,438 362,280
Kegiatan Sosia
R,S,T,U Jasa lainnya 0,20 0,18 0,01 7,759 253,174 -35,663 225,270
JUMLAH 2,82 3,89 0,10 242,08 8839,64 696,05 9777,77

Sumber : Hasil Analisis Data 2020

Dari hasil analisis perhitungan table 4. Dapat diketahui bahwa


sektor yang memiliki national share terbesar adalah perdagangan besar
dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 74,478, sedangkan
yang terkecil adalah pengadaan listrik dan gas sebesar 0,098. Total
national share adalah 242,08.

Untuk Proportional Shift sendiri dapat digunakan sebagai indikasi


pertumbuhan sector, dimana nilai Proportional Shift yang lebih besar dari
nol, menandakan bahwa pertumbuhan sector tersebut lebih cepat
dibanding sector yang nilai Proportional Shift kurang dari nol. Proportional
Shift sendiri masih memiliki 2 sektor yang bernilai negative yaitu
Pengadaan Listrik dan Gas, dan Jasa Keuangan dan Asuransi.

Untuk Differential Shift dapat digunakan sebagi penentu sector


progresif, dimana nilai Differential Shift yang lebih besar dari nol maka
sector tersebut termasuk dalam kelompok progresif. Untuk Proportional
Shift sendiri masih memiliki 2 sektor yang bernilai negative yaitu
Pengadaan Listrik dan Gas, dan Jasa Keuangan dan Asuransi. Kedua
sector ini memiiki tingkat pertumbuhan diKota Malang lebih lambat
dibandingkan nasional Hal ini terjadi karena pengaruh sektor i secara
nasional (ekstern) terhadap sektor i dalam PDRB Jawa Timur.

Dapat disimpulkan bahwa kebanyakan sector di Kota Malang sudah


memiliki pertumbuhan yang cepat dan memiliki daya saing yang tinggi, 10
diantaranya telah memiliki kategori tersebut. Sehingga transformasi di
Kota Malang telah terjadi dengan baik, walaupun masih ada beberapa
sector yang perlu perbaikan.

2. Sektor basis
Metode Location Quotient (LQ) digunakan untuk menentukan sector basis
dan sector non basis pada kawasan perencanaan. Sector basis adalah
sector yang telah mampu mencukupi pangsa pasar didaerah
perencanaan, sehingga mampu melakukan eksport keluar derah tersebut.
Sedangkan sector non basis adalah sector yang belum mampu
mencukupi kebutuhan pangsa pasar di wilayah tersebut, sehingga belum
mampu melakukan ekspor antar wilayah. Untuk menghitung sector basis
dan non basis ini menggunakan perhitungan sebagai berikut.

Xr /RVr Xr / Xn
LQ= atau
Xn/ RVn RVr /RVn

Keterangan:
Xr = nilai produksi sektor i pada daerah r
RVr = total PDRB di daerah r
Xn = nilai produksi sektor i pada daerah yang lebih tinggi
RVn = total PDRB pada daerah yang lebih tinggi
Konsentrasi suatu kegiatan pada suatu wilayah dapat diketahui dari hasil
perhitungan metode Location Quotient (LQ). Kriteria hasil LQ ini adalah
sebagai berikut:
1. Jika nilai LQ < 1, maka sektor yang bersangkutan kurang
terspesialisasi dibanding sektor yang sama di tingkat daerah tertentu,
sehingga bukan merupakan sektor unggulan;
LQ < 1 Non Basic Sector (Import)
2. Jika nilai LQ = 1, maka sektor yang bersangkutan cukup
terspesialisasi dibanding sektor yang sama di tingkat daerah tertentu;
LQ = 1 Self Sufficient
3. Jika nilai LQ > 1, maka sektor yang bersangkutan terspesialisasi
dibanding sektor yang sama di tingkat daerah tertentu, sehingga
merupakan sektor unggulan.
LQ > 1 Basic Sector (Export)

Anda mungkin juga menyukai