Oleh :
Fitria Putridewi Abidin
1818012051
Pembimbing:
dr.Cahyaningsih Fibri Rokhmani Sp.KJ, M.Kes
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya kepada penulis untuk mampu menyelesaikan tugas naskah ujian stase ilmu kesehatan
jiwa sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan Kepaniteraan Klinik
Ilmu Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Cahyaningsih Fibri Rokhmani, Sp.KJ,
M.Kes., selaku pembimbing yang telah meluangkan waktunya dan membimbing penulis
sehingga dapat menyelesaikan tugas naskah ujian ini. Penulis menyadari banyak sekali
kekurangan dalam penulisan naskah ujian ini. Oleh karena itu saran dan kritik yang
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tulisan ini. Semoga naskah ujian
ini dapat bermanfaat bukan hanya untuk penulis, tetapi juga bagi siapa pun yang
membacanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………...i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..ii
I. IDENTITAS PASIEN……………………………………………………………..1
II. RIWAYAT PSIKIATRI…………………………………………………………..1
III. STATUS MENTAL………………………………………………………………..6
1. Deskripsi umum…………………………………………………………………..6
2. Pembicaraan……………………………………………………………………....6
3. Keadaan Afektif…………………………………………………………………..6
4. Persepsi……………………………………………………………………...........6
5. Proses Pikir…………………………………………………………………….....7
6. Kognisi……………………………………………………………………............7
7. Pengendalian Impuls……………………………………………………………...8
8. Tilikan……………………………………………………………………….........8
9. Taraf Dapat Dipercaya…………………………………...……………………....8
IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT…………………………....8
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA………………………………………...9
VI. FORMULASI DIAGNOSIS…………………………………...…….…………....10
VII. EVALUASI MULTIAKSIAL…………………………………...…………..…....12
VIII. DAFTAR MASALAH…………………………………...…………….……….....12
IX. RENCANA TERAPI………………………….…………...……………………....13
X. PROGNOSIS…………………………………...…………………………………..14
XI. DISKUSI……………………….…………………………...……………………....14
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….18
LAMPIRAN………………………………………………………………………………19
ii
I. IDENTITAS PASIEN
Tn. S, jenis kelamin laki-laki, usia 42 tahun, pendidikan terakhir SMA, agama Islam,
status belum menikah, pasien bekerja serabutan sebagai wiraswasta selama beberapa
tahun terakhir, beralamat di Kelagian, Kedamian, Bandar Lampung, telah dilakukan
pemeriksaan pada tanggal 30 November 2020 di ruang Kutilang, Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Lampung.
A. Keluhan Utama
Pasien sering marah-marah dan melempari barang-barang ke warga sekitar 1
minggu SMRS
Menurut pengakuan pasien, dirinya mulai menarik diri sejak gagal UMPTN
pada tahun 1997. Saat itu pasien merasa sedih dan gagal sehingga menarik diri
dari lingkungan. Pasien mengaku tidak mencoba UMPTN lagi karena merasa
adik-adiknya juga perlu sekolah sehingga dirinya tidak perlu untuk tes lagi
karena sudah gagal sebelumnya. Pasien pernah mencoba bekerja sebagai
penjaga konter hp, tapi tidak dilanjutkan karena pasien merasa tidak mampu.
Pada tahun 2008, pasien mulai berobat di RSJ karena mendengar bisikan-
bisikan. Sejak saat itu pasien beberapa kali masuk RJS, Menurut pengakuan
pasien, pasien sudah 6 kali keluar-masuk RSJ. Pasien terakhir berobat 2 tahun
lalu, setelah itu pasien tidak meminum obat kembali. Saat itu bisikan-bisikan
kembali muncul dan mulai mengganggu. Seminggu SMRS, pasien menyatakan
1
dirinya kesulitan tidur dan mendengar bisikan-bisikan yang dirasa sangat
mengganggu. Kemudian pasien dibawa ke RSJ oleh adiknya
Sekarang pasien merasakan bisikan sudah tidak timbul lagi. Keluhan berupa
melihat sosok ataupun wujud tertentu disangkal pasien. Pasien menyangkal
mencium bau-bau busuk yang tidak dirasakan oleh orang lain dan pasien
menyangkal merasakan sesuatu yang aneh di bagian mulutnya. Pasien
merasakan bahwa orang-orang melempari pasien tanpa sebab. Pasien
menyangkal memiliki kekuatan di atas manusia biasa. Pasien juga menyangkal
dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan dari luar tubuh pasien.
Menurut keluarga pasien, beberapa bulan ini pasien sering bertindak agresif dan
meresahkan warga sekitar. Lingkungan sekitar pasien juga diketahui sering
mengganggu pasien. 1 minggu SMRS pasien diketahui mengamuk dan
melempari warga sekitar dengan barang-barang. Hal ini disebabkan warga
sekitar yang sebelumnya mengganggu pasien dengan melempari barang-barang.
Pasien juga diketahui mengganggu warga yang baru saja pindah di lingkungan
rumah pasien 2 minggu yang lalu.
Pasien mulai terlihat perubahan perilaku sejak tahun 1997 setelah pasien gagal
masuk universitas. Pasien tampak murung, bersedih, dan mulai menarik diri.
Selain itu pasien menjadi mudah marah dan mengamuk dengan melempari
barang-barang, terutama jika keinginannya tidak terpenuhi. Pasien juga mulai
mendengar bisikan-bisikan yang menyuruh pasien untuk keluar rumah sehingga
terkadang pasien keluyuran karena mengikuti suara-suara tersebut. Pasien
sebelumnya pernah bekerja sebagai penjaga konter hp tetapi tidak dilanjutkan
karena pasien tidak stabil.
2
C. Riwayat Penyakit Sebelumnya
1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien rutin berobat ke RSJD sejak tahu 2008 dengan keluhan yang sama
5. Periode Dewasa
Menurut keluarga pasien mulai mengalami perubahan perilaku sejak tidak
masuk UMPTN pada tahun 1996. Sejak itu pasien mulai terlihat murung,
3
tampak menarik diri, sering marah-marah terutama jika keinginannya tidak
dipenuhi, serta agresif terhadap lingkungan sekitar.
E. Riwayat Pendidikan
Pasien bersekolah dari SD hingga SMA. Pasien dan keluarga menyatakan tidak
ada kendala belajar selama SD hingga SMA. Pasien menyatakan tidak
melanjutkan pendidikan ke tingkat kuliah setelah gagal UMPTN karena dirasa
memberatkan ekonomi keluarga.
F. Riwayat Pekerjaan
Selama satu tahun terakhir pasien tidak bekerja, hanya sesekali membantu ibu
yang tinggal di rumah. Sebelumnya pasien pernah berwirausaha dengan
membuka konter HP di dekat rumahnya pada tahun 2011, tetapi tidak
dilanjutkan karena pasien tidak dapat mengelola usaha tersebut.
G. Riwayat Perkawinan
Pasien belum pernah menikah
I. Riwayat Psikoseksual
Pasien tidak pernah terlibat dalam pelecehan seksual, melakukan seks di luar
nikah maupun memiliki penyakit menular seksual.
J. Riwayat Militer
Pasien tidak memiliki riwayat mengikuti pendidikan militer dan tinggal di
daerah konflik
K. Riwayat Hukum
Menurut pasien dan keluarga, pasien tidak pernah terkait atau bermasalah
dengan hukum.
4
L. Riwayat Kehidupan Keluarga
Pasien merupakan anak pertama dari enam bersaudara. Pasien belum menikah.
Saat ini pasien tinggal di rumah orang tuanya bersama adik kandung pasien.
Keterangan :
: Perempuan
: Pasien
: Meninggal
5
III STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
Kesadaran : Composmentis
Penampilan : Pasien laki-laki, berpakaian seragam
RSJ tampak rapih dan sesuai usia, self-
hygiene baik, perawakan kecil
Perilaku dan : Pasien tampak tenang, kontak mata baik,
aktivitas sesekali tampak tidak nyaman dan
psikomotor tangan terlihat tremor
Sikap terhadap : Kooperatif
pemeriksa
B. Pembicaraan
Pembicaraan spontan, artikulasi baik, intonasi sedang, volume cukup, kualitas
berlebih, kuantitas cukup, terkadang stuttering
C. Keadaan Afektif
Mood : Disforik
Afek : Terbatas
Keserasian : Serasi
D. Persepsi
Halusinasi : Riwayat halusinasi auditorik
Ilusi : Tidak ada ilusi
Depersonalisasi : Tidak ada depersonalisasi
Derealisasi : Tidak ada derealisasi
E. Proses pikir:
Bentuk pikir : Non realistik
Arus pikir : Tersendat
Proses pikir : Kohoren, terkadang sirkumtansial
Isi pikir : Waham bersalah, preokupasi gagal dalam hidup
F. Kognisi
Kesadaran : Composmentis
Orientasi : Situasi baik
Waktu baik
Tempat baik
6
Orang baik
Daya Ingat : Jangka panjang baik
Jangka sedang baik
Jangka pendek baik
Jangka segera baik
Kemampuan : Baik
Membaca dan
Menulis
Konsentrasi dan : Baik
Perhatian
Kemampuan : Baik
Visuospasial
Kemampuan : Baik
Kalkulasi
Abstraksi : Buruk (konkrit)
Intelegensi dan : Baik
Kemampuan
Informasi
G. Pengendalian Impuls
Pengendalian impuls pasien baik. Pasien dapat mengendalikan emosi selama
wawancara. Pasien berusaha mengendalikan impuls untuk tetap kooperatif saat
wawancara.
H. Daya Nilai
Daya nilai sosial : Buruk
Uji daya nilai : Buruk
\RTA : Terganggu
I. Kemampuan menolong diri sendiri
Pasien dapat menolong diri sendiri tanpa bantuan orang lain.
J. Tilikan
Tilikan derajat 2: Ambivalensi terhadap penyakitnya
7
IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
A. Status Generalis
Keadaan umum tampak sakit ringan, kesadaran composmentis, status gizi
terkesan normal. Tanda-tanda vital: tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80
x/menit, RR 20x/menit, suhu 36,9°C.
B. Status Internus
Pada pemeriksaan kepala, mata, THT, leher, paru, jantung, abdomen, dan
ekstremitas kesan dalam batas normal.
C. Status Neurologis
Sistem sensorik dan sistem motorik kesan dalam batas normal.
8
Tn. S, jenis kelamin laki-laki, usia 42 tahun, pendidikan terakhir SMA, agama
Islam, status belum menikah, pasien bekerja serabutan sebagai wiraswasta selama
beberapa tahun terakhir, beralamat di Kelagian, Kedamian, Bandar Lampung, telah
dilakukan pemeriksaan pada tanggal 30 November 2020 di ruang Kutilang, Rumah
Sakit Jiwa Provinsi Lampung.
Pasien merasa dirinya sering merasa sedih sejak gagal masuk universitas. Pasien juga
merasa dirinya gagal dalam hidup dan hanya menjadi beban bagi keluarganya.
Pasien juga menjadi mudah marah dan berperilaku agresif. Keluarga pasien
menyatakan hal serupa. Pasien juga menyatakan dirinya mendengar suara-suara
bisikan. Seminggu SMRS pasien merasa terganggu dengan warga sekitar yang
mengganggu pasien sehingga pasien mengamuk dan melempar barang-barang. Hal
ini meresahkan warga dan keluarga sehingga pasien dibawa ke RSJ. Pasien
merasakan bisikan hilang timbul dan saat ini sudah tidak ada lagi. Pasien
menyangkal melihat sosok namun orang lain tidak bisa melihatnya. Pasien
menyangkal perasaan tubuhnya diraba-raba. Pasien menyangkal mencium bau-bau
busuk yang tidak dirasakan oleh orang lain dan pasien menyangkal merasakan
sesuatu yang aneh di bagian mulutnya. Pasien merasakan dirinya gagal dalam hidup
dan hanya menjadi beban bagi keluarganya. Pasien juga merasa kesal karena warga
sekitar sering mengganggu pasien padahal pasien tidak melakukan apa-apa. Pasien
menyangkal dirinya dikendalikan oleh kekuatan dari luar dan ada sesuatu yang
dimasukkan ke dalam diri pasien. Pasien menyangkal memiliki kekuatan yang tidak
dimiliki oleh orang lain.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit medis lain seperti DM, hipertensi, ataupun
penyakit lainnya, tetapi saat ini pasien sering mengeluhkan sakit lambung. Hal ini
disebabkan karena pasien sering meminum kopi.
9
VI. FORMULASI DIAGNOSIS
Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, pada pasien ini didapatkan gangguan
persepsi dan gangguan isi pikir yang bermakna serta menimbulkan suatu distress
(penderitaan) dan disability (hendaya) dalam pekerjaan dan kehidupan sosial pasien,
sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami gangguan jiwa.
Berdasarkan anamnesis tidak ditemukan riwayat trauma ataupun penyakit medis lain.
Hal ini dapat menjadi dasar untuk menyingkirkan diagnosis gangguan mental
organik (F.0) dan penggunaan zat psikoaktif (F.1)
Temuan klinis pada pasien memenuhi kriteria umum diagnostik pada blok F2
Skizofrenia berdasarkan PPDGJ III, yaitu memenuhi semua gejala yang jelas,
berlangsung selama satu bulan atau lebih , dan terdapat perubahan yang konsisten
dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa aspek perilaku pribadi,
hilangnya minat, sikap larut dalam diri sendiri dan penarikan diri secara sosial.
Pasien memenuhi diagnosis Skizofrenia Paranoid dikarenakan telah memenuhi
kriteria umum diagnosis skizofrenia, yaitu halusinasi dan/atau waham harus
menonjol dan gangguan afektif serta gejala katatonik yang secara relative tidak
nyata/tidak menonjol. Pada pasien didapatkan gejala halusinasi auditorik serta
waham berupa perasaan bersalah. Berdasarkan data ini dapat dijadikan dasar untuk
mendiagnosis Skizofrenia Paranoid (F20.0) pada Aksis I evaluasi multiaksial pasien.
Pasien menempuh pendidikan formal dari SD sampai SMA, diketahui pasien tidak
mengalami kesulitan belajar sehingga diagnosis retardasi mental (F.70) dapat
disingkirkan. Selama pemeriksaan tidak didapatkan adanya tanda-tanda gangguan
kepribadian sehingga adanya gangguan kepribadian dapat disingkirkan sehingga
pada Aksis II tidak ada diagnosis.
10
Berdasarkan anamnesis ditemukan adanya keluhan nyeri pada lambung dan tremor
pada tangan sehingga pada Aksis III terdapat diagnosis penyakit saluran cerna
(dyspepsia) dan penyakit susunan saraf (Sindrom ekstrapiramidal). Pada anamnesis
dengan pasien didapatkan informasi bahwa keluhan perubahan perilaku pada pasien
mulai erlihat jelas sejak tahun 2008. Pasien dibawa ke RSJ untuk berobat namun
pasien sering putus obat. Selain itu lingkungan sekitar rumah pasien sering
mengganggu pasien karena kondisi mediknya sehingga Aksis IV dituliskan masalah
dengan “primary support group” kurangnya pemahaman keluarga dan masalah
psikososial yaitu lingkungan yang tidak mendukung
11
B. Psikologik: Ditemukan adanya mood disforik dengan afek terbatas dan riwayat
halusinasi auditorik serta riwayat gangguan isi pikir yaitu waham bersalah dan
preokupasi gagal dalam hidup.
C. Sosiologik: Ditemukan hendaya dalam bersosial, sehingga pasien dan keluarga
membutuhkan psikoedukasi.
Konseling
Memberikan pengertian kepada pasien tentang penyakitnya dan
memahami kondisinya lebih baik, menganjurkan untuk makan dan minum
obat secara teratur, menganjurkan pasien untuk melaksanakan ibadah
wajib, serta meyarankan pasien untuk tidak menghiraukan bisikan yang
ada
X. PROGNOSIS
1. Quo ad vitam : dubia ad bonam
2. Quo ad functionam : dubia ad malam
3. Quo ad sanationam : dubia ad malam
XI. DISKUSI
Penegakan diagnosis psikiatri harus mengikuti urutan hierarki blok–blok yang ada di
dalam pedoman klasifikasi penyakit psikiatri, dimana suatu gangguan yang terdapat
dalam urutan hierarki yang lebih tinggi, mungkin mempunyai ciri–ciri dari gangguan
12
yang terletak dalam hierarki lebih rendah, tetapi tidak sebaliknya. Oleh karena itu,
penegakan diagnosis psikiatri baru dapat dipastikan setelah kemungkinanan kepastian
diagnosis/ diagnosis banding dalam blok diatasnya dapat ditiadakan secara pasti
(Maslim, 2013).
Konsep gangguan jiwa menurut Maslim (2013) adalah adanya gejala klinis yang
bermakna, yaitu kumpulan gejala pada pola perilaku ataupun pola psikologik yang
menimbulkan penderitaan (distress) seperti rasa nyeri, rasa tidak nyaman, tidak
tentram, terganggu, dan menimbulkan disabilitas dalam aktivitas kehidupan sehari-
hari yang biasa dan diperlukan untuk perawatan diri dan kelangsungan hidup.
Berdasarkan konsep ini, pasien diketahui memiliki kumpulan gejala baik pada pola
perilaku ataupun pola pskikologik yang menimbulkan penderitaan dan disabilitas,
sehingga pasien ini dapat didiagnosis dengan gangguan jiwa.
Pada pasien didapatkan adanya gangguan persepsi berupa riwayat halusinasi auditorik,
dan gangguan isi pikir berupa waham bersalah dan preokupasi gagal dalam hidup dan
menjadi beban keluarga. Selain itu juga pasien menjadi tidak mampu bekerja, lebih
mudah marah, dan sering berperilaku agresif seperti melempar barang-barang sejak
tahun 2008.
1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang jelas (atau dua gejala atau lebih
bila gejala-gejala tersebut kurang jelas):
a). “thought of echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya, dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya
berbeda; atau
“thought of insertion or withdrawal” = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke
dalam pikirannya atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya;
dan
“thought of broadcasting” = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau
umum mengetahuinya.
b). “delusion”of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar; atau
13
“delusion of influence” = waham tentang diirnya dipengaruhi oleh sesuatu
kekuatan tertenu dari luar; atau
“delusion of passivity” = waham tentang dirinya idak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar;
“delusional perception” = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna
sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.
c). Halusinasi auditorik
Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien,
atau
Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (dianatar berbagai suara
yang berbicara), atau
Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
d). Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dinggap
tidak wajar dan sesuatu yang mustahil.
2. Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas
e). Halusinasi yang menetap dari pancaindera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebih (over-valued ideas) yang
menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-
bulan terus-menerus;
f). Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation),
yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;
g). Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativism, mutisme, dan stupor.
h). Gejala-gejala “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respon
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan
penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunya kinerja sosial; tetapi harus
jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi
neuroleptika
3. Gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu
bulan atau lebih
4. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal
14
behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan
penarikan diri secara sosial.
Pada pasien ini, keluhan-keluhan yang timbul sudah memenuhi kriteria diagnostik
untuk Skizofrenia (F20), yaitu berupa halusinasi auditorik dan gangguan isi piker
berupa waham bersalah dan adanya preokupasi berupa gagal dalam hidup. Selain itu
juga terdapat penarikan diri pasien secara social berupa menjadi tidak mampu bekerja
bekerja dan lebih mudah marah serta mengamuk (perilaku katatonik).
Pasien juga telah memenuhi kriteria diagnostik Skizofrenia Paranoid (F20.0)
berdasarkan PPDGJ–III, yaitu sebagai berikut:
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
Sebagai tambahan:
−Halusinasi dan/atau waham harus menonjol;
−Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik
secara relatif tidak nyata/ tidak menonjol.
Pasien didapatkan riwayat halusinasi dan waham yang menonjol serta adanya
gangguan afek. Hal tersebut diketahui ketika selama wawancara pasien menampakkan
afek yang terbatas tidak seperti orang pada umumnya.
Sedangkan berdasarkan pedoman diagnostik dari Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders-V (DSM–V) pasien ini memenuhi kriteria A yaitu adanya waham,
riwayat halusinasi, dan adanya perilaku disorganisasi berat atau katatonik dan gejala
ini terus-menerus bertahan pada pasien selama lebih dari 6 bulan.
Berdasarkan kriteria skizofrenia menurut DSM-V, periode 6 bulan harus mencakup
setidaknya 1 bulan gejala (atau kurang jika berhasil diobati) yang memenuhi Kriteria
A (yaitu, gejala fase aktif) dan dapat mencakup periode gejala prodromal atau
residual. Selama periode prodromal atau sisa ini, tanda-tanda gangguan dapat
dimanifestasikan hanya dengan gejala negatif atau oleh dua atau lebih gejala yang
tercantum dalam Kriteria A hadir dalam bentuk yang dilemahkan (misalnya,
keyakinan aneh, pengalaman persepsi yang tidak biasa) (American Psychiatric
Association, 2013).
15
Prinsip penatalaksanaan skizofrenia hendaklah disesuaikan dengan fase penyakit.
Berdasarkan American Psychiatric Association (APA) 2005, skizofrenia dibagi ke
dalam tiga fase, yaitu: Fase psikotik akut, Fase stabilisasi, dan Fase stabil atau
rumatan. Gejala pada pasien merupakan episode pertama yang telah berlangsung satu
bulan sehingga penatalaksanaan yang diberikan sesuai dengan fase psikotik akut.
Terapi fase akut bertujuan untuk mengontrol simtom psikotik yang berat, yaitu
halusinasi, wham, dan perilaku gaduh gelisah. Bila ada gaduh gelisah dapat dikontrol
dengan pemberian obat injeksi (Amir, 2017).
Antipsikotik efektif untuk skizofrenia baik pada fase akut maupun pada fase yang
sudah stabil. Terdapat dua generasi antipsikotik, yaitu antipsikotik generasi I (APG–I)/
tipik dan antipsikotik generasi II (APG–II)/ atipikal. APG–I berguna terutama untuk
mengontrol gejala-gejala positif sedangkan untuk gejala negatif hampir tidak
bermanfaat sedangkan APG–II bermanfaat baik untuk gejala positif maupun negatif.
Di samping itu juga, APG–I memiliki risiko efek samping sindrom ekstrapiramidal
(EPS) yang lebih besar, dapat memperburuk simtom negatif, dan menyebabkan defisit
kognitif sedangkan APG–II memiliki efikasi dan efek samping yang lebih baik tetapi
APG – II tertentu mempunyai efek samping berupa sindrom metabolik (Amir, 2017).
Pada pasien ini diberikan terapi farmakologi berupa risperidone untuk gejala
skizofrenia yang dialami pasien. Risperidone dipilih karena obat ini adalah salah satu
obat antipsikotik golongan APG-II yang dapat mengontrol gejala positif serta gejala
negative pada pasien. Penggunaan APG-I tidak direkomendasikan pada pasien karena
pasien menunjukkan gejala ekstrapiramidal saat pemeriksaan. Untuk menekan gejala
ekstrapiramidal, diberikan juga triheksilfenidin. Pasien juga menunjukkan gejala
dispepsia dari hasil anamnesis yang menyatakan pasien sering mengalami nyeri di
lambung sehingga pasien dapat diberikan omeprazole untuk meredakan nyerinya.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa selama periode 5 hingga 10 tahun
setelah rawat inap psikiatri pertama pasien skizofrenia, hanya sekitar 10 hingga 20
persen pasien yang dapat digambarkan memiliki hasil yang baik. Lebih dari 50%
pasien dapat digambarkan memiliki hasil yang buruk, dengan rawat inap berulang
kali, gejala eksaserbasi, episode gangguan suasan perasaan utama, dan upaya bunuh
diri. Terlepas dari data tersebut skizofrenia tidak selalu memburuk, ada beberapa
faktor telah dikaitkan dengan prognosis yang baik, yaitu sebagai berikut: (Sadock BJ
et al, 2015)
1. Awitan lambat
16
2. Faktor pencetus yang jelas
3. Onset akut
4. Riwayat premorbid sosial, seksual, dan pekerjaan yang baik
5. Gejala gangguan suasana perasaan (terutama gangguan depresi)
6. Menikah
7. Sejarah gangguan suasan perasaan pada keluarga
8. Sistem pendukung yang baik
9. Gejala positif
Pada pasien ini ditentukan prognosis quo ad vitam dubia ad bonam, karena fungsi vital
pasien masih baik dan dapat menunjang untuk kehidupan sehari-hari. Tetapi pada quo
ad sanationam dan fungsional ditentukan dubia ad malam karena pada pasien terdapat
riwayat putus obat berulang kali dan riwayat sering kambuh. Selain itu pasien
memiliki riwayat menyerang orang lain, serta terdapat keluarga dengan gejala
skizofrenia yaitu adik pasien.
17
DAFTAR PUSTAKA
Amir N. 2015. Buku Ajar Psikiatri: Skizofrenia Edisi ke-3. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. hlm: 184–220.
Maslim R. 2013. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ III
dan DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika
Atmajaya.
Sadock BJ, Sadock VA, dan Ruiz P. 2015. Kaplan &-Sadock’s Synopsis of Psychiatry 11 th
Ed. London: Wolters Kluwer.
18
LAMPIRAN
19
Riwayat Perjalanan Penyakit
21
D : Jadi bapak pertama kali ke sini apa sebelumnya sudah pernah dibawa ke sini?
P : Saya beberapa kali ke sini mbak sejak tahun 2008, rawat jalan dan ambil obat sama
ibu. Kalo ga salah saya 6 kali pernah dirawat disini
D : Kejadian pas tahun 2008 itu bagaimana pak?
P : Ya saya dari gagal masuk universitas itu jadi sedih terus tidak ingin bertemu
dengan orang-orang mbak. Gimana ya mbak rasanya, liat adik-adik bisa kerja
mandiri, bisa sekolah, terus saya ga bisa kayak gitu, jadi beban aja rasanya saya di
keluarga mbak
D : Bapak ga nyoba tes lagi?
P : Ya ngapain lah mbak udah gagal juga. Adik-adik kan juga pengen sekolah juga ga
cuma saya, buat apa saya tes lagi jadinya cukup sekali aja
D : Bapak mulai terganggu sama suara-suara gitu kapan pak? Itu suaranya beneran
ada? Bendanya ada?
P : Sebelum tahun 2008 itu mbak ada suara-suara, tapi kalo sekarang udah ga ada
D : Suara-suaranya gimana pak? Menyuruh-nyuruh?
P : Ya gitu mbak ga bener pokoknya, udah dibilangin juga saya mbak kalau ada suara-
suara itu jangan didengerin, jangan diikutin. Jadinya saya ga pernah dengerin sama
ikutin
D : Bapak rasanya sedih sekali ya, pernah sampai nyoba melukai diri sendiri nggak
pak?
P : Kalo melukai diri sendiri ga pernah mbak
D : Bapak merokok ga? Minuman keras? Pakai obat-obat selain di rumah sakit nggak
pak? Kayak dikasih dari teman-teman gitu?
P : Kalo ngerokok sih iya, kalo minum-minuman keras sama nyoba obat-obat yang
ditawarin teman-teman sih ga pernah
D : Bapak ada cita-cita, atau harapan pak?
P : Saya pengen pulang mbak, pengen bantuin ibu, ibu saya udah tua mbak
D : Kalau di keluarga bapak ada ga yang kayak bapak? Suka marah-marah gitu?
P : Adik saya yang nomor dua juga sama kayak saya mbak, berobat jalan juga di RSJ
D : Jadi bapak sekarang di rumah kerjanya apa pak?
P : Saya bantuin ibu sama adik aja mbak di rumah. Saya mah gitu-gitu aja mbak, apa-
apa juga cuma bisa minta sama adik, baju aja minta dibeliin adik saya mbak.
D : Bapak pernah ga dengar suara-suara bisikan atau memerintah gitu? Tapi orangnya
gaada gitu, atau suara berdengung gitu?
22
P : Pernah sih dulu tapi sekarang udah nggak mbak. Katanya jangan didengar
bisikannya mbak
D : Terus bapak pernah ga lihat ada sosok gitu tapi orang lain ga bisa liat pak?
P : Kayak hantu gitu ya mbak? Ga pernah saya mbak
D : Bapak pernah kemarin-kemarin ini kayak cium bau yang aneh, bau bangkai atau
bau darah, terus air ludah rasanya aneh atau makanan rasanya jadi aneh gitu?
P : Ga pernah sih kalo itu mah
D : Bapak pernah merasa ada yang gerak-gerak ga di badan bapak? Atau ada yang
menarik badan bapak keluar? Terus dimasukin lagi gitu?
P : Ga pernah mbak rasanya disentuh-sentuh gitu. Ya kalau tidur wajar lah kalo terasa
disentuh, kan saya kalau tidur bareng dengan adik saya
D : Bapak pernah ga merasa ada orang yang ga suka sama bapak? Bapak bisa tunjukin
orangnya? Atau orang itu mau berbuat jahat ke bapak? Masih ada sampai sekarang
pak?
P : Ya adalah, di lingkungan sekitar itu kadang saya suka digangguin, dilempari barang
gitu mbak padahal saya ga ngapa-ngapain mbak.
D : Bapak merasa punya kemampuan gitu ga? Bisa nyembuhin orang gitu?
P : Ga pernah sih saya
D : Bapak ketika ngamuk di rumah, marah-marah itu, menurut bapak itu bapak bukan?
Bapak sadar atau tidak? Bapak merasa seperti dikendalikan?
P : Ga pernah sih mbak kalau ngamuk-ngamuk gitu, saya di rumah hanya merasa ada
jati diri saya yang hilang mbak. Kalo ngamuk-ngamuk saya ga ingat
D : Bapak tau ga sekarang dimana? Sekitar jam berapa? Sekarang kita lagi apa pak?
P : Di rumah sakit jiwa, sekitar jam 12 an kayaknya, lagi duduk, ngobrol-ngobrol sama
mbak
D : Bapak coba ingat ya, awan, kipas angin, sama jendela. Tadi pagi makan pakai apa
pak? Habis ga?
P : jagung gitu mbak habis, enak sih kalo makanan enak kan ya habis gitu.
D : Bapak ingat ga nama teman-teman bapak dulu siapa?
P : Ya ingat
D : Bapak bisa tiruin gambar saya? Bapak bisa tulis nama bapak ga?
P : Bisa sih, tapi lama nih saya gambarnya, ga bagus gapapa ya. Saya Cuma bisa nulis
nama aja, kalo yang lain gabisa
D : Coba bapak tadi ulang 3 kata yang saya sebut?
23
P : Awan, kipas angin, sama jendela
D : Bapak tau ya pribahasa pas SMA? Kalau peribahasa bagai telur di ujung tanduk
artinya apa pak?
P : Apa ya, artinya sia-sia mbak, dianya udah mau mati, kan di ujung tanduk
D : Bapak tau persamaan pisang sama melon?
P : Sama-sama punya kulit mbak
D : Bapak misalnya lagi di jalan bawa motor, eh bensinnya abis. Terus ketemu dompet
ada uang sama ktp. Kira-kira bapak mau ngapain?
P : Ya terpaksa saya balikin dulu dompetnya mbak. Uangnya kan punya orang lain
D : Bapak kalau makan, mandi, minum obat bisa sendiri ya? Shalat?
P : Bisa sendiri gitu, kalau shalat rutin mbak 5 waktu
D : Jadi bapak merasa bapak sakit ga? Di sini bapak senang ga?
P : Ya saya sih merasanya sakit, kan saya dikasih obat mbak buat sembuh
D : Baik pak, kita ngobrolnya udah dulu ya pak, nanti kita ngobrol-ngobrol lagi, bapak
jangan lupa makan, minum obatnya, bisikannya jangan terlalu didengerin ya pak,
makasih ya pak
P : Iya mbak, sama-sama
24
Alloanamnesis tanggal 30 November 2020
D : Assalamualaikum wr.wb, selamat sore bapak, perkenalkan saya Fitria petugas dari
RSJ yang ingin melengkapi data pasien atas nama Saifuddin dari pihak keluarga,
apakah bapak ada waktu luang dan bersedia untuk wawancara ini pak?
K : Waalaikumsalam, iya mbak bersedia
D : Sebelumnya maaf pak, saya berbicara dengan bapak siapa? Kemudian apakah
bapak tinggal serumah dengan bapak Saifuddin?
K : Saya Tn MI, adik pasien yang paling bungsu. Iya saya tinggal serumah dengan
pasien mbak
D : Untuk pak Saifuddin ini bisa diceritakan pak bagaimana awalnya pasien masuk ke
RSJ ini?
K : Dulu itu pas tahun 97 dia gagal masuk universitas mbak. Sejak saat itu dia mulai
murung dan menarik diri dari lingkungannya. Dari situ dia suka denger suara-suara
gitu dan makin lama perilakunya semakin agresif mbak, dia jadi mudah marah
terutama jika permintaannya tidak dituruti. Pernah waktu itu minta motor tapi ga
dipenuhin dia marah-marah sampai melempar barang-barang. Lingkungan sekitar
juga merasa resah karena dia suka ngamuk sampai lempar-lempar barang juga.
D : Berarti bapakya udah lama mengalami gejala ini? Rutin berobat tidak pak?
K : Dia mulai berobat sejak tahun 2008 mbak, tapi obatnya tidak diminum rutin sama
dia. Saya juga kadang ga bisa maksa karena dia anak pertama sedangkan saya anak
bungsu mbak
D : Berarti sudah rutin keluar-masuk RSJ ya pak?
K : iya, dia udah 6 kali kayaknya keluar-masuk RSJ. Biasanya nanti jika sudah berobat
jalan obatnya diambil sama ibu, tetapi sejak 2018 dia mulai gamau minum obat lagi
mbak
D : Saat tahun 2008 itu kejadiannya seperti apa sampai harus dirawat di RSJ pak?
K : Dia ngamuk-ngamuk mbak, terus melempari barang-barang ke keluarga dan warga
sekitar, dia juga suka denger bisikan-bisikan gitu dan pernah juga keluyuran di jalan.
Karena sudah meresahkan dan takutnya membahayakan dirinya, keluarga
memutuskan untuk dibawa ke RSJ
D : Kalau yang terakhir ini kejadiannya bagaimana pak?
K : Kalau yang terakhir ini hampir sama, dia mendengar bisikan-bisikan gitu, terus
mulai ngamuk dan melempari barang-barang. Kemarin itu ada warga yang iseng gitu
mbak melempari dia karena di lingkungan sudah tau kondisi bapak sendiri seperti
apa, dari situ bapak ngamuk-ngamuk dan melempari barang-barang sama warga itu.
Kemarin itu juga ada warga baru di lingkungan kami terus bapak kayak penasaran
apa iseng gitu sama warganya, mungkin kayak pingin kenalan gitu kali ya mbak,
orangnya dilempari barang-barang sama bapaknya
25
D : Pak Dai ini pernah mencoba melukai diri sendiri atau orang lain ga pak?
K : Kalau diri sendiri tidak pernah ya, tetapi sering ngamuk-ngamuk ke orang lain
karena itu meresahkan lingkungan
D : Pak Dai ini berapa bersaudara ya pak? Orang tua masih lengkap pak? Kalau bapak
anak nomor berapa pak? Beda usia dengan bapak Sarifudin berapa tahun pak? Kira-
kira bapak tahu tidak pak riwayat bapak?
K : 6 bersaudara, dia nomor 1, bapak sudah meninggal. Saya anak terakhir, beda
sekitar 10 tahun, ya ingetlah sedikit-sedikit
D : Sepengetahuan bapak saat ibu mengandung bapak Saifuddin pernah ada sakit atau
tidak pak? Pas lahir normal ya pak? Ditolong oleh siapa pak? Sehat ya pak ya?
Diurusnya oleh ibu sendiri ya pak?
K : Tidak ada sakit seingat saya, normal sama dukun, sehat, iya diurus sama ibu saya
D : Waktu masih kecil pak Dai pernah jatuh, kejang, telat bicara atau berjalan ga pak?
K : Engga sih sepertinya, biasa saja.
D : Selama masa anak-anak tidak ada yang aneh ya pak? Nakal atau bagaimana?
Bermain dengan temannya? Saat bersekolah apakah bapak pernah tidak naik kelas
atau ada kendala belajar?
K : Engga sih biasa aja, iya main dengan teman-teman. Dia ga pernah ada masalah
belajar, naik kelas terus sampai SMA, SMA nya juga di negeri mbak.
D : Waktu remaja juga baik-baik saja ya pak? Berteman dengan teman-temannya?
K : Iya biasa saja
D : Lalu saat dewasa apakah pernah ada sakit lain pak?
K : Tidak ada sih mbak
D : Pak Dai ini belum menikah ya pak?
K : Iya, ya dia menarik diri sih sama jarang cerita-cerita juga
D : Kan sebelumnya gagal masuk kuliah pak, dari situ bapak sempat kerja?
K : Iya dia sempat buka konter hp gitu mbak, tapi cuma bertahan beberapa bulan
karena dia ga bisa mengelola konternya. Dari situ dia tinggal di rumah, kadang
bantuin orang di rumah tapi ya begitu mbak, dia mudah marah dan kalau udah marah
bakal melempari barang-barang
D : Pak kan bapak ini punya riwayat denger-denger suara gitu, dia cerita nggak suara-
suaranya bagaimana?
K : Ya katanya sih suaranya nyuruh-nyuruh dia gitu mbak
D : Riwayat merokoknya bapak ini gimana pak? Minuman keras atau pakai obat-obat
terlarang kayak ganja, shabu gitu?
26
K : Kalau rokok iya mbak dari SMA, sehari bisa 1 bungkus gitu. Kalau obat-obatan
terlarang atau minum-minuman keras ga pernah mbak
D : Kalau pak Saifuddin ini shalatnya bagaimana pak? Makan mandi bisa semuanya?
K : Kalo makan sama mandi dia bisa sendiri mbak, tapi pas sebelum masuk RSJ itu dia
ogah-ogahan sholat terus kadang kita tegur lah, nah dia marah-marah gitu kalo udah
ditegur, emosinya naik mbak. Kalau lagi tenang dia mau kok sholat tapi
D : Baik bapak, terima kasih atas waktunya ya pak, terima kasih banyak bapak
K : Iya mbak, sama-sama
Keterangan:
D : Dokter muda
P : Pasien
K : Kakak
27