Anda di halaman 1dari 17

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Sindrom Koroner Akut
a. Pengertian

Sindrom Koroner Akut (SKA) merupakan suatu masalah


kardiovaskular yang utama karena menyebabkan angka perawatan
rumah sakit dan angka kematian yang tinggi (Irmalita dkk, 2015).
Sindrom koroner akut adalah terminologi yang digunakan pada
keadaan gangguan aliran darah koroner parsial hingga total ke miokard
secara akut (Lily, 2012). Sindrom koroner akut merupakan sekumpulan
gejala yang diakhibatkan oleh gangguan aliran darah pembuluh darah
koroner secara akut. Umumnya disebabkan oleh penyempitan pembuluh
darah koroner akibat kerak aterosklerosis yang lalu mengalami
perobekan dan hal ini memicu terjadinya gumpalan-gumpalan darah
(thrombosis) (Erik, 2005).
b. Klasifikasi

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan


elektrokardiogram (EKG), dan pemeriksaan marka jantung, Sindrom
Koroner Akut dibagi menjadi (Lily, 2012):
1) Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI: ST segment
elevation myocardial infarction)
2) Infark miokard dengan non elevasi segmen ST (NSTEMI: non ST
segment elevation myocardial infarction)
3) Angina Pektoris tidak stabil (UAP: unstable angina pectoris)
Infark miokard dengan elevasi segmen ST akut (STEMI)
merupakan indicator kejadian oklusi total pembuluh darah arteri
koroner. Keadaan ini memerlukan tindakan revaskularisasi untuk
mengembalikan aliran darah dan reperfusi miokard secepatnya; secara

repository.unimus.ac.id
9

medikamentosa menggunakan agen fibrinolitik atau secara mekanis,


intervensi koroner perkutan primer. Diagnosis STEMI ditegakkan jika
terdapat keluhan angina pektoris akut disertai elevasi segmen ST yang
persisten di dua sadapan yang bersebelahan. Inisiasi tatalaksana
revaskularisasi tidak memerlukan menunggu hasil peningkatan marka
jantung ( Darma,2009).
c. Patofisiologi
Sebagian besar SKA adalah manifestasi akut dari plak ateroma
pembuluh darah koroner yang koyak atau pecah. Hal ini berkaitan
dengan perubahan komposisi plak dan penipisan tudung fibrus yang
menutupi plak tersebut. Kejadian ini akan diikuti oleh proses agregasi
trombosit dan aktivasi jalur koagulasi. Terbentuklah trombus yang kaya
trombosit (white tromhbus). Trombus ini akan menyumbat liang
pembuluh darah koroner, baik secara total maupun parsial; atau menjadi
mikroemboli yang menyumbat pembuluh koroner yang lebih distal.
Selain itu terjadi pelepasan zat vasoaktif yang menyebabkan
vasokonstriksi sehingga memperberat gangguan aliran darah koroner.
Berkurangnya aliran darah koroner menyebabkan iskemia miokardium.
Pasokan oksigen yang berhenti selama kurang-lebih 20 menit
menyebabkan miokardium mengalami nekrosis (infark miokard).

Infark miokard tidak selalu disebabkan oleh oklusi total


pembuluh darah koroner. Obstruksi subtotal yang disertai
vasokonstriksi yang dinamis dapat menyebabkan terjadinya iskemia dan
nekrosis jaringan otot jantung (miokard). Akibat dari iskemia, selain
nekrosis, adalah gangguan kontraktilitas miokardium karena proses
hibernating dan stunning (setelah iskemia hilang), distritmia dan
remodeling ventrikel (perubahan bentuk, ukuran dan fungsi ventrikel).
Sebagian pasien SKA tidak mengalami koyak plak seperti diterangkan
di atas. Mereka mengalami SKA karena obstruksi dinamis akibat
spasme lokal dari arteri koronaria epikardial (Angina Prinzmetal).

repository.unimus.ac.id
10

Penyempitan arteri koronaria, tanpa spasme maupun trombus, dapat


diakibatkan oleh progresi plak atau restenosis setelah Intervensi
Koroner Perkutan (IKP). Beberapa faktor ekstrinsik, seperti demam,
anemia, tirotoksikosis, hipotensi, takikardia, dapat menjadi pencetus
terjadinya SKA pada pasien yang telah mempunyai plak aterosklerosis
(Irmalita dkk, 2015).

d. Manifestasi klinik
Terbentuknya trombus akibat proses patofisiologi SKA
menyebabkan darah sulit mengalir ke otot jantung dan daerah yang
diperdarahi menjadi terancam mati. Gejala yang khas dari SKA adalah
rasa nyeri, rasa terjepit, kram, rasa berat atau rasa terbakar di dada
(angina). Lokasi nyeri biasanya berada di sisi tengah atau kiri dada dan
berlangsung selama lebih dari 20 menit. Rasa nyeri ini dapat menjalar
ke rahang bawah, leher, bahu atau lengan serta ke punggung. Nyeri
dapat timbul pada waktu istirahat, nyeri ini dapat pula timbul pada
penderita yang sebelumnya belum pernah mengalami hal ini atau
penderita yang pernah mengalami angina, namun pada kali ini pola
serangannya menjadi lebih berat atau lebih sering.

Selain gejala gejala yang khas tersebut, bisa juga terjadi


penderita hanya mengeluh seolah pencernaannya yang terganggu atau
hanya berupa nyeri yang terasa di ulu hati. Keluhan diatas dapat disertai
dengan sesak, muntah atau keringat dingin. SKA dapat bermanifestasi
sebagai angina tidak stabil atau serangan jantung dan dapat berakhibat
kematian (Erik, 2005).

2. Kecemasan
a. Pengertian.
Kecemasan adalah rasa takut yang tidak jelas disertai dengan
perasaan ketidakpastian, ketidakberdayaan, isolasi, dan ketidakamanan
(Stuart, 2013). Kecemasan dapat diketahui dari perubahan fisiologis

repository.unimus.ac.id
11

dan perilaku atau tidak langsung melalui respon kognitif dan afektif,
termasuk terjadinya mekanisme koping / pertahanan diri.

Kecemasan merupakan perasaan takut yang tidak jelas dan tidak


didukung oleh situasi. Gangguan kecemasan adalah sekelompok
kondisi yang memberi gambaran penting tentang kecemasan yang
berlebihan, disertai respon perilaku, emosional dan fisiologis (Asmadi,
2008).
Ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai kecemasan
yaitu (Videbeck, 2008):
1) Teori Biologi
Penelitian terkini berfokus pada penyebab biologis
terjadinya kecemasan yang berlawanan dengan penyebab
psikologis.
2) Teori Psikodinamik
a) Psikoanalisis
Mekanisme pertahanan merupakan upaya manusia untuk
mengendalikan kesadaran terhadap kecemasan. Individu yang
mengalami gangguan kecemasan diyakini menggunakan secara
berlebihan salah satu atau pola tertentu dari beberapa
mekanisme pertahanan, yang menempatkan individu tersebut
pada salah satu tahap perkembangan psikoseksual Freud.
b) Teori interpersonal
Kecemasan timbul dari masalah-masalah hubungan
interpersonal.
c) Teori Perilaku
Ahli teori perilaku memandang kecemasan sebagai
sesuatu yang dipelajari melalui pengalaman individu.
Sebaliknya, perilaku dapat diubah atau “dibuang” melalui
pengalaman baru.

repository.unimus.ac.id
12

b. Tingkatan kecemasan dan karakteristiknya


Kecemasan menyebabkan respon kognitif, psikomotor dan
fisiologis yang tidak nyaman. Cara untuk mengurangi rasa tidak
nyaman ini, individu mencoba mengurangi tingkat ketidaknyamanan
dengan melakukan perilaku adaptif yang baru atau mekanisme
pertahanan. Perilaku adaptif dapat menjadi hal yang positif dan
membantu individu beradaptasi dan belajar. Sedangkan respon negatif
dari kecemasan dapat menimbulkan perilaku maladaptive. Respon
individu terhadap kecemasan beragam dari kecemasan ringan sampai
panik. Tingkatan kecemasan dan beberapa karakteristiknya yaitu dari
cemas ringan, sedang, berat dan panic (Stuart, 2013). Tingkat
kecemasan seseorang bisa merupakan sesuatu yang khas sebagai suatu
sifat, meskipun demikian tingkat kecemasan bisa berubah-ubah
mengikuti perubahan situasi dan perubahan organismik sebagai sesuatu
keadaan (Hall, 2008). Kategori tingkat kecemasan yaitu (Stuart, 2013):
1) Kecemasan ringan
Beberapa respon kecemasan ringan antara lain:
a) Respon fisiologis: ketegangan otot ringan, sadar akan lingkungan,
rileks atau sedikit gelisah, penuh perhatian dan rajin.
b) Respon kognitif: lapang persepsi luas, terlihat tenang, percaya
diri, perasaan gagal sedikit, waspada dan memperhatikan banyak
hal, mempertimbangkan informasi, dan tingkat pembelajaran
optimal.
c) Respon emosional: perilaku otomatis, sedikit tidak sabar,
aktivitas menyendiri, terstimulasi, dan tenang.
2) Kecemasan sedang
Perasaan yang mengganggu bahwa ada sesuatu yang benar-
benar berbeda dan individu menjadi gugup atau agitasi. Beberapa
karakteristik kecemasan sedang antara lain:

repository.unimus.ac.id
13

a) Respon fisiologis: sering napas pendek, nadi ekstra sistoldan


tekanan darah meningkat, mulut kering, anoreksia, diare/
konstipasi, sakit kepala, sering berkemih dan letih.
b) Respon kognitif: memusatkan perhatiannya pada hal yang
penting dan mengesampingkanyang lain, lapang persepsi
menyempit, dan rangsangan dari luar tidak mampu diterima.
c) Respon perilaku dan emosi: tidak nyaman, mudah tersinggung,
gerakan tersentak-sentak, terlihat lebih tegang, bicara banyak dan
lebih cepat, susah tidur dan perasaan tidak aman.
3) Kecemasan berat
Kecemasan berat dialami ketika individu yakin bahwa ada
sesuatu yang berbeda dan ada ancaman; individu memperlihatkan
respon takut dan distress. Beberapa karakteristik kecemasan berat
yang perlu dipahami yaitu :
a) Individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan
mengabaikan hal yang lainnya.
b) Respon fisiologis: napas pendek, nadi dan tekanan darah naik,
berkeringat dan sakit kepala, hiperventilasi, penglihatan
berkabut, serta tampak tegang.
c) Respon kognitif: tidak mampu berpikir berat lagi serta
membutuhkan banyak pengetahuan/ tuntunan, dan lapangan
persepsi menyempit.
d) Respon perilaku dan emosi: perasaan terancam meningkat dan
komunikasi terganggu (verbalisasi cepat).
4) Panik
Panik merupakan tingkat tertinggi dari kecemasan. Semua
pikiran rasional berhenti dan individu tersebut mengalami respon
flight atau freeze yakni kebutuhan untuk pergi secepatnya, tetap di
tempat, berjuang dan tidak dapat melakukan sesuatu. Beberapa
karakteristik gangguan panik yaitu (Videbeck, 2008):

repository.unimus.ac.id
14

a) Respon fisiologis: napas pendek, rasa tercekik dan palpitasi,


sakit dada, pucat, hipotensi, serta rendahnya koordinasi
motorik.
b) Respon kognitif: gangguan realitas, tidak dapat berpikir logis,
persepsi terhadap lingkungan mengalami distorsi dan
ketidakmampuan memahami situasi.
c) Respon perilaku dan emosi: agitasi, mengamuk dan marah,
ketakutan, berteriak-teriak, kehilangan kendali/kontrol diri
(aktivitas motorik tidak menentu), perasaan terancam, serta
dapat berbuat sesuatu yang membahayakan diri sendiri
dan/atau orang lain.
Gambar 2.1
Rentang Respon Kecemasan

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

(Stuart, 2013)

c. Faktor pencetus kecemasan


Faktor yang menjadi pencetus kecemasan yaitu (Stuart, 2013):
1) Ancaman terhadap integritas seseorang yang meliputi
ketidakmampuan fisiologis atau menurunnya kemampuan untuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
2) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan
identitas harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi dari
seseorang.
d. Gejala Kecemasan
Kecemasan dapat menjadi suatu kekuatan motivasi untuk
pertumbuhan dan perkembangan pada individu yang bersangkutan.

repository.unimus.ac.id
15

Tetapi kecemasan dapat pula menjadi suatu beban berat yang


menyebabkan individu tersebut hidupnya selalu di bawah bayang-
bayang kecemasan yang terus berkepanjangan (Videbeck, 2008).
Rasa marah yang lebih mudah timbul, sakit kepala, getaran
anggota tubuh serta aktivitas berlebihan dari sistem otonomik, tekanan
nadi yang meningkat menandai keadaan pikiran yang diliputi oleh
kecemasan.

3. Dukungan Keluarga
a. Pengertian keluarga
Keluarga adalah lingkungan dimana beberapa orang yang masih
memiliki hubungan darah dan bersatu. Keluarga didefinisikan sebagai
sekumpulan orang yang tinggal dalam satu rumah yang masih
mempunyai hubungan kekerabatan /hubungan darah karena
perkawinan, kelahiran, adopsi dan lain sebagainya. Keluarga yang
terdiri dari ayah, ibu dan anak- anak yang belum menikah disebut
keluarga batih. Sebagai unit pergaulan terkecil yang hidup dalam
masyarakat, yaitu:
1) Keluarga mempunyai peranan-peranan tertentu.
Keluarga berperan sebagi pelindung bagi pribadi-pribadi yang
menjadi anggota, dimana ketentraman dan ketertiban diperoleh
dalam wadah tersebut.
2) Keluarga merupakan unit sosial-ekonomis yang secara materil
memenuhi kebutuhan anggotanya.
3) Keluarga menumbuhkan dasar-dasar bagi kaidah-kaidah pergaulan
hidup.
4) Keluarga merupakan wadah dimana manusia mengalami proses
sosialisasi awal, yakni suatu proses dimana manusia mempelajari
dan mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku dalam
masyarakat (Soekanto, 2004 ).

repository.unimus.ac.id
16

b. Fungsi keluarga
Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga sebagai berikut:
1) Fungsi biologis
a) Untuk meneruskan keturunan
b) Memelihara dan membesarkan anak
c) Memenuhi kebutuhan gizi
d) Memelihara dan merawat anggota keluarga
2) Fungsi psikologis
a) Memberikan kasih sayang dan rasa aman
b) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
c) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
d) Memberikan identitas keluarga
3) Fungsi sosialisasi
a) Membina sosialisasi pada anak
b) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
c) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
4) Fungsi ekonomi
a) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga
b) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga
c) Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa yang
akan datang seperti pendidikan anak, jaminan hari tua, dan lain-
lain.
5) Fungsi pendidikan
a) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,
keterampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat
dan minat yang dimilikinya.
b) Mempersi apkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan dating
dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa
c) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya

repository.unimus.ac.id
17

c. Tugas keluarga dalam pemeliharaan bidang kesehatan


Tugas keluarga dalam pemeliharaan bidang kesehatan antara lain
(Friedman, 2008)
1) Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota
keluarga
Kesehatan merupakankebutuhan keluarga yang tidak boleh
diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti
dank arena kesehatan juga seluruh kekuatan sumber daya dan dana
keluarga habis. Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan
perubahan- perubahanyang dialami anggota keluarganya. Perubahan
sekecil apapun yang dialami anggota kelurga secara tidak langsung
menjadi perhatian dan tanggungjawab keluarga, maka apabila
menyadari adanya perubahan perlu segera dikaji kapan terjadinya,
perubahan apa yang dialami dan seberapa besar perubahan tersebut.
2) Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat.
Tugas inimerupakan upaya keluarga yang utama untuk
mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga,
dengan pertimbangan siapa diantara anggota keluarga yang
mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan
keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan keluarga diharapkan
tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi.
Jika keluarga memiliki keterbatasan dapat meminta bantuan kepada
orang di lingkungan sekitar keluarga.
3) Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit
Perawatan ini dapat dilakukan dirumah apabila keluarga
memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk memperoleh
tindakan lanjutan agar masalah tidak semakin parah.
4) Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk
kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan
fasilitas kesehatan

repository.unimus.ac.id
18

Hubungan yang sifatnya positif akan memberi pengaruh yang baik


kepada keluarga mengenai fasilitas kesehatan. Diharapkan dengan
hubungan yang positif terhadap pelayanan ksehatan akan merubah
setiap perilaku anggota keluarga mengenai konsep ehat sakit.
d. Dukungan keluarga
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan, dan penerimaan
keluarga dengan penderita yang sakit. Keluarga juga berfungsi sebagai
system pendukung bagi anggotanya dan anggota keluarga memandang
bahwa orang yang bersikap mendukung, selalu siap memberikan
pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Muhith, 2016). Dukungan
keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai
kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya hal ini meningkatkan
kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 2008)
1) Jenis dukungan keluarga antara lain:
a) Dukungan instrumental
Keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit
b) Dukungan informasional
Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan disseminator
(penyebar informasi)
c) Dukungan penilaian
Keluarga bertindak sebagai umpan balik, membimbing dan
menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan
validator identitas keluarga.
d) Dukungan emosional
e) Dukungan jaringan sosial
Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk
istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap
emosi
2) Ciri- ciri dukungan keluarga antara lain:
a) Informative, yaitu bantuan informasi yang disediakan agar dapat
digunakan oleh seseorang dalam menaggulangi persoalan

repository.unimus.ac.id
19

persoalan yang dihadapi, meliputi pemberian nasehat,


pengarahan, ide-ide atau informasi lainnya yang dibutuhkan dan
informasi ini disampaikan kepada orang lain yang mungkin
menghadapi persoalan sama atau hampir sama.
b) Perhatian emosional, setiap orang pasti membutuhkan bantuan
afeksi dari orang lain, dukungan ini berupa dukungan simpatik
dan empati, cinta, kepercayaan dan penghargaan. Dengan
demikian seseorang menghadapi persoalan merasa dirinya tidak
menanggung beban sendirian tetapi masih ada orang lain yang
memperhatikan, mau mendengar segala keluhannya, bersimpati
dan empati terhadap persoalan yang dihadapinya, bahkan mau
membantu memecahkan masalah yang dihadapinya.
c) Bantuan instrumental, bantuan ini bertujuan untuk
mempermudah seseorang dalam melakukan aktivitasnya
berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya,
misalnya dengan menyediakan peralatan lengkap dan memadai
bagi penderita serta menyediakan obat-obatan yang dibutuhkan
d) Bantuan penilaian, yaitu suatu bentuk penghargaan yang
diberikan seseorang kepada pihak lain berdasarkan kondisi
sebenarnya dari penderita. Penilaian ini bisa positif dan negative
yang mana pengaruhnya sangat berarti bagi seseorang. Berkaitan
dengan dukungan keluarga maka penilaian yang sangat
membantu adalah penilaian yang positif.
e) Dukungan jaringan sosial, yaitu dukungan atau bantuan yang
berasal dari orang lain seperti teman, tetangga, dan orang- orang
disekitar. Penilaian ini mengacu pada pemberian kenyamanan
pada orang lain, merawatnya atau menghargainya.

Efek dari dukungan keluarga terhadap kesehatan dan


kesejahteraan berfungsi bersamaan. Secara lebih spesifik, keberadaan
dukungan keluarga yang adekuat terbukti menurunnya mortalitas, lebih

repository.unimus.ac.id
20

mudah sembuh dari sakit, fungsi kognitif, fisik dan kesehatan emosi.
Disamping itu, pengaruh positif dari dukungan keluarga adalah pada
penyesuaian terhadap kejadian dalam kehidupan yang penuh dengan
stress (Hernilawati, 2013).

4. Konsep HCU (High Care Unit)


a. Pengertian
HCU adalah unit perawatan khusus di Rumah Sakit bagi pasien
dengan kondisi stabil dari fungsi repirasi, hemodinamik, dan kesadaran
namun masih memerlukan pemantauan secara ketat (Kemenkes RI,
2011). Unit ini berada diantara ICU (Intensif Care Unit) dan ruang rawat
biasa artinya tidak perlu perwatan ICU namun belum dapat pula dirawat
di ruang rawat inap biasa.
Ruang lingkup pemantauan yang dilakukan di ruang HCU antara
lain (Kemenkes RI, 2011) :
1) Tingkat kesadaran
2) Fungsi pernafasan dan sirkulasi tiap jam atau disesuaikan dengan
kondisi pasien, dengan menggunakan monitor bedside.
3) Oksigenasi dengan menggunakan oksimetri secara terus menerus.
4) Keseimbangan cairan dengan pengukuran tiap shift atau disesuakan
dengan kondisi pasien.
b. Jenis ruang HCU (Kemenkes RI, 2011)
1) Separated/ conventional/ freestanding HCU adalah HCU yang
berdiri sendiri (Independent), terpisah dari ICU.
2) Integrated HCU adalah HCU yang menjadi satu dengan ICU.
3) Paralel HCU adalah HCU yang terletak berdekatan (bersebelahan)
dengan ICU.
c. Kriteria masuk dan keluar ruang HCU
1) Kriteria masuk
a) Pasien gagal organ yang beresiko tinggi mengalami komplikasi
dan tidak memerlukan alat bantu penafasan (seperti : Miocard

repository.unimus.ac.id
21

Infarc, CHF (Cronic Heart Failure), CKD (Cronic Kidney


Disease)).
b) Pasien yang memerlukan perawatan dan pengawasan
perioperative.
2) Kriteria keluar
a) Pasien yang tidak lagi membutuhkan pemantauan yang ketat
b) Pasien yang mengalami perburukan kondisi sehingga
memerlukan alat bantu pernafasan.
3) Tidak indikasi masuk HCU
a) Pasien dengan fase terminal suatu penyakit (misalnya : kanker
stadium akhir)
b) Pasien atau keluarga yang menolak dirawat di HCU dengan
alasan tertentu dan telah menandatangani Informed Concent.
Gambar 2.2
Alur Pelayanan ruang HCU

Pasien baru

Gawat

Tidak Ya

IGD
Poliklinik

Meninggal ICU HCU Bangsal

Kamar operasi

Sumber :Kemenkes RI ( 2011)

repository.unimus.ac.id
22

B. Kerangka Teori

Syndrom Coroner Actute


Keluarga

Gejala yang khas dari SKA adalah rasa nyeri, rasa terjepit,
kram, rasa berat atau rasa terbakar di dada, cemas Dukungan kel
1. Dukungan instr
2. Informasional
3. Penilaian
Lepasnya hormone adrenalinmeningkatkan 4. Emosional
katekolamin vasokonstriksi pembuluh darah
Tekanan darah dan Nadi meningkat  kebutuhan Tingkat Kecemasan
Oksigen Meningkat  beresiko memperluas infark 1. Kecemasan ringan
Respon kecemasan
2. Kecemasan sedang
3. Kecemasan berat
4. Panik

Perawatan lebih intensif

Efek positi
Ruang HCU Faktor pencetus: Menurunny
1. Memerlukan pemantauan ketat dengan 1. Ancaman terhadap integritas sembuh da
monitor bed side dan oksimetri terus menerus seseorang kesehatan
2. Semua aktifitas harian dibantu perawat 2. Ancaman terhadap sistem diri kejadian da
3. Keluarga tidak menunggu 24 jam dengan stre

Keterangan:

= diteliti = tidak diteliti

repository.unimus.ac.id
23

C. Kerangka Konsep
Gambar 2. 4
Kerangka Konsep

Dukungan keluarga Kecemasan

Keterangan :
= Variabel Yang diukur
= Ada hubungan

D. Variable Penelitian
1. Variabel Independent : Dukungan keluarga
2. Variabel Dependent : Kecemasan

E. Hipotesis / Pertanyaan Penelitian


Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau
pertanyaan penelitian (Nursalam, 2008). Hipotesis dalam penelitian ini yaitu ada
hubungan tingkat kecemasan dengan dukungan keluarga pada pasien sindrom
koroner akut di ruang HCU RSUP Dr. Kariadi Semarang.

repository.unimus.ac.id
24

repository.unimus.ac.id

Anda mungkin juga menyukai