Nazzatul Fitri
03 (12060120571) 04 Refi Rindy Ani Seftriana
(12060127385)
Otak adalah organ yang sangat kompleks di dalam tatanan tubuh manusia. Ia adalah
pusat kontrol dan koordinasi segala sesuatu mulai dari gerakan jari hingga detak
jantung. Tidak hanya itu, otak juga memainkan peranan penting dalam mengendalikan
dan memproses emosi. Para ahli masih memiliki banyak pertanyaan tentang peran otak
dalam berbagai emosi, tetapi mereka sukses menunjukkan asal-usul dari beberapa
temuan yang umum, termasuk ketakutan, kemarahan, kebahagiaan, dan cinta. Salah
satu bagian yang berperan di dalamnya adalah sistem limbik.
Sistem Limbik
Sistem limbik terletak di bagian tengah otak, membungkus batang
otak ibarat kerah baju. Limbik berasal dari bahasa latin yang berarti
kerah. Bagian otak ini sama dimiliki juga oleh hewan mamalia sehingga
sering disebut dengan otak mamalia. Komponen limbik antara lain
hipotalamus, thalamus, amigdala, hipocampus dan korteks limbik.
Sistem limbik berfungsi menghasilkan perasaan, mengatur produksi
hormon, memelihara homeostasis, rasa haus, rasa lapar, dorongan
seks, pusat rasa senang, metabolisme dan juga memori jangka
panjang.
Sistem limbik ini jelas merupakan bagian yang penting dalam
mempertahankan kehidupan manusia. Bagian otak yang
mengendalikan emosi, juga mengendalikan fungsi tubuh kita. Hal ini
menjelaskan mengapa emosi dapat secara langsung mempengaruhi
kesehatan. Sistem limbik adalah kontrol utama kita yang menggunakan
informasi dari indera penglihatan, pendengaran, sensasi tubuh, indera
peraba, dan penciuman, kemudian informasi tersebut didistribusikan ke
bagian pemikir di dalam otak kita, yaitu neokorteks.
Adanya sirkuit dari otak limbik menuju lobus prefrontal
berarti sinyal emosi yang kuat, kecemasan, amarah dan
semacamnya dapat menciptakan gangguan sarf,
menyabot kemampuan lobus prefrontal mempertahankan
ingatan kerja. Itulah sebabnya bila kita sedang kacau
secara emosional disebut “tidak bisa berpikir jernih” dan
kemurungan emosional yang terus-menerus dapat
menciptakan kecacatan pada kemampuan intelektual
seorang anak, sehingga melumpuhkan kemampuan
belajarnya.
Hipokampus dan amigdala merupakan dua bagian
penting, amigdala adalah spesialis masalah-masalah
emosional. Apabila amigdala dipisahkan dari bagian-
bagian otak lainnya maka akan mengakibatkan
ketidakmampuan dalam menangkap makna emosional
suatu peristiwa, yang biasa disebut dengan “kebutaan
afektif”.
Amigdala berfungsi sebagai gudang ingatan
emosional, sinyal yang datang dari indra-indra
memungkinkan amigdala memindai setiap pengalaman
yang dapat mengisyaratkan tanda-tanda terjadi
kesulitan. Itulah sebabnya amigdala menempati posisi
strategis dalam kehidupan mental, semacam penjaga
psikologis, menantang setiap situasi, setiap persepsi
yang memberi pesan darurat secara telegrafis ke seluruh
bagian otak.
1. Anoreksia dan Bulimia
Gangguan makan adalah penyakit serius yang ditandai dengan
gangguan pada perilaku, emosi, dan pikiran seseorang terhadap makanan.
Anoreksia dan bulimia sama-sama merupakan gangguan makan yang
didorong oleh rasa takut gemuk.
Anoreksia Nervosa
Anoreksia ditandai dengan pembatasan konsumsi makanan secara ketat,
rasa takut gemuk, ketidakpuasan terhadap bentuk badan, dan pandangan
yang keliru tentang berat badan. Sebagai contoh, penderita anoreksia yang
sangat kurus dapat berpikir bahwa ia terlalu gemuk.
Bulimia Nervosa
Berbeda dengan penderita anoreksia, perilaku utama seseorang dengan
bulimia adalah mengonsumsi makanan dalam jumlah berlebihan yang
kemudian diikuti dengan rasa bersalah atau menyesal karena ia telah
kehilangan kendali. Akibatnya, penderita bulimia akan langsung
mengeluarkan kembali makanan dari perutnya, baik itu dengan muntah
atau buang air besar yang dirangsang oleh penggunaan obat pencahar.
2. Kleptomania
2. Tertawa keras saat merasa sedih atau tertekan, namun menangis saat merasa gembira.
Gejala-gejala tersebut biasanya muncul tiba-tiba dan tanpa disadari. Gejala ini sering disalahartikan
dengan gangguan mental, seperti depresi dan bipolar.
4. BPD (Borderline Personality Disorder)
Penyebab pasti gangguan kecemasan umum atau generalized anxiety disorder (GAD) masih belum
diketahui dengan jelas. Beberapa faktor yang diduga turut berperan adalah:
• Aktivitas berlebihan pada area otak yang terlibat dalam pengaturan emosi dan perilaku.
• Ketidakseimbangan zat kimia otak yaitu serotonin dan noradrenalin, yang terlibat dalam
pengendalian dan pengaturan mood.
• Faktor genetik, riwayat keluarga bisa meningkatkan risiko gangguan hingga lima kali lipat.
• Memiliki riwayat mengalami kejadian traumatis atau menimbulkan stres, seperti kekerasan dalam
rumah tangga (KDRT) atau penganiayaan anak.
• Mengalami kondisi sakit dalam jangka panjang, seperti artritis.
• Memiliki riwayat kecanduan alkohol atau narkoba.
6. Gangguan Kepribadian
Menurut Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disorders Fourth Edition atau
disingkat DSM – IV gangguan kepribadian digolongkan menjadi 3 kelompok yaitu,
kelompok A dimana individu bersifat dan eksentrik, pada kelompok B yaitu kategori individu
yang dramatis dan emosional, mereka yang ada dalam kelompok C merupakan individu
yang mudah cemas atau ketakutan.
7. Depresi
Gejala Fisik
Gejala Motivasional
8. PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder)
• https://www.idntimes.com/science/discovery/amp/ganjar-firmansyah/sistem-limbik-manusia-exp-c1c2
• https://www.alodokter.com/ketahui-perbedaan-anoreksia-dengan-bulimia
• https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/APKKM/article/view/5107/4497
• https://www.alodokter.com/kenali-pseudobulbar-affect-kondisi-yang-membuat-anda-tertawa-tanpa-disadari
• https://www.klikdokter.com/penyakit/borderline-personality-disorder
• https://www.klikdokter.com/penyakit/gangguan-kecemasan-umum
• https://www.halodoc.com/kesehatan/gangguan-kepribadian
• https://repository.usm.ac.id/files/skripsi/F11A/2016/F.131.16.0001/F.131.16.0001-05-BAB-II-20200207014723.pdf
• https://www.halodoc.com/kesehatan/ptsd