Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses untuk membantu manusia

dalam mengembangkan dirinya, sehingga mampu menghadapi segala perubahan

dan permasalahan yang dihadapi. Seperti yang dikatakan oleh Sagala (2010: 4)

bahwa pendidikan adalah proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik

supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya dan

akan menimbulkan perubahan pada dirinya yang memungkinkan sehingga

berfungsi sebagai kompetisinya dalam kehidupan bermasyarakat. Jadi pendidikan

merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah

dalam melakukan tindakan nyata berupa bimbingan, pengajaran atau latihan yang

berlangsung di sekolah maupun di luar sekolah agar peserta didik dapat

mendayagunakan potensi yang ia miliki secara maksimal melalui proses belajar

mengajar.

Menurut Yusuf (2016:1) proses pendidikan merupakan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik dapat mengembangkan potensi yang ada

pada dirinya. Dapat diartikan bahwa proses pendidikan merupakan suatu

perubahan diri yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak mampu menjadi

mampu, hingga akhirnya terjadi perubahan seperti sikap, kebiasaan, keterampilan

dan daya pikir yang terjadi setelah mengalami proses belajar. Di dalam dunia

pendidikan, pendidikan dibedakan menjadi 2 yaitu formal dan informal.


2

Pendidikan formal dilakukan di lingkungan sekolah seperti belajar dari TK, SD,

SMP, SMA bahkan keperguruan tinggi sedangkan informal dilakukan di

lingkungan keluarga dan masyarakat seperti kegiatan belajar mandiri. Dari

pendidikan-pendidikan tersebut, seseorang belajar untuk membedakan hal baik

dan hal buruk yang berpengaruh pada kepribadian seseorang dalam kehidupannya.

Pendidikan memiliki kaitan erat dengan sekolah, sekolah merupakan tempat

mencari, mengembangkan dan membekali siswa dengan kompetensi. Sama halnya

seperti dikatakan oleh Yamin (Maonde dkk, (2012: 11))“remarked that school is

a laboratorium for students to test and investigate something to overcome their

problems in the daily life” yang artinya mengatakan bahwa sekolah adalah

laboratorium bagi siswa untuk menguji dan menyelidiki sesuatu untuk mengatasi

masalah mereka dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu permasalahan pendidikan di MTS Sirojul Athfal adalah

rendahnya hasil belajar pada mata pelajaran matematika. Akan tetapi dalam dunia

pendidikan, salah satu disiplin ilmu yang wajib dikuasai adalah matematika.

Mempelajari matematika sangatlah penting, baik untuk masa sekarang ataupun

masa yang akan datang. Sehingga belajar matematika juga merupakan kegiatan

yang sangat dianjurkan. Matematika adalah sebagai sumber dari ilmu yang lain.

Dengan kata lain, banyak ilmu-ilmu yang penemuan dan pengembanganya

bergantung dari matematika.

Mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran penting

dalam sistem pendidikan karena matematika sebagai ilmu dasar yang dibutuhkan

dalam perkembangan berbagai macam ilmu pengetahuan dan teknologi. Senada


dengan Leonard (2013: 98) mengatakan matematika merupakan ilmu yang

universal, yang mendasari perkembangan teknologi modern, dan matematika

mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan mengembangkan daya

pikir manusia dikemudian hari.

Pembelajaran matematika saat ini masih banyak yang menekankan pada

pemahaman peserta didik tanpa melibatkan kemampuan berpikir kritis. Sedangkan

pada Peraturan Menteri No 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan

Pendidikan Dasar dan Menengah menyebutkan bahwa matematika perlu diberikan

kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta

didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif,

serta kemampuan bekerja sama. Seperti yang dikatakan oleh Kulsum dan

Rusmana (2017: 34) kemampuan berpikir merupakan kemampuan yang sangat

penting untuk kehidupan dalam mengikuti proses pembelajaran baik di sekolah

maupun di rumah.

Saat ini masih banyak generasi bangsa yang belum mencapai target sesuai

dengan tujuan pendidikan nasional. Salah satunya dikarenakan dalam proses

pembelajaran lebih sering terpusat pada guru. Dimana sebagian guru tidak

memberikan kebebasan berpikir kepada peserta didik. Sehingga peserta didik

pergi ke sekolah hanya untuk aktivitas belajar yang dibatasi dengan

mendengarkan penjelasan guru dan mengerjakan perintah dari guru tanpa

mencoba mengolah materi sesuai dangan cara berpikir mereka yang

mengakibatkan materi pelajaran tersimpan di otak dalam bentuk hafalan saja. Cara

belajar seperti ini bukanlah cara belajar yang diinginkan terutama dalam
4

pembelajaran matematika. Jika proses berpikir peserta didik tetap dibatasi maka

mereka tidak akan berkembang karena pengetahuan matematika tidak dapat

dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke peserta didik. Saat ini masih banyak

generasi bangsa yang belum mencapai target sesuai dengan tujuan pendidikan

nasional. Salah satunya dikarenakan dalam proses pembelajaran lebih sering

terpusat pada guru yang mana guru tidak memberikan kebebasan peserta didik.

Dalam proses belajar matematika juga terjadi proses berpikir yang baik,

sebab seseorang dikatakan berpikir apabila orang itu melakukan kegiatan mental,

dan orang yang belajar matematika pasti melakukan kegiatan mental. Secara

umum, berpikir didefinisikan sebagai suatu kegiatan mental untuk memperoleh

pengetahuan. Dalam proses belajar mengajar, kemampuan berpikir dapat

dikembangkan dengan memperkaya pengalaman yang bermakna melalui

pemecahan masalah.

Merujuk pada lebih dari satu fakta yang menunjukkan rendahnya hasil

belajar matematika dan pentingnya matematika maka berbagai pihak terkait perlu

berupaya untuk meningkatkan mutu pembelajaran matematika. Salah satunya

adalah dengan meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berpikir. Untuk

memecahkan masalah matematika diperlukan pemikiran yang kritis tehadap

masalah matematika. Berpikir kritis mengandung makna sebagai kesiapan dalam

pengambilan keputusan yang penuh pertimbangan. Berpikir kritis adalah sebuah

proses sistematis yang memungkinkan peserta didik untuk merumuskan dan

mengevaluasi keyakinan mereka sendiri. Jadi, bepikir kritis bukan hanya tindakan

sederhana menerima informasi secara mentah, tetapi melibatkan proses berpikir


aktif dan kemampuan analisis serta pengambilan keputusan dari apa yang

diterima.

Adanya keterlibatan berpikir kritis dalam pemecahan masalah, peserta didik

tidak akan langsung mengambil suatu keputusan tanpa suatu pertimbangan akan

tetapi keputusan yang diambil akan sesuai dengan pemahaman yang dimiliki dari

hasil analisa pemikiran dan dengan penuh pertimbangan, sehingga keputusan yang

diambil bukan tanpa dasar.

Kemudian dalam hubunganya dengan kegiatan belajar, yang penting

bagaimana menciptakan kondisi atau suatu proses yang mengarahkan peserta

didik melakukan aktivitas belajar. Dalam hal ini sudah tentu peran guru sangat

penting. Bagaimana guru melakukan usaha-usaha untuk dapat menumbuhkan dan

memberikan motivasi agar peserta didiknya melakukan aktivitas belajar dengan

baik. Untuk dapat belajar dengan baik diperlukan proses dan motivasi yang baik

pula. Itulah maka para ahli psikologi pendidikan mulai memperhatikan soal

motivasi yang baik. Dalam hal ini perlu ditegaskan bahwa motivasi tidak pernah

dikatakan baik, apabila tujuan yang diinginkan juga tidak baik.

Salah satu peranan motivasi bagi peserta didik yaitu untuk berkompetisi

baik dengan dirinya atau dengan orang lain untuk melakukan aktivitas tertentu

dalam mencapai tujuan tertentu, dalam hal ini adalah hasil belajar yang tinggi.

Sehingga dalam kegiatan belajar kalau tidak melalui proses dengan didasari motif

yang baik, atau mungkin karena rasatakut, terpaksa atau sekedar seremonial, jelas

akan menghasilkan hasil belajar yang semu, tidak otentik dan tidak tahan lama.
6

Berdasarkan uraian di atas peneliti mencoba melakukan penelitian sejauh

mana “Pengaruh Berpikir Kritis dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil

Belajar Matematika”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa rumusan

masalah yaitu sebagai berikut:

1. Mengapa peserta didik cenderung pasif selama pembelajaran matematika?

2. Mengapa rendahnya hasil belajar matematika menjadi permasalahan

pendidikan di Indonesia?

3. Apa yang menyebabkan peserta didik menjadi kurang termotivasi dalam

proses pembelajaran matematika?

4. Apakah ada kendala proses belajar yang terjadi di sekolah?

5. Mengapa belajar matematika itu penting?

6. Adakah pengaruh berpikir kritis dan motivasi belajar terhadap hasil belajar

matematika pada siswa?

7. Apakah ada pengaruh berpikir kritis terhadap hasil belajar matematika?

8. Apakah ada pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar matematika?

C. Batasan Masalah

Mengingat keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga serta mempertimbangkan

kemampuan yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu, supaya masalah tidak

berkembang lebih jauh dan melebar maka penulis membatasi pembahasan hanya

pada berpikir kritis dan motivasi belajar terhadap hasil belajar matematika.
D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa rumusan

masalah yaitu sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh berpikir kritis dan motivasi belajar terhadap hasil

belajar matematika?

2. Apakah ada pengaruh berpikir kritis terhadap hasil belajar matematika?

3. Apakah ada pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar matematika?

E. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berpikir

kritis dan motivasi belajar terhadap hasil belajar matematika.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian mengenai pengaruh berpikir kritis dan motivasi belajar

terhadap hasil belajar matematika, manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian

yang dilakukan ini adalah :

1. Kegunaan Teoritis

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian lebih lanjut

bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

b. Hasil penelitian ini dapat sebagai bahan referensi ilmiah dan

pengalaman dalam bidang pendidikan yang dapat digunakan sebagai

tolak ukur untuk penelitian sejenis.


8

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi siswa, untuk membantu siswa dalam meningkatkan berpikir kritis

dan motivasi belajar terhadap hasil belajar matematika.

b. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dalam memilih metode

pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan berpikir kritis

dan memberikan motivasi belajar peserta didik dalam hasil belajar

matematika guna menunjang peningkatan kualitas belajar mengajar.

c. Bagi penulis, menambah pengetahuan dan pengalaman dalam

menerapkan pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah terhadap

masalah yang dihadapi di dunia pendidikan secara nyata dan sebagai

bekal di masa mendatang.

d. Bagi sekolah, untuk masukan dan pertimbangan sebagai salah satu

bahan alternatif dalam kemajuan semua mata pelajaran umumnya dan

matematika pada khususnya.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini dibagi dalam 5 bab dengan sistematika sebagai

berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang, identifikasi

masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

kegunaan penelitian dan sistematika penulisan.


BAB II LANDASAN TEORI,KERANGKA BERPIKIR, DAN

HIPOTESIS PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan berisi landasan teori, hasil penelitian yang

relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian sebagai bagian

pembahasan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini membahas metode-metode yang digunakan dalam

penelitian. Secara garis besar terdiri dari waktu dan tempat

penelitian, metode penelitian, populasi, sampel, metode

pengumpulan, instrument penelitian dan teknik analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini berisi persiapan penelitian, pengambilan data, uji

coba instrumen penelitian, deskripsi data, uji persyaratan analisis

data, pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil analisis data.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini menjelaskan kesimpulan dan saran.

Anda mungkin juga menyukai