Anda di halaman 1dari 13

Critical Book Report

CBR EKONOMI - Psikologi Pendidikan M. Dalyono

BAB I 
PENDAHULUAN 
1. Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan anak didik memiliki perbedaan antara yang satu
dengan yang lain. Pertumbuhan fisik mereka secara kasat mata mungkin sebagian
dapat diamati oleh indra dan kitapun dapat membuat interpretasi-interpretasi
terhadapnya. Kita terkadang memberikan pendapat bahwa si fulan secara jasmani
sehat, cukup gizi dan pertumbuhannya baik dengan hanya mendasarkan pada
pengamatan indra sesaat, walaupun tidak seratus persen interpretasi tersebut benar.
Akan tetapi tidak semua perkembangan jasmasi yang baik juga diikuti dengan
kematangan perkembangan psikologinya. Banyak kasus-kasus yang terjadi dalam
kehidupan masyarakat orang-orang yang tampak sehat secara lahiriah ternyata secara
psikologis dia sakit. Untuk menginterpretasi bahwa seseorang atau siswa sedang
mengalami masalah secara psikologis, tidak cukup hanya dengan pegamatan sesaat.
Dibutuhkan penanganan yang khusus dan cermat agar seorang guru memperoleh
informasi yang lengkap mengenai anak didiknya sehingga akan memudahkannya untuk
memberikan treatment.
Dalam menghadapi siswa yang secara psikologis memiliki masalah, guru harus hati-hati
dan secara bijaksana merangkul mereka untuk dibimbing dan di arahkan agar dapat
mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya. Banyak factor yang melatarbelakangi
seorang siswa berprilaku menyimpang dari kebiasaan-kebiasaan yang normatif.
Penelusuran terhadap factor-faktor penyebab ini akan membantu guru dalam
mendiagnosa masalah yang dihadapi serta langkah apa yang harus dilakukan dalam
membantu siswa keluar dari masalahnya. Untuk dapat melakukan semua rangkaian
kegiatan tersebut, guru harus memiliki pengetahuan mengenai psikologi anak pada
khususnya dan psikologi pendidikan pada umumnya.
Dalam buku Psikologi Pendidikan karangan M. Dalyono ini yang terdiri dari 8 bab,
membahas tentang psikologi dalam ranah pendidikan. Pengetahuan tentang psikologi
pendidikan, pertumbuhan dan perkembangan anak, teori-teori psikologi tentang belajar,
kesulitan anak dalam belajar dan lainnya mengenai dasar psikologi dijelaskan secara
rinci. Pengetahuan ini tentunya sangat diprelukan bagi guru untuk dikuasai agar dapat
melakukan yang terbaik bagi anak dalam pendidikannya. Muatan isi dari pembahasan
ke delapan pokok bahasan tersebut diuraikan secara singkat pada bagian isi.

2.   Tujuan "Contoh Critical Book Report Unimed" 


Adapun tujuan dalam critical book report adalah :
1.   Mengetahui Isi dari buku psikologi
2.   Mengetahui kelemahan dan kelebihan kedua psikologi

3.   Manfaat "Contoh Critical Book Report Unimed" 


Hasil dari penulisan makalah critical book report ini diharapkan dapat memberikan
manfaat kepada semua pihak, khususnya kepada Mahasiswa/Mahasiswi untuk
menambah pengetahuan dan wawasan mereka tentang isi buku psikologi. Manfaat lain
dari penulisan makalah ini adalah dengan adanya penulisan makalah ini diharapkan
dapat dijadikan sebagai acuan di dalam pembelajaran Mata Kuliah Psikologi
pendidikan.

BAB II
ISI BUKU

Identitas Buka
Judul Buku : Psikologi Pendidikan
Pengarang : Drs. M. Dalyono
Penerbit : Rineka Cipta                    
Tebal Buku : 270 halaman

2.   Ringkasan Buku
Bab. I Pengertian dan Ruang Lingkup Ilmu Kejiwaan
Dalam bab ini penulis menjelaskan bahwa psikologi berasal dari 2 kata bahasa yunani,
yaitu psyche yang bebarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi
berarti ilmu tentang jiwa. Pada umumnya para ilmuan membagi psikologi menjadi 2
golongan, yaitu:
1.   Psikologi Metafisika, yang menyelidiki hakekat jiwa.
2.   Psikologi Empiri, yang menyelidiki gejala-gejala kejiwaan dan tingkah laku manusia
dengan menggunakan pengamatan, percobaan dan pengumpulan berbagai macam
datayang ada hubungannya dengan gejala-gejala kejiwaan manusia.
Adapun mengenai pendidikan ada beberapa pendapat yang dituliskan diantaranya
adalah bahwa pendidikan merupakan sebuah proses dengan metode-metode tertentu
sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang
sesuai dengan kebutuhan. Sehingga psikologi pendidikan dapat didefenisikan ilmu
pengetahuan yang menyelidiki gejala-gejala kejiwaan individu atau tingkah lakunya di
dalam situasi pendidikan.
Pada dasarnya ilmu jiwa pendidikan adalah sebuah disiplin psikologi yang khusus
mempelajari, meneliti dan membahas seluruh tingkah laku manusia yang terlibat dalam
proses pendidikan yang meliputi tingkah laku belajar, tingkah laku mengajar, dan
tingkah laku belajar mengajar. Inti persoalan psikologi pendidikan dengan tanpa
mengabaikan psikologi guru terletak pada siswa. Secara garis besar psikologi
pendidikan banyak ilmuan membatasi dalam 3 pokok bahasan, yaitu pokok bahasan
mengenai (1) belajar, (2) proses belajar dan (3) situasi belajar.
Di sisi lain, Crow and Crow mengemukakan ruang lingkup psikologi pendidikan antra
lain (1) sampai sejauh mana factor hereditas dan lingkungan berpengaruh terhadap
belajar, (2) sifat-sifat dari proses belajar, (3) hubungan antara tingkat kematangan
dengan kesiapan belajar, (4) signifikansi pendidikan terhadap perbedaan-perbedaan
individual dalam kecepatan dan keterbatasan belajar, (5) perubahan selama dalam
belajar, (6) hubungan prosedur mengajar dengan hasil belajar, (7) teknik bagi penilaian
kemajuan belajar, (8) pengaruh pendidikan formal dibandingkan informal terhadap
individu, (9) manfaat nilai ilmiah terhadap pendidikan bagi personel sekolah, dan (10)
pengaruh psikologi yang ditimbulkan oleh kondisi sosiologi terhadap sikap siswa.
Dari rangkaian pokok di atas tampak jelas bahwa belajar adalah masalah yang paling
vital dalam psikologi pendidikan.

Bab. II Peranan Ilmu Jiwa Pendidikan Dalam Dunia Pendidikan


Dalam bab ini di jelaskan bahwa para pendidik diharapkan memiliki pengetahuan
psikologis pendidikan yang sangat memadai agar dapat mendidik para siswa melalui
proses belajar mengajar yang berdaya guna dan berhasil guna. Pengetahuan ini akan
berguna mempelajari gejala kejiwaan anak, perkembangan anak, minat dan bakatnya,
cara belajar dan membimbingnya serta bagaiman mengawasi hasil belajarnya yang
tepat.
Menurut Lindgren manfaat psikologi pendidikan adalah untuk membantu para guru
dalam mengembangkan pemahaman yang lebih baik mengenai kependidikan dan
prosesnya. Sementara itu, Chaplin menitikberatkan manfaat psikologi pendidikan untuk
memecahkan masalah-masalah yang terdapat dalam dunia pendidikan dengan cara
menggunakan metode-metode yang telah disusun rapi dan sistematis. Dari dua macam
pendapat tersebut, secara umum psikologi pendidikan merupakan alat bantu yang
penting bagi para penyelenggara pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan yang
telah ditetapkan. Hal ini dikarenakan prinsip yang terkandung dalam psikologi
pendidikan dpat dijadikan landasan berpikir dan bertindak dalam mengelola proses
belajar mengajar.
Setidak-tidaknya ada 10 macam kegiatan pendidikan yang banyak memerluksn prinsip-
prinsip psikologi, yaitu (1) seleksi penerimaan siswa baru, (2) perencanaan pendidikan,
(3) penyusunan kurikulum, (5) administrasi kependidikan, (6) pemilihan materi
pelajaran, (7) interaksi belajar mengajar, (8) pelayanan bimbingan dan penyuluhan, (9)
metode mengajar, (10) pengukuran dan evaluasi. Untuk menerapkan prinsip-prinsip
psikologi tersebut diperlukan guru-guru yang berkompeten dan bertanggung jawab.
Berkompeten artinya bahwa guru mampu melaksanakan profesinya dengan baik dan
benar. Adapun bertanggung jawab adalah guru mampu mengelola prose belajar
mengajar dengan sebaik-baikny sesuai dengan prinsip-priinsip psikologis.
Dengan adanya perkembangan teknologi sekarang ini, dampaknya jugasanat terasa
dalam dunia pendidikan. Banyak teknologi yang dikembangkan untuk media pendidikan
yang justru dalam penerapannya jauh dari prinsip-prinsip psikologi. Untuk mengatasi
persoalan ini hendaknya dalam proses belajar siswa dibawa kepada keaktifan yang
tinggi baik secara fisiologi maupun psikologi.

Bab III Teori – Teori Psikologi Belajar 


Dalam Bab ini dijelaskan dengan berkembangnya psikologi dalam pendidikan muncul
pula berbagai aliran psikologi pendidikan yaitu (1) psikologi behavoristik, (2) psikologi
kognitif, (3) psikologi humansitik. Dalam setiap periode perkembangan aliran psikologi
tersebut, mulcullah teori-teori tentang belajar, yaitu:
•    Teori belajar psikologi behavioristik, yang berendapat bahwa tingkah laku siswa
merupakan reaksi-reaksi terhadap lingkunganmereka pada masa lalu dan masa
sekarang dan bahwa segenap tingkah laku merupakan hasil belajar. Bahwa tingkah
laku manusia dikendalikan oleh ganjaran (reword) dan penguatan (reinforcement). Teori
– teori ini dipelopori oleh Thorndike, Pavlov, Watson dan Guthrie.
•    Teori belajar psikologi kognitif, yang berpendapat bahwa tingkah laku seseorang
senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi
dimana tingkah laku itu terjadi. Dalam situasi belajar seseorang terlibat langsung dalm
situasi itu dan memperoleh “insight” untuk pemecahan masalah. Insight itu sering
dihubungkan dengan pernyataan spontan seperti “aha”, “oh”, “I see now”. Teori – teori
ini dipelopori oleh Gestalt, Mex Wertheimer, Lewin, Kurt Koffka dan Wolfgang Kohler.
•    Teori belajar psikologi Humanistis, yang orientasinya utamanya tertuju pada
masalah bagaimana tiap-tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud
pribadi yang mereka hubungkan dengan pengalaman-pengalaman mereka sendiri.
Tujuannya adalah untuk membantu siswa mengembangkan dirinya, mengenal dirinya
sendiri sebagai mausia yang unik dan membantunya dalam mewujudkan potensi-
potensi yang ada dalam diri mereka. Tokoh yang menonjol pada aliran ini adalah
Combs Maslov, dan Rogers.
Dengan demikian hal terpenting yang harus diperhatikan adalah tentang tujuan belajar.
Bahwa belajar merupakan suatu usaha atau perbuatan yang dilakukan sedara
bersungguh-sungguh, sistematis, mendayagunakan semu potensi yang dimiliki baik
fisik mental serta dana panca indera, otak dan tubuhserta aspek-aspek kejiwaan
sepertiintelegensi, bakat, minat motivasi dan sebagainya. Hal ini dilakukan untuk
memperbaiki hidup untuk mencapai cita-cita.
Dalam perjalanannya, dalam pembelajaran harus memperhatikan prinsip-prinsip belajar
yang meliputi (1) kematangan jasmani dan rohani, (2) memiliki kesiapan, (3) memahami
tujuan, (4) memiliki kesungguhan, (5) ulangan dan latihan.
Selain itu, dalam bab ini juga dijelaskan tentang factor-faktor yang mempengaruhi
belajar, antara lain factor internal yang meliputi (1) kesehatan, (2) intelegensi dan bakat,
(3) minat dan motivasi, serta (4) cara belajar, dan factor eksternal yang mencakup (1)
keluarga, (2) sekolah, (3) masyarakat dan (4) lingkunga sekitar

Bab. IV Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia


Ada dua bagian kondisional pribadi manusia baik secara jasmaniah maupun secara
rohaniah, yaitu (1) bagian pribadi materiil yang kuantitatif dan (2) bagian pribadi
fungsional yang kualitatif. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan kuantitatif
pada materiil sesuatu sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan, sedangkan
bagian pribadi fungsinal yang kualitatif mengalami perkembangan.
1.  Pertumbuhan
Peristiwa pertumbuhan pribadi manusia berawal dari peristiwa awal herediter. Secara
genetis manusia terbentuk dari satu sperma dan satu telur. Keduanya mewakili sifat
dari orang tuanya yang pada akhirnya akan turun kepada anaknya sebagai individu
baru. Dalam perjalanannya, pertumbuhan ini diatur oleh hokum-hukum antara lain (a)
pertumbuhan adalah kuantitaif dan kualitatif, (b) pertumbuhan merupakan proses yang
berkesinambungan dan teratur, (c) tempo pertumbuhan adalah tidak sama, (d)  taraf
perkembangan dari berbagai aspek pertumbuhan adlah tidak sama, (e) kecepatan serta
pola pertumbuhan dapat dimodifikasi oleh kondisi-kondisi di dalam dan di luar badan, (f)
masing-masing individu tumbu menurut caranya sendiri yang unik, (g) pertumbuhan
adalah kompleks, dan semua aspeknya saling berhubungan.
Pertumbuhan yang mengenai tinggi dan berat badan, sangat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan internal seperti makanan, gizi, perangai, dan lain-lain. Sedangkan kondisi
lingkungan eksternal misalnya suhu udara, aktivitas social, dan lain-lain. Dalam kondisi
pertumbuhan normal tinggi badan anak dapat ditafsirkan dengan rumus :
•    Tinggi badan anak laki-laki =  (tinggi badan ayah + 100% tinggi badan ibu) / 2
•    Tinggi badan anak perempuan = (tinggi badan ibu + 92% tinggi badan ayah)/ 2
2.    Perkembangan
Perkembangan pribadi diartikan sebagai perubahan kualitatif dari setiap fungsi
kepribadian akibat dari pertumbuhan dan belajar. Setiap fungsi tersebut dapat
mengalami perubahan.
Perkembangan tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan. Kematangan pada fungsi
jasmaniah sangat mempengaruhi perubahan fungsi-fungsi kejiwaan. Hokum-hukum
dalam perkembangan adalah (1) perkembangan adalah kualitatif, (2) perkembangan
sangat dipengaruhi oleh proses hasil dari belajar, (3) usia ikut mempengaruhi
perkembangan, (4) masing-masing individu mempunyai tempo perkembangan yang
berbeda, (5) dalam keseluruhan periode perkembangan setiap spesies perkembangan
individu mengikuti pola umum yang sama, (6) perkembangan dipengaruhi oleh
hereditas dan lingkungan, (7) perkembangan yang lambat dapat dipercepat, (8)
perkembangan meliputi proses individuasi dan integrasi
2.1    Tahap-Tahap Perkembangan
Perkembangan pribadi manusia meliputi perkembangan fisiologis, perkembangan
psikologis, perkembangan social dan perkembangan didaktis atau pedagogis.
1.   Perkembangan fisiologis
Menurut Sigmund Freud ada 6 tahap perkembangan fisiologis pada manusia yaitu (a)
tahap oral (umur 0 sd sekitar 1 tahun) dimana mulut bayi merupakan daerah utama dari
aktivitas dinamis manusia, (b) tahap anal (umur 1 sd 3 tahun) yaitu dorongan dan gerak
individu lebih banyak terpusat pada fungsi pembuangan kotoran, (c) tahap falish (umur
3 sd 5 tahun) dimana alat-alat kelamin menjadi perhatian penting, (d) tahap latent (umur
5 sd 12/13 tahun) dimana anak belajar bersosialisasi, fungsi imajinasi, ingatan dan
pikiran mulai berkembang, mulai mampu berpikir kritis, (e) tahap pubertas (umur 12/13
sd 20 tahun) dimana kelenjar-kelenjar indoktrin tumbuh pesat dan berfungsi
mempercepat pertumbuhan kearah kematangan, (f) tahap genital (setelah umur 20
tahun) yaitu pertumbuhan genital merupakan dorongan penring bagi tingkah laku
sesorang.
2.   Perkembangan Psikologis
Menurut Jean Jacques Rousseou perkembangan fungsi dan kapasitas kejiwaan
manusia berlangsung dalam 5 tahap, yaitu tahap (a) perkembangan masa bayi (sejak
lahir – 2 tahun) dimana perkembangan kepribadian didominasi oleh perasaan, (b)
perkembangan masa kanak-kanak (2 s.d 12 tahun) dimana perkembangan pribadi anak
dimulai dengan berkembangnya fungsi-fungsi indra anak untuk mengadakan
pengmatan, (c) perkembangan pada masa preadolesen (umur 12 s.d 15 tahun) dimana
perkembangan fungsi penalaran intelektual pada anak sangat dominan, (d)
perkembangan pada masa adolesen (umur 15 s.d 20 tahun) dimana perkembangan
terhadap kualitas kehidupan yang diwarnai oleh dorongan seksual yang kuat, (e) masa
pematangan diri (setelah umur 20 tahun) dimana perkembangan fungsi kehendak
sangat dominan.
Pada perkembangan psikologis secara umum ada kegoncangan psikologis dialami oleh
individu yaitu pada masa umur 3 atau 4 tahun dimana anak mulai menemukan “aku”-
nya, dan pada masa pubertas.
3.   Tahap perkembangan secara pedagogis
Tahap perkembangan pedagogis dapat ditinjau dari dua sudut pandang yaitu dari sudut
tinjauan teknis umum penyelenggaraan pendidikan dan sudut tinjauan teknis khusus
perlakuan pendidikan.
Menurut Hohn Amos Comenius, dari sudut tinjauan teknis umum penyelenggaraan
pendidikan perkembangan pribadi manusia terdiri atas 5 tahap, yaitu tahap (a) tahap
enam tahun pertama, yaitu tahap perkembangan penginderaan sehingga anak mampu
mengenal lingkungannya, (b) enam tahun kedua, yaitu tahap perkembangan fungsi
ingatan dan imajinasi individu sehingga mampu menganalisis lingkungan dengan
kemampuan daya pikirnya, (c) enam tahun ketiga, yaitu perkembangan fungsi
intelektual sehingga anak mampu mengevaluasi sifat-sifat serta menemuka hubungan
antar variable di dalam lingkungannya, (d) enam tahun keempat, tahap perkembangan
berdikari, “ self direction” dan “self controle”, (e) tahap kematangan pribadi, dimana
intelek memimpin perkembangan semua aspek kepribadian menuju kematangan
pribadi.
Mengenai perkembangan pribadi dari sudut pandang tinjauan teknis khusus perlakuan
pendidikan secara otomatis dapat diambil dari tinjauan pertama. Di sini tinggal
memberikan perlakuan-perlakuan yangdiperlukan dalam pendidikan, seperti
pemeliharaan makanan, pembiasaan untuk hidup teratur, latihan mengindra, member
latihan berpikir, memupuk rasa tanggung jawab dan lain-lain.
Di dalam bab ini juga di jelaskan secara singkat tentang teori – teori yang mempunyai
pengaruh terhadap parktek-praktek pendidikan di sekolah antara lain teori nativisme,
teori konvergensi, teori naturalism, teori rekapitulasi dan teori empirisme.

Bab V. Pembawaan dan lingkungan


5.1 Pembawaan
Setiap individu lahir dengan membawa hereditas tertentu, ini berarti bahwa karakteristik
individu diperoleh melalui pewarisan dari pihak orang tuanya dan selebihnya dari nenek
dan moyangnya. Warisan atau keturunan memiliki peranan dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak. Para ahli meyakini bahwa hokum mendel mengenai pewarisan
sifat berlaku juga untuk manusia. Warisan atau pembawaan yang terpenting adalah:
1.   Bentuk tubuh dan warna kulit
2.   Sifat – sifat
Sifat dan kebiasaan merupakan cora (warna) dari kepribadian seseorang atau suku
bangsa. Para ahli telah membagi tipe-tipe manusia berdasarkan sifat yang dimilikinya.
Salah satunya dikemukakan oleh Edward Sparanger yaitu (a) manusia ekonomi, yang
memiliki sifat hemat, rajin bekerja, (b) manusia teori yang memiliki sifat suka berpikr,
meneliti, (c) manusia politik yang suka menguasai dan memerintah, (d) manusia seni
yang suka keindahan, (e) manusia agamis yang suka mengabdi dan taat ibadah
1.   Intelegensi, yaitu kemampuan yang bersifat umum untuk mengadakan penyesuaian
terhadap suatu situasi atau masalah. Dalam bab ini dijelaskan beberapa teori untuk
mengetahui tingkat intelegensi seseorang. Salah satunya adalah tes intelegensi Binert-
Simon yang menggunakan persamaan:
,Ket: MA adalah Mental Age, CA adalah Chronological Age.
Interval angka kecerdasannya adalah:
140 – ke atas        = luar biasa cerdas (genius)
120 – 139             = sangat cerdas (superior)
110 – 119             = di atas normal
90 – 109                         = normal
80 – 89               = di bawah normal
70 – 79               = borderline (garis batas)
50 – 69               = debile
26 – 49               = embicile
0  – 25               = idiot
Selain itu masih ada lagi instrument tes intelegensi yang dikembangkan para ahli
seperti tes wechler, tes progressive matrics dan tes arny alpha dan beta.
1.   Bakat, yaitu kemampuan khusus yang menonjol diantara berbagai jenis
kemampuan yang dimiliki seseorang.
2.   Penyakit atau cacat tubuh, penyakit yang dibawa sejak lahir oleh anak akan
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.

5.2  Lingkungan
Secara fisiologis, lingkugan meliputi segala kondisi dan material jasmaniah di dalam
tubuh seperti gizi, vitamin, air, zat asam, suhu, system saraf, darah, kelenjar-kelenjer
indoktrin dan lain-lain.
Secara psikologis, lingkungan mencakup segenap stimulasi yang diterima individumulai
sejak dalam konsesi kelahiran sampai matinya. Stimulasi itu misalnya berupa sifat-sifat
gen, selera, keinginan, minat, emosi, perasaan, kebutuhan, kapasitas intelektual, dan
lain-lain.
Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangan
bergantung kepada keadaan lingkungan anak itu sendiri serta jasmani dan rohaninya.
Lingkungan tersebut meliputi lingkungan (a) keluarga, (b) sekolah, (c) masyarakat dan
(d) keadaan alam sekitar.

Bab VI. Ciri – Ciri Kematangan


Pada bab ini penulis kembali menjelaskan beberapa prinsip dan teori-teori
perkembangan menurut para ahli. Diantaranya teori perkembangan menurut
Airstoteles, Charlotte Buchler, Johan Amos Comenius, H.C Witherington dan
Masrun,MA.  Khusus tentang prinsip kematangan, bahwa yang dimaksud dengan
kematangan adalah kemampuan seseorang untuk berbuat sesuatu dengan cara-cara
tertentu. Singkatnya ia telah memiliki intelegensi. Kecerdasan atau intelegensi
seseorang member kemungkinan bergerak dan berkembang dalam bidang tertentu
dalam kehidupannya.
Perubahan jasmani memerlukan bantuan “motor learning” agar pertumbuhan itu
mencapai kematangan. Kematangan atau kondisi fisik baru akan memperoleh
pengakuan social apabila individu yang bersangkutan mengusahakan “social learning” (
belajar berinteraksi dengan orang lain atau kelompok serta menyesuaikan diri dengan
nilai-nilai serta minat-minat kelompok). Dengan demikian diharapkan individu mencapai
tingkat-tingkat kematangannya sesuai dengan tahap-tahap pertumbuhannya, belajarnya
dan lingkungan sosialnya.
Kesadaran individu terhadap stimulus di alam sekitar maupun di dalam tubuh di pimpin
oleh aktivitas sel-sel khusus di dalam system saraf yang disebut “receptor”. Tingkah
laku manusia dapat terbagi atas dua macam, yaitu:
1. “Responden behavior”, yaitu tingkah laku bersarat dan tidak disengaja, selalu
tergantung kepada stimulus.
2. “Operan behavior”, yaitu tingkah laku disengaja dan tidak selalu tergantung kepada
stimulus.
Setiap jenis tingkah laku, baik yang sengaja atau tidak, memerlukan kematangan fungsi
jasmaniah, terutama fungsi-fungsi system saraf, dan fungsi-fungsi vital jasmaniah.
Perkembangan struktur dan fungsi otak tampak sempurna atau hamper sempurna pada
saat anak tiba masuk pada sekolah dasar.
Kematangan disebabkan karena perubahan “genes” yang menentukan perkembangan
struktur fisiologis dalam system saraf, otak dan indra sehingga semua itu
memungkinkan individu matangmengadakan reaksi-reaksi terhadap setiap stimulus
lingkungan. Menurut English & English, kematangan adalah keadaan atau kondisi
bentuk, struktur, dan fungsi yang lengkap atau dewasa pada suatu organism, baik
terhadap satu sifat bahkan seringkali semua sifat. Kematangan membentuk sifat dan
kekuatan dalam diri untuk bereaksi dengan cara tertentu yang disebut dengan
“readiness”, yaitu untuk bertingkah laku baik tingkah laku yang instingtif atau tingkah
laku yang dipelajari. Cronbach memberikan readiness sebagai segenap sifat atau
kekuatan yang membaut seseorang dapat bereaksi dengan cara tertentu.
Pembentukan readiness anak dipengaruhi oleh lingkungan atau kultur di sekelilingnya.
Stimulasi lingkungan serta hambatan-hambatan mental individu mempegaruhi
perkembangan mental, kebutuhan, minat, tujuan, perasaan dan karakterindividu yang
bersangkutan. Hal ini terjadi karena setiap anak mempunyai perbedaan individual dan
sejarah atau latar belakang yang berbeda. Selain itu, kematangan emosional orang tua
juga sangat berpengaruh serta menentukan taraf pemuasan kebutuhan-kebutuhan
psikologis yang penting pada anak dalam kehidupannya di keluarga.
Emosi orang tua yang telah mencapai kedewasaan menyebabkan perkembangan yang
sehat pada anak-anaknya. Sebaliknya emosi orang tua yang belum stabil akan
menimbulkan kesukaran-kesukaran dalam usaha anak untuk mendewasakan diri
secara emosional atau membebaskan dirinya secara emosional dari orang tuanya.

Bab VII Kemampuan dan Intelegensi


1.      Kemampuan
Salah satu tujuan dari pendidikan adalah menolong anak mengembangkan potensinya
semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan sangat menguntungkan bagi anak
maupun bagi masyarakat. Anak didik memandang sekolah sebagai tempat untuk
mencari sumber “bekal” yang akan membuka dunia bagi mereka. Orang tua
memandang sekolah sebagai tempat dimana anaknyaakan mengembangkan
kemampuannya. Bimbingan merupakan sebagian dari pendidikan yang menolong anak
mengenal diri serta kemampuannya dan juga dunia di sekitarnya.
Agar dapat menolong anak dalam mengembangkan potensi kepribadian dan
kemampuannya, anak harus dikenal dalam segala aspeknya dan dalam konteks
(situasi) hidupnya dimana ia hidup. Kita harus mengenal hal-hal yang umum dan
khusus pada diri anak. Factor-faktor umum yang harus dikenal adalah (1) hakekat anak,
(2) kebutuhan pokok anak dan (3) langkah-langkah perkembangan anak. Ada motto
yang berbunyi “ makin kita mengenal diri sendiri, makin kita mengenal orang lain. Makin
kita terampil mengembangkan dan mengubah diri sendiri, makin kita berhasil menolong
orang mengembangkan diri.
Dalam bab ini juga dijelaskan kembali tentang hokum-hukum perkembangan antara lain
(1) hukum konvergensi, yaitu perkembangan manusia pada dasarnya dipengaruhi oleh
pembawaan dan lingkungan, (2) hukum pertahanan dan pengembangan diri, yaitu
bahwa manusia atau organisme lainnya memiliki dorongan hasrat mempertahankan diri
dari hal-hal yang negative, (3) hukum masa peka, yaitu terdapat masa yang tepat yang
terdapat pada diri anak untuk mengembangkan fungsi-fungsi tertentu seperti fungsi
mulut untuk berbicara, (4) hukum keperluan belajar, yaitu pada dasarnya anak
berkembang karena belajar, (5) hukum tempo perkembangan, yaitu lambat atau
cepatnya proses perkembangangan seseorang tidak sama dengan orag lain, (6) hukum
irama perkembangan, yaitu bahwa perkembangan manusia tidak tetap terkadang naik
terkadang turun, (7) hukum rekapitulasi yaitu bahwa perkembangan individu
mencerminkan evolusi kehidupn jenis mahluk hidup dari tingkat yag paling sederhana
ke tingkt yang paling kompleks.

2.   Inteligensi
Pada sub ini diuraikan beberapa defenisi tentang inteligensi antara lain yang
dikemukakan oleh Super dan Cites, Garret, Bischof, dan Heidentich. Dari beberapa
pendapat tentang inteligensi maka dapat ditarik kesimpulan inteligensi merupakan
kemampuan untuk dapat memecahkan suatu masalah dalam segala situasi yang baru
atau yang mengandung masalah.
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan tentang inteligensi yaitu (1) teori “uni-factor”,
yaitu yang memandang bahwa inteligensi merupakan kapasitas atau kemampuan
umum, (2) teori “two factor”, yaitu teori inteligensi yang dikembangkan berdasarkan
suatu factor mental umum yang diberi kode “g” serta factor-faktor spesifik yang diberi
tanda “s”, (3) teori “multi-factor”, yaitu bahwa inteligensi terdiri dari bentuk hubungan-
hubungan neural antara stimulus dan respon, (4) teori “ primary-mental-abilities”, yang
menjelaskan bahwa inteligensi merupakan penjelmaan dari kemampuan pribadi /
kemampuan primer (5) teori “sampling”, yaitu teori yang menjelaskan bahwa inteligensi
merupakan berbagai kemampuan sampel.
Setiap orang memiliki inteligensi yang berbeda, hal ini dipengaruhi oleh pembawaan,
kematangan, pembentukan, minta dan pembawaan yang khas serta kebebasan. Dan
dari banyak penelitian yang dilakukan membuktikan tidak adanya perbedaan yang
signifikan antara inteligensi pria dan wanita. Walaupun antara pria dan wanita masing-
masing memiliki kelebihan. Sampai saat ini ilmu pengetahuan belum dapat menjelaskan
tentang pewarisan intelegensi.

3.   CBSA
Dalam bab ini juga dijelaskan tentang Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), yaitu suatu
proses kegitan belajar mengajar yang subyek didiknya terlibat secara intelektual dan
emosional sehingga benar-benar berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan belajar.
Indicator untuk menilai cara belajar siswa aktif dalam KBM adalah dapat dilihat dari
sudut pandang (1) siswa, (2) guru, (3) program, (4) stuasi belajar, dan (5) sarana
belajar.
Penerapan CBSA dalam KBM melalui tahap perencanaan dan pelaksanaan termasuk
penilaian. Agar pelaksanaannya menjadi optimal, maka dalam KBM perlu
memperhatikan prinsip-prinsip belajar antara lain: (1) stimulasi belajar, (2) perhatian
dan motivasi, (3) respon yang dipelajari, (4) penguatan dan (5) pemakaian dan
pemindahan.

Bab VIII  Tipe-Tipe Dan Kesulitan Belajar


Mengawali pembahasan pada bab ini, dijelaskanterlebih dahulu tentang definisi belajar
dari beberapa ahli. Dari uraian pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
belajar merupakan perubahan; dalam tingkah laku, yang terjadi melalui latihan atau
pengalaman, relative mantap, dan perubahan dalam pengertian pemecahan suatu
masalah/berpikir keterampilan, kecakapan, kebiasaan atau sikap.
Berpikir rasional dan kritis adalah perwujudan perilaku belajar terutama yang bertalian
dengan pemecahan masalah. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah (1) sikap, (2)
inhibisi, (3) apresiasi, (5)tingkah laku afektif. Selain itu juga dijelaskan tentang aktivitas
belajar yang meliputi mendengarkan, memandang, meraba, membau dan mencicipi,
menulis dan mencatatnya, (6) membaca, (7) membuat iktisar atau ragkuma, (7)
mengamati table-tabel, digram dan bagan, (8) menysun kertas kerja,paper danlain-lain.
Keanekaragaman jenis belajar muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan
kebutuhan-kebutuhan kehidupan manusia yang bermacam-macam. Tipe-tipe belajar
tersebut antara laian: (1) belajar abstrak, (2) belajar keterampilan, (3) belajar social, (4)
belajar pemecahan masalah, (5) belajar rasional, (6) belajar kebisaan, (7) belajar
apresiasi dan (8) belajar pengetahuan
Aktivitas belajar setiap individu tidak selamanya berlangsung secara wajar. Dalamm
keadaan siswa tidak dapat belajar sebagimana mestinya disebut sebagai kesulitan
belajar. Kesulitan belajar dipengaruhi oleh: (1) factor dari diri manusia sendiri (fisiologi
dan psikologi), (2) factor eksternal (factor nonssial, dan (3) factor karena cacat tubuh,
(4) factor keluarga
Beberapa gejala sebagai pertanda ada kesulitan belajar pada diri siswa adalah:
1.   Menunjukkan prestasi yang rendah/dibawah rat-rata.
2.   Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilaukan.
3.   Lamban dalam melakukan tugas-tugas belajar.
4.   Menunjukkan sikap yang kurang wajar,
5.   Menunjukkan tingkah laku yang berlainan
Di samping gejala-gejala yang tampak tersebut, guru juga dapat melakukan
penyelidikan melalui (1) observasi, (2) interview, (3) tes diagnostic dan (4) dokumentasi.
Setelah itu dilakukan usaha untuk mengatasi masalah melalui langkah (1) pengumpulan
data, (2) pengolahan data, (3) diagnosis, (4) prognosis, (5) treatment dan (6) evaluasi.
BAB III
PEMBAHASAN
1.   KEUNGGULAN BUKU
Buku karangan M Dalyono ini memiliki kelebihan antara lain:
1.   Materi dijelaskan secara runtut sehingga Nampak keterkaitan yang jelas antara
materi pada bab berikut dengan bab sebelumnya.
2.   Aspek-aspek pengetahuan psikologi pendidikan dijelaskan secara detail, mulai dari
pengertian psikologi pendidikan itu sendiri, teori-teori psikologi belajar, perkembangan
dan pertumbuhan serta hal-hal yang berkaitan dengan karakteristik psikologi anak serta
kesulitan-kesulitan dalam belajarnya.
3.   Bahasa yang digunakan dalam buku ini mudah dimengerti sehingga bagi siapa saja
yag membacanya akan mudah memahami maksudnya.
4.   Dan lain – lain.

2.   KELEMAHAN BUKU
Sangat sulit sekali bagi kami untuk menguraikan kelemahan bagi buku psikologi
karangan M Dalyono ini, karena memang jika ditinjau dari segi konten dan cara
penyajiannya menurut kami sudah sangat baik. Namun secara praktis kami menilai dari
sudut pandang kami bahwa kekurangan buku ini antara lain:
1.   Tidak disajikan contoh dalam buku ini dalam menjelaskan materi tentang sesuatu
yang aplikatif sehingga tidak tampak efek dari pengetahuan psikologi itu. Sebagai
contoh tentang kesulitan belajar, akan lebih baik jika diiringi dengan contoh sekaligus
beberapa alternative pemecahannya.
2.   Tidak diberikan contoh instrument untuk menyelidiki siswa yang mengalami
kesulitan belajar, misalnya instrument untuk observasi, interview dan lain-lain.

3.   PENDAPAT / KOMENTAR
Buku psikologi pendidikan karangan M Dalyono ini sangat baik dimiliki oleh calon guru,
guru dan dosen untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman yang jelas mengenai
pentingnya psikologi pendidikan dalam upaya membantu siswa untuk dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik dari seluruh aspek psikologi. Dengan mempelajari buku
ini kita akan dapat memiliki pengetahuan tentang dasar-dasar psikologi dalam
pendidikan. Dengan demikian segala upaya yang dilakukan terhadap siswa merupakan
tindakan yang didasari dengan penuh cinta.
Oleh karena dari segi konten dan cara penyajiannya cukup baik, maka buku ini  banyak
memberikan manfaat bagi pengajar sehingga dicari. Hal ini dibuktikan bahwa buku ini
telah mengalami beberapa kali cetak ulang untuk memenuhi permintaan pembaca.
Pada tahun 2009 buku ini dicatak ulang untuk yang kelima kalinya.

BAB IV
PENUTUP
1.   KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas, mengenai pembahasan isi dalam buku psikologi karangan M Dalyono ini,
maka dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain:
1.   Psikologi pendidikan adalah sebuah pengetahuan tentang kejiwaan peserta didik dalam mengikuti
proses belajar mengajar. Ilmu jiwa pendidikan menitikberatkan kepada proses pendidikan yang efisien,
dimana aspek-aspek psikologi di perhatikan.
2.   Sudah tiba masanya sekarang pendidikan di Indonesia hendaknya lebih melayani kebutuhan dan
hakekat psikologis anak didik. Pendidikan harus mempunyai kreasi-kreasi baru yang berorientasi kepada
sifat dan hakekat anak didik.
3.   Pengetahuan tentang teori-teori psikologi belajar akan sangat bermanfaat bagi guru dalam membantu
anak didik dalam menemukan cara yang terbaik bagi dirinya unruk melakukan pembelajaran yang lebih
baik.
4.   Pertumbuhan pada manusia dapat diartikan sebagai perubahan kuantitatif pada materiil sebagai
suatu akibat adanya pengaruh lingkungan. Sedangkan perkembangan merujuk pada perubahan secara
kualitatif pada segi fungsional. Pertumbuhan dan perkembangan anak didik berbeda natara yang satu
dengan yang lain. Hal ini sangat tergantung oleh factor-faktor  yang mempengaruhiya.
5.   Inteligensi anak didik sangat berpengaruh terhadap proses belajar mengajar di kelas. Inteligensi itu
sendiri sangat dipengaruhi oleh pembawaan, kematangan, pembentukan, minta dan pembawaan yang
khas dan kebebasan. Inteligensi antara pria dan wanita pada umumnya tidak meiliki perbedaan secara
signifikan.
6.   Pada dasarnya anak didik sering mengalami kesulitan dalam belajarnya. Kesulitan belajar antara
yang satu dengan yang lain tidak sama. Hal ini sangat tergantung dari factor-faktor yang
mempengaruhinya. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang baik dan optimal, guru harus membantu
anak didik keluar dari masalahnya dan bahkan dapat mengatasi masalahnya sendiri jika terjadi kembali.
Dengan pengetahuan psikologi, guru harus memberikan bantuan yang terbaik bagi mereka melalui
metode yang tepat dan penuh dengan cinta.

Anda mungkin juga menyukai