Npm : 19810048
Semester: III
Dosen : Drs.Sarbini M Ag
UAS
Jawaban:
2. Ciri kedua dari gerakan Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan dakwah Islamiyah. Ciri
yang kedua ini muncul sejak dari kelahirannya dan tetap melekat tidak terpisahkan dalam jati
diri Muahammadiyah.Gerakan Muhammadiyah berkiprah di tengah-tengah masyarakat
bangsa Indonesia dengan membangun berbagai ragam amal usaha yang benar-benar dapat
menyentuh hajat orang banyak seperti berbagai ragam lembaga pendidikan sejak taman
kanak-kanak hingga perguruan tinggi, membangun sekian banyak rumah sakit, panti-panti
asuhan dan sebagainya. Semua amal usaha Muhammadiyah seperti itu tidak lain merupakan
suatu manifestasi dakwah islamiyah. Semua amal usaha diadakan dengan niat dan tujuan
tunggal, yaitu untuk dijadikan sarana dan wahana dakwah Islamiyah.
3. Ahmad dahlan sangat berperan penting bagi islam di indonesia, iya sangat berperan di
pendidikan islam indonesia, Setiap pemimpin, tokoh Islam dan umat Islam dari organisasi
Islam manapun haruslah bisa menghargai dan memelihara hasil-hasil karya perjuangan dan
warisan para pemimpin dan pejuang umat Islam di masa lalu, tanpa memandang dari
golongan mana, sebagai aset masa kini dan masa depan seluruh umat Islam.
4. Adapun pada bagian pedoman amal usaha dan perjuangan disebutkan bahwa dengan
memperhatikan dasar prinsip di atas, maka Muhammadiyah berpedoman: “Berpegang teguh
akan ajaran Allah dan Rasul-Nya, bergerak membangun di segala bidang dan lapangan
dengan menggunakan cara serta menempuh jalan yang diridlai Allah” , Amal Usaha
Muhammadiyah adalah salah satu usaha dari usaha-usaha dan media da’wah Persyarikatan
untuk mencapai maksud dan tujuan Persyarikatan, yakni menegakkan dan menjunjung tinggi
Agama Islam sehingga terwujud Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
5. Sejak Rapat Tahunan pertama (1912) hingga keduabelas (1923), KH Ahmad Dahlan selalu
terpilih sebagai ketua. Setelah wafat, digantikan KH Ibrahim hingga tahun 1932; KH Hisyam
(1932-1936); KH Mas Mansur (1936-1942); Ki Bagus Hadikusumo (1942-1953); Buya AR
Sutan Mansur (1953-1959); KH M. Yusnus Anis (1959-1962); KH Ahmad Badawi (1962-
1968). Ketika Muktamar ke-37 (1968) di Yogyakarta, mantan Menteri Agama KH Faqih
Usman terpilih sebagai Ketua. Namun baru sepekan menjabat (27 Sept-3 Oktober 1968),
beliau wafat. Lantas digantikan KH AR Fahruddin hingga 1990. Kemudian KH Azhar Basyir
(1990-1995). Namun, setahun sebelum berakhir masa jabatan, beliau wafat (28 Juni 1994).
Lalu digantikan oleh Prof Dr M. Amien Rais.