Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1806234256
HATAH PAR B
2. Selain Titik Taut Penentu adalah Titik Pertalian Primer dan Sekunder, terdapat
Titik Pertalian Lebih Lanjut yang dapat dipilih Hakim untuk menentukan
hukum mana yang berlaku. Adapun Titik Pertalian Lebih Lanjut terbagi lagi
menjadi Kumulatif, Alternatif, Pengganti / Subsidair, Tambahan, Accesoir.
Kedua, titik pertalian alternatif terjadi apabila terdapat lebih dari satu titik
pertalian, yang mana salah satu dari faktor yang ada dapat dipilih menjadi
faktor yang menentukan hukum yang berlaku. Contoh kasusnya misalnya,
berdasarkan HPI negara Jerman, seseorang dapat ditaruh dibawah perwalian
Jerman apabila ia berdomisili atau memiliki tempat kediaman di Jerman.
Dengan demikian, faktor domisili atau tempat kediaman di Jerman memiliki
bobot yang sama sebagai titik pertalian dalam mana perseroan perwalian
terjadi.
5. Oom en Nicht adalah kasus dimana warga negara Swiss yang terdiri dari
seorang Paman dan Keponakan Perempuan melangsungkan pernikahan di
Moscow, Rusia yang mana merupakan domisili mereka berdua. Perkawinan
tersebut sah karena menggunakan hukum Rusia, yang mana menganut prinsip
domisili. Lebih lanjut, menurut HPI Swiss perkawinan ini memang harus
tunduk pada Hukum Rusia berdasarkan Pasal 7f Gezets betreffend die
Zivilrechtlichen Verhältnisse der Niedergelassenen und Aufenthaler (NAG).
Hal ini dikarenakan berdasarkan Pasal 100 ZBG, perkawinan seperti kasus
Oom en Nicht adalah dilarang.
6. Contoh sederhana yang saya akan berikan adalah apabila misalnya saya seorang
warga negara Thailand namun berdomisili di Indonesia. Kemudian, saya melakukan
Tazkia Shifa A.
1806234256
HATAH PAR B
perbuatan hukum. Disini terdapat single renvoi mengenai hukum mana yang
diberlakukan dikarenakan Thailand menganut prinsip domisili sedangkan Indonesia
menganut prinsip kewarganegaraan. Sehingga, mengenai hukum mana yang
diberlakukann, Thailand menunjuk hukum Indonesia karena saya telah berdomisili
disana, namun Indonesia menunjuk Hukum Thailand karena berdasarkan prinsip
nasionalitas. Sehingga, karena Thailand merupakan negara yang menerima renvoi
maka hukum yang diberlakukan adalah Hukum Thailand. Untuk menentukan apakah
ini peristiwa HPI atau tidak, pertama kita melihat pada Titik Pertalian Primernya
dimana di kasus ini mencipatakan hubungan HPI antara Thailand dengan Indonesia
berkaitan dengan kewarganegaraan saya. Sehingga akhirnya menimbulkan Titik
Pertalian Sekunder untuk menentukan hukum mana yang berlaku dan karena adanya
renvoi tersebut akhirnya Hukum Thailand yang berlaku.
Sumber: