PENDAHULUAN
Kurikulum di Indonesia sudah mengalami perkembangan sejak periode sebelum tahun 1945 hingga
kurikulum tahun 2006 yang berlaku sampai akhir tahun 2012 lalu. Pergantian Kurikulum tersebut
bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran serta rancangan pembelajaran yang
ada di sekolah. Menurut beberapa pakar, perubahan kurikulum dari masa ke masa, baik di Indonesia
maupun di negara lain, disebabkan karena kebutuhan masyarakat yang setiap tahunnya selalu
berkembang dan tuntutan zaman yang cenderung berubah. Perkembangan kurikulum dianggap
sebagai penentu masa depan anak bangsa. Oleh karena itu, kurikulum yang baik akan sangat
diharapkan dapat dilaksanakan di Indonesia sehingga akan menghasilkan masa depan anak bangsa
yang cerah yang berimplikasi pada kemajuan bangsa dan negara.
Setiap kurikulum yang telah berlaku di Indonesia dari periode sebelum tahun 1945 hingga kurikulum
tahun 2006, memiliki beberapa perbedaan sistem. Perbedaan sistem yang terjadi bisa merupakan
kelebihan maupun kekurangan dari kurikulum itu sendiri. Kekurangan dan kelebihan tersebut dapat
berasal dari landasan, komponen, evaluasi, prinsip, metode, maupun model pengembangan
kurikulum.
Kurikulum 2013 mulai dilaksanakan pada tahun ajaran 2013-2014 pada sekolah yang ditunjuk
Pemerintah, maupun sekolah yang siap melaksanakannya. Artinya sampai Bulan September 2013 ini,
sudah 3 bulan kurikulum baru dilaksanakan.
Dalam merespon fenomena yang terjadi pada realitas masa kini manusia berpacu mengembangkan
pendidikan disegala ilmu termasuk dalam kehidupan sehari-hari. Namun seiring dengan munculnya
krisis multi dimensi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara peranan serta efektifitas agama di
sekolah sebagai pemberi nilai spiritual pada peserta didik dipertanyakan. Maka berangkat dari hal
tersebut agar kurikulum pendidikan agama Islam sesuai dengan tujuan situasi dan kondisi zaman
untuk dapat merespon kehidupan yang kaya problem PAI menghadirkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pandidikan (KTSP). Alasannya mungkin jika pendidikan agama dilakukan denganbaik, maka
kehidupan masyarakatpun akan lebih baik.
Kurikulum bertujuan pada apa yang hendak dicapai. Seperti halnya KBK bertujuan untuk tercapainya
kompetensi peserta didik dalam menangkap materi yang disampaikan. Sama dengan kurikulum PAI
yang berbasis kompetensi juga memiliki tujuan yang sama dengan KTSP hanya saja terdapat
tambahan kalau KBK untuk berkompetensi dalam mencapai materi yang berpendidikan umum dan
orientasinya pada kecerdasan untuk berkompetisi di dunia masyarakat setelah siswa keluar (lulus)
dari dunia pendidikan.
Namun pada kurikulum PAI ada hal yang lebih pokok yang memang diharapkan dan bukan hanya
dalam target tujuan PAI tapi juga sebagai pendidikan yang lahir dari agama Islam diharapkan dapat
berkompetensi jasmani dan rohani, artinya berkompetensi dalam hal sikap, skill, pengetahuan
secara afektif, kognitif, psikomotorik sesuai dengan ajaran agama Islam dalam aspek jasmani.
Namun juga melebihi ha litu berkompetensi dalam aspek rohani mereka mampu berkompetensi
untuk mengisi kehidupan atau sebagai bekal untuk akhiratnya, dan aspek kedua ini sangat hirarki
dengan aspek pertama. Maka tujuan PAI adalah tercapainya kompetensi keduanya yakni dunia dan
akhirat.
Menurut Muhammad Al-Munir menjelaskan tujuan Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai berikut:
1. Tercapainya manusia seutuhnya, karena Islam itu adalah agama yang sempurna .
Kurikulum berbasis kompetensi dan kurikulum pendidikan PAI memiliki landasan yang sama
berdasarkan negara yang didudukinya, landasan keduakurikulum tersebutadalah:
a. Landasan Agama
Penting landasan agama dalam sebuah kurikulum adalah untuk menjaga agar supaya tidak terjadi
penurunan nilai-nilai agama dan norma-norma sosial yang selalu diagungkan oleh Indonesia.
b. Landasan Filosofis
Pendidikan bertujuan untuk mendidik manusia yang “baik” apakah yang dimaksud dengan “baik”
pada hakikatnya maka hal itu harus berorientasi pada filsafat yang dijadikan dasar dan landasan
dalam kurikulum.
c. Landasan Psikologis
Landasan psikis memberikan prinsip-prinsip tentang perkembangan anak dalam berbagai aspek serta
cara belajar agar bahan yang diberikan dapat dicerna dan dikuasai oleh anak sesuai dengan taraf
perkembangan.
d. Landasan Sosiologis
Landasan ini memberikan dasar untuk menentukan hal-hal yang akan dipelajari peserta didik sesuai
kebutuhan masyarakat, kebudayaan dan perkembangan IPTEK dan teknologi. Karena anak didik
tidak hidup sendiri, tapi hidup dalam dunia masyarakat.
Landasan ini dimaksudkan untuk memacu pembangunan menuju terwujudnya masyarakat yang
mandiri, maju dan sejahtera.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kerangka Dasar Kurikulum PAI KTSP dan Kurtilas
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sebagai kurikulum berbasis kompetensi, mengandung
bahwa KBK adalah ruh daripada KTSP. Artiya KTSP merupakan penjabaran lebih lanjut dan sekaligus
sebagai evaluasi daripada KBK pada tingkat tingka satuan pendidikan. Dengan demikian, KTSP
merupakan implementasi dari KBK pada tingkat satuan pendidikan tertentu.
Secara umum kurkulum berbasis kompetensi dapa diartikan sebagai kurikulum yang di susun atas
dasar pemikiran “lulusannya berkemampuan untuk mengerjakan sesuatu.” Depdiknas (2003),
menyebutkan bahwa kuriulum berbasis kompetensi merupakan seperagkat rencana dan pengaturan
tentang kompetensi yang didakukan dan cara pencapaiannya disesuaikan dengan keadaan dan
kemampuan daerah. Sementara itu pusat kurikulum (2002), menyebutkan bahwa kurikulum berbasis
kompetensi (KBK) merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil
belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber
daya pendidikan dalam pengembanagn kurikulum sekolah.
Dasar pemikiran untuk menggunakan konsep kompetensi dalam kurikulum menurut pusat kurikulum
(2002) adalah sebagai berikut:
1. Kompetensi berkenaan dengan kemampuan siswa melakukan sesuatu dalam berbagai konteks.
2. Kompeensi menjelaskan pengalaman belajar yang dilalui siswa untuk menjadi kompeten.
3. Kompeten merupakan hasil belajar yang menjelaskan hal-hal yang dilakukan siswa telah
melalui prosespembelajaran.
Sebelum membahas mengenai kerangka dasar kurikulum 2006, perlu lebih dahulu dikemukakan
prinsip pengembangan dan pelaksanaan kurikulum.
6) Pilar pendidikan
9) Diversifikasi kurikulum
3) Kurikulum dilaksanakan dengan adanya hubungan antara peserta didik dan pendidik
Kerangka dasar dan struktur KTSP, meliputiempat komponen, yaitu standar kompetensi dan
kompetensi dasar, penilaian berbasis kelas, kegiatan belajar mengajar, dan pengelolaan kurikulum
berbasis sekolah.
Standar kompetensidan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan
materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indicator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dalam
merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian perlu memperhatikan satandar proses dan standar
penilaian.
System pengelolaan KTSP menuntut kegiatan belajar mengajar yang memberdayakan semua potensi
peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan. KBM dilandasi oleh prinsip-prinsip
sebagai berikut:
Penilaian berbsis kelas merupakan kegiatan pengumpulan informasi tentang proses dan hasil belajar
peserta didik untuk mengetahui tingkat penguasaan kompetensi yang ditetapkan. Penilaian berbasis
kelas ini bersifat internal, yaitu hanya dilakukan oleh guru yang bersangkutan. Penilaian tersebut
juga merupakan bagian dari kegiatan belajar mengajar sebagai masukan bagi peningkatan mutu hasil
belajar.
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang sedang dalam tahap perencanaan dan saat ini sedang
dalam proses pelaksanaan oleh pemerintah, karena ini merupakan perubahan dari struktur
kurikulum KTSP. Perubahan ini dilakukan karena banyaknnya masalah dan salah satu upaya untuk
memperbaiki kurikulum yang kurang tepat.
Falsafah Pendidikan Agama Islam berdasarkan Al-Qur’an sebagai sumber utamanya dan otomatis
menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber utama dalam penyusunan kurikulumnya. Al-Qur’an dan hadis
didalamnya ditemukan kerangka dasar yang dapat dijadikan sebagai pedoman operasional dalam
penyusunan kurikulum pendidikan Islam. Kerangka tersebut adalah : (1) tauhid dan (2) perintah
membaca.
Banyak sinyal Al-Qur’an tentang bentuk kurikulum Pendidikan Agama Islam, diantaranya muatan
materi yang mampu menyesuaikan perkembangan zaman, muatan filosofis materi mampu
memprediksi apa yang akan terjadi, muatan sistematis, mudah dicerna dan dilaksanakan, muatannya
menyentuh seluruh aspek kemanusiaan (jasmani, akal dan al-qalb), dan lain sebagainya. Sesuai
dengan tuntutan Al-Qur’an, inti kurikulum (intra curiculer ) Pendidikan Agama Islam adalah tauhid,
dan harus dimantapkan sebagai unsur pokok. Pemantapan kalimat tauhid hendaknya sudah dimulai
semenjak bayi dilahirkan dengan memperdengarkan azan dan iqamah terhadap anak yang
dilahirkan.
Tauhid berarti peng-Esa-an Allah dengan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu yang lain. Tauhid
berarti manusia harus meyakini bahwa Allah sebagai satu-satunya pencipta, penguasa dan pemberi
baginya diawal dan diakhir usahanya. Tauhid dalam Islam adalah suatu istilah untuk menyatakan
kemahaesaan Allah atas semua makhluk-Nya. Allah merupakan esensi dan inti dari ajaran Islam dan
merupakan nilai dasar dari realitas kebenaran yang universal untuk semua tempat dan waktu dari
sejarah kemakhlukan dan menjadi inti dari prinsip-prinsip dasar yang harus diikuti oleh manusia.
Kurikulum inti (intra curiculer) selanjutnya adalah perintah “membaca” ayat-ayat Allah yang meliputi
tiga macam ayat yaitu : (1) ayat Allah yang berdasarkan wahyu, (2) ayat Allah yang ada pada diri
manusia, dan (3) ayat Allah yang terdapat di alam semesta di luar diri manusia. Firman Allah Swt :
ù&tø%$# ÉOó™$$Î/ y7În/u‘ “Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB@,n=tã ÇËÈ ù&tø%$# y
7š/u‘ur ãPtø.F{$# ÇÌÈ “Ï%©!$# zO¯=tæÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ Ç
ÎÈ
Artinya:“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar
(manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.” (Al-Alaq : 1-5).
Ditinjau dari segi kurikulum, firman Allah Swt di atas merupakan pokok pendidikan yang mencakup
seluruh ilmu pengetahuan yang dibutuhkan oleh manusia. Membaca selain melibatkan proses
mental yang tinggi, pengenalan (cognition), ingatan (memory), pengamatan (perception),
pengucapan (verbalization), pemikiran (reassioning) dan daya cipta (creativity). Proses tersebut
sekaligus merupakan bahan pendidikan dalam Islam. Selanjutnya, membaca merupakan alat sistem
perhubungan (communication system) yang menjadi syarat mutlak terwujudnya keterlanjutan suatu
sistem sosial.
Kurikulum pendidikan Islam disamping itu juga memiliki misi untuk menjabarkan pesan kitab suci
dan sunnah nabi agar dapat membenahi kualitas hidup manusia ke arah lebih baik. Suatu misi
(risalah) kemanusiaan yang sangat mulia dalam rangka membentuk sikap mental lulusan yang
berperadaban dan menjunjung tinggi nilai Islami. Kurikulum Pendidikan Agama Islam juga harus
dibangun secara integral antara dimensi kewahyuan, dimensi kealaman dan dimensi sosial
kemanusiaan. Melalui integralisasi dimensi-dimensi tersebut, kurikulum pendidikan Islam
dimaksudkan untuk memecahkaan problematika dalam dunia pendidikan. Secara filosofis, tingkat
kemajuan manusia sangat ditentukan oleh rekayasa pendidikan yang berbasis kurikulum unggul,
maju dan integral. Atas dasar itulah kurikulum Pendidikan Agama Islam tidak boleh mengalami
stagnasi inovasi dan memikirkan masa depan yang akan berkembang.
Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya untuk merespon berbagai
tantangan tantangan internal dan eksternal.
Titik tekan pengembangan Kurikulum 2013 adalah penyempurnaan pola pikir, penguatan tata kelola
kurikulum, pendalaman dan perluasan materi, penguatan proses pembelajaran, dan penyesuaian
beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang
dihasilkan. Pengembangan kurikulum menjadi amat penting sejalan dengan kontinuitas kemajuan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya serta perubahan masyarakat pada tataran lokal,
nasional, regional, dan global di masa depan. Aneka kemajuan dan perubahan itu melahirkan
tantangan internal dan eksternal yang di bidang pendidikan pendidikan. Karena itu, implementasi
Kurikulum 2013 merupakan langkah strategis dalam menghadapi globalisasi dan tuntutan
masyarakat Indonesia masa depan. Pengembangan Kurikulum 2013 dilaksanakan atas dasar
beberapa prinsip utama. Pertama, standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan. Kedua,
standar isi diturunkan dari standar kompetensi lulusan melalui kompetensi inti yang bebas mata
pelajaran. Ketiga, semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Keempat, mata pelajaran diturunkan dari kompetensi
yang ingin dicapai. Kelima, semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti. Keenam, keselarasan
tuntutan kompetensi lulusan, isi, proses pembelajaran, dan penilaian. Aplikasi yang taat asas dari
prinsip-prinsip ini menjadi sangat esensial dalam mewujudkan keberhasilan implementasi Kurikulum
2013. Mudah-mudahan implementasi Kurikulum 2013 ini bisa berjalan dengan baik.
Struktur KTSP merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik
dalam kegiatan pembelajaran . Muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri merupakan bagian
integral dari struktur kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Pengembangan
Struktur Kurikulum dilakukan dengan cara antara lain:
2. Memanfaatkan 4 jam tambahan untuk menambah jam pembelajaran pada mata pelajaran
tertentu atau menambah mata pelajaran baru.
4. Tidak boleh mengurangi mata pelajaran yang tercantum dalam standar isi.
Struktur dan muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang tertuang dalam SI
(Standar Isi) meliputi 5 kelompok mata pelajaran sebagai berikut:
1. Tujuan
Tujuan umum diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan
pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong
sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan
kurikulum. Seperti yang kita ketahui, dalam model pengelolaan kurikulum yang sentralistik seperti
kurikulum-kurikulum yang pernah berlaku di Indonesia seluruh keputusan pengembangan kurikulum
diatur dan ditentukan secara terpusat. Sekolah atau lembaga-lembaga pendidikan secara nasional
hanya berperan sebagai pelaksana kurikulum itu sendiri. Guru-guru tidak memiliki kesempatan
untuk mengembangkan kurikulum baik dalam tataran ideal maupun dalam tataran operasional,
selain melaksanakan kurikulum yang sudah jadi. Akibatnya apa yang harus dipelajari dan bagaimana
cara mempelajarinya di setiap sekolah/daerah adalah sama. Oleh karena itulah, dalam proses
pengembangan kurikulum setiap unsure sekolah menjadi pasif. Tetapi tidak demikian dengan KTSP,
sesuai dengan otonominya KTSP memberikan kesempatan kepada sekolah untuk berpartisipasi aktif
dalam pengembangan kurikulum. Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan di setiap satuan
pendidikan akan menjadi lebih bermakna untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang berguna mengembangkan potensi daerahnya.
3. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang
akan dicapai. Sekolah, dengan KTSP-nya tidak lagi hanya berfungsi sebagai pelaksana kurikulum yang
telah diatur pusat, akan tetapi juga sebagai pengambil keputusan tentang pengembangan dan
implementasi kurikulum.
Memahami tujuan diatas, KTSP dapat dipandang sebagai suatu pola pendekatan baru dalam
pengembangan kurikulum dalam konteks otonomi daerah yang sedang digulirkan dewasa ini. Oleh
karena itu, KTSP perlu diterapkan oleh setiap satuan pendidikan, terutama berkaitan dengan tujuan
hal sebagai berikut.
a) Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya sehingga
dia dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang tersedia untuk memajukan lembaganya.
b) Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input pendidikan yang akan
dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan
dan kebutuhan peserta didik.
c) Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk memenuhi kebutuhan
sekolah karena pihak sekolahlah yang paling tahu apa yang terbaik bagi sekolahnya.
e) Lebih efisien dan efektif bilamana dikontrol oleh masyarakat setempat.Sekolah dapat
bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing-masing kepada pemerintah, orang tua, peserta
didik, dan masyarakat pada umumnya, sehingga dia akan berupaya semaksimal mungkin untuk
melaksanakan dan mencapai sasaran KTSP.
f) Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah lain untuk
meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan dukungan orangtua, peserta
didik, masyarakat, dan pemerintah daerah setempat.
g) Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan yang berubah
dengan cepat, serta mengakomodasinya dalam KTSP.
bertujuan membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan berkepribadian
luhur; berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif; Sehat, mandiri, dan percaya diri; toleran, peka
sosial, demokratis, dan bertanggung jawab.
2. Bahan Ajar
Kurikulum 2006 (KTSP) yang digunakan Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar Berbasis mata
pelajaran, masing-masing disiplin ilmu dibahas atau dikelompokkan dalam satu mata pelajaran.
Kurikulum 2013 yang digunakan Kompetensi Inti (KI) Berbasis tematik, sehingga dalam
pembelajaran yang digunakan adalah tema-tema yang menjadi acuan atau bahan ajar.
Silabus yang digunakan adalah silabus yang dibuat oleh masing-masing satuan pendidikan
yang berdasarkan silabus nasional.
Silabus yang digunakan adalah silabus dari pusat, sehingga seluruh indonesia menggunakan silabus
yang sama.
Kurikulum 2006 (KTSP), mata pelajaran pendidikan pancasila ditiadakan dan diganti dengan mata
pelajaran pendidikan kewarganegaraan.
Kurikulum 2013, mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan dirubah menjadi pendidikan pancasila
dan kewarganegaraan.
3. Proses Pembelajaran
a. Perbedaan
2) Kurikulum 2013. Bermacam jenis konten pembelajaran diajarkan terkait dan terpadu satu sama
lain. Konten ilmu pengetahuan diintegrasikan dan dijadikan penggerak konten pembelajaran lainnya.
b. Persamaan
1) Kurikulum 2006 (KTSP) dan Kurikulum 2013 sama-sama menampilkan teks sebagai butir-butir
KD.
2) Untuk struktur kurikulumnya baik pada KTSP atau pada 2013 sama-sama dibuat atau dirancang
oleh pemerintah tepatnya oleh Depdiknas.
4) Terdapat kesamaan esensi kurikulum, misalnya pada pendekatan ilmiah yang pada hakekatnya
berpusat pada siswa. Dimana siswa yang mencari pengetahuan bukan menerima pengetahuan.
4. Evaluasi Pembelajaran
Untuk menerapkan konsep kesamaan antara SMA dan SMK maka dikembangkan kurikulum
Pendidikan Menengah yang terdiri atas Kelompok mata pelajaran Wajib dan Mata pelajaran Pilihan.
a. Mata pelajaran wajib sebanyak 9 (Sembilan) mata pelajaran dengan beban belajar 18 jam per
minggu.
b. Mata pelajaran pilihan terdiri atas pilihan akademik (SMA) serta pilihan akademik dan
vokasional (SMK).
Beban belajar di SMA untuk Tahun X, XI, dan XII masing-masing 43 jam belajar per minggu. Satu jam
belajar adalah 45 menit. Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah kelompok mata pelajaran wajib
sebagai berikut.
KelompokWajib
1 Pendidikan Agama 3 3 3
2 PendidikanPancasiladanKewarganegaraan 2 2 2
3 Bahasa Indonesia 4 4 4
4 Matematika 4 4 4
5 Sejarah Indonesia 2 2 2
6 BahasaInggris 2 2 2
7 SeniBudaya 2 2 2
8 Prakarya 2 2 2
9 PendidikanJasmanidanRohani 2 2 2
KelompokPeminatan
Mata PelajaranPeminatanAkademikdanVokasi
(SMK) 28 28 28
Kompetensi Dasar mata pelajaran wajib memberikan kemampuan dasar yang sama bagi tamatan
Pendidikan Menengah antara mereka yang belajar di SMA dan SMK. Bagi mereka yang memilih SMA
tersedia pilihan kelompok peminatan (sebagai ganti jurusan) dan pilihan antar kelompok peminatan
dan bebas. Nama kelompok minat diubah dari IPA, IPS dan Bahasa menjadi Matematika dan Sains,
Sosial, dan Bahasa. Terlampir di bawah adalah mata pelajaran peminatan dan mata pelajaran pilihan
(pendalaman minat dan lintas minat).
Kelas
KelompokWajib 23 23 23
PeminatanMatematikadanSains
I 1. Matematika 3 4 4
2. Biologi 3 4 4
3. Fisika 3 4 4
4. Kimia 3 4 4
PeminatanSosial
1. Geografi 3 4 4
2. Sejarah 3 4 4
3. SosiologidanAntropologi 3 4 4
II 4. Ekonomi 3 4 4
PeminatanBahasa
1. BahasadanSastra Indonesia 3 4 4
2. BahasadanSastraInggris 3 4 4
3. BahasadanSastraAsingLainnya 3 4 4
III 4. SosiologidanAntropologi 3 4 4
Mata PelajaranPilihan
PilihanPendlamanMinatatauLintasMinat 6 4 4
Kelebihan Kelemahan
Menggunakan pendekatan kompetensi
yang menekankan pada pemahaman,
kemampuan atau kompetensi terutama
di sekolah yang berkaitan dengan
pekerjaan masyarakat sekitar.
Kelebihan Kekurangan
PENUTUP
A. Kesimpulan
Falsafah Pendidikan Agama Islam berdasarkan Al-Qur’an sebagai sumber utamanya dan otomatis
menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber utama dalam penyusunan kurikulumnya. Di dalam Al-Qur’an
dan hadis ditemukan kerangka dasar yang dapat dijadikan sebagai pedoman operasional dalam
penyusunan kurikulum pendidikan Islam. Kerangka tersebut adalah : (1) tauhid dan (2) perintah
membaca.
a. Tujuan
b. Bahan Ajar
c. Proses Pembelajaran
d. Evaluasi Pembelajaran
Kurangnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan satuan pendidikan
yang ada serta minimnya kualitas guru dan sekolah.
Pemerintah seolah melihat semua guru dan siswa memiliki kapasitas yang sama dalam kurikulum
2013. Guru juga tidak pernah dilibatkan langsung dalam proses pengembangan kurikulum 2013.
B. Rekomendasi
Makalah yang berjudul Perbedaan Kurikulum KTSP 2006 dan Kurikulum 2013, memberikan
pengetahuan tentang adanya perbedaan yang terjadi dalam dunia pendidikan di setiap tahunnya,
baik dari mata pelajaran, maupun cara mengajarnya yang mengharuskan guru lebih inovatif lagi
dalam memberikan materi pembelajaran. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan para
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Ramayulis. 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Wina Sanjaya. 2008. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Muslich Mansir. 2008. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi
Aksara.
http://gladysnereweb.blogspot.com/2013/05/kelebihan-dan-kekuranga-kurikulum-2013.html.
Diakses pada tanggal 21 Februari 2014