Anda di halaman 1dari 12

Jumat, 2008 September 12

CANCER SERVIC

PENDAHULUAN

Kanker serviks adalah keadaan dimana sel kehilangan kemampuannya dalam mengendalikan
kecepatan pembelahan dan pertumbuhannya. Normalnya, sel mati seimbang dengan jumlah sel
yang tumbuh. Apabila sel tersebut sudah mengalami malignasi/keganasan atau bersifat kanker
maka sel tersebut terus menerus membelah tanpa memperhatikan kebutuhan, sehingga
membentuk tumor atau berkembang “tumbuh baru” tetapi tidak semua yang tumbuh baru itu
bersifat karsinogen (Daniele Gale, 1996).
Beberapa faktor yang mempengaruhi insiden Ca Cervix adalah : usia, ras, etnik, status sosial
ekonomi, pola seksual, perokok, dan terpajan virus terutama virus HPV. Pada usia 45-55
merupakan puncak insiden terjadinya Ca cervix. Wanita Amerika asal Afrika dan asal Hispanik
mempunyai angka kejadian yang lebih tinggi dibanding dengan kelompok masyarakat kulit putih
(Causasian). Pada wanita yang aktif menjalankan aktivitas seksual di waktu muda serta berganti-
ganti pasangan mempunyai resiko yang lebih besar.
Ada dua tipe dalam pembagian Ca cervix, yaitu : Ca tipe Skuamosa dan Tipe Adenokarsinoma.
Karsinoma Skuamosa insidennya mencapai 80-95% dan sering terjadi pada usia lanjut. Dan
sisanya merupakan insiden dari Adenokarsinoma yang sering terjadi pada wanita muda dan
biasanya Ca ini berkembang menjadi sangat agresif.
Menurut Gale tidak ada tanda yang spesifik pada kasus Ca ini. Pada kasus ini tidak selalu tampak
tumor, tetapi kadang terjadi perdarahan karena ulserasi pada permukaan cervix. Adanya
perdarahan inilah yang mengharuskan wanita ini datang ke pusat pelayanan kesehatan, adanya
nyeri abdomen dan punggung bawah mungkin dapat menjadikan petunjuk bahwa penyakit ini
telah berkembang dengan sangat cepat.
TINJAUAN PUSTAKA
PENGERTIAN
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari
adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal disekitarnya
(FKUI, 1990; FKKP, 1997).
Kanker serviks sering dianggap sebagai suatu penyakit menular seksual yang disebabkan oleh
infeksi galur-galur tertentu untuk papiloma manusia (HPV). Kanker serviks paling sering timbul
pada wanita yang memiliki banyak pasangan seksual/yang pasangan seksual dan yang pasangan
seksualnya pernah memiliki banyak pasangan seksual lain (Carwin, 2000).
Kanker serviks merupakan karsinoma ginekologi yang terbanyak diderita (Manjoer, 1999).

FAKTOR PENCETUS
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan
predisposisi yang menonjol, antara lain :
Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual semakin
besar mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda.
Jumlah kehamilan dan partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering partus
semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.
Jumlah perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan mempunyai faktor
resiko yang besar terhadap kanker serviks ini.
Infeksi virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dam virus papiloma atau virus kondiloma akuminta
diduga sebagai faktor penyebab kanker serviks.
Sosial ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin faktor sosial
ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan
sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi
imunitas tubuh.
Hygiene dan sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada wanita yang pasangannya belum
disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak
kumpulan-kumpulan smegma.
Merokok dan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan
berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi
infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya
kanker serviks.

ETIOLOGI
Idiopatik

KLASIFIKASI PERTUMBUHAN SEL AKAN KANKER SERVIKS


Mikroskopis
Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagian basal epidermis. Displasia berat terjadi pada dua
pertiga epidermi hampir tidak dapat dibedakan dengan karsinoma insitu.
Stadium karsinoma insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan epidermis menjadi
karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang tumbuh di daerah ektroserviks, peralihan sel
skuamosa kolumnar dan sel cadangan endoserviks.
Stadium karsinoma mikroinvasif
Pada karsinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan sel meningkat juga sel
tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari
membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya ditemukan pada skrining kanker.
Stadium karsinoma invasif
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan bentuk sel
bervariasi. Pertumbuihan invasif muncul di area bibir posterior atau anterior serviks dan meluas
ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau anterior, jurusan parametrium dan korpus
uteri.
Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks
Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tumbuh kearah vagina dan dapat mengisi setengah
dari vagina tanpa infiltrasi ke dalam vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan
perdarahan.
Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh progresif meluas ke forniks,
posterior dan anterior ke korpus uteri dan parametrium.
Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambat laun lesi berubah bentuk
menjadi ulkus.
Makroskopis
Stadium preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan serviksitis kronik biasa
Stadium permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar ostium externum
Stadium setengah lanjut
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio
Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti ulkus dengan jaringan
yang rapuh dan mudah berdarah.

MANIFESTASI KLINIK
Dari Anamnesis didapatkan keluhan :
Metrorargia (perdarahan uterus yang terjadi di luar siklus menstruasi)
Keputihan warna putih/purulen yang berbau dan tidak gatal
Perdarahan pasca coitus
Perdarahan spontan
Bau busuk yang khas
Pada yang lanjut ditemukan keluhan cepat lelah, kehilangan berat badan dan anemia.
Pada pemeriksaan fisik serviks dapat teraba, membesar, iregular dan teraba lunak.
Bila tumor tumbuh eksofitik maka akan terlihat lesi pada porsio/sudah sampai vagina.

PATOFISIOLOGI
Karsinoma serviks timbul dibatas antara epitel yang melapisi ektoserviks (parsial) dan
endoserviks kanalik serviks yang disebut Squamo Columnar Junction (SCJ). Pada wanita muda
SCJ ini berada di luar ostium uteri eksterneum, sedang wanita berumur > 35 tahun SCJ berada
didalam kanalis serviks. Pada awal perkembangannya kanker serviks tak memberi tanda-tanda
atau keluhan. Pada pemeriksaan dengan spekulum tampak sebagai porsio yang erosif (Metaplasia
Skuamosa) yang fisiologi/patologik.
Tumor dapat tumbuh eksofitik mulai dari SCJ ke arah lumen vagina sebagai masa proliferasi
mengalami infeksi sekunder dan nekrosis, endofitik mulai dari SCJ tumbuh ke dalam serviks dan
cenderung utuh mengadakan infiltrasi menjadi ulkus, ulseratif cenderung merusak jarinan serviks
dengan melibatkan awal farniase vagina menjadi ulkus yang luas.
Serviks yang normal, secara alami mengalami proses metaplasi (erasio) akibat saling desak
mendesaknya kedua jenis epital yang melapisi. Dengan masuknya mutagen, porsio yang erosif
(metaplasia skuamosa) yang semula faali/fisiologik dapat berubah menjadi patologik (displatik-
diskariotik) melalui tingkatan NIS-I, II, III dan KIS untuk akhirnya menjadi karsinoma invasif.
Sekali menjadi mikro invasif atau invasif, proses keganasan akan berjalan terus.
Periode laten (dari NIS-I s/d KIS) tergantung dari daya tahan tubuh penderita. Umumnya fase
prainvasif berkisar antara 3-10 tahun (rata-rata 5-10 tahun). Perubahan epitel displatik serviks
secara kontinu yang masih memungkinkan terjadinya regresi spontan dengan pengobatan/tanpa
diobati itu dikenal dengan unitarian concept dari Richart. Histopatologik sebagian terbesar (95-
97%) berupa epidermoid atau squamous cell carcinoma, sisanya adenokarsinoma, clearcell
carcinoma/mesonephroid carcinoma, dan yang paling jarang adalah sarkoma.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Sitologi/Pap Smear (Prostatic Acid Phosphate)
Keuntungan, murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat.
Kelemahan, tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.
Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak mengikat yodium. Kalau
porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang
terkena karsinoma tidak berwarna.
Kolposkopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan dibesarkan 10-40
kali.
Keuntungan : dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk melakukan
biopsy.
Kelemahan : hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang kelainan pada
skuamosa columnar junction dan intra servikal tidak terlihat.
Kolpomikroskopi
Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali.
Biopsi
Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya
Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput sendir serviks dan epitel gepeng dan
kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan para serviks tidak tampak
kelainan-kelainan yang jelas.
Pemeriksaan secara radiologis (CT Scan dan MRI) untuk mengetahui apakah sudah ada
penyebaran lokal dari ca tersebut.
Servikografi
Gineskopi
Pap net/pemeriksaan terkomputerisasi dengan hasil lebih sensitive

KLASIFIKASI KLINIS
Klasifikasi yang digunakan adalah IFGO (International Federation of Gynecology and
Obstetrics) yaitu :
a.Tingkat klinik 0:
Karsinoma insitu atau karsinoma intraepitel : membrana basalis masih utuh.
b.Tingkat klinik I:
Proses terbatas pada serviks.
Ia:
Membrana basalis sudah rusak dan sel tumor ganas sudah memasuki stroma, tetapi tidak
melebihi 1 mm dan sel timor tidak terdapat dalam pembuluh limfe atau pembuluh darah.
Ib.occ:
(Ib, occult = Ib yang tersembunyi), secara klinis tumor ini belum tampak sebagai karsinoma,
tetapi pada pemeriksaan histologik ternyata tumor telah mengadakan invasi stroma melebihi Ia.
Ib:
Secara klinis sudah diduga adanya tumor ganas dan secara histologik terdapat invasi ke stroma
c.Tingkat klinik II:
Proses sudah keluar dari seviks dan menjalar ke 2/3 bagian atas vagina dan atau ke parametrium
tetapi tidak sampai ke dinding panggul.
IIa:
Penyebaran ke vagina, parametrium masih bebas dari proses.
IIb:
Penyebaran ke parametrium.
d.Tingkat klinik III:
Penyebaran telah sampai ke 1/3 distal vagina atau ke parametrium sampai dinding panggul.
IIIa:
Penyebaran ke vagina, proses di parametrium tidak menjadi persoalan, asal tidak sampai pada
dinding panggul.
IIIb:
Penyebaran ke parametrium sampai dinding panggul (tidak ditemukan daerah bebas antara tumor
dan dinding panggul), atau proses pada tingkat klinik I dan II tetapi disertai gangguan fungsi
ginjal.
e.Tingkat klinik IV:
Tumor telah mencapai mukosa rektum atau kandung kencing atau telah terjadi metastasis ke luar
panggul kecil atau ke tempat-tempat jauh.
IVa:Proses sudah keluar dari panggul kecil atau sudah sampai mukosa rektum atau kandung
kencing.
IVb:Telah terjadi penyebaran jauh.

TERAPI
Irradiasi
Dapat dipakai untuk semua stadium
Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
Tidak menyebabkan kematian seperti operasi
Dosis
Penyinaran ditujukan pada jaringan karsinoma yang terletak diserviks
Komplikasi irradiasi
Kerentanan kandung kencing
Diarrhea

CONTOH KASUS
Anda saat ini bertugas di ruang ginekologi, terdapat klien Ny. I 40 tahun, status penikahan
kawin. Masuk RS sejak 28 Juni 05. Pengkajian dilakukan tanggal 27 Juli 05. Status obstetri
G6P6A0. Dx. Medis carsinoma epidermoid serviks stadium III B. Keluhan utama saat ini nyeri
pada perut kiri bawah. Dari keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit seperti ini
sebelumnya. Riwayat haid klien menarche usia 16 tahun, haid terakhir 3 bulan yang lalu, siklus
teratur 28 hari. Klien mengeluh takut terhadap penyakit yang menimpanya karena telah
dilakukan eksternal radiasi 13x tetapi belum ada perubahan yang berarti. Klien tampak lemah
tidak bergairah. TD 110/80 x/mnt, N 80 x/mnt, RR 24 x/mnt. Klien cenderung tidur dan jarang
berkomunikasi dengan klien lainnya. Ny I menyatakan skala nyeri 4, seperti tertindih benda
berat, muncul setiap 5 jam-an sekali durasi 1 menit. Terapi aliranion 1vit A 1x1, inj kalnex 3x1
asam mefenamat 3x500 mg. Hb klien 10,6 gr%, Ht 31,8%, leukosit 9,7 rb/mm3. Klien telah
mampu melakukan teknik nafas dalam bila nyerinya datang. Klien juga merasa malu dengan
penyakitnya, klien bertanya apakah ini hukuman dari Tuhan karena kesalahannya. Klien malu
terhadap suaminya
Soal A
Rancanakan NCP pada klien tersebut!
Apa intervensi anda dan bagaimana evaluasinya ? (kaitkan dengan data)
Pengkajian
Data Subjektif
Identitas pasien
Nama : Ny. I
Umur : 40 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : DIII
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kabupaten X
Identitas suami
Nama : Tn. X
Umur : 45 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Pengajar SMU
Alamat : Kabupaten X
Alasan datang : untuk melakukan terapi eksternal radiasi
Keluhan utama : nyeri pada perut kiri bawah dengan skala 4 muncul 5 jam sekali durasi 1 menit
Riwayat kesehatan sekarang : carsinoma epidermoid serviks stadium
Riwayat kesehatan dahulu : tidak ada riwayat penyakit keturunan akut, kronis maupun menular
Riwayat kesehatan keluarga : tidak ada yang menderita penyakit kanker servik sebelumnya
Riwayat obstetri
Riwayat haid
- Menarche : 16 tahun Warna : Merah
- Siklus : 28 hari Konsistensi : cair
- Lama Haid : 5-7 hari Fluor albus : 2x dalam Seminggu
berbau busuk
warna coklat kekuningan
gatal
- Bau : khas Haid Terakhir : 3 bulan yang lalu
Riwayat perkawinan :satu kali
Riwayat kehamilan :G6 P6 AO
Gravid:6 kali Abortus : tidak pernah
Partus : 6 kali
Data Obyektif
TTV : TD 110/80 x/mnt Hb : 10,6 gr%
N 80 x/mnt Ht 31,8%
RR 24 x/mnt Leukosit 9,7 tb/mm3
Penatalaksanaan
Dilakukan eksternal radiasi sebanyak 13x
Terapi aliranion 1x1
Vit A 1x1
Injeksi kalnex 3x1
Asam Mefenamat 3x500
Analisa Data
No
Data
Masalah Keperawatan
Penyebab
1.
Data subyektif
Klien mengeluh nyeri pada perut bagian kiri bawah
Klien mengatakan skala nyeri 4, seperti tertindih benda berat, muncul setiap 5 jam sekali durasi 1
menit
Data obyektif :
Nadi 90x/menit
Nyeri
Proses inflamasi pada jaringan epidermoid serviks
2.
Data subyektif :
Klien mengeluh takut terhadap penyakit yang menimpanya karena telah dilakukan eksternal
radiasi 13 x tetapi belum ada perubahan
Klien juga merasa takut terhadap akibat lanjut dari terapinya
Data obyektif :
Klien sering bertanya tentang prosedur terapi
Cemas
Kurang pengetahuan klien terhadap proses terapi yang dijalaninya
3.
Data subyektif :
Klien mengatakan merasa malu pada suami dan keluarganya karena penyakitnya
Data obyektif :
Klien cenderung tidur dan jarang berkomunikasi dengan klien lainnya
Perubahan konsep diri
Krisis situasi
Masalah Keperawatan
Nyeri
Cemas/ansietas
Perubahan konsep diri
Diagnosa Keperawatan
Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi pada jaringan epidermoid servik.
Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan terhadap proses terapi yang dijalani.
Perubahan konsep diri berhubungan dengan krisis situasi
Perencanaan
Dx Kep
Tujuan
Intervensi
Rasional
Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi pada jaringan epidermoid serviks
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x60 menit diharapkan klien dapat mengontrol
nyeri dan tahu cara-cara mengatasi nyeri yang timbul akibat kanker yang dialami
Keriteria hasil :
Intensitas nyeri berkurang
Tenang
Rileks
Tentukan riwayat nyeri (lokasi, durasi, derajat, type) dan nilai dengan skala nyeri
Berikan penjelasan kepada klien bahwa nyeri dapat terjadi secara berkelanjutan dan anjurkan
terapi non farmakologis :
Relaksasi
Distraksi
Sentuhan Terapeutik
Evaluasi/sadari terapi tertentu (misalnya pembedahan eksternal radiasi, kemoterapi)
Evaluasi penghilangan nyeri/ kontrol nilai aturan pengobatan bila perlu
KOLABORASI
Kembangkan rencana manajemen nyeri dengan pasien dan dokter
Berikan analgesik sesuai indikasi. Berikan hanya untuk memberikan analgesik dalam sehari-hari,
ubah dari analgesik kerja pendek menjadi kerja panjang bila diindikasikan
Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan/keefektifan intervensi
Memungkinkan pasien untuk berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan kontrol terhadap nyeri
Ketidaknyaman rentang luas adalah umum (mis : kulit terbakar, sakit kepala) tergantung pada
prosedur yang digunakan
Tujuannya adalah kontrol nyeri maksimum dengan pengaruh minimum pada AKS
Rencana terorganisasi mengembangkan kesempatan untuk kontrol nyeri. Terutama dengan nyeri
kronis, pasien/ orang terdekat harus aktif menjadi partisipan dalam manajemen nyeri di rumah
Nyeri adalah komplikasi sering dari kanker, meskipun respons individual berbeda, saat
perubahan penyakit/pengobatan terjadi, penilaian dosis dan pemberian akan diperlukan
Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan terhadap proses yang dijalani
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x30 menit diharapkan klien mendapatkan
informasi kanker yang diderita, penanganan dan prognosisnya dengan kriteria hasil :
Klien mengetahui tindakan-tindakan yang harus dilalui klien
Klien tahu tindakan yang harus dilakukan di rumah untuk mencegah komplikasi
Sumber-sumber koping teridentifikasi
Ansietas berkurang
Klien mengutarakan cara mengantisipasi ansietas
Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
Dorong diskusi terbuka tentang kanker, pengalaman orang lain, serta tata cara mengontrol
dirinya
Identifikasi mereka yang beresiko terhadap ketidakberhasilan penyesuaian
Tunjukkan adanya harapan
Tingkatkan aktifitas dan latihan fisik
Berikan dorongan spiritual
Membantu pasien dalam membangun kepercayaan terhadap tenaga kesehatan
Membantu pengkajian terhadap kemandirian dalam pengambilan keputusan
Dapat mengetahui kemampuan memecahkan masalah yang efektif, meningkatkan motivasi dan
meningkatkan sistem pendukung yang positif
Meningkatkan kedamaian diri klien
Meningkatkan kemampuan pasien untuk mengatasi nyeri
Perasaan dekat dengan Tuhan akan meningkatkan kemampuan pasien untuk mengurangi
kecemasan
Perubahan konsep diri berhubungan dengan klien malu terhadap penyakitnya
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan selama 1x 24 jam diharapkan klien mampu menerima
keadaan dirinya dengan kriteria hasil
Klien tidak putus asa
Klien menerima perubahan dirinya
Klien mampu untuk mengekpresikan perasaannya tentang kondisinya
Klien mampu membagi perasaannya dengan perawat keluarga dan orang terdekat
Klien mengkomunikasikan perasaan tentang perubahan dirinya secara konstruktif
Klien mampu berpartisipasi dalam perawatan dirinya
Berikan dorongan spiritual
Dapat mengetahui perasaan klien tentang kondisinya
Orang-orang terdekat dengan klien dapat merespon tentang perasaan klien
Dapat mengetahui perubahan klien secara konstruktif
Dapat melakukan perawatan diri secara mandiri
Perasaan dekat dengan Tuhan akan meningkatkan kemampuan klien untuk membentuk
kepercayaann dirinya
Saat siang hari anda melakukan evaluasi didapatkan data klien masih tampak kurang
bersemangat, klien tetap menyalahkan dirinya atas penyakitnya ini. Klien juga merasa takut
terhadap akibat lanjut dari terapinya. Terlebih saat ini BB klien turun 20 kg dari BB sebelumnya.
Selama di RS klien tampak tidak ada yang menunggui. Bila sakit datang klien melakukan nafas
dalam sambil memegangi perutnya. Klien minta obat penghilang nyerinya ditambah.
Nafsu makan klien saat ini rendah, klien hanya menghabiskan 1/3 dari porsi makannya, klien
hanya menghabiskan 1/3 dari porsi makannya, klien merasa eneg dan mual, turgor kulit klien
kering.
Soal B
Bagaimana prioritas Dx keperawatan anda saat ini
Buat NCP bila ada Dx keperawatan yang baru
Analisa Data
No
Data
Masalah Keperawatan
Penyebab
1.
Data subyektif :
Klien mengatakan merasa eneg dan mual
Data obyektif :
BB klien turun 20 kg dari BB sebelumnya
Nafsu makan klien saat ini rendah, klien hanya menghabiskan 1/3 dari porsi makannya.
Perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan
Efek eksternal radiasi
2.
Data subyektif :
Klien merasa takut terhadap akibat lanjut dari penyakitnya.
Data obyektif :
Selama di RS klien tampak tidak ada yang menunggui
Koping keluarga tidak efektif
Cemas
Masalah Keperawatan
Perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan
Koping keluarga tidak efektif
Diagnosa Keperawatan
Perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan efek eksternal radiasi.
Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan cemas
Perencanaan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasionalisasi
Perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan efek eksternal radiasi
Setelah dilakukan intervensi selama 7x24 jam klien tercukupi kebutuhan nutrisinya.
Kriteria hasil :
Klien menghabiskan porsi makannya dan makan sebanyak 3 kali sehari
BB klien mengalami peningkatan
Pengungkapan pemahaman (tentang nutrisi) pengaruh individual pada masukan adekuat
Pantau masukan makanan setiap hari
Ukur tinggi, BB dan ketebalan lipatan kulit trisep (pengukuran antropometrik lainnya sesuai
indikasi). Pastikan jumlah penurunan BB saat ini. Timbang BB setiap hari/sesuai indikasi
Dorong pasien untuk makan diet TKTP, dengan masukan cairan adekuat. Dorong penggunaan
supplement (misalnya B12 dan susu)
Nilai diet sebelumnya dan segera setelah pengobatan. Berikan cairan 1 jam sebelum atau 1 jam
setelah makan
Kontrol faktor lingkungan (mis, bau tidak sedap). Hindari makanan yang manis, berlemak atau
pedas
Ciptakan suasana makan yang menyenangkan
Dorong penggunaan teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi, latihan sedang sebelum
makan
Identifikasi pasien yang mengalami mual yang diantisipasi
Berikan antiemetik pada jadwal reguler sebelum/selama dan setelah pemberian agen
antineoplastik
Evaluasi keefektifan antiemetik
KOLABORASI
Tinjau ulang pemeriksaan laboatorium sesuai indikasi, mis : jumlah limfosit total, transferin
serum, albumin dan trombosit
Berikan obat-obatan sesuai indikasi :
Fenotiazin; anti-dopaminergik; antihistamin
Kortikosteroid; kanabihoid; bensodiazepin
Rujuk pada ahli diet
Mengidentifikasi kekuatan/definisi nutrisi
Membantu dalam identifikasi mal-nutrisi protein-kalori, khususnya bila BB dan pengukuran
antropometrik kurang dari normal
Kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan seuplemen dapat memainkan
peran penting dalam mempertahankan masukan kalori dan protein adekuat
Keefektifan penilaian diet sangat individual dalam penghilangan mual pasca terapi. Pasien harus
mencoba untuk menemukan solusi terbaik
Dapat mengurangi respon mual/muntah
Dapat meningkatkan selera makan klien
Dapat mencegah/ menurunkan awitan mual dan memungkinkan pasien meningkatkan masukan
oral
Mual/muntah psikogenik terjadi sebelum kemoterapi mulai secara umum tidak berespon
terhadap obat antiemtik. Perubahan lingkungan pengobatan atau rutinitas pasien pada hari
pengobatan mungkin efektif
Mual/muntah menurunkan kemampuan dan efek samping psikologis kemoterapi yang
menimbulkan stres
Individual berespon secara berbeda pada semua obat. Antiemetik firstine mungkin tidak bekerja,
memerlukan perubahan pada atau kombinasi terapi obat
Membantu mengidentifikasi derajat ketidak-seimbangan biokimia/ malnutrisi dan mempengaruhi
pilihan intervensi diet. Catatan: pengobatan anti kanker dapat juga mengubah pemeriksaan
nutrisi, sehingga semua hasil harus diperbaiki dengan status klinis klien
Kebanyakan antiemetik bekerja untuk mempengaruhi stimulasi pusat muntah dan kemoreseptor
mentringer agen zona juga bertindak secara perifer untuk menghambat peristaltik balik
Terapi kombinasi (mis. Torecan dengan Decadron/ valium) seringkali lebih efektif daripada agen
tunggal
Memberikan rencana diet khusus untuk memenuhi kebutuhan individu dan menurunkan masalah
berkenaan dengan malnutrisi protein/ kalori dan defisiensi mikronutrien
Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan cemas
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan klien : mempunyai
mekanisme koping yang efektif
Evaluasi mekanisme koping keluarga dan hubungan antara keluarga
Berikan dukungan emosi dengan menyediakan waktu, privasi, dan kesempatan untuk diskusi
terbuka. Berikan informasi dengan jujur mengenai kondisinya
Berikan klien kesempatan untuk menangis atau mengekspresikan masalahnya dengan bebas
Kaji ketrampilan koping masa lalu dan yang akan datang, gali ketersediaan strategi koping
hubungan antara individu dan anggota keluarga dan sistem pendukung
Berikan lingkungan pendukung yang tenang dan model peran untuk keluarga
Membantu dalam mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dan ketersediaan sistem pendukung
Membantu klien untuk mengidentifikasi dan mengklarifikasi ketakutan dan masalah
Memberikan kesempatan klien untuk meluapkan kesedihan dan mengungkapkan perasaan
dirinya. Pengungkapan diri mis: pembagian pengalaman seseorang dengan klien mungkin efektif
dalam merangsang klien untuk bicara dan mengungkapkan perasaannya
Ketrampilan koping masa lalu mungkin efektif dalam situasi saat ini/klien mungkin perlu untuk
mengembangkan strategi koping baru. Mekanisme koping positif meliputi komunikasi terbuka
tentang rasa takut.
Lingkungan pendukung yang tenang akan meningkatkan perasaan nyaman dan tidak takut
terhadap regimen pendekatan klien

DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marylin E., 1989, Nursing Care Plans, USA Philadelphia : F. A Davis Company
Gale, Daniele, 1996, Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran RGC.

Junadi, Purnawan, 1982, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Aesculapius Universitas
Indonesia
Sarwono, 2005, Ilmu Kandungan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo,
Universitas Indonesia
Diposkan oleh Raden Ahmad Dedy Mardani, S.Kep. Ns. di 06:42

Anda mungkin juga menyukai