Anda di halaman 1dari 11

JHeS, Vol 2, No 1, Maret 2018, Hal.

1 - 11
ISSN print: 2549-3345, ISSN online: 2549-3353
DOAJ: http://doaj.org/toc/2549-3353
Google scholar: https://scholar.google.co.id
Sinta: sinta.ristekdikti.go.id
Tersedia online di https://ejournal.unisayogya.ac.id

Analisis Kebijakan Regionalisasi Rujukan terhadap Jumlah


Kunjungan dan Kepuasan Peserta Jaminan Kesehatan Nasional

Amirul Mustofa, Arlina Dewi


Program Studi Manajemen Rumah Sakit Fakultas Pasca Sarjana
Universitas Muhamadiyah Yogyakarta
Email: amirulmustofa82@gmail.com

Abstract: This research was conducted to know the difference of visit number and
satisfaction level before and after referral regionalization policy. The research type
is quantitative with cross sectional study approach. This study uses secondary data
of JKN participants at the Hospital Bantul District. Data analysis using paired t-test
paired test and analysis of variance (Anova). Based on the test of normality's output
that visit data and satisfaction are normally distributed. The research data was taken
in seven hospitals because it has complete data about JKN participants' satisfaction
data in Advanced Health Facility Advanced Facility (FKRTL) before and after the
policy was enacted.

Keywords: national health insurance, regionalization, policy

Abstrak: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan jumlah kunjungan


dan tingkat kepuasan sebelum dan sesudah kebijakan regionalisasi rujukan. Jenis
penelitian adalah kuantitatif dengan pendekatan cross sectional study. Penelitian ini
menggunakan data sekunder peserta JKN di Rumah Sakit (RS) Kabupaten Bantul.
Analisa data menggunakan uji paired t-test berpasangan dan uji analysis of varian
(Anova). Berdasarkan output test of normality bahwa data kunjungan dan kepuasan
berdistribusi normal. Data penelitian diambil di tujuh RS karena mempunyai data
lengkap tentang data kepuasan peserta JKN di Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat
Lanjutan (FKRTL) sebelum dan sesudah kebijakan diberlakukan.

Kata kunci: jaminan kesehatan nasional, regionalisasi, kebijakan


2 Journal of Health Studies, Vol. 2, No. 1 Maret 2018, Hal 1-11

PENDAHULUAN dibutuhkannya fasilitas kesehatan yang


Pelayanan kesehatan di Indone- lebih banyak dari sebelumnya untuk
sia saat ini memasuki era pembiayaan melayani peserta JKN.
jaminan kesehatan melalui Badan Dinas Kesehatan Propinsi
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Daerah Istimewa Yogyakarta
Kesehatan sebagai penyelenggaranya. mengeluarkan keputusan nomor
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 441/7102/III tanggal 21 Juli 2014
telah dilaksanakan sejak 1 Januari tentang kebijakan regionalisasi dan
2014 berdasarkan amanat Undang- sistem rujukan berjenjang untuk
Undang Dasar 1945 dan Undang- memenuhi aspek ketersediaan sarana
Undang No. 40 tahun 2004 tentang fasilitas kesehatan dan kepuasan
Sistem Jaminan Sosial Nasional peserta JKN. Berdasarkan hasil
(SJSN) demi tercapainya jaminan wawancara dengan BPJS Kesehatan
kesehatan semesta (DJSN, 2012). Kantor Cabang Yogyakarta didapatkan
Salah satu sasaran yang dicapai data mengenai keluhan peserta JKN di
dalam pengembangan JKN adalah FKRTL Kabupaten Bantul meliputi
kepuasan pasien, dimana dalam peta pelayanan yang kurang ramah, kurang
jalan JKN disebutkan bahwa paling informatif, antrian panjang, penolakan
sedikit 75% pasien menyatakan puas peserta yang tidak terdaftar, penolakan
diberikan pelayanan oleh faskes yang pasien luar wilayah. FKRTL yang
bekerjasama dengan BPJSpada tahun bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
2014 dan pada akhirnya mencapai di Kabupaten Bantul sejak tahun 2014
kepuasan pasien sebesar 85% pada mengalami peningkatan yang awalnya
tahun 2019 (DJSN, 2012). berjumlah 10 pada 30 Juni 2016 sudah
Berdasarkan data BPJS Kesehat- meningkat menjadi 13 ditambah dua
an Divisi Regional VI tercatat jumlah klinik utama (haemodialisa dan
peserta JKN per 30 Juni 2016 di bedah). Adanya FKRTL favorit
Propinsi DIY sebanyak 2.664.906 peserta JKN di Kabupaten Bantul
orang dan jumlah peserta JKN menyebabkan jumlah kunjungan
Kabupaten Bantul sebanyak 727.077 menjadi menumpuk di beberapa
(27,28%) dari total peserta JKN di FKRTL tertentu saja. Hal ini
Propinsi DIY, serta menjadi kabupaten merupakan indikasi memunculkan
kedua terbanyak dalam jumlah peserta permasalahan baru dalam pemerataan
JKN setelah Kotamadya Yogyakarta. jumlah kunjungan dan kepuasan
Hal ini tentu berdampak pada pasien JKN.
Amirul Mustofa, Arlina Dewi, Analisis Kebijakan Regionalisasi Rujukan........ 3

Tabel 1. Data BPJS Kesehatan Kantor Cabang Yogyakarta


Jumlah Kunjungan Kepuasan
Jenis Kelas
no Nama RS
RS RS RJTL RITL RJTL RITL
2014 2015 2014 2015 2015 2016 2015 2016
RSUD
1. Daerah B 116.452 127.895 12.667 11.761 73,41 73 74,49 79,85
Bantul
RS. Dr.
2. S.Hardjo Pusat B 57.503 79.662 5.030 7.079 75,09 73,37 74,07 73,73
lukito
RSK Paru
3. Pusat C 926 2.201 340 306 72,35 77 73,73 72,40
Respira
RS. PKU
4. Muham Swasta C 34.351 52.893 5.425 5.689 74,72 74,20 73,17 72
madiyah
RS. Nur
5. Swasta D 15.740 21.443 3.258 3.130 75,42 78,07 94,20 87
Hidayah
RS.
6. Rachma Swasta D 6.637 7.959 2.404 2.625 70,05 76,36 71,60 79,30
Husada
RS. Santa
7. Swasta D 2.798 3.838 915 987 71,19 76 83,82 75,96
Elisabeth
Sumber : Data BPJS Kesehatan Kantor Cabang Yogyakarta

Data penelitian ini diambil di yaitu kebijakan regionalisasi rujukan


tujuh FKRTL se-Kabupaten Bantul Dinas Kesehatan Propinsi Daerah
dengan jumlah 30 kuisioner uji Istimewa Yogyakarta, sedangkan
kepuasan untuk masing-masing variabel dependennya yaitu jumlah
FKRTL. Penelitian ini dilakukan untuk kunjungan dan kepuasan rawat jalan
mengetahui perbedaan jumlah tingkat lanjut (RJTL) dan rawat inap
kunjungan dan tingkat kepuasan tingkat lanjut (RITL).
sebelum dan sesudah kebijakan Data sebelum kebijakan
regionalisasi rujukan diberlakukan. diberlakukan adalah data periode
tahun 2014 dan data sesudah kebijakan
METODE PENELITIAN diberlakukan adalah data periode
Jenis penelitian ini adalah tahun 2015 dan 2016.Analisa data
penelitian kuantitatif dengan dilakukan secara statistik untuk
pendekatan cross sectional study. melihat perbedaan.
Variabel independen penelitian ini
4 Journal of Health Studies, Vol. 2, No. 1 Maret 2018, Hal 1-11

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 2. Hasil Paired t-test

Kunjungan Kunjungan Kepuasan Kepuasan


RJTL RITL RJTL RITL
Mean P Mean P Mean P Mean P
sebelum 3,35 4,21
sesudah 0,03 - 0,08
4,23 8 4,48 0,462 2,428 4 -2,088 0,082

Ket : P=paired difference significant

Berdasarkan tabel 2 hasil uji 0,05, sehingga dapat disimpulkan


jumlah kunjungan RJTL signifikansi- bahwa tidak terdapat perbedaan yang
nya 0,038 lebih kecil dari 0,05, signifikan antara tingkat kepuasan
sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien RJTL sebelum dan sesudah
terdapat perbedaan yang signifikan kebijakan diberlakukan. Perbedaan
antara jumlah kunjungan pasien RJTL mean menunjukkan jumlah kunjungan
sebelum dan sesudah kebijakan pasien RJTL sesudah kebijakan
diberlakukan. Jumlah kunjungan RITL diberlakukan lebih banyak jika
signifikansinya 0,462 lebih besar dari dibandingkan dengan jumlah
0,05, sehingga dapat disimpulkan kunjungan pasien RJTL sebelum
bahwa tidak terdapat perbedaan yang kebijakan diberlakukan. Hasil uji
signifikan antara kunjungan pasien kepuasan RITL signifikansinya 0,082,
RITL sebelum kebijakan diberlakukan lebih besar dari 0,05, sehingga dapat
dan kunjungan pasien RITL sesudah disimpulkan bahwa tidak terdapat
kebijakan diberlakukan. perbedaan yang signifikan antara
Hasil uji kepuasan RJTL tingkat kepuasan pasien RITL sesudah
signifikansinya 0,084, lebih besar dari kebijakan diberlakukan.

Tabel 3. Hasil Uji Analysis of Variances(Anova)

Jenis FKRTL Kelas FKRTL


RJTL RITL RJTL RITL
significant 0,110 0,128 0,037 0,085

Berdasarkan tabel 3 hasil uji jumlah kunjungan pasien RJTL peserta


menunjukkan signifikansinya adalah JKN. Hasil uji menunjukkan
0,110, lebih besar dari 0,05, sehingga signifikansinya adalah 0,128, lebih
dapat disimpulkan bahwa tidak ada besar dari 0,05, sehingga dapat
perbedaan rata-rata jumlah kunjungan disimpulkan bahwa tidak ada
pasien RJTL dengan perbedaan jenis perbedaan rata-rata jumlah kunjungan
rumah sakit. Jenis rumah sakit D, P pasien RITL dengan perbedaan jenis
dan S tidak berpengaruh terhadap rumah sakit. Jenis rumah sakit D, P
Amirul Mustofa, Arlina Dewi, Analisis Kebijakan Regionalisasi Rujukan........ 5

dan S tidak berpengaruh terhadap fleksibel. Sesuai hasil observasi dan


jumlah kunjungan pasien RITL peserta wawancara yang dilakukan, RSUD
JKN. Panembahan Senopati Bantul
Hasil uji menunjukkan signi- menunjukkan adanya poli pagi dan
fikansinya 0,037 yang berarti lebih sore mengakibatkan banyak peserta
kecil dari 0,05, sehingga dapat JKN memanfaatkan layanan ini,
disimpulkan bahwa ada perbedaan dibandingkan dengan RS swasta lain
rata-rata jumlah kunjungan pasien yang membuka poli yang sama.
RJTL dengan perbedaan kelas rumah Sebagian besar pasien ke unit rawat
sakit. Kelas rumah sakit B, C dan D jalan memerlukan pelayanan lain
mempunyai pengaruh terhadap jumlah seperti apotik dan rawat inap sehingga
kunjungan pasien RJTL peserta JKN. tidak berlebihan jika dikatakan unit
Hasil uji menunjukkan signifikansinya rawat jalan merupakan etalase dari
0,085 yang berarti lebih besar dari mutu pelayanan rumah sakit secara
0,05, sehingga dapat disimpulkan keseluruhan (Karleanne, 2015).
bahwa tidak ada perbedaan rata-rata Hermawan 2014) mengemuka-
jumlah kunjungan pasien RITL dengan kan bahwa lonjakan jumlah kunjungan
perbedaan kelas rumah sakit. Kelas kebanyakan di rumah sakit dewasa ini
rumah sakit B, C dan D tidak lebih menguntungkan upaya perawatan
mempunyai pengaruh terhadap jumlah pasien pada unit rawat jalan
kunjungan pasien RITL peserta JKN. disebabkan kemajuan teknologi
Kunjungan pasien RJTL dan kedokteran, tuntutan pasien, segi
RITL sebelum dan sesudah kebijakan keamanan, komplikasi penyakit,
diberlakukan.Hasil analisa untuk manfaat efisiensi, biaya pihak ketiga
jumlah kunjungan pasien RJTL (asuransi) kesesuaiannya akan
menunjukkan terdapat perbedaan berdampak pada efisiensi pelayanan
antara jumlah kunjungan peserta JKN rawat jalan dan peningkatan jumlah
sebelum dan sesudah kebijakan kunjungan pasien rawat jalan. Hal ini
tersebut diberlakukan. Menurut menunjukan bahwa keberadaan JKN
Widiastuti, N (2014) jumlah membawa pengaruh yang baik
kunjungan pasien rawat jalan tingkat terhadap sistem komunikasi yang
lanjut yang tinggi dipengaruhi oleh dilakukan sebelum merujuk pasien,
banyak faktor. Faktor ketersediaan yakni menjaga kesinambungan
dokter di Fasilitas Kesehatan Tingkat pelayanan sesuai dengan yang
Primer (FKTP), ketersediaan obat- diharapkan dalam JKN (Karleanne,
obatan, fasilitas pelayanan kesehatan, 2015).
dan tentunya masih banyak lagi. Van der Hoeven, et al (2012)
Dari data yang ada kunjungan mengemukakan perbedaan antara
paling banyak di FKRTL RSUD masyarakat kota dan pedesaan dalam
Panembahan Senopati Bantul dan mengakses layanan kesehatan. Ada
paling sedikit di RSK Paru Respira dua perbedaan utama dalam dua
yang semuanya milik pemerintah. masyarakat tersebut yaitu masalah
Terjadinya lonjakan kunjungan di status kesehatan dan banyaknya
RSUD Bantul banyak dipengaruhi masyarakat yang mengakses layanan
oleh beberapa faktor diantaranya kesehatan. Ketidaktegasan ini
fasilitas dan jam pelayanan yang lebih menunjukkan bahwa pemahaman
6 Journal of Health Studies, Vol. 2, No. 1 Maret 2018, Hal 1-11

dokter FKTP akan perannya sebagai satu-satunya FKRTL tipe A ada


gatekeeperdan komitmen untuk kecenderungan jumlah kunjungan
menjalankan perannya tersebut masih rawat jalan mengalami sedikit
sangat kurang sehingga mereka hanya kenaikan dan rawat inap mengalami
merujuk pasien tanpa memikirkan penurunan. Hal ini menunjukkan
dampak rasio rujukan RJTP yang banyak kasus penyakit peserta JKN
tinggi bagi biaya pelayanan kesehatan yang bisa tertangani di FKRTL tipe B,
(Nuryatin, 2012). C dan D di daerah Bantul.
Menurut data kunjungan (tabel
4) di RS Sardjito yang merupakan

Tabel 4. Jumlah Kunjungan Peserta JKN RS Sardjito

Jumlah Jumlah
Jenis
Kunjungan Kunjungan
Pelayanan
tahun 2014 tahun 2015

RJTL 151130 155880

RITL 19368 15357

Sumber: Data BPJS Kesehatan KC Yogyakarta


Menurut Priyono (2009) dalam Nasional (JKN), seperti definisi, tuju-
penelitiannya selain dari sisi sarana an, maupun alur pelayanan JKN.
prasarana FKRTL yang ada juga Sehingga masih banyak terdapat peser-
menyangkut masalah jaringan trans- ta JKN ketika sakit tidak dalam
portasi. kondisi gawat darurat berobat ke IGD
Hasil analisa untuk jumlah FKRTL, yang seharusnya melakukan
kunjungan pasien rawat inap tindak pemeriksaan dan pengobatan di FKTP
lanjut menunjukkan bahwa tidak sesuai peserta tersebut terdaftar.
terdapat perbedaan antara jumlah Hermawan, B (2014) dalam
kunjungan pasien rawat inap tindak penelitiannya bahwa kesenjangan yang
lanjut sebelum dan sesudah kebijakan terjadi dari lonjakan pasien rawat inap
diberlakukan. RSUD Bantul menem- yaitu terdapat prosedur admisi yang
pati tempat pertama dalam jumlah berfungsi sebagai seleksi persyaratan
kunjungan rawat inap peserta JKN, atau kriteria pasien yang akan dirawat
sedangkan RSK Paru Respira jumlah inap, namun hal tersebut tidak sesuai
kunjungan rawat inap paling sedikit. dengan kenyataan yang ada, dari data
Walaupun ada beberapa FKRTL yang kunjungan pasien rawat inap peserta
mengalami kenaikan jumlah kunjung- jaminan kesehatan nasional terus
an juga ada beberapa FKRTL meningkat setiap bulannya, artinya
mengalami jumlah penurunan kunju- masalah belum dapat terselesaikan.
ngan. Hal ini banyak dipengaruhi oleh Hasil observasi di lapangan menunjuk-
sebagian besar masyarakat belum kan peran petugas admisi sangat
mempunyai pengetahuan yang cukup penting sebagai ujung tombak
mengenai program Jaminan Kesehatan pelayanan pasien rawat inap yang
Amirul Mustofa, Arlina Dewi, Analisis Kebijakan Regionalisasi Rujukan........ 7

berfungsi sebagai koordinator untuk kemungkinan karena tingginya kunju-


penerimaan pasien. Dalam menjalan- ngan pasien sehingga perhatian
kan tugas, petugas admisi harus petugas tidak maksimal ke pasien.
mempunyai prosedur kerja yang jelas Hasil penelitian Resnani (2002) dalam
berupa Protap atau SPO yang Widiastuti (2014) menyatakan ada
berfungsi sebagai pedoman seleksi pengaruh positif antara komunikasi
(filter) pasien JKN yang layak di rujuk dokter terhadap kepuasan pasien rawat
rawat inap di FKRTL (Ratnawati, jalan. Hubungan yang baik akan
2014). menimbulkan kepercayaan dengan
cara saling menghargai, responsif,
Kepuasan pasien RJTL dan memberi perhatian (Pohan, 2006).
RITL sesudah kebijakan diberlakukan. Hasil yang sama didapatkan pada
Hasil analisa untuk tingkat kepuasan penelitian (Wati et al., 2012) bahwa
pasien peserta JKN menunjukkan ada hubungan antara kenyamanan,
bahwa tidak terdapat perbedaan antara informasi, akses dan kompetensi teknis
tingkat kepuasan pasien peserta JKN petugas dengan kepuasan pasien.
sebelum dan sesudah kebijakan terse- Dapat disimpulkan peranan
but diberlakukan. Hal ini menunjukkan petugas kesehatan akan menentukan
bahwa belum maksimalnya pelayanan mutu pelayanan kesehatan karena
yang diberikan kepada pasien peserta mereka secara langsung dapat
JKN di FKRTL baik untuk pasien memenuhi kepuasan pasien. Selain itu
rawat jalan tingkat lanjut maupun juga bahwa kepuasan pasien di-
terhadap pasien rawat inap tingkat pengaruhi oleh reliability, assurance,
lanjut. humanitas, esponsiveness, tangible,
Salah satu indikator atau ukuran aksesibilitas,empati, sumber biaya,
tentang kualitas pelayanan kesehatan diagnostik dan karakteristik pasien
di rumah sakit adalah pemenuhan (Budijanto & Suharmiati, 2007).
terhadap harapan atau keinginan yang Terdapat pula penelitian yang sejalan
dikehendaki oleh pasien dan keluarga, pada penelitian di 21 negara di Eropa
sehingga mereka mendapatkan kepuas- dimana didapatkan tingkat kepuasan
an (Baequny, 2009). Persepsi baik ter- pasien pada pelayanan fasilitas ke-
hadap prosedur pelayanan (pendaf- sehatan swasta lebih rendah daripada
taran) di instalasi rawat jalan akan me- pelayanan oleh faskes pemerintah
nimbulkan rasa kepuasan, kepercaya- karena pasien yang menerima layanan
an, dan harapan pada pasien, kemudian dari provider swasta cenderung
menentukan sikap dan perilaku mengharapkan layanan yang lebih
selanjutnya terhadap pelayanan rumah memuaskan (Bleichet al., 2009). Pene-
sakit. Perkataan yang sopan dan ramah litian analisis Survei Aspek Kehidupan
dari petugas di pendaftaran dapat Rumah Tangga Indonesia menyatakan
menjadikan pasien semakin merasa bahwa peserta asuransi cenderung
bahwa mereka tidak rugi secara memilih provider swasta disbanding-
psikologis pada saat mereka memutus- kan milik pemerintah karena tidak
kan melakukan pemeriksaan kesehatan memberikan kepuasan konsumen
di rumah sakit ini (Lestari, 2010). (Hidayat, 2010).
Ketidakpuasan pasien pada di- Sesuai roadmap DJSN dalam
mensi perhatian (empathy) di FKRTL pencapaian kepuasan peserta JKN
8 Journal of Health Studies, Vol. 2, No. 1 Maret 2018, Hal 1-11

diharapkan mencapai angka 75% pada keselamatan dan kepuasan pasien


tahun 2014 dan mencapai 85% pada (selaku konsumen) ( Lestari, 2010).
tahun 2019. Sedangkan dari nilai rata- Observasi di lapangan memang
rata setiap FKRTL didapatkan adanya tidak bisa dipungkiri jumlah FKRTL
variasi rata-rata kepuasan, ada yang di masing-masing daerah belum
sudah mencapai target dan juga ada merata dengan baik. Perspektif peserta
yang belum mencapai target. JKN hanya fasilitas kesehatan milik
Jumlah kunjungan di jenis pemerintah saja yang melayani
FKRTL sesudah kebijakan diberlaku- program ini juga sangat mem-
kan. Hasil analisa perbedaan jenis pengaruhi. Sehingga FKRTL milik
FKRTL terhadap jumlah kunjungan pemerintah jumlah kunjungannya
pasien menunjukkan bahwa tidak banyak sedangkan FKRTL milik
terdapat perbedaan antara jenis swasta masih relatif sedikit. Walaupun
FKRTL dengan jumlah kunjungan secara kelengkapan sarana dan
pasien peserta JKN sebelum dan se- prasarananya FKRTL swasta juga
sudah kebijakan tersebut diberlakukan. tidak kalah lengkap dengan FKRTL
Berdasarkan data kunjungan milik pemerintah. Dengan sosialisasi
pasien ke rumah sakit, Rumah Sakit dari pihak BPJS Kesehatan dan
Umum Daerah Panembahan Senopati bertambahnya FKRTL swasta yang
Bantul yang dimiliki pemerintah bekerjasama menunjukkan angka
merupakan rumah sakit yang kunjungan sudah mulai merata
menerima kunjungan pasien JKN walaupun dirasa belum maksimal.
terbanyak.Kesmawan, A (2015) rumah Jumlah kunjungan di kelas
sakit ini juga merupakan FKRTL FKRTL sesudah kebijakan diberlaku-
favorit di wilayah Bantul dan kan. Hasil analisa menunjukkan bahwa
sekitarnya dikarenakan terletak dipusat ada perbedaan rata-rata jumlah
kota dengan fasilitas yang memadai. kunjungan dengan kelas rumah sakit.
Dewi,A (2014) mengemukakan bahwa Rumah sakit kelas B, C dan D mem-
hambatan terbesar dalam pelaksanaan punyai pengaruh terhadap jumlah
JKN adalah masalah keuangan, akses kunjungan peserta JKN sesudah
dalam pelayanan kesehatan, kualitas kebijakan tersebut diberlakukan.
pelayanan dan rasa diskriminasi saat Dari data yang ada diketahui
peserta mengakses pelayanan. bahwa sistem JKN menjadikan alur
Secara umum kualitas di rumah rujukan peserta asuransi sosial dari
sakit baik pemerintah dan swasta PPK I ke PPK II menjadi lebih baik,
dipengaruhi oleh tiga hal yaitu aspek namun rujukan untuk pasien keluar,
struktur yang dilihat dari sarana, fisik, terbanyak langsung ditujukan ke RS
tenaga kesehatan dan non kesehatan, pusat, sementara telah ada RS rujukan
serta pasien. Kedua, proses yang meli- tingkat propinsi (Karleanne, 2015).
puti kondisi manajemen interpersonal, Berdasarkan hasil analisis data
teknis dan pelayanan keperawatan jumlah kunjungan pasien rawat jalan
rumah sakit yang tercermin pada dan rawat inap terhadap kelas rumah
tindakan medis dan non medis kepada sakit, rumah sakit kelas D mengalami
pasien. Ketiga outcome, yang terlihat peningkatan yang paling banyak
dari penampilan keprofesian (aspek dibandingkan dengan rumah sakit
klinis), efisiensi dan efektifitas, kelas B dan rumah sakit kelas C. Hasil
Amirul Mustofa, Arlina Dewi, Analisis Kebijakan Regionalisasi Rujukan........ 9

observasi menunjukkan banyak peserta JKN sesudah kebijakan di-


FKRTL di Kabupaten Bantul bertipe D berlakukan menunjukkan hasil tidak
dan penyebarannya juga belum merata ada perbedaan yang bermakna secara
dengan baik terutama wilayah barat statistik antar jenis FKRTL. Jumlah
dan selatan Kabupaten Bantul. Ali kunjungan pasien peserta JKN sesudah
(2014) mengemukakan banyak peserta kebijakan tersebut diberlakukan me-
JKN tidak merasa ketika saat dirujuk nunjukkan hasil ada perbedaan yang
ke FKRTL tipe ini sekedar hanya bermakna secara statistik antar kelas
untuk mendapatkan rujukan ke tipe FKRTL.
FKRTL yang lebih tinggi. Harapan
peserta JKN ketika dirujuk ke FKRTL Saran
cukup di tipe ini, proses pengobatan- Saran bagi penyelenggara JKN.
nya sudah selesai. Menurut Idris, F Hasil penelitian ini dapat menjadi
(2013) dalam artikel penelitiannya, masukan dan pertimbangan dalam
dalam praktiknya, BPJS Kesehatan peningkatan mutu layanan kesehatan
telah berulang kali menyampaikan bagi FKRTL dan BPJS Kesehatan
pentingnya sistem regionalisasi rujuk- selaku pengelola JKN.
an dipatuhi untuk menghindari penum-
pukan pasien di rumah sakit. DAFTAR RUJUKAN
Berdasarkan beberapa masalah
tersebut maka diperlukan sebuah Abdullah Ali, F. 2014. Analisis
sistem rujukan yang dikembangkan Pelaksanaan Rujukan Rawat
berdasarkan topografi dan geografi Jalan Tingkat Pertama Peserta
wilayah agar sarana pelayanan Program Jaminan Kesehatan
kesehatan dapat terjangkau masya- Nasional (JKN) di Puskesmas
rakat. Rumah sakit di Bantul dapat Siko Dan Puskesmas Kalumata
dibagi ke dalam beberapa wilayah, Kota Ternate Tahun 2014. Pasca
sehingga masyarakat yang membutuh- Sarjana Universitas Sam
kan pelayanan kesehatan rujukan tidak Ratulangi Manado, Jurnal
perlu langsung ke RSUD Bantul. PIKMU, vol. 5.
Arab, M. et al., 2012. The Effect of
SIMPULAN DAN SARAN Service Quality on Patient
loyalty: a Study of Private
Simpulan Hospitals in Tehran Iran,Iranian
Jumlah kunjungan peserta JKN J Public Health, 41(9), pp.71–
di Fasilitas Kesehatan Rujukan 77.
Tingkat Lanjutan (FKRTL)sebelum Baequny, A., 2009. Analisis Tingkat
dan sesudah kebijakan diberlakukan Kepuasan Peserta Askes Sosial
menunjukkan hasil ada perbedaan PT. Askes Terhadap Pelayanan
bermakna secara statistik. Kepuasan Dokter Keluarga di Kota
peserta JKN di FKRTL sesudah Pekalongan Tahun 2009.
kebijakan diberlakukan antara tahun Universitas Diponegoro, Jurnal
2015 dan 2016 menunjukkan hasil Tesis.
tidak ada perbedaan yang bermakna BPJS Kesehatan Divisi Regional VI.
secara statistik antara tahun 2015 dan 2014. Data Kepesertaan JKN
2016. Jumlah kunjungan pasien
10 Journal of Health Studies, Vol. 2, No. 1 Maret 2018, Hal 1-11

Provinsi DIY Tahun 2016, Manajemen Pelayanan Kese-


Yogyakarta. hatan, 13 (03).
BPJS Kesehatan Kantor Cabang Ratnawati, I. 2016.Kinerja dan Sikap
Yogyakarta. 2016. Data FKRTL Paramedis di Ruang Rawat Inap
dan Kunjungan Pasien JKN di Penyakit Dalam RSU Rachma
FKRTL BPJS Kesehatan Yogya- Husada, Jurnal Tesis, Yogya-
karta Tahun 2016. Yogyakarta. karta.
Bleich, S., Ozaltin, E. & Murray, J.C. Idris, F. 2013. Optimalisasi Sistem
2009. How Does Satisfaction Pelayanan Kesehatan Berjenjang
with The Health-Care System pada Program Kartu Jakarta
Relate to Patient Experience? Sehat. Universitas Sriwijaya
Bulletin of the World Health Palembang, Jurnal Kesehatan
Organization, 87(4), pp.271– Masyarakat Nasional, vol. 9.
278. Karleanne Lony Primasari. 2015.
Budijanto, D. dan Suharmiati. 2007. Analysis of National Health
Analisis Faktor-Faktor Yang Insurance Referral System in
Mempengaruhi Tingkat Kepuas- Public Hospital dr. Adjidarmo
an Responden Pengguna Rawat Lebak, Jurnal ARSI, Jakarta.
Jalan Rumah Sakit Pemerintah di Keputusan Dinas Kesehatan Propinsi
Indonesia,Jurnal Penelitian DIY Nomor 441/7102/III tang-
Sistem Kesehatan, 10(2),pp.123– gal 21 Juli 2014 tentang
130. Kebijakan Regionalisasi dan
Dewi, A, Ali Gufron Mukti & Bisma Sistem Rujukan Berjenjang.
Mukti. 2014. Differences In Kesmawan, A. 2015. Implementasi
Attitude of Urban and Rural Kebijakan BPJS Kesehatan di
Residents In Accepting National Kabupaten Bantul Provinsi
Health Insurance, Journal of Daerah Istimewa Yogyakarta.
Biology, Agriculture and Universitas Gadjah Mada,
Healthcare, 14. Yogyakarta, Jurnal APPPTM.
DJSN, K. 2012. Peta Jalan Menuju Lestari, T.R.P. 2010. Pelayanan Rum-
Jaminan Kesehatan Nasional ah Sakit bagi Masyarakat Miskin
2012-2019. Jakarta. (Studi kasus di Enam Wilayah
Hermawan, B 2014, “Rujukan tak Indonesia), Pusat Pengkajian
Jalan, Pasien RSUD Dr Soetomo Pengolah Data dan Informasi
Meningkat”, RRI News, 9 Sekretariat Jenderal Dewan
Oktober, Perwakilan Rakyat, Jurnal
online(http://www.rri.co.id/post/ Kesehatan Masyarakat vol 5
berita/109780/ruang_publik/ruju Priyono, J. 2009. Pemodelan Spasial
kan_tak_jalan_pasien_rsud_dr_ dalam Perencanaan Sistem La-
soetomo_meningkat.htm.jurnal), yanan Kesehatan Berjenjang
diakses 12 Oktober 2016). Pasca Bencana di Aceh dan
Hidayat, B. 2010. Bukti Empiris Nias, Jurnal Pusat Studi
Kebijakan Asuransi Kesehatan Bencana UGM.
Sosial, Analisis Survei Aspek Nuryatin, Phaksy dkk. 2012. Imple-
Kehidupan Rumah Tangga mentasi Kebijakan Pelayanan
Indonesia (Sakerti), Jurnal Kesehatan Masyarakat Miskin
Amirul Mustofa, Arlina Dewi, Analisis Kebijakan Regionalisasi Rujukan........ 11

Non Kuota (Jamkesda dan Wati, H.S., Hamzah, A. & Amir, Y.


SPM), Jurnal Administrasi Pu- 2012. Hubungan Mutu Pelayan-
blik,Vol. 1. an Dengan Kepuasan Pasien
Resnani. 2002. Pengaruh Komunikasi Rawat Inap di Rumah Sakit
Dokter Terhadap Kepuasan Umum Daya Makasar Tahun
Pasien Rawat Jalan (Studi 2012. Universitas Hasanudin,
Tentang Pelayanan Kesehatan di Jurnal Tesis.
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Widiastuti, N. 2015. Hubungan Jenis
M.Yunus Kota Bengkulu),Jurnal Fasilitas Kesehatan Tingkat Per-
Penelitian UNIB, VIII(2), tama, Status Kepesertaan dan
pp.105–110. Karakteristik Sosio-demografi
Van der Hoeven, M., Kruger, A. & Dengan Tingkat Kepuasan
Greeff, M. 2012. Different in Pasien Jaminan Kesehatan Nasi-
health care seeking behavior onal Kota Denpasar. Universitas
between rural and urban commu- Udayana, Denpasar, Jurnal
nities in South Africa, Inter- Tesis.
national Journal for Equity in
Health, 11.

Anda mungkin juga menyukai