PSAK 23 jelas menyebutkan bahwa, pendapatan hanya diakui bila timbul sebagai akibat dari 3
jenis transaksi berikut ini :
1. Penjualan barang – barang yang dimaksud disini meliputi barang yang diproduksi oleh
perusahaan untuk dijual dan barang yang dibeli untuk dijual kembali, seperti barang dagang
yang dibeli pengecer atau tanah dan properti lain yang dimiliki untuk dijual kembali.
2. Penjualan jasa – biasanya terkait dengan kinerja perusahaan atas tugas yang telah
disepakati secara kontraktual untuk dilaksanakan selama suatu periode waktu. Jasa tersebut
dapat diserahkan dalam satu periode atau lebih dari satu periode.
3. Penggunaan aset perusahaan oleh pihak lain – yang menimbulkan pendapatan dalam
bentuk:
Bunga yaitu pembebanan untuk penggunaan kas atau setara kas, atau jumlah
tentang kepada perusahaan.
Royalti yaitu pembebanan untuk penggunaan aset jangka panjang perusahaan,
misalnya paten, merek dagang, hak cipta, dan peranti lunak komputer, dan
Dividen yaitu distribusi laba kepada pemegang investasi ekuitas sesuai dengan
prporsi kepemilikan mereka atas kelompok modal tertentu.
Dalam perusahaan, seperti halnya kas, piutang merupakan akun yang tergolong penting. Karena
piutang berkaitan langsung dengan pendapatan atau hasil yang diperoleh atas produk atau jasa
yang dihasilkan. Secara umum piutang dapat diartikan sebagai hak atas uang, barang dan jasa
kepada orang lain. Pada umumnya piutang timbul dari akibat dari penjualan yang dilakukan
perusahaan secara kredit kepada pelanggan.
Disamping itu, proses menghasilkan pendapatan ini juga memerlukan beberapa beban
(seperti, harga pokok penjualan atau beban penjualan), sehingga pemahaman mengenai
pemahaman siklus pendapatan dapat membantu mengembangkan ekspektasi pengeluaran
perusahaan yang berkaitan dengan siklus transaksi biaya dan menilai rekio bahwa laba yang
mengandung salah saji yang material belum diaudit.
a. Materialitas
Total pendapatan dijadikan ukuran yang materialitas karena dapat menimbulkan
piutang usaha dan kas akhir serta arus kas dari operasi. Piutang usaha yang
disebabkan oleh transaksi penjualan kredit hampir selalu bersifat material terhadap
neraca.
b. Resiko Inheren
Dalam menilai resiko inheren pada asersi siklus pendapatan, auditor harus
mempertimbangkan faktor pervasive yang mempengaruhi asersi dalam beberapa
siklus, termasuk siklus pendapatan.
1. Lingkungan pengendalian
Lingkungan pengendalian terdiri dari beberapa faktor yang dapat mengurangi
beberapa resiko inheren yang berkaitan dengan siklus pendapatan. Disamping itu, faktor-
faktor ini juga dapat meningkatkan atau mengurangi keefektifan komponen pengendalian
internal lainnya dalam mengendalikan resiko salah saji pada asersi siklus pendapatan. Faktor
lingkungan pengendalian yang penting untuk mengurangi resiko pencurangan pelaporan
keuangan dengan menyajikan terlalu tinggi pendapatan dan piutang. Mislanya, adopsi
manajemen serta ketaatan terhadap standar integritas dan nilai-nilai etika yang tinggi.
2. Penilaian Resiko
Penilaian resiko manajemen untuk tujuan pelaporan keuangan adalah sama dengan
penilaian inheren oleh auditor eksternal. Upaya yang cermat oleh sebagian manajemen
untuk mengidentifikasi jenis-jenis resiko yang berkaitan dengan saldo dan transaksi siklus
pendapatan.
4. Pemantuan (Monitoring)
Komponen ini harus memberikan manajemen umpan balik tentang apakah pengedalian
internal yang berkaitan dengan saldo dengan transaksi siklus pendapatan telah beroperasi
seperti yang diharapkan. Auditor harus memproses pemahaman tentang umpan balik ini
dan apakah manajemen telah mengawali setiap tindakan korektif berdasarkan informasi
yang diterima dari aktivitas pemantauan.
Untuk merencanakan uadit maka auditor harus memperoleh pemahaman terhadap siklus
pendapatan agar dapat (1) mengidentifikasi jenis salah saji yang potensial (2)
mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi salah saji yang material (3)
merancang pengujian subtantif.
Lebih mudah menguji salah saji pisah batas penerimaan kas dengan menelusuri
penerimaan kas yang dicatat ke setoran baik periode selanjutnya pada laporan bank. Jika terjadi
penundaan selama beberapa hari, hal tersebut dapat menunjukan saji pisah batas.
Hingga tingkat tertentu, auditor juga mungkin tergantung pada konfirmasi piutang
usaha untuk mengungkapkan salah saji pisah batas penjualan, retur dan pengurangan
penjualan, serta penerimaan kas.
Akan tetapi, sering kali sulit membedakan salah saji pisah batas dengan perbedaan
waktu (timming difference ) yang normal akibat pengiriaman dan pembayaran yang masih
dalam perjalanan [ada akhir tahun.