Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI PREMATUR

WIDIA
NIM: 891201033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES YARSI PONTIANAK
TAHUN 2019/2020
A. Definisi
Definisi Prematuritas
Umumnya kehamilan disebut cukup bulan bila berlangsung antara 37-
41 minggu dihitung dari hari pertama siklus haid terakhir pada siklus 28 hari.
Sedangkan persalinan yang terjadi sebelum usia kandungan mencapai 37
minggu disebut dengan persalinan prematur (Sulistiarini & Berliana, 2016).
Kelahiran prematur atau persalinan preterm atau partus premature
merupakan kelahiran yang terjadi pada masa kehamilan kurang dari 37
minggu (dalam kurun waktu 20-37 minggu) atau ditandai dengan berat janin
kurang dari 2.500 gram (Nugroho, 2012).
Prematur merupakan kelahiran yang terjadi sebelum 37 minggu secara
penuh dalam masa kehamilan. Kelahiram prematur merupakan suatu sindrom
yang disebabkan oleh berbagai penyebab dan faktor yang mendasari, yang
diklasifikasi ke dalam kelahiran premature spontan dan kelahiran premature
yang prakarsai (Afulani, 2017).
Kelahiran premature atau persalinan preterm merupakan kejadian
kelahiran janin yang terjadi pada usia kandungan sebelum 37 minggu (antara
20-37 minggu) yang dapat terjadi secara spontan maupun diprakarsai dan
biasanya ditandai dengan berat janin kurang dari 2.500 gram.
BBLR (berat badan lahir rendah) yaitu bayi baru lahir dengan berat
badan lahir kurang dari 2.500 gram. Dahulu, bayi baru lahir dengan berat
badan lahir kurang atau sama dengan 2.500 gram disebut premature (Sukarni
dkk., 2013).
Untuk mendapatkan keseragaman, pada Kongres “European Perinatal
Medicine” II di London (1970) telah disusun definisi sebagai berikut:
a. Bayi kurang bulan (preterm): masa kehamilan kurang dari 37 minggu
(259 hari)
b. Bayi cukup bulan (aterm): masa kehamilan mulai 37 minggu sampai
dengan 42 minggu (259-293 hari)
c. Bayi lebih bulan (postterm): masa kehamilan mulai 42 minggu atau
lebih (294 hari atau lebih)
B. Etiologi
Menurut Rukiyah & Yulianti (2012), bayi dengan kelahiran prematur dapat
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut:
1. Faktor ibu
Faktor ibu merupakan hal dominan dalam mempengaruhi kejadian prematur, faktor-
faktor tersebut di antaranya adalah:
a. Toksemia gravidarum (preeklampsia dan eklampsia).
b. Riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum, malnutrisi dan
anemia sel sabit.
c. Kelainan bentuk uterus (misal: uterus bikurnis, inkompeten serviks).
d. Tumor (misal: mioma uteri, eistoma).
e. Ibu yang menderita penyakit seperti penyakit akut dengan gejala panas tinggi
(misal: thypus abdominalis, dan malaria) dan penyakit kronis (misal: TBC, penyakit
jantung, hipertensi, penyakit ginjal)
f. Trauma pada masa kehamilan, antara lain jatuh.
g. Kebiasaan ibu (ketergantungan obat narkotik, rokok dan alkohol).
h. Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
i.Bekerja yang terlalu berat.
j.Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat.
2. Faktor Janin
Beberapa faktor janin yang mempengaruhi kejadian prematur antara lain
kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini, cacat bawaan, kelainan
kromosom, infeksi (misal: rubella, sifils toksoplasmosis), insufensi plasenta,
inkompatibilitas darah ibu dari janin (faktor rhesus, golongan darah A, B dan O),
infeksi dalam rahim.
3. Faktor Lain
Selain faktor ibu dan janin ada faktor lain yaitu faktor plasenta, seperti
plasenta previa dan solusio plasenta, faktor lingkungan, radiasi atau zat-zat
beracun, keadaan sosial ekonomi yang rendah, kebiasaan, pekerjaan yang
melelahkan dan merokok.
Menurut Proverawati & Sulistyorini (2010), berdasarkan klasifikasinya
penyebab kelahiran bayi prematur dapat dibedakan menjadi sebagai berikut:
a. Bayi prematur tipe SMK disebabkan oleh:
1) Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih remaja, kehamilan
kembar.
2) Pernah melahirkan bayi prematur sebelumnya.
3) Cervical incompetence (mulut rahim yang lemah hingga tak mampu
menahan berat bayi dalam rahim).
4) Perdarahan sebelum atau saat persalinan (antepartum hemorrhage).
5) bu hamil yang sedang sakit.
b. Bayi prematur tipe KMK disebabkan oleh:
1) Ibu hamil yang kekurangan nutrisi.
2) Ibu memiliki riwayat hipertensi, pre eklampsia dan anemia.
3) Kehamilan kembar.
4) Malaria kronik dan penyakit kronik lainnya.
Etiologi prematur menurut (Nugroho, 2012) fakto risiko yang melatar belakangi
terjadinya prematur
Faktor Risiko Prematur:
1. Riwayat Kelahiran Prematur
Riwayat persalinan prematur sebelumnya merupakan penanda risiko
paling kuat dan paling penting. Berdasarkan data Health Technology
Assessment Indonesia tahun 2010 bahwa insiden terjadinya persalinan
prematur selanjutnya setelah 1x persalinan premature meningkat hingga
14,3% dan setelah 2x persalinan prematur meningkat hingga 28%.
Wanita yang mengalami persalinan prematur memiliki risiko untuk
mengalaminya kembali pada kehamilan selanjutnya (Oktiawati dan
Julianti, 2019).
2. Ibu dengan Anemia
Anemia adalah suatu kelainan darah yang terjadi ketika tubuh
menghasilkan terlalu sedikit sel darah merah sehingga sel darah merah
mengalami penghancuran berlebihan dan mengakibatkan kehilangan
banyak sel darah merah. Selama kehamilan, tubuh ibu mengalami banyak
perubahan salah satunya adalah hubungan antara suplai darah dengan
respon tubuh. Total jumlah plasma pada wanita hamil dan jumlah sel
darah merah meningkat dari kebutuhan awal, namun peningkatan volume
plasma lebih besar dibandingkan peningkatan massa sel darah merah dan
menyebabkan penurunan konsentrasi hemoglobin, sehingga
mempengaruhi kadar O2 yang masuk ke dalam jaringan. Keadaan ini
dapat menyebabkan hipoksia jaringan yang kemudian akan memproduksi
kortisol dan prostaglandin, yang mencetuskan terjadinya persalinan
prematur pada ibu dengan anemia (Sudiat dkk., 2015).

3. Usia ibu hamil < 17 tahun dan > 40 tahun


Remaja perempuan berusia 14 -17 tahun berisiko untuk melahirkan
secara premature setiap tahun sebesar 11% dari 16 juta remaja didunia.
Kehamilan usia muda memiliki pengetahuan yang terbatas tentang
kehamilan atau kurangnya informasi dalam mengakses sistem pelayanan
kesehatan. Pada usia ini juga belum cukup dicapainya kematangan fisik,
mental dan fungsi organ reproduksi dari calon ibu. Golongan
primigravida muda dimasukkan dalam golongan risiko tinggi, karena
angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi pada kehamilan remaja
2-4x lebih tinggi dibandingkan dengan usia reproduksi (Oktiawati dan
Julianti, 2019).
Persalinan prematur di usia >40 tahun sebesar 16,9%. Hal ini terjadi
karena pada usia ibu yang tua telah terjadi penurunan fungsi organ
reproduksi, penurunan fungsi ini akan mempengaruhi kesehatan baik ibu
maupun janin yang dikandungnya sehingga ibu dan bayi yang
dikandungnya memiliki banyak hal yang dapat mempersulit dan
memperbesar risiko kehamilan (Sulistiarini dan Berliana, 2016)
4. Jarak Kehamilan yang Pendek
Beberapa penelitian membuktikan terdapatnya hubungan terbalik
antara interval kehamilan (jarak antara persalinan terakhir sampai awal
kehamilan berikutnya) dengan kejadian persalinan premature (Sulistiarini
dan Berliana, 2016)
5. Bakterial Vaginosis (BV)
BV dapat meningkatkan risiko prematur 2 kali lipat terutama jika
dijumpai pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu. Di Indonesia,
angka kejadian persalinan prematur sebesar 20,5% pada wanita hamil
muda dengan BV dan 10,7% terjadi pada akhir kehamilan. Bakteri BV
menghasilkan enzim mukolitik yang mempermudah bakteri tersebut
menembus barier lendir serviks masuk kedalam traktus genitalis bagian
atas. Selain itu jumlah mikroflora vagina normal yaitu Lactobacillus
menurun, maka akan mempengaruhi tingkat keasaman vagina dan
mempermudah pertumbuhan bakteri anaerob (Nurhayati, 2018).
Gambaran klinis BV dapat dinilai dengan menggunakan kriteria
Amsel,yaitu terdapat tiga dari empat tanda klinis berikut:
a. pH vagina di atas 4,5
b. Sekret vagina yang homogen dan tipis
c. Terdapat bau amis dari sekret vagina bila ditambahkan kalium
hidroksida 10% (tes amin)
d. Terdapat clue cell pada sediaan basah
6. Preeklampsia
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah usia 20 minggu
kehamilan dan disertai dengan proteinuria. Preeklampsia meningkatkan
risiko terjadinya solusio plasenta, persalinan prematur, Intrauterine
Growth Retardation (IUGR), dan hipoksia akut. Preeklampsia
menyumbang sekitar 15% dari semua kelahiran premature.
Preeklampsia/eklamspia didasari oleh beberapa teori, namun teori yang
saat ini paling banyak digunakan adalah teori iskemia plasenta, radikal
bebas dan disfungsi endotel (Nurhayati, 2018).
Berdasarkan teori, plasenta mengalami iskemia dan terjadi disfungsi
endotel. Spasme pembuluh darah arteriola yang menuju organ penting
dalam tubuh dapat menyebabkan mengecilnya aliran darah yang menuju
retroplasenta sehingga mengakibatkan gangguan pertukaran CO2, O2
dan nutrisi pada janin. Hal ini menyebabkan terjadinya vasospasme dan
hipovolemia sehingga janin menjadi hipoksia dan malnutrisi. Hipoksia
menyebabkan plasenta mentransfer kortisol dengan kadar yang tinggi ke
dalam sirkulasi janin. Konsentrasi kortisol yang tinggi akan mensintesis
prostaglandin yaitu protasiklin (PGE-2) yang menyebabkan timbulnya
kontraksi, perubahan pada serviks dan pecahnya ketuban, sehingga bayi
sering terlahir premature (Nurhayati, 2018).
7. Kardiovaskuler
Perubahan hormonal yaitu aktivasi estrogen oleh sistem renin
aldosteron menyebabkan retensi air dan natrium yang akan meningkatkan
volume darah ± 40%. Hal ini menyebabkan peningkatan volume darah
sebesar 1200-1600 ml lebih banyak dibanding dalam keadaan tidak
hamil. Selama masa kehamilan curah jantung akan mengalami
peningkatan 30-50%. Perubahan curah jantung ini disebabkan karena
peningkatan preload akibat bertambahnya volume darah, penurunan
afterload akibat menurunya resistesi vaskular sitemik, dan peningkatan
denyut jantung ibu saat istirahat 10-20 kali/menit. Peningkatan curah
jantung dipengaruhi juga oleh isi sekuncup jantung yang meningkat 20-
30% selama kehamilan. Pada penyakit jantung yang disertai kehamilan,
pertambahan denyut jantung dan volume sekuncup jantung dapat
menguras cadangan kekuatan jantung. Payah jantung akan menyebabkan
stres maternal sehingga terjadi pengaktifan HPA (Hypothalamus-
Pituitary-Adrenal) axis yang akan memproduksi kortisol dan
prostaglandin, kemudian mencetuskan terjadinya persalinan premature
(Binanole dkk., 2016).
8. Hipotiroid
Penyakit tiroid adalah suatu kelainan yang menyerang glandula
tiroid. Secara global, hipotiroid yang terjadi pada kehamilan sebesar
0,2% kasus. Saat awal gestasi, janin bergantung sepenuhnya pada
hormon tiroid ibu yang melewati plasenta karena fungsi tiroid janin
belum berfungsi sebelum 12-14 minggu kehamilan. Pada kehamilan 12
minggu pertama kadar hormon chorionic gonadotropin (HCG) akan
mencapai puncaknya dan kadar tiroksin bebas akan meningkat, sehingga
menekan kadar tirotropin. Namun, kadar hormon tiroid yang rendah pada
hipotiroid kehamilan akan memacu HPA (Hypothalamus-Pituitary-
Adrenal) axis untuk memacu produksi TRH untuk memenuhi kebutuhan
hormon tiroid ibu dan janin. Pengaktifan HPA (Hypothalamus-Pituitary-
Adrenal) axis ini yang dapat memacu pelepasan kortisol kedalam darah
sehingga memproduksi prostaglandin yang dapat memacu terjadinya
persalinan prematur sub klinis 2,3% kasus (Oktiawati dan Julianti, 2019).
9. Plasenta Previa
Plasenta previa adalah kondisi ketika ari-ari atau plasenta berada di
bagian bawah Rahim. Perdarahan dari vagina merupakan gejala umum
yang terjadi pada akhir trimester kedua atau di awal trimester ketiga
kehamilan. Perdarahan bisa banyak atau sedikit, dan akan berulang
dalam beberapa hari. Perdarahan tersebut juga dapat muncul setelah
berhubungan intim dan disertai dengan kontraksi atau kram perut
(Oktiawati dan Julianti, 2019).
C. Patofisiologi
Terjadinya kelahiran prematur disebabkan oleh banyak faktor risiko.
Faktor risiko terjadinya kelahiran prematur antara lain riwayat kelahiran
prematur, ibu yang terkena anemia, ibu yang kekurangan energi kronis
(KEK) dan usia ibu saat kehamilan kurang dari 17 tahun atau lebih dari 40
tahun. Seorang ibu hamil yang memiliki riwayat kelahiran prematur
sebanyak 1 kali memiliki peluang sebesar 14,3% untuk melahirkan bayi
prematur lagi dan peluang tersebut akan meningkat menjadi 28,1% pada ibu
hamil yang memiliki riwayat kelahiran prematur sebanyak 2 kali. Setiap
tahun remaja perempuan yang berusia 14 sampai 19 tahun memiliki risiko
untuk melahirkan bayi prematur sebesar 11% dari 16 juta remaja di dunia.
Selain itu ibu hamil yang terkena anemia juga berisiko meningkatkan
peluang kelahiran prematur di seluruh dunia sebesar 41,8%. Hasil riskesdas
2013 didapatkan proporsi ibu hamil umur 15 sampai 49 tahun dengan KEK
berisiko melahirkan bayi prematur dan BBLR di Indonesia sebesar 24,2%
(Oktiawati dan Julianti, 2019).
Faktor risiko lain yang bisa menyebabkan kelahiran prematur yaitu jarak
kehamilan yang pendek, kehamilan ganda, penyakit infeksi, preeklampsia,
hipertensi, diabetes melitus dan plasenta previa. Bayi prematur berisiko
mengalami masalah kesehatan pada awal kehidupan karena berhubungan
dengan imaturitas organ. Masalah sistem tubuh bayi prematur antara lain
ketidakstabilan suhu tubuh, masalah pernafasan, masalah pencernaan dan
imunitas. Bayi prematur berisiko mengalami ketidakstabilan suhu tubuh.
Ketidakstabilan suhu tubuh terjadi karena peningkatan hilangnya panas,
kurangnya lemak sub kutan, rasio luas permukaan terhadap berat badan
yang besar, produksi panas berkurang akibat lemak yang tidak memadai dan
ketidakmampuan untuk menggigil. Bayi prematur juga mengalami masalah
pernafasan. Masalah pernafasan akibat defisiensi surfaktan paru, risiko
aspirasi karena belum terkoordinasinya refleks batuk, refleks menghisap dan
refleks menelan, otot pembantu respirasi yang lemah, serta pernafasan yang
periodik dan apnea. Masalah lain yang sering terjadi pada bayi prematur
adalah masalah gastrointestinal. Kelainan gastrointestinal dan nutrisi akibat
refleks hisap dan menelan yang buruk sebelum 34 minggu, mortalitas usus
yang menurun, pengosongan lambung yang tertunda, serta pencernaan dan
absorpsi vitamin yang larut dalam lemak kurang. Bayi prematur juga
mengalami imaturitas imunologis atau risiko infeksi tinggi. Masalah
imunitas akibat tidak banyak transfer IgG maternal melalui plasenta selama
trisemester ke tiga, fagositosis terganggu dan penurunan faktor komplemen.
c

D. Pathway
E. Manifestasi Klinis
Menurut Rukiyah & Yulianti (2012), ada beberapa tanda dan gejala
yang dapat muncul pada bayi prematur antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu.
2. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram.
3. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm.
4. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm.
5. Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm.
6. Rambut lanugo masih banyak.
7. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang.
8. Tulang rawan daun telinga belum sempuna pertumbuhannya.
9. Tumit mengkilap, telapak kaki halus.
10. Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia
mayora dan klitoris menonjol (pada bayi perempuan). Testis belum
turun ke dalam skrotum, pigmentasi dan rugue pada skrotum kurang
(pada bayi laki-laki).
11. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya
lemah.
12. Fungsi saraf yang belum atau tidak efektif dan tangisnya lemah.
13. Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan
jaringan lemak masih kurang.
14. Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit.
15. Refleks hisap, menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif.
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), pemeriksaan penunjang yang
dapat dilakukan pada bayi prematur dan BBLR adalah sebagai berikut:
1. Jumlah sel darah putih: 18.000/mm3. Neutrofil meningkat hingga
23.000-24.000/mm3hari pertama setelah lahir dan menurun bila ada
sepsis.
2. Hematokrit (Ht): 43%-61%. Peningkatan hingga 65% atau lebih
menandakan polisitemia, sedangkan penurunan kadar menunjukkan
anemia atau hemoragic prenatal/perinatal.
3. Hemoglobin (Hb): 15-20 gr/dl. Kadar hemoglobin yang rendah
berhubungan dengan anemia atau hemolisis yang berlebihan.
4. Bilirubin total:6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl pada 1-2
hari, dan 12 gr/dl pada 3-5 hari.
5. Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah
kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl dan meningkat 60-70 mg/dl pada hari
ketiga.
6. Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl): dalam batas normal pada awal
kehidupan.7.Pemeriksaan analisa gas darah.

G. Penatalaksanaan
Menurut Rukiyah & Yulianti (2012), beberapa penatalaksanaan atau
penanganan yang dapat diberikan pada bayi prematur adalah sebagai
berikut:
1. Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat. Bayi prematur mudah
mengalami hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus
dipertahankan dengan ketat.
2. Mencegah infeksi dengan ketat. Bayi prematur sangat rentan dengan
infeksi, perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk
mencuci tangan sebelum memegang bayi.
3. Pengawasan nutrisi. Reflek menelan bayi prematur belum sempurna,
oleh sebab itu pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat.
4. Penimbangan ketat. Perubahan berat badan mencerminkan kondisi
gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh
sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.
5. Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering dan
bersih serta pertahankan suhu tetap hangat.
6. Kepala bayi ditutup topi dan beri oksigen bila perlu.
7. Tali pusat dalam keadaan bersih.8.Beri minum dengan sonde/tetes
dengan pemberian ASI.
Sedangkan menurut Proverawati & Sulistyorini (2010), ada
beberapa penatalaksanaan umum yang dapat dilakukan pada bayi
prematur dan berat badan lahir rendah, yaitu sebagai berikut:
1. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat mengalami kehilangan panas
badan dan menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas
badannya belum berfungsi dengan baik, metabolismenya juga
masih rendah, dan permukaan badan yang relatif luas. Oleh karena
itu, bayi prematur harus dirawat dalam inkubator sehingga panas
tubuhnya dapat sama atau mendekati dengan panas dalam rahim.
Jika tidak ada inkubator, bayi dapat dibungkus dengan kain dan
disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas atau
menggunakan metode kangguru.
2. Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi
Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi dalam hal ini
adalah menentukan pilihan susu, cara pemberian, dan jadwal
pemberian yang sesuai dengan kebutuhan bayi.
3. Pencegahan infeksi
Bayi prematur sangat mudah terserang infeksi, terutama
disebabkan oleh infeksi nosokomial. Hal ini karena kadar
immunoglobulin serum bayi prematur masih rendah, aktivitas
bakterisidal neotrofil dan efek sitotoksik limfosit jugamasih rendah
serta fungsi imun yang belum berpengalaman. Oleh karena itu bayi
prematur tidak boleh kontak dengan penderita infeksi dalam
bentuk apapun.
4. Penimbangan berat badan
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau
nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh
sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.
5. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi
bayi prematur dan BBLR akibat tidak adanya alveoli dan
surfaktan. Konsentrasi O2 yang diberikan sekitar 30%-35% dengan
menggunakan head box, karena konsentrasi O2 yang tinggi dalam
waktu lama akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi
dan dapat menimbulkan kebutaan.
6. Pengawasan jalan nafas
Terhambatnya jalan nafas dapat mengakibatkan asfiksia dan
hipoksia yang akan berakhir dengan kematian. Bayi prematur dapat
berisiko mengalami serangan apneu dan defisiensi surfaktan,
sehingga tidak dapat memperoleh oksigen yang cukup yang
sebelumnya diperoleh dari plasenta. Oleh karena itu, perlu
pembersihan jalan nafas segera setelah bayi lahir.
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata
Nama bayi, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, mr, anak ke,
nama ayah nama ibu, penddikan, agama, suku, alamat
b. Keluhan utama
c. Lama keluhan
d. Riwayat penyakit sekarang
e. Riwayat kesehatan keluarga
f. ADL
 Pola nutrisi
 Pola istirahat (tidur)
 Pola personal hygiene
 Pola aktivitas
 Eliminasi
g. Pemeriksaan
 Pemeriksaan umum
Kesadaran, nadi, RR, suhu
 Pemerksaan fisik
Kepala, panjang badan, berat badan, thorax, abdomen,
genitalia, anus.
2. Pengkajian umum pada bayi
Pengkajian umum pada bayi antara lain meliputi:
a. Penimbangan berat badan.
b. Pengukuran panjang badan dan lingkar kepala.
c. Mendiskripsikan bentuk badan secara umum, postur saat
istirahat, kelancaran pernapasan, edema dan lokasinya.
d. Mendiskripsikan setiap kelainan yang tampak.
e. Mendiskripsikan tanda adanya penyulit seperti warna pucat,
mulut yang terbuka, menyeringai, dan lain-lain.
3. Masalah yang berkaitan dengan ibu
Masalah-masalah tersebut antara lain adalah hipertensi,
toksemia, plasenta previa, abrupsio plasenta, inkompeten
servikal, kehamilan kembar, malnutrisi, diabetes mellitus, status
sosial ekonomi yang rendah, tiadanya perawatan sebelum
kelahiran (prenatal care), riwayat kelahiran prematur atau aborsi,
penggunaan obat-obatan, alkohol, rokok, kafein, umur ibu yang
di bawah 16 tahun atau di atas 35 tahun, latar pendidikan rendah,
kehamilan kembar, kelahiran prematur sebelumnya dan jarak
kehamilan yang berdekatan, infeksi seperti TORCH atau
penyakit hubungan seksual lain, golongan darah dan faktor Rh.
4. Pengkajian bayi pada saat kelahiran. Umur kehamilan biasanya
antara 24 sampai 37 minggu, rendahnya berat badan saat
kelahiran (kurang dari 2500 gram), lapisan lemak subkutan
sedikit atau tidak ada, bayi terlihat kurus, kepala relatif lebih
besar dari pada badan dan 3 cm lebih lebar dibanding lebar dada,
nilai Apgar pada 1 sampai 5.
5. Kardiovaskular
Pada bayi prematur denyut jantung rata-rata 120-160/menit
pada bagian apikal dengan ritme yang teratur, pada saat
kelahiran kebisingan jantung terdengar pada seperempat bagian
interkostal, yang menunjukkan aliran darah dari kanan ke kiri
karena hipertensi atau atelektasis paru. Pengkajian sistem
kardiovaskuler dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Menentukan frekuensi dan irama denyut jantung.
b. Mendengarkan suara jantung.
c. Menentukan letak jantung tempat denyut dapat didengarkan,
dengan palpasi akan diketahui perubahan intensitas suara
jantung.
d. Mendiskripsikan warna kulit bayi, apakah sianosis, pucat
pletora, atau ikterus.
e. Mengkaji warna kuku, mukosa, dan bibir.
f. Mengukur tekanan darah dan mendiskripsikan masa
pengisian kapiler perifer (2-3 detik) dan perfusi perifer.
6. Gastrointestinal
Pada bayi prematur terdapat penonjolan abdomen,
pengeluaran mekonium biasanya terjadi dalam waktu 12 jam,
reflek menelan dan mengisap yang lemah, tidak ada anus dan
ketidaknormalan kongenital lain. Pengkajian sistem
gastrointestinal pada bayi dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
a. Mendiskripsikan adanya distensi abdomen, pembesaran
lingkaran abdomen, kulit yang mengkilap, eritema pada
dinding abdomen, terlihat gerakan peristaltik dan kondisi
umbilikus.
b. Mendiskripsikan tanda regurgitasi dan waktu yang
berhubungan dengan pemberian makan, karakter dan jumlah
sisa cairan lambung.
c. Jika bayi menggunakan selang nasogastrik diskripsikan tipe
selang pengisap dan cairan yang keluar (jumlah, warna, dan
pH).
d. Mendiskripsikan warna, kepekatan, dan jumlah muntahan.
e. Palpasi batas hati.
f. Mendiskripsikan warna dan kepekatan feses, dan periksa
adanya darah sesuai dengan permintaan dokter atau ada
indikasi perubahan feses.
g. Mendiskripsikan suara peristaltik usus pada bayi yang sudah
mendapatkan makanan.
7. Integumen
Pada bayi prematur kulit berwarna merah muda atau
merah, kekuning-kuningan, sianosis, atau campuran bermacam
warna, sedikit vernix caseosa dengan rambut lanugo di sekujur
tubuh, kulit tampak transparan, halus dan mengkilap, edema
yang menyeluruh atau pada bagian tertentu yang terjadi pada
saat kelahiran, kuku pendek belum melewati ujung jari, rambut
jarang atau bahkan tidak ada sama sekali, terdapat petekie atau
ekimosis.
8. Muskuloskeletal
Pada bayi prematur tulang kartilago telinga belum tumbuh
dengan sempurna yang masih lembut dan lunak, tulang
tengkorak dan tulang rusuk lunak, gerakan lemah dan tidak aktif
atau letargik. Pengkajian muskuloskeletal pada bayi dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Mendiskripsikan pergerakan bayi, apakah gemetar, spontan,
menghentak, tingkat aktivitas bayi dengan rangsangan
berdasarkan usia kehamilan.
b. Mendiskripsikan posisi bayi apakah fleksi atau ekstensi.
c. Mendiskripsikan perubahan lingkaran kepala (kalau ada
indikasi) ukuran tegangan fontanel dan garis sutura.
9. Neurologis
Pada bayi prematur reflek dan gerakan pada tes neurologis
tampak resisten dan gerak reflek hanya berkembang sebagian.
Reflek menelan, mengisap dan batuk masih lemah atau tidak
efektif, tidak ada atau menurunnya tanda neurologis, mata
biasanya tertutup atau mengatup apabila umur kehamilan belum
mencapai 25-26 minggu, suhu tubuh tidak stabil atau biasanya
hipotermi, gemetar, kejang dan mata berputar- putar yang bersifat
sementara tapi bisa mengindikasikan adanya kelainan neurologis.
10. Pernapasan
Pada bayi prematur jumlah pernapasan rata-rata antara 40-
60 kali/menit dan diselingi dengan periode apnea, pernapasan
tidak teratur, flaring nasal melebar (nasal melebar), terdengar
dengkuran, retraksi (interkostal, suprasternal, substernal),
terdengar suara gemerisik saat bernapas.
a. otot bantu pernapasan, pernapasan cuping hidung, atau
subternal, retraksi interkostal atau subklavikular.
b. Menghitung frekuensi pernapasan dan perhatikan teratur atau
tidak.
c. Auskultasi suara napas, perhatikan adanya stridor,
crackels, mengi, ronki basah, pernapasan mendengkur dan
keimbangan suara pernapasan.
d. Mendiskripsikan sura tangis bayi apakah keras atau
merintih.
e. Mendiskripsikan pemakaian oksigen meliputi dosis,
metode, tipe ventilator, dan ukuran tabung yang digunakan
Tentukan saturasi (kejenuhan) oksigen dengan
menggunakan oksimetri nadi dan sebagian tekanan
oksigen dan karbondioksida melalui oksigen transkutan
(tcPO2) dan karbondioksida transkutan (tcPCO2).
11. Reproduksi
Pada bayi perempuan klitoris menonjol dengan labia
mayora yang belum berkembang atau belum menutupi labia
minora. Pada bayi laki- laki skrotum belum berkembang
sempurna dengan ruga yang kecil dan testis belum turun ke
dalam skrotum.
Diagnosa keperwatan
Diagnosa keperawatan dibuat setelah dilakukan pengkajian.
Beberapa diagnosis dapat ditetapkan untuk semua bayi, tetapi
diagnosis tertentu ditetapkan sesuai dengan hasil pengkajian yang
ditemukan (bervariasi sesuai kondisi bayi). Masalah yang lazim
muncul atau diagnosa keperawatan yang sering muncul pada bayi
prematur berdasarakan NANDA Nic Noc (2015), adalah sebagai
berikut:
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imaturitas otot-
otot pernafasan dan penurunan ekspansi paru.
b. Ketidakadekuatan pemberian ASI berhubungan dengan
prematuritas.
c. Disfungsi motalitas gastrointestinal berhubungan dengan
ketidakadekuatan aktivitas peristaltik di dalam sistem
gastrointestinal.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidak mampuan menerima nutrisi.
e. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan
penurunan jaringan lemak subkutan.
f. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis tidak
adekuat.
12. Perencanaan keperawatan
Perencanaan keperawatan untuk bayi prematur dan bayi
berisiko tinggi lainnya bergantung pada diagnosis masalah kesehatan
yang menempatkan bayi pada kondisi risiko tinggi. Rencana atau
intervensi keperawatan pada bayi prematur berdasarkan NANDA
Nic Noc (2015) adalah sebagai berikut:
1. Diagnosa : Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
imaturitas otot-otot pernafasan dan penurunan ekspansi paru.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24
jam jalan nafas dalam kondisi bebas atau paten dan pola nafas
mejadi efektif.
Kriteria Hasil :
a. Suara nafas bersih, tidak ada sianosis, tidak ada dispneu, bayi
mampu bernapas dengan mudah.
b. Irama nafas teratur, frekuensi pernafasan dalam batas normal
(30-40 kali/menit pada bayi), tidak ada suara nafas abnormal.
c. Tanda-tanda vital dalam batas normal.
Nadi : 120-130 kali/menit
Tekanan darah : 70-90/50 mmHg
Suhu : 36,6 ̊C-37,2 ̊C
Pernafasan : 30-40 kali/menit
Intervensi :
Airway Management
a. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
b. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas
bantuan.
c. Lakukan suction bila perlu.
d. Auskulatasi suara nafas, catat adanya suara nafas tambahan.
e. Monitor respirasi dan status O2.
Oxygen Therapy
a. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea.
b. Pertahankan jalan nafas yang paten.
c. Atur peralatan oksigenasi.
d. Monitor aliran oksigen.
e. Pertahankan posisi pasien.
f. Observasi adanya tanda-tanda distres respirasi seperti
retraksi, takipneu, apneu, sianosis.
Vital Sign Monitoring
a. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan.
b. Monitor frekuensi dan kualitas nadi.
c. Monitor frekuensi dan irama pernafasan
d. Monitor suara paru.
e. Monitor pola pernapasan abnormal.
f. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit.
g. Monitor adanya sianosis perifer.
h. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign.
2. Diagnosa : Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan
dengan prematuritas.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24
jam bayi dapat diberikan minum ASI dengan efektif.
Kriteria Hasil:
a. Tetap mempertahankan laktasi.
b. Perkembangan dan pertumbuhan bayi dalam batas normal.
c. Kemampuan penyedia perawatan dalam melakukan
penghangatkan, pencairan, dan penyimpanan ASI secara
aman.
d. Berat badan bayi bertambah 20-30 gram/hari.
e. Tidak ada respon alergi sistemik pada bayi.
f. Status respirasi seperti jalan napas, pertukaran gas, dan
ventilasi napas bayi adekuat.
g. Tanda-tanda vital bayi dalam batas normal.
Nadi : 120-130 kali/menit
Tekanan darah : 70-90/50 mmHg
Suhu : 36,6 ̊C-37,2 ̊C
Pernafasan : 30-40 kali/menit
Intervensi :
Bottle Feeding
a. Posisikan bayi semi fowler.
b. Letakkan pentil dot di atas lidah bayi.
c. Monitor atau eveluasi reflek menelan sebelum memberikan
susu.
d. Tentukan sumber air yang digunakan untuk mengencerkan
susu formula yang kental atau dalam bentuk bubuk.
e. Pantau berat badan bayi setiap hari.
f. Bersihkan mulut bayi setelah bayi diberikan susu.
Lactation Suppression
a. Fasilitasi proses bantuan interaktif untuk membantu
mempertahanan keberhasilan proses pemberian ASI.
b. Sediakan informasi tentang laktasi dan teknik memompa
ASI (secara manual atau elektrik), cara mengumpulkan dan
menyimpan ASI.
3. Diagnosa : Disfungsi motalitas gastrointestinal berhubungan
dengan ketidakadekuatan aktivitas peristaltikdi dalam sistem
gastrointestinal.
Tujuan :Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam
fungsi pencernaan dapat berfungsi secara efektif.
Kriteria Hasil:
a. Tidak ada distensi abdomen.
b. Peristaltik usus dalam batas normal (3-5 kali/menit pada
bayi).
c. Frekuensi, warna, konsistensi, dan banyaknya feses dalam
batas normal (frekuensi BABnormal pada bayi3-4 kali
dengan warna feses kekuningan dan ukuran ampas minimal
2,5 cm, konsistensi lunak, tidak keras dan tidak kering)
d. Tidak ada darah di feses.
e. Tidak terjadi diare dan tidak muntah.
Intervensi :
a. Monitor tanda-tanda vital.
b. Monitor status cairan dan elektrolit.
c. Monitor bising usus.
d. Catat intake dan output secara akurat.
e. Kajitanda-tanda gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
(membran mukosa kering, sianosis, jaundice).
f. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang jumlah zat gizi yang
dibutuhkan.
g. Pasang NGT atau OGT jika diperlukan.
h. Monitor warna dan konsistensi dari naso gastric output atau
oral gastric output.
i. Monitor terjadinya diare.
4. Diagnosa : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan ketidakmampuan menerima nutrisi.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24
jam asupan nutrisi berupa makanan dan cairan dalam keadaan
seimbang dan tidak ada penurunan berat badan.
Kriteria Hasil:
a. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan (berat
badan bertambah 20-30 gram/hari).
b. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi (pada usia 2 minggu
kebutuhan nutrisi mencapai 150 cc/kgbb/hari).
c. Menunjukkan peningkatan fungsi mengisap dan menelan.
d. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.
Intervensi :
Nutrition Management
a. Kaji adanya alergi.
b. Kaji kesiapan bayi untuk menyusu langsung pada ibu.3)
c. Berikan nutrisi secara parenteral jika diperlukan.
d. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan nutrisi yang dibutuhkan bayi.
e. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori.
Nutrition Monitoring
a. Monitor adanya penurunan berat badan.
b. Monitor terjadiya kulit kering dan perubahan pigmentasi.
c. Monitor turgor kulit.
d. Monitor kekeringan dan kusam pada rambut.
e. Monitor terjadinya muntah.
f. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht.
g. Monitor pertumbuhan dan perkembangan bayi.
h. Monitor terjadinya pucat, kekeringan, dan kemerahan pada
jaringan konjungtiva.
i. Monitor kalori dan intake nutrisi.
j. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan
cavitas oral.
k. Catat jika lidah berwarna magenta atau merah tua.
5. Diagnosa : Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan
dengan penurunan jaringan lemak subkutan.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam
termoregulasi bayi menjadi seimbang.
Kriteria Hasil:
a. Suhu badan dalam batas normal (36,6 ̊C-37,2 ̊C).
b. Tanda-tanda vital dalam batas normal.
Nadi : 120-130 kali/menit
Tekanan darah : 70-90/50 mmHg
Suhu : 36,6 ̊C-37,2 ̊C
Pernafasan : 30-40 kali/menit.
c. Hidrasi adekuat.
d. Tidak menggigil.
e. Gula darah dalam batas normal (> 45 mg/dL).
f. Kadar bilirubin dalam batas normal (0,3-1,0 mg/dL).
Intervensi :
a. Pertahankan suhu tubuh dalam batas normal (36,6 ̊C-37,2 ̊C).
b. Pantau suhu tubuh bayi sampai stabil.
c. Pantau tanda-tanda vital dengan tepat.
d. Pantau warna dan suhu kulit.
e. Pantau dan laporkan adanya tanda hipotermi dan hipertermi.
f. Tingkatkan keadekuatan masukan cairan dan nutrisi.
g. Tempatkan bayi pada inkubator atau infant warmer.
h. Gunakan matras panas dan selimut hangat yang disesuaikan
dengan kebutuhan.
i. Monitor suhu minimal tiap 2 jam.
j. Gunakan matras sejuk dan mandikan bayi dengan air hangat
untuk menyesuaikan dengan suhu tubuh dengan tepat.
6. Diagnosa : Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan
imunologis tidak adekuat.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x24 jam tidak
terdapat tanda-tanda terjadinya infeksi.
Kriteria Hasil :
a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi.
b. Jumlah leukosit dalam batas normal (9000-12.000/mm3).
Intervensi :
Infection Control
a. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain.
b. Pertahankan teknik isolasi pada pasien yang berisiko.
c. Batasi pengunjung bila perlu.
d. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan sebelum
berkunjung dan setelah berkunjung.
e. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
keperawatan.
f. Pertahankan lingkungan aseptik selama tindakan pemasangan
alat.
g. Ganti IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan
petunjuk umum.
h. Tingkatkan intake nutrisi dan berikan terapi antibiotik bila
perlu.
Infection Protection
a. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal.
b. Monitor hitung granulosit, WBC.
c. Monitor kerentanan terhadap infeksi.
d. Berikan perawatan kulit pada area epidema.
e. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase.
f. Tingkatkan intake nutrisi yang cukup.
g. Tingkatkan masukan cairan.
h. Laporkan kecurigaan infeksi.
i. Laporkan kultur positif.
DAFTAR PUSTAKA

Afulani, P. A., Altman, M., Musana, J., & Sudhinaraset, M. (2017).


Conceptualizing pathways linking women’s empowerment and
prematurity in developing countries. BMC pregnancy and childbirth,
17(2), 338.
Binanole, V., Kaunang, E., & Rampengan, N. (2014). Hubungan Kelahiran
Prematur dengan Penyakit Jantung Bawaan di RSUP Prof. Dr. R.D.
Kandou Manado periode tahun 2013-2014. 1-4. Fakultas Kedokteran
Sam Ratulangi Manado.
K. Sukarni, Icemi dan Wahyu P. (2013). Buku Ajar Keperawatan Maternitas.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing
Outcomes Classification (NOC) Pengukuran Outcomes Kesehatan (5
ed.). Indonesia: Elsevier.
Nugroho, Taufan. (2012). OBSGYN: Obstetri dan Ginekologi untuk Mahasiswa
Kebidanan dan Keperawatan. Nuha Medika: Yogyakarta.
Nurhayati. (2018). Hubungan Preeklamsia dengan Kejadian Persalinan
Preterm.Quality Jurnal Kesehatan. 9(1) , 1-41.
Oktiawati, A., & Julianti, E. (2019). Konsep dan Aplikasi Keperawatan Anak.
Jakarta: TIM.
Sudiat, M., Setiawan, M. R., & Azzahra, I. (2015). Anemia sebagai Faktor Risiko
Persalinan Prematur. Jurnal Kedokteran Muhammadiyah Semarang. 5
(1), 1-5.
Sulistiarini, D., & Berliana , S. M. (2016). Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Kelahiran Prematur di Indonesia: Analisis Data Riskesdas 2013. E-
Journal WIDYA Kesehatan Dan Lingkungan, Volume 1 Nomor 2, 109-
115.
T, H. H., & Kamitsuru, S. (2018). NANDA-1 Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC.
FORMAT PENGKAJIAN NEONATUS
STIKES YARSI PONTIANAK

KASUS

Seorang bayi perempuan lahir spontan di ruang bersalin RSUD ABC dari ibu
dengan G2P1A0 usia kehamilan 30 minggu. Bayi lahir tanggal 12/3/2015, pukul
16.35 WIB dengan Apgar score 7/8, ketuban jernih, berat badan lahir 1,840 gram.
Riwayat keluarga dengan lahir kurang bulan tidak ada. Pemeriksaan fisik yang
didapat : KU : Tampak sakit sedang, dengan tanda-tanda Vital : Suhu : 36,7 C, RR
: 55 kali/menit, HR : 174kali/menit Sat O2 : 96-100%. GDS : 89 g/dl Rooting
reflex : tidak ada (negatif). Refleks menghisap : lemah. Refleks moro : ada
(positif). Ballard score : 25 (34 mgg). Data anthropometrik : PB : 43 cm, BB :
1,840 gram, Lingkar kepala : 28 cm Lingkar dada : 26 cm, Lingkar lengan : 8 cm,
Pemeriksaan Sistematis Kulit : turgor kulit kembali baik. Mata : konjungtiva
anemis -/-, air mata +/+, cekung -/-. Mulut : mukosa mulut kering Thorax :
retraksi sela iga (+). Abdomen : supel, BU (+). Ekskremitas : CRT 2 detik.
Pemeriksaan Neurologis. Rangsang Meningeal : kaku kuduk – tidak ada.
Pemeriksaan lab : Hb 13,7. Gr/ dL Hematokrit 37,5. Terapi yang diberikan : IVFD
loading NaCL 0.9% 20cc dalam 1 jam. IVFD D10% 4 cc/jam. Ceftizoxime 2 x 75
mg iv. Aminofilin 2 x 4 mg iv. CPAP: FiO2 : 30 Peep : 7 Flow : 8
DATA BAYI

Nama bayi : By. D


Tanggal dirawat : 21 Desember 2020
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Tanjung Raya 2 gg. Sutera
Tanggal lahir / usia : 12 Maret 2015 pukul 16.35 WIB /
30 minggu
Nama orang tua : Ny. B & Tn. M
Pendidikan ayah/ibu : SMA
Pekerjaan ayah/ibu : Wiraswasta
Usia ayah/ibu : 24
Diagnosa medis : Premature
Riwayat Bayi
Apgar Score : 7/8
Usia Gestasi : 30 minggu
Pemeriksaan Antropometri saat lahir : Berat Badan: 1,840 gram
Panjang Badan : 43 cm
Lingkar Kepala : 28 cm
LILA : 8 c m
Lingkar Dada : 26 cm
Lingkar Perut : -
Komplikasi Persalinan : Tidak ada
a. Aspirasi mekonium (tidak ada)
b. Denyut jantung janin abnormal (tidak ada)
c. Prolaps tali pusat / lilitan tali pusat (tidak ada)
d. Ketuban pecah dini (ya)
e. Ketuban hijau (ketuban jernih)
f. Masalah lain : tidak terkaji
Riwayat Ibu
a. Usia : 30 thn
b. Gravida :1
c. Partus :0
d. Abortus :0
Jenis Persalinan
lahir spontan di ruang bersalin RSUD ABC dari ibu dengan G2P1A0 usia
kehamilan 30 minggu
Komplikasi Kehamilan : Tidak ada
a. Ruptur plasenta / plasenta previa : tidak ada
b. Pre ekalmpsia / toxcemia : tidak ada
c. Suspect Sepsis : tidak ada
d. Persalinan prematur/post matur : bayi lahir dengan usia 30 minggu dan berat
badan lahir 1,840 gram
e. Masalah lain : tidak ada

PENGKAJIAN FISIK NEONATUS


Instruksi : Beri tanda chek list ( √ ) pada istilah yang tepat/sesuai dengan
data-data dibawah ini. Gambarkan semua temuan abnormal secara
objektif, gunakan kolom data tambahan bila perlu.
1. Pemeriksaan Antropometri :
Berat Badan : 1,840 gram LILA : 8 cm
Panjang Badan : 43 cm Lingkar Dada : 26 cm
Lingkar Kepala : 28 cm Lingkar Perut : tidak terkaji

2. Pemeriksaan Refleks :
Berkedip , Startle/kaget ( tidak ada ), refleks Moro positif
Rooting/mencari ( tidak ada )
Sucking/menghisap : lemah
Swallowing/menelan : positif namun lemah
Tanda Babinski : memiliki reflek babinski
Palmar Grasp/menggenggam : lemah

3. Tonus/aktifitas :
Gerak kurang aktif, menangis kuat, tampak sakit sedang

4. Kepala/leher :
a. Fontanela anterior Lunak ( * )Tegas ( )Datar ( )Menonjol ( ) Cekung ( )
b. Gambaran wajah Simetris ( * )Asimetris ( )
c. Molding : normal

5. Mata :
Bersih ( * ) Sekresi ( )
Mata : konjungtiva anemis -/-, air mata +/+, cekung -/-.

6. THT
a. Telinga :Bentuk telinga simetris, kartilago tampak belum sempurna, tidak ada
cairan abnormal
b. Hidung : Lubang hidung simetris, tidak terdapat pernapasan cuping hidung.

7. Wajah: tidak terdapat bibir sumbing,


Mulut terlihat kering. Tidak terdapat sianosis dan kelainan labio palato schizis

8. Abdomen
Abdomen : supel, BU (+).

9. Thoraks
Thorax : retraksi sela iga (+), simetri

10. Paru-paru
a. Suara nafas kanan kiri sama ( * ) Tidak sama ( )
b. Suara nafas: bersih, tida terdapat ronchi, pernapasan vesikuler
menggunakan ventilasi meanik CPAP:FiO2 : 30 Peep : 7 Flow : 8
11. Jantung
a. Bunyi Normal Sinus S1 S2 tunggal, murmur positif sistole, HR=

Nadi Perifer Keras Lemah Tidak Ada

Brakial Kanan Tidak dikaji

Brakial Kiri Tidak dikaji

Femoral Tidak dikaji


Kanan

Femoral Kiri Tidak dikaji

174x/mnt.Rhythm (NSR)

12. Ekstremitas
Gerakan bebas , CRT kembali2 detik
Atas : lengkap tidak ada kelainan, akral hangat
Bawah : lengkap tidak ada kelainan, akral hangat
13. Umbilikus : Normal (* ) Abnormal ( ) Inflamasi ( )
Drainase ( )
14. Genital
Perempuan normal (*)
Laki-laki normal ( )

15. Anus
Paten (*) Imperforata ( )

16. Spina Normal (*) Abnormal ( )

17. Kulit
a. Warna : Pink ( ) Pucat (*) Jaundice ( )
Sianosis pada Kuku ( ) Sirkumoral ( )Periorbital ( ) Seluruh tubuh ( )
Tidak terdapat sianosis
b. Kemerahan (rash) (*)
c. Tanda lahir : ( ), tidak ada tanda lahir
d. Turgor kulit : elastis (* ) tidak elastis ( )
e. edema : tidak terdapat edema
f. Lanugo : tudak ada

18. Suhu
a. Lingkungan : Penghangat radian ( ) Pengaturan suhu ( ) Inkubator (* ) Suhu
Inkubator (*) Suhu ruang ( ) Boks terbuka ( )
b. Suhu kulit : 36,50 C

RIWAYAT SOSIAL
Genogram keluarga ( minimal 3 generasi )

Keterangan : X : Klien

: Wanita
: Laki-Laki

: Hubungan keluarga

1. Antisipasi vs Pengalaman nyata kelahiran :


Ny. B menyatakan kehamilan pertama, G1P0A0, usia 24 tahun, klien tidak
pernaah periksa ANC.
2. Agama : Islam
3. Bahasa Utama : Melayu
4. Perencanaan makanan bayi : ASI
5. Masalah sosial yang penting: tidak dikaji
6. Hubungan orang tua dan bayi: tidak dikaji

Ibu Tingkah Laku Ayah

Ya Menyentuh Ya

Ya Memeluk Ya

Berbicara

Berkunjung

Memanggil Nama

Kontak Mata

7. Orang terdekat yang dapat dihubungi: suami Ny. B


8. Orang tua berespon terhadap penyakit : Ya
9. Orang tua berespon terhadap hospitalisasi : Ya
10. Riwayat anak lain : kelahiran anak pertama
11. Pemeriksaan Penunjang : Tidak dilakukan pemeriksaan urine, feces, kimia
darah
Parameter Nilai Nilai Normal Satuan
Hemoglobin 13,7 14.9 – 23.7 g/dl
Hematokrit 37,5 47 – 75 %
Leukosit 12.1 10-26 103/uL
Eritrosit 4.09 3.7-6.5 106/uL
Trombosit 159 150-440 103/uL
MPV 11,1 7.2- 11.1 fL
PDW 14.1 9 – 13 fL
RDW-CV 16.8 11.5 – 14.5 %
MCV 105.1 85 – 123 fL
MCH 37.3 28 – 40 Pg
MCHC 35.5 29 – 37 %
Basofil 0.3 0–1 %
Monosit 11.4 4–8 %
Eosinofil 1.9 1–6 %
Limfosit 35 22 – 40 %
Neutrofil 51.4 53 – 62 %
Ratio 0.059
Pemeriksaan Tanggal 21 Desember 2020

12. Pengobatan : IVFD loading NaCL 0.9% 20cc dalam 1 jam. IVFD D10% 4
cc/jam. Ceftizoxime 2 x 75 mg iv. Aminofilin 2 x 4 mg iv. CPAP: FiO2 : 30
Peep : 7 Flow : 8

B. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. DS: Imaturitas system Ketidakefektifan pola
DO: pernafasan nafas b.d imaturitas
- Retraksi dada ↓ neurologis
- RR: 55x/menit Pengembangan paru tidak
- HR: 174 x/menit adekuat
- Sat O2: 96-100% ↓
Hipoventilasi

Pernapasan cepat dan
tidak teratur

Ketidakefektifan pola
nafas
2. DS: Imaturitas system Deficit nutrisi b.d ketidak
DO: pencernaan mampuan mencerna
- BB: 1,840 gram ↓ makanan
- Reflek menghisap lemah Perkembangan organ
pencernaan terhambat

Asupan nutrisi tidak
adekuat

Deficit nutsisi
3. DS: - Prematuritas Resiko Infeksi b.d
DO: ↓ ketidakadekuatan
- Ballard score : 25(34 Factor plasenta pertahanan tubuh primer
minggu) ↓ (ketuban pecah sebelum
- Umbilicus terlihat basah Dinding otot rahim waktunya).
- Pemeriksaan lab: 13,7 bawah melemah
Gt/dl ↓
- Hematokrit: 37,5 Bayi lahir premature
- Tanda-tanda vital: (BBLR/berat
Suhu: 36,7 C badan<2500gr)
RR: 65x/menit ↓
HR: 174x/menit Penurunan daya tahan
- Sat O2: 96-100% tubuh

Resiko infeksi

C. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d imaturitas neurologis
2. Deficit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan
3. Resiko Infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer (ketuban
pecah sebelum waktunya).
D. Intervensi
No. Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
hasil
1. Setelah dilakukan 1. Bina Hubungan Saling 1. Mengetahui tanda dan
tindakan keperawatan Percaya gejala awal pola nafas tidak
….x24 jam 2. Observasi efektif
pasien menunjukkan a. Monitor frekuensi 2. Mengetahui tanda dan
peningkatan dengan napas, kedalaman, dan gejala awal pola nafas tidak
kriteria hasil: upaya napas efektif dan tanda
1. Tidak ada b. Monitor pola napas perburukan penyakit
retaksi c. Monitor saturasi 3. Mengetahui keadaan pasien
dinding dada oksigen 4. Memberikan rasa nyaman
2. Kedalaman 3. Terapeutik
5. Mengetahui perkembangan
napas a. Atur interval
kondisi pasien
membaik pemantauan respirasi
6. Agar pasien dan keluarga
3. Frekuensi sesuai kondisi pasien
dapat kooperatif
napas b. Informasikan hasil
7. Agar keluarga dan pasien
membaik pemantauan, jika perlu
tahu tentang perkembangan
4. Pemanjangan 4. Edukasi
dari pengobatan yang
fase ekspirasi a. Jelaskan tujuan dan
dilakukan
menurun prosedur pemantauan
8. Aminofilin adalah obat
b. Informasikan hasil
untuk meredakan keluhan
pemantauan, jika perlu
sesak nafas
4. Kolaborasikan pemberian
Aminofilin 2 x 4 mg iv

2. Setelah diberikan 1. Bina hubugan saling 1. Menimbulkan rasa


asuhan keperawatan percaya saling percaya pada
selama … x 24 jam Observasi klien
diharapkan kebutuhan 2. Identifikasi status nutrisi 2. Mengetahui
nutrisi klien terpenuhi 3. Monitor berat badan kekurangan nutrisi
secara adekuat dengan Terapeutik klien
kriteria hasil; 4. Lakukan pijat bayi. 3. Mengidentifikasi
1. Meningkatkan Edukasi ketidak seimbangan
berat badan dalam 5. Anjurkan ibu menyusui nutrisi
batas normal sesering mungkin 4. Asi merupakan sumber
2. Klien mengalami Colaboration gizi utama dan sangat
peningkatan nafsu 6. Kolaborasikan dengan ahli bermanfaat dalam
makan gizi pemenuhan nutrisi
3. Reflek menghisap pada anak.
bayi terus 5. Untuk menentukan
meningkat nutrisi yang
sehingga dapat dibutuhkan
diberikan per oral 6. Pijat bayi dapat
meningkatkan BB

3. Setelah diberikan 1. Bina hubungan saling 1. Menjalin hubungan saling


asuhan keperawatan percaya percaya dapat meningkatkan
selama … x 24 jam Observasi rasa nyaman.
diharapkan infeksi 2. Observasi tanda-tanda 2. Peningkatan suhu tubuh
tidak terjadi dengan vital dan peningkatan suhu merupakan salah satu tanda
kriteria hasil: tubuh terjadinya infeksi
1. Tidak ada tanda- 3. Melakukan pencucian 3. Menurunkan risiko
tanda infeksi tangan yang baik sebelum penyebaran bakteri
dan sesudah tindakan 4. Mengurangi kontaminasi
Terapeutik bakteri
4. Pastikan semua alat yang 5. Lingkungan yang bersih
kontak dengan pasien memberikan rasa nyaman
dalam keadaan dan mengurangi
bersih/steril perkembangbuakan bakteri.
Edukasi
5. Anjurkan kepada keluarga
untuk selalu menjaga
kebersihan anak dan
lingkungan sekitar
Kolaborasi
6. Kolaborasikan pemberian
Ceftizoxime 2 x 75 mg iv.

E. Implementasi
No. Waktu Tindakan keperawatan Respon pasien/hasil (S,O) Tanda
(tgl/jam) tangan
1. 1. Monitor frekuensi S: - Widia
napas, kedalaman, dan
upaya napas O:
2. Monitor pola napas - Retraksi dada
3. Monitor saturasi - RR: 55x/menit
oksigen - HR: 174 x/menit
4. Atur interval - Sat O2: 96-100%
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
5. Jelaskan tujuan dan
proedur pemantauan
6. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
7. Kolaborasikan
pemberian Aminofilin
2 x 4 mg iv
2. 1. Bina hubungan saling S: - Widia
percaya
2. Manajemen nutrisi O:
a. Identifikasi status - BB: 1,840 gram
nutrisi - Reflek menghisap
b. Monitor berat lemah
badan
c. Anjurkan ibu
menyusui sesering
mungkin
d. Kolaborasikan
dengan ahli gizi
e. Lakukan pijat bayi.
3. 1. Bina hubungan saling S: Widia
percaya
2. Observasi tanda-tanda O:
vital dan peningkatan - Ballard score :
suhu tubuh 25(34 minggu)
3. Melakukan pencucian - Umbilicus terlihat
tangan yang baik basah dan sedikit
sebelum dan sesudah mongering
tindakan - Pemeriksaan lab:
4. Pastikan semua alat 13,7 Gt/dl
yang kontak dengan - Hematokrit: 37,5
pasien dalam keadaan - Tanda-tanda vital:
bersih/steril Suhu: 36,7 C
5. Anjurkan kepada RR: 55x/menit
keluarga untuk selalu HR: 174x/menit
menjaga kebersihan - Sat O2: 96-100%
anak dan lingkungan
sekitar
6. Kolaborasikan
pemberian
Ceftizoxime 2 x 75 mg
iv.

F. Evaluasi
No. Waktu Respon perkembangan (S,O,A,P) Tanda
(tgl/jam) tangan
1. S: - Widia
O:
- Retraksi dada
- RR: 55x/menit
- HR: 174 x/menit
- Sat O2: 96-100%
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan tindakan
1. Monitor frekuensi napas, kedalaman, dan
upaya napas
2. Monitor pola napas
3. Monitor saturasi oksigen
4. Atur interval pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
5. Lanjutkan pemberian Aminofilin 2 x 4 mg iv

2. S: Widia
O:
- BB: 1,840 gram
- Reflek menghisap lemah
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan tindakan
1. Identifikasi status nutrisi
2. Monitor berat badan
3. Anjurkan ibu menyusui sesering mungkin
4. Kolaborasikan dengan ahli gizi
5. Lakukan pijat bayi.

3. S: Widia
O:
- Ballard score : 25 (34 minggu)
- Umbilicus terlihat basah dan sedikit
mongering
- Pemeriksaan lab: 13,7 Gt/dl
- Hematokrit: 37,5
- Tanda-tanda vital:
- Suhu: 36,7 C
- RR: 55x/menit
- HR: 174x/menit
- Sat O2: 96-100%
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan tindakan
1. Bina hubungan saling percaya
2. Observasi tanda-tanda vital dan
peningkatan suhu tubuh
3. Melakukan pencucian tangan yang
baik sebelum dan sesudah tindakan
4. Pastikan semua alat yang kontak
dengan pasien dalam keadaan
bersih/steril
5. Anjurkan kepada keluarga untuk selalu
menjaga kebersihan anak dan
lingkungan sekitar
6. Kolaborasikan pemberian Ceftizoxime
2 x 75 mg iv.

G. Link Jurnal
https://journal.ipts.ac.id/index.php/ED/article/view/1734

H. Link Video
https://youtu.be/njeIIF_SgVM

I. Pembahasan
Kelahiran prematur atau persalinan preterm atau partus premature
merupakan kelahiran yang terjadi pada masa kehamilan kurang dari 37
minggu (dalam kurun waktu 20-37 minggu) atau ditandai dengan berat janin
kurang dari 2.500 gram (Nugroho, 2012).
Bayi prematur berisiko mengalami masalah kesehatan pada awal
kehidupan karena berhubungan dengan imaturitas organ. Masalah sistem
tubuh bayi prematur antara lain ketidakstabilan suhu tubuh, masalah
pernafasan, masalah pencernaan dan nutrisi. Masalah lain yang sering terjadi
pada bayi prematur adalah masalah gastrointestinal. Kelainan gastrointestinal
dan nutrisi akibat refleks hisap dan menelan yang buruk sebelum 34 minggu,
mortalitas usus yang menurun, pengosongan lambung yang tertunda, serta
pencernaan dan absorpsi vitamin yang larut dalam lemak kurang. Masalah
lain yang sering terjadi pada bayi prematur adalah masalah gastrointestinal.
Kelainan gastrointestinal dan nutrisi akibat refleks hisap dan menelan yang
buruk sebelum 34 minggu, mortalitas usus yang menurun, pengosongan
lambung yang tertunda, serta pencernaan dan absorpsi vitamin yang larut
dalam lemak kurang.
Salah satu rangsangan dan stimulasi yang dianjurkan adalah pijat bayi.
Pijat bayi telah dipraktekkan hampir diseluruh dunia sejak dahulu kala,
termasuk Indonesia. Seni pijat bayi diajarkan secara turun menurun walaupun
tidak diketahui dengan jelas bagaimana pijat dan sentuhan dapat berpengaruh
positif pada tubuh manusia. Pijat bayi adalah bagian dari terapi sentuhan yang
dilakukan pada bayi sehingga dapat memberikan jaminan adanya kontak
tubuh berkelanjutan, mempertahankan rasa aman pada bayi dan mempererat
tali kasih sayang orang tua dengan bayi (Roesli, 2013).
Beberapa manfaat pijat bayi adalah diantaranya meningkatkan nafsu
makan, melipatgandakan keuntungan ASI ekslusif, meningkatkan berat
badan, meningkatkan daya tahan tubuh, membuat bayi tidur lebih nyenyak,
dan membina keterikatan antara orang tua dan anak (Soedjatmiko, 2016).
Berdasarkan hasil penelitian Agustin (2020), Peningkatan berat badan
bayi pada kelompok eksperimen yang diberikan intervensi lebih tinggi
daripada peningkatan berat badan bayi yang tidak diberikan intervensi pijat
bayi.
Menurut teori Roesli, (2013), dengan pijat bayi akan meningkatkan
aktifitas nervus vagus dan akan merangsang hormon pencernaan antara lain
insulin dan gaselin. Insulin memegang peranan pada metabolisme,
Peningkatan insulin dan gastrin dapat merangsang fungsi pencernaan
sehingga penyerapan terhadap sari makanan pun menjadi baik. Penyerapan
makanan yang lebih baik ini akan menyebabkan bayi cepat merasa lapar
karena itu lebih sering menyusu. Akibatnya terjadi peningkatan berat badan.
Beberapa penelitian juga mengatakan pijat bayi bisa merangsang saraf nervus
vagus, dimana saraf ini meningkatkan peristaltik usus yang mengatur fungsi
organ tubuh termasuk di bagian dada dan perut. Rangsangan pada saraf vagus
(saraf parasimpatis) akan merangsang lambung untuk mengeluarkan hormon
gastrin. Disisi lain, pijat juga melancarkan peredaran darah dan meningkatkan
metabolisme sel, dari rangkaian tersebut berat badan bayi akan meningkat
J. SOP
STANTAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PIJAT BAYI
Pengertian Pijat bayi adalah terapi sentuh yang merupakan seni
perawatan kesehatan yang memberikan jaminan adanya
kontak tubuh berkelanjutan yang dapat mempertahankan
perasaan aman bayi.

Tujuan 1. Meningkatkan berat badan bayi.


2. Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan.
3. Meningkatkan daya tahan tubuh bayi.
4. Meningkatkan konsentrasi bayi dan membuat bayi
tidur lebih lelap.
5. Membuat hubungan ikatan kasih sayang antara
orang tua dan bayi.
6. Meningkatkan produksi ASI.

Persiapan 1) Persiapan Alat :


1. Minyak Bayi/Lotion.
2. Handuk.
3. Alas kain yang lembut dan bersih.
4. Baju bayi/popok bayi baju.

2) Tahap Pre-Interaksi
1. Baca catatan keperawatan.
2. Siapkan alat – alat dan privasi ruangan.
3. Cuci Tangan dengan menggunakan air hangat.

3) Tahap Orientasi
1. Baringkan bayi diatas permukaan yang datar
dengan alas kain yang lembut dan bersih.
2. Duduklah pada posisi yang nyaman dan tenang.
3. Mintalah izin pada bayi sebelum melakukan
pemijatan dengan cara membelai wajah dan
kepala bayi sambil mengajaknya bicara.
4. Pandanglah mata bayi, disertai pancaran kasih
sayang selama pemijatan berlangsung.
5. Putarlah lagu – lagu yang tenang dan lembut
guna menciptakan suasana yang tenang selama
pemijatan berlangsung.
6. Awali pemijatan dengan melakukan sentuhan
ringan, kemudian secara bertahap tambahkan
tekanan pada sentuhan yang dilakukan.

Tahap pelaksanaan Tahap Kerja :


1. Mulailah pemijatan dengan urutan sebagai berikut :
kaki, perut, dada, tangan, muka dan diakhiri pada
bagian punggung.
2. Setiap gerakan pada tahap pemijatan ini dapat
dilakukan sebanyak enam kali.
3. KAKI
a) Perahan Cara India
1. Pegang kaki bayi pada pangkal paha, seperti
memegang pemukul soft ball.
2. Gerakkan tangan kebawah secara bergantian
seperti memerah susu.
b) Peras dan Putar
1. Pegang kaki bayi pada pangkal paha dengan
kedua tangan secara bersamaan.
2. Peras dan putar kaki bayi dengan lembut
dimulai dari pangkal paha ke arah mata kaki.
c) Telapak Kaki
Urutlah telapak kaki dengan kedua ibu jari secara
bergantian, mulai dari I pangkal tumit kaki
menuju jari – jari di seluruh telapak kaki.
d) Tarikan Lembut Jari
Pijatlah jari – jarinya satu persatu dengan
gerakan memutar menjauhi telapak kaki, akhiri
dengan tarikan kasih sayang yang lembut pada
tiap ujung jari.
e) Gerakan Peregangan
1. Dengan menggunakan sisi jari telunjuk, pijat
telapak kaki mulai dari batas jari – jari ke arah
tumit.
2. Dengan jari tangan lain, regangkan dengan
lembut punggung kaki pada daerah pangkal
kaki ke arah tumit.
4. PERUT
a) Gerakan I Love You
1. “I” pijat perut bayi mulai dari bagian kiri atas
ke bawah menggunakan jari – jari tangan
kanan membentuk huruf “I”.
2. “LOVE” pijatlah perut bayi membentuk huruf
“L” terbalik mulai dari kanan atas ke kiri,
kemudian dari kiri atas ke kiri bawah.
3. “YOU” pijatlah perut bayi membentuk huruf
“U” TERBALIK, mulai dari kanan bawah
(daerah usus buntu) ke atas, kemudian ke kiri,
ke bawah dan berakhir di perut kiri bawah.
b) Gelembung atau Jari – Jari Berjalan
1. Letakkan ujung jari – jari satu tangan pada
perut bayi bagian kanan.
2. Gerakkan jari – jari anda pada perut bayi dari
bagian kanan ke bawah kiri guna
mengeluarkan gelembung – gelembung udara.
a) Jantung Besar
1. Buatlah gerakan yang menggambarkan
jantung dengan meletakkan ujung – ujung jari
kedua telapak tangan anda di tengah dada bayi
/ ulu hati.
2. Buatlah gerakan ke atas sampai di bawah
leher, kemudian ke samping di bawah leher,
kemudian ke samping diatas tulang selangka,
lalu ke bawah membentuk jantung dan
kembali ke ulu hati.
a) Memijat Ketiak
Buatlah Gerakan memijat pada daerah ketiak dari
atas ke bawah. Perlu diingat kalau terdapat
pembengkakan kelenjar ketiak, sebaiknya
gerakan ini tidak dilakukan.
b) Perahan Cara India
1. Arah pijat cara India adalah pijatan yang
menjauhi tubuh untuk melemaskan /
merelaksasikan otot.
2. Peganglah lengan bayi bagian pundak dengan
tangan kanan, seperti memegang pemukul soft
ball, tangan kiri memegang pergelangan
tangan bayi.
3. Gerakkan tangan kanan mulai dari bagian
pundak ke arah pergelangan tangan, kemudian
gerakkan tangan kiri dari pundak kearah
pergelangan tangan.
4. Demikian seterusnya, gerakkan tangan kanan
dan kiri ke bawah secara bergantian dan
berulang – ulang seolah memerah susu sapi.
c) Membuka Tangan
Pijat telapak tangan dengan kedua ibu jari, dari
pergelangan tangan ke arah jari – jari.
d) Putar Jari – Jari
1. Pijat lembut jari bayi satu persatu menuju arah
ujung jari dengan gerakan memutar.
2. Akhiri gerakan ini dengan tarikan lembut pada
tiap ujung jari.
5. MUKA
Umumnya tidak diperlukan minyak untuk
daerah muka
a) Dahi
1. Letakkan jari – jari kedua tangan anda pada
pertengahan dahi.
2. Tekankan jari – jari anda dengan lembut mulai
dari tengah dahi keluar ke samping kanan dan
kiri seolah menyetrika dahi atau seperti
membuka lembaran buku.
3. Gerakan ke bawah ke daerah pelipis, buatlah
lingkaran – lingkaran kecil di daerah pelipis,
kemudian gerakkan ke dalam melalui daerah
pipi di bawah mata.
b) Alis
1. Letakkan kedua jari anda di kedua alis mata.
2. Gunakan kedua ibu jari untuk memijat secara
lembut pada alis mata dan diatas kelopak
mata, mulai dari tengah ke samping seolah
menyetrika alis.
c) Hidung
1. Letakkan kedua ibu jari anda pada
pertengahan alis.
2. Tekankan ibu jari anda dari pertengahan
kedua alis turun melalui tepi hidung kearah
pipi dengan membuat gerakkan ke samping
dan keatas seolah membuat bayi tersenyum.
d) Mulut Bagian Atas
1. Letakkan kedua ibu jari anda diatas mulut
dibawah sekat hidung.
2. Gerakkan kedua ibu jari anda dari tengah ke
samping dan ke atas ke daerah pipi seolah
membuat bayi tersenyum.
e) Mulut Bagian Bawah
1. Letakkan kedua ibu jari anda di tengah dagu.
2. Tekankan kedua ibu jari pada dagu dengan
gerakkan dari tengah ke samping, kemudian
ke atas ke arah pipi seolah membuat bayi
tersenyum.
6. PUNGGUNG
a) Gerakan Maju Mundur (Kursi Goyang)
1. Tengkurapkan bayi melintang di depan anda
dengan kepala disebelah kanan dan kaki
disebelah kiri anda.
2. Pijatlah sepanjang punggung bayi dengan
gerakkan maju mundur menggunakan kedua
telapak tangan, dari bawah leher sampai ke
pantat bayi, lalu kembali ke leher.
b) Gerakkan Menyetrika
1. Pegang pantat bayi dengan tangan kanan.
2. Dengan tangan kiri, pijatlah mulai dari leher
ke bawah sampai bertemu dengan tangan
kanan yang menahan pantat bayi seolah
menyetrika punggung.
c) Gerakan Melingkar
1. Dengan jari – jari kedua tangan anda, buatlah
gerakan – gerakan melingkar kecil – kecil
mulai dari batas tengkuk turun ke bawah di
sebelah kanan dan kiri tulang punggung
sampai ke pantat.
2. Mulai dengan lingkaran – lingkaran kecil di
daerah leher, kemudian lingkaran yang lebih
besar di daerah pantat.
d) Gerakkan Menggaruk
1. Tekankan dengan lembut kelima jari – jari
tangan kanan anda pada punggung bayi.
2. Buatlah gerakan menggaruk ke bawah
memanjang sampai pantat bayi.

Tahap terminasi 1) Evaluasi perasaan klien dan simpulkan hasil


kegiatan.
2) Rapikan pasien dan kembalikan peralatan.
3) Cuci Tangan.

Dokumentasi Catat pemberian di dalam catatan keperawatan


LOGBOOK
Nama : WIDIA
NIM : 891201033

No Hari/tanggal Waktu Kegiatan Paraf


- Mengisi daftar hadir
Senin, 07:00 –
- Pembagian kasus
1. 21 -12-2020 16. 00
- Mengerjakan lp
- Mengisi logbook
- Mengisi daftar hadir
- Mengumpulkan lp
Selasa, 07.00 – - Zoom meeting
2.
22-12- 2020 16:00 - Membuat video
- Mengisi pengkajian
- Membuat askep
- Mengisi daftar hadir
Rabu, 07.00-
3. - Pencarian jurnal
23 -12-2020 15.00
- Membuat askep
- Mengisi daftar hadir
Kamis, 07.00-
4. - Lanjut mengerjakan
24 -12- 2020 15.00
pembahasan jurnal
- Mencari video terkait
Jumat, 07.00-
5. - Membuat SOP
25 -12-2020 15.00
- Mengisi logbook
Sabtu, 07.00- - Mengisi daftar hadir
6.
26-12-2020 23.59 - Pengmpulan tugas
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui

Nama Mahasiswa Pembimbing

Widia Ns.Diena Juliana, S.Kep.,M.Kes

Anda mungkin juga menyukai