Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS AGREGAT BALITA DENGAN

KASUS DIARE

Disusun Untuk Memenuhi Tugas keperawatan Komunitas

Dosen Pengampu : Ns. Anita Dyah Listyarini, M.Kep,Sp.Kep.Kom

Disusun Oleh

Zella Evita Sari (2019012217)


PSIK 3B

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CENDEKIA UTAMA KUDUS

2020
A.​ M
​ asalah Kesehatan pada Kelompok Balita di Indonesia

Bayi dan anak-anak di bawah lima tahun (balita) adalah kelompok yang rentan
terhadap berbagai penyakit karena sistem kekebalan tubuh mereka belum terbangun
sempurna. Pada usia ini, anak rawan dengan berbagai gangguan kesehatan, baik jasmani
maupun rohani.

1.​ D
​ iare

Diare masih merupakan problema kesehatan utama pada anak terutama di negara
berkembang seperti Indonesia. Menurut data ​World Health Organization ​(WHO)
pada tahun 2009, diare adalah penyebab kematian kedua pada anak dibawah 5 tahun.
Penyakit diare sering menyerang bayi dan balita, bila tidak diatasi lebih lanjut akan
menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian. Sekitar lima juta anak di
seluruh dunia meninggal karena diare akut. Di Indonesia pada tahun 70 sampai 80-an,
prevalensi penyakit diare sekitar 200-400 per 1000 penduduk per tahun. Dari angka
prevalensi tersebut, 70-80% menyerang anak dibawah lima tahun.

Data nasional Depkes menyebutkan setiap tahunnya di Indonesia 100.000 balita


meninggal dunia karena diare. Itu artinya setiap hari ada 273 balita yang meninggal
dunia dengan sia-sia, sama dengan 11 jiwa meninggal setiap jamnya atau 1 jiwa
meninggal setiap 5,5 menit akibat diare (Depkes RI, 2011).

Diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi buang air
besar lebih dari tiga kali sehari disertai adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja
penderita (Sutanto, 1984; Winardi, 1981). Dikenal diare akut yang timbul dengan
tiba-tiba dan berlangsung beberapa hari dan diare kronis yang berlangsung lebih dari
tiga minggu bervariasi dari hari ke hari yang disebabkan oleh makanan tercemar atau
penyebab lainnya (Winardi, 1981).

Diare pada anak merupakan masalah yang sebenarnya dapat dicegah dan ditangani.
Terjadinya diare pada balita tidak terlepas dari peran faktor perilaku yang
menyebabkan penyebaran kuman, terutama yang berhubungan dengan interaksi
perilaku ibu dalam mengasuh anak dan faktor lingkungan dimana anak tinggal. Faktor
perilaku yang menyebabkan penyebaran kuman dan meningkatkan resiko terjadinya
diare yaitu tidak memberikan ASI ekslusif secara penuh pada bulan pertama
kehidupan, tidak menjaga hygiene alat makan dan minum anak. (Assiddiqi, 2009).

2.​ G
​ izi kurang dan Gizi buruk

Hampir lebih dari 2 juta anak anak balita mengalami gizi buruk (Atmaria, 2005).
Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
dari tahun 2007 ke 2010 untuk gizi kurang tetap 13,0 dan untuk gizi buruk dari 5,4
menjadi 4,9.

Pada saat ini masalah terbesar yang disebabkan oleh gizi buruk yang banyak
dijumpai di kalangan anak-anak Indonesia adalah penghambatan pertumbuhan
intra-uterin, malnutrisi protein energi, defisiensi yodium, defisiensi vitamin A,
anemia defisiensi zat besi dan obesitas (Atmaria, 2005). Anak-anak yang mengalami
defisiensi gizi, berat badan lahir rendah dan penghambatan pertumbuhan akan
tumbuh menjadi remaja dan juga orang dewasa yang mengalami malnutrisi (Atmaria,
2005). Masalah malnutrisi dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan pada anak anak dan remaja. Penyebab gizi kurang dan gizi buruk
dapat dipilah menjadi tiga hal, yaitu: pengetahuan dan perilaku serta kebiasaan
makan, penyakit infeksi, ketersediaan pangan.

Tingginya AKB dan masalah gizi pada bayi dapat ditangani sejak awal dengan
cara pemberian Air Susu Ibu (ASI). Menurut penelitian yang dilakukan oleh
UNICEF, risiko kematian bayi bisa berkurang sebanyak 22% dengan pemberian ASI
ekslusif dan menyusui sampai 2 tahun. Melalui pemberian ASI eksklusif selama 6
bulan dapat menjamin kecukupan gizi bayi serta meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap penyakit infeksi. Manfaat lain yang diperoleh dari pemberian ASI adalah
hemat dan mudah dalam pemberiannya serta manfaat jangka panjang adalah
meningkatkan kualitas generasi penerus karena ASI dapat meningkatkan kecerdasan
intelektual dan emosional anak.
3.​ I​ SPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas)

Infeksi Saluran Pernapasan Akut merupakan sekelompok penyakit kompleks dan


heterogen yang disebabkan oleh berbagai penyakit dan dapat mengenai setiap lokasi
de sepanjang saluran nafas (WHO, 1986). ISPA merupakan salah satu penyebab
utama dari tingginya angka kematian dan angka kesakitan pada balita dan bayi di
Indonesia.

Berbagai laporan menyatakan ISPA anak merupakan penyakit yang paling


sering terjadi pada anak, mencapai kira-kira 50% dari semua penyakit balita dan 30%
pada anak usia 5-12 tahun. Umumnya infeksi biasanya mengenai saluran nafas bagian
atas, hanya kurang dari 5% yang mengenai saluran pernapasan bawah. Kejadian ISPA
pada balita lebih sering terjadi di daerah perkotaan dibandingkan pada balita di daerah
pedesaan. Seorang anak yang tinggal di daerah perkotaan akan mengalami ISPA
sebanyak 5-8 periode setahun, sedangkan bila tinggal di pedesaan sebesar 3-5 episode
(WHO, 1992)

Secara klinis ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi
di setiap bagian saluran pernapasan dan berlangsung tidak lebih dari 14 hari. Adapun
yang termasuk ISPA adalah influenza, campak, faringitis, trakeitis, bronkitis akut,
brokhiolitis dan pneumonia. Angka kematian yang tinggi karena ISPA khususnya
adalah pneumonia. Menurut beberapa faktor yang telah mempengaruhi pneumonia
dan kematian akibat ISPA adalah malnutrisi, pemberian ASI kurang cukup, imunisasi
tidak lengkap, defisiensi vitamin A, BBLR, umur muda, kepadatan hunian, udara
dingin, jumlah kuman yang banyak di tenggorokan, terpapar polusi udara oleh asap
rokok, gas beracun dan lain-lain (WHO, 1992)

B. Indikator Kesehatan Kelompok Balita

Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang
kesehatan yang saat ini terjadi di Negara Indonesia (Kompas, 2006). Derajat
kesehatan anak mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab anak sebagai generasi
penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam meneruskan
pembangunan bangsa, sehingga masalah kesehatan anak menjadi salah satu prioritas
dalam perencanaan pembangunan bangsa.

Dalam menentukan derajat kesehatan di Indonesia, terdapat beberapa indikator yang


dapat digunakan, antara lain angka kematian bayi, angka kesakitan bayi, status gizi,
dan angka harapan hidup waktu lahir.

1.​ A
​ ngka Kematian Bayi

Angka kematian bayi menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat


kesehatan anak (WHO, 2002) karena merupakan cerminan dari status kesehatan
anak saat ini. Tingginya angka kematian bayi di Indonesia disebabkan oleh
berbagai faktor, diantaranya adalah faktor penyakit infeksi dan kekurangan gizi.
Penyakit yang hingga saat ini masih menjadi penyebab kematian terbesar dari
bayi, diantaranya penyakit diare, tetanus, gangguan perinatal, dan radang saluran
napas bagian bawah (Hapsari, 2004).

Kematian pada bayi juga dapat disebabkan oleh trauma persalinan dan
kelainan bawaan yang kemungkinan besar disebabkan oleh rendahnya status gizi
ibu pada saat kehamilan serta kurangnya jangkauan pelayanan kesehatan dan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (WHO, 2002).

Indonesia masih memiliki angka kematian bayi dan balita yang cukup tinggi.
Masalah tersebut terutama dalam periode neonatal dan dampak dari penyakit
menular terutama pneumonia, malaria, dan diare ditambah dengan masalah gizi
yang dapat mengakibatkan lebih dari 80% kematian anak (WHO, 2002).

2.​ A
​ ngka Kesakitan Bayi
Angka kesakitan bayi menjadi indikator kedua dalam menentukan derajat
kesehatan anak, karena nilai kesakitan merupakan cerminan dari lemahnya daya
tahan tubuh bayi dan anak balita. Angka kesakitan tersebut juga dapat dipengaruhi
oleh status gizi, jaminan pelayanan kesehatan anak, perlindungan kesehatan anak,
faktor sosial ekonomi, dan pendidikan ibu.

3.​ S
​ tatus Gizi

Status gizi menjadi indikator ketiga dalam menentukan derajat kesehatan


anak. Status gizi yang baik dapat membantu proses pertumbuhan dan
perkembangan anak untuk mencapai kematangan yang optimal. Kecukupan gizi
dapat memperbaiki ketahanan tubuh sehingga diharapkan tubuh akan bebas dari
segala penyakit. Status gizi ini dapat membantu untuk mendeteksi lebih dini
resiko terjadinya masalah kesehatan. Pemantauan status gizi dapat digunakan
sebagai bentuk antisipasi dalam merencanakan perbaikan kesehatan anak.

4.​ A
​ ngka Harapan Hidup Waktu Lahir

Angka harapan hidup waktu lahir dapat dijadikan tolok ukur selanjutnya dalam
menentukan derajat kesehatan anak. Dengan mengetahui angka harapan hidup,
maka dapat diketahui sejauh mana perkembangan status kesehatan anak. Hal ini
sangat penting dalam menentukan program perbaikan kesehatan anak selanjutnya.
Usia harapan hidup juga dapat menunjukkan baik atau buruknya status kesehatan
anak yang sangat terkait dengan berbagai faktor, sperti factor social, ekonomi,
budaya, dan lain-lain.
I. Pengkajian

A. Data Inti
I. Jumlah Penduduk
Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan
1.125 orang
625 orang 500 orang

II. Tingkat Usia/Tumbuh Kembang


No Umur Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki Perempuan
1. 0-11 bulan (Balita) 45 55 100
2. 5-15 tahun (Anak 50 75 125
Sekolah)
3. 16-24 tahun (Remaja) 65 85 150
4. 25-70 tahun (Dewasa) 400 335 735
5. 70 tahun ke atas (Lanjut 10 5 15
usia)

III. Jenis penyakit Pada Balita


No. Jenis Penyakit Penderita Presentase

1. Kurang Gizi 18 23%


2. ISPA 12 9%
3. DB 9 5%
4. Diare 43 45%
5. Gangguan Tumbuh Kembang 9 9%
6. Tidak sakit 9 9%

A. 1. Sejarah Demografi
Kampung KB MEKAR SARI terletak di dukuh goleng desa pasuruhan lor kecamatan
jati kabupaten kudus. MEKAR SARI memiliki arti yaitu MEmbangun KARya di
dukuh goleng yang Sehat, Asri, beRsih, dan Indah. Luas wilayah dukuh goleng
seluas 0,122 Km2 terletak di bantaran sungai gelis. Sebelah utara berbatasan dengan
Desa Pasuruhan Kidul. sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Karanganyar
Kabupaten Demak. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Jati kulon. dan di sebalah
barat berbatasan dengan Desa Setrokalangan Kecamatan Kaliwungu.
Mayoritas warga di kampung KB MEKAR SARI bekerja sebagai petani, khususnya
petani sayur dan buah. seperti tomat,melon,kangkung dan lombok. Setiap tahun
warga di dukuh goleng bisa 2-3 kali panen tergantung iklim dan keaadan
cuaca. Setiap tahun, dukuh goleng mengalami masalah dengan adanya bencana banjir
besar yang merusak beberapa rumah.

Sumber:
https://kampungkb.bkkbn.go.id/profile/20300

2. Gambaran Statistik

Berdasarkan data hasil dari RW didapatkan bahwa di RW 04 Desa Goleng


Kecamatan Jati terdiri dari
Jumlah KK yang ada di RW 4 Dukuh Goleng, sebagai berikut:

No. Jumlah KK(Kepala Jumlah Penduduk


Keluarga)
1. RT 1 55 185
2. RT 2 65 228
3. RT 3 71 143
4. RT 4 44 225
5. RT 5 86 344
Total 321 1.125

Jumlah data kelompok tiap agregat kelompok komunitas di RW 4 Desa Goleng


Kecamatan Jati Kabupaten Kudus adalah sebagai berikut:

RT Balita Anak Usia Remaja Dewasa Lansia


Sekolah
RT 1 27 39 57 47 50
RT 2 51 25 14 50 21
RT 3 43 50 56 49 33
RT 4 100 49 43 57 59
RT 5 50 39 35 48 33
Total 271 202 205 251 196
Jumlah Penduduk RW 4 Desa Goleng

3. Riwayat atau sejarah Kesehatan 6 bulan terakhir

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kepala Desa Goleng untuk riwayat penyakit 6
bulan terkahir yang ada di Desa Goleng adalah 91 penduduk yang mengalami sakit,
diantaranya sakit diare, DB, gangguan tumbuh kembang, ISPA, dan gizi kurang.
Untuk pemeriksaan kesehatan diberikan fasilitas kesehatan secara gratis oleh Kepala
Desa Goleng mulai dari pengecekan berat badan ,pemberian multiv= vitamin dan
sejenisnya yang dilakukan di Puskesmas Jati.
Bayi : 28 balita
Toddler : 39 balita
Pra sekolah : 33 balita

4. Budaya
- Sebagian besar ibu-ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga dan kepala keluarganya
sebagian bekerja di pabrik sebagai buruh pabrik,buruh tani ,tukang bangunan dan
sebagian lagi di pemerintahan.
- Makanan yang diberikan oleh ibu kepada balitanya kadang sama dengan apa yang
dimakan oleh ibu , tidak menyesuaikan kebutuhan bayi.
- Kadang jika anak sakit orangtua tidak segera membawa anaknya ke pelayanan
kesehatan terdekat, karena tidak punya biaya dan kurangnya pengetahuan
orangtua (masih acuh )
- Berdasarkan hasil survei di desa Goleng, Jati, Kudus dengan metode wawancara
kepada kepala desa jumlah penganut agama islam 70%, Kristen 20%, dan hindu
10%.
- Berdasarkan data statistic dari kader setempat

Balita yang diare ada 43 balita


Balita yang ISPA ada 12 balita
Balita yang kurang gizi ada 18 balita
Balita yang mengalami Gangguan tumbuh kembang ada 9 balita
Balita yang mengalami DB ada 9 balita
Balita yang tidak mengalami sakit ada 9 balita
Jumlah semua balita di Desa Goleng RTW 4. RT 4, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus
adalah ​100​ balita.

B. Data Sub Sistem Dalam Komunitas


1. Lingkungan Fisik
- Perumahan dan lingkungan: antar rumah berdekatan, tipe rumah permanen,
pembangunan gorong- gorong di sungai sehingga air di bendung dan tidak
mengalir lancar, selokan di depan rumah warga banyak yang tersumbat, jalan di
depan rumah kotor, banyak kardus basah sisa sampah banjir yang di buang
sembarangan
- Lingkungan terbuka : mayoritas tidak mempunyai halaman rumah yang luas
- Kebiasaan: balita yang berusia toddler- pra sekolah sering mengkonsumsi
makanan ringan (snack) yang biasa di beli di warung- warung terdekat. Serta
sering mengkonsumsi mie instant
- Transportasi: ibu mengantarkan balita ke posyandu dengan jalan kaki sedangkan
untuk beraktivitas biasanya menggunakan sepeda motor
- Pusat pelayanan: terdapat 1 posyandu dan 1 puskesmas
- Tempat belanja: dipasar tradisional dan mini market
- Tempat ibadah: 1 masjid dan 1 gereja
2. Pelayanan Kesehatan dan Sosial

Dari informasi yang didapatkan, didesa Goleng, Jati, Kudus terdapat 2


pekayanan kesehatan, yaitu 1 posyandu dan 1 puskesmas. Namun, kurangnya
kesadaran warga dalam pemeriksaan kesehatan dan kurangnya pola hidup
kebersihan pada warga masyarakat, seperti halnya cuci tangan sebelum makan
sehingga menyebabkan penyakit diare pada balita.

3. Ekonomi
Berdasarkan hasil wawancara, penghasilan rata- rata kepala keluarga perbulan
Rp. 900.000- 1.500.000. bisa disimpulkan untuk status ekonomi masyarakat
dalam golongan menengah ke bawah.

4. Transportasi dan Keamanan


Bila terjadi kebakaran, mobil pemadam kebakaran kesulitan untuk masuk di pemukiman
warga karena jarak antar rumah berdekatan dan gangnya sangat sempit. Mayoritas warga
menggunakan alat transportasi sepeda motor untuk pergi beraktivitas.

5. Politik dan Pemerintahan


Posyandu Desa Goleng berada di RT 03 dan RW 04 di kelurahan Goleng. Kader yang
dimiliki sebanyak 5 orang. Pemerintah sudah memberikan pelatihan kepada kader, untuk
mengajarkan kepada ibu balita, agar segera memberikan oralit pada balitanya yang
terkena diare dan lansung di bawa ke puskesmas untuk tindakan lebih lanjut.
6. Komunikasi
Komunikasi ibu yang dilakukan pada balitanya dengan komuniaksi verbal
maupun non verbal. Informasi dari RT/RW setempat dilakukan dengan
menggunakan pengeras suara melalui siaran di masjid.
7. Pendidikan

Tingkat pendidikan penduduk bermacam-macam, rata-rata yang sudah lansia tingkat


pendidikannya SD tetapi tidak tamat. Sedangkan yang dewasa ada yang diploma dan
sarjana dan juga yang SMA. Namun didominasi oleh tingkatan TK.

8. Rekreasi
Dari hasil wawancara dengan kader kesehatan belum adanya kegiatan warga
untuk balita bekkumpul bersama untuk saling meningkatkan interaksi sosial pada
teman sebaya. Dari kelompok membuat kegiatan yaitu mendengarkan dongeng
dan menyanyi bersama untuk meningkatkan psikomotoric pada balita. Dari situ
kita juga mengajarkan orangtua untuk mengajarkan hal tersebut ketika dirumah.

Kasus :

Di RW 4 RT 4 Desa Goleng, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, terdapat 100 balita yang terdiri
diri dari : bayi = 28, todler = 39, pra sekolah= 33. Berdasarkan informasi dari kader posyandu
Balita yang gizi buruk 18 orang, Balita yang diare karena tidak cocok dengan susu formula 43
orang, Balita yang berat badannya tidak sesuai dengan umur (Berat badan balita yang berada
digaris kuning dan digaris merah ) atau mengalami gangguan tumbuh kembang ada 9 balita.
Balita dengan gangguan pernapasan (ISPA) ada 12 balita. Balita yang mengalami DB ada 9
balita dalam satu kelurahan. Sebagian besar ibunya bekerja sebagai ibu rumah tangga dan kepala
keluarganya sebagian bekerja di pabrik sebagai buruh pabrik,buruh tani ,tukang bangunan dan
sebagian lagi di pemerintahan. Antar rumah saling berdekatan sehingga jika terjadi kebakaran
sangat sulit buat petugas pemadam kebakaran untuk memadamkan api, pembangunan gorong-
gorong di sungai, sehingga air di bendung dan tidak mengalir lancar, selokan di depan rumah
warga banyak yang tersumbat, jalan di depan rumah kotor, banyak kardus basah sisa sampah
banjir yang di buang sembarangan, mayoritas warga beragama islam. Di wilayah ini memiliki 1
masjid, 1 gereja, 1 paud , 1 TK, 1 Atap SDN Paslor, untuk beraktivitas warga menggunakan
sepeda motor untuk alat transportasi. Biasanya ibu- ibu sering mengajak balitanya naik mobil
aneka warna yang diputarkan lagu- lagu anak untuk berkeliling di sekitar kampung dengan biaya
Rp.1000 untuk 1x putaran, serta setiap minggu pagi, ibu yang memilki balita, sering membawa
balitanya jalan-jalan di pasar pagi dadakan yang ada di sepanjang sebrang Jalan Raya dan
makanan yang diberikan oleh ibu kepada balitanya kadang sama dengan apa yang dimakan oleh
ibu, tidak menyesuaikan kebutuhan bayi.
A. ANALISA DATA

No. Data Etiologi Masalah

1. DS : Kurangnya Defisit pengetahuan ibu


pengetahuan balita dalam pencegahan
Dari hasil wawancara
diare
dengan beberapa ibu
yang mempunyai balita
mengatakan bahwa
anaknya sering terkena
diare.

DO :

- Observasi di Desa
Goleng, Kecamatan Jati
Kudus terdapat 91
balita yang sakit dalam
kurun waktu 6 bulan
terakhir. Dari 91 balita
yang sakit, balita
dengan diare
43%,balita dengan
ISPA 12%, balita
dengan gizi buruk ada
18%, balita dengan
gangguan tumbuh
kembang ada 9%,balita
dengan DB ada 9%

- Status imunisasi balita


yang di Desa Cranggang
sudah dilakukan
imunisasi

- tingkat pengetahuan
ibu tentang diare sudah
cukup baik,pengetahuan
masih kurang tentang
pencegahan dan
penatalaksanaan

2. DS : Sanitasi Risiko terjadinya


lingkungan yang peningkatan penyakit
Dari hasil wawancara
kurang baik akibat lingkungan yang
dengan bidan desa
kurang bersih (Diare) di
mengatakan penyakit
kelurahan Goleng
diare sudah termasuk di
dalam program
penyuluhan kesehatan
karena dari presentase
anak dengan penyakit
diare menduduki posisi
tertinggi.

DO :
- Observasi di Desa
Cranggang Dawe
Kudus terdapat 91
balita yang sakit dalam
kurun waktu 6 bulan
terakhir. Dari 91 balita
yang sakit, balita
dengan diare
43%,balita dengan
ISPA 12%, balita
dengan gizi buruk ada
18%, balita dengan
gangguan tumbuh
kembang ada 9%,balita
dengan DB ada 9%

- Dari hasil Observasi


Pembangunan gorong-
gorong di sungai,
sehingga air di bendung
dan tidak mengalir
lancar, selokan di depan
rumah warga banyak
yang ttersumbat, jalan
di depan rumah kotor,
banyak kardus basah
sisa sampah banjir yang
di buang sembarangan.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit pengetahuan ibu balita dalam pencegahan dan penanganan diare
2. Risiko terjadinya peningkatan penyakit akibat lingkungan yang kurang bersih
(Diare) di Kelurahan Goleng berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
terhadap sanitasi lingkungan yang kurang baik.

C. RENCANA KEPERAWATAN

Rencana
N Dx. Kep. Tujuan Sasaran Strateg keperawatan Tempat
O Komunitas i
Umum Khusus Intrvnsi

1 Defist Setelah Setelah Ibu balita Ibu-ibu a. Berikan Di balai


pengetahuan dilakukan dilakukan di desa balita di penkes desa
ibu balita tindakan
dalam keperawat tindakan Goleng, undang tentang Goleng,
pencegahan an selama kep. selama Jati, di balai penyakit Jati,
dan 1 minggu 1 minggu: Kudus desa diare Kudus
penanganan diharapka
a. Ibu balita Goleng, b. Berikan
diare n ibu
balitamen mampu Jati, penkes
gerti menjelask Kudus tentang
tentang
an ttg dan pencegahan
penyakit
diare, devinisi, diberik diarre
pencegaha penyebab, an c. Berikan
n dan tanda penyulu demonstrasi
penatalaks
anaan gejala dan han pembuatan
diare komplikas tentang oralit untuk
secara i diare. diare, diare
mandiri,
secara b. Ibu balita cara d. Berikan
kriteria mampu penceg demonstrasi
hasil: menjelask han dan pemijatan
a. Mening
an cara penang bayi
katkan
pengeta pencegaha anan
huan n diare. diare
ibu
c. Ibu balita
balita
tentang mampu
definisi mendemo
, nstrasikan
penyeb
ab, cara
tanda penatalaks
gejala, anaan
penceg
ahan, diare yaitu
dan dengan
penatal pijat bayi
aksana
dan
an
diare. pembuata
n larutan
oralit

2 Risiko Setelah Setelah Ibu balita Ibu a. Berikan Balai


terjadinya dilakukan dilakukan di desa balita penkes desa
peningkatan tindakan tindakan Goleng, diundan tentang Goleng,
penyakit keperawat keperawata Jati, g di diare Jati,
akibat an selama n selama 2 Kudus desa b. Berikan Kudus
lingkungan 2 minggu minggu Goleng, psnkes
yang kurang diharapka diharapkan : Jati, tentang
bersih (Diare) n tidak a.Ibu balita Kudus penceg
di Kelurahan terjadi mempuny dan ahan
Goleng peningkata ai diberik diare
berhubungan n masalah kemampu an c. Berikan
dengan diare pada an baik penyulu penkes
kurangnya balita di tentang han tentang
pengetahuan desa pencegaha tentang mencuc
terhadap Goleng, n diare penyaki i
sanitasi Jati,Kudus t diare tangan
b. Ibu balita
lingkungan dalam dan yang
meningkatk
yang kurang waktu cara baik
an
baik. yang akan penceg dan
kebiasaan
datang ahan benar
cuci tangan
diare dengan
dengan
sabun
sabun

D. IMPLEMETASI
Setelah dilakukan penyusunan Rencana Kegiatan, maka dilakukan implementasi atau penerapan
terhadap masalah pada ibunyang mempunyai anak balita di RW 4, RT 4 Desa Goleng
Kecamatan Jati Kabupaten Kudus dengan diagnosa defiist pengetahuan ibu balita dalam
pencegahan dan penanganan diare, dan diagnosa resiko terjadi peningkatan penyakit diare pada
balita di RW 4 RT 4 Desa Goleng Kecamatan Jati Kabupaten Kudus berhubungan dengan
perilaku dan lingkungan masyarakat yang kirang sehat dan sanitasi yang kurang sehat. Tindakan
yang dilakukan berupa pendidikan kesehatan mengenai penyakit diare yang meliputi pengertian,
penyebab, tanda dan gejala, komplikasi, penatalaksanaan serta pencegahan. Setelah itu juga
dilakukan demonstrasi cara pijat bayi untuk diare,pembuatan larutan oralit dan juga cara mencuci
tangan yang benar menggunakan sabun dan air yang mengalir. Impementasi dilakukan pada 15
Januari 2017 pukul 08.00 WIB di Balai Desa Goleng Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus. Peserta
yang mengikuti sangat antusias dengan dibuktikan peserta memperhatikan saat diberi
penyuluhan dan mengajukan beberapa pertanyaan setelah penyampaian materi.
E. EVALUASI
No. Kegiatan Waktu dan Respon Faktor Pendukung Faktor Penghambat
Tempat Masyarakat
1. Pendidikan Kamis, 15 Warga Desa -Kader posyandu - Banyak ibu baliyta
Kesehatan Januari Goleng RW yang mengumumkan yang bekerja, sehingga
tentang diare 2017 pukul 4 RT 4 jadwal pendidikan tidak bisa mengantar
dan demonstrasi 08.00-seles terutama ibu kesehatan diare, balitanya ke Balai Desa
pijat bayi untuk ai. balita sehingga ibu balita untuk mengikuti
diare, di Balai antusias tidak lupa jadwal pendidikan
pembuatan Desa dengan pendidikan
larutan oralit, Goleng RT kegiatan kesehatan.
dan juga cara 4 RW 4 pendidikan - Warga RT 4 RW 4
mencuci tangan Kecamatan kesehatan terutama ibu balita
yang benar Jati, tentang diare, -Lokasi Balai Desa
dengan sabun Kabupaten dilihat dai Goleng strategis dan
dan air yang Kudus ibu balita mudah dijangkau
mengalir di memperhatik oleh warga RT 4 RW
Balai Desa an saat 4
Goleng RT 4 diberikan
RW 4 penyuluhan
Kecamatan Jati, dan
Kabupaten mengajukan
Kudus pertanyaan
yang belum
diketahui,
dan jumlah
kedatangan
ibu balita di
Balai Desa
Goleng 50
ibu dan
balita, dan
sebagian ada
yang tidak
mengikuti
penyuluhan

Anda mungkin juga menyukai