KASUS DIARE
Disusun Oleh
2020
A. M
asalah Kesehatan pada Kelompok Balita di Indonesia
Bayi dan anak-anak di bawah lima tahun (balita) adalah kelompok yang rentan
terhadap berbagai penyakit karena sistem kekebalan tubuh mereka belum terbangun
sempurna. Pada usia ini, anak rawan dengan berbagai gangguan kesehatan, baik jasmani
maupun rohani.
1. D
iare
Diare masih merupakan problema kesehatan utama pada anak terutama di negara
berkembang seperti Indonesia. Menurut data World Health Organization (WHO)
pada tahun 2009, diare adalah penyebab kematian kedua pada anak dibawah 5 tahun.
Penyakit diare sering menyerang bayi dan balita, bila tidak diatasi lebih lanjut akan
menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian. Sekitar lima juta anak di
seluruh dunia meninggal karena diare akut. Di Indonesia pada tahun 70 sampai 80-an,
prevalensi penyakit diare sekitar 200-400 per 1000 penduduk per tahun. Dari angka
prevalensi tersebut, 70-80% menyerang anak dibawah lima tahun.
Diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi buang air
besar lebih dari tiga kali sehari disertai adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja
penderita (Sutanto, 1984; Winardi, 1981). Dikenal diare akut yang timbul dengan
tiba-tiba dan berlangsung beberapa hari dan diare kronis yang berlangsung lebih dari
tiga minggu bervariasi dari hari ke hari yang disebabkan oleh makanan tercemar atau
penyebab lainnya (Winardi, 1981).
Diare pada anak merupakan masalah yang sebenarnya dapat dicegah dan ditangani.
Terjadinya diare pada balita tidak terlepas dari peran faktor perilaku yang
menyebabkan penyebaran kuman, terutama yang berhubungan dengan interaksi
perilaku ibu dalam mengasuh anak dan faktor lingkungan dimana anak tinggal. Faktor
perilaku yang menyebabkan penyebaran kuman dan meningkatkan resiko terjadinya
diare yaitu tidak memberikan ASI ekslusif secara penuh pada bulan pertama
kehidupan, tidak menjaga hygiene alat makan dan minum anak. (Assiddiqi, 2009).
2. G
izi kurang dan Gizi buruk
Hampir lebih dari 2 juta anak anak balita mengalami gizi buruk (Atmaria, 2005).
Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
dari tahun 2007 ke 2010 untuk gizi kurang tetap 13,0 dan untuk gizi buruk dari 5,4
menjadi 4,9.
Pada saat ini masalah terbesar yang disebabkan oleh gizi buruk yang banyak
dijumpai di kalangan anak-anak Indonesia adalah penghambatan pertumbuhan
intra-uterin, malnutrisi protein energi, defisiensi yodium, defisiensi vitamin A,
anemia defisiensi zat besi dan obesitas (Atmaria, 2005). Anak-anak yang mengalami
defisiensi gizi, berat badan lahir rendah dan penghambatan pertumbuhan akan
tumbuh menjadi remaja dan juga orang dewasa yang mengalami malnutrisi (Atmaria,
2005). Masalah malnutrisi dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan pada anak anak dan remaja. Penyebab gizi kurang dan gizi buruk
dapat dipilah menjadi tiga hal, yaitu: pengetahuan dan perilaku serta kebiasaan
makan, penyakit infeksi, ketersediaan pangan.
Tingginya AKB dan masalah gizi pada bayi dapat ditangani sejak awal dengan
cara pemberian Air Susu Ibu (ASI). Menurut penelitian yang dilakukan oleh
UNICEF, risiko kematian bayi bisa berkurang sebanyak 22% dengan pemberian ASI
ekslusif dan menyusui sampai 2 tahun. Melalui pemberian ASI eksklusif selama 6
bulan dapat menjamin kecukupan gizi bayi serta meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap penyakit infeksi. Manfaat lain yang diperoleh dari pemberian ASI adalah
hemat dan mudah dalam pemberiannya serta manfaat jangka panjang adalah
meningkatkan kualitas generasi penerus karena ASI dapat meningkatkan kecerdasan
intelektual dan emosional anak.
3. I SPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas)
Secara klinis ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi
di setiap bagian saluran pernapasan dan berlangsung tidak lebih dari 14 hari. Adapun
yang termasuk ISPA adalah influenza, campak, faringitis, trakeitis, bronkitis akut,
brokhiolitis dan pneumonia. Angka kematian yang tinggi karena ISPA khususnya
adalah pneumonia. Menurut beberapa faktor yang telah mempengaruhi pneumonia
dan kematian akibat ISPA adalah malnutrisi, pemberian ASI kurang cukup, imunisasi
tidak lengkap, defisiensi vitamin A, BBLR, umur muda, kepadatan hunian, udara
dingin, jumlah kuman yang banyak di tenggorokan, terpapar polusi udara oleh asap
rokok, gas beracun dan lain-lain (WHO, 1992)
Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang
kesehatan yang saat ini terjadi di Negara Indonesia (Kompas, 2006). Derajat
kesehatan anak mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab anak sebagai generasi
penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam meneruskan
pembangunan bangsa, sehingga masalah kesehatan anak menjadi salah satu prioritas
dalam perencanaan pembangunan bangsa.
1. A
ngka Kematian Bayi
Kematian pada bayi juga dapat disebabkan oleh trauma persalinan dan
kelainan bawaan yang kemungkinan besar disebabkan oleh rendahnya status gizi
ibu pada saat kehamilan serta kurangnya jangkauan pelayanan kesehatan dan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (WHO, 2002).
Indonesia masih memiliki angka kematian bayi dan balita yang cukup tinggi.
Masalah tersebut terutama dalam periode neonatal dan dampak dari penyakit
menular terutama pneumonia, malaria, dan diare ditambah dengan masalah gizi
yang dapat mengakibatkan lebih dari 80% kematian anak (WHO, 2002).
2. A
ngka Kesakitan Bayi
Angka kesakitan bayi menjadi indikator kedua dalam menentukan derajat
kesehatan anak, karena nilai kesakitan merupakan cerminan dari lemahnya daya
tahan tubuh bayi dan anak balita. Angka kesakitan tersebut juga dapat dipengaruhi
oleh status gizi, jaminan pelayanan kesehatan anak, perlindungan kesehatan anak,
faktor sosial ekonomi, dan pendidikan ibu.
3. S
tatus Gizi
4. A
ngka Harapan Hidup Waktu Lahir
Angka harapan hidup waktu lahir dapat dijadikan tolok ukur selanjutnya dalam
menentukan derajat kesehatan anak. Dengan mengetahui angka harapan hidup,
maka dapat diketahui sejauh mana perkembangan status kesehatan anak. Hal ini
sangat penting dalam menentukan program perbaikan kesehatan anak selanjutnya.
Usia harapan hidup juga dapat menunjukkan baik atau buruknya status kesehatan
anak yang sangat terkait dengan berbagai faktor, sperti factor social, ekonomi,
budaya, dan lain-lain.
I. Pengkajian
A. Data Inti
I. Jumlah Penduduk
Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki Perempuan
1.125 orang
625 orang 500 orang
A. 1. Sejarah Demografi
Kampung KB MEKAR SARI terletak di dukuh goleng desa pasuruhan lor kecamatan
jati kabupaten kudus. MEKAR SARI memiliki arti yaitu MEmbangun KARya di
dukuh goleng yang Sehat, Asri, beRsih, dan Indah. Luas wilayah dukuh goleng
seluas 0,122 Km2 terletak di bantaran sungai gelis. Sebelah utara berbatasan dengan
Desa Pasuruhan Kidul. sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Karanganyar
Kabupaten Demak. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Jati kulon. dan di sebalah
barat berbatasan dengan Desa Setrokalangan Kecamatan Kaliwungu.
Mayoritas warga di kampung KB MEKAR SARI bekerja sebagai petani, khususnya
petani sayur dan buah. seperti tomat,melon,kangkung dan lombok. Setiap tahun
warga di dukuh goleng bisa 2-3 kali panen tergantung iklim dan keaadan
cuaca. Setiap tahun, dukuh goleng mengalami masalah dengan adanya bencana banjir
besar yang merusak beberapa rumah.
Sumber:
https://kampungkb.bkkbn.go.id/profile/20300
2. Gambaran Statistik
Berdasarkan data yang diperoleh dari Kepala Desa Goleng untuk riwayat penyakit 6
bulan terkahir yang ada di Desa Goleng adalah 91 penduduk yang mengalami sakit,
diantaranya sakit diare, DB, gangguan tumbuh kembang, ISPA, dan gizi kurang.
Untuk pemeriksaan kesehatan diberikan fasilitas kesehatan secara gratis oleh Kepala
Desa Goleng mulai dari pengecekan berat badan ,pemberian multiv= vitamin dan
sejenisnya yang dilakukan di Puskesmas Jati.
Bayi : 28 balita
Toddler : 39 balita
Pra sekolah : 33 balita
4. Budaya
- Sebagian besar ibu-ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga dan kepala keluarganya
sebagian bekerja di pabrik sebagai buruh pabrik,buruh tani ,tukang bangunan dan
sebagian lagi di pemerintahan.
- Makanan yang diberikan oleh ibu kepada balitanya kadang sama dengan apa yang
dimakan oleh ibu , tidak menyesuaikan kebutuhan bayi.
- Kadang jika anak sakit orangtua tidak segera membawa anaknya ke pelayanan
kesehatan terdekat, karena tidak punya biaya dan kurangnya pengetahuan
orangtua (masih acuh )
- Berdasarkan hasil survei di desa Goleng, Jati, Kudus dengan metode wawancara
kepada kepala desa jumlah penganut agama islam 70%, Kristen 20%, dan hindu
10%.
- Berdasarkan data statistic dari kader setempat
3. Ekonomi
Berdasarkan hasil wawancara, penghasilan rata- rata kepala keluarga perbulan
Rp. 900.000- 1.500.000. bisa disimpulkan untuk status ekonomi masyarakat
dalam golongan menengah ke bawah.
8. Rekreasi
Dari hasil wawancara dengan kader kesehatan belum adanya kegiatan warga
untuk balita bekkumpul bersama untuk saling meningkatkan interaksi sosial pada
teman sebaya. Dari kelompok membuat kegiatan yaitu mendengarkan dongeng
dan menyanyi bersama untuk meningkatkan psikomotoric pada balita. Dari situ
kita juga mengajarkan orangtua untuk mengajarkan hal tersebut ketika dirumah.
Kasus :
Di RW 4 RT 4 Desa Goleng, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, terdapat 100 balita yang terdiri
diri dari : bayi = 28, todler = 39, pra sekolah= 33. Berdasarkan informasi dari kader posyandu
Balita yang gizi buruk 18 orang, Balita yang diare karena tidak cocok dengan susu formula 43
orang, Balita yang berat badannya tidak sesuai dengan umur (Berat badan balita yang berada
digaris kuning dan digaris merah ) atau mengalami gangguan tumbuh kembang ada 9 balita.
Balita dengan gangguan pernapasan (ISPA) ada 12 balita. Balita yang mengalami DB ada 9
balita dalam satu kelurahan. Sebagian besar ibunya bekerja sebagai ibu rumah tangga dan kepala
keluarganya sebagian bekerja di pabrik sebagai buruh pabrik,buruh tani ,tukang bangunan dan
sebagian lagi di pemerintahan. Antar rumah saling berdekatan sehingga jika terjadi kebakaran
sangat sulit buat petugas pemadam kebakaran untuk memadamkan api, pembangunan gorong-
gorong di sungai, sehingga air di bendung dan tidak mengalir lancar, selokan di depan rumah
warga banyak yang tersumbat, jalan di depan rumah kotor, banyak kardus basah sisa sampah
banjir yang di buang sembarangan, mayoritas warga beragama islam. Di wilayah ini memiliki 1
masjid, 1 gereja, 1 paud , 1 TK, 1 Atap SDN Paslor, untuk beraktivitas warga menggunakan
sepeda motor untuk alat transportasi. Biasanya ibu- ibu sering mengajak balitanya naik mobil
aneka warna yang diputarkan lagu- lagu anak untuk berkeliling di sekitar kampung dengan biaya
Rp.1000 untuk 1x putaran, serta setiap minggu pagi, ibu yang memilki balita, sering membawa
balitanya jalan-jalan di pasar pagi dadakan yang ada di sepanjang sebrang Jalan Raya dan
makanan yang diberikan oleh ibu kepada balitanya kadang sama dengan apa yang dimakan oleh
ibu, tidak menyesuaikan kebutuhan bayi.
A. ANALISA DATA
DO :
- Observasi di Desa
Goleng, Kecamatan Jati
Kudus terdapat 91
balita yang sakit dalam
kurun waktu 6 bulan
terakhir. Dari 91 balita
yang sakit, balita
dengan diare
43%,balita dengan
ISPA 12%, balita
dengan gizi buruk ada
18%, balita dengan
gangguan tumbuh
kembang ada 9%,balita
dengan DB ada 9%
- tingkat pengetahuan
ibu tentang diare sudah
cukup baik,pengetahuan
masih kurang tentang
pencegahan dan
penatalaksanaan
DO :
- Observasi di Desa
Cranggang Dawe
Kudus terdapat 91
balita yang sakit dalam
kurun waktu 6 bulan
terakhir. Dari 91 balita
yang sakit, balita
dengan diare
43%,balita dengan
ISPA 12%, balita
dengan gizi buruk ada
18%, balita dengan
gangguan tumbuh
kembang ada 9%,balita
dengan DB ada 9%
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit pengetahuan ibu balita dalam pencegahan dan penanganan diare
2. Risiko terjadinya peningkatan penyakit akibat lingkungan yang kurang bersih
(Diare) di Kelurahan Goleng berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
terhadap sanitasi lingkungan yang kurang baik.
C. RENCANA KEPERAWATAN
Rencana
N Dx. Kep. Tujuan Sasaran Strateg keperawatan Tempat
O Komunitas i
Umum Khusus Intrvnsi
D. IMPLEMETASI
Setelah dilakukan penyusunan Rencana Kegiatan, maka dilakukan implementasi atau penerapan
terhadap masalah pada ibunyang mempunyai anak balita di RW 4, RT 4 Desa Goleng
Kecamatan Jati Kabupaten Kudus dengan diagnosa defiist pengetahuan ibu balita dalam
pencegahan dan penanganan diare, dan diagnosa resiko terjadi peningkatan penyakit diare pada
balita di RW 4 RT 4 Desa Goleng Kecamatan Jati Kabupaten Kudus berhubungan dengan
perilaku dan lingkungan masyarakat yang kirang sehat dan sanitasi yang kurang sehat. Tindakan
yang dilakukan berupa pendidikan kesehatan mengenai penyakit diare yang meliputi pengertian,
penyebab, tanda dan gejala, komplikasi, penatalaksanaan serta pencegahan. Setelah itu juga
dilakukan demonstrasi cara pijat bayi untuk diare,pembuatan larutan oralit dan juga cara mencuci
tangan yang benar menggunakan sabun dan air yang mengalir. Impementasi dilakukan pada 15
Januari 2017 pukul 08.00 WIB di Balai Desa Goleng Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus. Peserta
yang mengikuti sangat antusias dengan dibuktikan peserta memperhatikan saat diberi
penyuluhan dan mengajukan beberapa pertanyaan setelah penyampaian materi.
E. EVALUASI
No. Kegiatan Waktu dan Respon Faktor Pendukung Faktor Penghambat
Tempat Masyarakat
1. Pendidikan Kamis, 15 Warga Desa -Kader posyandu - Banyak ibu baliyta
Kesehatan Januari Goleng RW yang mengumumkan yang bekerja, sehingga
tentang diare 2017 pukul 4 RT 4 jadwal pendidikan tidak bisa mengantar
dan demonstrasi 08.00-seles terutama ibu kesehatan diare, balitanya ke Balai Desa
pijat bayi untuk ai. balita sehingga ibu balita untuk mengikuti
diare, di Balai antusias tidak lupa jadwal pendidikan
pembuatan Desa dengan pendidikan
larutan oralit, Goleng RT kegiatan kesehatan.
dan juga cara 4 RW 4 pendidikan - Warga RT 4 RW 4
mencuci tangan Kecamatan kesehatan terutama ibu balita
yang benar Jati, tentang diare, -Lokasi Balai Desa
dengan sabun Kabupaten dilihat dai Goleng strategis dan
dan air yang Kudus ibu balita mudah dijangkau
mengalir di memperhatik oleh warga RT 4 RW
Balai Desa an saat 4
Goleng RT 4 diberikan
RW 4 penyuluhan
Kecamatan Jati, dan
Kabupaten mengajukan
Kudus pertanyaan
yang belum
diketahui,
dan jumlah
kedatangan
ibu balita di
Balai Desa
Goleng 50
ibu dan
balita, dan
sebagian ada
yang tidak
mengikuti
penyuluhan