Anda di halaman 1dari 94

DAFTAR ISI

1. SEJARAH C P O B............................................................... 2

2. PRODUKSI FARMASI......................................................... 3-18

3. QUALITY ASSURANCE..................................................... 19- 34

4. QUALITY CONTROL.......................................................... 35- 37

5. DOKUMENTASI.................................................................. 37-46

6. VALIDASI.............................................................................. 47-63

7. AUDIT INTERNAL............................................................... 64-67

8. REGISTRASI........................................................................ 68-73

9. UTILITY................................................................................ 74-91

10. PRACTICAL TEACHING.................................................... 92-94

1
1. SEJARAH C P O B

CPOB 1988

CPOB 2001

CPOB 2006

CPOB 2012

CPOB 2018

1. Manajemen mutu
1. System Mutu
2. Personalia
2. Personalia
3. Bangunan & fasilitas
3. Bangunan & fasilitas
4. Peralatan
4. Peralatan
5. Sanitasi & higiene
5. Produksi
6. Produksi
6. Cara distribusi&penyimpanan
7. Pengawasan mutu
7. Pengawasan mutu
8. Inspeksi diri dan audit mutu
8. Inspeksi diri dan audit mutu
9. Penanganan keluhan terhadap
9. Penanganan keluhan terhadap
produk, penarikan kembali
produk, penarikan kembali
produk & produk kembalian
produk & produk kembalian
10. Dokumentasi
10. Dokumentasi
11. Pembuatan & analisis
11. Alih daya
berdasarkan kontrak/ Toll
Manufacturing 12. Kualifikasi & validasi

12. Kualifikasi & validasi

2
2. PRODUKSI

 Istilah2 dalam PRODUKSI:

-Bahan awal - Hasil teoritis - Sanitasi


- Contoh representatif
- Produk antara - Pengolahan
- Bahan pengemasan
- Hasil nyata - Spesifikasi bahan
- “Retained sample”
- Karantina - Produksi
- Batch / Bets
- Diluluskan (passed) - R. Steril - Sterilisasi

- Lot - Prosedur Tetap - Tanggal kadaluwarsa


- Ditolak
- Obat jadi - Tanggal pembuatan
- Dokumentasi
- Daerah steril - Validasi
- Produk ruahan
- Pembuatan - Prosedur Tetap

Aspek dalam Produksi


1. Bahan Awal ( penerimaan,karantina,sampling ,penyimpanan dst)

2. Validasi Proses (perubahan proses,perubahan kondisi ruangan/mesin/ alat,


kecepatan,spesifikasi bahan awal, temperatur sterilisasi dsb)

3. Pencegahan pencemaran

4. Sistem penomoran bets dan lot

5. Penimbangan dan penyerahan

6. Pengembalian (sisa bahan tertimbang)

7. Produksi dalam kondisi khusus (beta laktam-penisilin,beta laktam

sefalosporin,steril,hormon seks, sitostatika,live vaccines,live bacterial

preparations and some other biologicals).

8. Penyimpanan Produk ruahan

9. Pengemasan

10. Produk pulihan,sisa produk

11. Produk kembalian

12. Karantina Obat jadi

3
13. Penyimpanan obat jadi

Aktivitas produksi erat hubungannya dengan :

1. Dokumentasi. Software sebagai pengendali.

2. Bangunan. Ruangan memadai pada setiap aktivitas, aman

untuk memproduksi , nyaman bagi operator, dgn AHU

yang baik.

3. Personalia. Operator terdidik dan bertanggung jawab.

4. Peralatan. Peralatan tidak bereaksi dengan produk yang dibuat,

bebas cemaran produk sebelumnya.

5. Sanitasi & Higiene. Ruangan dan peralatan tersanitasi,

karyawan tidak mencemari produk yang sedang dibuat.

YANG TIDAK BOLEH DILAKUKAN DALAM AKTIVITAS PRODUKSI


1. DOKUMENTASI

TIDAK ADA PROTAP YANG BERHUBUNGAN DENGAN :

a. perlengkapan karyawan.

b. sanitasi peralatan produksi dan catatannya

c. dokumen pengolahan induk (master formula) dan catatan pengolahan

bets atau batch record .

2. KARYAWAN

MEMPEKERJAKAN KARYAWAN YANG :

a sakit

b. belum mendapat pengetahuan umum cpob

c. (operator) belum mendapatkan pelatihan yang cukup

d. tidak memakai perlengkapan kerja yang memadai

e. makan, minum,merokok dalam ruangan produksi.

f. berlalu lalang tanpa tujuan

4
g. mengobrol (batuk di ruang steril adalah bagaikan bom !)

h. memakai ornamen/perhiasan. ( di r.steril dilarang memakai bedak)

3. PERALATAN

a. belum dikalibrasi

b. belum di validasi (di kualifikasi)

c. belum terbebas dari sisa produk sebelumnya.(ingat “campaign production”)

4. RUANGAN

a. Belum dinyatakan “bersih “ dari produk sebelumnya.

b. A H U tidak berfungsi sesuai dengan protap.

5. PROSES

belum dilakukan proses validasi

6. BAHAN BAKU DAN PENGEMAS

- belum di “approved” oleh QA/QC

- memakai bahan baku bukan “pharmaceutical grade”.

- memakai wadah bekas.

- memakai wadah tanpa pembersihan yang cukup.

7. PENGEMASAN SEKUNDER

ruangan belum terbebas dari produk sebelumnya.(line clearance)

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PRODUKSI

1. Karyawan :

- dalam keadaan sehat, tidak mempunyai luka yang terbuka.

- telah memakai perlengkapan kerja yang memadai.

- tidak memakai ornamen atau kosmetika (khususnya bedak di R. Produksi Steril ).

- tidak makan, minum, merokok selama bekerja.

- tidak banyak bicara, batuk atau melakukan gerakan-gerakan berlebihan.

5
2. Bangunan dan peralatan dalam keadaan bersih, bebas dari cemaran produk sebelumnya.

3. Mengerjakan proses produksi sesuai Protap.

4. Mencatat setiap penyimpangan yang terjadi dan melaporkannya kepada Supervisor.

5. Tidak meninggalkan mesin bekerja tanpa operator saat istirahat.

6. Tidak meninggalkan bahan dalam mesin bila masa bekerja selesai.

7. Pembersihan ruangan dan peralatan sebelum karyawan pulang.

 ALUR PRODUKSI

1.ALUR ORANG/PERSONAL FLOW

2.ALUR BARANG/MATERIAL FLOW

3.ALUR PROSES/PROCESSION UNIT

BAHAN AWAL &


BAHAN PENGEMAS

PENIMBANGAN

PENGOLAHAN

PENGEMASAN

OBAT JADI

6
PENANGANAN BAHAN BAKU

VENDOR QC PROD

Penerimaan Si s a
KARANTINA SIAP PAKAI
GUDANG SIAP PAKAI

1. Faktur
2. CA - Nama bahan - Nama bahan - Nama bahan
3. Fisik - No. Batch - No. Batch - No. Batch
4. Laporan - Supplier - Supplier - Supplier
5. Kartu Inventory - Berat/isi - Berat/isi - Sisa berat/isi
- Pengambilan - QC approval - Tgl. diambil
sample - Tgl. approval - QC approval
- Pengambil - Paraf - Paraf

NOMOR KODE BAHAN ? NOMOR KODE BAHAN ? NOMOR KODE BAHAN ?

Bahan awal meliputi :

 Bahan baku (zat aktif & bahan pembantu)

 Bahan kemasan

Ketentuan dalam menerima bahan awal :

1. Pencatatan (asal PBF), nomor bets/lot, tanggal penerimaan, dsb. Diperiksa dokumen
pemesanan mengenai macam, merk, jumlah dan ukuran. Jika perlu CoA (Certificate
Analysis), MSDS ( Material Safety Data Sheets),

2. Penyimpanan : bahan awal yang datang disimpan dahulu di ruang karantina (diberi label
kuning). Diperiksa/disampling oleh QC agar memenuhi seluruh persyaratan spesifikasi.
Pada tiap pemeriksaan dilakukan pemeriksaan visual tentang kondisi umum, keutuhan
wadah & segelnya, ceceran & kemungkinan adanya kerusakan bahan, kesesuaian
catatan pengiriman dengan segel dari pemasok.Bila memenuhi persyaratan diberikan
release dengan label hijau. Jika ditolak diberi label merah.

3. Barang yang ditolak, diberi penandaan yang mencolok (misal : label merah),
ditempatkan terpisah, dan dikembalikan kepada pemasoknya.

4. Bila bahan awal release/diterima, dimasukkan ke gudang untuk diproduksi langsung.

5. Jika penyimpanan cukup lama, setiap akan diproduksi diperiksa kembali.

7
Pedoman /Kompas Industri
Farmasi

Q
Aspeks
CPOB E V Kerjakan

D
Tulis 5

 Validasi : proses pembuktian bahwa sesuatu prosedur, bahan baku, dll sesuai dengan
yang kita harapkan dalam mencapai tujuan.

 Contoh : dalam pencampuran basis dengan zat aktif dalam membuat salep, yang harus
divalidasi adalah waktu & kecepatan pengadukan agar homogen. Dalam melarutkan
suatu zat aktif, yang harus diatur: suhu (asal zat aktif tahan panas)

 Sebelum suatu Prosedur Pengolahan Induk diterapkan, harus dibuktikan dahulu bahwa
prosedur tersebut cocok untuk pelaksanaan rutin, dan proses yang telah ditetapkan tsb
dengan menggunakan bahan dan peralatan yang telah ditentukan, akan memenuhi
persyaratan mutu.

 Dilakukan evaluasi secara rutin mengenai validasi tsb oleh QA. (misal peninjauan ulang
secara kritis terhadap proses dan prosedur produksi untuk memastikan bahwa proses
dan produksi tsb tetap mampu memberikan hasil yang diinginkan).

PENCEGAHAN PENCEMARAN SILANG

 Pencemaran bahan awal atau produk oleh bahan atau produk lain harus dihindarkan.

 Resiko pencemaran silang dapat timbul akibat tidak terkendalinya debu, gas, uap,
percikan atau organisme dari bahan atau produk yang sedang diproses, dari sisa yang
tertinggal pada alat dan pakaian kerja operator.

 Tingkat resiko pencemaran tergantung dari jenis pencemar dan produk yang tercemar.

 Pencemar yang paling berbahaya adalah bahan yang dapat menimbulkan sensitisasi
kuat, preparat biologis yang mengandung mikroba hidup, hormon tertentu, bahan
sitotoksik, dan bahan lain berpotensi tinggi.

8
 Produk yang paling terpengaruh oleh pencemaran adalah sediaan parenteral, sediaan
yang diberikan dalam dosis besar, sediaan yang diberikan dalam jangka waktu yang
panjang.

Menghindari Pencemaran Silang sbb:


1. Produksi di dalam gedung terpisah (diperlukan untuk produk seperti penisilin, hormon
seks, sitotoksik tertentu, vaksin hidup, dan sediaan yang mengandung bakteri hidup dan
produk biologi lain serta produk darah).

2. Tersedia ruang penyangga udara & penghisap udara. Ruang penyangga udara : Ruang
tertutup berpintu 2 atau lebih yang dihubungkan ke 2 atau lebih ruang lain yang berbeda
kelas kebersihan dan dimaksudkan untuk mengendalikan aliran udara saat pintu dari
ruang lain terbuka.

Suatu ruang penyangga udara dapat digunakan sebagai tempat lewatnya personil atau
bahan yang akan digunakan produksi, maka ruang penyangga dalam hal ini disebut
kotak penyangga. Ruang penyangga udara dapat juga berfungsi sebagai “ruang antara”
menuju ruang bersih tempat penanganan barang steril.

3. Memperkecil resiko pencemaran yang disebabkan oleh udara yang disirkulasi ulang
atau masuknya udara yang tidak diolah atau udara yang diolah secara tidak memadai.

4. Memakai pakaian pelindung yang sesuai di area produk yang beresiko tinggi terhadap
pencemaran silang diproses.

5. Melaksanakan prosedur pembersihan dan dekontaminasi yang terbukti efektif.

6. Menggunakan sistem self contained

7. Pengujian residu dan menggunakan label status kebersihan pada alat.

SISTEM PENOMORAN BETS/LOT


 Bets/batch : Sejumlah obat yang mempunyai sifat dan mutu yang seragam yang
dihasilkan dalam satu siklus pembuatan atas suatu perintah pembuatan tertentu. Esensi
suatu bets adalah homogenitasnya. Dasar bets atau jumlahnya tergantung kapasitas alat
aduk terakhir.

 Lot : Bagian tertentu dari suatu bets yang memiliki sifat & mutu yang seragam dalam
batas yang telah ditetapkan.

 Harus tersedia sistem yang menjelaskan secara rinci penomoran bets/lot dengan tujuan
untuk memastikan bahwa tiap bets/lot produk antara, produk ruahan atau produk jadi
dapat diidentifikasi.

 Sistem penomoran bets/lot hendaklah menjamin bahwa nomor bets/lot yang sama tidak
dipakai secara berulang.

9
PENGERTIAN BETS ( BATCH ) DAN LOT

RENCANA BETS A RENCANA BETS B

BAHAN AWAL BAHAN AWAL

TIMBANG TIMBANG TIMBANG TIMBANG

PENGOLAHAN PENGOLAHAN PENGOLAHAN PENGOLAHAN

PENCAMPURAN PENCAMPURAN
AKHIR GRANUL
AKHIR GRANUL
BETS A BETS B

MESIN CETAK MESIN CETAK


1 1

OBAT JADI OBAT JADI


BETS A BETS B

PENGERTIAN BETS ( BATCH ) DAN LOT


RENCANA BETS A

BAHAN AWAL

TIMBANG

PENGOLAHAN

PENCAMPURAN
AKHIR GRANUL
BETS A

MESIN CETAK MESIN CETAK MESIN CETAK MESIN CETAK


1 2 3 4

OBAT JADI OBAT JADI OBAT JADI OBAT JADI


BETS A Lot 1 BETS A Lot 2 BETS A Lot 3 BETS A Lot 4

Penomoran Bets/lot Produk Ruahan


 Contoh untuk nomor bets : 0 15 042

nomor lot : 0 15 042 A

 Digit pertama (0) menunjukkan tahun produksi yang diberi kode sbb : 2000 : 0; 2001 :
1, dst.

10
 Digit kedua dan ketiga (15) menunjukkan kode produk dari produk ruahan misal : 01
untuk tablet prednison, 02 untuk tablet parasetamol, dst.

 Digit ke-4, 5 dan 6 (042) menunjukkan urutan produksi 001, 002, s/d 999 pada tahun
yang sama.

 Digit ke-7 menunjukkan urutan lot dari suatu bets.

Penomoran Bets/lot Produk Jadi

 Contoh : A 0 15 042 1

 Digit pertama (A) menunjukkan tahun pengemasan misal dalam tahun 2000 : A; 2001 :
B dst.

 Digit kedua sampai ketujuh (0 15 042) menunjukkan nomor bets dari produk ruahan.

 Digit kedelapan (1) menunjukkan urutan nomor lot dari suatu bets obat jadi.

PENIMBANGAN & PENYERAHAN


 Penimbangan dan penyerahan bahan awal, bahan pengemas, produk antara & produk
ruahan adalah sebagai bagian dari siklus produksi, dan memerlukan dokumentasi yang
lengkap.

 Setelah penimbangan, penyerahan & penandaan, bahan awal, produk antara dan produk
ruahan diangkut & disimpan dengan cara yang benar sehingga keutuhannya tetap terjaga
sampai saat pengolahan berikutnya.

 Peralatan timbang harus selalu distandarisasi/ kalibrasi.

 Ruang timbang dan penyerahan dijaga kebersihannya. Bahan awal steril yang akan
dipakai untuk produk steril ditimbang & diserahkan di area steril.

 Kegiatan penimbangan & penyerahan dilakukan dengan memakai peralatan yang sesuai
& bersih. Petugas penimbangan : memakai pakaian pelindung, tidak boleh hanya
seorang artinya ada yang menimbang & ada yang menyaksikan. Masing-masing harus
memberikan paraf.

 Penimbangan dilakukan berurutan sesuai daftar penimbangan.

 Bahan awal, produk antara, produk ruahan yang diserahkan diperiksa ulang
kebenarannya dan di- tandatangan oleh supervisor produksi sebelum dikirim ke bagian
produksi.

 Sesudah ditimbang/dihitung, bahan untuk tiap bets disimpan dalam satu kelompok dan
diberi penandaan yang jelas.

PENGOLAHAN
 Semua bahan yang dipakai dalam pengolahan diperiksa sebelum dipakai.

11
 Kegiatan pembuatan produk yang berbeda tidak boleh dilakukan bersamaan atau
berurutan di dalam ruang yang sama kecuali tidak ada resiko terjadinya campur baur
atau pencemaran silang.

 Kondisi lingkungan di area pengolahan dipantau dan dikendalikan.

 Semua peralatan yang dipakai dalam pengolahan diperiksa sebelum digunakan, harus
dinyatakan bersih secara tertulis.

 Semua kegiatan pengolahan dilaksanakan mengikuti prosedur yang tertulis. Batch


record ialah seluruh catatan rangkaian produksi dan pengawasan (QC). Batch record
mengacu kepada master formula (Formula Induk) yang dibuat oleh bagian R & D yang
sudah disesuaikan dari skala laboratorium ke skala menengah hingga menjadi skala
produksi. Dalam hal ini R & D harus bekerja sama dengan bagian produksi & QC.

 Hasil nyata tiap tahap pengolahan bets dicatat & diperiksa serta dibandingkan dengan
hasil teoritis.

PENGOLAHAN BAHAN & PRODUK KERING


 Untuk mengatasi masalah debu & pencemaran silang pada saat penanganan bahan &
produk kering, maka harus diperhatikan pada saat desain ruangan, pemeliharaan &
penggunaan sarana dan peralatan (misal dipakai sistem pembuatan tertutup).

 Dipasang sistem penghisap debu yang efektif dengan letak pembuangan untuk
menghindarkan pencemaran dari produk atau proses lain.

 Dipasang sistem penyaringan udara yang efektif untuk menyaring debu.

 Produk harus dilindungi terhadap pencemaran serpihan logam atau gelas. Pemakaian
peralatan gelas sedapat mungkin dihindarkan.

 Ayakan, punch & die diperiksa terhadap keausan atau kerusakan sebelum & sesudah
pemakaian.

 Harus dijaga, agar tablet & kapsul, tidak ada yang terselip/tertinggal tanpa terdeteksi di
mesin, alat penghitung atau wadah produk ruahan.

Pada proses produksi kering (tablet/kapsul, dsb), proses-proses yang harus diperhatikan antara
lain :

1. Pencampuran & granulasi (tablet)

2. Pencetakan tablet (tablet)

3. Penyalutan (tablet)

4. Pengisian kapsul keras (kapsul)

5. Penandaan tablet salut & kapsul (tablet & kapsul)

12
GUDANG

PENIMBANGAN

GRANULASI
PENCAMPURAN
PENGERINGAN
WASTU
PENGAYAKAN

PENCAMPURAN
PENCETAKAN
WASTU

PENYALUTAN
PENCETAKAN
WASTU WASTU
WASTU
STRIP STRIP STRIP
& & &
KEMA KEMA KEMA
S S S
INS SIMPAN
CETAK LANGSUNG TABLET SALUT
GRANULASI BASAH

Pencampuran & Granulasi


 Mesin pencampur, pengayak & pengaduk dilengkapi dengan sistem pengendali debu,
kecuali digunakan sistem tertutup.

 Parameter operasional yang kritis (misal : waktu, kecepatan & suhu) untuk tiap proses
pencampuran, pengadukan & pengeringan harus dipantau dan dicatat.

 Kantong filter yang dipasang pada mesin pengering fluid bed tidak boleh dipakai untuk
produk yang berbeda tanpa pencucian lebih dahulu.

Pencetakan
 Mesin pencetak tablet dilengkapi dengan sistem pengendali debu, ditempatkan
sedemikian rupa untuk menghindari campur baur antar produk.

 Tiap mesin ditempatkan dalam ruang terpisah, kecuali mesin tsb digunakan untuk
produk yang sama atau dilengkapi sistem pengendali udara yang tertutup maka dapat
ditempatkan dalam ruangan tanpa pemisah.

 Tersedia alat timbang yang akurat dan telah dikalibrasi untuk pemantauan bobot tablet
selama proses.

 Tablet yang diambil dari ruang pencetakan tablet untuk keperluan pengujian, tidak
boleh dikembalikan lagi ke dalam bets ybs.

 Tablet yang ditolak/disingkirkan ditempatkan dalam wadah terpisah dan jumlahnya


dicatat pada batch record.

 Tiap kali sebelum dipakai, punch & die diperiksa keausan dan kesesuaiannya terhadap
spesifikasi

13
Penyalutan

 Udara yang dialirkan ke dalam panci penyalut untuk pengeringan disaring.

 Larutan penyalut dibuat & digunakan dengan cara sedemikian rupa untuk mengurangi
resiko pertumbuhan mikroba.

 Pembuatan dan pemakaian larutan penyalut didokumentasikan.

Penandaan Tablet Salut & Kapsul

 Tinta yang digunakan untuk penandaan memenuhi persyaratan untuk bahan makanan.

 Harus hati-hati jangan sampai terjadi campur baur selama proses penandaan tablet salut
dan kapsul.

PENGOLAHAN CAIRAN, KRIM & SALEP


 Tangki, wadah, pipa & pompa yang digunakan didesain & dipasang sedemikian rupa
sehingga memudahkan pembersihan & bila perlu disanitasi.

 Penggunaan peralatan dari kaca sedapat mungkin dihindarkan.

 Baja tahan karat bermutu tinggi merupakan bahan pilihan untuk bagian peralatan yang
bersentuhan dengan produk.

 Kualitas kimia & mikrobiologi air yang digunakan harus selalu dipantau.

 Jaringan pipa untuk mengalirkan bahan awal/ produk ruahan harus mudah dibersihkan.

 Proses pencampuran & pengisian harus selalu divalidasi → memastikan produk selalu
dalam keadaan homogen.

 Apabila produk ruahan tidak langsung dikemas, harus dibuat ketetapan mengenai waktu
paling lama produk ruahan boleh disimpan serta kondisi penyimpanannya.

14
GUDANG

PENIMBANGAN

PELELEHAN BASIS

PENCAMPURAN
WASTU

PENGISIAN TUBE

WASTU

KEMAS INS SIMPAN

Pengemasan
 Pengemasan primer ialah tingkat pengemasan dimana obat yang dikemas masih
berhubungan langsung dengan udara luar. Contoh : perhitungan tablet, blistering,
pengisian sirup ke dalam botol.

 Pengemasan sekunder yaitu tingkat kemasan setelah produk masuk ke dalam wadah
terlindung oleh pengaruh luar. Contoh : labelling (penempelan etiket), memasukkan
dalam dus.

 Perpindahan dari kemas primer ke kemas sekunder dapat melewati “pass through” bila
terus menerus mengalir atau lewat ruang antara (ruang penyangga) bila jumlah banyak
& volume besar.

 Pass through ialah celah atau lubang kecil yang dilengkapi dengan rumbai-rumbai
dilengkapi dengan blower, menghubungkan kelas yang berbeda.

 Pass box : semacam ruang antara yang kecil yang berada pada dinding tembok yang
digunakan untuk melewati barang kecil, mempunyai 2 pintu yang mempunyai sistem
interlock.

ISTILAH CPOB (GLOSSARIUM)


 Produk antara (Intermediate Product): Tiap bahan atau campuran bahan yang masih
memerlukan satu atau lebih tahap pengolahan lanjutan untuk menjadi produk ruahan

 Produk jadi (Final Product) : produk (obat) yang telah melalui seluruh tahap proses
pembuatan

 Produk ruahan (Bulk Production) : bahan yang telah selesai diolah dan tinggal
memerlukan kegiatan pengemasan untuk menjadi obat jadi

15
STUDI KASUS KA BAG PRODUKSI
 Sebagai Kepala Bagian Produksi di sebuah pabrik anda membawahi dua orang apoteker
sebagai Kepala Seksi Produksi.

 Apoteker A berusia 46 tahun sudah bekerja selama 16 tahun di industri farmasi. Rajin,
sangat menguasai tehnik pengolahan produk, disukai oleh bawahan. Kurang mampu
membuat dokumentasi, laporan kerja dll, apalagi dalam Bahasa Inggris. Kurang
memahami penerapan CPOB, kurang inisiatif serta tidak mampu mengambil keputusan
dan menyelesaikan masalah. Tidak mrmiliki banyak masalah dalam persoalan
kesejahteraan dan fasilitas serta hubungan kerja. Kondisi kesehatan sangat baik.

 Apoteker B berusia 37 tahun, sudah bekerja selama 9 tahun di industri farmasi.


Menguasai tehnik pengolahan produk, memahami penerapan CPOB dengan baik,
mampu mempersiapkan dokumentasi dll. Cukup banyak berinisiatif, agak lamban
dalam menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan. Memiliki attitude yang
kurang baik, banyak menyampaikan keluhan berkaitan dengan masalah fasilitas dan
kesejahteraan. Kondisi kesehatan kurang baik. Hubungan dengan bawahan agak kaku.

 Ketika anda diangkat sebagai Kepala Pabrik, siapakah yang anda usulkan dipromosikan
menjadi Kepala Bagian Produksi ?

STUDI KASUS TAWARAN POSISI BARU


 Anda adalah seorang apoteker senior di Bagian Produksi dibandingkan dua apoteker
lainnya yang baru bergabung kurang dari 6 bulan di perusahaan, suatu pabrik farmasi
nasional yang sedang berkembang pesat. Sebelumnya anda bertugas di bagian
Pengembangan Produk, tetapi kurang sukses di bagian tersebut. Di Bagian Produksi
dalam waktu 3 tahun anda dapat mengembangkan profesionalitas serta kemampuan
anda, mengatur rencana produksi, menangani para bawahan serta merawat fasilitas
dengan baik.

 Pada suatu hari anda dipanggil Kepala Pabrik dan diberi tahu bahwa suatu pabrik obat
PMA membutuhkan seorang apoteker yang telah berpengalaman untuk memimpin unit
Non Betalaktam pabrik tersebut. Mengingat kemampuan dan prestasi anda, Kepala
Pabrik menanyakan apakah anda berminat untuk melamar posisi kosong tersebut yang
kondisinya lebih menarik. Selain gaji yang lebih besar dari gaji anda sekarang, anda
mendapat mobil sedan 1300 cc, jaminan perawatan kesehatan yang lebih baik dll.

 Pertanyaan : Keputusan apa yang anda ambil ?.

STUDI KASUS KA BAG PRODUKSI


 Anda seorang apoteker yang sudah 3 tahun bekerja di bagian produksi suatu pabrik
farmasi PMA, anda berniat keluar perusahaan karena akibat dari pengambilan alihan
perusahaan oleh pemilik baru anda merasa kurang nyaman bekerja disitu. Anda
membaca iklan di sebuah surat kabar terkenal bahwa sebuah pabrik farmasi

16
membutuhkan seorang Kepala Bagian Produksi. Sebagai hasil surat lamaran anda, anda
diundang untuk diinterview oleh pemilik perusahaan. Anda ditawari menduduki posisi
tersebut dengan kondisi gaji yang lebih baik. Hal-hal lain seperti tunjangan tranportasi,
perawatan kesehatan dll tidak sebaik dan sejelas di perusahaan lama.

APOTEKER PENANGGUNG JAWAB PRODUKSI


 PT X FARMA hanya memiliki seorang apoteker yang sudah bekerja di perusahaan
lebih dari 12 tahun sebagai penanggung jawab produksi. Apoteker lainnya, penanggung
jawab QC keluar dari perusahaan 3 tahun y.l.

 Hasil mapping pada yahun 2004 sangat jelek banyak hal yang belum dipenuhi seperti
penanganan udara dan air. Catatan bets sudah ada dan dilaksanakan. Tidak pernah ada
pelatihan untuk karyawan, kebersihan dan sanitasi kurang. Digunakan botol bekas untuk
produksi. Dinding ruang produksi penuh jamur. Bahan baku ditimbang dengan
timbangan kodok. Wadah bahan baku penuh debu dan berkarat.

 Apa pendapat anda tentang apoteker ini ?

AYAKAN JEBOL
 Anda seorang Kepala bagian Produksi pada pabrik PT Y Farma yang sedang
melaksanakan pekerjaan tol manufacturing tablet KE dari PT Obat .

 Pada suatu proses pengolahan, setelah selesai proses pengayakan granul untuk tablet
KE, sewaktu pemeriksaan ayakan yang digunakan, operator menemukan adanya
kerusakan pada ayakan, ada 4 potongan kawat yang patah. Operator segera melaporkan
kepada anda tentang hal ini.

Apa yang harus anda lakukan untuk mengatasi hal ini ? Keputusan apa yang dilakukan pada
granul tablet KE ini ?

STUDI KASUS PENYIMPANGAN HASIL AKHIR


 Anda adalah seorang apoteker yang baru bekerja sebulan sebagai Kepala bagian
produksi suatu pabrik. Di perusahaan baru ini anda mendapatkan fasilitas dan gaji lebih
baik dari perusahaan sebelumnya, antara lain sebuah mobil sedan 1500 cc baru.

 Sudah 1 tahun perusahaan ini mendapat kontrak kerja dari pihak ketiga untuk
memproduksi tablet Antiinfeksi sebanyak 40 bets per bulan dengan persyaratan
kehilangan selama proses tidak boleh lebih dari 3%. Jika hasil akhir kurang dari 97%,
perusahaan akan terkena denda.

 Pada evaluasi catatan bets produk bersangkutan ternyata anda menemukan bahwa hasil
akhir setiap bets selalu berkisar pada angka 97%, tidak pernah ada hasil lebih dari 97%
ataupun kurang dari 97%. Ketika anda tanyakan pada supervisor produksi, dijawab
bahwa atas permintaan Direksi setiap bets harus selalu dilaporkan memberikan hasil
97% walaupun hasil sebenarnya mungkin kurang atau lebih dari 97%. Kelebihan hasil

17
digabungkan dengan bets berikutnya, sedang bets berikut tersebut dibuat dengan bahan-
bahan yang dikurangkan.

 Pertanyaan : Apa yang anda lakukan menghadapi hal ini.

KASUS

 Anda seorang apoteker baru lulus yang baru sebulan bekerja di perusahaan, bertanggung
jawab sebagai Kepala bagian Produksi. Seorang apoteker lain , kepala bagian
Pengawasan mutu, sudah setahun bekerja diperusahaan, juga belum berpengalaman
bekerja, bahkan kurang inisiatif.

 Inspeksi oleh petugas BPOM hari itu hingga jam 20.00 belum selesai. Pemilik
perusahaan sudah pulang terlebih dahulu. Kepala bagian umum dan personalia yang
masih kerabat pemilik kurang pergaulan dan tak memahami situasi.

 Apa yang anda lakukan menghadapi hal seperti ini ?

CARA MENJALANKAN MESIN TABLET


 Pada mapping di suatu pabrik obat, Production manager tidak dapat menjelaskan
tentang bagaimana menjalankan mesin tablet yang ada di ruang produksi. Prosedur cara
menjalankan mesin tablet ini tergantung di dinding ruang tablet, dibuat oleh QC
Manager, diperiksa oleh Production Manager dan disetujui oleh Kepala pabrik.

 QC manager baru 2 tahun bekerja di perusahaan setelah lulus sebagai apoteker.


Production manager belum 1 tahun bekerja diperusahaan, juga baru menyelesaikan
apotekernya. Prosedur ternyata disusun oleh seorang operator Produksi yang sudah 20
tahun bekerja di perusahaan.

 Apa komentar anda tentang hal ini ?

18
3. Quality Assurance
Quality Assurance (pemastian mutu) dipimpin oleh seorang QA manager yang merupakan
Apoteker.
Tugas umum bagian QA adalah:
- Melaksanakan pengawasan dan pengaturan pada setiap tahap kegiatan: a. proses produksi ,
b.proses analisa dan c. sistem agar sesuai ketentuan CPOB ( GMP compliance)

- Melakukan analisis dan memberikan status terhadap semua bahan awal, produk antara, produk
ruahan dan produk jadi pada proses produksi.

- Di bagian analisis melakukan : validasi, verifikasi metoda analisis, validasi prosedur


pembersihan, uji stabilitas bahan baku maupun produk ( stress test maupun accelerated ,real
time atau on going stability test), pelulusan produk.

- Di bagian proses melakukan: kalibrasi, kualifikasi dan validasi proses

- Di bagian sistem melakukan: manajemen protap, manajemen penyimpangan( Non


Conformity/NC), manajemen CAPA, manajemen perubahan ( Change Control/CC),
manajemen risiko mutu ( QRM), audit eksternal, audit internal, pelatihan, Product Quality
Review ( PQR).

- Mengevaluasi secara rutin semua spesifikasi, metode analisis dan unit proses di bagian
produksi.

- Membuat protokol dan mengawasi pelaksanaan validasi

- Pengendalian dokumen dan change control

- Penanganan dan pengkajian produk tahunan (annual product review/APR), keluhan


pelanggan, produk kembalian dan penarikan kembali obat jadi.

a. Investigasi

Investigasi merupakan upaya penelitian, penyelidikan, pencarian, pemeriksaan dan


pengumpulan data serta temuan lain bertujuan untuk mengungkapkan masalah terjadinya
penyimpangan atau ketidaksesuaian terkait dengan mutu. Penyimpangan merupakan perubahan
yang tidak terencana yang terjadi karena berbagai sebab selama kegiatan berlangsung atau yang
terdeteksi setelah kegiatan. Setelah menemukan akar pemasalahan dari penyimpangan yang
terjadi, bagaian ini akan melakukan perbaikan dan mencegah dengan berkoordinasi kepada
bagian lain yang terkait agar penyimpangan tidak terjadi lagi. Selain itu juga akan menganalisis
jenis keluhan pelanggan dan menentukan bagian yang bertanggung jawab terhadap keluhan.
Semua laporan keluhan dan penyimpangan yang diterima oleh setiap bagian QA akan
dikumpulkan menjadi satu bagian pemastian mutu agar segera dilaksanakan investigasi untuk
mengetahui penyebab permasalahan

b. Penanganan keluhan
Keluhan merupakan ekspresi ketidakpuasan dalam bentuk verbal, tertulis atau elektronik
terhadap produk. Keluhan dapat dibedakan menjadi dua yaitu Pharmaceutical Technical
Complaint ( PTC) yang mencakup : quality complain dan comercial complaint serta
Pharmacological Complaint (PC): medical complaint

19
- Quality complaint, keluhan yang terkait dengan ketidaksesuaian/ kerusakan fisik, kimia atau
biologi dari produk sebelum produk dikonsumsi atau digunakan.

- Comercial complaint, keluhan yang tidak berkaitan dengan quality complaint maupun medical
complaint, namun mengenai ketersediaan produk dipasaran, misalnya pada proses
pendistribusian sehingga produk susah didapatkan.

- Medical complaint, keluhan yang terkait dengan reaksi produk yang meragukan setelah
penggunaan produk, antara lain alergi, keracunan, produk tidak berkhasiat, atau respon klinis
yang rendah dan efek samping lain yang tidak disebutkan pada penandaan.

Sedangkan keluhan berdasarkan tingkatan resiko yang ditimbulkan produk dikategorikan


menjadi 3 macam sebagai berikut:

1) Minor, yaitu komplain mengenai produk yang tidak berdampak pada kualitas produk
tersebut.
2) Major, yaitu komplain mengenai produk yang berdampak pada kualitas produk tersebut.

3) Critical, yaitu komplain mengenai produk yang berdampak pada kualitas dan keamanan
produk tersebut.

Alur penanganan complaint di Industri dimulai dari munculnya pengaduan keluhan yang
diterima oleh bagian customer care, kemudian dideskripsikan jenis keluhan, produk yang
dikeluhkan, nomor bets, dan sumber keluhan. Selanjutnya complaint di-submit ke bagian
Quality Assurance (QA) untuk di-assessment jenis dan tingkatan resikonya. Investigasi
dilakukan selama 15 hari kerja (HK) setelah keluhan diterima untuk keluhan yang bersifat
kritikal, dan 30 HK untuk keluhan major dan minor. Hal ini dilakukan untuk mencari sumber
masalah (root cause) dari keluhan yang disampaikan. Sebelum dilakukan investigasi QA
membentuk sebuat tim yang bertanggung jawab terhadap penyelidikan keluhan tersebut.
Penyelidikan dilakukan dengan terlebih dahulu mempelajari keluhan yang diterima, kemudian
memeriksa ulang catatan bets (batch record), catatan pengemasan bets, dan hasil pengujian dari
nomor bets produk yang dikeluhkan. Contoh obat yang dikeluhkan dibandingkan juga dengan
sampel pertinggal (retained sample) dari bets yang sama. Dari penyelidikan yang dilakukan,
kemudian dibuat laporan investigasi yang telah dilakukan dan dilanjutkan dengan konfirmasi
terhadap keluhan. Berdasarkan investigasi, keluhan dapat dikategorikan pihak perusahaan
menjadi dua, yaitu justified, yaitu perusahaan mengakui bahwa keluhan yang timbul memang
kesalahan/kelalaian pihak peruhaan dalam produksi atau unjustified, yaitu mengkonfirmasi
bahwa kesalahan yang timbul berasal dari pihak eksternal perusahaan seperti pada saat
distribusi atau penyimpanan. Penggolongan ini dapat dijelaskan dengan uji challenge test untuk
membandingkan produk yang dikomplain dengan retained sample. Akan tetapi, pihak Industri
tetap bersedia mengganti produk yang dikeluhkan dengan produk baru baik itu justified
complaint maupun unjustified complaint. Hal ini dilakukan untuk menjaga hubungan baik
dengan pihak-pihak yang memberikan keluhan tersebut.
Selanjutnya, keluhan yang diterima oleh Industri harus dievaluasi dengan melakukan
peninjauan informasi keluhan, pemeriksaan atau pengujian terhadap retained sample serta
contoh yang diterima, dan penelitian kembali semua data dan dokumentasi yang berkaitan.
Berdasarkan penelitian dan evaluasi tersebut, penarikan kembali satu bacth atau seluruh produk
akhir yang bersangkutan, atau tindakan lain yang tepat. Tiap keluhan yang menyangkut
kerusakan produk dicatat dan catatan keluhan dikaji secara berkala untuk mengidentifikasi hal
yang spesifik atau masalah yang berulang terjadi.

20
Complaint

• Product performance

• Low quality

• Effect below expectation/side effect

Dari mana asal keluhan ?

♦ Dari luar perusahaan :

-Pasien/konsumen - Pemerintah /BPOM

- Profesional (dokter, dokter gigi, - Distributor,toko obat


apoteker),
- Media masa
- Rumah Sakit/klinik/apotek

♦ Dari lingkungan perusahaan sendiri :

- Bagian Produksi, - Bagian Pemasaran,

- Bagian Pengawasan Mutu (QC), - Bagian Penjualan,

- Bagian Pemastian Mutu (QA), - Bagian gudang,

Penanganan Keluhan

• Setiap keluhan harus ditangani • Buat Keputusan atas bets yang


dikeluhkan.
• Pemeriksan ulang catatan bets
• Buat Laporan/jawaban
• Pemeriksaan sampel pertinggal

• Lakukan investigasi menyeluruh

21
Prosedur Tetap (SOP)

◊ Tersedia Prosedur Tetap (Protap) tentang Penanganan Keluhan danLaporan,

◊ Protap Merinci tentang :

♠ Penanggung Jawab Penanganan Keluhan

♠ Penyelidikan

♠ Evaluasi

♠ Tindak lanjut

♠ Pelaporan

Penyelidikan

CONTOH ROUTE PENANGANAN KELUHAN

PENYELIDIKAN OLEH QA:

1. Pelajari keluhan yang diterima,


2. Periksa ulang Catatan Pengolahan Bets, Catatan Pengemasan Bets danHasil Pengujian dari
nomor bets produk yang dikeluhkan,
3. Bandingkan contoh obat yang dikeluhkan dengan sampel pertinggal daribets yang sama.
4. Lakukan (jika perlu) pengujian ulang terhadap contoh obat yang dikeluhkan dan terhadap
sampel pertinggal,
5. Lakukan investigasi lainnya

22
Penyelidikan

Keluhan menyangkut reaksi yang merugikan atau laporan mengenai efek terapetik obat :

- Ditangani oleh Bagian Pemasaran atau Bagian Medical service,


- Jika perlu bekerjasama dengan QA

Tindak lanjut

• Setelah selesai penyelidikan, dibuat evaluasi dan tindak lanjut,

• Tindak lanjut berupa :

◦ Penjelasan kepada konsumen, ◦ Penarikan seluruh bets,

◦ Penggantian obat yang dikeluhkan, ◦ Perbaikan-perbaikan.

◦ Penarikan bets yang dikeluhkan, ◦ Penghentian produksi obat,

◦ Penghentian distribusi,

Perbaikan-perbaikan

• Perubahan Bahan Pembantu, • Perbaikan-perbaikan

• Modifikasi Teknologi Pembuatan, • Perubahan Indikasi,

• Perubahan jumlah bahan berkhasiat, • Perubahan Dosis Penggunaan,

• Perubahan Komposisi, • Penambahan Informasi mengenai reaksi


merugikan dari obat, interaksi obat,
• Perubahan Bahan Pengemas,
• Penambahan Informasi mengenai hal
• Perubahan Prosedur Pembuatan, yang perlu diperhatikan,
• Perubahan Prosedur Pengujian, • Perubahan Penggolongan Obat
• Perubahan Kondisi Penyimpanan,

Pelaporan

♦ Tersedia Protap mengenai Pelaporan atas Penanganan Keluhan,

♦ Pelaporan dibedakan atas :

◦ Laporan Keluhan Kualitas Teknis Obat, (Pharmaceutics Techincal Complaint)

◦ Laporan Reaksi merugikan Obat ( Pharmacological Complaint)

◦ Laporan Tahunan Keluhan terhadap Obat

♦ Penanggung Jawab Penanganan Pelaporan :

23
◦ Menyangkut Keluhan Mutu Obat : Oleh Bagian QA

◦ Menyangkut Keluhan Reaksi Merugikan Obat dan Efek Terapetik : Oleh

bagian Pemasaran/ Bagian Medical Service.

♦ Pengiriman Pelaporan :

◦ Kepada pihak di luar perusahaan yang mengajukan keluhan,

◦ Ke Pemerintah (BPOM) –-- bila perlu.

◦ Kepada bagian yang terkait di lingkungan perusahaan

◦ Pertinggal

Penarikan Kembali

• Tentukan yang bertanggung jawab pada Penarikan Kembali Obat.

• Tersedia Protap Penarikan Kembali Obat.

• Operasi Penarikan Kembali Obat : mampu untuk dilakukan segera dan setiap saat.

• Keputusan Penarikan Kembali :

1. Diprakarsai oleh Industri sendiri

2. Atas Perintah Otoritas Pengawasan Obat

3. Seluruh bets atau sebagian bets produk akhir

4. Dapat mengakibatkan penundaan atau penghentian pembuatan produk.

Penarikan Kembali

• Pelaksanaan Penarikan Obat • Cacatan dan Laporan

• Cacatan dan Laporan • Evaluasi efektifitas penarikan kembali


obat
• Manfaatkan Catatan Distribusi

• Identifikasi yang jelas untuk produk


yang ditarik

24
Evaluasi

1. Evaluasi untuk mengurangi complaint,


2. Evaluasi penanganan complaint
3. Dokumentasi

Produk Kembalian

• Obat jadi yang dikembalikan ke pabrik karena :

► Keluhan cacat mutu, ► Kedaluwarsa,

► Keluhan reaksi merugikan, ► Salah pengiriman

• Kembalian karena perintah penarikan oleh QA atau bagian lain di dalam perusahan atau oleh
Pemerintah,

• Kembalian untuk diproses ulang atau dimusnahkan

• Kembalian dari outlets melalui distributor,

Penanganan

• Dibuat Protap Penanganan Produk Kembalian,

• Ditentukan Bagian yang bertanggung jawab dalam penanganan obat kembalian (QC),

• Bagian yang bertanggung jawab bekerja sama dengan Bagian lain yang terkait (Produksi,
Gudang, dll)

Produk kembalian

25
• Produk kembalian :
a. Masih memenuhi spesifikasi dan dapat dikembalikan ke gudang obat jadi;
b. Dapat diproses ulang; Protap !
c. Tidak memenuhi spesifikasi dan tidak dapat diproses ulang.

• Protap untuk penanganan Produk Kembalian (penahanan, penyelidikan dan pengujian produk
kembalian)

• Pengambilan keputusan untuk dapat diproses ulang atau dimusnahkan.

• Catatan dan laporan.

c. Penanganan produk kembalian (returned good handling)

Produk kembalian merupakan produk yang dikembalikan dari semua mata rantai distribusi ke
pabrik. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kesalahan pemberian indentitas
produk, salah pengiriman, kadaluwarsa, keluhan reaksi merugikan, dan keluhan cacat mutu.
Produk kembalian (returned goods) yang dikembalikan kepada Industri dibagi menjadi dua jenis,
yaitu :
1) Produk expired date

Pengembalian produk expired date dibatasi hanya dapat dikembalikan satu bulan sebelum tanggal
expired date dan satu bulan setelah tanggal expired date. Setelah itu, pengembalian produk tidak
dilayani. Produk expired date ini dikumpulkan di tempat khusus untuk kemudian dimusnahkan.
2) Produk rusak/cacat

Produk yang rusak/cacat dapat dikembalikan kepada Industri saat ini sangat jarang terjadi dan
harus memenuhi syarat, yaitu mendapatkan approval dari divisi marketing yang berpusat di
Jakarta. Produk yang rusak/cacat ini diperiksa oleh QC. Jika dari pemeriksaan QC produk tersebut
layak dijual kembali, dapat dilakukan reprosess atau repack. Sedangkan produk yang tidak layak
untuk dijual kembali dapat dikumpulkan untuk kemudian dimusnahkan.Produk kembalian yang
diterima di pabrik kemudian dikarantina. Selanjutnya dilakukan penelitian, pemeriksaan dan
pengujian oleh bagian Quality Control (QC) sesuai prosedur untuk menentukan tindak lanjut.
Produk kembalian dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu:
- Produk kembalian yang masih memenuhi spesifikasi dan dapat dikembalikan ke gudang obat jadi
(finished good)

- Produk kembalian yang dapat diproses ulang (reprocess)

- Produk kembalian yang tidak memenuhi spesifikasi dan tidak dapat diproses ulang (unreprocess)

Keputusan untuk melakukan proses ulang (reprocess) dilakukan oleh pimpinan perusahaan (VP
Manufacturing) atas dasar pertimbangan yang seksama. Produk yang diproses ulang harus
diberikan nomor bets baru dan harus dilakukan pendokumentasian secara seksama.

Produk Kembalian

26
Obat yg dikemas ulang dan diolah ulang

♦Berikan tanda pada obat yang dikemas ♦ Perlakuan khusus dalam distribusi,
ulang
♦ Pemantauan khusus pada stabilitas Obat
♦Berikan nomor bets baru buat obat Kemas Ulang dan Obat Olahulang,
kembalian yang diolah ulang.
♦ Buat laporan.
♦ Obat hasil kemas ulang dan hasil olah
ulang : dikirim ke gudang setelah
luluspemeriksaan akhir,

Studi Kasus

Obat Kembalian

Di gudang Obat jadi, Tim Inspeksi Diri menemukan sejumlah Obat kembalian yang belum
ditangani. Obat ini diterima dari distributor seminggu yang lalu. Tidak ada penandaan pada obat
jadi ini.

Dua buah palet berisi produk yang menurut Kepala Gudang dikembalikan karena salah kirim ke
distributor, seharusnya 500 dus injeksi FM10 mL sebanyak 5000 ampul,terkirim 500 dus injeksi
FM 5 mL sebanyak 5000 ampul.

Satu palet berisi sirup BHARGOY dalam botol gelas yang minta dikemas ulang karena ada yang
pecah sehingga membasahi dus yang lain.

Satu palet lagi berisi 500 dus kaplet amoksisilin nomor bets FA 102 tanggal kedaluwarsa Mei
2011 karena keluhan rapuh.

27
Pertanyaan :

1. Apakah Rekomendasi Tim Inspeksi Diri atas temuan ini ?

2. Tindak lanjut apa yang dilakukan oleh kepala gudang ?

3. Tindak lanjut apa yang dilakukan oleh kepala Bagian Pemastian Mutu ?

d. Penanganan produk yang ditarik (drug recall handling)

Beberapa faktor yang dapat memicu penarikan kembali produk diantaranya adalah keluhan
pelanggan, penyimpangan (deviasi), studi stabilitas, informasi dari BPOM, dan studi efek samping
obat (ESO) dari bagian medical di Head Office PT Industri . Hal-hal yang dapat menyebabkan
suatu produk ditarik dari pasaran yaitu:
- Internal pabrik, penarikan satu atau beberapa bets atau keseluruhan produk tertentu dari semua
tingkat distribusi obat. Hal ini karena ditemukannya ketidakstabilan produk pada retained sample
sehingga perlu peninjauan ulang pada formulasi produk tersebut.

- Principal, penarikan suatu produk terkait dengan perusahaan yang melakukan toll in ke PT.
Industri .

- Pemerintah, penarikan suatu produk karena hasil temuan BPOM bahwa produk tersebut memiliki
efek samping obat berbahaya. Untuk semua produk yang ditarik maka dilaporkan ke BPOM dan
akan diberitahukan ke masyarakat melalui media massa.

Penarikan Kembali Obat Jadi (PKOJ) berdasarkan keseriusan dan cacat produk dibagi menjadi 3
jenis sebagai berikut.
1) Kelas 1: produk dapat mengancam nyawa dan dapat menimbulkan resiko serius bagi kesehatan.
Produk yang bersangkutan harus segera ditarik secepatnya dari semua tingkatan distribusi kurang
dari 24 jam. Apabila produk tersebut merupakan obat OTC, produsen wajib membuat
pengumuman di media massa. Contohnya adalah salah dosis, kontaminasi mikroba pada produk
steril, dll.

2) Kelas 2: produk beresiko terhadap kesehatan tetapi tidak serius. Contohnya adalah kesalahan
label, kontaminasi mikroba pada produk nonsteril, dll. Produk segera ditarik dalam waktu kurang
dari 48 jam sejak pemberitahuan.

3) Kelas 3: produk tidak memberikan bahaya signifikan terhadap kesehatan. Contohnya adalah
salah label kadaluwarsa, salah tutup botol, dll. Produk segera ditarik dalam 5 hari kerja sejak
pemberitahuan.

Penarikan Kembali Obat Jadi (PKOJ) berdasarkan tingkatan luas distribusi dibagi menjadi 4
tingkat sebagai berikut.
1) Tingkat 1: produk ditarik sampai ke distributor pusat (PBF Pusat), sedangkan distributor pusat
Industri (APL).

2) Tingkat 2: produk ditarik sampai ke tingkat distributor cabang (PBF Cabang)

3) Tingkat 3: produk ditarik sampai ke tingkat sarana penjualan/outlet, seperti apotek, rumah sakit,
atau puskesmas.

4) Tingkat 4: produk ditarik sampai ke user (pasien dan dokter).

28
e. Product Quality Review (PQR)

Product Quality Review atau pengkajian produk yang bertujuan untuk mengkaji semua produk
yang telah diproduksi dalam kurun waku tertentu dan menginformasikannya kepada pihak
manajemen. Program yang biasa dilakukan setiap tahun dikenal dengan nama APR (Anual Product
Review) .
APR (Anual Product Review)
Pembuatan APR bertujuan untuk mengevaluasi suatu produk selama satu tahun, apakah kualitas
produk masih konsisten serta memastikan bahwa proses pembuatan produk sudah berjalan dengan baik
sesuai syarat mutu yang telah ditetapkan. Data dari APR berguna untuk mengidentifikasi perubahan-
perubahan yang dilakukan selama satu tahun dan bagaimana pengaruhnya terhadap kualitas produk,
sehingga dapat dijadikan dasar untuk perbaikan proses. Anual Product Review dibuat untuk setiap
produk yang dihasilkan.

Isi dari laporan APR antara lain :


a. Merk dan supplier bahan baku dan bahan f. Stabilitas produk
kemas
g. Retur
b. Formula, spesifikasi, alur proses produksi
h. Penarikan obat
c. Pengawasan selama proses dan hasil
pengajuan produk jadi i. Keluhan konsumen

d. Penyimpangan j. Pemantauan lingkungan produksi

e. Perubahan proses dan metode analisa k. Variasi yang diajukan apakah disetujui atau
tidak disetujui.

f. Documentation dan Change Control

Dokumentasi dan change control bertanggungjawab terhadap semua dokumen perusahaan. Setiap
dokumen yang ada diperusahaan sebelum didistribusikan melewati beberapa tahap, yaitu
pengkajian, persetujuan atau pengesahaan dan penandatanganan oleh yang bersangkutan, setelah
itu dokumen tersebut dapat disitribusikan dan disosialisasikan. Dokumen di Industri terdiri dari 4
level, yaitu :
1. Level 1 : berisi Pedoman Mutu, Site Master File (SMF)

2. Level 2 : berisi Prosedur Mutu (dokumen yang secara umum mengatur tujuan dan petunjuk
operasional yang bersifat kritikal serta sistem sehingga dapat menjelaskan dengan benar mengenai
program-program terkait.

3. Level 3 : berisi Dokumen Teknis (seperti instruksi kerja, SOP, kesepakaan teknis, dan dokumen
operasional)

4. Level 4 : berisi Formulir, Template, List, Log Book

Dokumen-dokumen tersebut kemudian disosialisasikan secara tercatat kepada semua pihak yang
terkait dengan dokumen tersebut. Daftar distribusi berisi nomor, bagian, nama, jenis dokumen, dan
paraf. Daftar distribusi ini membantu untuk menelusuri keberadaan dokumen bila perlu dilakukan
penarikan terhadap dokumen yang sudah tidak berlaku. Untuk dokumen asli diberi cap berwarna
biru keunguan dengan tulisan MASTER DOKUMEN, untuk dokumen terkontrol diberi cap
berwarna biru keunguan dengan tulisan CONTROLLED COPY, dan untuk dokumen tidak

29
terkontrol diberi cap berwarna merah dengan tulisan UNCONTROLLED COPY dengan posisi
diagonal. Setiap cap tersebut diberi tanggal dan ditandatangani oleh QA Function Supervisor.
Dokumen akan berlaku maksimal setelah 20 hari kerja sejak disahkan. Dokumen berlaku selama
maksimal 3 tahun. Setelah berusia 3 tahun, dokumen mengalami kaji ulang. Jika dokumen dinilai
masih relevan, maka pada dokumen tersebut akan diberi cap KAJI ULANG maksimal sebanyak 3
kali (masa perpanjangan dokumen maksimal 9 tahun) sedangkan bila dokumen dinilai sudah tidak
relevan lagi, maka dokumen tersebut diberi cap berwarna merah TIDAK BERLAKU dan harus
dibuat dokumen baru melalui Form Usulan Perubahan Dokumen. Dokumen yang sudah tidak
berlaku tersebut master dokumennya disimpan selama 7 tahun sedangkan copy dokumennya
dihancurkan menjadi bagian kecil yang tidak dapat tersatukan kembali sebelum dimusnahkan.
Jika ada revisi dokumen, maka akan segera diberitahukan kepada semua pihak yang
berkepentingan dengan mengubah penomoran edisi dokumen tersebut. Adanya perubahan pada
dokumen, diberi tanggal kapan dokumen itu dicabut dari peredaran dan diberi tanggal kapan
dokumen baru diterbitkan serta diberi tanda tangan
PENGENDALIAN PERUBAHAN ( CHANGE CONTROL)

Mengapa Perubahan tidak dapat dielakkan ?


■ Industri Farmasi : merupakan industri yang dinamis, perubahan merupakan suatu hal yang tidak
dapat dielakkan.
■ Ada beberapa faktor yang menyebabkan perubahan a.l :
1. Faktor Ekonomi, misalnya:
a. Meningkatkan daya saing perusahaan
b. Penghematan biaya (cutting cost),revitalisasi kegiatan yang tidak berkembang.
c. Perbaikan Kegiatan Produksi/Operasi
d. Memastikan pengurangan risiko usaha dan risiko bahaya,
e. Menyesuaikan diri dengan kebutuhan konsumen.
2. Faktor Peraturan , misalnya kaitannya dengan CPOB
3. Perubahan kaitannya dengan Keselamatan Kerja,
4. Perubahan selama Rancang Bangun
5. Perubahan pada Perangkat Lunak,
6. Perubahan-perubahan Standar di Perusahaan (standar nasional atau
standar internasional)
Industri Farmasi
• Secara hukum mempunyai kewajiban untuk menjaga kegiatannya selalu di bawah kendali dan
mengendalikan kualitas produknya.
• Pengendalian yang baik, juga merupakan pengendalian bisnis yang baik,karena :
► memberikan hasil produk yang konsisten,
► kegagalan produksi minimal,
► fasilitas dan proses selalu dalam kondisi yang baik dan sesuai dengan
tujuan
Pengendalian Perubahan
• Bagian yang kritis (rawan) dalam penerapan CPOB, selalu diperbaiki secara kontinyu
• Pengendalian Perubahan : adalah suatu fungsi manajemen. Manajer harus bertanggung jawab
untuk memberikan jaminan bahwa pengendalian yang memadai selalu dilaksanakan.
• Merupakan aspek yang sangat penting dalam penerapan Pemastian Mutu (QA) di Industri.

Mengapa Perubahan dikendalikan?

30
• Pengendalian perubahan merupakan tuntutan CPOB yang difokuskan pada pengelolaan
perubahan untuk mencegah konsekuensi yang tidak diharapkan.
• Pengendalian Perubahan : merupakan suatu sistem yang formal di mana pimpinan beberapa
departemen (Tim Pengendalian Perubahan) meninjau ulang usulan perubahan
Pengendalian Perubahan(CPOB 2006 : Glosarium)
• Sistem Formal yang digunakan untuk mengkaji suatu usul perubahan atau perubahan yang
terjadi yang mungkin mempengaruhi status validasi suatu fasilitas, sistem, peralatan atau
proses.
• Tujuan Pengendalian Perubahan : untuk menetapkan tindakan yang akan memastikan dan
mendokumentasikan bahwa sistem tetap terjaga dalam keadaan tervalidasi.

Pengendalian Perubahan CPOB


• Tersedia prosedur tertulis yang merinci langkah yang diambil jika ada usul perubahan terhadap
:

► Bahan awal,
► Komponen produk, ► Metode pembuatan,
► Peralatan proses, ► Metode pengujian,
► Lingkungan kerja (atau pabrik), ►Perubahan yang berpengaruh terhadap
mutu atau reprodusibilitas proses.

Prosedur Pengendalian Perubahan : hendaklah memastikan bahwa data pendukung cukup untuk
menunjukkan bahwa :
► Proses diperbaiki akan menghasilkan suatu produk sesuai dgn mutu diinginkan,
► Konsisten dengan spesifikasi yang telah ditetapkan

Pengendalian Perubahan CPOB 2006 (12.43)


• Semua usulan perubahan yang mempengaruhi mutu produk atau reprodusibilitas proses
hendaklah :
→Secara resmi diajukan, didokumentasikan dan disetujui.
• Kemungkinan dampak perubahan fasilitas,sistem dan peralatan terhadap produk hendaklah :
Dievaluasi, termasuk analisis risiko.
• Hendaklah ditentukan kebutuhan dan cakupan untuk melakukan kualifikasi dan validasi ulang
Penanganan Perubahan
1. Identifikasikan Perubahan yang potensial
2. Catat perubahan yang diusulkan dalam format tertentu.
3. Berikan alasan ilmiah yang lengkap tentang usulan perubahan.
4. Persetujuan dari Pejabat yang berwenang.
5. Lakukan perubahan pada dokumen yang diperlukan.
6. Lakukan pelatihan-pelatihan karyawan.
7. Laksanakan perubahan
8. Evaluasi perubahan.

1.Identifikasi Perubahan yang Potensial


• Apakah merupakan persyaratan peraturan?
31
• Signifikansi : apakah akan memperbaiki mutu,proses atau mengurangi biaya?
2. Catat (rekam) perubahan yang diusulkan dalam format tertentu.
• Format : sesuai Protap.
• Format : sudah disetujui pejabat yang berwenang dan masih berlaku (terkini)
• Menguraikan dengan jelas dan obyektif usulan perubahan.
3. Berikan alasan ilmiah yang lengkap tentang usulan perubahan.
• Di dalam format, diuraikan :
• Alasan ilmiah yang mendukung usulan perubahan.
• Berikan bukti dari data yang lampau.
• Data penunjang berupa data teknis yang baru
4. Persetujuan dari Pejabat yang berwenang.
• Usulan perubahan diedarkan kepada pejabat yang bersangkutan untuk dilakukan evaluasi.
• Usulan perubahan dievaluasi berdasarkan pertimbangan :
a. Persyaratan Peraturan
b. Kelayakan Secara Teknis.
c. CPOB dan Mutu.
d. Efektivitas Biaya.
5.Lakukan Perubahan pada Dokumen yang diperlukan
• Identifikasi dokumen yang diperlukan.
• Lakukan perubahan dokumen untuk mengimplementasikan perubahan.
• Distribusikan dokumen hasil perubahan dan tarik dokumen yang lama.
6. Lakukan Pelatihan-pelatihan Karyawan.
• Berikan pelatihan kepada personil yang menangani/terlibat pada sistem.
• Catat hasil pelatihan !
7. Laksanakan Perubahan
• Ikuti instruksi/dokumen yang sudah direvisi dan laksanakan perubahan tersebut pada
sistem/proses
8. Evaluasi Perubahan.
• Pejabat yang terlibat pada proses yang telah diubah mempelajari dampak perubahan pada
produk dan proses atau sistem
• Departemen Pemastian Mutu (QA) memantau dampak perubahan pada proses mengenai
keamanan, identitas, kekuatan,kemurnian dan mutu produk.

Protap Pengendalian Perubahan


• Harus tersedia Protap tentang Pengendalian Perubahan.
• Jelaskan secara rinci tujuan dari perubahan, manfaat perubahan, dampak yang mungkin terjadi
akibat perubahan dan dampak negatif seminimal mungkin
• Di dalam Protap harus dijelaskan peranan QA/QC sebagai pihak yang memberikan persetujuan
tertulis tentang suatu perubahan
• Penanganan terhadap perubahan Prosedur (Protap untuk Protap)
• Berbagai penyimpangan atau perubahan tersebut : harus didokumentasikan dan dilakukan
trend analysis.
• Jika hasil trend analysis menunjukkan kecenderungan negatif : lakukan revalidasi

Pengendalian Perubahan

32
• Sarana penunjang, proses, dokumen dan peralatan yang digunakan dalam pembuatan obat
dievaluasi dalam pengendalian perubahan sebelum suatu perubahan dilakukan.
• Catatan Perubahan :
QA/QC menyediakan log (catatan / pembukuan) perubahan terhadap proses, bahan, metode,
peralatan, sarana penunjang dan dokumen.
• Riwayat Perubahan :
Riwayat perubahan terhadap semua dokumen CPOB disimpan, termasuk ketentuan yang
diubah, tanggal perubahan dan tanda tangan yang menyetujui
• Kajian dan Evaluasi setiap perubahan :
Disediakan Protap untuk melakukan kajian dan evaluasi setiap perubahan yang berdampak
terhadap registrasi obat, stabilitas serta validasi dan hasilnya didokumentasi.
• Personalia :
Personil yang terlibat dalam pembuatan obat memperoleh pelatihan dalam penerapan Protap
Penanganan terhadap Perubahan dan didokumentasikan.

Protap Pengendalian Perubahan


• Tersedia prosedur tertulis untuk identifikasi, dokumentasi, pelaksanaan tinjauan ulang yang
memadai dan persetujuan perubahan pada bahan awal, spesifikasi,metode analisis,
fasilitas,sistem penunjang,peralatan (termasuk perangkat keras komputer),tahap-tahap
proses,label dan bahan pengemas dan perangkat lunak komputer.
• Setiap usulan perubahan yang ada relevansinya dengan CPOB harus dirancang,ditinjau ulang
dan disetujui oleh pejabat yang berwenang (QA/QC)

Pengendalian Perubahan
• Kualifikasi dan Validasi dirancang untuk parameter yang ditetapkan dan persyaratan-
persyaratan keluaran (output).
• Setiap modifikasi terhadap peralatan,sistem,proses atau prosedur dapat mengubah parameter
atau dapat mempengaruhi hasil.
• Karenanya setiap perubahan yang dilakukan setelah validasi awal yang lengkap harus selalu
dikendalikan.
• Prosedur Pengendalian Perubahan harus mencakup perencanaan dan usulan perubahan berikut
antisipasi dampak yang mungkin timbul karena perubahan pada fungsi,operasi dan kinerja.
• Usulan hendaklah disiapkan oleh departemen yang membuat usulan perubahan, ditinjau dan
disetujui oleh QA, manajemen dan departemen lain yang relevan (Tim Pengendalian
perubahan).
• Validasi ulang terhadap sistem atau proses atau sistem lain mungkin diperlukan, tergantung
pada signifikansi dari perubahan tersebut.

Beberapa Contoh Usulan Perubahan


1. Perubahan Ukuran Bets (batch size).
Kebutuhan :
• Validasi Proses.
• Studi Stabilitas
• Catatan Pengolahan Bets (BPR)
2. Perubahan Peralatan pada Proses Pembuatan

33
Kebutuhan :
• Peralatan yang sudah dikualifikasi,
• Validasi Proses (Peralatan spesifik),
• Validasi Proses Pembersihan
• Studi Stabilitas
• BPR
3. Perubahan pada Proses pembuatan
Kebutuhan :
• Validasi Proses
• Studi Stabilitas
• BPR
4.Perubahan Pemasok Bahan awal
Kebutuhan :
• Validasi Proses
• Validasi Metode Analisis
• Studi Stabilitas
Jenis Perubahan yang ditangani melalui Pengendalian Perubahan
• Perubahan pada Fasilitas dan Sarana • Perubahan pada Pemasok Bahan
• Perubahan pada Peralatan Awal
• Perubahan pada Proses Produksi • Perubahan pada Bahan Pengemas
• Proses Pembersihan (pemasok,disain,kemas primer).
• Perubahan pada Stabilitas (masa • Perubahan pada Dokumen
edar,parameter pengujian dll) (protap,Spec BBO/K,DPI,PPI dll.)

g.Audit
Audit internal dilakukan untuk memeriksa kondisi di dalam lingkungan industri farmasi kita,
sedangkan audit eksternal adalah memeriksa vendor, supplier dll diluar lingkungan industri.
Audit internal ini terbagi kedalam 4 level, yaitu: level I, II, III dan IV.
1. Level I audit yang dilakukan antar unit atau antar seksi, audit ini dilakukan minimal 3 bulan sekali,
dimana GMPc mengontrol pelaksanaan dan paska audit nya.
2. Level II adalah training atau audit dengan cara mendatangkan pihak dari luar, seperti all plant dan
per departemen, audit ini dilakukan minimal satu tahun sekali.
3. Level III adalah audit yang dilakukan oleh pihak principle and licensor, audit ini hanya di lakukan
oleh masing masing pihak dari produk toll.
4. Level IV adalah audit yang dilakukan oleh lembaga pengawasan seperti BPOM, MUI, dan badan
regulasi lainnya, dimana audit ini biasanya dilakukan secara mendadak dan satu kali setahun.
Inspeksi juga dilakukan oleh BPOM pada PT Obat sebagai bentuk pengawasan terhadap pelaksanaan
CPOB di Industri Farmasi. Selain di audit, PT Obat juga melakukan audit secara teratur kepada
supplier dan pabrik toll out manufacturing (audit eksternal). Audit ini biasanya dilakukan satu kali
lima tahun, kecuali terjadi hal hal yang menyebabkan keharusan dilakukan inspeksi lebih cepat dari
yang ditentukan seperti berkurangnya performance dari pihak ketiga atau adanya komplain. Inspeksi
diri juga dilakukan oleh setiap departemen. Laporan audit dan inspeksi diri ini kemudian akan di
evaluasi oleh manajemen perusahaan dan mengambil tindakan perbaikan dan pencegahan yang
diperlukan (Corrective and Preventive Action/CAPA)

34
4.Quality Control
Quality Control (QC) merupakan departemen yang dipimpin oleh seorang Apoteker yang
melakukan pengawasan mutu untuk pemeriksaan rutin di pabrik, yang meliputi kualitas bahan
baku, dan spesifikasi yang ditentukan agar sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan. Umumnya
QC terbagi menjadi empat bagian yaitu raw material(RM), packaging material (PM), semi
finished good dan stabilita, serta microbiology.
Tugas dan Tanggung jawab QC secara umum ada 5 (STSI-M) yaitu :Sampling, Testing,
Spesifikasi, Inspeksi dan Monitoring yang dapat dijabarkan menjadi:
antara lain :
a. Bertanggung jawab dalam pengawasan mutu obat bekerja sama dengan QA dalam
menghasilkan produk akhir (finished good) yang memenuhi persyaratan.
b. Menyiapkan dan mengawasi pelaksanaan prosedur pengawasan mutu dan IPC (in Proccess
control) mandiri terkait CPOB.
c. Bertanggung jawab dalam pelulusan bahan awal, bahan pengemas, hingga produk setengah
jadi.
d. Memastikan bahwa bahan awal untuk produksi obat telah memenuhi spesifikasi yang telah
ditetapkan meliputi : identitas, kekuatan, dan kualitasnya.
e. Memastikan bahwa pengemas dalam proses telah sesuai spesifikasi.
f. Memastikan bahwa suatu batch obat tetap memenuhi persyaratan mutu selama waktu edar
yang telah ditetapkan (stability control)
Pemeriksaan yang dilakukan QC antara lain :
a. Pemeriksaan bahan baku
1) Setelah departemen pengawasan mutu mencetak Register Delivery Material dan
Receipt Sampling Request, inspektor melakukan sampling ke gudang menurut
prosedur yang ditentukan dan melakukan pemeriksaan pemerian.
2) Bahan kemudian dianalisis di laboratorium untuk memastikan bahwa bahan yang
didapat sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Pemeriksaan yang dilakukan
antara lain pemeriksaan kualitatif, kuantitatif, dan uji potensi antibiotika. Instrumen
yang digunakan antara lain: HPLC, GC, Polarimeter, Spektrofotometer UV-VIS, dan
FT-IR (Fourier Transform Infrared Spectrophotometer) AAS ( Atomic Absorbtion
Spectrophotometer) dll..
3) Analis / admin akan menginput hasil pengujian lalu koordinator akan mengecek hasil
analisa. Hasil pemeriksaan dilaporkan dalam formulir Catatan Pengujian Bahan Baku,
yang kemudian dilakukan double check oleh Supervisor QC dan disetujui oleh
Manager QC.
4) QC Manager melakukan pemeriksaan ulang pada hasil Sampling dan hasil Analisa,
serta melakukan approval secara online pada komputer untuk meluluskan bahan baku.

35
Bila hasil pemeriksaan memenuhi syarat maka akan dikeluarkannya label
"RELEASED" warna Hijau dan ditempel pada setiap kemasan bahan baku.
b. Pemeriksaan bahan pengemas
1) Setelah departemen pengawasan mutu mencetak Register Delivery Material dan
Receipt Sampling Request, inspektor melakukan sampling ke gudang menurut prosedur
yang ditentukan dan melakukan pemeriksaan pemerian.
2) Bahan kemudian dianalisis di laboratorium untuk memastikan bahwa bahan yang
didapat sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Pemeriksaan terhadap bahan
kemas yang diterima dari pemasok antara lain : pemeriksaan pada penampilan fisik
kemasan (warna, tulisan, dan gambar), ukuran ketebalan, dan bahan kemasan.
Kemasan yang digunakan meliputi:
- Wadah seperti : botol, tube, cangkang, kapsul, dan aluminium foil
- Kemasan : seperti kemasan sekunder (dus) dan kemasan tersier (box)
- Cetakan : seperti brosur, label, dan etiket
3) Analis akan menginput hasil pengujian dan koordinator akan mengecek hasil analisa.
Hasil pemeriksaan dilaporkan dalam formulir Catatan Pengujian Bahan Pengemas,
yang kemudian dilakukan double check oleh Supervisor QC dan disetujui oleh
Manager QC.
4) QC Manager melakukan pemeriksaan ulang pada hasil Sampling dan hasil Analisa,
serta melakukan approval secara online pada komputer untuk meluluskan bahan
pengemas. Bila hasil pemeriksaan memenuhi syarat maka akan dikeluarkannya label
"RELEASED" warna Hijau dan ditempel pada setiap wadah/box kemasan.
c. Pemeriksaan produk setengah jadi (semi finished good) dan stabilita
• Pemeriksaan produk setengah jadi meliputi pemeriksaan produk antara dan produk
ruahan. Meskipun bahan bakunya telah memenuhi syarat, perlu dilakukan bulk product
testing untuk mengetahui kualitas dari produk yang telah diolah. Pemeriksaan yang
dilakukan meliputi organoleptis, kadar, disolusi, keragaman bobot, keseragaman
kandungan, kekerasan, waktu hancur, pH, kadar air, kekentalan suspensi, emulsi sirup,
particulate dan kejernihan.
• Pengujian stabilita meliputi pengujian fisika / kimia / Mikrobiologi yang dilakukan
terhadap sediaan produk jadi pada setiap interval waktu tertentu untuk melihat stabilita
dari sediaan tersebut. Pengujian stabilita meliputi :
Tabel Pengujian Stabilitas

36
No. Keterangan Real Time Intermediate Accelerated
Penyimpanan
1. Store in Freezer (-10) – (-20)°C N/A 2 – 8 °C
2. Store in Refrigerator 2 – 8 °C N/A (25 ± 2)°C / (60 ±
5)% RH
3. Store below 25°C (25 ± 2)°C / (60 ± (30 ± 2)°C / (75 ± (40 ± 2)° C / (75
5)% RH 5)% RH ± 5)% RH
4. Store below 30°C (30 ± 2)°C / (75 ± N/A (40 ± 2)° C / (75
5)% RH ± 5)% RH

d. Pemeriksaan Mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi dilakukan terhadap produk-produk yang memerlukan pengujian
mikrobiologi (sesuai dengan persyaratan dalam spesifikasi produknya, atau bila ada
permintaan khusus). Pemeriksaan yang dilakukan meliputi uji endotoksin, uji batas mikroba,
uji sterilitas, dan uji potensi.

5. DOKUMENTASI
Suatu bagian dari sistem informasi manajemen yangbergunauntuk:

- perencanaan

- pelaksanaan/penerapan

- penyelidikan/pengendalian, dan

- evaluasi

dalam seluruh aktivitas pembuatan produk (obat).

Di samping itu:

- dimaksudkan untuk menggambarkan riwayat lengkap dari suatu bets/lot suatu produk (obat),
sehingga memungkinkan penyelidikan dan penelusuran kembali;

- diperlukan untuk memonitor dan mengendalikan bangunan, fasilitas, peralatan dan personil.

37
DOKUMENTASI
dalam CPOB

SISTEM SELURUH AKTIVITAS


INFORMASI PEMBUATAN
Persyaratan:
1. Didesain dan dibuat dengan cermat agar dapat
yaitu untuk digunakan dgn. mudah, benar dan efektif.
1 Spesifikasi • Perencanaan 2.Mencakup seluruh data yang diperlukan dan
2. Protap • Pelaksanaan/Penerapan diperbaharui.
3. Metode & Instruksi • Penyelidikan &
4. Dll. 3.Penggunaan dokumen yang telah diganti dicegah.
Pengawasan 4.Instruksi/prosedur (misalnya Protap, metode analisis):
• Evaluasi - jelas, tidak berarti-ganda, persis;
- dalam modus perintah, disusun sesuai urutan
langkah;
- mudah dipahami oleh pelaksana .
5. Diberi tanggal dan tanda tangan untuk otorisasi,
mencakup penerima kopi .
6. Selalu tersedia bagi semua pihak yang
bersangkutan.
7. Koreksi :
- dilakukan sedemikian rupa sehingga entri sebelumnya
tidak hilang dan diletakkan rapat dengan entri pertama
i-dentitas orang yg melakukan koreksi dan tanggal
koreksi ditampilkan.
8. Disimpan selama jangka waktu yang ditentukan.

TUJUAN LAIN dari DOKUMENTASI

1.Dimaksudkan utk. meng- 2.Diperlukan utk. memonitor


gambarkan riwayat lengkap dan mengendalikan
suatu bets/lot produk, agar bangunan, fasilitas,
memungkinkan penyelidikan peralatan, personil
dan penelusuran kembali
PELATIHAN BBPOM
NASIONAL SEPT. 2006

DOKUMENTASI yang DIPERLUKAN dalam


CARA PEMBUATAN OBAT yang BAIK (CPOB)

AKTIVITAS
AKTIVITAS AKTIVITAS PENG- PENYIMPANAN &
DISTRIBUSI
PRODUKSI AWASAN MUTU

1.Spesifikasi (Bahan/Produk) 1. Protap Penanganan Bahan


1.Dokumen Produksi Awal
2.Prosedur Pengambilan Contoh
Induk
& Obat Jadi
2.Prosedur Pengolahan 3. Catatan Pengambilan Contoh
2. Catatan Persediaan
Induk 4. Metode Pengujian
3.Prosedur 3. Catatan Distribusi
5. Catatan Analisis
Pengemasan
4. Dll.
Induk 6. Sertifikat Analisis
4.Protap 7. Catatan Uji Stabilitas
Pengoperasian
8. Dll.
Mesin, Pembersihan
5. Dll.
AKTIVITAS PEMASTIAN MUTU

Untuk Aktivitas Selama Operasi Pembuatan Untuk Aktivitas Setelah Operasi Pembuatan
1. Protap Penyelidikan thd. Kegagalan 1. Protap Penanganan Keluhan Pasca
2. Protap Penanganan Bahan yang Ditolak Distribusi
3. Protap Monitor Kebersihan Ruangan 2. Protap Penarikan Kembali Obat Jadi
4. Protap Inspeksi Diri
3. Protap Penanganan Obat Kembalian
5. Protap Penanganan Obat Kembalian, dsb
PELATIHAN BBPOM 4. Dll.
NASIONAL SEPT. 2006

Hierarki Struktur Dokumentasi

38
Quality Manual

(Policy, Vision, Mission, Objectives and


Commitment to Quality)
Quality
Structure, Responsibility & Authority
Manual
CGMP
Standards ( Guidelines, Operational Manuals )
Quality Procedure
Procedures
(Guidelines to perform quality
related activities,SOPs)
Forms & Records

• PROTAP/DOKUMENTASI yang DIPERLUKAN

UntukBahan Awal

- Spesifikasi/Kode (Nomor) Produk

- Pemasok (Persetujuan, Pemesanan, dsb.)

- Transportasi dan Penyimpanan, Masa Simpan/Tgl Daluwarsa

- Penerimaan dan Penyimpanan

- Prosedur Pengambilan Contoh

- Pengujian Pengawasan Mutu, Inspeksi (sebelum digunakan di Produksi)

- Karantina, Pelulusan dan Persetujuan

Untuk Obat Jadi

- Spesifikasi/Kode (Nomor) Produk

- Catatan (Produksi) Bets

- Prosedur Pengambilan Contoh

39
- Pengujian Pengawasan Mutu, Inspeksi (sebelum Pengiriman)

- Karantina, Pelulusan dan Persetujuan

- Transportasi & Penyimpanan, Masa Edar/Tgl Daluwarsa

• SPESIFIKASI

Rincian karakteristika kimiawi, fisik dan biologi dari bahan awal, bahan pengemas, produk antara,
produk ruahan dan obat jadi,yang digunakan sebagai kriteria menguji suatu bahan atau produk.

Untuk Bangunandan Fasilitas


- Pengoperasian Sistem(misalnya : - Pencucian (dan Sterilisasi ) Pakaian
Pengendalian Udara, Air, Uap Murni), - Pencucian (dan Sterilisasi) Peralatan
Perawatan dan Kalibrasi Kaca
- Pembersihan Fasilitas - Desinfeksi dan Fumigasi
- Monitor Lingkungan (Kerja) - Penanggulangan Hama
- Keluar – Masuk Ruang Bersih
- Mengenakan Pakaian (Kerja)
- Alur Produk
- Alur Bahan Awal
- Alur Personil
- Aliran Udara
- Alur dan PemusnahanLimbah

40
Untuk Peralatan ( Produksi & Pengawasan Mutu)
- Pengoperasian(Alat, Mesin)
- Pembersihan/ Sterilisasi (Surface,Clean-in-Place/CIP,Sterilize-in-Place/SIP,Clean-out-
Place/COP)
- Pembuatan Larutan Pembersih
- Penanganan Sisa Produk dan Bahan Pembersih
- Perawatan Preventif
- Kalibrasi
- Kalibrasi Alat Ukur yang Disertifikasi
- Pemantauan Pemakaian Alat
Untuk Produksi
- Dokumen Produksi Induk - Pengendalian-Selama-Proses ( Produksi )
- Prosedur Pengolahan Induk - Pembuatan Dapar Proses dan Larutan
- Catatan Pengolahan Bets - Pengambilan Sampel Lingkungan
- Prosedur Pengemasan Induk
- Catatan Pengemasan Bets
Untuk Pemberian Label dan Pengemasan
- KajiUlang & Pengendalian Label dan Kemasan
- Spesifikasi
- Perukunan (Rekonsiliasi) Label
- Tanggal Daluwarsa
Untuk Pengawasan Mutu
- Pengujian dan Pelulusan Obat Jadi
- Pengujian dan Pelulusan Produk Antara/Produk Ruahan
- Penentuan Kadar
- Sampel: Pengujian dan Pertinggal
- Protokol Ringkasan Hasil Uji Pengawasan Mutu (CoA)
- Studi Stabilitas
- Baku Pembanding dan Pengawasannya (Penyimpanan/Penanganan dan Pengujian)
- Resertifikasi/Rekalibrasi Peralatan Pengawasan Mutu
- Pembuatan Pereaksi dan Bahan utk. Uji Pengawasan Mutu
Untuk Pemastian Mutu
- Pembuatan Protap - Pelatihan (Teknik dan CPOB)
- Pengkajian / Peninjauan Catatan Bets - Laporan Reaksi (Obat)yang
- InspeksiDiri Merugikan
- Rencana Induk Validasi - Pengendalian Perubahan
- Persetujuan Protokol Validasi - Monitor Suhu Penyimpanan
- Penarikan Kembali Obat Jadi - Prosedur Distribusi Produk
- Penanganan Keluhan terhadap Obat Jadi - Catatan Distribusi
- Audit Kontraktor - Karantina, Pelulusan, Penolakan dan
- Audit Pemasok Penyimpanan
- Pengendalian, Revisi dan Distribusi
Dokumentasi
- Catatan mengenai Karyawan, Catatan
Kesehatan

41
Dokumen Spesifik
1. Prosedur Tetap( Protap )
Definisi :
Instruksi tertulis yang rinci untuk mencapai pelaksanaan yang sama / seragam dari suatu fungsi /
pekerjaan spesifik.
Instruksi tertulis yang rinci
menentukan
- cara melakukan suatu pengujian / prosedur administratif
- cara mengoperasikan suatu peralatan
- cara merawat suatu peralatan / fasilitas
- cara mengalibrasi suatu alat pengukur
menyatakan
- cara melakukan suatuhal
- cara memutakhirkan suatu hal
- cara merevisi suatu hal
menguraikan
- cara menulis
- cara merevisi
- cara menyetujui
- pengendalian distribusi Protap.
2. Dokumen Produksi Induk
Dokumen yang menguraikan:

- komposisi kualitatif dan kuantitatif suatu produk;


- standar/ spesifikasi dari tiap bahan awal dan bahan pengemas (primer);
- cara pembuatan;
- peralatan yang direkomendasikan; dan
- riwayat pengembangan formula produk tsb.

( Biasanya disusun oleh R & D)

3. Prosedur Pengolahan Induk

Dokumen yang menyatakan:

- bahan awal serta jumlahnya masing-masing yang harus digunakan dalam pengolahan satu bets
produk;
- uraian operasi pengolahan;
- uraian pengendalian-selama-proses yang diperlukan untuk memonitor langkah proses tertentu.

(Biasanya disusun oleh Unit Produksi)

4.Prosedur Pengemasan Induk

Dokumen yang menampilkan:

- daftar komponen / bahan pengemas serta jumlahnya masing-masing yang harus digunakan
untuk kemasan satu bets produk;
- uraian proses pengemasan;

42
- rincian pengendalian-selama-proses;
- instruksi mencakup cara mempersiapkan dan merakit bagian-bagian komponen.

(Biasanya disusun oleh Unit Produksi)

5.Catatan Pengolahan Bets

Dokumentasi yang diperlukan untuk menelusurisiklus pengolahan satu bets produk mulai dari
serah-terima dan penimbangan bahan awal berlanjut ke proses, pengendalian-selama-proses,
pengujian sampai transfer bets itu ke langkah berikut yaitu penyimpanan produk ruahan atau
pengemasan.(Dokumen ini harus disiapkan berdasarkan Prosedur Pengolahan Induk).

6.Catatan Pengemasan Bets

Dokumentasi yang menyatakan produk ruahan dan bahan pengemas yang digunakan, diperlukan
untuk menelusuri siklus pengemasan satu bets produkruahan mulai dari serah-terima berlanjut
ke proses, pengendalian-selama-proses, pengujian sampai transfer bets itu ke langkah berikut
yaitu penyimpanan obat jadi atau pengirima .

(Dokumen ini harus disiapkan berdasarkan Prosedur Pengemasan Induk).

(Pen)catatan

43
Jenis :
1. Catatan (Pengolahan/Pengemasan) Bets(order pendamping/ formulir permintaan)
2. Formulir-formulir Perusahaan
3. Buku Catatan Laboratorium
4. Lembaran Kerja Laboratoriun

Peraturan Membuat Pencatatan (Umum)


1. Selalu buat catatan, atau beri tanda tangan atau paraf setelah (atau langsung setelah) kegiatan
atau pembacaan dilakukan atau pemeriksaan dilaksanakan.
2. Orang yang memberikan tanda tangan atau paraf pemeriksa kedua adalah yang menegaskan
bahwa dia benar-benar telah menyaksikan kegiatan yang dilaksanakan (misalnya,
penimbangan), dan secara pribadi telah memeriksa.
3. Catatan selalu RAPI dan JELAS.
4. Kesalahanketika membuat suatuentri dalam suatu dokumen bukanlah tindakan kriminil.

Peraturan Membuat Pencatatan (bagi Semua Personil)


1. Catat seluruh informasi dan data hanya di atas dokumen yang ditentukan.
2. Laksanakan semua entri yang ditulis tangan sehingga mudahterbaca.
3. Isi seluruh ruangan kosong yang telah disediakan padacatatan,formulir, atau
lembar kerja.
4. Jangan pakai cabikan kertas atau lembaran “post it” untukmencatat rawdata
atau informasi apapun.
5. Jangan gunakan pensil atau “flair pen” pada kesempatan manapun.
6. Pakailah selalu pena berwarna hitam untuk mencatat data daninformasi.
7. Jangan gunakan “white out” untuk menghilangkan kesalahanpada angka atau
kata.
8. Jangan “timpa” huruf atau angka dengan tulisan baru.
9. Beri paraf (atau tanda tangan) dan tanggal di atas printout yang dilampirkan
ke suatu catatan.
10. Beri paraf (atau tanda tangan) dan tanggal pada fotokopi informasiutk. menjamin keasliannya;
cap hasil fotokopidengan cap yang digariskan (sesuai ketentuan dalamkebijakanperusahaan).
11. Semua kalkulasi dikaji ulang, diberi paraf dan tanggal olehpetugas kedua yang laik.
12. Catat semua penyimpangan - sesuai ketentuan dalam Protap - secara langsung.
13. Sorotkan (highlighting) suatu informasi.

Peraturan Membuat Catatan ( untuk Personil “Q” )


1. Catatlah selalu metode yang dipakai dan nomor revisinya, bila melakukan pengujian.
2. Tuliskan selalu asal-usul metode dalam suatu daftar bila menggunakan monograf dari suatu
sumber rujukan.
3. Lingkari dengan tinta merah semua Hasil Uji di Luar Spesifikasi( HULS = OOS).
4. Usahakan selalu agar semua entri yang dimasukkan ke dalam buku catatan, lembaran kerja
atau formulir Pengawasan Mutu dsb. dikaji ulang oleh seorang analis atau saintis yang laik
untuk menjamin ketelitian dan kebenaran.
5. Setelah menyelesaikan suatu pengujian atau suatu halaman, beri tanda tangan dan tanggal pada
halaman bersangkutan.
6. Kelanjutan atau penyelesaian buku catatan atau lembaran kerja harus benar dilakukan.
44
45
46
6.VALIDASI

Tujuan Pelatihan
Memahami : 1. Prinsip-prinsip kualifikasi dan validasi
2. Dokumen validasi
Validasi
• KUALIFIKASI
• VALIDASI METODE ANALISIS
• VALIDASI PEMBERSIHAN
• VALIDASI PROSES
• VALIDASI SISTEM KOMPUTERISASI
Output
Introduksi
Prinsip Dasar Pemastian Mutu (Quality Assurance) :
• Mutu, Keamanan, Kemanjuran
• Mutu tidak ditentukan hasil uji produk akhir
• Proses harus terkendali

Validasi
Input
Validasi atau Kualifikasi

• Suatu sistem harus dikualifikasi agar berfungsi dalam proses yang tervalidasi
• Suatu sistem dan / atau alat harus dikualifikasi
• Suatu proses harus divalidasi
Definisi
Indonesia / Asean :Suatu tindakan pembuktian dengan cara sesuai bahwa tiap bahan, proses,
prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang digunakan dalam produksi dan
pengawasan akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan/spesifikasi.

47
Validasi
Yang perlu disadari :
❖ Validasi tidak membuat suatu proses menjadi lebih baik
• Validasi memberi bukti bahwa suatu proses :
❑ telah (atau tidak) dibuat dengan baik dan
❑ terkendali
❖ Proses yang tidak baik , tidak dapat divalidasi
Ruang lingkup validasi
• Proses produksi
Input Kegiatan Output
❑ Rancangan produk
(Product design) ❑ Tahapan produksi
❑ Bahan awal
❑ Bangunan dan fasilitas, ❑ Produk akhir
Sistem sarana ❑ Metode pengujian
penunjang (kritis), - Kalibrasi alat uji Sesuai tujuan
Alat produksi penggunaan ?
- Rancang bangun dan
kinerja ❑ Penyimpanan / Sesuai keinginan
- Pembersihan Distribusi konsumen ?
- Kalibrasi
❑ Protap ❑ Protap ❑ Protap

Data kinerja produk

• Personalia (Pelatihan, Kualifikasi)


• Proses penunjang • Pengendalian Perubahan (Change Control)
• Validasi Ulang (Revalidasi)

Tahapan Validasi
• Kualifikasi Rancangan KR(Design Qualification DQ)
Proses melengkapi dan mendokumentasi kajian rancangan (design review) untuk meyakinkan
bahwa seluruh aspek mutu telah dipertimbangkan dan dikaji pada tahap perancangan.
• Kualifikasi Instalasi KI (Installation Qualification IQ)
Proses pemeriksaan instalasi untuk memastikan bahwa seluruh komponen memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dan telah dipasang secara tepat, kemudian bagaimana informasi
tersebut dicatat.
• Kualifikasi Operasional KO(Operational Qualification OQ)
Proses pengujian untuk memastikan bahwa masing-masing komponen/sistem dan/atau
kombinasi dari sistem tersebut berfungsi sesuai rancangan dan memenuhi kriteria kinerja yang
ditetapkan pada rentang operasional (“operating range”), dan bagaimana cara pengujiannya.
• Kualifikasi Kinerja KK(Performance or Process Qualification PQ)

48
Proses pengujian untuk memastikan bahwa masing-masing komponen/sistem dan/atau
kombinasi dari sistem tersebut berfungsi sesuai rancangan, memenuhi kriteria kinerja yang
ditetapkan serta menghasilkan produk yang diinginkan secara konsisten dan
berkesinambungan, dan bagaimana informasi tersebut dicatat.

Kualifikasi rancangan(Design qualification DQ)

49
Kualifikasiinstalasi (Installation qualification IQ)

Verifikasi order
Daftar periksa komponen
Periksa : (Check-list)
Atribut statis Sertifikat garansi
• Spesifikasi

Manual instalasi, gambar tehnik – verifikasi Protap operasional dan


Manual operasional dan perawatan perawatan
Asesori pengaman Program perawatan berkala
Sarana penunjang (Utilities) Pengendalian perubahan
Daftar kalibrasi instrumen (Change control)
Daftar sertifikasi Kalibrasi
Inspeksi (kondisi alat/sistem)

Kualifikasi instalasi IQ
• Dokumentasi dan Manual – Instalasi, Operasional & Perawatan
Item Spesifikasi Hasil Diperiksa oleh
(Pengamatan)

• Komponen (utama + product contact), Instrumen, Sarana Penunjang (Utilities) dan Lubrikan
Item Spesifikasi Hasil Diperiksa oleh
(Pengamatan)

50
• Kalibrasi dan Dokumen penunjang lain (mis. Sertifikat)
Item Spesifikasi Hasil Diperiksa oleh
(Pengamatan)

• Pemeriksaan instalasi, Penyambungan (ke sarana penunjang), Pengamanan, Kondisi


kebersihan, dll
Item Spesifikasi Hasil Diperiksa oleh
(Pengamatan)

Calibration
List all the instrumentation on the equipment and identify its criticality, if calibration was provided,
and if calibration will be routinely required
Instrument Critical ? Calibration Certificate Calibration
Yes / No Available ? Required ?
Yes / No Yes / No

Kualifikasioperasional(Operational Qualification OQ)

Periksa :
Atribut dinamis
• Fungsional
• Operasional

51
• Uji kinerja terhadap :
➢ Fungsi alat pengendali -kontrol-, indikator, monitor, instrumen
➢ Rentang operasional (“Operating range”)
➢ Kapasitas
➢ Asesori pengaman (alarm, interlock, bahan reject)
➢ Integrasi antara komponen sistem
• Inspeksi pembersihan dan sanitasi
• Kualifikasi operator

Kualifikasi operasional OQ
Pemeriksaan / Uji Metode pemeriksaan / Uji Hasil Kriteria
kualifikasi pemeriksaan / penerimaan
Uji

Fungsi pengendali Periksa untuk menentukan atau


(Controls) meng-verifikasi kontrol

• Alarm
• Saringan
• (Screens)
• Saklar
• (Switches)

Parameter Periksa untuk menentukan


operasional kemampuan pada rentang
operasional

• Kecepatan
• Kapasitas
• Suhu
• Tekanan

Plasebo Periksa kemampuan pada


kondisi operasional yang
ditetapkan

KualifikasikinerjaPerformance qualification PQ

52
Periksa :
Atribut dinamis
• Kualitas
produk akhir
kombinasi dari unsur-unsur di atas

Pendekatan validasi
• Prospective Validation (Validasi prospektif)
➢ Berdasarkan protokol validasi yang dirancang sebelumnya
• sebelum produk dipasarkan
• Concurrent Validation
53
➢ Berdasarkan data yang diperoleh selama proses terkini
• Produksi rutin
• Retrospective Validation (Validasi Retrospektif)
➢ Berdasarkan kajian dan analisis data historis
• Revalidation (Validasi ulang)
➢ Berdasarkan kajian data pengulangan validasi
• Periodik
• Perubahan signifikan

StrategiPengkajian Retrospektif Ref. Intertech Global Access

ValidasiUlang (Revalidasi)
Apabila terjadi perubahan signifikan :
• Bahan baku / Bahan kemas primer
– komponen / pemasok
• Formulasi / Proses
• Alat
• Lingkungan produksi dan sarana penunjang
• Metode pengujian / spesifikasi
• Kapabilitas proses
• Perangkat kontrol
Jenis dokumen validasi
• Rencana Induk Validasi (Validation Master Plan)
• Protokol Validasi (Validation Protocol)
• Laporan validasi (Validation Report)
RencanaInduk Validasi (Validation Master Plan)
1. Introduksi
▪ Filosofi, Kebutuhan, Kebijakan (Policy), Tujuan (Objective) perusahaan terhadap validasi
2. Struktur pengorganisasian dari kegiatan -kegiatan validasi

54
▪ Tanggungjawab Tim Validasi

TanggungjawabTim Validasi

❑ Quality Assurance
Koordinasi seluruh kegiatan validasi
• Rapat dan diskusi
• Penyusunan protokol
• Pemantauan proses
• Penyusunan dan analisis : data dan hasil pemeriksaan
• Penyusunan laporan
❑ Produksi
• Menyusun Protap proses pembuatan dan operasional mesin
• Mengerjakan seluruh tahap validasi sesuai protap proses pembuatan (manufacturing) dan
kualifikasi alat
• Mengumpulkan data proses pembuatan

❑ Pengemasan
• Menyusun Protap proses pengemasan dan operasional mesin
• Mengerjakan seluruh tahap validasi sesuai protap proses pengemasan dan kualifikasi alat
• Mengumpulkan data proses pengemasan
❑ Tehnik (Maintenance Engineering)
• Menyusun dokumentasi :
– Spesifikasi, pembatasan penggunaan, kapasitas, kalibrasi, perawatan (berkala)
• Memberi pelatihan operasional dan perawatan mesin
• Fasilitasi sarana penunjang (utilities) dan asesori lain untuk operasional mesin

55
• Melakukan kualifikasi instalasi dan operasional alat dan sistem sarana penunjang
❑ Bagian Pengawasan Mutu (Quality Control)
Fasilitasi :
• Pengambilan sampel, pemeriksaan / pengujian, dokumentasi hasil uji
• Pemeriksaan mikrobiologi
• Pemeriksaan kondisi lingkungan kerja
❑ Bagian Laboratorium R & D
• Menyusun :
– Protap metode pembuatan obat untuk divalidasi
• Menetapkan :
– Spesifikasi dan toleransi

Rencana Induk Validasi (Validation Master Plan)


3. Deskripsi (singkat) obyek validasi :
▪ Bangunan dan Fasilitas
▪ Peralatan
▪ Sistem
▪ Proses
4. Matriks Pendekatan Validasi
5. Matriks Perencanaan dan Penjadwalan Kegiatan ( termasuk prioritasi )

56
DESKRIPSI : BANGUNAN DAN FASILITAS
Design

DESKRIPSI : PERALATAN
Departemen : _______________

DESKRIPSI : H V A C
Departemen : _______________

57
PROGRAM VALIDASI
PROTOKOL DAN PROSEDUR UNTUK PRODUK SOLID

Kriteria Penerimaan
Civil Works 1. Sesuai desain
Kualifikasi Bangunan
2. Lantai licin, tanpa retak
Pemeriksaan 3. Cat utuh dan licin
1.Kesesuaian Fasilitas dengan desain 4. Dimensi sesuai desain
2. Lantai 5. Permukaan jendela licin, mudah dibersihkan
3. Penampilan pengecatan 6. Terpasang baik, rata dengan permukaan, lux sesuai
4. Dimensi ruangan 7. Sarana penunjang terpasang baik, berlabel dan tidak
5. Jendela, kalau ada bocor
6. Penerangan 8. Lokasi saluran sesuai desain
7. Sarana penunjang 9. Pintu dan interlock berfungsi sesuai desain
8. Saluran (drain)
9. Pintu dan interlock

Kualifikasi Sistem Sarana Penunjang (Utilities)


Udara Tekan Kriteria Penerimaan
1. Sistem terpasang sesuai design termasuk kalibrasi
(Compressed Air) 2. Peralatan kontrol, alarm memenuhi spesifikasi desain
Pemeriksaan 3. Sistem beroperasi pada rentang operasi yang ditetapkan
1. Lakukan IQ 4. Memberikan udara tekan kepada semua used points dan
2. Verifikasi peralatan kontrol sesuai tekanan ya
3. Operasikan sistem pada rentang operasi
yang ditetapkan 5. Dew point Max.00
6. Hydrocarbon Max. 1 ppm
4. Verifikasi sistem dapat menberikan udara 7. Partikulat viabel Max. 1 cfu / 10.cu.ft
tekan kepada semua titik pemakaian (used 8. Partikulat non-viabel Max. 100 / cu.ft (0,5
points) micron atau lebih)
5. Verifikasi kemampuan sistem memberikan
udara yang dibutuhkan
6. Lakukan pengukuran ‘dew point’
7. Lakukan pengukuran Hydrocarbon content
8. Lakukan pengukuran : Particle Count,
Micro count (sesudah melewati filter
steril) 58
Process Flow – Tablet Product
No. Process Stage Control Variables Test

1 Addition of Raw
materials
2 Milling Equipment Particle size
Screen size Particle size distribution
Mill Blade Speed Bulk density : loose &
Blade orientation tapped
Feed Rate
3 Granulation Equipment Loss on drying (LOD)
Granulation Assay of dry-mixed
appearance powders
Batch size
Blender speed
Volume of granulating
fluid
Feed rate
Granulation time
4 Drying Equipment : F B D Particle size / particle
Inlet / Outlet air size distribution
temperature Bulk density : loose &
Product temperature tapped
Dryng time LOD
Inlet air volume Assay
Inlet / Exhaust air Powder flow properties
humidity
Porosity filter bags
5 Blending Equipment Particle size
Blender load Particle size distribution
Blender speed Bulk density : loose &
Blending time tapped
Blend uniformity
6 Tablet Compression Equipment and Weigh control
Tooling Hardness & Thickness
Press speed Friability
Pre-compression force Disintegration
Compression force Dissolution
Feed rate Dose uniformity
Appearance

7 Tablet Coating Equipment Percent weight gain


Pan load & Speed Thickness
Inlet air volume Dissolution rate
Inlet / Exhaust air humidity Assay
Spray nozzle size Residual solvents
Spray rate/ pressure/ cycle Appearance
Proximity of load to spray
Coating suspension
viscosity

59
Rencana Induk Validasi (Validation Master Plan)
Memuat :
• Personalia
➢ Jumlah
➢ Kualifikasi dan pelatihan
• Pedoman validasi (Validation guidelines)
➢ Proses khusus (spesifik)
• Parameter uji dan luas lingkup pengujian
➢ Parameter uji khusus
• Metode analisis dan protokol pengujian
• Kriteria pelulusan (yang utama)
• Format dokumentasi
➢ Protokol
➢ Lembar kerja (worksheet)
➢ Laporan (report)
• Pengendalian perubahan (Change control)
• Persetujuan manajemen
• Daftar SOP
• Dokumen rujukan
Pengendalian perubahan(Change control)
• Sistem evaluasi dan dokumentasi untuk mengendalikan perubahan unsur apapun (lihat di
bawah) yang akan menyebabkan penyimpangan proses (process variation) sehingga dapat
mempengaruhi kualitas produk.
• Tujuan : Memastikan bahwa proses senantiasa berada dalam keadaan tervalidasi.
✓ Lokasi produksi
✓ Pasokan bahan baku
✓ Kemasan primer
✓ Peralatan
✓ Formulasi
✓ Sistem sarana penunjang kritis
✓ Metode pengujian
• Yang perlu dipertimbangkan sebelum dan sesudah pelaksanaan Pengendalian Perubahan
o Sifat perubahan (Signifikan ?)
o Kemungkinan dampak perubahan terhadap kualitas produk akhir
o Kemungkinan dampak perubahan terhadap dokumen registrasi yangtelah didaftarkan
o Perlu diinformasikan kepada pengguna produk ?
o Perlu dilakukan validasi ulang ?
ProtokolValidasi
Dokumen yang menguraikan mekanisme kegiatan yang akan dilaksanakan dalam rangka validasi
suatu proses, termasuk prosedur validasi, metode pengujian dan kriteria penerimaan atas hasil
validasi
❑ Kualifikasi alat / sistem (IQ + OQ)
• Fungsi
– Penggunaan alat / sistem

60
• Deskripsi
– Karakteristik desain, ciri-ciri peralatan utama untuk pengoperasian dan pengamanan,
gambar desain / skematik, pelistrikan
• (IQ) Pemeriksaan komponen dan sarana penunjang
Daftarkan alat pengoperasian dan alat pengaman yang akan di-inspeksi.
Lapor daftar alat dan catatan hasil inspeksi.
• (IQ) Pemeriksaan peralatan pengendali(Controls)
Fungsi, Indikator / Range, Ber-label.
Lapor hasil pemeriksaan
• Instalasi menurut :
➢ rekomendasi pembuat
➢ persyaratan perusahaan,
➢ peraturan pemerintah (dalam hal keselamatan kerja).
Lapor kesesuaian pemasangan
• (OQ) Pemeriksaan dan pengujian parameter
kritis dan fungsi
➢ Kalibrasi alat kontrol, fungsi alat pengaman, kesesuaian parameter pengoperasian
Sesuai kriteria penerimaan (acceptance criteria)
• Dokumentasi penunjang
➢ Gambar rancangan / konstruksi
➢ Manual perawatan (dari pembuat)
➢ Manual pengoperasian
➢ Sertifikat kualitas bahan konstruksi
➢ Skedul kalibrasi ulang
➢ Lembar kerja dan format laporan
➢ Protap (pengoperasian dan perawatan)
➢ Catatan pelatihan operator
• Hasil dan kesimpulan kualifikasi
• Tandatangan
➢ Operator, pemeriksa, persetujuan, otorisasi
❑ Validasi proses
• Judul
– identifikasi dari studi validasi : nama dan kode / nomor
• Lembaran (kolom) persetujuan
– tandatangan pejabat departemen yang menyetujui protokol
• Pendahuluan / Ruang lingkup
– uraian dari sistem dan proses yang akan divalidasi, dan alasan untuk validasi
• Tujuan (Objective)
– Uraian singkat maksud validasi dan sasaran yang hendak dicapai
• Prosedur
– metode pelaksanaan validasi secara lengkap, termasuk metode pengambilan sampel
dan metode pengujian. Sebutkan Protap yang digunakan
• Nama dan / atau jabatan Penanggungjawab
– untuk bagian-bagian pekerjaan validasi

61
• Kriteria penerimaan
– ukuran kualitatif dan kuantitatif yang mengindikasikan keberhasilan (atau tidak
berhasil) suatu proses atau sistem memenuhi persyaratan yang ditetapkan
• Lembar kerja
– format pencatatan hasil validasi, termasuk tandatangan pelaksana, pemeriksa dan yang
memberi persetujuan
Laporan validasi (Validation report)
• Judul
– Identitas alat/sistem/proses yang divalidasi beserta tanggal
• Kesimpulan
– Uraian singkat hasil validasi
• Prosedur
– Sebutkan protokol (Dilampirkan)
• Hasil
– Sebutkan laporan pengujian (Dilampirkan)
• Disposisi / Keputusan
– Kesimpulan akhir mengenai validasi yang dilaksanakan : Diluluskan / Ditolak
• Tandatangan otorisasi
– Tim validasi, QA / QC

62
Dokumenvalidasi

Studi kasus
1) Rencana penambahan / renovasi ruangan dan fasilitas produksi untuk pembuatan
produk cairan di pabrik yang ada dan sudah memiliki sistem pengolahan air untuk
proses
❖ Asumsi : Fasilitas lain di dalam pabrik telah dikualifikasi / validasi
2) Rencana pembuatan 1(satu) produk tablet (Obat baru) dalam pabrik yang juga
memproduksi 20 jenis produk tablet lain
❖ Asumsi : Menggunakan fasilitas produksi yang telahbdikualifikasi / divalidasi

Buat rencana validasi (dalam bentuk matriks) untuk proyek yang ditetapkan, dengan
memperhatikan :
• Ruang lingkup validasi
• Pendekatan validasi
• Daftar parameter kritis
• Pemeriksaan / pengujian yang dibutuhkan
• Kriteria penerimaan (Acceptance criteria)

63
7. AUDIT INTERNAL
INSPEKSI DIRI

AUDIT INTERNAL (INSPEKSI DIRI)


1. DASAR
Seluruh tata kerja dari setiap segi yang mungkin dapat berpengaruh pada jaminan mutu perlu
ditinjau kembali secara jujur dan obyektif.
2. TUJUAN
Untuk mengetahui dan menghindarkan cacat kerja ( yang kritis,berdampak besar, berdampak
kecil) untuk memastikan bahwasetiap langkah dalam pembuatan obat dilakukan secara
seksama.
3. LANGKAH OPERASIONAL
3.1. Pembentukan Tim Inspeksi Diri.
- Tim bertanggung jawab terhadap pihak yang ditunjuk untuk menerima tanggung jawab
(Manajer Pabrik /atau Direktur)
- Tim terdiri dari Ketua dan anggota, bergantian.
- Tim terdiri dari tenaga ahli dari komponen kerja di pabrik (Bagian Produksi, QC, Teknik
).
3.2. Pembuatan “Daftar Periksa Inspeksi Diri”.
Daftar ini berisi bagian bagian yang harus diperiksa ( targetinspeksi ) dan jadwal
pemeriksaan.
3.3. Pelaksanaan inspeksi.
3.4. Melakukan diskusi dan memutuskan hasil inspeksi.
3.5. Melaporkan hasil inspeksi.
3.6. Memonitor tindak lanjut terhadap bagian kerja yang harus melakukan perbaikan.

64
TIM INSPEKSI DIRI
1. SEKURANG-KURANGNYA TERDIRI DARI 3 ORANG ;
2. MEMPUNYAI PENGETAHUAN TENTANG CPOB DENGAN BAIK
3. BERASAL DARI LINGKUNGAN PEKERJAAN ATAU DARI LUAR LINGKUNGAN
PERUSAHAAN ;
4. INDEPENDENT DAN OBJEKTIF
5. DITETAPKAN OLEH MANAJEMEN ( MANAJER PABRIK ATAU DIREKTUR )

65
HAL – HAL YANG DIINSPEKSI
1. KARYAWAN ;
2. BANGUNAN ( Termasuk fasilitas untuk karyawan ) ;
3. PENYIMPANAN BAHAN AWAL DAN OBAT JADI ;
4. PERALATAN ;
5. PRODUKSI ;
6. PENGAWASAN MUTU ;
7. DOKUMENTASI ;
8. PERAWATAN GEDUNG DAN PERALATAN
JENIS CACAT
JENIS CONTOH
1. CACAT KRITIS a. Pencemaran silang bahan / produk ;
Cacat yang sangat mungkin b. Salah penandaan ;
berakibat penarikan kembali obat c. Bahan aktif tidak sesuai spesifikasi ;
dari peredaran atau menimbulkan d. Pembuatan dilakukan menurut proseduryang
reaksi fisiologis yang merugikan daluwarsa atau belum disetujui ;
konsumen. e. Produk steril ditempatkan terbuka di daerah non –
Cacat tersebut memberi dampak aseptik ;
yang berarti pada kekuatan, f. Karyawan yang belum terlatih bekerja didaerah
identitas, keamanandan kemurnian pengisian steril ;
produk. g. Air murni atau air untuk injeksi tercemar.

2.CACAT BERDAMPAK BESAR a. Peralatan utama tidak dikalibrasi atau di luar batas
Cacat yang dapat mempersingkat kalibrasi ;
masa jualatau masa pakai produk, b. Pemisahan bahan dalam karantina tidakmemadai
tetapi tidak membahayakan ;
pemakai.

66
c. Evaluasi tidak memadai terhadap proses produksi
yang berada di luar tingkatpengambilan
keputusan ;
d. Penyimpangan dalam proses tidak didokumentasi
dengan benar atau diselidiki ;
e. Operator tidak dilatih atau dibiasakan dengan
Prosedur Tetap ;
f. Perawatan pencegahan pada bagian kritis dari
sistem pengolahan air tidak dilakukansesuai
jadwal yang telah ditetapkan ;
g. Prosedur Tetap untuk pembersihan peralatan
tidak memadai ;
h. Tidak dilakukan inspeksi terhadap pabrik
penerima kontrak.
3. ACAT BERDAMPAK KECIL a. Ketidaklengkapan pengisian Catatan Bets ;
Cacat yang kecil pengaruhnya b. Gudang tidak dibersihkan sesuai jadwal ;
pada mutu atau penggunaan c. Permukaan dinding retak ;
produk. d. Koreksi terhadap kesalahan dokumentasi
tidak dilakukan dengan benar ;
e. Seragam kerja tidak dikenakan dengan benar.
f. Pengkajian kembali Prosedur Tetap terlewat ;
g. Penggunaan pita perekat pada mesin ;
h. Menggunakan larutan dapar yang daluwarsa.

67
8.Registrasi Obat

1.Persyaratan dan Evaluasi Persetujuan Prinsip

Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi


bahwa pengaturan yang komprehensif sangat diperlukan dalam mengantisipasi penerapan perdagangan
internasional di bidang farmasi, yang artinya dalam memproduksi obat dilakukan sesuai dengan ketentuan
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Permohonan persetujuan prinsip diajukan dengan memenuhi
kelengkapan sebagai berikut:
a. Surat Permohonan h. Fotokopi Surat Tanda Daftar Perusahaan
b. Fotokopi akta pendirian badan hukum yang i. Fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan
sah sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan j. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak

c. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk/ identitas k. Persetujuan lokasi dari pemerintah daerah
direksi dan komisaris perusahaan provinsi

d. Susunan direksi dan komisaris l. Persetujuan Rencana Induk Pembangunan


(RIP) dari Kepala Badan
e. Pernyataan direksi dan komisaris tidak
pernah terlibat pelanggaran peraturan m. Rencana investasi dan kegiatan pembuatan
perundang-undangan di bidang farmasi obat

f. Fotokopi sertifikat tanah/ bukti kepemilikan n. Asli surat pernyataan kesediaan bekerja
tanah penuh dari masing-masing apoteker
penanggung jawab produksi, apoteker
g. Fotokopi Surat Izin Tempat Usaha penanggung jawab pengawasan mutu, dan
berdasarkan Undang-Undang Gangguan (HO) apoteker penanggung jawab pemastian mutu
o. Fotokopi surat pengangkatan bagi masing- dan apoteker penanggung jawab pemastian
masing apoteker penanggung jawab produksi, mutu dari pimpinan perusahaan.
apoteker penanggung jawab pengawasan mutu,

Hal yang perlu diperhatikan dalam evaluasi persetujuan prinsip industri farmasi:
a. Surat permohonan
- Ditujukan kepada Menteri Kesehatan RI di Jakarta
- Lokasi/ alamat harus jelas
- Ditandatangani oleh Direktur atau Direktur yang ditunjuk atau dikuasakan menangani urusan-urusan
perizinan dari perusahaan tersebut
- Dibuat sesuai dengan lampiran pada Permenkes 1799/2010
b. Fotokopi akte pendirian badan hukum
- Perseroan Terbatas disahkan oleh Kementrian Hukum dan HAM
- Koperasi disahkan oleh Kementrian Koperasi
- Maksud dan tujuan dalam Akte tercantum Bidang Farmasi (PBF/ Obat-obatan)
c. Fotokopi KTP/identitas direksi dan komisaris perusahaan Semua yang tercantum dalam akte, sesuai
akte PT. (asli)
d. Susunan direksi dan komisaris
Sesuai yang tercantum dalam Akte Pendirian PT/ Koperasi, bila ada perubahan-perubahan yang
dilampirkan adalah susunan yang terakhir (oleh notaris).

68
e. Pernyataan direksi dan komisaris tidak pernah terlibat pelanggaran peraturan perundang-undangan di
bidang farmasi , Dibuat oleh semua yang tercantum dalam akte/ masing-masing di atas materai (asli) dan
jelas.
f. Fotokopi sertifikat tanah/bukti kepemilikan tanah
g.Harus jelas, sesuai lokasi.
h.Fotokopi surat izin tempat usaha berdasarkan UU Gangguan (Hinder Ordonantie)

.Alur Permohonan Persetujuan Prinsip Industri Farmasi

Gambar 1. Alur Permohonan Persetujuan Prinsip Industri Farmasi

Tata cara permohonan Persetujuan Prinsip Industri Farmasi:


a. Permohonan persetujuan prinsip diajukan kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan dan
kepala dinas kesehatan provinsi dengan menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam Formulir 1 terlampir.
b. Sebelum pengajuan permohonan persetujuan prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemohon wajib
mengajukan permohonan persetujuan Rencana Induk Pembangunan (RIP) kepada Kepala Badan dengan
menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam Formulir 2 terlampir.
c. Persetujuan Rencana Induk Pembangunan (RIP) diberikan oleh Kepala Badan dalam bentuk rekomendasi hasil
analisis Rencana Induk Pembangunan (RIP) paling lama dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja sejak
permohonan diterima dengan menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam Formulir 3 terlampir.
d. Permohonan persetujuan prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan dengan kelengkapannya.
e. Persetujuan prinsip diberikan oleh Direktur Jenderal paling lama dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah
permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima dengan menggunakan contoh sebagaimana tercantum
dalam Formulir 4 terlampir atau menolaknya dengan menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam Formulir
5 terlampir.
f. Pemohon izin industri farmasi dengan status Penanaman Modal Asing atau Penanaman Modal Dalam Negeri yang
telah mendapatkan Surat Persetujuan Penanaman Modal dari instansi yang menyelenggarakan urusan penanaman
modal, wajib mengajukan permohonan persetujuan prinsip sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal ini

g.- Dari tiap-tiap provinsi berbeda untuk penerbitan Undang-Undang gangguan : ada UUG atau ada SITU (Surat
Izin Tempat Usaha) yang dikeluarkan Bupati , Dikeluarkan sesuai izin yang berlaku setempat, alamat sesuai dan
masih berlaku.
h. Fotokopi Surat Tanda Daftar Perusahaan
- Jelas/sesuai alamat.

- Diterbitkan oleh Kepala Dinas Koperasi dan Perdagangan untuk DKI, mencantumkan nama PT dan alamat jelas,
masa berlaku 5 tahun.

69
- Untuk propinsi lain diterbitkan oleh Kepala Dinas Kantor Pendaftaran Perusahaan (Kop Dinas Perindustrian,
Perdagangan dan Koperasi), berlaku 5 tahun.
i. Fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan
- Untuk DKI, pemerintah Prop DKI, Dinas Koperasi dan Perdagangan nomor harus jelas.

- Diterbitkan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi untuk Kabupaten. Mencantumkan nama PT dan
alamat yang sama dengan domisili perusahaan.
- Jenis usaha sesuai : farmasi/ obat-obatan.

- Berlaku selama 5 tahun (diperpanjang)


j. Fotokopi NPWP , Harus jelas penulisan nomornya dan sesuai alamat perusahaan tersebut.
k. Persetujuan lokasi dari Pemerintah Daerah Provinsi , Disyahkan oleh Pemda setempat / Provinsi, Kab/Kota
dengan stempel
l. Rencana Induk Pembangunan (RIP) , Dikeluarkan oleh BPOM
m. Rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat
n. Asli surat pernyataan kesediaan bekerja penuh dari masing-masing Apoteker Penanggung Jawab Produksi,
Apoteker Penanggung Jawab Pengawasan Mutu, Apoteker Penanggung Jawab Pemastian Mutu

o. Fotokopi surat pengangkatan bagi masing-masing Apoteker Penanggung Jawab Produksi, Apoteker Penanggung
Jawab Pengawasan Mutu, Apoteker Penanggung Jawab Pemastian Mutu dari pimpinan perusahaan.

2.Persyaratan dan Evaluasi Izin Industri Farmasi

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri


Farmasi, pemohon yang telah selesai melaksanakan tahap persetujuan prinsip dapat mengajukan
permohonan izin industri farmasi. Surat permohonan izin industri farmasi harus ditandatangani oleh
direktur utama dan apoteker penanggung jawab pemastian mutu dengan kelengkapan sebagai berikut:
a. Fotokopi persetujuan prinsip Industri Farmasi i. Asli surat pernyataan kesediaan bekerja penuh dari
masing-masing apoteker penanggung jawab
b. Surat Persetujuan Penanaman Modal untuk produksi, Apoteker Penanggung Jawab Pengawasan
Industri Farmasi dalam rangka Penanaman Modal Mutu, Apoteker Penanggung Jawab Pemastian Mutu
Asing atau Penanaman Modal Dalam Negeri
j. Fotokopi surat pengangkatan bagi masing-masing
c. Daftar peralatan dan mesin-mesin yang digunakan Apoteker Penanggung Jawab Produksi, Apoteker
Penanggung Jawab Pengawasan Mutu, Apoteker
d. Jumlah tenaga kerja dan kualifikasinya
Penanggung Jawab Pemastian Mutu dari pimpinan
e. Fotokopi sertifikat upaya Pengelolaan Lingkungan perusahaan.
dan Upaya Pemantauan Lingkungan/ Analisis
k. Fotokopi ijazah dan Surat Tanda Registrasi
Mengenai Dampak Lingkungan
Apoteker (STRA) dari masing-masing Apoteker
f. Rekomendasi kelengkapan administratif izin Penanggung Jawab Produksi, Apoteker Penanggung
industri farmasi dari kepala dinas kesehatan provinsi Jawab Pengawasan Mutu, Apoteker Penanggung
Jawab Pemastian Mutu
g. Rekomendasi pemenuhan persyaratan CPOB dari
Kepala Badan l. Surat pernyataan komisaris dan direksi tidak
h. Daftar pustaka wajib seperti Farmakope Indonesia pernah terlibat, baik langsung atau tidak langsung
edisi terakhir dalam pelanggaran perundang-undangan di bidang
kefarmasian.

Dalam pengajuan izin industri farmasi, kelengkapan berkas yang perlu diperhatikan adalah sebagai
berikut:
a. Surat Permohonan
- Ditujukan kepada Menteri Kesehatan RI di Jakarta
- Lokasi/ alamat harus jelas
- Ditandatangani oleh Direktur atau Direktur yang ditunjuk atau dikuasakan menangani urusan-urusan
perizinan dari perusahaan tersebut
- Dibuat sesuai dengan lampiran pada permenkes 1179/2010

70
b. Nama Badan Hukum/PERUM/Koperasi , Sesuai dengan akte pendirian badan hukum
c. Nama Industri Farmasi,Sesuai dengan akte pendirian badan hukum
d. Alamat Industri Farmasi , Harus jelas dan sesuai dengan yang tertera pada izin prinsip atau
rekomendasi dari Dinas/Balai POM
e. Fotokopi persetujuan prinsip Industri Farmasi
Izin yang masih berlaku (masa berlaku 3 tahun)

Alur Permohonan Izin Industri Farmasi

Gambar 2. Alur Permohonan Izin Industri Farmasi

Tata Cara Permohonan Izin Industri Farmasi:


a. Pemohon yang telah selesai melaksanakan tahap persetujuan prinsip dapat mengajukan permohonan izin industri
farmasi.

b. Surat permohonan izin industri farmasi harus ditandatangani oleh Direktur Utama dan Apoteker penanggung
jawab pemastian mutu diajukan ke Kementerian Kesehatan beserta kelengkapannya.

c. Pemohon mengajukan surat permohonan ke Kementerian Kesehatan RI cq Direktur Jenderal dengan tembusan
kepada Kepala Badan dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat menggunakan contoh Formulir 7.

d. Paling lama dalam waktu 20 (dua puluh) hari kerja sejak diterimanya tembusan permohonan, Kepala Badan
melakukan audit pemenuhan persyaratan CPOB.

e. Paling lama dalam waktu 20 (dua puluh) hari kerja sejak diterimanya tembusan permohonan, Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi melakukan verifikasi kelengkapan persyaratan administratif.

f. Paling lama dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak dinyatakan memenuhi persyaratan CPOB, Kepala Badan
mengeluarkan rekomendasi pemenuhan
persyaratan CPOB kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan
pemohon dengan menggunakan contoh Formulir 8.

g. Paling lama dalam waktu 10 (sepuluh) hari sejak dinyatakan memenuhi kelengkapan persyaratan administratif,
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi mengeluarkan rekomendasi pemenuhan persyaratan administratif kepada Direktur
Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan dan pemohon dengan menggunakan contoh Formulir 9.

h. Paling lama dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja setelah menerima rekomendasi serta persyaratan lainnya,
Direktur Jenderal menerbitkan izin industri farmasi dengan menggunakan contoh Formulir 10.

3. Standar Operasional Prosedur Izin Industri Farmasi

1)Pemohon memasukkan berkas permohonan 2) Berkas yang lengkap dicatat;


di loket Unit Layanan Terpadu (ULT);

71
3) Pemohon membayar PNBP setelah berkas 10) Kasie mengevaluasi konsep izin tersebut;
lengkap;
11) Kasubdit melakukan verifikasi terhadap
4) Selanjutnya berkas diserahkan kepada TU; hasil konsep izin Kasie;

5) TU menyerahkan berkas kepada Kasubdit; 12) Untuk konsep izin yang sudah lengkap dan
benar dilakukan pengetikan/nett izin;
6) Kasubdit memberikan disposisi kepada
kepala seksi (Kasie) untuk bertanggung jawab 13) Konsep izin yang sudah dilakukan
terhadap proses penilaian izin; pengetikan/nett diserahkan ke Kasie untuk
dicek kembali dan diparaf;
7) Kasie memberikan disposisi kepada penilai
untuk dilakukan evaluasi; 14) Izin diserahkan ke subdit untuk dicek dan
diparaf, kemudian izin diserahkan ke direktur
8) Berkas yang tidak lengkap (jika masih untuk diparaf, selanjutnya diserahkan ke
terdapat kekurangan data yang diperlukan Dirjen. Berkas pemohon yang telah disetujui
dalam proses penilaian berkas) akan dan ditandatangani oleh Dirjen diberi nomor
dibuatkan surat tambahan data yang di dan tanggal pengeluaran izin. Izin yang telah
tandatangani oleh Direktur dan diserahkan selesai diberikan kepada pemohon sesuai
kepada pemohon untuk dilengkapi segera; dengan Tata Cara Pengambilan Izin.
9) Untuk berkas yang telah lengkap dilakukan
pembuatan konsep izin;

REGISTRASI • Import khusus


• BARU :katagori 1,2,3 Tata laksana Registrasi
• VARIASI: katagori 4,5,6 • Pra registrasi
• ULANG: katagori 7 • Registrasi
Obat yg dapat diregistrasi Dokumen registrasi :
• Obat import :produk ruah, produk jadi 1.Dok administratif, info produk, penandaan
• Obat produk dalam negri : produk sendiri, 2.Dok mutu
lisensi, kontrak 3. Dok non-klinik
Syarat 4. Dok. klinik
• Punya ijin industri farmasi Jalur evaluasi
• Sertifikat CPOB • 40 hari : obat khusus ekspor dan variasi
• Calon industri farmasi yg punya hasil minor
inspeksi MS • 100 hari :
Registrasi obat dalam negeri obat baru dan produk biologi life saving
• Lisensi obat baru dan produk biologi orphan drugs
• Kontrak obat baru dan produk biologi riset Indonesia
Registrasi obat import obat baru dan produk biologi program kes
• Program kesehatan masyarakat masy.
• Obat penemuan baru : Baru obat copy esensial generik
paten,originator,inovator Baru obat copy stinel
• Dibutuhkan tapi tak dapat diproduksi dalam Variasi mayor indikasi baru
negeri • Jalur 150 hari :
obat baru dan produk biologi, regist variasi
Registrasi obat narkotik mayor posologi baru dinegara
• Pendaftar dengan ijin khusus Menkes RI terharmonisasi
• Sesuai syarat dan tata cara berlaku obat baru dan produk biologi, regist variasi
Registrasi obat khusus ekspor mayor posologi baru disetujui paling
• Dalam negri khusus

72
sedikit di 3 negara yg dikenal baik sistem
evaluasinya
obat copy tanpa stinel

• Jalur 300 hari : diluar 100 dan 150 hari


• Masa berlaku ijin edar : 5 tahun

73
8. UTILITY
Pendahuluan
Dalam CPOB 2001, Bangunan, Sarana Penunjang dan Peralatan, masing-masing diatur dalam
aspek yang terpisah, sementara dalam penilaian pemenuhan CPOB terkini, ketiga aspek tersebut
tersebut adanya hubungan yang sangat erat satu sama lain sebagai satu kesatuan penunjang proses
produksi, termasuk sistem tata udara (HVAC) dan air untuk produksi (water system) serta Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Tujuan
Untuk mengetahui apakah bagian utility pada industri Lembaga Farmasi DITKESAD memenuhi
persyaratan CPOB.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Sistem Tata Udara ( Air Handling System/AHS )
2. Air Untuk Produksi (Water System)
3. Uap Air (Steam)
4. Sistem Udara Tekanan (Compressed Air)
5. Pengolahan air limbah (IPAL)
Sistem Tata Udara ( Air Handling System/AHS )
 Salah satu faktor yang menentukan kualitas obat adalah kondisi lingkungan tempat dimana
produk tersebut diproduksi.
 Faktor kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi kualitas produk, antara lain :
1. cahaya
2. suhu
3. kelembapan
4. kontaminasi mikroba
5. kontaminasi partikel
Oleh karena itu dalam CPOB diatur mengenai parameter-parameter yang harus diperhatikan dalam
ruang produksi.
KELAS CPOB 2001 CPOB 2012 AREA AKTIVITAS
RUANGAN ATAU
KELAS AREA

WHITE AREA Ia =KELAS 100 A HEPA H13 + LAF RUANG UNTUK AKTIVITAS
Ib=KELAS 100(-LAF) B HEPA H13 ATAU PENGOLAHAN STERIL
II=KELAS 10.000 C HEPA H14 LOKER WHITE

GREY AREA III =KELAS 100.000 D/E RUANG UNTUK AKTIVITAS ATAU
D=back up S PENGOLAHAN NON STERIL TERMASUK
(pre,medium,H14 PENGOLAHAN PRIMER, LOKER GREY
E= olah NS (pre
+medium filter)

BLACK AREA IV= KELAS > 100.000 F/G RUANG UNTUK AKTIVITAS : PENGEMASAN
F= kemas 2 SEKUNDER,
G= gudang CUCI BOTOL NS, LOKER BLACK, LABORATORIUM,
GUDANG, UTILITY,

74
Gambar 1.1 Pembagian ruang kelas industri farmasi (konsep hygiene)

Persyaratan standart ruang produksi :


1. Ruang kelas I (White Area): jumlah partikel (non patogen) ukuran ≥ Ø 0,5 µm maksimum
100/ft3
2. Ruang kelas II (Clean Area): jumlah partikel (non patogen) ukuran ≥ Ø 0,5 µm maksimum
10.000/ft3
3. Ruang kelas III (Grey Area): jumlah partikel (non patogen) ukuran ≥ Ø 0,5 µm maksimum
100.000/ft3
4. Ruang kelas IV (Black Area): jumlah partikel (non patogen) ukuran ≥ Ø 0,5 µm maksimum
100.000/ft3 (dengan ventilasi udara memadai).
Air Handling Unit (AHU)
AHU merupakan seperangkat alat yang dapat mengontrol suhu , kelembaban, tekanan udara,
tingkat kebersihan (jumlah partikel/mikroba), pola aliran udara, jumlah pergantian udara dan
sebagainya, di ruang produksi sesuai dengan persyaratan ruangan yang telah ditentukan
Alatyang terdapat pada AHU
1. Cooling coil (sering disebut dengan istilah evaporator)
fungsi : mengontrol suhu (temperature/(t)) dan kelembaban relatif (RH) udara yang akan
didistribusikan ke ruang produksi
2. Static pressure fan (blower)
fungsi : menggerakan udara disepanjang sistem distibusi udara yang terhubung dengannya
3. Filter
fungsi : mengendalikan dan mengontrol jumlah partikel dan mikroorganisme (partikel asing)
yang mengkontaminasi udara yang masuk kedalam ruang produksi
4. Ducting
fungsi : sebagai saluran tertutup tempat mengalirnya udara
Secara umum, ducting merupakan sebuah sistem saluran udara tertutup yang
menghubungkan blower dengan ruangan produksi, yang terdiri dari saluran udara yang masuk
(ducting supply) dan saluran udara yang keluar dari ruangan produksi dan masuk kembali ke
AHU (ducting return)
5. Dumper
fungsi : untuk mengatur jumlah (debit) udara yang dipindahkan ke dalam ruangan produksi

75
Air Untuk Produksi (Water System)
 Air merupakan salah satu aspek yang kritis (vital) dalam pelaksanaan c-GMP. Hal tersebut
disebabkan karena air merupakan bahan baku dalam jumlah besar, terutama untuk produk
sirup, obat suntik cair, cairan infus, dan lain-lain. Bila tercemar, beresiko sangat fatal bagi
pemakai (pasien) oleh karena itu sebelum air digunakan harus di olah terlebih dahulu
 Tujuan dari sistem pengolahan air untuk produksi adalah menghilangkan cemaran sesuai
dengan standart kualitas yang telah ditetapkan
Kualifikasi Air
 Grade I : Raw Water (RW)
fungsi : untuk pemadam kebakaran, menyiram tanaman, dan lain-lain
 Grade II : Potable Water (PW)
fungsi : cuci pakaian, cuci alat non-steril, pembersihanruangan, cuci tangan, kamar mandi, dan
lain-lain
 Grade III : Purified Water/Aquademineralisata
fungsi : cuci akhir container, produksi sirup / tablet/ coating, dan lain-lain
 Grade IV : Water for Injection (WFI)
fungsi : cuci akhir container sterile, cuci vial/ampul produksi sterile, dan laboratorium
Kualitas air yang digunakan untuk produksi, tergantung dari persyaratan air yang digunakan
produk yang dibuat
Standard air yang digunakan untuk produksi

Purified Water Wystem


Purified water terdiri dari :
1. Multimedia filter
fungsi :untuk menghilangkan lumpur, endapan dan partikel-partikel yang terdapat pada raw
water
2. Active carbon filter

76
fungsi : sebagai pre-treatment sebelum proses de-ionisasi untuk menghilangkan chlorine,
chloramine, benzene, pestisida, bahan-bahan organik, warna, bau dan rasa dalam air
3. Water Softener Filter
fungsi : untuk menghilangkan dan/atau menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat ion
Ca++ dan Mg++ yang menyebabkan tingginya tingkat kesadahan air
4. Reverse Osmosis
merupakan teknik pembuatan air murni (purified water) yang dapat menurunkan hingga 95%
Total Dissolve Solids (TDS) di dalam air
5. EDI (Electronic De-Ionization)
EDI merupakan perkembangan dari Ion Exchange system dimana sebagai pengikat ion (+) dan
(-) dipakai juga elektroda disamping resin
6. Looping system
untuk proses sirkulasi air selama 24 jam

Water for Injection (WFI)

Uap Air (Steam)


Fungsi : sebagai sumber panas (heater) yang digunakan untuk mengeringkan granul (dengan oven
maupun dengan fluid bed dryer) maupun untuk memasak air (dengan menggunakan double jacket
vessel) maupun digunakan dalam proses sterilisasi dengan menggunakan Autoclave

77
Sistem Udara Tekanan (Compressed Air)
Udara bertekanan diperoleh dengan menggunakan alat kompresor yang bekerja secara otomatis
dengan alat pressure switch. Kompresor juga dilengkapi dengan air dryer, main line filter, mist
separator dan micro mist separator. Instalasi kompresor ini digunakan hanya pada peralatan yang
memerlukan udara bertekanan.
Digunakan untuk menyemprotkan cairan, baik pada proses granulasi tablet maupun proses
penyalutan (coating).
Yang dipantau:
1. Dew point
2. Partikel
3. Oil content

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)


 Pada produksi obat non β-laktam, pengolahan limbah padat dilakukan dengan menggunakan
dust collector dimana limbah (debu) disedot dari ruang produksi dengan blower kemudian
dikumpulkan dalam kantong penampung
 Pada produksi β-laktam, pengolahan limbah terlebih dahulu diolah melalui air washer, dimana
limbah padat (debu-debu) disedot oleh blower dari ruangan yang berdebu seperti ruangan strip,
isi kapsul, cetak, coating, campur dan ruang isi sirup kering, kemudian disemprot dengan air
bertekanan 4 bar sehingga debu akan jatuh di bak penampungan.

Tahapan pengolahan air limbah di IPAL


Bak Sedimentasi Awal  Bak Sedimentasi ketiga (bak pengendapan
Bak Equalisasi akhir)
Bak Aerasi (Aeration Tank)  Bak Penampung cairan
Bak Clarifier  Bak bidang miring
Bak Koagulasi  Bak Kontrol
Bak Flokulasi

Listrik
Sumber listrik berasal dari PLN dengan daya sebesar lebih dari 1000 kW. Generator digunakan
sebagai cadangan.
Air
Sumber air bersih didapat dari
1. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)/city water yang diolah menjadi air baku farmasi
melalui instalasi pengolahan air. Pemilihan PDAM sebagai sumber air karena banyaknya
kandungan logam pada air tanah.
2. Air tanah, sumur artesis dalam (deep weel) : 80 – 120 m
Steam
 Air baku untuk menghasilkan uap panas → aqua demineralisata yang diberi tekanan → masuk
ke filter → ditampung di dalam tangki stainless steel untuk mensuplai steam generator . Air
dipanaskan melalui boiler hingga menjadi uap.
 Alat ini bekerja secara semi otomatik dengan alat-alat pengaman yang lengkap. Udara panas
yang dihasilkan dialirkan melalui pipa ke ruang-ruang produksi yang membutuhkannya
78
Sistem Tata Udara
 Sistem Tata Udara(STU) adalah sistem pengaturan udara yang berfungsi mengkondisikan
udara dalam ruangan produksi yang dilengkapi dengan sarana pengatur suhu dan kelembaban
 Tujuan dari sistem ini adalah untuk menyediakan aliran udara kering dan dingin yang tepat
untuk tiap-tiap ruangan produksi

PERSYARATAN
 Pergantian udara (air change) per jam
a. Untuk area produk steril
b. Untuk area produk non steril
c. Dapat ditentukan berdasarkan kapasitas blower dibandingkan dengan volume total
ruangan-ruangan yang dipasok.
 Jumlah partikel per feet kubik Dihitung dengan memakai particle counter
 Bebas bakteri patogen dilakukan terhadap udara yang keluar dari filter akhir.

PEMELIHARAAN
 Pemeriksaan kebersihan berkala dari komponen AHS meliputi : grill, rumah filter, filter.
 Pemeriksaan berkala terhadap kebocoran ducting dan filter-filter.

Unit Enviromental, Health, and Safety (EHS)

Unit EHS bertanggung jawab untuk meyakinkan bahwa semua kegiatan di pabrik sudah dilakukan
sesuai dengan EHSatau K3L (Keselamatan, Kesehatan kerja dan Lingkungan), sehingga tidak
membahayakan lingkungan, penduduk sekitar, dan juga pegawai, serta menjamin saran dan prasarana
untuk program EHS sudah tersedia. Program EHS Meliputi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
dan Program Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagi para karyawan (P2K3).

79
PT. xxx CATATAN

PENGOLAHAN BATCH Halaman 1 dari 7

PROSEDUR PENGOLAHAN BATCH No. 10.076.C Tanggal : 1 September 2017

MENGGANTI No. 10.076.B Tanggal : 1 Maret 2015

DISUSUN OLEH : DISETUJUI OLEH :

xxx Xxx xxx

Assisten Man. Produksi Manager Produksi Manager Pengawasan Mutu

Tanggal :

No. SPP : Tanggal Pengolahan :

Nama Produk : Lactas Calcii Tablet Mulai :

No. Batch : Selesai :

Besar Batch : 150.000 Tablet

Besar Kemasan : Pot berisi 1000 Tablet

I. KOMPOSISI

1 tablet 150.000 tablet ( 1 batch )

1. Lactas Calcii 480 mg 72 kg

2. Pulvis Sacchari 105 mg 15,75 kg

3. Sodium Benzoat 2 mg 0,3 kg

4. Magnesium Stearat 8 mg 1,2 kg

5. Talkum 8 mg 1,2 kg

6. Amylum Manihot 6 mg 0,9 kg

80
7. Pepermint Oil -- --

8. Alkohol -- --

9. Air Murni -- 15 l

609 mg 91,35 kg

* Air murni bukan merupakan komposisi pokok formula tetapi hanya sebagai pelarut

II. SPESIFIKASI

A. Pemerian : Tablet berbentuk bulat pipih, kedua permukaan agak cembung,

berwarna putih, dengan tanda ISB pada salah satu permukaannya

dan pada permukaan yang lain ada tanda garis ditengah.

- Diameter :  12 mm

- Bobot :  550 mg

- Ketebalan :  5 mm

- Kekerasan : 5-6 kg

- Kadar Trisulfa : Tablet mengandung kalsium laktat tidak kurang dari 94,0 %

dan tidak lebih dari 106,0 % dari jumlah yang tertera di etiket.

- Disolusi : Q = 75 % dalam 45 menit

B. Bahan - bahan :

Semua bahan aktif dan bahan pembantu yang dipakai harus memenuhi persyaratan

yang ditentukan dalam Farmakope Indonesia Ed IV.

81
No. SPP : Halaman 2 dari 7

Nama Produk : Lactas Calcii Tablet Tanggal Pengolahan :

No. Batch : Mulai :

Besar Batch : 150.000 Tablet Selesai :

Besar Kemasan : Pot berisi 1000 tablet

Nama P a r af

- Pakai pelindung pernafasan dan sarung tangan * ________ _______

- Ruangan dibersihkan menurut PROTAP No. * ________ _______

- Peralatan dibersihkan menurut PROTAP No. * ________ _______

- Wadah dibersihkan menurut PROTAP No. * ________ _______

- Kebersihan diperiksa * ________ _______

III. PENIMBANGAN Nama Nama

Tanggal : _________ ________

TT. TT.

_________ ________

No. Nama Bahan Jlh Teoritis Jlh Nyata Paraf Paraf

1. Calcium Lactas 72 kg ** ***

Nama Pabrik :

No. Batch :

2. Pulvis Sacchari 15,75 kg ** ***

Nama Pabrik :

No. Batch :

3. Sodium Benzoat 0,3 kg ** ***

Nama Pabrik :

No. Batch :

4. Magnesium Stearat 1,2 kg ** ***

Nama Pabrik :

82
No. Batch :

5. Talkum 1,2 kg ** ***

Nama Pabrik :

No. Batch :

6. Amylum Manihot 0,9 kg ** ***

Nama Pabrik :

No. Batch :

7. Pepermint Oil --- ** ***

Nama Pabrik :

No. Batch :

8. Alkohol --- ** ***

Nama Pabrik :

No. Batch :

Catatan : * : bagian Quality Control ** : petugas penimbangan ***: pengawas produksi

83
No. SPP : Halaman 3 dari 7

Nama Produk : Lactas Calcii Tablet Tanggal Pengolahan :

No. Batch : Mulai :

Besar Batch : 150.000 Tablet Selesai :

Besar Kemasan : Pot berisi 1000 tablet

Nama P a r af

- Pakai pelindung pernafasan dan sarung tangan * ________ _______

- Ruangan dibersihkan menurut PROTAP No. * ________ _______

- Peralatan dibersihkan menurut PROTAP No. * ________ _______

- Wadah dibersihkan menurut PROTAP No. * ________ _______

- Kebersihan diperiksa * ________ _______

IV. PEMBUATAN LARUTAN PENGIKAT Nama Nama

Tanggal : _________ ________

- Larutkan dalam air murni dingin 15 liter TT. TT.

Sodium Benzoat = 0,3 kg _________ ________

** ***

- Aduk hingga larut _________ ________

V. PENCAMPURAN Nama Nama

Tanggal : _________ ________

TT. TT.

Campur bahan berikut dalam mesin SUPER MIXER SHK-220 B _________ _____

Nama Bahan Jumlah Paraf Paraf

Calcium Lactas 72 kg ** ***

Pulvis Sacchari 15,75 kg ** ***

Jumlah 87,75 kg ** ***

Lama pencampuran 20 menit. ** ***

Mulai jam ________ s/d jam ________ = ________ menit _________ ________

84
VI. GRANULASI BASAH Nama Nama

Tanggal : _________ ________

- Setelah pencampuran V mencapai 20 menit, dilanjutkan penambahan larutan TT. TT.

pengikat sedikit demi sedikit. Diuli sampai terjadi massa liat gembur dalam _________ ________

mesin SUPER MIXER SHK 220 B. ** ***

- Campuran V, Larutan Pengikat IV _________ ________

- Waktu penguli 5 menit ** ***

Nyata : mulai jam ______ s/d jam ______ = ______ menit _________ ________

VII. PENGAYAKAN BASAH Nama Nama


_________ ________
TT. TT.

- Lewatkan massa liat gembur lewat mesin WET GRANULATOR


dengan memakai ayakan.
Tanggal _____________ ** ***
Mesh 10. Jam _____ s/d jam _____ = _____ Jam _________ ________
Tanggal _____________ ** ***
Mesh 16. Jam _____ s/d jam _____ = _____ Jam _________ ______

Catatan : * : bagian Quality Control ** : petugas produksi ***: pengawas produksi

85
No. SPP : Halaman 4 dari 7

Nama Produk : Lactas Calcii Tablet Tanggal Pengolahan :

No. Batch : Mulai :

Besar Batch : 150.000 Tablet Selesai :

Besar Kemasan : Pot berisi 1000 tablet

Nama P a r af

- Pakai pelindung pernafasan dan sarung tangan * ________ _______

- Ruangan dibersihkan menurut PROTAP No. * ________ _______

- Peralatan dibersihkan menurut PROTAP No. * ________ _______

- Wadah dibersihkan menurut PROTAP No. * ________ _______

- Kebersihan diperiksa * ________ _______

VIII. PENGERINGAN GRANULAT Nama Nama

Tanggal : _________ ________

- Keringkan granulat basah dengan mesin pengering FLUIDBED TT. TT.

DRYER FL. 120 B. _________ ________

a. Pemanasan awal

Tujuan supaya granul basah tidak lengket pada dinding mesin

Mesin dipanaskan dalam keadaan kosong (tanpa granul) selama  15 menit,

atau setelah air intake temp mencapai  60c dapat diketahui dengan meraba ** ***

dinding mesin, yang sudah terasa panas _________ ________

b. Pemanasan Granul

Setelah mesin dipanaskan, granul dimasukkan dan pemanasan ** ***

dilanjutkan sesuai PROTAP No. ___________ _________ ________

Terhitung sejak material temperatur mencapai 50C.


Lama pemanasan ______ menit. ** ***
Mulai jam ________ s/d jam ________ = ________ menit _________ ________
- Interval pengocokan filter tiap _______ menit
- Lama pengocokan _______ detik ( ________ ) kali
- Diamkan  30 menit sebelum pengambilan sampel, ** ***

86
untuk pemeriksaan ke laboratorium. _________ ________
PEMERIKSAAN DALAM PROSES : . ** ***
Susut Pengeringan Standard 4,5 - 5%, Nyata ____________ _________ ________
IX. PENGAYAKAN KERING Nama Nama

Tanggal : _________ ________

TT. TT.

_________ ________

- Lewatkan granulat kering VIII melalui ayakan mesh 10. ** ***

Jam ________ s/d jam ________ Total = ________ jam _________ _______

X. KALIBRASI Nama Nama

Tanggal : _________ ________

Timbang hasil granulat kering menjadi dua bagian yang sama banyak TT. TT.

Bagian I No. Bagian II No. _________ ________

Bruto ____________ kg Bruto ____________ kg

Tara ____________ kg Tara ____________ kg ** ***

Netto ____________ kg Netto ____________ kg _________ ________

Hasil teoritis = ___________ kg

Penambahan dari batch _______ = ___________ kg

Hasil nyata bag.I + bag. II = ___________ kg _____ % ** ***

Batas hasil _________________ = ___________ kg (97 - 100%) _________ ________

- Beritahu pada Supervisor/controller apabila hasil nyata diluar Batas Hasil ** ***

- Langkah berikutnya diteruskan atas persetujuan supervisor/controller _________ ________

- Keputusan Supervisor / Controller : ________

Catatan : * : bagian Quality Control ** : petugas produksi ***: pengawas produksi

87
No. SPP : Halaman 5 dari 7

Nama Produk : Lactas Calcii Tablet Tanggal Pengolahan :

No. Batch : Mulai :

Besar Batch : 150.000 Tablet Selesai :

Besar Kemasan : Pot berisi 1000 tablet

Nama P a r af

- Pakai pelindung pernafasan dan sarung tangan * ________ _______

- Ruangan dibersihkan menurut PROTAP No. * ________ _______

- Peralatan dibersihkan menurut PROTAP No. * ________ _______

- Wadah dibersihkan menurut PROTAP No. * ________ _______

- Kebersihan diperiksa * ________ _______

XI. LUBRIKASI Nama Nama

Tanggal _________ ________

- Untuk lubrikasi 1 batch dibagi menjadi 2 bagian yang sama TT. TT.

banyak guna menyesuaikan dengan kapasitas mesin. _________ ________

- Campur masing-masing bagian dalam mesin V-MIXER GHJ 300

Nama Bahan Jumlah bagian I Jumlah bagian II Paraf Paraf

Granulat kering __________ kg __________ kg ** ***

Talkum 0,6 kg 0,6 kg ** ***

Magnesium Stearat 0,6 kg 0,6 kg ** ***

Amylum Manihot 0,45 kg 0,45 kg ** ***

Pipermint Oil 0,030 lt 0,030 lt ** ***

Jumlah Total __________ kg __________ kg ** ***

- Penambahan dari batch no ___________ = _________ kg

- Lama pencampuran 10 menit untuk setiap kali pencampuran.

- Pencampuran I. Tanggal ___________ ** ***

Jam ______ s/d jam _____ = ______ menit _________ ________

- Pencampuran II. Tanggal ___________ ** ***

Jam ______ s/d jam _____ = ______ menit _________ ________

88
Timbang hasil pencampuran :

Bagian I Bagian II

Bruto ____________ kg Bruto ____________ kg

Tara ____________ kg Tara ____________ kg ** ***

Netto ____________ kg Netto ____________ kg _________ ________

Hasil nyata bag.I + bag. II = ___________ kg _____ % ** ***

Batas hasil _________________ = ___________ kg (97 - 100%) _________ ________

- Beritahu pada Supervisor / Controller apabila hasil nyata diluar Batas Hasil ** ***

- Langkah berikutnya diteruskan atas persetujuan supervisor / controller _________ ________

- Keputusan Supervisor / Controller : ________

XII. PENCETAKAN TABLET Nama Nama

Tanggal : ________ ________

- Cetak granulat kering XI menjadi tablet bulat.

- Sesuai dengan spesifikasi II dengan memakai mesin pencetak

tablet Manesty Punch 16 ** ***

- Jalankan mesin sesuai dengan PROTAP No. __________ ________ ________

- Periksa mengenai Diameter =  15 mm

Ketebalan =  5 mm

Kekerasan = 5-6 kg

Bobot per 10 tablet = 5,5 g ** ***

Disolusi = Q = 75% dalam 45 menit ________ ________

Catatan : * : bagian Quality Control ** : petugas produksi ***: pengawas produksi

89
No. SPP : Halaman 6 dari 7

Nama Produk : Lactas Calcii Tablet Tanggal Pengolahan :

No. Batch : Mulai :

Besar Batch : 150.000 Tablet Selesai :

Besar Kemasan : Pot berisi 1000 tablet

Nama P a r af

- Pakai pelindung pernafasan dan sarung tangan * ________ _______

- Ruangan dibersihkan menurut PROTAP No. * ________ _______

- Peralatan dibersihkan menurut PROTAP No. * ________ _______

- Wadah dibersihkan menurut PROTAP No. * ________ _______

- Kebersihan diperiksa * ________ _______

- Sampling sebanyak 26 tablet ke bagian laboratorium. ** ***

- Apabila telah ada persetujuan Q.C. ________ ________

Pencetakan dilanjutkan dan periksa setiap 15 menit mengenai ** *

bobot dan kekerasan tablet. ________ ________

- Pencetakan tablet :

Hari I Tanggal ________ Jam _____ s/d jam _____ = ____ jam

Hari II Tanggal ________ Jam _____ s/d jam _____ = ____ jam ** ***

Total = ____ jam ________ ________

Mesin Tablet Manesty PUNCH 16 Nama Operator __________

Hari I Tanggal _____________

N Jam Berat Kekerasan No. Jam Berat Kekerasa Paraf Paraf


o n
10 (Kg) 10 tab(g)
tab(g) (Kg)

1 8.30 19 13.00 ** ***

2 8.45 20 13.15

3 9.00 21 13.30

4 9.15 22 13.45

90
5 9.30 23 14.00

6 9.45 24 14.15

7 10.00 25 14.30

8 10.15 26 14.45

9 10.30 27 15.00

10 10.45 28 15.15

11 11.00 29 15.30

12 11.15 30 15.45

13 11.30 31 16.00

14 11.45 32 16.15

15 12.00 33 16.30

16 12.15 34 16.45

17 12.30

18 12.45

Catatan : * : bagian Quality Control ** : petugas produksi ***: pengawas produksi

91
No. SPP : Halaman 7 dari 7

Nama Produk : Lactas Calcii Tablet Tanggal Pengolahan :

No. Batch : Mulai :

Besar Batch : 150.000 Tablet Selesai :

Besar Kemasan : Pot berisi 1000 tablet

Nama P a r af

- Pakai pelindung pernafasan dan sarung tangan * ________ _______

- Ruangan dibersihkan menurut PROTAP No. * ________ _______

- Peralatan dibersihkan menurut PROTAP No. * ________ _______

- Wadah dibersihkan menurut PROTAP No. * ________ _______

- Kebersihan diperiksa * ________ _______

Mesin Tablet Manesty PUNCH 16 Nama Operator __________

Hari II Tanggal _____________

N Jam Berat Kekerasan No. Jam Berat Kekerasa Paraf Paraf


o n
10 (Kg) 10 tab(g)
tab(g) (Kg)

1 8.30 18 12.45 ** ***

2 8.45 19 13.00

3 9.00 20 13.15

4 9.15 21 13.30

5 9.30 22 13.45

6 9.45 23 14.00

7 10.00 24 14.15

8 10.15 25 14.30

9 10.30 26 14.45

10 10.45 27 15.00

11 11.00 28 15.15

12 11.15 29 15.30

13 11.30 30 15.45

92
14 11.45 31 16.00

15 12.00 32 16.15

16 12.15 33 16.30

17 12.30 34 16.45

XIII. REKONSILIASI HASIL Nama Nama

Tanggal : ________ _________

- Timbang hasil pencetakan tablet XII didalam wadah yg dilapisi kantong plastik TT. TT.

Wadah I No. _________ Wadah II No. ________ _________ ________

Bruto ____________ kg Bruto ____________ kg

Tara ____________ kg Tara ____________ kg ** ***

Netto ____________ kg Netto ____________ kg ________ _______

- Hasil teoritis = __________ kg 150.000 tablet

Hasil nyata teoritis wadah I+II = __________ kg _________ tablet *** *

Batas hasil _________________________ kg (91 - 100 %) _________ ________

- Beritahu pada supervisor bila hasil nyata diluar batas hasil

- Langkah berikutnya atas persetujuan supervisor / controller ***

- Keputusan Supervisor / Controller : ________

- Pengambilan sampel oleh bagian pengawasan mutu menurut *** *

PROTAP No. __________ _________ ________

- Tablet yang telah dicetak disimpan dalam wadah yang tertutup rapat, ** ***

penandaan dengan label yang lengkap (nama, no. batch dan jumlah) _________ ________

- Kirim ke ruang produk setengah jadi, untuk selanjutnya menunggu pengemasan ** ***

- Paraf Buku Serah Terima pada ruang Produk Setengah Jadi _________ ________

Catatan : * : bagian Quality Control ** : petugas produksi ***: pengawas produksi

93
Contoh formula

Parasetamol 500 mg

Laktosa 21.5 mg

Ca sulfat 21.5

Pengikat (HPC, MC, PVP, starch) 6%

Mg stearat 0.5%

Toughness adalah kemampuan untuk menyerap energi tanpa terjadi fraktur

37.5 75 86

HPC baik baik baik

Metilselulosa cukup cukup cukup

PVP caping caping no tablet

Starch caping caping no tablet

94

Anda mungkin juga menyukai