Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Teknologi Pendidikan

Vol: 07/02 Desember 2019.


Online ISSN: 2622-4283, Print ISSN: 2338-9184

http://doi.org/10.31800/jtp.kw.v7n2.p91--103

PENGEMBANGAN E-MODUL IPA BERBASIS


PROBLEM BASED LEARNING UNTUK
MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA
Developing Science E-Module Based on Problem-Based Learning
to Improve Students Scientific Literacy

Febyarni Kimianti1, Zuhdan Kun Prasetyo2


12Pendidikan Sains Universitas Negeri Yogyakarta
Jl. Colombo No.1, Karang Malang, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta
Pos-el: febyarnikimianti.2017@student.uny.ac.id1, zuhdan@uny.ac.id2

INFORMASI ARTIKEL ABSTRACT:


Riwayat Artikel The limitations of print media such as student books in the
Diterima : 26 Juni 2019 effectiveness of their use open opportunities for the
Direvisi : 29 Juli 2019 integration of supplementary teaching material with the
Disetujui : 15 Agustus 2019
latest information technology to support the achievement of
21st-century skills, one of which is scientific literacy
through an E-module. This study aims to develop PBL
Keywords: based science e-modules to improve students science literacy
Science E-module, Problem Based skills. Emodule can be used as an alternative source of
Learning, scientific literacy practical and contextual learning because it can be used
anywhere and the material presented is relevant to real life.
Kata kunci: This research is research and development, adapting the
E-modul IPA, Problem-based ADDIE (analyze, design, development, implement and
Learning, Literasi Sains evaluate). Based on experts judgments and limited testing,
of PBL based science e-module and instrument scientific
literacy are feasible to apply in science learning to improve
scientific literacy.

ABSTRAK:
Keterbatasan media cetak seperti buku teks pelajaran
siswa dalam keefektifan penggunaannya membuka
peluang bagi pengintegrasian sebuah suplemen bahan
ajar dengan teknologi informasi terkini guna
mendukung ketercapaian keterampilan abad 21. Salah

K-JTP: Vol.07, No.02/Desember 2019/hal: 91 – 103. 91


satunya adalah literasi sains dengan melalui sebuah E-
modul berbasis PBL. E-modul tersebut dapat dijadikan
sebagai alternatif sumber belajar yang praktis dan
kontekstual karena dapat digunakan dimana saja dan
materi yang disajikan relevan dengan kehidupan
nyata. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan
e-modul IPA berbasis PBL untuk meningkatkan
kemampuan literasi sains. Penelitian ini ialah
penelitian pengembangan, mengadaptasi model
ADDIE (analyze, design, development, implement dan
evaluate). Penelitian ini dilakukan sampai tahap
development. Berdasarkan penilaian ahli dan uji coba
terbatas, e-modul IPA berbasis problem-based learning
dan soal literasi sains layak untuk digunakan
diterapkan dalam pembelajaran IPA untuk
meningkatkan kemampuan literasi sains.

PENDAHULUAN cepat. Indonesia terhadap


Kemajuan ilmu pengetahuan dan keterampilan abad 21 tersebut
teknologi memberi pengaruh difasilitasi dalam dunia pendidikan
terhadap perkembangan pendidikan melalui Kurikulum 2013. Saat ini
di dunia, khususnya di Indonesia. Indonesia gencar dalam
Sejalan dengan kemajuan teknologi mengembangkan kurikulum 2013
dan informasi, perkembangan dalam yang dirancang sebagai kurikulum
dunia pendidikan harus mengalami nasional, yang mana kurikulum
perubahan yang lebih baik pula. tersebut sebagian telah digunakan
Berkaitan dengan hal tersebut, oleh sekolah yang ada di Indonesia.
perkembangan dunia pendidikan (Fauziah, Abdullah, & Hakim, 2013).
menuntut guru harus tahu bagaimana Kurikulum 2013
cara mengemas pembelajaran menitikberatkan pada pedagogik
menjadi lebih menarik dan modern dengan menerapkan scientific
keterampilan-keterampilan yang appoach. Scientific approach
diperlukan peserta didik pun dapat (pendekatan saintifik) meliputi
terfasilitasi pada abad 21 ini. Abad 21 kegiatan mengamati, menanya,
merupakan era dimana dinamika mencoba,menyajikan, menyimpulkan,
pertumbuhan ilmu pengetahuan, dan mencipta untuk semua mata
teknologi, dan sosial terjadi sangat pelajaran. Pemerintah dalam
Peraturan Menteri Pendidikan dan

K-JTP: Vol.07, No.02/Desember 2019/hal: 91 – 103. 92


Kebudayaan Nomor 65 tahun 2013 didik, bahan ajar akan membantu
tentang Standar Proses mereka dalam menguasai kompetensi
merekomendasikan model pembelajaran. Pemerintah telah
pembelajaran yang sesuai untuk berupaya memenuhi kebutuhan
diimplementasikan berdasarkan bahan ajar Kurikulum 2013 dengan
Kurikulum 2013 yaitu salah satunya menyediakan Buku Guru dan Buku
model problem-based learning Siswa. Ketersediaan Buku Guru
(Permendikbud, 2013). Problem-based bertujuan sebagai pedoman minimal
learning merupakan metode bagi guru dalam melaksanakan
pembelajaran yang menjadikan siswa proses pembelajaran berdasarkan
sebagai pusat dalam pembelajaran Kurikulum 2013, sedangkan Buku
melalui pemecahan masalah yang Siswa merupakan buku yang
tidak terstruktur (Torp & Sage, 1997). disediakan untuk membantu peserta
Problem-based learning membantu didik dalam proses belajar dan
konstruksi pengetahuan saat siswa menguasai kompetensi yang
mengaktifkan pengetahuan diharapkan. Berdasarkan analisis
sebelumnya dalam diskusi awal terhadap Buku Guru dan Buku Siswa
(Schmidt, De Volder, De Grave, yang telah dilakukan, kompetensi
Moust, & Patel, 1989). Adapun keterampilan abad 21 yang penting
langkah-langkah dari problem-based untuk dikuasai peserta didik belum
learning adalah mengorientasi siswa sepenuhnya dimunculkan. Buku
pada masalah, mengorganisasi siswa Siswa dalam bentuk cetak juga
untuk belajar, membimbing memiliki keterbatasan dalam
melakukan investigasi atau penyajian materi. Keterbatasan media
pengalaman secara individu maupun cetak membuka peluang bagi
kelompok, mengembangkan dan pengintegrasian sebuah suplemen
menyajikan hasil karya dan analisis bahan ajar dengan teknologi
dan evaluasi proses pemecahan informasi terkini guna mendukung
masalah. ketercapaian keterampilan abad 21
Selain itu, sumber belajar melalui Buku Siswa. Bahan ajar yang
berupa bahan ajar merupakan salah dikembangkan sebaiknya dapat
satu unsur penting dalam digunakan secara mandiri dan mudah
terbentuknya sebuah pembelajaran. diakses oleh peserta didik. Modul
Keberadaan bahan ajar akan dapat menjadi salah satu bentuk
membantu guru mendesain bahan ajar yang dikembangkan
pembelajaran, sedangkan bagi peserta karena modul memiliki lima

K-JTP: Vol.07, No.02/Desember 2019/hal: 91 – 103. 93


karakteristik utama yang menjadi ilmiah untuk memecahkan masalah
kelebihannya yaitu self-instructional individu dan isu pada masyarakat
(memfasilitasi belajar mandiri), self- agar dapat berperan menjadi sumber
contained (memuat seluruh materi), daya manusia yang baik dengan
stand-alone (tidak bergantung pada ditunjukkan sikap melek sains. Salah
bahan ajar lain), adaptif, dan use satu kunci dalam menghadapi
friendly (mudah digunakan) tantangan abad 21 ialah melek sains
(Departemen Pendidikan Nasional, (science literacy) yaitu kemampuan
2008). Sebagai upaya dalam individu dalam memahami maupun
menyesuaikan perkembangan jaman mengaplikasikan konsep sains dalam
modul dibuat dalam bentuk kehidupan nyata. Literasi sains
elektronik sehingga lebih praktis dan (scientific literacy) saat ini dapat
efisien. Hal ini sejalan dengan menjadi tuntunan yang harus dimiliki
penelitian yang dilakukan oleh oleh setiap individu baik dalam
Warsita (2017) tentang sebuah bentuk kehidupan sehari-hari maupun dalam
pengembangan teknologi dalam dunia kerja. Individu yang beliterasi
pembelajaran harus menghasilkan sains dapat mendaya gunakan
produk-produk salah satunya adalah informasi ilmiah yang dimilikinya
media belajar yang dijadikan sebagai untuk mengatasi masalah dalam
sumber pembelajaran. (Dwiningsih, kehidupan sehari-hari.
Sukarmin, Muchlis, & Rahma, 2018) OECD (Organisation for
menambahkan bahwa generasi global Economic Co-operation and
ini sangat peka terhadap teknologi, Development) ialah sebuah organisasi
artinya mereka memiliki keunggulan internasional yang concern pada
kemampuan dalam pemanfaatan perkembangan dunia pendidikan
teknologi untuk mengembangkan internasional. OECD secara berkala
pengetahuan. Potensi besar ini melakukan Programme for International
seharusnya dimanfaatkan secara Student Assesstment (PISA) pada
maksimal oleh guru agar setiap tiga tahun sekali. Salah satu
pembelajaran bisa dilaksanakan aspek yang dinilai PISA ialah literasi
secara terarah dan efektif. sains peserta didik. Indonesia
Selain itu, dalam era merupakan salah satu negara yang
globalisasi pembelajaran IPA (sains) secara rutin ikut bagian dalam
harusnya mampu membentuk sikap penilaian PISA (OECD, 2014). Hasil
dasar sains (melek sains) yang PISA terhadap keikutsertaan
memiliki kemampuan dalam berpikir Indonesia dalam penialaian literasi

K-JTP: Vol.07, No.02/Desember 2019/hal: 91 – 103. 94


sains tahun 2000 berada pada berkesinambungan. Berdasarkan
peringkat ke-38 dari 41 negara berbagai kajian masalah yang telah
dengan skor yang diperoleh 393. PISA dijelaskan, maka peneliti tertarik
2003, Indonesia untuk literasi sains untuk melakukan suatu penelitian
terletak pada peringkat 38 dari 40 dengan mengembangkan E-Modul
negara dengan skor yang diperoleh IPA berbasis problem-based learning
395. PISA (2006) menempatkan untuk meningkatkan kemampuan
Indonesia pada peringkat 50 dari 57 literasi sains siswa.
negara dengan skor yang diperoleh
393. Prestasi literasi sains Indonesia METODE PENELITIAN
pada PISA tahun 2009 berada pada 10 Model pengembangan yang
negara terbawah dari 65 negara. Pada digunakan adalah model
PISA 2012 diperoleh bahwa literasi pengembangan ADDIE yang terdiri
sains Indonesia mengalami penurun dari Analyze, Design, Develop,
dari peringkat 54 ke posisi 64 dari 65 Implement and Evalutie (Smith &
negara dengan skor yang diperoleh Ragan, 1999)
382. Sementara hasil survey terakhir
dari PISA tahun 2015, menempatkan
Indonesia pada posisi 62 dari 70
negara dengan skor 403 (OECD,
2013).
Hasil capaian tersebut
menjelaskan bahwa rata-rata
kemampuan literasi sains peserta
didik Indonesia hanya mampu
mengenali fakta dasar, mereka belum
mampu untuk mengaitkan
kemampuan tersebut dengan
berbagai topik sains, isu dalam
masyarakat, apalagi sampai dengan
menerapkan konsep-konsep
(Toharudin et all (2011) dalam Retno,
et all 2017). Kondisi ini memicu
perlunya dilakukan upaya-upaya Gambar 1: Uji Keterbacaan Siswa
dalam memperbaiki pembelajaran (Sumber: Hasil Pengolahan Data)
sains di sekolah secara

K-JTP: Vol.07, No.02/Desember 2019/hal: 91 – 103. 95


Penelitian ini dilakukan hanya Interval Skor Nilai Kategori
(X i ) (
+ 0,6 Sbi  X  X i + 1,8Sbi ) B Tinggi
sampai pada tahap development (X − 0,6Sb )  X  (X
i i + 0,6 Sbi ) C Cukup
i

yaitu melalui validasi ahli, uji coba (X − 1,8Sb )  X  (X


i i i − 0,6 Sbi ) D Rendah

terbatas dan revisi hasil validasi ahli X  (X i − 1,8Sbi ) E


Sangat
Rendah
maupun uji coba terbatas. (Sumber: Widyoko, 2011)
Analisis data diperoleh melalui Keterangan:
langkah-langkah berikut: a) : skor empiris (skor yang dicapai)
X
menabulasi semua data yang Xi : rerata ideal (1/2 (skor maksimum
diperoleh dari setiap lembar validasi + skor minimum))
produk dan instrumen penilaian; b) : simpangan baku ideal (1/6 (skor
Sbi
menghitung skor rata-rata dari setiap
maksimum - skor minimum))
aspek penilaian yang diberikan oleh
penilai dengan menggunakan HASIL DAN PEMBAHASAN
Persamaan 1; dan c) mengubah skor Pada kegiatan penelitian
rata-rata menjadi nilai kategori. pengembangan ini kegiatan pertama
x yang dilakukan adalah menganalisis
x= (Persamaan 1)
n kebutuhan dengan observasi dan
mewawancarai guru disekolah
Keterangan: tentang bagaimana penggunaan
x : skor rata-rata bahan ajar, model pembelajaran dan
x :jumlah skor masing-masing literasi sains siswa disekolah tersebut,
penilai untuk komponen kemudian melakukan analisis
tertentu kurikulum dan Buku Guru maupun
n : jumlah penilai Buku Siswa serta menganalisis KI
Kualitas hasil produk yang dan KD yang selanjutnya
dikembangkan akan diketahui menentukan materi IPA yang akan
dengan mengubah data yang semula digunakan. Setelah itu diperoleh
berupa skor kuantitatif menjadi kesimpulan bahwa perlunya
interval dengan skala lima. Konversi pengembangan e-modul IPA berbasis
skor sesuai dengan pendapat problem-based learning untuk
(Widoyoko, 2011) seperti ditunjukkan meningkatkan kemampuan literasi
pada Tabel 1. sains siswa pada materi pencemaran
Tabel 1: Penentuan Interval Kriteria Produk lingkungan. Tahap kedua adalah
Interval Skor Nilai Kategori perencanaan atau disain dari produk,
X  (X i + 1,8Sbi ) A
Sangat
Tinggi
dimana pada tahap ini produk dibuat

K-JTP: Vol.07, No.02/Desember 2019/hal: 91 – 103. 96


menggunakan perangkat lunak melakukan investigasi atau
moodle. Moodle ialah perangkat lunak pengalaman secara individu maupun
dapat digunakan dalam membangun kelompok, selanjutnya untuk fitur
konsep e-learning. Berbagai jenis dan speakup merupakan gambaran dari
bentuk materi pembelajaran dapat langkah mengembangkan dan
digunakan pada perangkat moodle ini menyajikan hasil karya dari kegiatan
(Herayanti, Fuaddunnazmi, & Habibi, pada langkah sebelumnya, kemudian
2017). untuk fitur sebaiknya Anda tahu
Moodle dapat dioperasikan merupakah langkah dari
secara online dan terdiri dari: (1) menganalisis yang berisi uraian
Cover , pada bagian ini mencakup materi sebagai acuan dari rangkaian
judul, logo universitas, halaman login pembelajaran yang telah dilakukan
(https://emodul.online/), gambaran dan yang terakhir adalah fitur explore
materi pembelajaran setiap your knowledge yang berisi soal uraian
pertemuan dan deskripsi produk; (2) untuk mengukur kemampuan siswa
Dashboard, pada bagian ini terdiri setelah melakukan pembelajaran yang
dari my courses yang mencakup merupakan gambaran dari langkah
materi pada setiap pertemuan, evaluasi proses pemecahan masalah.
ringkasan dan daftar pustaka Gambaran dalam pengaplikasian
(Surjono, 2013). Pada kegiatan produk dapat dilihat pada gambar 4.
pembelajaran dalam e-modul dibuat Pada tahap terakhir yaitu
berdasarkan langkah dari model pengembangan (development)
problem-based learning yang merupakan realisasi dari kegiatan
divisualisasikan dengan fitur-fitur pada tahap sebelumnya. Desain
yang terdapat dalam moodle seperti produk yang telah disusun,
fitur mengamati video yaitu dikembangkan berdasarkan tahap-
menggambarkan bentuk dari langkah tahap yaitu: (1) konsep media,
mengorientasi siswa pada masalah merupakan proses pemilihan atau
yang selanjutnya setelah mengamati pengembangan media berdasarkan
video siswa akan diberi pertanyaan konteks, sumber daya, kondisi kerja,
yang merupakan gambaran dari budaya maupun kepraktisan. Pada
langkah mengorganisasi siswa untuk hal ini konsep yang digunakan adalah
belajar yang kemudia dilengkapi member login, dimana siswa dapat
dengan fitur kilas info, selanjutnya login dan logout dalam server e-
fitur mari selidiki adalah gambaran modul tersebut. Hal ini dilakukan
dari langkah membimbing siswa untuk mempermudah proses dalam

K-JTP: Vol.07, No.02/Desember 2019/hal: 91 – 103. 97


mengembangkan produk yang akan
digunakan; (2) Sistem pembangun
media; (3) Visualisasi, ialah unsur
yang dikembangkan yang didasari
tampilan yang mudah dipahami oleh
pengguna baru. Bagian ini dapat
dikembangkan melalui proses
validasi ahli dan uji terbatas.
Visualisasi yang digunakan adalah
berbasis javascript yang mengatur
fitur interaktif, tampilan dan mudah
dipahami. Pada tahap ini dilakukan
analisis dan validasi e-modul IPA
berbasis problem-based learning pada Gambar 2: Halaman Awal E-modul IPA Berbasis PBL
materi pencemaran lingkungan oleh (Sumber: dokumen produk pengembangan
penulis)
validator baik dari segi materi, media
dan uji coba terbatas atau uji
keterbacaan pada enam orang siswa
dengan masing dua orang siswa
berkemampuan rendah, sedang dan
tinggi. Adapun tujuan dari validasi
tersebut ialah untuk mengetahui
kelayakan produk berupa e-modul
IPA berbasis problem-based learning
yang telah dikembangkan hasil
validasi e-modul IPA berbasis
problem-based learning berupa nilai dan
saran. Nilai atau skor yang diperoleh
dari validator dikonversi menjadi
data kuantitatif dengan skala 5 dalam
menentukan kelayakan e-modul IPA Gambar 3: Halaman Login E-Modul IPA Berbasis
berbasis problem-based learning yang PBL
(Sumber: produk pengembangan penulis)
telah dikembangkan.

K-JTP: Vol.07, No.02/Desember 2019/hal: 91 – 103. 98


interval 24 > 22,40 dengan kategori
sangat baik, dari validasi praktisi
maupun teman sejawat diperoleh
interval 56>55 dan 58>55 dengan
kategori sangat baik. Hasil analisis
kelayakan produk dari validator
untuk segi materi rata-rata interval
46 > 44,13 dan berkategori sangat baik
dengan beberapa saran dari validator
ahli yaitu lengakapi keterangan
gambar, kesalahan dalam tulisan, dan
tata letak nomor pada setiap soal
dalam e-modul. Saran-saran tersebut
telah diperbaiki.
Selanjutnya, untuk hasil
analisis kelayakan dari segi media
dapat dilihat pada tabel 3.
Gambar 4: Tampilan Dashboard E-modul IPA
Tabel 3: Hasil Analisis Kelayakan Media E-
Berbasis PBL
Modul IPA berbasis Problem-based Learning
(Sumber: produk pengembangan penulis)
No Validator Interval yang Kategori
dicapai
Berdasarkan pengembangan e- 1 Ahli 10< 14 ≤ 14 Baik
modul IPA berbasis problem-based Media
2 Guru 26 > 25 Sangat Baik
learning yang telah dilakukan, (Praktisi)
diperoleh data hasil validasi 3 Teman 27 > 25 Sangat Baik
Sejawat
kelayakan Materi yang disajikan pada
Rata-rata 22> 21,3 Sangat Baik
tabel 2. (Sumber: Hasil Pengolahan Data)
Tabel 2: Hasil Analisis Kelayakan Materi E-
Hasil analisis kelayakan dari
Modul IPA berbasis Problem-based Learning
segi media untuk e-modul IPA
No Validator Interval Kategori
yang capai berbasis problem-based learning dari
1 Ahli 24 > 22,40 Sangat Baik validasi ahli diperoleh nilai dengan
Materi
2 Guru 56 > 55 Sangat Baik
interval 10< 14 ≤ 14 dengan kategori
(Praktisi) baik, dari validasi praktisi maupun
3 Teman 58 > 55 Sangat Baik
Sejawat
teman sejawat diperoleh interval X >
Rata- 46 > 44,13 Sangat Baik 25 yaitu 26 > 25 dan 27 > 25 dengan
rata
kategori sangat baik. Hasil analisis
(Sumber: Hasil Pengolahan Data)
kelayakan produk dari segi media
Hasil analisis kelayakan dari rata-rata interval 22 > 21,3 dan
segi materi untuk e-modul IPA berkategori sangat baik dengan
berbasis problem-based learning dari beberapa saran dari validator ahli
validasi ahli diperoleh nilai dengan yaitu ditambahkan deskripsi produk,

K-JTP: Vol.07, No.02/Desember 2019/hal: 91 – 103. 99


ditambahkan keterangan sumber
Tabel 4: Hasil Validasi Ahli Soal Literasi Sains
pada halaman awal, tata letak huruf
diperbaiki dan kesalahan dalam No Aspek Skor Interval Kategori
Aktual
beberapa penulisan. Selain itu saran
(X)
dari praktisi untuk bagian media juga 1. Pretest 65 X>67,2 B. Baik
ialah kelancaran dalam mengakses 2. Posttest 62 55,4< X≤67,2 B. Baik
41,6< X≤55,4
ketika login. Semua saran dari
28,8< X≤41,6
validator telah diperbaiki. Hal ini X≤28,8
relevan dengan penelitian yang (Sumber: Hasil Pengolahan Data)
dilakukan oleh Putra, Wirawan, & Setelah melalui validasi ahli
Pradnyana (2017) tentang baik materi maupun media dan
pengembangan e-modul berbasis proses revisi, produk e-modul IPA
discovery learning dari hasil penilaian berbasis problem-based learning diuji
ahli media diproleh bahwa produk e- coba terbatas pada emam orang siswa
modul yang sudah dikembangkan untuk mengetahui keterbacaannya.
layak untuk digunakan dalam Hasil analisis kelayakan dari uji coba
pembelajaran. terbatas dapat dilihat pada tabel 5
Selanjutnya data hasil validasi dan gambar grafik 2.
intrumen berupa soal pretest dan Tabel 5: Hasil Analisis uji keterbacaan
posttes literasi sains siswa dapat No Siswa Interval yang Kategori
dilihat pada tabel 4, dimana dapat dicapai
1 S1 68 > 63 Sangat Baik
disimpulkan bahwa secara 2 S2 68 > 63 Sangat Baik
keseluruhan berdasarkan validasi ahli 3 S3 66 > 63 Sangat Baik
4 S4 51< 59 ≤ 63 Baik
materi soal pretest dan posttes literasi
5 S5 64 > 63 Sangat Baik
sains layak digunakan pada tahap 6 S6 66 > 63 Sangat Baik
penelitian selanjutnya dengan Rata- 65 > 63 Sangat Baik
rata
klasifikasi soal posttest 55,4<65≤67,2 (Sumber: Hasil Pengolahan Data)
dan posttest 55,4<62≤67,2 berkategori
baik. Soal literasi sains yang
digunakan terdiri dari tiga aspek
yaitu mengidentifikasi isu ilmiah,
menjelaskan fenomena ilmiah dan
menggunakan bukti ilmiah. Saran
yang diberikan dosen ahli telah
diperbaiki melalui proses revisi.

Gambar 2: Grafik Keterbacaan Siswa


(Sumber: Hasil Pengolahan Data)

K-JTP: Vol.07, No.02/Desember 2019/hal: 91 – 103. 100


Hasil uji terbatas tersebut global dan sekitar. Penerapan PBL
diperoleh interval rata-rata adalah 65 dapat meningkatkan literasi sains
> 63 dan berkategori sangat baik siswa karena pada hakikatnya PBL
dengan beberapa komentar dan saran adalah model pembelajaran berbasis
diantaranya adalah senang menonton konstruktivis sehingga dapat
video dalam e-modul dan kesulitan membantu siswa dalam pematangan
dalam login. Komentar dan saran kemampuan yang dimiliki. Sehingga,
telah diperbaiki. Berdasarkan hasil PBL dapat melatihkan dan membantu
validasi diperoleh bahwa e-modul kemampuan literasi sains siswa
IPA berbasis problem-based learning (Imaningtyas, Karyanto, Nurmiyati, &
layak digunakan baik dari segi materi Asriani, 2017).
maupun media serta layak dalam uji
coba terbatas sehingga dapat
digunakan untuk implementasi skala SIMPULAN
luas dalam meningkat literasi sains Pertama, e-modul IPA berbasis
siswa. Sejalan dengan hal tersebut problem-based learning adalah bahan
Ahsan (2016) dalam penelitiannya ajar yang dibuat dengan dioperasikan
memaparkan bahwa sebuah media secara online yang praktis, fleksibel
pembelajaran elektronik yang
dan mandiri sehingga dapat
dikembangkan dapat secara efektif
diterapkan dalam kegiatan belajar memfasilitasi kemampuan literasi
mengajar dibanding pembelajaran sains siswa agar dapat menyelesaikan
biasa. Selain itu dalam penelitian lain masalah-masalah dalam kehidupan
yang dilakukan oleh Rusman (2016) sehari-hari dan untuk memenuhi
berkenaan dengan e-learning dimana tantangan global. Kedua, berdasarkan
pembelajaran e-learning dapat
analisis data yang telah dilakukan
meningkatkan hasil belajar.
e-modul IPA berbasis problem-based
Produk yang telah dikembangkan learning layak digunakan dari segi
berupa e-modul IPA berbasis problem-
materi maupun media dengan
based learning setelah
kategori sangat baik. Ketiga,
diimplementasikan dalam skala besar
diharapkan dapat meningkatkan berdasarkan hasil analisis instrument
literasi sains siswa, sebagaimana literasi sains diperoleh bahwa
penelitian terdahulu yang dilakukan instrumen tersebut layak digunakan
oleh Wulandari & Sholihin (2015) dan berkategori baik. Keempat,
bahwa implementasi dari model berdasarkan uji coba terbatas produk
pembelajaran problem-based learning
e-modul IPA berbasis problem-based
dapat meningkatkan kemampuan
literasi sains secara signifikan. PBL learning dari segi keterbacaan siswa
dapat digunakan untuk merangsang sangat layak digunakan untuk tahap
ketertarikan siswa terhadap issu

K-JTP: Vol.07, No.02/Desember 2019/hal: 91 – 103. 101


implementasi dalam melihat Saintifik Elektronika Dasar
peningkatan literasi sains siswa. Berorientasi Pembelajaran
Berbasis Masalah. Invotec, IX(2),
165–178.
SARAN
Herayanti, L., Fuaddunnazmi, M., &
Berdasarkan hasil dan Habibi, H. 2017.
pembahasan yang telah disajikan PENGEMBANGAN
adapun saran bagi peneliti adalah PERANGKAT PEMBELAJARAN
dapat mengimplementasikan produk FISIKA BERBASIS MOODLE.
yang telah dikembangkan dalam Jurnal Pendidikan Fisika Dan
Teknologi, 3(2), 197. DOI:
skala luas sehingga peningkatan
https://doi.org/10.29303/jpft.v3i2.
literasi sains oleh produk dapat
412
dilihat secara signifikan. Imaningtyas, C. D., Karyanto, P.,
Nurmiyati, & Asriani, L. 2017.
PUSTAKA ACUAN Penerapan E-Module Berbasis
Ahsan, A. 2016. Pengembangan E- Problem Based Learning untuk
Learning Berbasis Moodle Untuk Meningkatkan Literasi Sains dan
Meningkatkan Hasil Belajar Mengurangi Miskonsepsi pada
Peserta Didik. Jurnal Pendidikan Materi Ekologi Siswa Kelas X
Fisika, 5, 351–360. MIA 6 SMAN 1 Karanganom
Departemen Pendidikan Nasional. Tahun Pelajaran 2014/2015.
2008. In Panduan Pengembangan Bioedukasi: Jurnal Pendidikan
Bahan Ajar. Diktorat Jenderal Biologi, 9(1), 4. DOI:
Manajemen Pendidikan Dasar https://doi.org/10.20961/bioeduka
dan Menengah Direktorat si-uns.v9i1.2004
Pembinaan Sekolah Menengah Oecd. 2013. PISA 2015 Draft
Atas. Mathematics Framework. Oecd,
Dwiningsih, K., Sukarmin, Nf., (March 2013), 52. DOI:
Muchlis, Nf., & Rahma, P. T. https://doi.org/10.1177/002214651
2018. Pengembangan Media 2469014
Pembelajaran Kimia Mengguna- OECD. 2014. PISA 2012 Results in
kan Media Laboratorium Virtual Focus. Programme for
Berdasarkan Paradigma Pembelaj International Student
aran Di Era Global. Kwangsan: Assessment, 1–44. DOI:
Jurnal Teknologi Pendidikan, https://doi.org/10.1787/978926420
6(2), 156. DOI: 8070-en
https://doi.org/10.31800/jtp.kw.v6 Permendikbud. 2013. Lampiran
n2.p156--176 Peraturan Menteri Pendidikan
Fauziah, R., Abdullah, A. G., & dan Kebudayaan Republik
Hakim, D. L. 2013. Pembelajaran Indonesia Nomor 65 Tahun 2013

K-JTP: Vol.07, No.02/Desember 2019/hal: 91 – 103. 102


tentang Standar Proses Smith, P. L. (Patricia L., & Ragan, T. J.
Pendidikan Dasar dan 1999. Instructional design.
Menengah. Surjono, H. D. (2013). Membangun
PISA. 2006. Scientific Literacy Course E - Learning Berbasis
Framework, 1–36. Moodle (Kedua). UNY Press.
Putra, K. W. B., Wirawan, I. M. A., & Torp, L., & Sage, S. (1997). Problems
Pradnyana, G. A. 2017. As Possibilities Problem Based
Pengembangan E-Modul Learning for K-16 Education
Berbasis Model Pembelajaran (Vol. 14).
Discovery Learning Pada Mata Warsita, B. 2017. Peran dan
Pelajaran “Sistem Komputer” Tantangan Profesi Pengembang
Untuk Siswa Kelas X Multimedia Teknologi Pembelajaran Pada
Smk Negeri 3 Singaraja. Jurnal Pembelajaran Abad 21.
Pendidikan Teknologi Dan Kwangsan: Jurnal Teknologi
Kejuruan, 14(1), 40–49. Pendidikan, 5(2), 77. DOI:
https://doi.org/10.23887/jptk.v14i https://doi.org/10.31800/jtp.kw.v5
1.9880 n2.p77--90
Retno, A. T. P., Saputro, S., & Ulfa, M. Widoyoko, S. 2011. Evaluasi Program
2017. Kajian aspek literasi sains Pembelajaran. Yogyakarta:
pada buku ajar kimia SMA kelas Pustaka Pelajar.
XI di Kabupaten Brebes. Seminar Wulandari, N., & Sholihin, H. 2015.
Nasional Pendidika Sains, Penerapan Model Problem Based
21(2013), 112–123. Learning (PBL) Pada
Rusman. 2016. Pengembangan Model Pembelajaran IPA Terpadu
E-Learning Untuk Meningkatkan Untuk Meningkatkan Aspek
Hasil Belajar Mahasiswa. Sikap Literasi Sains Siswa SMP.
Kwangsan: Jurnal Teknologi Prosiding Simposium Nasional
Pendidikan, 4(1), 1. DOI: Inovasi Dan Pembelajaran Sains
https://doi.org/10.31800/jtp.kw.v4 2015, 2015 (Snips), 437–440.
n1.p1--15
Schmidt, H. G., De Volder, M. L., De
Grave, W. S., Moust, J. H. C., &
Patel, V. L. 1989. Explanatory
Models in the Processing of
Science Text: The Role of Prior
Knowledge Activation Through
Small-Group Discussion. Journal
of Educational Psychology, 81(4),
610–619.
https://doi.org/10.1037/0022-
0663.81.4.610

K-JTP: Vol.07, No.02/Desember 2019/hal: 91 – 103. 103

Anda mungkin juga menyukai