Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN GANGGUAN PROSES PIKIR WAHAM KEBESARAN

Mata kuliah : Keperawatan Jiwa

Dosen Pengampuh : Noifke Kaghoo, S.Kep., Ns., M.Kes

Disusun oleh :

Kelompok 8

Apriodita Susilawati 18170010

Detalia Claudia Rellam 18170085

Jhoni Syahputra 18170041

Elisabeth Kundiman 18170023

Fabiola H. Pangumbahas 18170027

AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK III MANADO

T/A 2020-2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga dengan izin dan ridha-Nya saya dapat menyelesaikan salah
satu tugas “Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Diagnosa Waham” dapat terselesaikan tepat
pada waktu yang telah ditentukan.
Selanjutnya ucapan terima kasih kepada dosen mata kuliah yang telah membantu saya
dalam menyelesaikan asuhan keperawatan ini.
Dalam penyusunan tugas ini, kami menyadari berbagai kelemahan, kekurangan dan
keterbatasan yang ada, sehingga tetap terbuka kemungkinan terjadinya kekeliruan dan
kekurangan disana sini dalam penulisan dan penyajian asuhan keperawatan ini.
Oleh Karena itu, dengan tangan terbuka, seraya kasih, saya sangat mengharapkan
kritik dan saran yang konstruktif dari dosen mata kuliah tersebut dalam rangka
penyempurnaan tugas asuhan keperawatan ini.
Manado, 24 September 2020

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................................... i

Daftar Isi............................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................... 1

A. Latar Belakang........................................................................................................... 1
B. Ruang Lingkup.......................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan..................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORTIS.......................................................................................... 4

1. Konsep Dasar............................................................................................................ 4
A. Pengertian............................................................................................................ 4
B. Klasifikasi Waham.............................................................................................. 4
C. Etiologi................................................................................................................ 5
D. Proses terjadinya Masalah................................................................................... 7
E. Pohon Masalah.................................................................................................... 9
F. Tanda dan Gejala................................................................................................. 9
G. Penatalaksanaan................................................................................................... 10
2. Asuhan Keperawatan Teoritis................................................................................... 12
A. Pengkajian........................................................................................................... 12
B. Diagnosa Keperawatan........................................................................................ 13
C. Intervensi Keperawatan....................................................................................... 13
D. Implementasi Keperawatan................................................................................. 17
E. Evaluasi Keperawatan..........................................................................................21

BAB III PENUTUP..............................................................................................................22

A. Kesimpulan................................................................................................................ 22
B. Saran...........................................................................................................................22
Daftar Pustaka.................................................................................................................... 24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Lata Belakang
Menurut Data WHO (World Heath Organization), masalah gangguan
kesehatan jiwa di seluruh dunia sudah menjadi masalah yang sangat serius. WHO
menyatakan, paling tidak ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah
mental. WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami
gangguan kesehatan jiwa.(Yosep, 2009).

Dalam UU No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan dinyatakan bahwa kesehatan


adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Pada pasal 84 ayat 2 UU No.36 Tahun
2009 diatur tentang pengobatan penderita gangguan jiwa atau yang dirawat pada
sarana pelayanan kesehatan jiwa (Sumiati, 2009). Keperawatan jiwa adalah suatu
bentuk pelayanan kesehatan professional yang didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu
keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan respon psiko-
sosial yang maladaptif yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial, dengan
menggunakan terapi keperawatan jiwa melalui pendekatan proses keperawatan untuk
meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa
(Riyadi, S. 2009). Diperkirakan bahwa 2-3% dari jumlah penduduk Indonesia
menderita gangguan jiwa berat, bila separuh dari mereka memerlukan perawatan
dirumah sakit dan jika penduduk Indonesia 120 juta orang maka ini berarti bahwa 120
ribu orang dengan gangguan jiwa memerlukan perawatan dirumah sakit. ( Yosep, I. S.
2009).

Skizofrenia terbentuk secara bertahap dimana keluarga maupun klien tidak


menyadari ada sesuatu yang tidak beres dalam otaknya dalam kurun waktu yang lama.
Kerusakan yang perlahan-lahan ini yang akhirnya menjadi skizofrenia yang
tersembunyi dan berbahaya. Gejala yang timbul secara perlahan-lahan ini bisa saja
terjadi skizofrenia acute. Periode skizofrenia akut adalah gangguan yang singkat dan
kuat, yang meliputi halusinasi, penyesatan pikiran (delusi), dan kegagalan berpikir.
(Yosep & Titin, 2009).

1
Waham kebesaran adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan
penilaian realitas yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat
intelektual dan latar belakang budaya, ketidakmampuan merespon stimulus internal
dan eksternal melalui proses interaksi / informasi secara akurat. (Mukhripah, 2012)

B. Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup penulisan tugas ini dalah bagaimana aplikasi asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan proses pikir waham kebesaran melalui
pengkajian sampai dengan evaluasi.

A. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan pada asuhan keperawatan terbagi 2 yaitu :

1. Tujuan Umum

Mendapatkan gambaran asuhan keperawatan pada pasien dengan waham


kebesaran.
2. Tujuan Khusus

a. Untuk menerapkan asuhan keperawatan jiwa mulai dengan pengkajian, diagnosa,


intervensi, implementasi, dan evaluasi pada pasien dengan Waham kebesaran.
b. Untuk mengetahui kesenjangan antara teori dan praktek dalam pemberian asuhan
keperawatan jiwa pada pasien Waham kebesaran.
c. Untuk mengetahui faktor penunjang dan faktor penghambat dalam penerapan
asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan Waham kebesaran.

B. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan asuhan keperawatan ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk Rumah Sakit


Sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan pelayanan asuhan keperawatan
yang lebih baik pada pasien dengan waham kebesaran.

3. Untuk Insitusi
Sebagai bahan masukan untuk peningkatan mutu Pendidikan keperawatan
khususnya dalam menerapkan keperawatan pada pasien dengan gangguan isi
pikir waham kebesaran.

2
4. Bagi penulis
Untuk menambah pengetahuan, pengalaman, wawasan, dan keterampilan dalam
menerapkan asuhan keperawatan yang di dapat selama mengikuti Pendidikan.

3
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian
Pengertian waham menurut para ahli :

a. Waham adalah keyakinan atau persepsi palsu yang tetap tidak dapat di ubah
meskipun ada bukti yang membantahnya. Gangguan proses pikir waham mengacu
pada suatu kondisi seseorang yang menampilkan satu atau lebih khayalan ganjil
selama paling sedikit satu bulan. Waham merupakan suatu keyakinan yang salah
dipertahankan secara kuat atau terus menerus, tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan (Myres,dkk,2017)
b. Waham adalah suatu keadaan dimana seseorang individu mengalami suatu
kekacauan dalam pengoperasian dan aktivitas-aktivitas kognitif (Iskandar, 2012).
c. Waham adalah keyakinan yang salah secara kokoh dipertahankan walaupun tidak
diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal (Mukhripah,
2012).
d. Waham kebesaran adalah meyakini bahwa ia memiliki kebesaran dan kekuasaan
khusus, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan (Iskandar, 2012).
e. Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas
yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budaya, ketidak mampuan merespon stimulus internal dan eksternal
melalui proses intraksi/informasi secara akurat (Mukhripah, 2012).

e. Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa waham kebesaran adalah
keyakinan pasien yang berlebihan tentang kebesaran dirinya atau kekuasaannya.
Penderita merasa dirinya orang besar dan tidak ada yang bisa seperti dirinya.

C. Klasifikasi Waham
Waham dapat diklasifikasikan menjadi 5 yaitu :

a. Waham kebesaran
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.

4
Contoh : saya ini pejabat di departemen kesehatan lho, atau saya punya
tambang emas.

4
b. Waham curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan atau
mencederai dirinya, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : saya tahu, seluruh saudara saya ingin menghancurkan hidup saya karena
mereka iri dengan kesuksesan saya.
c. Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh : kalau saya masuk surga saya akan menggunakan pakaian putih setiap
hari.
d. Waham somatic
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau terserang
penyakit, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.Contoh :”
saya sakit kanker”, setelah pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-
tanda kanker namun pasien terus mengatakan bahbah ia terserang kanker.
e. Waham nihilistic
Meyakini bahwa dirinya tidak ada di dunia / meninggal, diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : ini kan alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh (Iskandar,
2012)

D. Etiologi

Keadaan yang timbul sebagaiakibat dari proyeksi dimana seseorang


melemparkan kekurangan dan rasa tidak nyaman kedunia luar. Individi itu biasanya
peka dan mudah tersinggung, sikap dingin dan cenderung menarik diri. Keadaan ini
sering kali disebabkan karena merasa lingkungannya tidak nyaman, merasa benci
kaku, cinta pada diri sendiri yang berlebihan angkuh dank eras kepala.

Faktor predisposisi dan presipitasi yang mungkin mengakibatkan timbulnya


waham (Anonim, 2014).
a. Faktor predisposisi
1) Faktor genetic

5
Dianggap mempengaruhi transmisi gangguan efektif melalui riwayat
keluarga atau keturunan.
2) Psikososial
Keluarga, pengasuh dan lingkungan pasien sangat mempengaruhi
respon psikologis dari pasien, sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi
seperti penolakan dan kekerasan.
3) Sosial bubaya
Kehidupan social budaya dapat pula mengetahui timbulnya waham
seperti kemiskinan, konflik social budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan)
serta kehidupan yang yelah terisolasi dan stress yang menumpuk.
b. Faktor presipitasi
1) Biologis
Stresor secara biologis yang berhubungan dengan neurobiologis yang
maladaptive termasuk gangguan dalam putaran umpanan balik otak yang
mengatur perubahan isi informasi dan abnormalitas pada mekanisme pintu
masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menaggapi rangsangan.
2) Stres lingkungan
Secara biologis mendapatkan ambang toleransi terhadap stress yang
berintraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan
prilaku.
3) Pemicu gejala
Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologis yang
maladaptif berhubungan dengan kesehatan lingkungan, sikap dan prilaku
individu, seperti : gizi buruk, kurang tidur, infeksi, keletihan, rasa bermusuhan
atau lingkungan yang penuh kritik, kelainan terhadap penampilan, stress
gangguan dalam berhubungan interpersonal, kesepian, tekanan, pekerjaan,
kemiskinan dan keputusasaan.
4) Penilaian stressor
Tidak terdapat riset ilmiah yang menunjukan bahwa stress
menyebabkan skizomfreni.
5) Sumber koping

6
Sumber koping individual harus dikaji dengan pemahaman tentang
pengaruh gangguan otak pada perilaku.
6) Mekanisme koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi pasien dari
pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologis
madaptif.
Penyebab waham secara umum :
Penyebab secara umum dari waham adalah gangguan konsep diri,
harga diri rendah. Harga diri rendah dimenifestasikan dengan perasaan yang
negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri sendiri, dan harga
diri, merasa gagal mencapai keinginan.

Respon adaptif Respon maladaptif

- Pikir logis - Pikiran kadang - Gangguan proses


- Persepsi akurat menyimpang ilusi pikir = waham
- Emosi - Reaksi emosional - Halusinasi
konsisten berlebihan/ kurang - Kesulitan
dengan - Ilusi memproses emosi
pengalaman - Perilaku aneh atau - Ketidakaturan
- Perilaku sesuai tidak lazim dalam perilaku
- Hubungan - Menarik diri - Isolasi sosial
sosial

Gambar 1. Rentang respon waham menurut (stuart,2013)

E. Proses Terjadinya Masalah


a. Fase Kurangnya kebutuhan manusia (Lack of Human need)
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien  baik secara fisik
maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang
dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Ada juga klien yang secara
sosial dan ekonomi. Keinginan klien yang biasanya sangat miskin dan menderita
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, mendorongnya untuk melakukan
kompensasi (pencarian kepuasan dalam suatu bidang tertentu) yang salah.
Selain klien dengan keterbatasan ekonomi, gangguan waham ini juga daoat
terjadi pada klien yang cukup secara finansial, tetapi memiliki kesenjangan antara

7
realita (reality) dan ideal diri (self-ideal) yang sangat tinggi. Waham terjadi karena
klien merasa bahwa pengakuan atas keeksisan atau kehadirannya adalah sesuatu
hal yang sangat penting. Gangguan ini juga terjadi akibat minimnyan penghargaan
saat tumbuh kembang (life span history).
b. Fase kurangnya kepercayaan diri (Lack of self esteem)
Ketiadaan pengakuan dari lingkungan, tingginya kesenjangan antara ideal diri
dan realita, dan kebutuhan yang tidak terpenuhi sesuai dengan standar lingkungan
membuat seseorang merasa menderita, malu, dan merasa tidak berharga.
c. Fase kendali internal dan eksternal (Control internal and external)
Bagi klien dengan gangguan waham, menghadapi kenyataan adalah suatu hal
yang sulit. Klien mencoba berpikir secara logis bahwa apa yang diyakini dan apa
yang dikatakannya adalah suatu kebohongan yang dilakukan untuk menutupi
kekurangan. Kekurangan itu, seperti ketidakcukupan materi, kebutuhan akan
pengakuan dan penerimaan, merupakan sesuatu yang belum terpenuhi secara
optimal sejak kecil. Oleh karena itu, kebutuhan akan pengakuan dan penerimaan
di lingkungan tersebut menjadi prioritas utama dan mendominasi dalam hidupnya.
Di sisi lain, lingkungan sekitar menjadi pendengar pasif dan kurang memberikan
koreksi secara memadai kepada klien dengan alasan toleransi dan menjaga
perasaan.
d. Fase dukungan lingkungan (Environment support)
Kepercayaan beberapa orang dalam lingkungan terhadap klien membuat klien
merasa didukung. Lama kelamaan, perkataan yang terus menerus di ulang oleh
orang di lingkungannya tersebut membuat klien kehilngan kendali diri dan
mengakibatkan tidak berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan
ketiadaan perasaan berdosa saat berbohong.
e. Fase kenyamanan (Comforting)
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya. Ia juga
menggangap bahwa semua orang sama, yaitu mereka akan memercayai dan
mendukungnya. Keyakinan ini sering disertai dengan halusinasi dan terjadi ketika
klien menyendiri dari lingkungannya. Pada tahap selanjutnya, klien lebih sering
menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial)

8
f. Fase peningkatan (Improving)

Ketiadaan konfrontasi dan upaya-upaya koreksi dapat meningkatkan


keyakinan yang salah pada klien. Tema waham sering muncul adalah tema seputar
pengalaman traumatik masa lalu atau kebutuhan –kebutuhan yang tidak terpenuhi
(rantai yang hilang). Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain.
Waham memang bersifat menetp dan sulit untuk dikoreksi. Akan tetapi, penting
sekali untuk menguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif dan
memperkaya keyakinan religiusnya.

F. Pohon Masalah

Risiko Kerusakan Komunikasi Verbal

Perubahan Proses pikir : Waham

Gangguan konsep diri : harga diri


rendah kronis
(Sumber, Stuart 2013)

G. Tanda dan Gejala


a. Tanda dan gejala yang bisa ditemukan pada waham kebesaran yaitu : (Mukhripah,
2012)
1) Gembira yang berlebihan.
2) Cara berpakaian tidak seperti biasanya atau penggunaan pakaian tidak tepat
(waktu, tepat, identitas, situasi / kondisi).
3) Emosi labil.
4) Suara keras.
5) Ekspresi tampak gembira.
6) Kehilangan asosiasi.
7) Flight of ideas (lari cita, pikiran-lompat).
8) Perverasi : pembicaraan yang diulang berkali-kali.

9
9) Obsesi (pikiran yang selalu muncul walaupun pasien berusaha
menghilangkannya).
b. Tanda dan gejala yang bisa ditemukan pada waham kebesaran yaitu : (Stuart,
2013) :
1) Menolak makan
2) Tidak ada perhatian perawatan diri
3) Ekspresi wajah sedih/gembira/ketakutan
4) Gerakan tidak terkontrol
5) Mudah tersingggung
6) Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dan bukan kenyataan
7) Menghindari dari kenyataaan
8) Mendominasi pembicaraan
9) Berbicara kasar
10) Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan

H. Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan dari waham kebesaran yaitu :

a. Psikoterapeutik yang meliputi :


1) Membina hubungan saling percaya.
2) Bimbing pasien menggungkapkan perasaannya.
3) Bantu dan bimbing pasien menemukan cara menyelesaikan masalah.
4) Memberi penghargaan atau pujian atas keberhasilan pasien dalam melakukan
yang positif.
b. Pendidikan kesehatan meliputi :
1) Bimbing pasien mengontrol wahamnya.
2) Meri penjelasan pada pasien dan keluarga manfaat obat bagi kesehatan.
3) Beri penjelasan pada keluarga tanda-tanda waham.
c. Kegiatan sehari-hari
1) Bimbing pasien untuk memenuhi nutrisi dan cairan.
2) Bimbing pasien melaksanakan kebersihan diri.
d. Terapi somattik
1) Beri obat sesuai dengan program medis

10
2) Beri obat dengan memperhatikan 5 benar (benar pasien, obat, dosis, waktu, dan
cara pemberian).
3) Pantau reaksi obat pada pasien.
4) Pastikan obatnya diminum, periksa tempat-tempat yang memungkunkan pasien
menyimpan obat.
e. Jenis-jenis obat yang sering digunakan, meliputi :
1) Chlopromazin (CPZ) : 3 x 100 mg.
2) Haloperidol (HP) : 3 x 5 mg.
3) Trixyphenidil (THP) : 3 x 2 mg.
f. Terapi modalitas : TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)
1) Terapi aktivitas kelompok stimulus kognitif / persepsi stimulus yang disediakan:
baca artikel / majalah buku / puisi, menonton acara TV.
2) Terapi aktivitas kelompok stimulus sensori, aktivitas yang digunakan sebagai
stimulus adalah music, seni, menyayi, dan menari.
g. Lingkungan terapeutik
1) Siapkan lingkungan fisik yang dapat mengatakan realita.
2) Siapkan lingkungan yang social.

11
2. Asuhan Keperawatan Teoritis

A. Pengkajian
Pengkajian meruibuan tahap awal dari dan dasar utama dari proses
keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan
kebutuhan, atau masalah pasien. Data dapat dikumpulkan meliputi data biologis,
psikologis, social, dan spiritual. pengkajian komunitas terdiri atas kelengkapan
informasi dari pemberian informasi utama dalam komunitas (data subjektif) dan
data statistik (data subjektif) (Nanda-1, 2012).
1. Identitas
2. Keluhan utama / alasan masuk
3. Faktor predisposisi
4. Aspek fisik / biologis
5. Aspek psikososial
6. Status mental
7. Kebutuhan persiapan pulang
8. Mekanisme koping
9. Masalah psikososial dan lingkungan
10. Pengetahuan dan Aspek medic.

Data yang diperoleh dapat dikelompokan menjadi 2 macam sebagai berikut :

1. Data objektik
Yaitu data yang diyemukan secara nyata. Data ini didapatkan melalui
observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.
2. Data subjektif

Yaitu data yang disampaikan secara lisan oleh pasien dan keluarga.
Data ini diperoleh melalui wawancara perawat kepada pasien dan keluarga.

Dari data yang dikumpulkan umumnya, sejumlah masalah pasien saling


berhubungan serta dapat digambarkan sebagai pohon masalah. Agar penentuan
pohon masalah dapat dipahami dengan jelas, penting untuk memperhatikan 3
(tiga) komponen yang terdapat pada pohon masalah yaitu penyebab (causa),
masalah utama (core problem), dan akibat (Effect).

12
Risiko Kerusakan Komunikasi Verbal

Effect

Perubahan Proses pikir : Waham

Core Problem

Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis

Causa

Gambar 2. Pohon masalah isi pikir : Waham kebesaran


(Stuart, 2013)

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan satu tipe khusus
dari masalah atau respon yang diidentifikasioleh perawat.
Dari pohon masalah tersebut didapat masalah keperawatan sebagai berikut :
1. Kerusakan komunikasi verbal
2. Harga Diri Rendah Kronik
3. Gangguan isi pikir : Waham Kebesaran

Diagnosa keperawatan yang dapat didefinisikan dari pohon masalah diatas yaitu
gangguan isi pikir : Waham kebesaran.

C. Perencanan
Perencanan keperawatan terdiri dari tiga aspek yaitu tujuan umum, tujun
khusus, dan rencana tindakan keperawatan. Tujuan umum berfokus kepada
penyelesaian permasalahan (P) dari diagnosa tertentu, tujuan khusus berfokus pada
penyelesaian etiologi (E) dari diagnose tertentu, tujuan khusus meruibuan rumusan
kemampuan yang perlu dicapai atau dimiliki pasien. (Stuart, 2013).
Proses keperawatan meruibuan metode ilimiah dalam menjalani asuhan
keperawatan dan menyelesaikan masalah secara sistematis yang digunakan oleh

13
perawat serta peserta didik keperawatan. Penerapan proses keperawatan dapat
meningkatkan otonomi, percaya diri, cara berfikir logis, ilimiah dan sistematis,
memperlihatkan tanggung jawab dan tanggung gugat serta pengembangan diri
perawat. Disamping itu, pasien dapat merasakan pelayanan keperawatan yang lebih
baik dan perperan aktif dalam perawatan diri serta terhindar dari mal praktek.
Rencana praktek keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dapat
mencapai setiap tujuan khusus, perawat dapat memberikan alasan ilimiah
meruibuan pengetahuan yang berdasarkan pada litelaturhasil penelitian atau
pengalaman praktek yaitu :
a. Rencana keperawatan gangguan proses pikir : Waham dalam bentuk
b. strategi pelaksanaan :
SP I:
1) Membantu orietasi realita
2) Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
3) Memenuhi kebutuhannya
4) Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan
SP 2:
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
2) Berdiskusi tentang kemampuan yang dimiliki.
3) Melatih kemampuan yang dimiliki.
SP 3:
1) Mengevaluasi kegiatan harian.
2) Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara
teratur.
3) Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian
c. Tujuan keperawatan pada pasien.
1) Pasien dapat berorientasi pada realita secara bertahap.
2) Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar.
3) Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.
4) Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.
d. Tindakan keperawatan pada pasien.
1) Membina hubungan saling percaya

14
Sebelum memulai menkaji pasien waham, perawat harus membina
hubungan saling percaya terlebih dahulu agar pasien merasa aman dan
nyaman saat berinteraksi dengan perawat, tindakan yang harus perawat
lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya yaitu :
 Mengucapkan salam terapeutik.
 Berjabat tangan.
 Menjelaskan tujuan interaksi.
 Membuat kontrak topic, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien.
o Membantu orientasi realitas
 Tidak mendukung atau menambah waham pasien.
 Meyakini pasien dalam keadaan aman.
 Mengobservasi pengaruh waham pada aktivitas sehari-hari.
 Jika pasien terus-menerus membicarakan wahamnya, dengarkan
tanpa memberi dukungan atau menyanggal sampai pasien
berhenti membicarakan.
 Memberikan pujian jika penampilan dan orientasi pasien sesuai
dengan realita.
 Mendiskusikan kebutuhan psikologis / emosional yang tidak
terpenuhi sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan
maarah.
 Meningkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuha fisik
dan emosional pasien.
 Mendiskusikan tentang pengetahuan tentang positif yang
dimiliki.
 Membantu melakukan kemampuan yang dimiliki.
 Mendiskusikan tentang obat yang diminum.
 Melatih minum obat yang benar.
e. Tindakan keperawatan pada keluarga
1) Tujuan keperawatan
 Keluaga mampu mengidentifikasi waham pasien
 Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi kebutuhan yang
dipenuhi oleh wahamnya.

15
 Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien secara
optimal.
2) Tindakan keperawatan
 Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga saat merawat pasien
dirumah.
 Diskusikan dengan keluaga tentang waham yang dialami pasien.
 Diskusikan dengan keluarga tentang :
o Cara merawat pasien dirumah.
o Tindakan tindak lanjut dan pengobatan yang teratur.
o Lingkungan yang tepat untuk pasien.
o Obat pasien (nama obat, dosis, frekuensi, efek samping, akibat
penghentian obat).
o Kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera.
o Berikan latihan kepada keluarga tentang merawat pasien waham.
Menyusun rencana pulang pasien bersama keluarga.

16
Tabel 1. Perencanaan tindakan keperawatan dengan gangguan proses pikir : Waham kebesaran

NO Perencanaan
DX Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Tindakan keperawatan Rasional
Gangguan Isi Pikir : TUM : Kriteria Evaluasi 1. Bina hubungan saling percaya Hubungan saling percaya menjadi
Waham Kebesaran Pasien dapat 1. Ekspresi wajah dengan menggunakan : dasar interaksi selanjutnya
berkumunikasi bersahabat a. Prinsip komunikasi terapeutik sehingga dapat terbina hubungan
daengan baik dan 2. Ada kontak b. Sapa pasien dengan ramah baik
saling percaya dengan pasien lebih
terarah mata verbal maupun non verbal
3. Mau berjabat c. Perkenalkan diri dengan sopan terbuka merasa aman dan mau
TUK 1: tangan d. Tanyakan nama lengkap dan berinteraksi
Pasien dapat 4. Mau menjawab nama pangilan yang disukai
membina hubungan salam e. Jelaskan tujuan pertemuan
saling percaya 5. Pasien mau jujur dan menepati janji
duduk f. Tunjukan sikap empati dan
berdampingan menerima pasien apa adanya
6. Pasien mau
mengutarakan
perasaannya

17
NO Perencanaan
DX Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Tindakan Keperawatan Rasional

Meningkatkan orintasi pasien pada


g. Jangan membantah dan realita dan meningkatkan rasa
mendukung waham pasien percaya pasien dan perawat
1) Katakan perawat menerima
keadaan keyakinan pasien
“saya menerima keyakinan
anda”
2) Katakan perawat tidak
mendukung “sukar bagi saya
untuk dapat Suasana lingkungan persahabatan
mempercayainya” yang mendukung dalam
komunikasi terapeutik
h. Yakinkan pasien dalam keadaan
aman dan terlindung
1) “anda berada ditempat yang
aman dan terlindung”
2) Gunakan keterbukaan dan Mengetahui penyebab waham dan
kejujuran, jangan tinggalkan intervensi yang selanjutnya yang
pasien sendirian akan di lakukan oleh pasien

i. Observasi apakah waham pasien


menganggu aktivitas sehari-hari.

18
NO Diagnosa Perencanaan
DX Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Tindakan Keperawatan Rasional
TUK 2: Kriteria Evaluasi
Pasien dapat
mengidentifikasik 1. Pasien mampu 1. Beri pujian pada penampilan dan Penguatan (rein forcement) positif
an kemampuan mempertahankan kemampuan pasien yang dapat meningkatkan kemampuan
yang dimiliki aktivitas sehari- realistis yang dimiliki oleh pasien dan
hari 2. Diskusikan dengan pasien harga diri pasien
2. Pasien dapat kemampuan yang dimiliki pada
mengontrol waktu lalu dan saat ini yang
wahamnya realistis (hati-hati terlibat diskusi
dengan waham)
3. Tanyakan apa yang bisa Pasien terdorong untuk memilih
dilakukan pasien (kaitkan aktivitas, seperti sebelumnya
dengan aktivitas sehari-hari dan tentang aktivitas yang pernah
perawatan diri) dimiliki oleh pasien
4. Jika pasien selalu bicara tentang Dengan mendengarkan pasien
wahamnya dengarkan sampai akan merasa lebih di perhatikan
kebutuhan waham tidak ada, sehingga akan mengunggkapkan
perawat perlu memperhatikan perasaannya
waham pasien penting.

19
NO Perencanaan
DX Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Tindakan Keperawatan Rasional
TUK 3:
Pasien dapat Kriteria Evaluasi
mengidentifikasi 1. Kebutuhan pasien 1. Observasi kebutuhan pasien Dengan observasi perawat dapat
kebutuhan yang terpenuhi sehari-hari mengetahui kebutuhan pasien
tidak terpenuhi 2. Pasien dapat 2. Diskusikan kebutuhan pasien Dengan mengetahui kebutuhan
melakukan yang tidak terpenuhi selama yang tidak terpenuhi maka dapat
aktivitas secara dirumah maupun dirumah sakit diketahui kebutuhan yang
terarah 3. Hubungan kebutuhan yang diperlukan
3. Pasien dapat tidak terpenuhi dengan
menggunakan / timbulnya waham
membicarakan 4. Tingkatkan aktivitas yang Dengan melakukan aktivitas,
wahamnya dapat memenuhi kebutuhan pasien tidak akan lagi
pasien dan memerlukan waktu menggunakan isi atau ide
dari tenaga wahamnya
5. Atur situasi agar pasien tidak Dengan situasi tertentu akan
mempunyai waktu dapat mengontrol wahamnya
menggunakan wahamnya

(Sumber, Azizah 2011)

20
D. Implementasi
Implementasi merupakan pengelolahan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Rencana yang dilakukan
adalah rencana tidak tertulis, apa yang dipikirkan, dirasakan (Riyadi S, 2013)
Dalam mengimplementasikan intervensi, perawat kesehatan jiwa
menggunakan intervensi yang luas yang dirancang untuk mencegah penyakit
meningkatkan, mempertahankan, dan memulihkan kesehatan fisik dan mental.
Dengan adanya perincian kebutuhan waktu, diharapkan setiap perawat memiliki
jadwal harian untuk masing-masing klien sehingga waktu kerja perawat menjadi
lebih efektif dan efisien (Kliat dan Akemat, 2012).
E. Evaluasi
Evalusi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada pasien. Evaluasi ini harus dilakukan terus-menerus pada respon
ansiesta pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
Evaluasi dapat dilaksanakan dengan menggunakan SOAP, sebagai pola pikir
yaitu:
S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah di
laksanakan
O : Respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
A :Analisis ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan aibuah
masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data kontraindikasi
dengan masalah yang ada
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respon pasien
yang terdiri tidak lanjut, dan tidak lanjut perawat.

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Waham adalah keyakinan atau persepsi palsu yang tetap tidak dapat di ubah
meskipun ada bukti yang membantahnya. Gangguan proses pikir waham mengacu
pada suatu kondisi seseorang yang menampilkan satu atau lebih khayalan ganjil
selama paling sedikit satu bulan. Waham merupakan suatu keyakinan yang salah
dipertahankan secara kuat atau terus menerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
(Myres,dkk,2017)

Waham kebesaran adalah meyakini bahwa ia memiliki kebesaran dan


kekuasaan khusus, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan (Iskandar,
2012).

Dari pohon masalah tersebut didapat masalah keperawatan sebagai berikut :

a. Kerusakan komunikasi verbal


b. Harga Diri Rendah Kronik
c. Gangguan isi pikir : Waham Kebesaran
B. Saran

Dari saran kesimpulan yang telah diuraikan diatas, makaa penulis memberikan
beberapa saran yang mungkin di jadikan pertimbangan dan masukan, khusus
penatalaksanaan pasien dengan gangguan isi pikir waham kebesaran adalah sebagai
berikut :

1. Untuk Rumah Sakit


Dalam penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan isi pikir
waham kebesaran di harapkan perawat berpedoman pada teori yang ada dan
memperhatikan masalah perkembangan serta kondisi pasien, dan hendaklah
perawat membina hubungan saling percaya yang baik dengan pasien sebelum
melaksanakan asuhan keperawatan.
2. Untuk Institusi
Diharapkan memperbanyak literatur-literatur terbaru yang berhubungan dengan
keperawatan jiwa, sehingga mahasiswa bisa lebih tertarik dan mau untuk

22
memahami tentang keperawatan jiwa serta penatalaksanaan terhadap pasien
dengan gangguan jiwa.
3. Untuk Pasien
Dalam setiap pelaksanaan asuhan keperawatan diharapkan adanya kerjasama
dengan pihak-pihak yang terkait seperti pasien, orang terdekat pasien (keluarga),
perawat ruangan, demi pencapaian dan tujuan asuhan keperawatan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Myres, Tamara, dkk (editor).2017. Mosby’s Dictionary of medicine, Nursing & Health
Professions (10th edition). Missouri : Elsevier
Stuart, G. W. 2013. Principle and practice of Psychiatric Nursing (10th Edition). St.Louis :
Mosby Year Book Inc
Anonim, (2014). Laporan Pendahuluan Askep Pada Klien Dengan Gangguan isi
pikir:Waham kebesaran
Azizah, (2011). Keperawatan jiwa Aplikasi praktek klinik. Yogyakarta:PT Graha Ilmu
Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: PT Refika Aditama.

Kusumawati, (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Kliat & Akemat. (2012). Model Praktek Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC.
Mukhripah, D. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Adita===========

24

Anda mungkin juga menyukai