Tujuan
Adapun tujuan dari melakukan praktikum fisika dasar mengenai pengukuran ini
mahasiswa diharapkan mampu untuk
1. Mengukur besaran panjang dengan berbagai alat ukur panjang.
2. Mengukur besaran massa dengan berbagai alat ukur massa
(neraca/timbangan).
3. Menentukan kepastian dalam pengukuran serta menuliskan hasil
pengukuran dengan tepat dan akurat.
TINJAUAN TEORITIS
Alat Ukur
Dalam setiap pengukuran baik panjang, massa sebuah benda dan volume
diperlukaan alat ukur. Berikut merupakan beberapa alat ukur yang biasa digunakan
dalam praktikum (Anonim, 2014).
1. Pengukuran Panjang
Untuk mengukur panjang benda kita mengenal alat ukur panjang, seperti
mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup. Alat ukur yang paling umum
adalah mistar, dimana mistar mempunyai skala terkecil 1 mm dengan batas
ketelitian 0,5 mm atau setengah dari nilai skala terkecilnya. Penggunaan alat
ukur panjang sendiri harus disesuaikan dengan benda yang akan diukur.
2. Pengukuran Massa
Alat pengukur massa yaitu neraca dan timbangan. Alat yang biasa digunakan
dalam praktikum adalah Neraca Ohauss, sedangkan dalam kehidupan
sehari-hari alat yang biasa digunakan adalah timbangan. Penggunaan alat ukur
massa harus disesuaikan dengan benda yang akan di ukur.
C. Ketidakpastian Pengukuran
Secara umum penyebab ketidakpastian hasil pengukuran ada tiga, yaitu
kesalahan umum, kesalahan sistematik, dan kesalahan acak (Setya, 2009).
1. Kesalahan Umum
Kesalahan umum adalah kesalahan yang disebabkan keterbatasan
padapengamat saat melakukan pengukuran. Kesalahan ini dapat
disebabkankarena kesalahan membaca skala kecil, dan kekurangterampilan
dalammenyusun dan memakai alat, terutama untuk alat yang melibatkan
banyak komponen
2. Kesalahan Sistematik
Kesalahan sistematik merupakan kesalahan yang disebabkan oleh alat yang
digunakan dan atau lingkungan di sekitar alat yang memengaruhi kinerja
alat. Misalnya, kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan
komponenalat atau kerusakan alat, kesalahan paralaks, perubahan suhu, dan
kelembaban.
a. Kesalahan kalibrasi terjadi karena pemberian nilai skala pada saat
pembuatan atau kalibrasi (standarisasi) tidak tepat.
b. Kesalahan titik nol karena titik nol skala pada alat yang digunakan
tidak tepat berhimpit dengan jarum penunjuk atau jarum penunjuk yang
tidakbisa kembali tepat pada skala nol.
c. Kesalahan komponen alat jelas sangat berpengaruh pada pembacaan
alat ukur.
d. Kesalahan peralatan terjadi bila ada jarak antara jarum penunjuk
dengan garis-garis skala dan posisi mata pengamat tidak tegak lurus
dengan jarum.
9
2. Jangka Sorong
4. Kelereng