Anda di halaman 1dari 188

`

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA LANSIA DENGAN


DEMENSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ANDALAS
KECAMATAN PADANG TIMUR KOTA PADANG
TAHUN 2017

KARYA TULIS ILMIAH

SITI NURHIKMAH
NIM 143110190

JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
`
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA LANSIA DENGAN


DEMENSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ANDALAS
KECAMATAN PADANG TIMUR KOTA PADANG
TAHUN 2017

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan Ke Program Studi D-III Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Padang Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Ahli Madya Keperawatan

Oleh :
SITI NURHIKMAH
NIM: 143110190

PRODI D-III KEPERAWATAN PADANG


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmad dan
karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan
judul “Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Demensia Di Wilayah
Kerja Puskesmas Andalas Kecamatan Padang Timur Kota Padang Tahun
2017”. Peneliti menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan bapak N.
Rachmadanur, S.Kp.MKM selaku pembimbing I dan bapak Idrus
Salim,SKM.M.Kes, M.Biomedselaku pembimbing II yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan peneliti dalam penyusunan
proposal ini. Tidak lupa juga peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak H. Sunardi, SKM, M.Kes selaku Drektur Poltekkes Kemenkes RI
padang.
2. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM, M.Biomed selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI padang.
3. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep, M.Kep selaku Ketua Program Studi Prodi
D III Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI Padang.
4. Bapak Ibu Dosen dan Staf yang telah membntu dan memberikan ilmu
dalam pendidikan untuk bekal bagi peneliti selama perkuliahan di Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI Padang.

5. Pimpinan Puskesmas Andalas Kota Padang yang telah mengizinkan untuk


melakukan penelitian.
6. Teristimewa orang tua dan keluarga yang telah memberikan bantuan
dukungan material dan moral.
7. Rekan-rekan seperjuangan angkatan 2014 Keperawatan, serta sahabat dan
penyemangat yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan proposal ini.

Poltekkes Kemenkes Padang


Peneliti menyadari proposal penelitian ini masih terdapat kekurangan. Oleh sebab
itu peneliti mengharapkan tanggapan, kritikan dan saran yang membangun dari
semua pihak untuk kesempurnaan proposal karya tulis ilmiah ini. Akhir kata,
peneliti berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga nantinya dapat membawa manfaat
bagi pengembangan ilmu

Padang, 16 Juni 2017

Peneliti

Poltekkes Kemenkes Padang


Poltekkes Kemenkes Padang
[Type text]

POLITEKNIK KESEHATAN PADANG


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PADANG

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2017


SITI NURHIKMAH
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA LANSIA DENGAN DEMENSIA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS ANDALAS KECAMATAN PADANG TIMUR
KOTA PADANG TAHUN 2017

xii + 95 halaman, 3 tabel, 1 bagan, 13 lampiran

ABSTRAK
Jumlah penyandang demensia di Indonesia hamper satu juta orang pada tahun
2011 (Gitahafas, 2011). Data dari laporan tahunan Dinas Kesehatan Kota Padang,
demensia tidak termasuk 10 penyakit terbanyak. Dengan jumlah lansia yang
berada di Air Camar sebanyak 43 orang lansia dengan usia > 70 tahun dan di RT
02/ RW 05 didapatkan 11 orang lansia dengan demensia. Tujuan penelitian ini
adalah mendeskripsikan asuhan keperawatan keluarga pada lansia dengan
demensia di wilayah kerja Puskesmas Andalas Kota Padang tahun 2017.

Desain penelitian adalah deskriptif tipe studi kasus, dengan populasi 11 orang
lansia dengan demensia, sampel ditetapkan 2 orang dengan menggunakan random
sampling. Instrumen pengumpulan data adalah format pengkajian keperawatan
keluarga. Cara pengumpulan data dengan wawancara, observasi pengukuran,
dokumentasi. Analisis yang digunakan adalah membandingkan asuhan
keperawatan yang telah dilakukan pada Ny. Nu dan keluarga Ny. Ne dengan teori
penelitian terdahulu.
Hasil pengkajian didapatkan Ny. Nu dan Ny. Ne sama-sama belum paham tentang
demensia, dari hasil diagnose didapatkan dua diagnosa yang sama yaitu gangguan
proses piker dan defisiensi pengetahuan dan didapatkan satu diagnosa yang
berbeda yaitu intoleransi aktivitas pada Ny. Nu dan ansietas pada Ny. Ne, dengan
rencana keperawatan sesuai dengan 5 TUK.
Disarankan kepada pimpinan puskesmas dan tenaga kesehatan yang memegang
program puskesmas diharapkan hasil studi kasus ini dapat digunakan sebagai
tambahan informasi dalam mengembangkan program puskesmas di keluarga
dengan demensia dan mengoptimalkan asuhan keperawatan keluarga dan
melakukan kunjungan rumah.
Kata Kunci :Demensia, lansia, keluarga, asuhan keperawatan
Daftar Pustaka :26 (2007-2016).

Poltekkes Kemenkes Padang


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………. i
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………….. ii
KATA PENGANTAR............................................................................. iii
PERNYATAAN ORISINALITAS……………………………………… v
PERNYATAAN PERSTUJUAN............................................................ vi
ABSTRAK……………………………………………………………… vii
DAFTAR ISI........................................................................................... viii
DAFTAR BAGAN.................................................................................. x
DAFTAR TABEL................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan......................................................................... 6
D. Manfaat Penulisan....................................................................... 7

BAB II TINJAUAN TEORITIS........................................................... 8


A. Konsep Lansia............................................................................. 8
1. Pengertian.............................................................................. 8
2. Teori-teori Proses Menua pada Lansia.................................. 8
3. Proses Menua........................................................................ 10
4. Perubahan yang Terjadi pada Lansia.....................................10

B. Konsep Keluarga......................................................................... 13
1. Pengertian.............................................................................. 13
2. Bentuk Keluarga.................................................................... 13
3. Tahap Perkembangan Keluarga............................................. 15
4. Struktur dan Fungsi Keluarga................................................ 17
5. Peran Perawat Keluarga........................................................ 19
C. Konsep Kasus Demensia ............................................................ 21
1. Pengertian.............................................................................. 21
2. Klasifikasi …………………………………………………... 22
3. Etiologi.................................................................................. 29
4. Patofisiologi........................................................................... 30
5. WOC...................................................................................... 32
6. Manifestasi Klinis.................................................................. 33

Poltekkes Kemenkes Padang


[Type text]

7. Pemeriksaan ………………………………………………… 33
8. Penatalaksanaan..................................................................... 37
D. Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis…..................................... 42
1. Pengkajian.............................................................................. 42
2. Diagnosa Keperawatan.......................................................... 43
3. Intervensi Keperawatan........................................................... 47
4. Implementasi Keperawatan................................................... 60
5. Evaluasi Keperawatan........................................................... 60

BAB III METODE PENELITIAN....................................................... 61


A. Desain Penelitian.......................................................................... 61
B. Tempat dan Waktu Penelitian...................................................... 61
C. Populasi dan Sampel.................................................................... 61
D. Alat dan instrumen....................................................................... 62
E. Jenis dan teknik pengumpulan data............................................. 63
1. Jenis Data............................................................................... 64
2. Cara Pengumpulan Data........................................................ 64
F. Hasil Analisis…........................................................................... 65

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS………………… 66


A. Deskripsi Kasus…………………………………………………… 66
B. Pembahasan Kasus………………………………………………… 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………. 91


A. Kesimpulan……………………………………………………….. 91
B. Saran……………………………………………………………… 92

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Poltekkes Kemenkes Padang


DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1. WOC..................................................................................... 33

Poltekkes Kemenkes Padang


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Skala Prioritas Masalah........................................................... 50

Tabel 2.2 Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga................................ 54

Tabel 4.1 Deskripsi Kasus……………………………………………… 74

Poltekkes Kemenkes Padang


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Ghant Chart Kegiatan


Lampiran 2 Informed Consent
Lampiran 3 Pengkajian Keperawatan Keluarga Partisipan I
Lampiran 4 Pengkajian Keperawatan Keluarga Partisipan II
Lampiran 5 Lembaran Bimbingan Pembimbing I
Lampiran 6 Lembaran Bimbingan Pembimbing II
Lampiran 7 Surat Izin Pengambilan Data di DKK dari Poltekkes
Lampiran 8 Surat Izin Pengambilan Data di Puskesmas Andalas dari DKK
Lampiran 9 Surat Izin Penelitian di Puskesmas Andalas dari Poltekkes
Lampiran 10 Surat Izin Penelitian di Puskesmas Andalas dari DKK
Lampiran 11 Surat Selesai Penelitian di Puskesmas Andalas
Lampiran 12 Satuan Acara Penyuluhan dan Satuan Acara Kegiatan
Lampiran 13 Foto-Foto Kunjungan

Poltekkes Kemenkes Padang


[Type text]

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Siti Nurhikmah


NIM : 143110190
Tempat / Tanggal Lahir : Sawahlunto/ 30 November 1995
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Orang Tua : Ayah : Amiruddin
Ibu : Yuspianti
Kondisi Kesehatan : Baik
Tinggi Badan : 152 cm
Berat Badan : 48 Kg
Golongan Darah :B
Alamat : Kubang Sirakuk Bawah, Kecamatan Lembah
Segar, Kota Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat

No Pendidikan Tahun Ajaran


1. TK Pertiwi I 2001 - 2002

2. SDN 13 Pasar Remaja 2002 - 2008

3. SMP N 1 Sawahlunto 2008 - 2011

4. SMA N 1 Sawahlunto 2011 - 2014

5. Poltekkes Kemenkes RI Padang 2014 - 2017

Poltekkes Kemenkes Padang


[Type text]

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Constantinides dalam Aspiani (2014), menua (menjadi tua) adalah suatu
proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut
adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Nugroho, 2009).

Data WHO menunjukan pada tahun 2000 usia harapan hidup orang didunia
adalah 66 tahun, pada tahun 2012 naik menjadi 70 tahun dan pada tahun 2013
menjadi 71 tahun. Jumlah proporsi lansia di Indonesia juga bertambah setiap
tahunnya. Data WHO pada tahun 2009 menunjukanlansia berjumlah 7,49% dari
total populasi, tahun 2011 menjadi 7,69% dan pada tahun 2013 didapatkan
proporsi lansia sebesar 8,1% dari total populasi (WHO, 2015). Data World
Population Prospect the 2015 Revision , pada tahun 2015 ada 901 juta orang
berusia 60 tahun atau lebih yang terdiri atas 1 persen dari jumlah populasi global.

Asia menempati urutan pertama dengan populasi lansia terbesar, dimana pada
tahun 2015 berjumlah 508 juta populasi lansia, menyumbang 56% dari total
populasi lansia didunia. Sejak tahun 2000 presentasi penduduk Indonesia
melebihi 7% (Kemenkes RI, 2014). Mengutip data dari Badan Pusat Statistik
(2014), populasi lansia mencapai 20,24 juta jiwa, setara dengan 8,03% dari
seluruh penduduk Indonesia semakin tinggi dari tahun ke tahun.

Sesuai dengan data dari BPS Provinsi Sumatera Barat, jumlah penduduk Provinsi
Sumatera Barat pada tahun 2012 tercatat sebesar 4.904.460 jiwa dan 5,6%
diantaranya adalah penduduk berusia tua (>65 tahun). Jumlah tersebut

Poltekkes Kemenkes Padang


diperkirakan akan bertambah seiring dengan peningkatan usia harapan hidup.
Usia harapan hidup di Sumatera Barat pada tahun 2011 adalah 69,76 tahun angka
ini lebih tinggi dibandingkan data nasional yaitu 65-65 tahun ( Dinas Kesehatan
provinsi Sumatra Barat, 2013). Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk
lanjut usia terjadi juga peningkatan jumlah penduduk dengan penyakit
degeneratif seperti demensia.

Menurut Katona dalam Dede Nasrullah (2014) Demensia adalah penurunan


menyeluruh dari fungsi mental luhur yang bersifat progesif dan irevesibel dengan
kesadaran yang baik.Demensia merupakan suatu gangguan fungsi daya ingat
(kognitif) yang terjadi perlahan – lahan, dan dapat mengganggu kinerja dan
aktivitas kehidupan sehari – hari orang yang terkena. Gangguan kognitif (proses
berpikir) tersebut adalah gangguan mengingat jangka pendek dan mempelajari
hal – hal baru, gangguan kelancaran berbicara (sulit menyebutkan nama benda
dan mencari kata – kata untuk diucapkan), keliru mengenai tempat - waktu –
orang atau benda, sulit hitung menghitung, tidak mampu lagi membuat rencana,
mengatur kegiatan, mengambil keputusan, dan lain –lain (Sumijatun dkk, 2005).

Angka kejadian demensia di Asia Pasifik sekitar 4,3 juta pada tahun 2005 yang
akan meningkat menjadi 19,7 juta per tahun pada 2050. Jumlah penyandang
demensia di Indonesia hampir satu juta orang pada tahun 2011 (Gitahafas,
2011).Krisis paruh baya dapat meningkatkan risiko seorang perempuan mengidap
penyakit alzheimer.Dalam sebuah studi, para peneliti Swedia memantau
kemajuan 1.415 perempuan antara 1968 dan 2000. Survei pada 1968, 1974, dan
1980 digelar guna mengetahui tingkat stres psikologis yg dialami perempuan
berusia antara 38 dan 60 saat studi dimulai. Dari penelitian tersebut didapatkan
hasil perempuan yg dilaporkan mengalami gejala stres dan kecemasan berulang
pada usia paruh baya berpotensi dua kali lipat lebih berisiko mengidap demensia
(Johansson et al. 2013).

Poltekkes Kemenkes Padang


[Type text]

Menurut Sri Hartati, Costrie Ganes Widayantidalam penelitian yang berjudul


Clock Drawing: Asesmen Untuk Demensiapada tahun 2010 di mengatakan
bahwasaat ini penduduk yang berusia lanjut (> 60 tahun) di Indonesia terus
meningkat jumlahnya bahkan pada tahun 2005-2010 diperkirakan akan mencapai
sekitar 8,5% dari jumlah seluruh penduduk atau sekitar 19 juta jiwa. Kondisi ini
merupakan suatu tantangan untuk mempertahankan kesehatan dan kemandirian
para lanjut usia agar tidak menjadi beban bagi dirinya, keluarga maupun
masyarakat. Dari jumlah itu, sekitar 15% diantaranya mengalami demensia atau
pikun, di samping penyakit degeneratif lainnya seperti penyakit kanker, jantung,
reumatik, osteoporosis, katarak (Prodia, 2007). Kira-kira 5% usia lanjut 65 - 70
tahun menderita demensia dan meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai
lebih 45 % pada usia diatas 85 tahun. Pada negara industri kasus demensia 0.5 -
1.0 % dan di Amerika jumlah demensia pada usia lanjut 10 - 15% atau sekitar 3 -
4 juta orang. Demensia Alzheimer merupakan kasus demensia terbanyak di
negara maju Amerika dan Eropa sekitar 50 - 70%.Demensia vaskuler penyebab
kedua sekitar 15 - 20% sisanya 15 - 35% disebabkan demensia lainnya. (dalam
Wibowo, 2007).

Menurut Hendrie dkk.yang melakukan penelitian di tahun 1995, meskipun faktor


genetik memegang peranan yang penting terjadi demensia, nampaknya faktor
lingkungan juga memberikan sumbangan besar pada faktor resikonya. Faktor
lingkungan tersebut berkaitan dengan gaya hidup. Menurut penulis, gaya hidup
yang tidak sehat yang Dengan bertambahnya umur nampaknya faktor resiko
menderita demensia juga akan meningkat. Orang yang berumur 65 tahun keatas
akan mempunyai resiko 11% dan umur 85 tahun keatas resiko semakin besar
yaitu 25% - 47%. Selain itu,, bertambah majunya bidang ilmu farmakologi untuk
penderita demensia, dibutuhkan berbagai macam usaha untuk melakukan
skrining terhadap penderitanya. Skrining tersebut diperlukan agar dapat diberikan
pengobatan yang lebih dini untuk memperlambat keparahan demensia. Keadaan

Poltekkes Kemenkes Padang


demensia pada usia lanjut terjadi tidak secara tiba-tiba, tetapi secara berangsur-
angsur melalui sebuah rangkaian kesatuan dimulai dari “Senescence”
berkembang menjadi ”senility” yang disebut sebagai kondisi “pre-demensia”
dan selanjutnya baru menjadi “dementia”. Pengenalan demensia masa kini
dipusatkan pada pengenalan dini melalui rangkaian kesatuan tersebut yaitu mulai
dari kondisi “senescence” yang dikenal sebagai “benign senescent forgetfulness
(BSF)”, dan “age-associated memory impairment (AAMI)”, – berlanjut menjadi
kondisi “Senility” yang antara lain dikenal sebagai “cognitively impaired not
demented (CIND)”, dan “mild cognitive impairment ( MCI)”. Akhirnya barulah
disusul fase “dementia” (Kuntjoro, 2007).

Enam puluh persen demensia adalah irreversibel (tidak dapat pulih ke kondisi
semula), 25% dapat dikontrol, dan 15% reversibel (dapat pulih kembali).Penyakit
penyebab demensia yang dapat diobati harus dapat diidentifikasi dan dikelola
sebaik-baiknya.Prevalensi demensia pada populasi lanjut usia (> 65 tahun)
berkisar 3-30%.Demensia tipe Alzheimer dilaporkan bertumbuh 2 kali lipat
setiap pertambahan usia 5tahun, yaitu bila prevalensi demensia pada usia 65
tahun 3% maka menjadi 6% padausia 70 tahun, 12% pada 75 tahun dan 24%
pada usia 80 tahun. Di Indonesia pada tahun 2006 diperkirakan ada 1 juta orang
dengan demensia untuk jumlah lanjut usia 20 juta orang. Demensia vaskular
merupakan sindrom yang berhubungan dengan mekanisme vaskular yang
berbeda.Baru-baru ini, lesi vaskular diduga telah memainkan peran dalam
penyakit Alzheimer.

Data dari laporan tahunan Dinas Kesehatan Kota Padang, demensia tidak
termasuk 10 penyakit terbanyak tetapi demensia termasuk salah satu penyakit
degeneratif yang dapat mengakibatkan keparahan.Puskesmas adalah unit
pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (DepKes,
2004 dalam Sudiharto, 2012). Di dapatkan dari data tersebut bahwa jumlah lansia

Poltekkes Kemenkes Padang


[Type text]

terbanyak berada di Puskesmas Andalas dengan jumlah lansia sebanyak 7.588


orang, dan yang kedua Puskesmas Lubuk Buaya dengan jumlah lansia sebanyak
6.930 orang dan yang ketiga Puskesmas Pauh sebanyak 6.007 orang lansia. Dari
data yang di dapatkan dari Puskesmas Andalas di dapatkan jumlah lansia yang
berkunjung ke Posyandu terbanyak terdapat di Kelurahan Air Camar dengan
jumlah lansia sebanyak 43 orang lansia dengan usia lebih dari 70 tahun ke atas.
Didapatkan jumlah lansia di kelurahan Air Camar di RT02/RW05 sebanyak 19
oranglansia dengan usia di atas 70 tahun.Dan setelah dibagikan kuisioer
didapatkan jumlah lansia dengan gangguan kognitif pada demensia sebanyak 11
orang.

Berdasarkan latar belakang dan fenomena di atas penulis tertarik untuk


mengangkat kasus lansia pada keluarga dengan judul “Asuhan Keperawatan
pada Keluarga dengan Demensia di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas
Kecamatan Padang TimurKota Padang tahun 2017 “

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan asuhan
keperawatan pada lansia dengan masalah demensia di Puskesmas Andalas
Kecamatan Padang TimurKota Padang tahun 2017.

1.3 Tujuan Penelitian


1. Tujuan Umum
Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada lansia di keluarga
dengan demensia di wilayah kerja Puskesmas Puskesmas Andalas
Kecamatan Padang Timur Kota Padang Tahun 2017.

Tujuan Khusus

Poltekkes Kemenkes Padang


a) Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada lansia dengan
masalah demensia di wilayah kerja Puskesmas Puskesmas Andalas
Kecamatan Padang Timur Kota Padang Tahun 2017.
b) Mampu mendiskripsikan rumusan diagnosa keperawatanpada lansia
dengan masalah demensia di wilayah kerja Puskesmas Andalas
Kecamatan Padang Timur Kota Padang Tahun 2017
c) Mampu mendiskripsikan rencana keperawatan pada lansiadengan
masalah demensia di wilayah kerja puskesmas Puskesmas Andalas
Kecamatan Padang Timur Kota Padang Tahun 2017.
d) Mampu mendiskripsikan tindakan keperawatan pada lansia dengan
masalah demensia di wilayah kerja Puskesmas Puskesmas Andalas
Kecamatan Padang Timur Kota Padang Tahun 2017.
e) Mampu mendiskripsikan evaluasi keperawatan pada lansia dengan
masalah demensia di wilayah kerja Puskesmas Puskesmas Andalas
Kecamatan Padang Timur Kota Padang Tahun 2017.
f) Mampu mendiskripsikan dokumentasi keperawatan pada keluarga
dengan kasus demensia di wilayah kerjaPuskesmas Andalas
Kecamatan Padang Timur Kota Padang Tahun 2017.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Bagi penulis/ Peneliti
Kegiatan penulisan ini dapat menambah wawasan, pengalaman dan
pengetahuan penulis dalam penerapan asuhan keperawatan pada lansia dengan
masalah demensiadi wilayah kerja puskesmas Belimbing Puskesmas
Belimbing Kelurahan Kuranji Kota Padang tahun 2017.

2. Bagi Puskesmas Andalas


Penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam
meningkatkan “Asuhan Keperawatan pada lansia dengan masalah demensia di
wilayah kerja puskesmas Puskesmas Andalas Kecamatan Padang Timur Kota
Padang Tahun 2017”.

3. Bagi Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang

Poltekkes Kemenkes Padang


[Type text]

Hasil penulisan yang diperoleh dapat digunakan sebagai sumber informasi dan
bahan perbandingan untuk penulisan asuhan keperawatan pada pasien dengan
masalah demensia.

Poltekkes Kemenkes Padang


Poltekkes Kemenkes Padang
[Type text]

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Lansia
1. Pengertian Lansia
Lansia menurut WHO (2016), adalah pria dan wanita yang telah mencapai usia
60-74 tahun. Menurut Keliat (1999 dalam Maryam dkk, 2010) usia lanjut
merupakan tahapan akhir dari perkembangan pada daur kehidupan manusia.
Sedangkan menurut Fatimah (2010), lansia merupakan proses penuaan dengan
bertambahnya usia individu yang ditandai dengan penurunan fungsi organ
tubuh seperti otak, jantung, hati dan ginjal serta peningkatan kehilangan
jaringan aktif tubuh berupa otot-otot tubuh.

Secara biologis penduduk lansia adalah penduduk yang mengalami proses


penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan
fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat
menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam
struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ (Nugroho, 2008). Dari
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa lansia merupakan individu yang
beusia diatas 60 tahun, dan telah memasuki tahap akhir proses perkembangan,
sehingga mulai mengalami perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan,
serta penurunan fungsi sistem organ sehingga rentan terhadap penyakit yang
dapat menyebabkan kematian.

2. Teori-teori proses menua

Stanley (2007), menyatakan bahwa teori - teori tejadinya penuaan pada lansia
dikelompokkan kedalam dua kelompok besar, yaitu teori biologis dan
psikososiologis
a. Teori Biologis
Terjadinya perubahan fungsi dan struktur, pengembangan, panjang usia dan
kematian. Termasuk perubahan molekuler dan seluler dalamsistem organ

Poltekkes Kemenkes Padang


utama dan kemampuan tubuh untuk berfungsi secara adekuat dan melawan
penyakit. Adany beberapa teori yang mendukung teori Biologis yaitu :
1) Genetika
Terdiri dari teori DNA, teori ketepatan dan kesalahan mutasi somatik,
dan teori glikogen proses replikasi pada tingkatan seluler menjadi tidak
teratur karena adanya informasi tidak sesuai yang diberikan dari inti
sel.
2) Wear-And-Tear
Akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi dapat merusak sintesis
DNA, sehingga mendorong malfungsi molekoler dan akhirnya
malfungsi organ tubuh.
3) Imunitas
Menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem imun yang
berhubungan dengan penuaan, sehingga ketika seseorang betambah tua
maka pertahanan mereka terhadap organisme asing mengalami
penurunan, sehingga mereka lebih rentan untuk menderita berbagai
penyakit.
4) Neuroendokrin
Salah satu area neurologi yang mengalami gangguan secara universal
akibat penuaan adalah waktu reaksi yang diperlukan untuk menerima,
memproses, dan bereaksi terhadap perintah.

b. Teori Psikososiologis
1) Kepribadian
Aspek-aspek pertumbuhan psikologis tanpa menggambarkan harapan
atau luas spesifik lansia.
2) Tugas Perkembangan
Aktivitas dan tantangan yang harus dipenuhi seseorang pada tahap-
tahap spesifik dalam hidupnya. Mampu melihat kehidupan seseorang
sebagai kehidupan yang dijalani sebagai integritas.
3) Disengagement
Teori ini menggambarkan tentang proses penarikan diri oleh lansia dari
peran bermasyarakat dantanggung jawabnya.
4) Aktivitas
Teori ini berbicara tentang pentingnya tetap aktif secara sosial sebagai
alat untuk penyesuaian diri yang sehat pada lansia.

Poltekkes Kemenkes Padang


[Type text]

5) Kontinuitas
Teori ini bericara tentang penekanan koping kepribadian pada individu
lansia.

Menurut Sudoyo (2007), suatu teori mengenai penuaan dapat dikatakan valid
apabila ia dapat memenuhi tiga kriteria umum berikut : teori yang dikemukakan
tersebut harus terjadi secara umum, proses yang dimaksud pada teori itu harus
terjadi secara progresif seiring dengan berjalannya waktu dan proses yang
terjadi harus menghasilkan perubahan yang menyebabkan disfungsi organ dan
menyebabkan kegagalan suatu organ atau sistem tubuh tertentu.

3. Proses menua
Menurut Constantinides dalam Aspiani (2014), menua (menjadi tua) adalah
suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri/ mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
diderita. Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan daya tahan tubuh
dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Proses menua
sudah berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa (Aspiani, 2014).

Proses penuaan dipengaruhi oleh dua faktor. Pertama, faktor genetik, yang
melibatkan perbaikan DNA, respons terhadap stres, dan pertahanan terhadap
antioksidan. Kedua, faktor lingkungan, yang meliputi pemasukan kalori,
berbagai macam penyakit, dan stres dari luar, misalnya radiasi atau bahan-
bahan kimia. Faktor tersebut akan mempengaruhi aktivitas metabolisme sel
yang akan menyebabkan terjadinya stres oksidasi sehigga terjadi kerusakan
pada sel yang menyebabkan terjadinya proses penuaan (Sunaryo dkk, 2016).

4. Perubahan yang terjadi pada Lansia


Perubahan – perubahan yang lazim terjadi pada lansia adalah :
a. Perubahan pada kondisi fisik

Poltekkes Kemenkes Padang


Menurut Maryam, dkk (2010) dan Stanley (2007), perubahan fisik pada
lansia meliputi, yaitu :
1) Sel
Perubahan sel tubuh pada seseorang yang memasuki usia lanjut antara
lain: Jumlah sel berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun,
cairan intraseluler menurun, jumlah sel otak menurun, terganggunya
perbaikan sel dan otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10%.
2) Kardiovaskuler
Katup jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa darah
menurun (menurunnya kontraksi dan volume), elastisitas pembuluh
darah menurun, serta meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
sehingga tekanan darah meningkat. Irama jantung yang tidak sesuai dan
koordinasi aktivitas listrik menjadi distritmik dan tidak terkoordinasi
dengan bertaambahnya usia. Sinus distritmia dan sinus bradikardia
adalah hal yang sering terjadi dan dapat menimbulkan rasa pusing,
jatuh, palpitasi atau perubahan status mental.
3) Respirasi
Otot-otot pernapasan kekuatannya menurun dan kaku, elastisitas paru
menurun, kapasitas residu meningkat sehingga menarik napas lebih
berat, alveoli melebar dan jumlahnya menurun, kemampuan batuk
menurun, serta terjadi penyempitan pada bronkus. Perubahan struktural,
perubahan fungsi pulmonal dan perubahan sistem imun mengakibatkan
suatu kerentanan untuk mengalami kegagalan respirasi akibat infeksi,
kanker paru, emboli pulmonal, dan penyakit kronis seperti asma dan
penyakit paru obstruksi kronis (PPOK).
4) Persarafan
Saraf panca indra mengecil sehingga fungsinya menurun serta lambat
dalam merespon dan waktu bereaksi khususnya yang berhubungan
dengan stress. Berkurang atau hilangnya lapisan myelin akson, sehingga
menyebabkan berkurangnya respon motorik dan reflek.

Poltekkes Kemenkes Padang


[Type text]

5) Muskuloskletal
Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh (osteoporosis), bungkuk
(kifosis), persendian membesar dan menjadi kaku (atrofi otot), kram,
tremor, tendon mengerut, dan mengalami sklerosis. Perubahan pada
tulang, otot dan sendi mengakibatkan terjadinya perubahan penampilan,
kelemahan, dan lambatnya pergerakan yang menyertai penuaan.
6) Genitourinaria
Ginjal mengecil, aliran darah keginjal menurun, penyaringan di
glomerulus menurun, fungsi tubulus menurun sehingga kemampuan
mengonsentrasikan urine ikut menurun. Otot-otot melemah
vesikaurinaria melemah, kapasitasnya menurun, dan retensi urin.
Prostat: hipertrofi pada 75% lansia.
7) Pendengaran
Membran timpani atrofi sehingga terjadi gangguan pendengaran.
Tulang-tulang pendengaran mengalami kekakuan. Perubahan pada
fungsi pendengaran yaitu kehilangan kemampuan pendengaran secara
bertahap.
8) Penglihatan
Respon terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap menurun,
akomodasi menurun, lapang pandang menurun dan katarak. Perubahan
penglihatan dan fungsi mata yang dianggap normal dalam proses
penuaan termasuk kesukaran melihat huruf-huruf kecil, penglihatan
kabur, penyempitan lapang pandang dan sensitivitas terhadap cahay
menurun.
9) Kulit
Kulit keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Rambut dalam
hidung dan telinga menebal. Elastisitas menurun, vaskularisasi
menurun, rambut memutih (uban), kelenjar keringat menurun, kuku
keras dan rapuh, serta kuku kaki tumbuh berlebihan seperti tanduk.
10) Endokrin

Poltekkes Kemenkes Padang


Produksi hormone menurun, menurunnya aktivitas tiroid, peningkatan
kadar gula darah akibat menurunnya produksi insulin oleh pangkreas,
sehingga lansia cenderung mengalami hiperglikemia.

Menurut Maryam dkk (2010), perubahan sosial pada lansia meliputi:


1) Perubahan peran
Perubahan peran meliputi: post power syndrome, single woman, dan
menjadi orang tua tunggal.
2) Keluarga
Merasakan kesendirian, serta kehampaan.
3) Teman
Ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul perasaan kapan akan
meninggal.
4) Abuse
Kekerasan berbentuk verbal (dibentak) dan nonverbal (dicubit, tidak
diberi makan).
5) Masalah hukum
Berkaitan dengan perlindungan aset dan kekayaan pribadi yang
dikumpulkan semenjak masih muda.
6) Agama
Melaksanakan ibadah.
7) Panti jompo
Lansia merasa dibuang/diasingkan dan merasa tidak berguna lagi.

B. Konsep Dasar Keluarga


1. Pengertian Keluarga
Menurut Friedman (2010), keluarga adalah dua atau lebih individu yang
tergabung karena ikatan tertentu untuk saling berbagi pengalaman dan
melakukan pendekatan emosional, serta mengidentifikasikan diri mereka
sebagai bagian dari keluarga.

2. Bentuk Keluarga

Poltekkes Kemenkes Padang


[Type text]

Beberapa bentuk keluarga menurut Friedman (2010) dan Sudiharto (2012),


adalah sebagai berikut :
a) Keluarga Inti adalah keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan
yang direncanakan yang terdiri dari suami dan istri dengan atau tanpa
anak.
b) Keluarga Asuh merupakan suatu unit keluarga dengan anak yang terpisah
dari salah satu atau kedua orang tua kandung untuk menjamin keamanan
dan kesejahteraan fisik serta emosional mereka.
c) Keluarga Besar (Extended family) adalah keluarga dengan pasangan yang
berbagi pengaturan rumah tangga dan pengeluaran keuangan dengan
orang tua, kakak/adik, dan keluarga dekat lainnya. Anak-anak kemudian
dibesarkan oleh beberapa generasi dan memiliki pilihan model pola
perilaku yang akan membentuk pola perilaku mereka.
d) Keluarga orang tua tunggal adalah keluarga dengan ibu atau ayah sebagai
kepala keluarga. Keluarga orang tua tunggal tradisional adalah keluarga
dengan kepala rumah tangga duda/janda yang bercerai, ditelantarkan, atau
berpisah. Keluarga orang tua tungga nontradisional adalah keluarga yang
kepala keluarganya tidak menikah.
e) Keluarga orang tua tiri adalah keluarga yang menikah lagi yang terbentuk
dengan atau tanpa anak dan keluarga yang terbentuk kembali baik melalui
proses perceraian atau kehilangan (kematian salah satu pasangan).
f) Keluarga Berantai (social family) adalah keluarga yang terdiri dari wanita
dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga
inti.
g) Keluarga komposit (composite family) adalah keluarga dari perkawinan
poligami dan hidup bersama.
h) Keluarga kohabitasi (cohabitation) adalah dua orang menjadi satu
keluarga tanpa pernikahan, bisa memiliki anak atau tidak, Di Indonesia
bentuk keluarga ini tidak lazim dan bertentangan dengan budaya timur.
Namun, lambat laun keluarga kohabitasi ini mulai dapat diterima.
i) Keluarga Inses (inses family) adalah seiring dengan masuknya nilai-nilai
global dan pengaruh informasi yang sangat dahsyat dijumpai bentuk
keluarga yang tidak lazim, misalnya anak perempuan menikah dengan

Poltekkes Kemenkes Padang


ayah kandungnya, ibu menikah dengan anak kandung laki-laki, paman
menikah dengan keponakanya, kakak menikah dengan adik dari satu ayah
da satu ibu. Walaupun tidak lazim dan melanggar nilai-nilai budaya,
jumlah keluarga inses semakin hari semakin besar. Hal tersebut dapat kita
cermati melalui pemberitaan dari berbagai media cetak dan elektronik.

3. Tahap perkembangan keluarga


Menurut Friedman (2010), terdapat 8 tahap perkembangan keluarga, yaitu:
a. Tahap I ( Keluarga dengan pasangan baru )
Pembentukan pasangan menandakan permulaan suatu keluarga baru
dengan pergerakan dari membentuk keluarga asli sampai kehubungan
intim yang baru.Tahap ini juga disebut sebagai tahap pernikahan. Tugas
perkembangan keluarga tahap I adalah membentuk pernikahan yang
memuaskan bagi satu sama lain, berhubungan secara harmonis dengan
jaringan kekerabatan, perencanaan keluarga (Friedman, 2010).

b. Tahap II (Childbearing family)


Mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut samapi berusia 30
bulan.Transisi ke masa menjadi orang tua adalah salah satu kunci menjadi
siklus kehidupan keluarga. Tugas perkembangan tahap II adalah
membentuk keluarga muda sebagai suattu unit yang stabil
( menggabungkan bayi yang baru kedalam keluarga), memperbaiki
hubungan setelah terjadinya konflik mengenai tugas perkembangan dan
kebutuhan berbagai keluarga, mempertahankan hubungan pernikahan
yang memuaskan, memperluas hubungan dengan hubungan dengan
keluarga besar dengan menambah peran menjadi orang tua dan menjadi
kakek/nenek (Friedman, 2010).

c. Tahap III (Keluarga dengan anak prasekolah)

Poltekkes Kemenkes Padang


[Type text]

Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama


berusia 2½ tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saat
ini dapat terdiri dari tiga sampai lima orang, dengan posisi pasangan
suami-ayah, istri-ibu, putra-saudara laki-laki, dan putri-saudara
perempuan.
Tugas perkembangan keluarga tahap III adalah memenuhi kebutuhan
anggota keluarga akan rumah, ruang, privasi dan keamanan yang
memadai, menyosialisasikan anak, mengintegrasi anak kecil sebagai
anggota keluarga baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak lain,
mempertahankan hubungan yang sehat didalam keluarga dan diluar
keluarga (Friedman, 2010).

d. Tahap IV (Keluarga dengan anak sekolah)


Tahap ini dimulai ketika anak pertama memasuki sekolah dalam waktu
penuh, biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika ia mencapai
pubertas, sekitar 13 tahun. Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota
keluarga maksimal dan hubungan keluarga pada tahap ini juga
maksimal.Tugas perkembangan keluarga pada tahap IV adalah
mensosialisasikan anak- anak termasuk meningkatkan prestasi,
mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan (Friedman,
2010).

e. Tahap V (Keluarga dengan anak remaja)


Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap kelima dari siklus atau
perjalanan kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini berlangsung
selama enam atau tujuh tahun, walaupun dapat lebih singkat jika anak
meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama, jika anak tetap tinggal
dirumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun. Tujuan utama pada
keluarga pada tahap anak remaja adalah melonggarkan ikatan keluarga

Poltekkes Kemenkes Padang


untuk meberikan tanggung jawab dan kebebasan remaja yang lebih besar
dalam mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa muda. Tugas
perkembangan keluarga dengan anak remaja adalah menyeimbangkan
kebebasan dengan tanggung jawab seiring dengan kematangan remaja dan
semakin meningkatnya otonomi (Friedman, 2010).

f. Tahap VI ( keluarga melepaskan anak dewasa muda)


Permulaan fase kehidupan keluarga in ditandai dengan perginya anak
pertama dari rumah orang tua dan berakhir dengan “kosongnya rumah”,
ketika anak terakhir juga telah meninggalkan rumah. Tugas keluarga pada
tahap ini adalah memperluas lingkaran keluarga terhadap anak dewas
muda, termasuk memasukkan anggota keluarga baru yang berasal dari
pernikahan anak-anaknya, melanjutkan untuk memperbarui dan
menyesuaikan kembali hubungan pernikahan, membantu orang tua suami
dan istri yang sudah menua dan sakit (Friedman, 2010).

g. Tahap VII (Orang tua paruh baya)


Merupakan tahap masa pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika anak
terakhir meninggalkan rumah dan berakhir dengan pensiun atau kematian
salah satu pasangan.Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah
menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan, mempertahankan
kepuasan dan hubungan yang bermakna antara orangtua yang telah menua
dan anak mereka, memperkuat hubungan pernikahan (Friedman, 2010).

h. Tahap VIII (Keluarga lansia dan pensiunan)


Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan pensiun salah
satu atau kedua pasangan, berlanjut sampai salah satu kehilangan
pasangan dan berakhir dengan kematian pasangan lain. Tugas
perkembangan keluarga tahap ini adalah mempertahankan penataan
kehidupan yang memuaskan (Friedman, 2010).

Poltekkes Kemenkes Padang


[Type text]

4. Struktur dan Fungsi Keluarga


Struktur keluarga menunjukkan cara pengaturan keluarga, cara pengaturan
unit-unit, dan bagaimana unit-unit ini saling mempengaruhi. Struktur keluarga
terutama dievaluasi dengan mengevaluasi seberapa baik keluarga mampu
mencapai fungsi keluarganya. Struktur keluarga berfungsi untuk memfasilitasi
pencapaian fungsi keluarga, karena penghematan dan alokasi sumber daya
adlah tugas utama struktur keluarga. Karena berhubungan penting, struktur ini
harus dipandang berurutan dengan struktur keluarga (Friedman, 2010).

Menurut Friedman (2010), lima fungsi dasar keluarga diantaranya adalah


fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi reproduksi, fungsi ekonomi dan fungsi
perawatan keluarga.
a) Fungsi Afektif
Fungsi afektif berfokus pada pemenuhan kebutuhan anggota keluarga akan
kasih sayang dan pengertian. Keluarga harus memenuhi kebutuhan kasih
sayang anggota keluarganya karena respon kasih sayang satu anggota
keluarga ke keluarga lainnya memberikan dasar penghargaan pada
kehidupan keuarga (Friedman, 2010). Fungsi afektif, fungsi ini
berhubungan dengan persepsi keluarga dan kepedulian terhadap kebutuhan
sosioemosional semua anggota keluarganya. Hal tersebut termasuk
mengurangi ketegangan dan mempertahankan moral. Adanya perceraian,
kenakalan anak, atau masalah lain yang sering timbul dalam keluarga
dikarenakan fungsi afektif yang tidak terpenuhi (Friedman, 2010).

b) Fungsi Sosialisasi dan Status Sosial


Sosialisasi mencakup semua proses dalam sebuah komunitas tertentu atau
kelompok dimana manusia berdasarkan sifat kelenturannya, melalui
pengalaman-pengalaman yang diperoleh selama hidup, mereka
memperoleh karakteristik yang terpola secara sosial. Sosialisasi merujuk
pada proses perkembangan atau perubahan yang dialami oleh seorang
individu sebagai hasil dari interaksi sosial dan pembelajaran peran-peran
sosial. Keluarga merupakan tempat individu melakukan sosialisasi. Pada

Poltekkes Kemenkes Padang


setiap tahap perkembangan keluarga dan individu (anggota keluarga)
dicapai melalui interaksi atau hubungan yang diwujudkan dalam
sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya, serta perilaku
melalui hubungan dan interaksi dalam keluarga, sehingga individu mampu
berperan di masyarakat (Friedman, 2010).

c) Fungsi Reproduksi
Salah satu fungsi dasar keluarga menurut Leslie dan Korman (1989 dalam
Friedman 2010), adalah untuk menjamin kontinuitas antar generasi
keluarga dan masyarakat yaitu menyediakan anggota baru untuk
masyarakat. Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan
keturunan dan menambah sumber daya manusia. Dengan adanya program
keluarga berencana, maka fungsi ini sedikit terkontrol. Di sisi lain banyak
kelahiran yang tidak diharapkan atau di luar ikatan perkawinan, sehingga
lahirlah keluarga baru dengan satu orang tua (Friedman, 2010).

d) Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya yang
cukup meliputi, finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai
melalui proses pengambilan keputusan. Untuk memenuhi kebutuhan
keluarga seperti: makanan, pakaian, dan perumahan, maka keluarga
memerlukan sumber keuangan. Fungsi ini sulit dipenuhi oleh keluarga
yang berada di bawah garis kemiakinan, perawat bertanggung-jawab untuk
mencari sumber-sumber di masyarakat yang dapat digunakan oleh keluarga
dalam meningkatkan status kesehatan (Friedman, 2010).

e) Fungsi Perawatan Keluarga


Fungsi perawatan kesehatan merupakan pertimbangan vital dalam
pengkajian keluarga. Guna menempatkan dalam sebuah perspektif, fungsi
ini merupakan salah satu fungsi keluarga yang menyediakan kebutuhan-
kebutuhan fisik, seperti makan,pakaian, tempat tinggal dan perawatan
kesehatan. Jika dilihat dari perspektif masyarakat, keluarga merupakan

Poltekkes Kemenkes Padang


[Type text]

sistem dasar, dimana perilaku sehat dan perawatan kesehatan diatur, dan
diamankan (Friedman, 2010).

Fungsi keluarga dalam perawatan kesehatan dengan melaksanakan praktek


asuhan kesehatan yaitu keluarga mempunyai tugas untuk memelihara
kesehatan anggota keluarganya agar tetap memiliki produktivitas dalam
menjalankan perannya masing-masing. Adapun tugas kesehatan keluarga
menurut Friedman (2010), yaitu:
1) Mengenal masalah atau gangguan kesehatan keluarga
2) Mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
3) Merawat anggota keluarga yang sakit
4) Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan
keluarga
5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat

5. Peran Perawat Keluarga

Adapun peran perawat keluarga menurut (Sudiharto, 2012) adalah sebagai


berikut:

a. Sebagai pendidik
Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan kepada
keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang memiliki masalah kesehatan.
b. Sebagai pembela (advokat)
Perawat berperan sebagai advokat keluarga utuk melindungi hak-hak
keluarga sebagai klien. Perawat diharapkan mampu mengetahui harapan
serta memodifikasi sistem pada perawatan yang diberikan untuk
memenuhi hak dan kewajiban mereka sebagai klien mempermudah tugas
perawat untuk memandirikan keluarga.
c. Sebagai supervisor pelayanan keperawatan
Perawat melakukan supervisi atau pembinaan terhadap keluarga melalui
kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap keluarga berisiko tinggi
maupun yang tidak. Kunjungan rumah tersebut dapat direncanakan
terlebih dahulu atau secara mendadak
d. Sebagai koordinator pelaksana pelayanan keperawatan

Poltekkes Kemenkes Padang


Perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan yang
komprehensif. Pelayan keperawatan yang bersinambungan diberikan
untuk menghindari kesenjangan antara keluarga dan unit pelayanan
kesehatan (Puskesmas dan Rumah Sakit).
e. Sebagai pelaksana pelayanan keperawatan
Pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui kontak
pertama dengan anggota keluarga yang sakit yang memiliki masalah
kesehatan. Dengan demikian, anggota keluarga yang sakit dapat menjadi
“entry point” bagi perawat untuk memberikan asuhan keperawatan
keluarga secara komprehensif.
f. Sebagi fasilitator
Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga dan
masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan di keperawatan yang
mereka hadapi sehari-hari serta dapat membantu memberikan jalan keluar
dalam mengatasi masalah.
g. Sebagai peneliti
Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahami masalah-
masalah kesehatan yang dialami oleh anggota keluarga. Masalah
kesehatan yang muncul didalam keluarga biasanya terjadi menurut siklus
atau budaya yang di praktikan keluarga. Peran sebagai peneliti difokuskan
kepada kemampuan keluarga untuk mengidentifikasi penyebab,
menanggulangi, dan melakukan promosi kepada anggota keluarganya.
Selain itu, perawat perlu mengembangkan asuhan keperawatan keluarga
terhadap binaanya.

C. Konsep Demensia
1. DEFINISI
Demensia adalah penurunan menyeluruh dari fungsi mental luhur yang
bersifat progresif dan ireversibel dengan kesadaran yang baik. (Katona, 2012).
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual tanpa gangguan fungsi vegetatif
atau keadaan yang terjadi. Memori, pengetahuan umum, pikiran abstrak,
penilaian, dan interpretasi atas komunikasi tertulis dan lisan dapat terganggu.

Poltekkes Kemenkes Padang


[Type text]

(Elizabeth J. Corwin, 2009). Demensia adalah penurunan fungsi intelektual


yang menyebabkan hilangnya independensi sosial. (William F. Ganong, 2010)

Menurut WHO, demensia adalah sindrom neurodegeneratif yang timbul


karena adanya kelainan yang bersifat kronis dan progresif disertai dengan
gangguan fungsi luhur multipel seperti kalkulasi, kapasitas belajar, bahasa,
dan mengambil keputusan. Kesadaran pada demensia tidak terganggu.
Gangguan fungsi kognitif biasanya disertai dengan perburukan kontrol emosi,
perilaku dan motivasi. Merosotnya fungsi kognitif ini harus cukup berat
sehingga mengganggu fungsi sosial dan pekerjaan individu. Demensia adalah
suatu kondisi klinis yang perlu didiagnosis dan ditelusurin penyebabnya .

Grayson (2004) menyebutkan bahwa demensia bukanlah sekedar penyakit


biasa, melainkan kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit atau
kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku.
Demensia adalah satu penyakit yang melibatkan sel-sel otak yang mati secara
abnormal. Hanya satu terminologi yang digunakan untuk menerangkan
penyaki totak degeneratif yang progresif. Daya ingatan, pemikiran, tingkah
laku dan emositerjejas bila mengalami demensia. Penyakit ini boleh dialami
oleh semua orangdari berbagai latarbelakang pendidikan maupun kebudayaan.
Walaupun tidak terdapat sebarang rawatan untuk demensia, namun rawatan
untuk menangani gejala-gejala boleh diperolehi.

2.1 KLASIFIKASI
Klasifikasi demensia antara lain :
1) Demensia karena kerusakan struktur otak
Demensia ini ditandai dengan gejala :
a) Penurunan fungsi kognitif dengan onset bertahap dan progresif,

b) Daya ingat terganggu, ditemukan adanya : afasia, apraksia, agnosia,


gangguan fungsi eksekutif.

Poltekkes Kemenkes Padang


c) Tidak mampu mempelajari / mengingat informasi baru,

d) Perubahan kepribadian (depresi, obsesitive, kecurigaan),

e) Kehilangan inisiatif.

2) Demensia Vascular
Demensia tipe vascular disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah di otak
dan setiap penyebab atau faktor resiko stroke dapat berakibat terjadinya
demensia. Depresi bisa disebabkan karena lesi tertentu di otak akibat
gangguan sirkulasi darah otak, sehingga depresi dapat diduga sebagai
demensia vascular.
3) Demensia menurut umur:
a. Demensia senilis ( usia > 65 tahun)
Demensia senilis adalah penurunan umum fungsi intelektual yang bisa
meliputi kehilangan ingatan, kemampuan penalaran abstrak, pertimbangan
dan bahasa yang biasanya bersifat progresif dan irreversibel dan bukan
merupakan bagian normal dari penuaan (Smeltzer dan Bare dalam Dede
Nasrullah, 2014) . Demensia senilis merupakan sindroma yang ditandai
oleh berbagai gangguan fungsi kognitif tanpa gangguan kesadaran dan
sebenarnya adalah penyakit penuaan (Kaplan dan Sadock, 1997).

Kekurangan peredaran darah ke otak serta pengurangan metabolisme dan


O2 yang menyertainya merupakan penyebab kelainan anatomis otak. Pada
banyak orang terdapat kelainan aterosklerosis seperti juga yang terdapat
pada demensia senilis, tetapi tidak dapat ditemukan gejala-gejala di
demensia. Otak mengecil terdapat suatu artrofi umum, terutama pada
daerah frontal. Yang penting ialah jumlah sel berkurang. Kadang-kadang
ada kelainan otak yang jelas, tetapi orang tersebut tidak psikotik,
sebaliknya pada orang yang sudah jelas demensia kadang-kadang ada

Poltekkes Kemenkes Padang


[Type text]

sedikit kelainan pada otak, jadi tidak selalu ada kolerasi antara besarnya
kelainan histologi dan beratnya gangguan intelegansi.

1. Gejalanya
Biasanya sesudah umur 60 tahun baru muncul gejala-gejala yang jelas
untuk membuat diagnosa demensia senilis. Penyakit jamaah atau
gangguan emosi yang hebat dapat mempercepat mundurnya mental.
(1) Gangguan ingatan jangka pendek, lupa tentang hal-hal yang terjadi,
merupakan gejala dini, juga kekurangan ide-ide dan pemikiran abstrak.
Yang menjadi egosentrik dan egoistic, mudah tersinggung dan marah-
marah. Kadang-kadang , timbul aktivitas visual yang berlebihan atau
yang tidak pantas, sesuatu tanda berkurang atau usaha untuk
kompensasi psikologis.
(2) Penderita menjadi acuh tak acuh terhadap pakaian dan rupanya. Ia
menyimpan barang-barang yang tidak berguna mungkin ia tidak
paham bahwa ia akan dirampok, akan dirasuki atau ia miskin atau
tidak disukai orang.
(3) Orientasi terganggu dan ia mungkin pergi dari rumah dan tidak
mengetahui jalan pulang. Penilaiannya berkurang sehingga dapat
menyukarkan dan membahayakan lalu lintas dijalan.
(4) Ia mungkin jadi korban penjahat karena ia mudak di ajak dalam hal
penipuan.
(5) Banyak menjadi gelisah di waktu malam, mereka berjalan-jalan
bertujuan dan menjadi destruktif. Mungkin timbul delirium di malam
hari, ini karena penglihatan yang terbatas di waktu gelap dan penderita
denga demensia senilis ditaruh dalam kamar yang gelap, maka timbul
disorientasi.
(6) Ingatan jangka pendek makin lama makin keras terganggu semakin
lama semakin banyak ia lupa, sehingga penderita hidup di alam pikiran
sewaktu ia masih muda atau masih kecil.

Poltekkes Kemenkes Padang


(7) Gejala jasmani : kulit menjadi tipis, keriput, dan atrofis, BB
mengurang, artofi pada otot-otot, jalannya menjadi tidak stabil , suara
kasar dan bicara menjadi pelan serta tremor pada tangan dan kepala.
(8) Gejala psikologis : sering hanya terdapat tanda kemunduran mental
umum (demensia simplek). Tetapi tidak jarang juga terjadi
kebingungan dan delirium, atau depresi atau serta agitasi. Ada yang
menjadi paranoid. Pada pesbiofenia terutama dapat gangguan ingatan
serta konvabulasi dan dapat dianggap sebagai salah satu jenis
demensia senilis dan beberapa gejala menonjol dan sedikit lebih cepat.
2. Prognosa
Tidak baik, jalannya progresif, demensia makin lama makin berat
sehingga akhirnya penderita hidup secara vegetatif saja, walaupun
demikian penderita dapat hidup selama 10 tahun atau lebih setelah
gejala-gejala menjadi nyata.
3. Pengobatan pertahankan perasaan aman dan harga diri, perhatikanlah
dan cobalah memuaskan rasa kebutuhan kasih saying, rasa masuk
hitungan, tecapainya sesuatu rasa penuh dibenarkan serta dihargai.
Kamarnya jangan gelap gulita dan taruhlah barang-barang yang sudah
ia kenal sejak dulu untuk mempermudah orientasinya.

Klasifikasi Demensia Senilis


(1) Demensia Vaskuler adalah sindrom demensia yang disebabkan
disfungsi otak yang diakibatkan oleh penyakit serebrovaskuler
(Lumbatobing, 1997). Demensia vaskuler adalah gangguan mental
organik yang ditandai dengan penurunan fungsi mental yang tidak
seragam (Smeltzer dan Bare, 2001).
(2) Demensia senilis tipe Alzhaimer adalah penyakit mental organik
kronis yang mempunyai awitan tersembunyi dan membahayakan,
secara umum progresif, menjadi makin buruk. Gambaran khusus
meliputi kehilangan berbagai segi kemampuan intelektual, seperti

Poltekkes Kemenkes Padang


[Type text]

memori, penilaian, pikiran abstrak dan perubahan pada kepribadian


dan perilaku (Mary C. Townsend, 1998).
b. Demensia prasenilis (usia < 65 tahun)
Seperti namanya, maka ganggua gejala ini gejala utamanya adalah sepeti
sebelum masa senilis akan dibicarakan 2 macam demensia presenilis
yaitu:
1) Demensia Alzheimer
Demensia Alzheimer ini biasanya muncul antara usia 50-60 tahun
yang disebabkan oleh karena adanya degenerasi korteks yang difus
pada otak dilapisan luar, terutama dibagian frontal dan temporal.
Atrofi otak ini dapat pada pneumoensefalogram, sistem ventrikel
membesar serta banyak hawa di ruang subarachnoid. Penyakit ini
dimulai pelan sekali, tidak ada ciri yang khas pada gangguan
intelegansi atau kelainan perilaku. Terdapat disorientasi, gangguan
ingatan, emosi yang lebih, kekeliruan dalam berhitung dan
pembicaraan sehari-haridapat terjadi afasi, persevasi (mengulang-
ngulang perkataan, perbuatan tanpa guna), seepintas lalu timbul
aproksia. Biasanya penyakit ini berlangsung selama 5 – 10 tahun.
2) Penyakit Pick
Secara psikologis penyakit ini adalah atrofi dan gliosis di daerah-
daerah motoric, sensorik dan daerah dan daerah proyeksi secara
relative dan banyak berubah. Yang terganggu adalah daerah korteks
yang secara filogenetik lebih mudah dan yang penting buat fungsi
asosiasi yang lebih tinggi. Sebab yang terutama terganggu adalah
pembicaraan dan proses bepikir.

Penyakit ini mungkin herediter, diperkirakan terdapat faktor menjadi


pencetus dari sel-sel ganglion tertntu yaitu : yang genetik paling muda.
Lobus frontalis menjadi demikian atofis sehingga kadang keliatan

Poltekkes Kemenkes Padang


seperti ditekan oleh suatu lingkaran. Biasanya terjadi pada usia 45-60
tahun, yang muda yang pernah diberitakan yaitu usia 31 tahun.

Penyakit pick terdapat 2 kali lebih banyak pada kaum wanita


dibandingkan kaum pria. Gejala permukaan : ingatan berkurang,
kesukaran dalam pemikiran dan konsentrasi, kurang spontanitas,
emosi menjadi tumpul. Penderita menjadi acuh tak acuh, kadang-
kandang tidak dapat menyesuaikan diri serta tidak dapat
menyelesaikan masalah dalam situasi yang baru.

Dalam waktu 1 tahun sudah terjadi demensia yang jelas ada yang efor,
menjadi mudah curiga. Sering terdapat gejala fokal seperti afasia,
aleksia, tetapi gejala ini diselubungi oleh demensia umum. Yang paling
penting yang terjadi pada penyaki ini adalah terjadinya secara pelan-
pelan (tidak mendadak sepeti pada gangguan pembuluh darah otak) .
Tidak jarang adaya acholalia dan reaksi stereotip.

Pada fase lanjut demensia menjadi hebat , terdapat inkontinensia,


kemampuan berbicara hilang dan kekeksia yang berat. Biasanya
penderita meninggal dalam waktu 4-6 tahun karena suatu penyakit
infeksi tambahan. Sampai sekarang belum ada pengobatan terhadap
pengobatan demensia presenilis. Dapat direncakan bantuan yang
simptomatik dalam lingkungan yang memadai. Biar gelisah dapat
dipertimbangkan pemberian obat psikotropik.

Demensia dengan gangguan psikologis

Gangguan psikologis dan perilaku pada penderita demensia adalah sebagai


berikut:

Poltekkes Kemenkes Padang


[Type text]

Gangguan Psikologis Gangguan Perilaku


Jenis Bentuk Jenis Bentuk
1. Wahana (Delusi) Isi pikiran yang 1. Wandering Mondar-mandir
salah diyakini
kebenarannya
Mencari-cari/
Tidak dpt dikoreksi membututi pengasuh/
melalui bukti-bukti keluarga/ orang lain
yang ada kemana pun pergi
Berjalan mengelilingi
rumah

Keluar rumah /kabur


/keluyuran
2. Halusinasi Halusinasi dengar 2. Restlessness Sangat gelisah sehingga
tidak bisa diam barang
Halusinasi
sejenak
penglihatan

Halusinasi Haptic

3. Misidentifikasi / Merasa bukan 3. Agitasi Aktivitas verbal


Mispersepsi dirinya (bicara) maupun
motorik (fisik) yang
Merasa bahwa
berlebihan dan tidak
istri/suami bukan
selaras. Misalnya
lagi pasangan
marah-marah, ngamuk-
hidupnya
ngamuk, ngomel terus,
dsb.
Tidak dapat
mengidentifikasi
kejadian

Poltekkes Kemenkes Padang


Gangguan Psikologis Gangguan Perilaku
Jenis Bentuk Jenis Bentuk
4. Depresi Murung, sedih, 4. Agresivitas Agresivitas fisik seperti
menangis : memukul, menendang,
mendorong, mencakar,
Ingin mengakhiri
menggigit orang atau
hidupnya
menggerayangi barang
orang lain
Uring-uringan dan
Agresivitas Verbal
mudah tersinggung
seperti : menjerit,
berteriak, membuat
suara gaduh, marah
meledak-ledak.
5. Apatis Tak ada minat 5. Disinhibisi Kelakuan yang tidak
terhadap hal-hal sesuai budaya dan
yang biasanya norma-norma sosial
disukai, termasuk yang berlaku karena
kegiatan sehari-hari. terganggunya/hilangnya
fungsi pengendalian
Perawatan diri
diri. Perilakunya
terganggu.
menjadi kurang sopan,
kurang terpuji,
Interaksi sosial
memalukan dan
menjadi sangat
sebagainya.
berkurang.

6. Cemas Menanyakan hal


yang sama berulang-
ulang

Meremas-remas

Poltekkes Kemenkes Padang


[Type text]

tangan

Tidak dapat duduk


diam

2.2 ETIOLOGI
Penyebab demensia menurut Nugroho (2008) dapat digolongkan menjadi 3
golongan besar :
1. Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak dikenal
kelainan yaitu : terdapat pada tingkat subseluler atau secara biokimiawi
pada sistem enzim, atau pada metabolisme
2. Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat
diobati, penyebab utama dalam golongan ini diantaranya :

a. Penyakit degenerasi spino-serebelar.


b. Subakut leuko-ensefalitis sklerotik van Bogaert
c. Khorea Huntington
3. Sindoma demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati, dalam
golongan ini diantaranya :
a. Penyakit cerebro kardiofaskuler
b. penyakit- penyakit metabolik
c. Gangguan nutrisi
d. Akibat intoksikasi menahun

Penyakit yang Menyebabkan Demensia


Penyakit parenkim SSP
1. Penyakit Alzheimer ( demensia degeneratif primer )
2. Penyakit Pick ( demensia degeneratif primer )
3. Korea Huntington
4. Penyakit Parkinson

Poltekkes Kemenkes Padang


5. Sklerosis multiple

Gangguan sistemik
1. Gangguan endokrin dan metabolik
Penyakit tiroid
Penyakit paratiroid
Gangguan pituitaria – adrenal
Keadaan pasca – hipoglikemia
Gangguan terkait dengan virus imunodefisiensi human ( HIV ) {seperti SIDA
dan Kelompok penyakit terkait dengan SIDA [AIDS – related kompleks
( ARCI ) ] }

Gangguan aneka ragam


1. Degenerasi hepatolentikular*
2. Demensia hidrosefalik*
3. Sarkoidosis*
4. Hidrosefalus bertekanan normal*

Ket : *keadaan diperlukan untuk pemberian terapeutik spesifik.

2.3 PATOLOGI

Para ahli memisahkan demensia yang terjadi sebelum usia 65 tahun ( demensia
prasenilis) dan yang terjadi setelah usia 65 tahun ke atas (demensia senilis).
Perbedaan dari asumsi penyebab berbeda, degenerasi neuronal yang jarang pada
orang muda dan penyakit vaskuler atau keadaan usia lanjut usia pada orang tua.
Meskipun ekspresi penyakit dapat berbeda pada usia yang berbeda, kelainan
utama pada pasien demensia dari semua usia adalah sama dan perbedaan
berdasarkan kenyataan.

Poltekkes Kemenkes Padang


[Type text]

Sebagian besar penyakit yang menyebabkan demensia adalah degenerasi neuronal


yang luas atau gangguan multifokal. Gejala awal tergantung dimana proses
demensia mulai terjadi, tetapi lokasi dan jumlah neuron yang hilang yang
diperlukan untuk menimbulkan demensia sulit ditetapkan. Bertambahnya usia
mengakibatkan hilangnya neuron dan masa otak secara bertahap, tetapi hal ini
tidak disertai penurunan yang signifikan tanpa adanya penyakit. Sesungguhnya,
massa otak adalah petunjuk yang buruk untuk fungsi intelektual. Pasien dengan
demensia degenratif pada dekade ke enam mempunyai masa otak lebih besar dari
pada pasien normal secara intelektual pada dekade delapan. Akibatnya
dokumentasi atrofi yang menyeluruh dengan pemindaian CT bukan indikasi
demensia yang jelas.

Demensia yang terjadi akibat penyakit kortikal (misalnya penyakit Alzheimer atau
dari penyakit struktur subkortikal) seperti basal ganglia, thalamus dan dan
substansi alaba bagian dalam (misalnya penyakit Hungtington atau multiple
sklerosis). Demensia kortikal ditandai dengan hilangnya fungsi kognitif seperti
bahasa, persepsi, dan kalkulasi, sebaliknya demensia subkotikal menunjukan
perlambatan kognitif dan proses informasi (“bradiphrenia”), pendataran afek dan
gangguan motivasi, suasana hati dan bangun. Ingatan terganggu pada kedua jenis.
Gambaran demensia subkortikal juga terjadi pada subkortikal yang mengenai
lobus frontalis dan mungkin menunjukan proyeksi yang rusak dan dari dan ke
lobus frontalis.

Pada penyakit Alzheimer, yang merupakan penyebab demensia paling sering,


demensia akibat hilangnya jaringan kortikal terutama pada lobus temporalis,
parietalis dan frontalis. Hal ini menyertai sebagian kasus dengan bertambahnya
jarak antara girus dan pembesaran ventrikel. Tanda histologik adalah adanya
beberapa kekacauan neurofibrinalis dan plak senilis. Plak dan kekacauan
ditemukan dalam otak orang tua yang normal tetapi meningkat jumlahnya pada

Poltekkes Kemenkes Padang


penyakit Alzheimer, terutama dalam hipokampus dan temporalis. Terkenanya
hippocampal mungkin bertanggung terhadap gangguan ingatan, yang mungkin
sebagian diperantarai oleh berkurangnya aktivitas kolinergik. Aktivitas
neurotransmiter intermasuk norepinefrin, serotonin, dopamin dan glutamat,
somastatin juga menurun. Perubahan-perubahan ini disertai dengan berkurangnya
aliran darah serebral dan menurunya metabolisme oksigen dan glukosa.

Poltekkes Kemenkes Padang


[Type text]

2.5 PATHWAY “DEMENSIA”


Faktor predisposisi : virus lambat, proses autoimun, keracunan alumunium dan genetic

Penurunan metabolisme dan aliran darah di korteks parietalis superior

Degenerasi neuron kolinergik

Kesulitan neurofibrilar Hilangnya serat saraf kolinergik di


yang difus korteks serebrum

Terjadi plak senilis Kelainan neurotransmiter Penurunan sel neuron kolinergik


yang berproyeksi ke hipokampus
dan amigdala

Asetilkolin menurun pada otak

DEMENSIA

Perubahan kemampuan tidak mampu mengidentifikasi kehilangan kemampuan rasa bermusuhan kehilangan afasia, difasia

merawat diri bahasa dan lingkungan menyelesaikan masalah kontrol sosial, perilaku tidak tepat

deficit perawatan diri disorientasi, bingung perubahan kemampuan mengawasi rasa bermusuhan, hambatan
komunikasi

keadaan komlpeks dan berfikir abstrak, kehilangan control,

resiko cidera emosi labil, sosial, perilaku tidak tepat

gangguan proses pikir pelupa, apatis, loss deep memory hambatan interaksi sosial

Poltekkes Kemenkes Padang


[Type text]

2.6 MANIFESTASI KLINIK


Gejala klinis demensia berlangsung lama dan bertahap sehingga pasien
dengan keluarga tidak menyadari secara pasti kapan timbulnya penyakit. Gejala
klinik dari demensia Nugroho (2009) menyatakan jika dilihat secara umum tanda
dan gejala demensia adalah :
1. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, lupa
menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas yang awalnya mulai dari
gangguan daya ingat jangka pendek.
2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan,
tahun, tempat penderita demensia berada.
3. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang
benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi,
mengulang kata atau cerita yang sama berkali-kali.
4. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat
sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan
orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia
kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut muncul.
5. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan
gelisah.
6. Keterbatasan dalam ADL (Activities of Daily Living)

2.7 PEMERIKSAAN DEMENSIA

1) Pemeriksaan Fungsi Kognitif dan Fungsi Mental

Nilai Maksimum Score Pertanyaan

Orientasi

5 (tahun) (musim) (tanggal) (hari)

Poltekkes Kemenkes Padang


(bulan apa sekarang)
5 Dimana kita : (negara bagian)
(wilayah) (kota) (rumah sakit)
(lantai)

Registrasi

3 Nama objek : 1 detik untuk


mengatakan masing-masing.
Kemudian tanyakan klien ketiga
objek setelah anda mengatakannya.
Beri 1 poin untuk setiap jawaban
yang benar.
Kemudian ulangi sampai ia
mempelajari ketiganya.
Jumlahkan percobaan dan catat.

Perhatian dan Kalkulasi

5 Seri 7’s. 1 poin untuk setiap


kebenaran.
Berhenti setelah 5 jawaban.
Begantian eja kata kebelakang.

Meminta

3 Minta untuk mengulangi ketiga


objek di atas.
Berikan 1 poin untuk setiap
kebenaran.

Bahasa

9 Nama pensil dan melihat (2 poin)


Mengulangi hal berikut: “task jika

Poltekkes Kemenkes Padang


[Type text]

ada, dan atau tetapi” (1 poin)

Keterangan :

Nilai maksimal 30, nilai 21 atau kurang biasanya indikasi adanya


kerusakan kognitif yang memerlukan penyelidikan lanjut. Kriteria
demensia :

a. Ringan : 21 - 30
b. Sedang : 11 - 20
c. Berat : < 10

2) Pemeriksaan Portabel untuk Status Mental (PPMS = MMSE Mini


mental state examination)

Daftar Pertanyaan Penilaian


1. Tanggal berapakah hari ini?  0 – 2 kesalahan = baik
(bulan, tahun)  3 – 4 kesalahan =
2. Hari apakah ini? gangguan intelek ringan
3. Apakah nama tempat ini?  5 – 7 kesalahan = gangguan
4. Berapa nomor telepon intelek sedang.
bapak/ibu? (bila tidak ada  8 – 10 kesalahan =
telepon, dijalan apakah gangguan intelek berat.
rumah bapak / ibu)
5. Berapakah umur bapak / ibu? Bila penderita tak pernah
6. Kapan bapak/ibu lahir? sekolah, nilai kesalahan
(tanggal, bulan dan tahun) diperbolehkan +1 dari nilai
7. Siapakah nama gurbernur diatas.
kita ? (walikota / lurah /
camat) Bila penderita sekolah lebih
8. Siapakah nama gadis ibu dari SMA kesalahan yang
anda? diperbolehkan -1 dari nilai
9. Hitung mundur 3 – 1, mulai diatas.
dari 20!
3) Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium hanya dilakukan begitu diagnosis klinis
demensia ditegakkan untuk membantu pencarian etiologi demensia
khususnya pada demensia reversible, walaupun 50% penyandang
demensia adalah demensia Alzheimer dengan hasil laboratorium normal,

Poltekkes Kemenkes Padang


pemeriksaan laboratorium rutin sebaiknya dilakukan. Pemeriksaan
laboratorium yang rutin dikerjakan antara lain: pemeriksaan darahlengkap,
urinalisis, elektrolit serum, kalsium darah, ureum, fungsi hati,hormone
tiroid, kadar asam folat.
b. (CT) scan dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) telah menjadi
pemeriksaan rutin dalam pemeriksaan demensiawalaupun hasilnya masih
dipertanyakan.
c. Pemeriksaan Electroencephalogram (EEG) tidak memberikan gambaran
spesifik dan pada sebagian besar EEG adalah normal. Pada Alzheimer
stadium lanjutdapat memberi gambaran perlambatan difus dan kompleks
periodik 4.
d. Pemeriksaan cairan otak fungsi lumbal diindikasikan bila klinis dijumpai
awitan demensia akut, penyandang dengan imunosupresan, di jumpai
ransangan meningen dan panas, demensia presentasi atipikal, hidrosefalus
normotensif, tes sifilis(+), penyengatan meningeal pada CT scan.5.
e. Pemeriksaan genetika Apolipoprotein E (APOE) adalah suatu protein
pengangkut lipidpolimorfik yang memiliki 3 allel yaitu epsilon 2, epsilon
3, dan epsilon 4.setiap allel mengkode bentuk APOE yang berbeda.
Meningkatnya frekuensi epsilon 4 diantara penyandang demensia
Alzheimer tipe awitanlambat atau tipe sporadik menyebabkan pemakaian
genotif APOE epsilon4 sebagai penanda semakin meningkat 6.
f. Pemeriksaan neuropsikologis
Pemeriksaan neuropsikologis meliputi pemeriksaan status mental,
aktivitassehari-hari / fungsional dan aspek kognitif lainnya. (Asosiasi
Alzheimer Indonesia, 2003) Pemeriksaan neuropsikologis penting untuk
sebagai penambahan pemeriksaan demensia, terutama pemeriksaan untuk
fungsikognitif, minimal yang mencakup atensi, memori, bahasa,
konstruksivisuospatial, kalkulasi dan problem solving.
g. Sebagai suatu esesmen awal pemeriksaan Status Mental Mini (MMSE)
adalah test yang paling banyak dipakai, tetapi sensitif untuk mendeteksi
gangguan memori ringan. Pemeriksaan status mental MMSE Folstein
adalah test yang paling sering dipakai saat ini, penilaian dengan nilai

Poltekkes Kemenkes Padang


[Type text]

maksimal 30 cukup baik dalam mendeteksi gangguan kognisi, menetapkan


data dasar dan memantaupenurunan kognisi dalam kurun waktu tertentu.
Nilai di bawah 27 dianggapab normal dan mengindikasikan gangguan
kognisi yang signifikan padapenderita berpendidikan tinggi.(Asosiasi
Alzheimer Indonesia,2003). Penyandang dengan pendidikan yang rendah dengan
nilai MMSE palingrendah 24 masih dianggap normal, namun nilai yang
rendah inimengidentifikasikan resiko untuk demensia. (Asosiasi
Alzheimer Indonesia,2003). Pada penelitian Crum R.M 1993 didapatkan
median skor MMSE adalah 29 untuk usia 18 -24 tahun, median skor 25 untuk yang >
80 tahun, dan median skor 29 untuk yang lama pendidikannya >9 tahun,
26 untuk yang berpendidikan 5-8 tahun dan 22 untuk yang berpendidikan
0-4 tahun.
h. Clinical Dementia Rating
(CDR) merupakan suatu pemeriksaan umum pada demensia dan sering
digunakan dan ini juga merupakan suatu metode yang dapat menilai
derajat demensia ke dalam beberapa tingkatan (Burns,2002). Penilaian
fungsi kognitif pada CDR berdasarkan 6 kategoriantara lain gangguan
memori, orientasi, pengambilan keputusan, aktivitassosial/masyarakat,
pekerjaan rumah dan hobi, perawatan diri. Nilai yang dapat pada
pemeriksaan ini adalah merupakan suatu derajat penilaian fungsi
kognitif yaitu; Nilai 0, untuk orang normal tanpa gangguan kognitif. Nilai
0,5,untuk Quenstionable dementia. Nilai 1, menggambarkan derajat
demensiaringan, Nilai 2, menggambarkan suatu derajat demensia sedang
dan nilai 3, menggambarkan suatu derajat demensia yang berat. (Asosiasi
Alzheimer Indonesia,2003, Golomb, 2001).

2.8 PENATALAKSANAAN

1. Farmakoterapi

Sebagian besar kasus demensia tidak dapat disembuhkan.

Poltekkes Kemenkes Padang


Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat – obatan
antikoliesterase seperti Donepezil, Rivastigmine, Galantamine, Memantineb.
Dementia vaskuler membutuhkan obat -obatan anti platelet sepertiAspirin,
Ticlopidine, Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah ke otak sehingga
memperbaiki gangguan kognitif. Demensia karena stroke yang berturut-turut
tidak dapat diobati tetapi perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan
dihentikandengan mengobati tekanan darah tinggi atau kencing manis
yangberhubungan dengan stroke.

Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat anti-depresi


seperti Sertraline dan Citalopram. Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku
yang meledak-ledak, yangbisa menyertai demensia stadium lanjut, sering
digunakan obat anti-psikotik
(misalnyaHaloperidol,QuetiapinedanRisperidone). Tetapi obat ini kurang
efektif dan menimbulkan efek samping yang serius. Obat anti-psikotik efektif
diberikan kepada penderita yang mengalami halusinasi atau paranoid.

2. Dukungan atau Peran Keluarga

Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita


tetap memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam
dinding dengan angka-angka yang besar atau radio juga bisa membantu
penderita tetap memiliki orientasi.

a. Menyembunyikan kunci mobil dan memasang detektor pada pintu bisa


membantu mencegah terjadinya kecelekaan pada penderita yang senang
berjalan-jalan.
b. Menjalani kegiatan mandi, makan, tidur dan aktivitas lainnya secara rutin,
bisa memberikan rasa keteraturan kepada penderita.
c. Memarahi atau menghukum penderita tidak akan membantu, bahkan akan
memperburuk keadaan.
d. Meminta bantuan organisasi yang memberikan pelayanan sosial dan
perawatan, akan sangat membantu.

Poltekkes Kemenkes Padang


[Type text]

3. Terapi Simptomati
Pada penderita penyakit demensia dapat diberikan terapi simtomatik,
meliputi :
a. Diet
b. Latihan fisik yang sesuai
c. Terapi rekreasional dan aktifitas
d. Penanganan terhadap masalah-masalah

2.9 PENCEGAHAN

1. Pencegahan Primer
Identifikasi karakteristik individu atau faktor risiko lingkungan untuk
penyakit Alzheimer dapat membantu mengarahkan intervensi preventif
untuk penyakit ini. Hasil epidemiologi yang paling konsisten berkaitan
dengan penyakit Alzheimer adalah meningkatnya prevalensi dan insidensi
terkait dengan usia. Individu yang berusia antara 75 sampai 85 tahun
cenderung mengalami demensia tipe Alzheimer daripada serangan
jantung. Angka insidensi cenderung lebih tinggi pada wanita dari pada pria
di semua kelompok usia, meskipun tidak ada penjelasan biologis yang
bertanggung jawab untuk perbedaan jenis kelamin tersebut. Faktor-faktor
risiko lainnya yang memiliki hubungan dengan penyakit Alzheimer adalah
agregasi faimilial dari sindrom down, agregasi familial dari penyakit
Parkinson, usia ibu yang sudah lanjut, trauma kepala, riwayat depresi dan
riwayat hipotiroidisme. Tidak ada perbedaan geografis yang besar dalam
hal insidensi maupun prevalensi.

fungsi juga berhubungan dengan hilangnya kemandirian dalam AKS.


Individu dengan skor rendah pada pemeriksaan kognitif juga harus
menjalani pengkajian fungsi fisiknya. Tindakan pencegahan sekunder dan
tersier dapat membantu mempertahankan tingkat kemandirian fisik saat
ini. Perawat harus berhati-hati ketika mendiskusikan tentang masalah
keturunan tersebut dengan anggota keluaga karna defek genetic hanya

Poltekkes Kemenkes Padang


terbentuk bagi sekelompok kecil keluarga dengan penyaki Alzheimer
autosom dominan. Semakin dipelajarinya peran genetic dan penyakit
Alzheimer, semakin banyak pertanyaan-pertanyaan etik tentang tes genetik
yang akan lebih muncul.

2. pencegahan sekunder
Diagnosis dan penapisan untuk demensia.
Lansia mulai sering merasa khawatir bahwa mereka mulai mengalam
tanda-tanda demensia dan membutuhkan perawat dan professional
kesehatan lainnya dengan cara yang halus berkaitan dengan ketakutan tadi
tersebut. Individu yang merasa khawatir tentang menderita demensia
hampir selalu tidak mengalami demensia yang sebenarnya, tetapi hanya
mengalami perubahan memori terkait usia, depresi atau salah satu
penyebab reversibel dari gangguan memori. Perubahan memori terkait
usia antara lai adalah semakin lupa, lenih slit mempelajari informasi baru,
menurunnya kemampuan mengaingat kembali, dan menurunnya kecepatan
untuk membuat kode dan mendapatkan kembali informasi-informasi yang
ada.

Riwayat lengkap, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, dan tes


neurofisiologis diperlukan untuk menetapkan diagnosis demensia
irreversibel. Penyakit Alzheimer masih didiagnosis secara defenitif hanya
berdasarkan otopsi, tetapi diagnosis klinis biasanya juga akurat. Kriteria
DSM-IV digunakan untuk membentuk diagnosis demensia klinis yang
mungkin terjadi. Menurut kriteria DSM-IV harus terdapat penurunan yang
cukup signifikan pada dua area kognisi atau lebih untuk mempengaruhi
fungsi pekerjaan dan fungsi sosial. Area-area penurunan tersebut antara
lain mencakup memori, bahasa, persepsi penglihatan-jarak, konstruksi,
kalkulasi, penilaian, abstraksi, dan perubahan-perubahan kepribadian.
Pekerjaan yang menjanjikan sedang dilakukan untuk membentuk tes
diagnostic antemortem defenitif melalui prosedur pemindaian tomografi
emisi positif, tes darah, dan pengukuran biokimia lainnya. CT scan dan

Poltekkes Kemenkes Padang


[Type text]

MRI terkadang bermanfaat dalam menggambarkan masalah vascular


sebagai faktor penyebab demensia.

Perawat harus secara teratur melakukan pengakajian kognisi, perilaku, dan


status fungsional pada lansia yang dicurigai atau dipastikan menderita
demensia. Pengakajian-pengkajian tersebut bermanfaat dalam mengikuti
perjalanan penyakit dan mencocokan intervensi terapeutik dengan tingkat
kemampuan. Salah satu kunci perawatan demensia adalah merencanakan
dan mengelola aktivitas yang dapat dilakukan seseorang untuk
menghindari frutasi, penurunan harga diri, dan stres yang berkaitan dengan
respon prilaku. Jika orang tersebut tinggal di rumah pribafi, keselamatan
menjadi kekhawatiran yang lebih besar. Pengakajian keselamatannya di
rumah dapat membantu mengidentifikasi bahaya keselamatan potensial
dan intervensi-intervesi preventif dapat dilakukan.

Pencegahan tersier

Keluarga memegang tanggung jawab terbesar untuk merawat individu


penderita demensia tahap awal dan pertengahan. Lebih dari 70%
penderita penyakit Alzheimer dirawat di rumah oleh keluarga. Banyak
keluarga yang mengalami isolasi sosial, keletihan dan masalah keuangan
pada saat aktivitas pemberian perawatan menghabiskan banyak waktu
mereka dan anggota keluarga menunjukkan lebih banyak gangguan
mental. Kebanyakan pemberi perawatan dari keluarga adalah wanita, baik
pasangannya maupun anak perempuannya yang memiliki tuntutan
hidupnya sendiri. Lansia sering mengabaikan kebutuhan kesehatannya
sendiri karena pemberian asuhan menjadi lebih menghabiskan waktu.
Perawatan di rumah digambarkan sebagai tanggung jawab 36 jam sehari
dengan sedikit keleluasaan bagi keluarga. Bantuan kesehatan di rumah
dapat membantu perawatan pribadi, tetapi layanan ini terbatas dan tidak
mencakup di dalam medicare. Institusionalisasisering menjadi pilihan

Poltekkes Kemenkes Padang


terakhir pada saat keluarga telah menghabiskan sumber-sumber pribadi
dan ekonomi.

Konsep Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Demensia

1. Pengkajian Keperawatan
a. Pengkajian
1) Identitas klien
Identitas klien yang biasa dikaji pada klien dengan demensia
adalah usia karena banyak klien lansia yang mengalami
demensia, dan biasanya pada klien dengan usia di atas 70 tahun
ke atas lebih berisiko tinggi menderita demensia.
2) Keluhan utama
Keluhan utama yang sering ditemukaan pada klien dengan
masalah psikososial pada demensia adalah klien kehilangan
ingatan.
3) Riwayat kesehatan sekarang

Poltekkes Kemenkes Padang


[Type text]

Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai keadaan


klien saat dari mulai timbulnya keluhan yang dirasakan sampai
saat dilakukan pengkajian.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan dahulu seperti riwayat adanya masalah
psikososial sebelum dan bagaimana penanganan yang telah
dilakukan.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang mengalami
gangguan psikologi seperti yang dialami oleh klien, atau
adanya penyakit genetik yang mempengaruhi psikososial.
6) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
Keadaan umum klien lansia yang mengalami masalah
psikososial demensia biasanya lemah.
b) Kesadaran
Kesadaran klien biasanya komposmentis
c) Tanda-tanda vital:
(1) Suhu dalam batas normal (37°)
(2) Nadi normal (60-100x/menit)
(3) Tekanan darah kadang meningkat kadang turun
(4) Pernafasan biasanya normal atau meningkat.
d) Pemeriksaan Review Of System ( ROS) :
(1) Sistem pernafasan (B1 : breathing)
Dapat ditemukan peningkatan frekuensi nafas atau
masih dalam batas normal.
(2) Sistem sirkulasi (B2 : Bleeding)
Biasanya tidak ditemukan adanya kelainan,
frekuensi nadi masih dalam batas nomal.
(3) Sistem Persarafan (B3 : Brain)

Poltekkes Kemenkes Padang


Klien mengalami gangguan memori, kehilangan
ingatan, gangguan konsentrasi, kurang perhatian,
gangguan persepsi sensori, insomnia.
(4) Sistem perkemihan (B4 : Bleder)
Tidak ada keluhan terkait dengan pola berkemih.
(5) Pola seksual dan reproduksi
Klien mengalami penurunan minat terhadap
pemenuhan kebutuhan seksual.
(6) Pola mekanisme / penanggulangan stress dan
koping
Klien menggunakan mekanisme koping yang tidak
efektif dalam menangani stress yang dihadapinya.
(7) Pola tat nilai dan kepercayaan
Klien biasanya tidak mengalami gangguan dalam
spiritual.

b. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan proses pikir berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam mengenal masalah
2) Resiko Cidera berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
dalam mengenal masalah
3) Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam mengenal masalah
4) Hambatan Komunikasi Verbal berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah
5) Hambatan Interaksi Sosial berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam mengenal masalah

Poltekkes Kemenkes Padang


[Type text]

Skala prioritas masalah


No Kriteria Skore Bobot

1. Sifat masalah:
3 1
a. Aktual 2
b. Resiko 1
c. Potensial
2. Kemungkinan masalah dapat
diubah : 2
1 2
a. Mudah 0
b. Sebagian
c. Tidak dapat
4. Potensial untuk dicegah
3 1
a. Tinggi 2
b. Cukup 1
c. Rendah
5. Menonjolnya masalah
2 1
a. Masalah berat, harus segera

Poltekkes Kemenkes Padang


ditangani 1
b. Ada masalah tapi tidak perlu 0
ditangani
c. Masalah tidak dirasakan
Total skore

Sumber : Widyanto (2014)

Berdasarkan tabel diatas, untuk menentukan prioritas terhadap diagnosis


keperawatan keluarga yang ditemukan dapat dihitung dengan menggunakan cara
sebagai berikut (Widyanto, 2014):
1) Menentukan skore setiap kriteria
2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan bobot
Skor X Bobot
Rumus :
Angka tertinggi

c. Intervensi keperawatan keluarga


Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian,
diagnosis keperawatan, pernyataan kekuatan, dan perencanaan
keluarga, dengan merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi
intervensi alternatif dan sumber, serta menentukan prioritas. Intervensi
tidak bersifat rutin, acak, atau terstandar, tetapi dirancang bagi
keluarga tertentu dengan siapa perawat keluarga sedang bekerja
(Friedman, 2010).
Rencana keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, yang
meliputi tujuan jangka panjang (tujuan umum), tujuan jangka pendek
(tujuan khusus), kriteria dan standar serta intervensi. Kriteria dan
standar merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang diharapkan
setiap tindakan keperawatan berdasarkan tujuan khusus atau tujuan
jangka pendek yang ditetapkan. Tujuan jangka panjang mengacu pada

Poltekkes Kemenkes Padang


[Type text]

problem, sedangkan tujuan jangka pendek mengacu pada etiologi


(Widyanto, 2014).

Poltekkes Kemenkes Padang


[Type text]

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

No Diagnosa Tujuan Evaluasi Rencana tindakan


keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
1. Gangguan pola Setelah 1. Setelah  Keluarga Demensia adalah  Kaji pengetahuan
pikir berhubungan dilakukan dilakukan mampu penurunan menyeluruh keluarga tentang
dengan kunjungan kunjungan menyebutkan dari fungsi mental demensia
ketidakmampuan sebanyak 5 x 1 x 45 defenisi luhur yang bersifat  Diskusikan dengan
keluarga dalam 45 menit menit demensia progresif dan keluarga tentang
mengenal masalah keluarga keluarga dengan bahasa ireversibel dengan pengertian demensia
mampu mampu sendiri. kesadaran yang baik dengan menggunakan
mengenal mengenal leafleat/ lembar balik.
masalah masalah  Evaluasi kembali
kesehatan demensia pengertian demensia
tentang bersama keluarga.
demensia  Berikan pujian pada
keluarga atas jawaban
yang diberikan.

 Keluarga  Gangguan ingatan  Kaji pengetahuan


mampu jangka pendek, tentang tanda dan
menyebutkan lupa tentang hal- gejala demensia
tanda dan gejala hal yang terjadi.  Diskusikan dengan
demensia  Penderita menjadi keluarga tentang tanda
acuh tak acuh dan gejala demensia
terhadap pakaian dengan menggunakan
dan rupanya. leaflet/ lembar balik
 Evaluasi kembali
tanda dan gejala

Poltekkes Kemenkes Padang


demensia pada
keluarga.
 Berikan pujian pada
keluarga atas jawaban
yang diberikan

2. Setelah  Keluarga Keluarga mengatakan  Kaji keputusan yang


dilakukan mampu mampu merawat diambil oleh keluarga
kunjungan memutuskan anggota keluarga yang  Diskusikan dengan
1 x 45 merawat sakit keluarga tentang
menit keluarga yang keputusan yang telah
keluarga sakit dibuat
mampu  Evaluasi kembali
mengambil tentang keputusan
keputusan yang telah dibuat
untuk  Berikan pujian pada
merawat keluarga atas jawaban
anggota yang diberikan.
keluarga
yang sakit  Keluarga Dengan dukungan dan  Kaji pengetahuan
mampu peran keluarga
keluarga tentang cara
merawat merawat anggota
anggota keluarga yang sakit.
keluarga yang  Diskusikan dengan
sakit. keluarga tentang
merawat anggota
keluarga yang sakit .
 Evaluasi kembali

Poltekkes Kemenkes Padang


[Type text]

tentang merawat
anggota keluarga yang
sakit.
 Berikan pujian pada
keluarga atas jawaban
yang benar.

3. Setelah 1 x  Keluarga  Menyembunyika  Kaji pengetahuan


45 menit mampu n kunci mobil keluarga tentang cara
keluarga mendemontras dan memasang merawat anggota
mampu ikan cara detektor pada keluarga yang sakit.
merawat merawat lansia pintu bisa  Evaluasi kembali
diri sendiri dengan membantu tentang merawat
dan demensia di mencegah anggota keluarga yang
anggota rumah terjadinya sakit.
keluarga kecelekaan pada  Berikan pujian pada
yang sakit penderita yang keluarga atas jawaban
senang berjalan- yang diberikan.
jalan.
 Menjalani
kegiatan mandi,
makan, tidur dan
aktivitas lainnya
secara rutin, bisa
memberikan rasa
keteraturan
kepada penderita.
 Memarahi atau

Poltekkes Kemenkes Padang


menghukum
penderita tidak
akan membantu,
bahkan akan
memperburuk
keadaan.

5. Setelah 1  Keluarga  Kaji pengetahuan


x 45 menit mampu keluarga tentang
keluarga menyebutkan pencegahan demensia
mampu keuntungan  Diskusikan bersama
memanfaatk fasilitas keluarga bagaimana
an fasilitas kesehatan. lingkungan yang
kesehatan. dapat menunjang
kesehatan.
 Evaluasi kembali
tentang bagaimana
lingkungan yang
dapat menunjang
kesehatan terhadap
semua anggota
keluarga.
 Berikan pujian pada
keluarga atas jawaban
yang diberikan.

Poltekkes Kemenkes Padang


[Type text]

 Kaji pengetahuan
keluarga tentang
manfaat fasilitas
kesehatan
 Dsikusikan bersama
keluarga bagaimana
memanfaatkan
fasilitas pelayanan
kesehatan.
 Evaluasi kembali
bagaimana
memanfaatkan
fasilitas kesehatan
pada semua anggota
keluarga
 Berikan pujian pada
keluarga atas jawaban
yang diberikan.

2. Risiko cidera Setelah 1. Setelah  Keluarga  Keluarga memahami  Kaji pengetahuan


berhubungan dilakukan dilakukan mampu pengertian risiko jatuh tentang risko jatuh
dengan kunjungan kunjungan 1 menyebutkan  Diskusikan dengan
ketidakmampuan sebanyak 5 x x 45 menit defenisi risiko keluarga tentang
keluarga dalam 45 menit keluarga jatuh dengan pengertian risiko jatuh
mengenal masalah keluarga mampu bahasa sendiri. dengan menggunakan
mampu mengenal leafleat/ lembar balik.
merawat masalah  Evaluasi kembali
keluarga yang demensia pengertian risiko jatuh
sakit pada keluarga.

Poltekkes Kemenkes Padang


demensia  Berikan pujian pada
keluarga atas jawaban
yang diberikan

 Keluarga  Keluarga  Mengakaji


mampu memahami pengetahuan tentang
menyebutkan penyebab dari penyebab risiko jatuh
penyebab dari risiko jatuh  Diskusikan dengan
risko jatuh keluarga tentang
penyebab risiko jatuh
 Evaluasi kembali
penyebab dan faktor
resiko risiko jatuh
 Berikan pujian pada
keluarga atas jawaban
yang benar.
 Keluarga  Keluarga memberi  Kaji keputusan yang
mampu keputusan untuk diambil oleh keluarga
memutuskan merawat keluarga  Diskusikan dengan
merawat yang sakit keluarga tentang
keluarga yang keputusan yang telah
sakit dibuat
 Evaluasi kembali
tentang keputusan
yang telah dibuat
 Berikan pujian pada
keluarga atas jawaban
yang diberikan.

Poltekkes Kemenkes Padang


[Type text]

2. Setelah  Keluarga  Keluarga  Kaji pengetahuan


dilakukan mampu mengatakan keluarga tentang cara
kunjungan 1 merawat mampu merawat merawat anggota
x 45 menit anggota anggota keluarga keluarga yang sakit.
keluarga keluarga yang yang sakit  Diskusikan dengan
mampu sakit. keluarga tentang
mengambil merawat anggota
keputusan keluarga yang sakit .
untuk  Evaluasi kembali
merawat tentang merawat
anggota anggota keluarga yang
keluarga sakit.
yang sakit  Berikan pujian pada
keluarga atas jawaban
yang diberikan.
3. Setelah  Keluarga Keluarga memahami  Kaji pengetahuan
1 x 45 menit mampu cara perawatan lansia keluarga tentang cara
keluarga melakukan dengan demensia di merawat anggota
mampu perawatan rumah keluarga yang sakit
merawat diri dirumah  Demontrasikan cara
sendiri dan
perawatan
anggota
 Evaluasi kembali
keluarga
yang sakit. tentang merawat
anggota keluarga yang
sakit.
 Berikan pujian pada
keluarga atas jawaban
yang diberikan

Poltekkes Kemenkes Padang


4.Setelah 1 x  Keluarga dapat  Lingkungan yang  Kaji pengetahuan
45 menit memodifikasi dapat menunjang keluarga tentang risko
keluarga lingkungan kesehatan : jatuh pada pasien
mampu yang 1. Lingkungan rumah demensia.
memodifikas mendukung yang nyaman  Diskusikan bersama
i lingkungan kesehatan 2. Hindari kebisingan keluarga bagaimana
untuk 3. Hindari lingkungan yang
menunjang permasalahan yang dapat menunjang
kesehatan dapat kesehatan.
keluarga. menyebabkan stres  Evaluasi kembali
4. Istirahat yang tentang bagaimana
cukup lingkungan yang
dapat menunjang
kesehatan terhadap
semua anggota
keluarga.
 Berikan pujian pada
keluarga atas jawaban
yang diberikan.
5. Setelah 1 x Keluarga mampu  Memanfaatkan  Kaji pengetahuan
45 menit menyebutkan fasilitas kesehatan keluarga tentang
keluarga keuntungan dari untuk mencegah demensia
mampu fasilitas kesehatan. dan mengatasi  Diskusikan bersama
memanfaatk sedini mungkin keluarga bagaimana
an fasilitas risko jatuh pd lingkungan yang
kesehatan lansia dapat menunjang
 Untuk mengetahui kesehatan.
dan memeriksa  Evaluasi kembali

Poltekkes Kemenkes Padang


[Type text]

masalah kesehatan. tentang bagaimana


 Sebagai pelayanan lingkungan yang
pengobatan dapat menunjang
kesehatan terhadap
semua anggota
keluarga.
 Berikan pujian pada
keluarga atas jawaban
yang diberikan.
3. Deficit perawatan Setelah 1. Setelah  Keluarga Keluarga memahami  Kaji pengetahuan
diri berhubungan dilakukan dilakukan mampu defenisi deficit tentang
dengan kunjungan kunjungan menyebutkan perawatan diri ketidakseimbangan
ketidakmampuan sebanyak 5 x 1 x 45 defenisi deficit nutrisi
keluarga dalam 45 menit menit perawatan diri  Diskusikan dengan
mengenal masalah. keluarga keluarga dengan bahasa keluarga tentang
mampu mampu sendiri pengertian
merawat mengenal ketidakseimbangan
keluarga yang masalah nutrisi dengan
demensia dan deficit menggunakan leafleat/
mengalami perawatan lembar balik.
masalahdefisit diri pada  Evaluasi kembali
perawatan diri klien pengertian
dengan ketidakseimbangan
demensia . nutrisi bersama
keluarga.
 Berikan pujian pada
keluarga atas jawaban
yang diberikan.

Poltekkes Kemenkes Padang


 Keluarga  Keluarga mampu  Mengakaji
mampu menyebutkan pengetahuan tentang
menyebutkan deficit perawatan penyebab defisit
penyebab dari diri perawatan diri
deficit  Diskusikan dengan
perawatan diri keluarga tentang
pada lansia penyebab defisit
dengan perawatan diri
demensia  Evaluasi kembali
penyebab defisit
perawatan diri
 Berikan pujian pada
keluarga atas jawaban
yang diberikan.

 Keluarga  Keluarga memberi  Kaji pengetahuan


mampu keputusan untuk tentang tanda dan
memutuskan merawat keluarga gejala defisit
merawat yang sakit perawatan diri .
keluarga yang
sakit

 Keluarga  Keluarga  Kaji keputusan yang


mampu mengatakan diambil oleh keluarga
merawat mampu merawat  Diskusikan dengan
anggota anggota keluarga keluarga tentang
keluarga yang yang sakit keputusan yang telah
sakit. dibuat
 Evaluasi kembali

Poltekkes Kemenkes Padang


[Type text]

tentang keputusan
yang telah dibuat
 Berikan pujian pada
keluarga atas jawaban
yang benar

2. Setelah  Keluarga
dilakukan mampu Keluarga mampu dan  Kaji pengetahuan
kunjungan melakukan memahami bagaimana keluarga tentang cara
1 x 45 perawatan di cara perawatan lansia merawat anggota
menit rumah. di rumah keluarga yang sakit.
keluarga  Diskusikan dengan
mampu keluarga tentang
mengambil merawat anggota
keputusan keluarga yang sakit .
untuk  Evaluasi kembali
merawat tentang merawat
klien. anggota keluarga yang
sakit.
 Berikan pujian pada
keluarga atas jawaban
yang diberikan.
3. Setelah 1 x Keluarga dapat  Lingkungan yang  Kaji pengetahuan
45 menit menyebutkan 2 dapat menunjang keluarga tentang cara
keluarga dari 4 lingkungan kesehatan : merawat anggota
mampu yang mendukung 1. Lingkungan rumah keluarga yang sakit
merawat diri kesehatan yang nyaman.  Demontrasikan cara
sendiri dan 2. Menyediakan
perawatan demensia.

Poltekkes Kemenkes Padang


anggota makanan dalam  Evaluasi kembali
keluarga yang keadaan hangat. tentang merawat
sakit. 3. Menyediakan anggota keluarga yang
makanan yang sakit.
disukai  Berikan pujian pada
keluarga atas jawaban
yang benar.

4. Setelah 1 x Keluarga mampu  Memanfaatkan  Kaji pengetahuan


45 menit menyebutkan 2 fasilitas kesehatan keluarga tentang
keluarga dari 3 keuntungan untuk mencegah deficit perawatan diri
mampu fasilitas kesehatan. sedini mungkin pada penderita
memodifik masalah demensia
asi ketidakseimbangan  Diskusikan bersama
lingkungan nutrisi pada keluarga bagaimana
untuk penderita lingkungan yang
menunjang demensia. dapat menunjang
kesehatan  Untuk mengetahui kesehatan.
keluarga. dan memeriksa  Evaluasi kembali
masalah kesehatan. tentang bagaimana
 Sebagai pelayanan lingkungan yang
pengobatan. dapat menunjang
kesehatan terhadap
semua anggota
keluarga.
 Berikan pujian pada
keluarga atas jawaban
5. Setelah 1 x
yang diberikan.
45 menit
 Kaji pengetahuan

Poltekkes Kemenkes Padang


[Type text]

keluarga keluarga tentang


mampu manfaat fasilitas
memanfaatk kesehatan
an fasilitas  Diskusikan bersama
kesehatan keluarga bagaimana
memanfaatkan
fasilitas pelayanan
kesehatan.
 Evaluasi kembali
bagaimana
memanfaatkan
fasilitas kesehatan
pada semua anggota
keluarga.
 Berikan pujian pada
keluarga atas jawaban
yang diberikan.

Poltekkes Kemenkes Padang


d. Implementasi keperawatan keluarga
Implementasi keperawatan keluarga adalah suatu proses aktualisasi rencana
intervensi yang memanfaatkan berbagai sumber didalam keluarga dan
memandirikan keluarga dalam bidang kesehatan. Keluarga dididik untuk
dapat menilai potensi yang dimiliki mereka dan mengembangkannya melalui
implementasi yang bersifat memampukan keluarga untuk :mengenal masalah
kesehatannya, mengambil keputusan berkaitan dengan persoalan kesehatan
yang dihadapi, merawat dan membina anggota keluarga sesuai kondisi
kesehatannya, memodifikasi lingkungan yang sehat bagi setiap anggota
keluarga, serta memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan terdekat
( Sugiharto,2012).

Implementasi asuhan keperawatan keluarga dengan pendekatan keperawatan


transkultural menggunkan tiga strategi utama, yaitu mempertahankan budaya
yang sesuai dengan situasi dan kondisi kesehatannya saat ini; negosiasi
budaya yang lebih menguntungkan situasi dan kondisi kesehatannya saat ini;
dan melakukan restrukturisasi budaya, yaitu dengan menggantikan budaya
yang lebih sesuai dengan situasi kesehatannya saat ini (Sugiharto,2012).

e. Evaluasi Keperawatan Keluarga


Komponen kelima proses keperawatan adalah evaluasi. Evaluasi berdasarkan
pada seberapa efektifi ntervensi yang dilakukan keluarga, perawat, dan
lainnya. Keberhasilan lebih ditentukan oleh hasil pada sistem keluarga dan
anggota keluarga (bagaimana keluarga berespons) dari pada intervensi yang
diimplementasikan. Evaluasi sekali lagi, merupakan kegiatan bersama antara
perawat dan keluarga (Friedman, 2010).

Poltekkes Kemenkes Padang


[Type text]

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang dilakukan adalah deskriptif yang bertujuan untuk
mendeskripsikan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi dimasa kini. Jenis
rancangan penelitian deskriptif yang dipakai yaitu rancangan penelitian studi
kasus. Studi kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup
pengkajian satu unit penelitian secara intensif misalnya satu klien, keluarga,
kelompok, komunitas atau institusi, menskipun jumlah subjek cendrung
sedikit namun jumlah variabel yang diteliti sangat luas ( Nursalam, 2015).

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada salah satu keluarga dengan Demensia di wilayah
kerja Puskesmas Andalas Kecamatan Padang Timur Kota Padang pada bulan
Januari sampai Juni 2017. Waktu penelitian dilaksanakan 2 kali dalam sehari
selama 5 hari kunjungan dari tanggal 22- 29 Mei sebanyak 10 kali kunjungan.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan
(Nursalam, 2015). Populasi dari penelitian ini adalah lansia dengan
demensia di wilayah kerja Puskesmas Andalas kota padang yang
berjumlah 19 orang yang berada di kelurahan air camar dengan usia besar
dari 70 tahun keatas dan didapatkan ada 11 orang lansia dengan
demensia.

2. Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah
dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2013). Sampel
penelitian ini adalah lansia dengan demensia di wilayah kerja puskesmas
Andalas dengan jumlah sampel 2 orang.

Klien dipilih berdasarkan kriteria inklusi sebagai berikut :

Poltekkes Kemenkes Padang


a. Klien lansia penderita demensia umur > 70 tahun yang berada di
wilayah kerja Puskesmas Andalas Padang.
b. Peneliti meminta data pasien kunjungan posyandu dalam 3 bulan
terakhir.
c. Klien lansia yang mampu berkomunikasi dengan baik dan lancar serta
kooperatif ketika peneliti melakukan pengkajian
d. Klien yang bersedia diberikan asuhan keperawatan keluarga
e. Klien dengan tingkat kemandirian 1 :
1) Menerima petugas dan pelayanan keperawatan yang diberikan
sesuai rencana keperawatan.
2) Klien yang tingkat perekonomian menengah kebawah.
3) Klien yang jarang mengontrol ke pelayanan kesehatan.

f. Klien yang berada ditempat saat dilakukan penelitian.

g. Klien yang memiliki alamat lengkap dan jelas serta mudah ditemui.

Setelah dilakukan pemilihan sampel dari 11 orang lansia yang menderita


demensia dan terdapat 4 orang lansia yang memenuhi kriteria inklusi,
selanjutnya pemilihan sampel akan di pilih menggunakan teknik simple
random sampling di lakukan seperti undian, yaitu semua individu berpeluang
untuk dijadikan sampel. Sehigga didapatkan 2 orang klien yang akan
dijadikan sampel dalam penelitian

D. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data


Instrument penelitian atau alat pengumpulan data, dalam pembuatannya
mengacu pada variable, defenisi operasional dan skala pengukuran data yang
dipilih (Suyanto, 2011). Pengumpulan data pada pasien dimulai dengan
pengkajian sampai evaluasi. Instrumen yang digunakan adalah format
pengkajian asuhan keperawatan keluarga dan format pengkajian Demensia.
Dari hasil Observasi dan pemeriksaan fisik pada seluruh anggota keluarga
(dengan pendekatan IPPA : inspeksi palpasi perkusi auskultasi) pada sistem
tubuh klien. Wawancara langsung dengan pasien yang berisi tentang (identitas
klien, keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, dahulu, keluarga). Studi
dokumentasi dan angket (hasil dari pemeriksaan diagnostik dan data lain yg
relevan). Sedangkan instrumen nya adalah Stetoskop, tensimeter.

Poltekkes Kemenkes Padang


E. Jenis-Jenis Data
1. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari keluarga
seperti pengkajian kepada keluarga, meliputi: Identitas seluruh anggota
keluarga, riwayat kesehatan keluarga, pola aktifitas sehari-hari dirumah,
dan pemeriksaan fisik seluruh anggota keluarga.
b. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari dokumen /Medical Record di Puskesmas
Andalas Kecamatan Padang Timur Kota Padang.
2. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan wawancara dan
menggunakan format pengkajian asuhan keperawatan keluarga, format
pengkajian demensia dan format kuisioner demensia sebagai alat acuan
yang digunakan peneliti.
Adapun langkah-langkah pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti
adalah :
a. Peneliti meminta surat rekomendasi pengambilan data dan surat izin
penelitian dari institusi pendidikan Poltekkes Kemenkes Padang ke
Dinas Kesehatan Kota Padang.
b. Peneliti mendatangi Dinas Kesehatan Kota Padang dan menyerahkan
surat izin penelitian dari institusi untuk mendapatkan surat
rekomendasi ke Puskesmas Andalas Kota Padang .
c. Peneliti mendatangi Puskesmas Andalas Kota Padang dan
menyerahkan surat rekomendasi dan surat izin penelitian dari Dinas
Kota Padang.
d. Peneliti meminta izin kepada kepala Puskesmas Andalas Kota Padang
e. Peneliti meminta data pasien kunjungan posyandu lansia dalam 3
bulan terakhir
f. Peneliti meminta data lansia dengan usia > 70 tahun keatas kepada
kader puskesmas.
g. Peneliti memilih responden
h. Responden diberi penjelasan mengenai tujuan penelitian
i. Informed consent diberikan kepada responden
j. Responden diberikan kesempatan untuk bertanya
k. Responden menandatangani informed consent

Poltekkes Kemenkes Padang


l. Peneliti meminta waktu responden untuk melakukan pengkajian
menggunakan format pengkajian asuhan keperawatan keluarga dan
wawancara menggunakan kuisioner
m. Peneliti melakukan pemeriksaan fisik dengan metode head to toe
n. Peneliti melakukan intervensi, implementasi dan evaluasi pada
responden dan kemudian peneliti melakukan terminasi

F. Cara Pemilihan Keluarga Binaan


Keluarga binaan yang dipilih adalah responden yang memiliki kriteria inklusi
dengan prioritas kriteria keluarga mandiri tingkat pertama (KM I,II).
Adapun cara memilih keluarga binaan yang telah dilakukan adalah sebagai
berikut:

1. Peneliti meminta data kunjungan Lansia beserta alamat pada lansia berusia
> 70 tahun.

2. Peneliti memilih satu kelurahan yaitu kelurahan Air Camar

3. Peneliti meminta data pasien kunjungan posyandu dalam 3 bulan terakhir

4. Setelah memilih satu kelurahan didapatkan data ada 11 orang dengan


demensia di RT03/ RW 05 di kelurahan air camar

5. Peneliti mendatangi kader dan menanyakan alamat lengkap dari 19 orang


pasien tersebut

6. Setelah mendapatkan alamat lengkap, peneliti memilih sesuai dengan


kriteria inklusi yaitu dengan kriteria sebagai berikut :

a. Keluarga dan klien bersedia diberikan asuhan keperawatan


b. Keluarga dan klien yang berada ditempat saat dilakukan penelitian
c. Klien berusia >70 tahun
d. Klien menderita Demensia

7. Setelah memilih sesuai dengan kriteria inklusi peneliti memprioritaskan


sesuai prioritas keluarga yang memiliki kriteria keluarga mandiri tingkat
pertama (KM-I) yaitu dengan kriteria :

1. Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat

Poltekkes Kemenkes Padang


2. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan.
Sasaran keluarga adalah keluarga yang termasuk rentan terhadap masalah
kesehatan (vulnerable group) atau risiko tinggi (high risk group), dengan
prioritas keluarga miskin belum kontak dengan sarana pelayanan kesehatan
(Puskesmas dan jaringannya) dan belum mempunyai kartu sehat.

G. Hasil Analisis
Berdasarkan kriteria diatas yang dijadikan sampel adalah keluarga dengan
asma dengan hasil analisis adalah kualitatif. Menurut Cresswell 1992 didalam
(Raco, 2010) terdapat 5 jenis metode kualitatif, salah satunya adalah metode
studi kasus (case study). Case study merupakan bagian dari metode kualitatif
yang hendak mendalami suatu kasus tertentu secara lebih mendalam dengan
melibatkan pengumpulan beraneka sumber informasi. Sedangkan menurut
Patton dalam (Raco, 2010) proses penyusunan studi kasus berlangsung dalam
tiga tahap.
1. Tahap pertama yaitu pengumpulan data mentah tentang individu
Tahap ini dapat berupa pengkajian secara sistematis yang mengacu kepada
format pengkajian asuhan keperawatan keluarga.
2. Langkah kedua menyusun atau menata kasus yang diperoleh
Setelah semua data diperoleh, maka disusunlah analisa data sehingga dapat
ditegakkan diagnosa keperawatan. Pada tahap inilah peneliti melakukan
intervensi keperawatan hingga evaluasi dan dokumentasi keperawatan.
3. Langkah ketiga penulisan laporan akhir penelitian kasus dalam bentuk
narasi.
Pada tahap ini dilakukan analisa untuk menentukan apakah ada kesesuaian
antara teori yang ada dengan kondisi pasien. Cerita tentang kasus tersebut
dapat disajikan baik secara kronologis atau secara sistematis atau kedua-
duanya.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB IV

DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS

A. Deskripsi Kasus

Kunjungan keluarga dilakukan pada keluarga Ny. Nu (Partisipan I) dan Ny.


Ne (Partisipan II) dengan gangguan kognitif pada demensia. Kunjungan
dimulai pada tanggal 22 Mei 2017 sampai 29 Mei 2017 dengan kunjungan
dilakukan 2 kali dalam sehari selama 5 hari.

Table 4.1 Deskripsi Kasus

Asuhan Partisipan 1 Partisipan II


Keperawatan ( Ny. Nu ) ( Ny. Ne )
Identitas Pasien Ny. Nu ( 90 tahun) tinggal di Ny. Ne (72 tahun) tinggal di
Jalan Air Camar no. 52 RT 02/RW Jalan Tanjung Aur no. 20 RT
05. Keluarga Ny. Nu merupakan 02/ RW 05. Keluarga Ny.Ne
keluarga besar. Keluarga besar merupakan keluarga usia
(extended family) adalah lanjut. Keluarga usia lanjut
keluarga yang terdiri dari suami, adalah keluarga yang terdiri
istri, dan anak-anak kandung, juga dari suami dan istri yang sudah
sanak saudara lainnya, baik lanjut usia. Rumah hanya
menurut garis vertikal (ibu, bapak, ditinggali oleh suami dan istri.
kakek, nenek, mantu, cucu, cicit), Ny. Ne tinggal bersama dengan
maupun menurut garis horizontal suaminya yang bekerja di
(kakak, adik, ipar) yang berasal perkapalan sedangkan anak-
dari pihak suami atau pihak isteri. anak Ny. Ne tinggal di bersama
Karena Ny. Nu tinggal bersama dengan istrinya.
dengan anak-anaknya, menantu
beserta cucu-cucunya.

Semua anggota keluarga bersuku


minang dan beragama islam sejak Semua anggota keluarga
lahir. Tidak ada perbedaan agama bersuku minang dan beragama
dalam keluarga Ny. Nu (Partisipan islam sejak lahir. Tidak ada
I). Keluarga Ny. Nu selalu perbedaan agama dalam
melaksanakan ibadah sholat 5 keluarga Ny. Ne (Partisipan I).
waktu. Kehidupan sehari-hari Keluarga Ny. Ne selalu
keluarga Ny. Nu tidak terlepas melaksanakan ibadah sholat 5
dari budaya minang dan agama waktu dan mengaji di rumah.
islam, termasuk dalam hal Kehidupan sehari-hari keluarga

Poltekkes Kemenkes Padang


kesehatan. Ny. Ne tidak terlepas dari
budaya minang dan agama
islam, termasuk dalam hal
kesehatan.
Ny. Nu sebagai kepala keluarga
sudah tidak bekerja, sehingga Tn. A sebagai kepala kleuarga
kebutuhan sehari-hari didapatkan penghasilan keluarga kurang
dari anaknya yang sudah bekerja. lebih Rp.2.000.000,- per bulan
Status ekonomi keluarga Ny. Nu yang diperoleh dari hasil
termasuk penghasilan ± Rp penghasilan Tn. A yang bekerja
1.500.000 /bulan, sehingga bisa di pelabuhan. Penghasilan Tn.
untuk memenuhi kebutuhan A digunakan untuk
sehari-hari. Ketika Ny. Nu berobat menghidupi kebutuhan sehari-
ke Puskesmas, Ny. Nu hari.
menggunakan jaminan kesehatan Ketika Ny. Ne berobat ke
KIS. Puskesmas, Ny. Ne
menggunakan jaminan
kesehatan KIS.

Tahap perkembangan keluarga


Ny. Nu adalah keluarga mulai Tahap perkembangan keluarga
melepas anak sebagai dewasa, Ny. Ne adalah keluarga mulai
yang mana ke dua anak melepas anak sebagai dewasa,
perempuan dan empat anak laki- yang mana ke tiga anak laki-
laki Ny. Nu sudah berkeluarga. laki Ny. Ne sudah berkeluarga.

Tahap keluarga yang belum


terpenuhi adalah masalah Ny. Nu tahap keluarga yang belum
dengan gagguan kognitif pada terpenuhi adalah masalah Ny.
demensia. Ne dengan gagguan kognitif
pada demensia, dan tugas
keluarga lainnya yang belum
dicapai saat ini adalah
kurangnya pemeliharaan
komunikasi yang terbuka,
hubungan intim dalam
keluarga dan kurangnya
persiapan perubahan sistem
peran karena Ny. Ne merasa
anaknya terkadang kurang
perhatian terhadapnya.
Menurut Ny. Nu riwayat masing-
masing anggota keluarganya yaitu Menurut Ny. Ne riwayat
suaminya dalam keadaan sehat, masing-masing anggota

Poltekkes Kemenkes Padang


tidak pernah sakit serius.
keluarganya yaitu suaminya
Sedangkan Ny. Nu mengalami atau Tn. A dalam keadaan
sakit seperti asma, tetapi tidak sehat, tidak pernah sakit serius.
pernah sakit yang sangat parah. Sedangkan Ny. Ne mengalami
sakit seperti hipertensi, tetapi
tidak pernah sakit yang sangat
Jenis rumah permanen dengan parah
luas bangguan 90 m2. Status
rumah milik sendiri dengan Jenis rumah permanen dengan
keseluruhan bangunan terbuat dari luas bangguan 70 m2. Status
beton. Ventilasi rumah kurang rumah milik sendiri dengan
memadai di beberapa ruangan, keseluruhan bangunan terbuat
Lantai di rumah dengan tikar / dari beton. Ventilasi rumah
alas. Kondisi kebersihan rumah memadai di beberapa ruangan,
keseluruhan bersih. Bagian- Lantai di rumah dengan tikar /
bagian rumah terdapat ruang alas. Kondisi kebersihan rumah
tamu, 4 ruang tidur, dapur dan keseluruhan bersih. Bagian-
kamar mandi yang bergabung bagian rumah terdapat ruang
dengan WC. Keluarga tamu, 2 ruang tidur, dapur dan
mempunyai sumber air bersih kamar mandi yang bergabung
untuk MCK dari PDAM. Untuk dengan WC. Keluarga
keperluan air minum keluarga Ny. mempunyai sumber air bersih
Nu memasak sendiri. Keluarga untuk MCK dari PDAM.
mempunyai WC sendiri dengan Untuk keperluan air minum
jenis leher angsa dan septic tank keluarga Ny. Ne memasak
berjarak 5 m dari sumber air. sendiri. Keluarga mempunyai
Kondisi kamar mandi keluarga WC sendiri dengan jenis leher
Ny. Nu bersih. angsa dan septic tank berjarak
3 m dari sumber air. Kondisi
kamar mandi keluarga Ny. Ne
bersih.

Penduduk sekitar rumah Ny. Nu


(Partisipan I) kebanyakan bukan Penduduk sekitar rumah Ny.
penduduk pribumi asli melainkan Ne (Partisipan II) kebanyakan
penduduk dari kota lain yang bukan penduduk pribumi asli
merantau ke Padang. Hubungan melainkan penduduk dari kota
antar tetangga Ny. Nu baik, saling lain yang merantau ke Padang.
meghormati, kerukunan terjaga, Hubungan antar tetangga Ny.
bila ada yang memiliki kesulitan Ne baik, saling meghormati,
saling membantu. kerukunan terjaga, bila ada
yang memiliki kesulitan saling
membantu.

Poltekkes Kemenkes Padang


Keluarga Ny. Nu sesekali
berkumpul dengan tetangga jika Keluarga Ny. Ne sesekali
ada waktu luang, interaksi dengan berkumpul dengan tetangga
tetangga tidak sering dilakukan jika ada waktu luang, interaksi
karena keterbatasan Ny. Nu dalam dengan tetangga tidak sering
berjalan Biasanya jika ada yang dilakukan karena Ny. Ne lebih
sakit di keluarga akan di bawa ke sering di rumah dalam
bidan dan ke puskesmas. Ny. Nu melakukan kegiatannya.
selalu pergi dengan keluarganya Biasanya jika ada yang sakit di
apa bilamulai merasa sakit. keluarga akan di bawa ke bidan
dan ke puskesmas..

Ny. Nu (Partisipan I) bersuku


minang (tanjung). Dalam keluarga Ny. Ne (Partisipan II) bersuku
tidak ada nilai-nilai tertentu dan minang (caniago). Dalam
nilai agama yang bertentangan keluarga tidak ada nilai-nilai
dengan kesehatan karena menurut tertentu dan nilai agama yang
keluarga kesehatan merupakan hal bertentangan dengan kesehatan
yang penting. karena menurut keluarga
kesehatan merupakan hal yang
penting.
Semua anggota keluarga saling
menyayangi dan keluarga merasa Semua anggota keluarga saling
bangga apabila salah satu menyayangi dan keluarga
annggota keluarga berhasil. merasa bangga apabila salah
Respon keluarga terhadap satu annggota keluarga
kehilangan yaitu berduka, namun berhasil. Respon keluarga
selama ini keluarga saling terhadap kehilangan yaitu
menguatkan dan menjaga satu berduka, namun selama ini
sama lain. keluarga saling menguatkan
dan menjaga satu sama lain.
Pada fungsi sosialisasi tidak ada
anggota keluarga Ny. Nu yang Pada fungsi sosialisasi tidak
ikut dalam keanggotaan organisasi ada anggota keluarga Ny. Ne
masyarakat dan tidak ada yang yang ikut dalam keanggotaan
mempunyai kedudukan organisasi masyarakat dan
berpengaruh di masyarakat. tidak ada yang mempunyai
kedudukan berpengaruh di
masyarakat.
Pada fungsi perawatan kesehatan
keluarga Ny. Nu (Partisipan I) Pada fungsi perawatan
belum mengerti tentang tanda dan kesehatan keluarga Ny. Ne
gejala demensia dan (Partisipan II) belum mengerti
pencegahannya, hal ini terlihat tentang tanda dan gejala

Poltekkes Kemenkes Padang


dari seringnya keluarga yang demensia dan pencegahannya,
terkadang mengeluh mengenai hal ini terlihat dari seringnya
kondisi kesehatan Ny. Nu keluarga yang terkadang
(Partisipan I). mengeluh mengenai kondisi
kesehatan Ny. Ne (Partisipan
II).
Keluarga mampu mengambil
keputusan tindakan kesehatan Keluarga mampu mengambil
yang tepat. keputusan tindakan kesehatan
yang tepat.
Keluarga dapat merawat anggota
keluarga yang sakit dengan Keluarga dapat merawat
semampunya sesuai dengan anggota keluarga yang sakit
kondisi ekonomi yang ada. dengan semampunya sesuai
dengan kondisi ekonomi yang
ada.
Keluarga Ny. Nu kurang mengerti
tentang pemeliharaan lingkungan Keluarga Ny. Ne kurang
untuk kesehatan. mengerti tentang pemeliharaan
Jika ada anggota keluarga yang lingkungan untuk kesehatan.
sakit, biasanya keluarga Jika ada anggota keluarga yang
membawa ke fasilitas pelayanan sakit, biasanya keluarga
kesehatan seperti bidan, praktek membawa ke fasilitas
dokter, puskesmas, dan rumah pelayanan kesehatan seperti
sakit. bidan, praktek dokter,
puskesmas, dan rumah sakit.
Stressor jangka pendek yang
dialami keluarga Ny. Nu Stressor jangka pendek yang
(Partisipan I) adalah Ny. Nu dialami keluarga Ny. Ne
mengatakan masalah yang mengatakan masalah yang
membebaninya sekarang hanyalah membebaninya sekarang
masalah dalam sesak nafas yang adalah komunikasi anaknya
sering dialami oleh Ny. Nu. dengannya yang kurang lancer
Keluarga Ny. Nu selalu cepat sehingga ny. Ne merasa sedih.
dalam mengatasi masalah yang
dialami anggota keluarganya,
sehingga tidak ada masalah yang Keluarga Ny. Ne selalu
berlarut-larut. mendiskusikan masalahnya
dalam mengatasi masalah yang
dialami anggota keluarganya,
sehingga tidak ada masalah
yang berlarut-larut.
Pemeriksaan fisik 1. Keadaan Umum 1. Keadaan Umum
Klien sadar, GCS 15 compos Klien sadar, GCS 15

Poltekkes Kemenkes Padang


mentis kooperatif compos mentis kooperatif
2. Kepala 2. Kepala
I : rambut tampak bersih, tidak I : rambut tampak tidak
ada lesi bersih, tidak ada lesi
P : tidak teraba pembengkakan P : tidak teraba
P : tidak teraba adanya pembengkakan
pembengkakan. P : tidak teraba adanya
3. Mata pembengkakan.
I : simetris kiri dan kanan 3. Mata
P : konjungtiva tidak anemis, I : simetris kiri dan kanan
sclera tidak ikterik P : konjungtiva tidak
4. Hidung anemis, sclera tidak ikterik
I : simetris kiri dan kanan 4. Hidung
P : tidak ada polip I : simetris kiri dan kanan
5. Mulut P : tidak ada polip
Mukosa bibir pucat, tidak 5. Mulut
sianosis Mukosa bibir pucat, tidak
6. Leher sianosis
Tidak teraba adanya
6. Leher
pembesaran kelenjar getah Tidak teraba adanya
bening. pembesaran kelenjar getah
Tidak ada pembesaran vena bening.
jugularis. Tidak ada pembesaran vena
7. Sistem Pernafasan jugularis.
I : simetris kiri dan kanan, 7. Sistem Pernafasan
tidak ada otot bantu I : simetris kiri dan kanan,
pernafasan. tidak ada otot bantu
P : fremitus kiri dan kanan pernafasan.
sama P : fremitus kiri dan kanan
P : sonor sama
A : vesikuler P : sonor
8. Abdomen A : vesikuler
I : simetris, 8. Abdomen
P : tidak teraba masa I : simetris,
P : tympani P : tidak teraba masa
A : bising usus (+) P : tympani
9. Ekstremitas A : bising usus (+)
Kekuatan otot 555 9. Ekstremitas
Capillary Revil Time <2 detik, Kekuatan otot 55
tidak sianosis. Capillary Revil Time 2
detik, tidak sianosis.
Analisa data Saat dilakukan pengkajian Saat dilakukan pengkajian
didadapatkan analisa data sebagai didadapatkan analisa data
berikut: sebagai berikut:

Poltekkes Kemenkes Padang


DX I DX I

Ds : Ds :
a. Ny. Nu mengatakan bahwa a. Ny. Ne mengatakan
ia sering lupa akan apa bahwa ia adalah orang
yang akan dikatakannya yang sanagt pelupa
b. Ny. Nu mengatakan bahwa sekali.
tidak ingat dengan apa b. Ny. Ne mengatakan
yang akan sering lupa akan apa
dilakukakannya. yang akan dikatakannya.
c. Ny. Nu mengatakan sulit c. Ny. Ne mengatakan lupa
baginya untuk mengingat dengan apa yang akan
hari, tanggal serta tahun. dilakukakannya.
Do : d. Ny. Ne tidak ingat akan
a. Saat dilakukan pengkajian hari apa, bulan serta
Ny. Nu tampak sulit untuk tahun apa sekarang.
mengingat tanggal, tahun, e. Ny. Ne juga mengeluh ia
hari dan bulan. sulit untuk merangkai
b. Saat dilakukan pengkajian kata-kata menjadi
dengan kuisioner PPMS sebuah kalimat yang
( Pemeriksaan Portabel baik, Ny. Ne akan lupa
untuk Status Mental) klien apa yang akan
mengalami gangguan diakatakannya. Emosi
intelek sedang dengan yang dialami oleh Ny.
nilai gangguan 5 . Ne juga terkadang
mudah sedih.
Do :
a. saat dilakukan
pengkajian Ny. Ne
tampak sulit untuk
mengingat tanggal tahun
hari dan bulan.
b. Pada saat dilakukan
pengkajian dengan
kuisioner PPMS
( Pemeriksaan Portabel
untuk Status Mental)
klien terganggu dalam
hal orientasi, kalkulasi.
Klien mengalami
gangguan kognitif
sedang dengan nilai 7.

Poltekkes Kemenkes Padang


DX 2
Ds : DX 2
a. Ny. Nu mengatakan ia Ds :
sulit dalam melakukan Ny. Ne mengatakan bahwa
aktivitas sehari-hari. ia cemas akan sering
b. Ny. Nu mengatakan ia pelupa yang sering ia
sudah tidak sanggup lagi alami karena membuatnya
untuk beraktivitas seperti sulit dalam melakukan
biasanya. banyak hal. Ny. Ne
c. Ny. Nu mengatakan saat mengatakan bahwa sifat
ia akan melakukan hal- pelupanya tersebut
hal yang berat dan mulai terkadang menjadi
banyak fikiran maka masalah buatnya.
nafasnya akan terasa
berat dan sesak. Do :
Do : Ny. Ne tampak gelisah dan
a. Ny. Nu tampak sesak. banyak bertanya tentang
Didapatkan hasil vital hal yang sering ia alami.
sign Didapatkan hasil vital sign
TD : 150/100 mmhg, TD : 170/100 mmhg,
Hr : 77 x/ml, Hr : 86 x/ml,
RR = 24 x/i RR = 20 x/i
b. Ny. Nu tampak sulit
dalam melakukan banyak
hal.
c. Ny. Nu tampak terbatas
dalam melakukan ADL.

DX 3
Ds : DX 3
1. Ds :
Ny. Nu mengatakan bahwa Ny. Ne mengatakan bahwa
sifat pelupa itu hanya hal biasa sifat pelupa merupakan
yang akan dirasakan oleh adalah hal biasa yang akan
lansia. Ny. Nu juga tidak dirasakan oleh lansia seperti
mengetahui apa itu demensia dirinya tapi Ny. Ne . Ny. Ne
pada lansia. kurang mengetahui tentang
Do : demensia.
Ny. Nu hanya mengetahui Do :
sebatas itu saja tentang Ny. Ne hanya mengetahui
gangguan kogntif pada sebatas itu saja tentang
demensia. gangguan kogntif pada
demensia.

Poltekkes Kemenkes Padang


Diagnosa 1. Gangguan proses pikir 1. Gangguan proses pikir
keperawatan pada Ny. Nu berhubungan pada Ny. Ne
dengan ketidakmampuan berhubungan dengan
keluarga dalam merawat ketidakmampuan
anggota keluarga yang keluarga dalam
sakit merawat anggota
keluarga yang sakit
2. Intoleransi Aktivitas pada
Ny. Nu berhubungan 2. Ansietas pada Ny. Ne
dengan ketidakmampuan berhubungan dengan
keluarga dalam merawat ketidakmampuan
anggota keluarga yang keluarga dalam
sakit. manajemen stress

3. Defisiensi pengetahuan 3. Defisiensi pengetahuan


pada Ny. Nu berhubungan pada Ny. Ne
dengan ketidaktahuan berhubungan dengan
keluarga dalam penyakit. ketidaktahuan keluarga
dalam penyakit.
Intervensi A. Gangguan proses pikir pada A. Gangguan proses pikir pada
keperawatan Ny. Nu berhubungan dengan Ny. Ne berhubungan
ketidakmampuan keluarga dengan ketidakmampuan
dalam merawat anggota keluarga dalam merawat
keluarga yang sakit anggota keluarga yang sakit
Tujuan Umum : Setelah Tujuan Umum : Setelah
dilakukan intervensi dilakukan intervensi
keperawatan selama 5 kali keperawatan selama 5 kali
kunjungan, gangguan proses kunjungan, gangguan
pikir dapat teratasi proses pikir dapat teratasi
Tujuan Khusus : Tujuan Khusus :
Tujuan khusus 1 : Sesuai Tujuan khusus 1 : Sesuai
dengan tugas perawatan dengan tugas perawatan
keluarga yang pertama yaitu keluarga yang pertama yaitu
mengenal masalah, dengan mengenal masalah, dengan
cara melakukan penyuluhan cara melakukan penyuluhan
kesehatan bersama anggota kesehatan bersama anggota
keluarga agar keluarga keluarga agar keluarga
mengenal masalah kesehatan mengenal masalah
yang dialami oleh Ny. Nu kesehatan yang dialami
Tujuan khusus 2 : Mengambil oleh Ny. Ne
keputusan untuk mengatasi Tujuan khusus 2 :
demensia dengan Mengambil keputusan
mendiskusikan tindakan yang untuk mengatasi demensia
harus dilakukan jika terjadi dengan mendiskusikan

Poltekkes Kemenkes Padang


masalah dalam keluarga tindakan yang harus
Tujuan khusus 3 : Merawat dilakukan jika terjadi
anggota keluarga dengan masalah dalam keluarga
melakukan konseling kepada Tujuan khusus 3 : Merawat
keluarga Ny. Nu gangguan anggota keluarga dengan
proses pikir pada Ny. Nu dapat melakukan konseling
teratasi kepada keluarga Ny. Ne
Tujuan khusus 4 : gangguan proses pikir pada
Memodifikasi lingkungan Ny. Ne dapat teratasi
rumah yang aman dan nyaman Tujuan khusus 4 :
untuk mengatasi masalah Memodifikasi lingkungan
akibat dari demensia pada Ny. rumah yang aman dan
Nu nyaman untuk mengtasi
Tujuan khusus 5 : masalah akibat dari
Memanfaatakan pelayanan demensia pada Ny. Ne
kesehatan untuk mengatasi Tujuan khusus 5 :
masalah demensia pada Ny. Memanfaatakan pelayanan
Nu kesehatan untuk mengatasi
masalah demensia pada Ny.
B. Intoleransi Aktivitas pada Ny. Ne
Nu berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga B. Ansietas pada Ny. N
dalam merawat anggota berhubungan dengan
keluarga yang sakit. ketidakmampuan keluarga
dalam memanajemen stress
Tujuan Umum : Setelah Tujuan Umum : Setelah
dilakukan intervensi dilakukan intervensi
keperawatan selama 5 kali keperawatan selama 5 kali
kunjungan, intoleransi kunjungan, Ansietas pada
aktivitas pada Ny. Nu dapat Ny. Ne dapat berkurang
teratasi Tujuan Khusus :
Tujuan khusus 1 : Sesuai
Tujuan Khusus : dengan tugas perawatan
Tujuan khusus 1 : Sesuai keluarga yang pertama yaitu
dengan tugas perawatan mengenal masalah, dengan
keluarga yang pertama yaitu cara melakukan penyuluhan
mengenal masalah, dengan kesehatan bersama anggota
cara melakukan penyuluhan keluarga agar keluarga
kesehatan bersama anggota mengenal masalah
keluarga agar keluarga kesehatan yang dialami
mengenal masalah kesehatan oleh Ny. Ne
yang dialami oleh Ny. Nu Tujuan khusus 2 :
Tujuan khusus 2 : Mengambil Mengambil keputusan
keputusan untuk mengatasi untuk mengatasi demensia

Poltekkes Kemenkes Padang


demensia dengan dengan mendiskusikan
mendiskusikan tindakan yang tindakan yang harus
harus dilakukan jika terjadi dilakukan jika terjadi
masalah dalam keluarga masalah dalam keluarga
Tujuan khusus 3 : Merawat Tujuan khusus 3 : Merawat
anggota keluarga dengan anggota keluarga dengan
melakukan konseling kepada melakukan konseling
keluarga Ny. Nu agar Ansietas kepada keluarga Ny. Ne
pada Ny. Nu dapat berkurang agar Ansietas pada Ny. Ne
Tujuan khusus 4 : dapat berkurang
Memodifikasi lingkungan Tujuan khusus 4 :
rumah yang aman dan nyaman Memodifikasi lingkungan
untuk mengtasi masalah akibat rumah yang aman dan
dari demensia. nyaman untuk mengtasi
Tujuan khusus 5 : masalah akibat dari
Memanfaatakan pelayanan demensia.
kesehatan untuk mengatasi Tujuan khusus 5 :
masalah demensia pada Ny. Memanfaatakan pelayanan
Nu. kesehatan untuk mengatasi
masalah demensia pada Ny.
C. Defisiensi Pengetahuan pada Ne.
Ny. Nu berhubungan dengan
ketidaktahuan keluarga akan
penyakit.

Tujuan Umum : Setelah C. Defisiensi Pengetahuan


dilakukan intervensi pada Ny. Ne berhubungan
keperawatan selama 5 kali dengan ketidaktahuan
kunjungan, Pengetahuan Ny. keluarga akan penyakit.
Nu dan anggota keluarga Tujuan Umum : Setelah
meningkat tentang demensia dilakukan intervensi
Tujuan Khusus : keperawatan selama 5 kali
Tujuan khusus 1 : Sesuai kunjungan, Pengetahuan
dengan tugas perawatan Ny. Ne dan anggota
keluarga yang pertama yaitu keluarga meningkat tentang
mengenal masalah, dengan demensia
cara melakukan penyuluhan Tujuan Khusus :
kesehatan bersama anggota Tujuan khusus 1 : Sesuai
keluarga agar keluarga dengan tugas perawatan
mengenal masalah kesehatan keluarga yang pertama yaitu
yang dialami oleh Ny. N.u mengenal masalah, dengan
Tujuan khusus 2 : Mengambil cara melakukan penyuluhan
keputusan untuk mengatasi kesehatan bersama anggota
demensia dengan keluarga agar keluarga

Poltekkes Kemenkes Padang


mendiskusikan tindakan yang mengenal masalah
harus dilakukan jika terjadi kesehatan yang dialami
masalah dalam keluarga oleh Ny. Ne.
Tujuan khusus 3 : Merawat Tujuan khusus 2 :
anggota keluarga dengan Mengambil keputusan
melakukan konseling untuk mengatasi demensia
mengenai penyakit demensia dengan mendiskusikan
kepada keluarga Ny. Nu agar tindakan yang harus
pengetahuan keluarga dapat dilakukan jika terjadi
meningkat. masalah dalam keluarga
Tujuan khusus 4 : Tujuan khusus 3 : Merawat
Memodifikasi lingkungan anggota keluarga dengan
rumah yang aman dan nyaman melakukan konseling
untuk mengtasi masalah akibat mengenai penyakit
dari demensia demensia kepada keluarga
Tujuan khusus 5 : Ny. Ne agar pengetahuan
Memanfaatakan pelayanan keluarga dapat meningkat.
kesehatan untuk mengatasi Tujuan khusus 4 :
masalah demensia pada Ny. Memodifikasi lingkungan
Nu. rumah yang aman dan
nyaman untuk mengtasi
masalah akibat dari
demensia
Tujuan khusus 5 :
Memanfaatakan pelayanan
kesehatan untuk mengatasi
masalah demensia pada Ny.
Ne.
Implementasi Implementasi TUK 1 dan 2 Implementasi TUK 1 dan 2
keperawatan dilakukan pada Tanggal 22 Mei dilakukan pada Tanggal 22 Mei
2017 Jam 10.00 Wib 2017 Jam 10.45 Wib
TUK 1 : Mengenal masalah TUK 1 : Mengenal masalah
Melakukan konseling tentang Melakukan konseling tentang
demensia yang terdiri dari demensia yang terdiri dari
Pengertian, tanda gejala Pengertian, tanda gejala
demensia, faktor pencetus demensia, faktor pencetus
demensia. Adapun media yang demensia. Adapun media yang
dibawa yaitu booklet dan leaflet. dibawa yaitu booklet dan
leaflet.
TUK 2 : Membuat Keputusan
Setelah mendiskusikan kepada TUK 2 : Membuat Keputusan
Ny. Nu dan anggota keluarga Setelah mendiskusikan kepada
tentang demensia yang diderita Ny. Ne dan anggota keluarga
Ny. Nu, keluarga bersedia untuk tentang demensia yang diderita

Poltekkes Kemenkes Padang


dilakukan Asuhan Keperawatan Ny. Ne, keluarga bersedia
tentang Asma untuk mengontrol untuk dilakukan Asuhan
tanda gejala demensia. Keperawatan tentang demensia
untuk mengontrol tanda gejala
TUK 3 : Merawat anggota demensia.
keluarga
Dilakukan pada tanggal 22 Mei TUK 3 : Merawat anggota
2017 jam 12.00 wib yaitu keluarga
mendemonstrasikan cara Dilakukan pada tanggal 22 Mei
mengatasi demensia dengan cara 2017 jam 13.00 wib yaitu
senam otak mengatasi demensia. mendemonstrasikan cara
Adapun media yang digunakan mengatasi demensia dengan
yaitu Leaflet, laptop. cara senam otak mengatasi
Selanjutnya pada tanggal 23 Mei demensia. Adapun media yang
2017 jam 14.00 wib , mendiskusi digunakan yaitu Leaflet,
kan tentang penyakit lain yang laptop.
terjadi pada Ny. Nu sbebagai Selanjutnya pada tanggal 23
salah satu penyeba dari demensia. Mei 2017 jam 14.45 wib ,
Media yang digunakan yaitu mendiskusi kan tentang
Leaflet, dan booklet. penyakit lain yang terjadi pada
Pada Tanggal 23 Mei 2017 jam Ny. Ne sbebagai salah satu
12.00 Wib, Tindakan yang penyeba dari demensia. Media
dilakukan yaitu melakukan senam yang digunakan yaitu Leaflet,
otak dengan media Laptop dan dan booklet.
leaflet . Tindakan yang kedua Pada Tanggal 23 Mei 2017 jam
yaitu merndiskusikan dan 13.00 Wib, Tindakan yang
mengulang kembali mengenai dilakukan yaitu melakukan
penyakit demensia dan bagaimana senam otak dengan media
penatalaksanaanya dengan Ny. Nu Laptop dan leaflet . Tindakan
yang bertujuan untuk yang kedua yaitu
mengingatkan lagi pengetahuan merndiskusikan dan
Ny. Nu dan anggota keluarga. mengulang kembali mengenai
penyakit demensia dan
TUK 4 : Memodifikasi bagaimana penatalaksanaanya
Lingkungan dengan Ny. Ne yang bertujuan
Dilakukan pada tanggal 25 Mei untuk mengingatkan lagi
2017 jam 11.00 wib, dengan pengetahuan Ny. Ne dan
memberikan konseling kepada anggota keluarga.
Ny. Nu dan anggota keluarga
mengenai lingkungan yang TUK 4 : Memodifikasi
demensia. Setelah itu Lingkungan
membersihkan lingkungan rumah Dilakukan pada tanggal 25 Mei
Ny. Nu bersama-sama dengan 2017 jam 12.00 wib, dengan
anggota keluarga untuk memberikan konseling kepada

Poltekkes Kemenkes Padang


menciptakan lingkungan yang Ny. Ne dan anggota keluarga
aman dan nyaman. mengenai lingkungan yang
demensia. Setelah itu
TUK 5 : Memanfaatkan membersihkan lingkungan
Pelayanan Kesehatan rumah Ny. Ne bersama-sama
Dilakukan pada tanggal 24 Mei dengan anggota keluarga untuk
2017 jam 13.00 Wib, dengan menciptakan lingkungan yang
mendiskusikan kembali guna aman dan nyaman.
manfaat pelayanan kesehatan
untuk mengontrol demensia agar TUK 5 : Memanfaatkan
tidak menjadi lebih buruk. Pelayanan Kesehatan
Dilakukan pada tanggal 24 Mei
2017 jam 14.00 Wib, dengan
mendiskusikan kembali guna
manfaat pelayanan kesehatan
untuk mengontrol demensia
agar tidak menjadi lebih buruk.
Evaluasi Evaluasi dilakukan setiap kali Evaluasi dilakukan setiap kali
keperawatan implementasi dilakukan, adapun implementasi dilakukan,
evaluasi diganosa pertama yaitu adapun evaluasi diganosa
1) gangguan proses pikir pada pertama yaitu gangguan
Ny. Nu berhubungan dengan proses pikir pada Ny. Nu
ketidakmampuan keluarga berhubungan dengan
dalam merawat anggota ketidakmampuan keluarga
keluarga yang sakit didapatkan : dalam merawat anggota
S: keluarga yang sakit
1. Keluarga mengatakan didapatkan :
mengenal masalah S:
kesehatan demensia
2. Keluarga mengatakan 1. Keluarga mengatakan
mampu mengambil mengenal masalah
keputusan tindakan kesehatan demensia.
kesehatan yang tepat 2. Keluarga mengatakan
3. Keluarga mengatakan mampu merawat anggota
mampu merawat anggota keluarga yang sakit
keluarga yang sakit 3. Keluarga mengatakan tidak
4. Keluarga mengatakan tidak mampu memodifikasi
mampu memodifikasi lingkungan untuk
lingkungan untuk menunjang kesehatan
menunjang kesehatan keluarga.
keluarga. 4. Keluarga mengatakan
5. Keluarga mengatakan mampu memanfaatkan
mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan
pelayanan kesehatan O:

Poltekkes Kemenkes Padang


O: 1. Keluarga
1. Keluarga tampak mengenal tampak mengenal masalah
masalah kesehatan kesehatan demensia
demensia 2. Keluarga
2. tampak mampu mengambil
Keluarga tampak mampu keputusan tindakan
mengambil keputusan kesehatan yang tepat
tindakan kesehatan yang 3. Keluarga
tepat tampak mampu merawat
3. anggota keluarga yang sakit
Keluarga tampak mampu 4. Keluarga
merawat anggota keluarga tampak tidak mampu
yang sakit memodifikasi lingkungan
4. untuk menunjang kesehatan
Keluarga tampak tidak mampu keluarga.
memodifikasi lingkungan 5. Keluarga
untuk menunjang kesehatan tampak mampu
keluarga. memanfaatkan pelayanan
5. Keluarga tampak mampu kesehatan
memanfaatkan pelayanan A: Masalah teratasi
kesehatan P: Intervensi dihentikan, lanjut
A: Masalah teratasi ke diagnosa berikutnya
P: Intervensi dihentikan, lanjut ke
diagnosa berikutnya

Evaluasi pada diagnosa kedua


Evaluasi pada diagnosa kedua Ansietas pada Ny. Nu
Intoleransi Aktivitas pada Ny. berhubungan dengan
Nu berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
ketidakmampuan keluarga dalam memanajemen stress
dalam merawat anggota 1. Keluarga
keluarga yang sakit. mengatakan mengenal
dalam masalah
1. manajemen stress
Keluarga mengatakan mengenal 2. Keluarga
dalam masalah intoleransi mengatakan mampu
aktivitas mengambil keputusan
2. tindakan kesehatan yang
Keluarga mengatakan mampu tepat
mengambil keputusan 3. Keluarga
tindakan kesehatan yang mengatakan mampu
tepat merawat anggota keluarga
3. yang sakit
Keluarga mengatakan mampu 4. Keluarga

Poltekkes Kemenkes Padang


merawat anggota keluarga mengatakan mampu
yang sakit memodifikasi lingkungan
4. untuk menunjang
Keluarga mengatakan mampu kesehatan keluarga.
memodifikasi lingkungan 5. Keluarga
untuk menunjang kesehatan mengatakan mampu
keluarga. memanfaatkan pelayanan
5. Keluarga mengatakan kesehatan
mampu memanfaatkan O:
pelayanan kesehatan 1. Keluarga
O: tampak mengenal dalam
1. Keluarga tampak mengenal masalah manajemen stres
dalam masalah manajemen 2. Keluarga
stres tampak mampu
2. mengambil keputusan
Keluarga tampak mampu tindakan kesehatan yang
mengambil keputusan tepat
tindakan kesehatan yang 3. Keluarga
tepat tampak mampu merawat
3. anggota keluarga yang
Keluarga tampak mampu sakit
merawat anggota keluarga 4. Keluarga
yang sakit tampak mampu
4. memodifikasi lingkungan
Keluarga tampak mampu untuk menunjang
memodifikasi lingkungan kesehatan keluarga.
untuk menunjang kesehatan 5. Keluarga
keluarga. tampak mampu
5. Keluarga tampak mampu memanfaatkan pelayanan
memanfaatkan pelayanan kesehatan
kesehatan A: Masalah teratasi
A: Masalah teratasi P: Intervensi dihentikan, lanjut
P: Intervensi dihentikan, lanjut ke ke diagnosa berikutnya
diagnosa berikutnya

Evaluasi pada diagnosa ketiga


Kurangnya pengetahuan
keluarga tentang penularan
penyakit berhubungan dengan Evaluasi pada diagnosa ketiga
ketidakmampuan keluarga Kurangnya pengetahuan
dalam mengenal masalah keluarga tentang penularan
kesehatan didapatkan: penyakit berhubungan
dengan ketidakmampuan
S: keluarga dalam mengenal

Poltekkes Kemenkes Padang


1. masalah kesehatan
Keluarga mengatakan mengenal didapatkan:
masalah kesehatan
penularan demensia S:
2. 1. Keluarga mengatakan
Keluarga mengatakan mampu mengenal masalah
mengambil keputusan kesehatan penularan
tindakan kesehatan yang demensia
tepat 2. Keluarga mengatakan
3. mampu mengambil
Keluarga mengatakan mampu keputusan tindakan
merawat anggota keluarga kesehatan yang tepat
yang sakit 3. Keluarga mengatakan
4. mampu merawat anggota
Keluarga mengatakan tidak keluarga yang sakit
mampu memodifikasi 4. Keluarga mengatakan
lingkungan untuk tidak mampu
menunjang kesehatan memodifikasi lingkungan
keluarga. untuk menunjang
5. kesehatan keluarga.
Keluarga mengatakan mampu 5. Keluarga mengatakan
memanfaatkan pelayanan mampu memanfaatkan
kesehatan pelayanan kesehatan
O: O:
1. 1.
Keluarga tampak mengenal Keluarga tampak mengenal
masalah kesehatan masalah kesehatan
penularan demensia penularan demensia
2. 2.
Keluarga tampak mampu Keluarga tampak mampu
mengambil keputusan mengambil keputusan
tindakan kesehatan yang tindakan kesehatan yang
tepat tepat
3. 3.
Keluarga tampak mampu Keluarga tampak mampu
merawat anggota keluarga merawat anggota
yang sakit keluarga yang sakit
4. 4.
Keluarga tidak mampu Keluarga tidak mampu
memodifikasi lingkungan memodifikasi
untuk menunjang kesehatan lingkungan untuk
keluarga. menunjang kesehatan
5. keluarga.
Keluarga tampak mampu 5.

Poltekkes Kemenkes Padang


memanfaatkan pelayanan Keluarga tampak mampu
kesehatan memanfaatkan
A: Masalah teratasi pelayanan kesehatan
P: Intervensi dihentikan, lanjut ke A: Masalah teratasi
diagnosa berikutnya P: Intervensi dihentikan, lanjut
ke diagnosa berikutnya

D. Pembahasan Kasus

Setelah dilakukan penerapan asuhan keperawatan keluarga dengan demensia


di wilayah kerja Puskesmas Andalas Kecamatan Padang Timur kota Padang
yang telah dilakukan sejak tanggal 22 Mei sampai tanggal 29 Mei 2017
selama 2x kunjungan perhari, maka pada bab pembahasan penulis akan
menjabarkan adanya kesesuaian maupun kesenjangan yang terdapat pada
pasien antara teori dengan kasus. Tahapan pembahasan sesuai dengan tahapan
asuhan keperawatan yang dimulai dari pengkajian, merumuskan diagnosa,
merumuskan rencana tindakan, pelaksanaan tindakan dan evaluasi
keperawatan.

1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses perawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
untuk mengevaluasi dan mengindentifikasi suatu kesehatan kilen. Tahap
pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan
sesuai dengan kenyataan. Kebenaran data sangat penting dalam merumuskan
suatu diagnosa keperawatan dan memberikan pelayanan keperawatan sesuai
dengan respon individu (Nursalam, 2011). Sesuai dengan teori yang
dijabarkan diatas penulis melakukan pengkajian pada Ny. Nu dan Ny. Ne serta
keluarga dengan menggunakan metode pengkajian keluarga, pengkajian
demensia, metode wawancara dan pemeriksaan fisik untuk menambah data
yang diperlukan.

Poltekkes Kemenkes Padang


Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 22-29 Mei 2017 didapatkan data
kedua partisipan adalah lansia yang memiliki penyakit lain yang dapat
memperberat kondisi fisiknya. Dimana Ny. Nu (Partisipan I) sudah asma
sekitar 6 tahun yang lalu dan Ny. Nu (Partisipan II) memiliki riwayat
hipertensi kira-kira sejak 11 tahun yang lalu .

Hal ini sesuai dengan teori mengenai penyebab dari demensia Penyebab
demensia menurut Nugroho (2008) dapat digolongkan menjadi 3 golongan
besar yaiu Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak
dikenal kelainan yaitu : terdapat pada tingkat subseluler atau secara
biokimiawi pada sistem enzim, atau pada metabolisme, Sindroma demensia
dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat diobati, penyebab utama
dalam golongan ini diantaranya : Penyakit degenerasi spino-serebral, Subakut
leuko-ensefalitis sklerotik van Bogaer, Khorea Huntington serta Sindoma
demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati, dalam golongan ini
diantaranya : Penyakit cerebro kardiofaskuler, penyakit- penyakit metabolik,
Gangguan nutrisi.

Pada pengkajian dengan status pendidikan terakhir oleh Ny. Nu (responden I)


dan Ny. Ne (responden II) didapatkan perbedaan dimana pendidikan terakhir
oleh responden I yaitu SD dan Responden II yaitu SMP ternyata berpengaruh
pada gangguan kognitifnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Rachel Mongisidi, dkk dalam penelitiannya yang Berjudul Profil Penurunan
Fungsi Kognitif Pada Lansia Di Yayasan-Yayasan Manula Di Kecamatan
Kawangkoan mengatakan bahwa Berdasarkan hasil pemeriksaan keempat
instrumen pemeriksaan fungsi kognitif tersebut, dilihat dari riwayat
pendidikan, menunjukkan hasil yang signifikan yaitu sampel yang
mengenyam pendidikan lebih dari sembilan tahun atau lebih dari pendidikan
dasar (SMA, diploma ataupun sarjana) , memiliki hasil fungsi kognitif yang
tergolong normal. Bisa dilihat pada hasil pemeriksaan MMSE dan CDTnya di
mana golongan riwayat pendidikan ini mencapai hasil 100% normal. Hal ini

Poltekkes Kemenkes Padang


sangat sejalan dengan penelitian-penelitian sebelumnya, seperti penelitian
Ardila et al (2000) bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat
penting dalam mencegah terjadinya gangguan fungsi kognitif.

Pada pengkajian peran dan fungsi keluarga didapatkan hasil dari kondisi
partisipan I dan Partisipan II bahwa fungsi peran keluarga sangat berpengaruh.
Berdasarkan penelitian oleh Rita Hadi Widyastuti, dkk dalam penelitiannya
yang berjudul Pengalaman Keluarga Merawat Lansia dengan Demensia pada
tahun 2011 mengatakan bahwa Respon keluarga dalam merawat lansia dengan
demensia tergambar pada lansia dan respon negatif sebagai caregiver lansia.
Beberapa caregiver dalam penelitian ini juga terindentifikasi melakukan
koping maladaptive berupa perlakuan salah pada lansia dan peningkatan
emosi pada caregiver. Kondisi ini akan mempcrberat beban psikologi
kcluaiga yang merawat, sehingga perlu didukung oleh anggota keluarga lain
dan masyarakat.caregiver yang melakukan koping maladaptive terlihat
mengalami beban yang besar terutama beban fisik dan beban psikologis.
Caregiver dalam memaknai pengalaman keluarga merawat lansia dengan
demensia. Pengalaman merawat lansia dengan demensia berbeda antara
daerah satu dengan lain yang dipengaruhi oleh budaya daerah setempat.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan keluarga mengacu pada rumusan P-E-S (problem,
etiologi, dan simptom) dimana untuk problem (P) menggunakan rumusan
masalah dari NANDA, sedangkan untuk etiologi dapat menggunakan
pendekatan lima tugas keluarga atau dengan menggam,barkan pohon masalah.
Tipologi dari diagnosa keperawatan keluarga terdiri dari diagnosa
keperawatan keluarga actual (terjadi defisit/gangguan kesehatan), resiko
(ancamn kesehatan) dan keadaan sejahtera (Padila, 2012).

Diagnosa yang muncul dan ditemukan pada tinjauan teori dengan kasus
mengenai masalah demensia terdapat sedikit perbedaan. Dalam teori terdapat
5 diagnosa keperawatan, tetapi di kasus terdapat 3 diagnosa keperawatan.

Poltekkes Kemenkes Padang


Diagnosa keperawatan yang muncul dalam tinjauan teori, yaitu :

a. Gangguan proses pikir berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga


dalam merawat anggota keluarga yang sakit
b. Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
dalam merawat anggota keluarga yang sakit
c. Resiko cidera berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang sakit
d. Deficit perawatan diri berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang sakit
e. Hambatan komunikasi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
dalam merawat anggota keluarga yang sakit

Sedangkan diagnosa yang dijumpai pada kasus ada sedikit berbeda dengan
yang dikemukan oleh teori dimana kemungkinan diagnosa yang muncul
mengacu pada NANDA yang terdapat 5 diagnosa, dan yang ditemukan
hanya 3 diagnosa. Sedangkan untuk diagnosa pada Ny. Nu (Partisipan I)
dan Ny. Ne (Partisipan II) terdapat perbedaan pada diagnosa kedua.
Diagnosa yang dijumpai dalam kasus keluarga Ny. Nu (Partisipan I)
yaitu:
a. Gangguan proses pikir pada Ny. Nu berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit
b. Intoleransi Aktivitas pada Ny. Nu berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
sakit.
c. Defisiensi pengetahuan pada Ny. Nu berhubungan dengan
ketidaktahuan keluarga dalam penyakit.

Diagnosa yang dijumpai pada kasus keluarga Ny. Ne (Partisipan II) yaitu:
a. Gangguan proses pikir pada Ny. Ne berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
sakit
b. Ansietas pada Ny. Ne berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam manajemen stress

Poltekkes Kemenkes Padang


c. Defisiensi pengetahuan pada Ny. Ne berhubungan dengan
ketidaktahuan keluarga dalam penyakit.

Masalah yang didapatkan adalah Gangguan proses pikir berhubungan


dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
sakit data ini didukung oleh Ny. Nu (Partisipan I) mengatakan Ny. Nu
mengatakan bahwa ia sering lupa akan apa yang akan dikatakannya, Ny. Nu
tidak ingat dengan apa yang akan dilakukakannya, Ny. Nu mengatakan sulit
baginya untuk mengingat hari, tanggal serta tahun. Sedangkan data objektif
yang mendukung Saat dilakukan pengkajian Ny. Nu tampak sulit untuk
mengingat tanggal, tahun, hari dan bulan. Saat dilakukan pengkajian dengan
kuisioner PPMS ( Pemeriksaan Portabel untuk Status Mental) klien mengalami
gangguan intelek sedang dengan nilai gangguan 5 . Sama halnya dengan Ny.
Ne (Partisipan II), Ny. Ne mengatakan bahwa ia adalah orang yang sangat
pelupa sekali. Ny. Ne mengatakan sering lupa akan apa yang akan
dikatakannya dan yang dilakukakannya., tidak ingat akan hari apa, bulan serta
tahun apa sekarang, Ny. Ne juga mengeluh ia sulit untuk merangkai kata-kata
menjadi sebuah kalimat yang baik, Ny. Ne akan lupa apa yang akan
diakatakannya. Emosi yang dialami oleh Ny. Ne juga terkadang mudah sedih.
Dan didukung oleh data objektif saat dilakukan pengkajian dengan kuisioner
PPMS ( Pemeriksaan Portabel untuk Status Mental) klien terganggu dalam hal
orientasi, kalkulasi. Klien mengalami gangguan kognitif sedang dengan nilai 7.

Diagnosa pertama ini terdapat kesamaan antara teori dengan kasus dimana
dalam teori menyebutkan keluhan utama yang sering dialami oleh penderita
demensia adalah sifat pelupanya, yang awalnya hanya berupa Menurunnya
daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, lupa menjadi bagian
keseharian yang tidak bisa lepas yang awalnya mulai dari gangguan daya ingat
jangka pendek ( Nugroho, 2009). Sementara pada kasus ditemukan kedua
partisipan mengeluhkan lupa akan sesuatu dimulai dari hal-hal yang kecil
kemudian menjadi terus dan brkelanjutan. Pada penderita demensia, lupa

Poltekkes Kemenkes Padang


menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas yang awalnya mulai dari
gangguan daya ingat jangka pendek.

Diagnosa kedua ini didapatkan perbedaan antara partisipan I dan partisipan II


yaitu pada Ny. Nu didapatkan diagnosa Intoleransi Aktivitas pada Ny. Nu
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang sakit. data ini didapatkan dari keluhan Ny. Nu (Partisipan I)
yang mengatakan bahwa data subjekitf Ny. Nu mengatakan ia sulit dalam
melakukan aktivitas sehari-hari dan mengatakan ia sudah tidak sanggup lagi
untuk beraktivitas seperti biasanya. Ny. Nu mengatakan saat ia akan melakukan
hal-hal yang berat dan mulai banyak fikiran maka nafasnya akan terasa berat
dan sesak. Dan didukung dengan data objektif Ny. Nu tampak sesak.
Didapatkan hasil vital sign TD : 150/100 mmhg, Hr : 77 x/ml, RR = 24 x/I, Ny.
Nu tampak sulit dalam melakukan banyak hal, Ny. Nu tampak terbatas dalam
melakukan ADL. Sedangkan pada Ny. Ne didapatkan Ansietas pada keluarga
berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang sakit. Hal yang sama juga dialami oleh Ny. Ne (Partisipan II)
Ny. Ne mengatakan bahwa ia cemas akan sering pelupa yang sering ia alami
karena membuatnya sulit dalam melakukan banyak hal. Ny. Ne mengatakan
bahwa sifat pelupanya tersebut terkadang menjadi masalah buatnya. Dan
didukung oleh data objektifnya Ny. Ne tampak gelisah dan banyak bertanya
tentang hal yang sering ia alami. Didapatkan hasil vital sign TD : 170/100
mmhg, Hr : 86 x/ml, RR = 20 x/m.

Perbedaan diagnosa kedua pada kedua partisipan didasari pada apa yang
ditemukan pada saat pengkajian. Dimana masalah intoleransi aktivitas tidak
ditemukan pada partisipan II karena faktor pengetahuan dan tingkat pendidikan
keluarga. Sedangkan diagnosa ansietas pada Ny. Ne (Partisipan II) tidak
berhubungan dengan teori penyakit demensia melainkan didasari pada faktor
penyakit pemberat pada Ny. Ne (Partisipan II) yaitu hipertensi.

Poltekkes Kemenkes Padang


Diagnosa yang ketiga yaitu Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan
ketidaktahuan keluarga akan penyakit. Data subjektif yang mendukung
yaitu pada Ny. Nu ( partisipan I) mengatakan bahwa demensia itu hanyalah
penyakit biasa yang terjadi pada demensia. Sedangkan data objektif yang
mendukung adalah saat dikaji Ny. Nu hanya mengetahui sebatas itu saja
tentang gangguan kogntif pada demensia. Diagnosa yang ketiga ini menurut
teori yaitu kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan yang
akan mempengaruhi tingkat keluarga dan individu.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi atau perencanaan keperawatan diartikan sebagai suatu dokumen


tulisan tangan dalam menyelesaikan masalah, tujuan, dan intervensi
keperawatan dan merupakan metode komunikasi tentang asuhan keperawatan
pada pasien (Nursalam, 2011). Pembahasan intervensi dalam keperawatan
keluarga meliputi tujuan umum, tujuan khusus, kriteria hasil dan kriteria
standar.

Keluarga memiliki tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya,


termasuk mengenal masalah demensia, mengambil keputusan untuk
melakukan tindakan pengobatan yang tepat, memberikan keperawatan kepada
anggota keluarga yang sakit, mempertahankan suasana rumah yang kondusif
bagi kesehatan. Dalam mengatasi masalah ini peran perawat adalah
memberikan asuhan keperawatan keluarga untuk mencegah komplikasi lebih
lanjut (Friedman, 2010). Rencana keperawatan keluarga terdiri dari penetapan
tujuan, yang meliputi tujuan jangka panjang (tujuan umum), tujuan jangka
pendek (TUK), kriteria dan standar serta intervensi. Kriteria dan standar
merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang diharapkan setiap tindakan
keperawatan berdasarkan TUK atau tujuan jangka pendek yang ditetapkan.
Tujuan jangka panjang mengacu pada problem, sedangkan tujuan jangka
pendek mengacu pada etiologi (Widyanto, 2014).

Poltekkes Kemenkes Padang


Intervensi diagnosa pertama gangguan proses pikir berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota yang sakit, sesuai dengan
tugas perawatan keluarga yang pertama yaitu mengenal masalah dengan cara
mengakaji pengetahuan keluarga tentang penyakit demensia . Selanjutnya
mengambil keputusan dengan mendiskusikan tindakan yang harus dilakukan
jika terjadi masalah dalam keluarga. Selanjutnya merawat anggota keluarga
dengan cara demonstrasi manajemen batuk efektif. Selanjutnya melakukan
konseling dan memotivasi keluarga untuk dapat memodifikasi lingkungan
yang bersih, sehat dan nyaman serta memanfaatkan pelayanan kesehatan
untuk mengatasi masalah demensia.

Intervensi diagnosa kedua Ansietas pada keluarga berhubungan dengan


ketidaktahuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit
sesuai dengan tugas perawatan keluarga yang pertama yaitu mengenal
masalah dengan cara mengkaj imanajemen stress pada keluarga dengan
mendiskusikan tindakan yang harus dilakukan jika terjadi masalah dalam
keluarga. Mengatur manajemen stress pada keluarga berpengaruh terhadap
fungsi afektif keluarga. Keberhasilan fungsi afektif tampak melalui keluarga
yang gembira dan bahagia. Aggota keluarga mengembangkan gambaran diri
yang positif, perasaan yang dimiliki, perasaan yag berarti,dan merupakan
sumber kasih sayang.

Intervensi diagnosa ketiga yaitu Defisiensi pengetahuan berhubungan


dengan ketidaktahuan keluarga akan penyakit., sesuai dengan tugas
perawatan keluarga yang pertama yaitu mengenal masalah dengan cara
mengakaji pengetahuan keluarga tentang penyakit demensia dan perawatan di
rumah, mengambil keputusan dengan mendiskusikan tindakan yang harus
dilakukan jika terjadi masalah dalam keluarga, merawat anggota keluarga,
melakukan konseling dan memotivasi keluarga untuk dapat memodifikasi
lingkungan yang nyaman untuk partisipan I dan partisipan II dan

Poltekkes Kemenkes Padang


memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah defisiensi
pengetahuan pada Ny. Nu (partisipan I) dan Ny. Ne (partisipan II).

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan keluarga adalah suatu proses aktualisasi rencana
intervensi yang memanfaatkan berbagai sumber di dalam keluarga dan
memandirikan keluarga dalam bidang kesehatan. Keluarga di didik untuk
dapat menilai potensi yang di miliki mereka dan mengembangkannya melalui
implementasi yang bersifat memampukan keluarga untuk mengenal masalah
kesehatannya, mengambil keputusan berkaitan dengan persoalan kesehatan
yang dihadapi, merawat dan membina anggota keluarga sesuai kondisi
kesehatannya, memodifikasi lingkungan yang sehat bagi setiap anggota
keluarga, serta memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan terdekat (Sudiharto,
2007).

Implementasi diagnosa pertama gangguan proses pikir berhubungan


dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota yang sakit, pada
keluarga Ny. Nu (Partisipan I) yaitu mengenal masalah dilakukan dengan cara
mengkaji pengetahuan keluarga dan melakukan pendidikan kesehatan tentang
demensia, dilanjutkan dengan pengambilan keputusan tindakan yang akan
dilakukan. Implementasi selanjutnya yaitu mengkaji pengetahuan keluarga
tentang merawat anggota yang sakit. Dilanjutkan dengan memodifikasi
lingkungan yang nyaman dan memanfaatkan pelayanan kesehatan. Sedangkan
pada keluarga Ny. Ne (Partisipan II) yaitu mengenal masalah dilakukan
dengan cara mengkaji pengetahuan keluarga dan melakukan pendidikan
kesehatan tentang demensia, dilanjutkan dengan pengambilan keputusan
tindakan yang akan dilakukan. Implementasi selanjutnya yaitu mengkaji
pengetahuan keluarga tentang merawat anggota yang sakit. Dilanjutkan
dengan memodifikasi lingkungan yang sehat, bersih, nyaman dan
memanfaatkan pelayanan kesehatan.

Poltekkes Kemenkes Padang


Implementasi diagnosa kedua untuk Ny. Nu (Partisipan I) yaitu Intoleransi
Aktivitas pada Ny. Nu berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
dalam merawat anggota keluarga yang sakit., sesuai dengan tugas
perawatan keluarga yang pertama yaitu mengenal masalah dengan cara
mengakaji pengetahuan keluarga tentang intoleransi aktivitas, mengambil
keputusan dengan mendiskusikan tindakan yang harus dilakukan jika terjadi
masalah dalam keluarga, merawat anggota keluarga yang sakit, melakukan
konseling dan memotivasi keluarga untuk dapat memodifikasi lingkungan
yang bersih, sehat dan nyaman untuk Ny. Nu (Partisipan I) dan
memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah intoleransi
aktivitas.

Implementasi diagnosa kedua untuk Ny. Ne (Partisipan II) Ansietas pada


keluarga berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang sakit pada keluarga Ny. Ne (Partisipan II)
implementasi yang dilakukan yaitu mengenal masalah dilakukan dengan cara
mengakaji pengetahuan keluarga dan tentang manajemen stress, memutuskan
tidakan yang akan dilakukan, implementasi selanjutnya. Dilanjutkan dengan
memodifikasi lingkungan yang nyaman dan memanfaatkan pelayanan
kesehatan.

Implementasi Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan


keluarga akan penyakit pada keluarga Ny. Nu (Partisipan I) yaitu mengenal
masalah dilakukan dengan cara mengkaji pengetahuan keluarga dan
melakukan pendidikan kesehatan tentang penularan dan pengobatan
demensia, dilanjutkan dengan pengambilan keputusan tindakan yang akan
dilakukan. Implementasi selanjutnya yaitu mengkaji pengetahuan keluarga
tentang merawat anggota yang sakit. Dilanjutkan dengan memodifikasi
lingkungan yang nyaman dan memanfaatkan pelayanan kesehatan. Dan pada
keluarga Ny. Ne (Partisipan II) implementasi yang dilakukan yaitu mengkaji
pengetahuan keluarga tentang merawat anggota yang sakit.

Poltekkes Kemenkes Padang


5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah suatu proses menilai diagnosis keperawatan
keluarga yang teratasi, teratasi sebagian, atau timbul masalah baru. Melalui
kegiatan evaluasi, perawat dapat menilai pencapaian tujuan yang di harapkan
dan tujuan yang telah di capai oleh keluarga. Bila tercapai sebagian atau
timbul masalah keperawatan baru, kita perlu melakukan pengkajian lebih
lanjut, memodifikasi rencana,atau mengganti dengan rencana yang lebih
sesuai dengan kemampuan keluarga (Sudiharto, 2007).

Evaluasi dilakukan setiap kali implementasi dilakukan, saat evaluasi


pada diagnosa pertama yaitu Evaluasi dilakukan setiap kali implementasi
selesai dilakukan, evaluasi diagnosa pertama gangguan proses pikir
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota yang
sakit didapatkan evaluasi subjektif Ny. Nu (Partisipan I) mengatakan sudah
tahu tentang penyakit demensia Ny. Nu (Partisipan I) mengatakan mengerti
cara melakukan senam otak, Ny. Nu (Partisipan I) mengatakan bisa mengatasi
demensianya sementara serta menciptakan lingkungan yang nyaman dan
memodifikasi dengan menerapkan pola hidup sehat, memanfaatkan pelayanan
fasilitas kesehatan. Sedangkan evaluasi objektif Ny. Nu (Partisipan I) dapat
menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala demensia. Hasil analisa
yang didapatkan masalah teratasi dan untuk tindak lanjutnya keluarga telah
mengambil keputusan untuk melanjutkan intervensi.

Sedangkan evaluasi diagnosa pertama Ny. Nu (Partisipan II) yaitu Evaluasi


dilakukan setiap kali implementasi selesai dilakukan, evaluasi diagnosa
pertama gangguan proses pikir berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota yang sakit didapatkan evaluasi subjektif Ny. Ne
(Partisipan II) mengatakan sudah tahu tentang demensia, Ny. Ne (Partisipan
II) mengatakan bisa demensianya, serta menciptakan lingkungan yang
nyaman dan memodifikasi dengan menerapkan pola hidup sehat,
memanfaatkan pelayanan fasilitas kesehatan. Sedangkan evaluasi objektif Ny.
Ne (Partisipan II) dapat menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala

Poltekkes Kemenkes Padang


demensia. Hasil analisa yang didapatkan masalah teratasi dan untuk tindak
lanjutnya keluarga telah mengambil keputusan untuk melanjutkan intervensi.

Evaluasi pada diagnosa kedua Ny. Nu (Partisipan I) yaitu Intoleransi


Aktivitas pada Ny. Nu berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
dalam merawat anggota keluarga yang sakit sakit didapatkan evaluasi
subjektif Ny. Nu (Partisipan I) mengatakan sudah tahu tentang intoleransi
aktivitas, dan Ny. Nu (Partisipan I) mengatakan sudah mengerti. Sedangkan
evaluasi objektif Ny.Nu (Partisipan I) dapat menyebutkan pengertian
intolerasnsi aktivit, manfaat serta mampu memodifikasi lingkungan yang
nyaman dan aman dan memanfaatkan fasilitas kesehatan. Hasil analisa yang
didapatkan masalah teratasi dan untuk tindak lanjutnya keluarga telah
mengambil keputusan untuk melanjutkan intervensi.

Ansietas pada keluarga berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga


dalam merawat anggota keluarga yang sakit didapatkan evaluasi subjektif
Ny. Nu (Partisipan I) mengatakan sudah tahu tentang bagaimana manajemen
stress, dan Ny. Nu (Partisipan I) mengatakan sudah mengerti. Sedangkan
evaluasi objektif Ny.Nu (Partisipan I) dapat menyebutkan pengertian
manajemen stres, manfaat serta mampu memodifikasi lingkungan yang
nyaman untuk makan dan memanfaatkan fasilitas kesehatan. Hasil analisa
yang didapatkan masalah teratasi dan untuk tindak lanjutnya keluarga telah
mengambil keputusan untuk melanjutkan intervensi.

Sedangkan Evaluasi pada diagnosa kedua Ny. Ne (Partisipan II) Ansietas


pada keluarga berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang sakit didapatkan evaluasi subjektif Ny. Ne
(Partisipan I) mengatakan sudah tahu tentang bagaimana manajemen stress,
dan Ny. Ne (Partisipan I) mengatakan sudah mengerti. Sedangkan evaluasi
objektif Ny. Ne (Partisipan I) dapat menyebutkan pengertian manajemen stres,
manfaat serta mampu memodifikasi lingkungan yang nyaman untuk makan
dan memanfaatkan fasilitas kesehatan. Hasil analisa yang didapatkan masalah

Poltekkes Kemenkes Padang


teratasi dan untuk tindak lanjutnya keluarga telah mengambil keputusan untuk
melanjutkan intervensi

Evaluasi pada diagnosa ketiga Ny. Ne (Partisipan II) Defisiensi pengetahuan


berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga akan penyakit didapatkan
evaluasi subjektif Ny. Ne (Partisipan II) mengatakan sudah tahu tentang
demensia. Sedangkan evaluasi objektif Ny. Ne (Partisipan II) dapat
menjelaskan apa itu demensia, penyebab serta tanda dan gejalanya.
memodifikasi lingkungan yang sehat dan memanfaatkan fasilitas kesehatan.
Hasil analisa yang didapatkan masalah teratasi dan untuk tindak lanjutnya
keluarga telah mengambil keputusan untuk melanjutkan intervensi.

Evaluasi pada diagnosa ketiga Ny. Ne (Partisipan II) Defisiensi pengetahuan


berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga akan penyakit didapatkan
evaluasi subjektif Ny. Ne (Partisipan II) mengatakan sudah tahu tentang
demensia. Sedangkan evaluasi objektif Ny. Ne (Partisipan II) dapat
menjelaskan apa itu demensia, penyebab serta tanda dan gejalanya.
memodifikasi lingkungan yang sehat dan memanfaatkan fasilitas kesehatan.
Hasil analisa yang didapatkan masalah teratasi dan untuk tindak lanjutnya
keluarga telah mengambil keputusan untuk melanjutkan intervensi.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan pada kedua keluarga


dengan demensia terhadap Ny. Nu (Partisipan I) dan Ny. Ne (Partisipan II) di wilayah
kerja Puskesmas Andalas Kecamatan Padang Kota Padang tahun 2017, penulis dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil pengkajian didapatkan Ny. Nu mengatakan mengatakan sering lupa akan hal
yang akan dilakukannya, Ny. Nu tidak ingat akan tanggal, bulan, tahun dan hari
apa pada saat itu. Ny. Nu hanya beranggapan bahwa demensia itu hanya hal biasa
yang tejadi ada lansia. Lalu Ny. Nu mengatakan saat berbicara terlalu banyak dan
beraktivitas berat nafasnya akan terasa berat dan sesak. Saat dilakukan
pemeriksaan awal di dapatkan TD : 150/100 mmhg, Hr: 77x/m, RR : 23x/i. dan
suhu : 26,5 c. Sedangkan pada Ny. Ne mengatakan bahwa ia sering lupa akan apa
yang ia lakukan, Ny. Ne juga mengatakan ia sering lupa akan waktu, hari, tanggal
serta tahun. Bahkan Ny. Ne juga lupa tentang hal apa yang ingin dibicarakannya
kepada orang lain. Ny. Ne juga mengatakan bahwa sifat pelupa yang ada pada
dirinya sangat mengganggu dirinya. Ny. Ne bahkan merasa sangat cemas dengan
keadaan tersebut, cemas pada Ny. Ne juga berlebihan. Ny. Ne juga mengatakan ia
menderita penyakit hipertensi. Saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
didapatkan data TD : 170/100 mmhg, Hr : 86 x/I, RR : 20x/I, dan suhu : 36,7 c.
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang diangkat antara Ny.Nu (Partisipan I) dan Ny.Ne
(Partisipan II) sama untuk kedua diagnosanya yaitu Gangguan proses pikir
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga
yang sakit, defisiensi pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga
akan penyakit. Tetapi terdapat perbedaan pada diagnosa ketiga yaituIntoleransi
Aktivitas pada Ny. Nu berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang sakit. Dan pada Ny. Ne (Partisipan II) Ansietas

Poltekkes Kemenkes Padang


pada Ny. N berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam memanajemen
stress

3. Intervensi
Intervensi yang dilakukan dirumuskan berdasarkan diagnosa yang telah didapatkan
dan berdasarkan 5 tugas khusus keluarga yaitu mengenal masalah, memutuskan
tindakan, merawat anggota keluarga yang sakit, memodifikasi lingkungan dan
pemanfaatan pelayanan kesehatan.
4. Implementasi
Implementasi dilakukan selama 5 hari dari tanggal 22 Mei sampai 29 Mei 2017
dengan 2 kali kunjungan setiap hari. Implementasi dilakukan berdasarkan
intervensi keperawatan yang telah dibuat dengan menggunakan metode konseling,
diskusi, demonstrasi, dan penyuluhan. Dalam pelaksanaan ada beberapa
implementasi yang digabung seperti tugas khusus keluarga pertama dan kedua
yaitu mengenal masalah kesehatan dan mengambil keputusan tindakan kesehatan
yang tepat..
5. Evaluasi
Pada tahap akhir peneliti melakukan evaluasi kepada kedua partisipan dan
keluarga dari tanggal 22 Mei sampai 29 Mei 2017 setelah selesai melakukan
imlementasi keperawatan berdasarkan catatan perkembangan dengan metode
SOAP. Peneliti juga melakukan evaluasi keseluruhan untuk semua implementasi
yang dilakukan sebelum terminasi pada tanggal 29 Mei 2017.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis memberikan saran sebagi berikut :
1. Bagi Pimpinan Puskesmas Andalas Kota Padang
Diharapkan dapat mengembangkan program perkesmas di keluarga dengan
lebih memperhatikan lagi gangguan kognitif pada lansia untuk meningkatkan
mutu kualitas asuhan keperawatan seperti pelayanan kesehatan sesuai rencana.
Namun, dengan mengontrol secara dini gangguan kognitif pada demensia
maka akan lebih mengurangi gangguan kognitif ada demensia agar tidk
menjadi lebih parah dan berkelanjutan. Maka prioritas pengobatan penyakit

Poltekkes Kemenkes Padang


Asma sejauh ini ditujukan untuk mengontrol gejala. Kontrol yang baik inilah
diharapkan dapat mencegah demensia untuk menjadi lebih parah, memperoleh
aktifitas sosial yang baik dan meningkatkan kualitas hidup pasien serta
pemberian nasehat (konseling) kesehatan keperawatan dirumah.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya untuk lebih mengembangkan lagi kasus asuhan
keperawatan keluarga dengan demensia sehingga bisa menjadi bahan
perbandingan dalam mengembangkan kasus asuhan keperawatan keluarga
dengan demensia.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat meningkatkan pembelajaran untuk menghasilkan perawat-
perawat yang professional, terampil dan bermutu yang mampu memberikan
asuhan keperawatan secara menyeluruh serta dapat menerapkan asauhan
keperawatan keluarga terutama pada lansia dengan Demensia.

Poltekkes Kemenkes Padang


DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, Reny Yuli. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: Trans
Info Media.

Mickey Stanley. 2007. Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC

Nugroho, W.2009. Keperawatan Gerontik & Geriatric Edisi 3.Jakarta : EGC

Nasrullah, Dede. 2014. Buku Ajar Keperawatan Gerontilk Jilid 1. Jakarta : Trans Info
Media.

Sudiharto. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan


Transtruktual. Jakarta : EGC

Johansson et al (2012) Cognition, Daily Living, and Health Related Quality of Life
in 85 year old in Sweden. Journal of Aging, Neuropsychology and Cognition.
(19), 3.

Friedman, Marilyn M. 2010. Buku Ajar : Keperawatan Keluarga Riset, Teori &
Praktik. Jakarta : EGC

Maryam, Siti, dkk. 2010. Asuhan Keperawatan pada Lansia. Jakarta: Trans Info
Media

Nugroho, Wahjudi. 2008. Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.

Sudoyo, W.aru, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta:
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

Padila. 2012. Buku Ajar: Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika

2013. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Medical Book

Katona, Cornellius. 2012. At a glance Psikiatri. Jakarta : Erlangga

Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya Media

Ganong, William F. 2010. Patofisiologi Penyakit Pengantar Menuju Kedokteran


Klinis Edisi 5. Jakarta: EGC

Poltekkes Kemenkes Padang


Nursalam. 2015. Metodologi penelitian ilmu keperawatan: pendekatan praktis Ed.3.
Jakarta : salemba medika

Gitahafas. 2011. Kesehatan otak. http://www. health.detik.com. diunduh pada tanggal


2 April 2014

Suyanto. 2011. Metodologi dan Aplikasi Penelitan Keperawatan. Yogyakarta : Nuha


Medika

Hidayat, A.A. 2013. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika.

Raco. (2010), Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik dan Keunggulannya,


Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta

WHO. 2016. Global Tubeculosis Report 2015.


http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/191102/1/9789241565059_eng.pdf
(Diakses 15 Januari 2017 Jam: 22.46 WIB).

Kemenkes RI. 2013. Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas
%202013.pdf (Diakses 08 Januari 2017 Jam: 11.38 WIB).

Badan Pusat Statistik. 2015. Statistik Penduduk Lanjut Usia tahun 2014. Jakarta
http://www.bappenas.go.id/files/data/Sumber_Daya_Manusia_dan_Kebudaya
an/StatistikPendudukLanjutUsiaIndonesia2014.pdf (Diakses 09 Januari 2017
Jam: 20.41 WIB).

Widyanto, Faisalado Candra. 2014. Keperawatan Komunitas: Dengan Pendekatan


Praktis. Yogyakarta: Nuha Medika

Sudiharto. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan


Transtruktual. Jakarta : EGC

Suyanto. 2011. Metodologi dan Aplikasi Penelitan Keperawatan. Yogyakarta : Nuha


Medika

Poltekkes Kemenkes Padang


Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
LAMPIRAN : 2

HASIL PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA


NY. Ne DENGAN DEMENSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
ANDALAS
KECAMATAN PADANG TIMUR KOTA PADANG

I. DATA UMUM
1. Nama Keluarga (KK) : Amri
2. Alamat dan telepon : Jl. Tanjung Aur No. 02 RT 02/ RW 05, Padang
3. Komposisi Keluarga :

No Nama Hub dgn KK TTL/Umur Pendidikan


1. Nen Isnaini Istri Padang, 71 SMP
tahun

Genogram :

Keterangan :

= Pasien = Perempuan

= Laki- Laki = Meninggal dunia

= Tinggal serumah

Poltekkes Kemenkes Padang


4. Tipe Keluarga : keluargny Tn. A merupakan keluarga yang hanya tinggal
dengan istrinya karena anak-anaknya telah menikah dan tinggal bersama
anak-anak beserta istrinya di rumah sendiri.

5. Suku : Ny. Ne (Partisipan II) bersuku minang (caniago).

6. Agama : Keluarga ini beragama islam, Ny. Ne menjalankan menjalankan


ibadah dengan rajin dan melaksanakan sholat 5 waktu sehari semalam.
Dalam keluarga tidak ada nilai-nilai tertentu dan nilai agama yang
bertentangan dengan kesehatan karena menurut keluarga kesehatan
merupakan hal yang penting.

7. Status sosek keluarga :Tn. A sebagai kepala kleuarga penghasilan keluarga


kurang lebih Rp.2.000.000,- per bulan yang diperoleh dari hasil
penghasilan Tn. A yang bekerja di pelabuhan. Penghasilan Tn. A
digunakan untuk menghidupi kebutuhan sehari- hari. Ketika Ny. Nu
berobat ke Puskesmas, Ny. Ne menggunakan jaminan kesehatan KIS.

8. Aktifitas rekreasi keluarga : Ny. Ne mengatakan bahwa ia jarang


melakukan rekreasi keluar rumah, kadang Ny. Ne dan keluarga hanya
menghabiskan waktu di rumah dengan menonton televisi.

II. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini : keluarga dengan anak-anak usia


yang telah dewasa dan telah menikah.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi : tahap keluarga
yang belum terpenuhi adalah masalah Ny. Ne dengan gagguan kognitif
pada demensia, dan tugas keluarga lainnya yang belum dicapai saat ini
adalah kurangnya pemeliharaan komunikasi yang terbuka, hubungan intim
dalam keluarga dan kurangnya persiapan perubahan sistem peran karena
Ny. Ne merasa anaknya terkadang kurang perhatian terhadapnya.

Poltekkes Kemenkes Padang


3. Riwayat keluarga inti : Menurut Ny. Ne riwayat masing-masing anggota
keluarganya yaitu suaminya atau Tn. A dalam keadaan sehat, tidak pernah
sakit serius. Sedangkan Ny. Ne mengalami sakit seperti hipertensi, tetapi
tidak pernah sakit yang sangat parah.

4. Riwayat keluarga sebelumnya : Riwayat keluarga dari pihak Tn. A :


Bapak dari Tn. A sudah meninggal kira-kira 20 tahun yang lalu karena
menderita DM. Dan ibu dari Tn. A telah lama meninggal dunia. Riwayat
keluarga dari pihak Ny. Ne : Bapak dari Ny. Ne sudah meninggal pada
saat Ny. Ne masih kecil dan meninggal karena penyakit hipertensinya.
Sedangkan ibunya Ny. Ne menderita penyakit gula dan juga telah lama
meninggal dunia.

III. LINGKUNGAN

1. Karakteristik rumah : Status rumah yang ditempati adalah rumah milik


sendiri.

Denah Rumah

5
2
4

1 7
6
3

Keterangan :

1. Pintu 5. Kamar Tamu


2. Ruang tamu 6. Kamar Mandi
3. Kamar Ny. N 7. Tempat penjemuran pakaian
4. Dapur

Poltekkes Kemenkes Padang


2. Karakteristik tetangga dan komunikasi RW : Penduduk sekitar rumah
Ny. Nu (Partisipan I) kebanyakan bukan penduduk pribumi asli
melainkan penduduk dari kota lain yang merantau ke Padang. Hubungan
antar tetangga Ny. Ne baik, saling meghormati, kerukunan terjaga, bila
ada yang memiliki kesulitan saling membantu.

3. Mobilisasi geografis keluarga : Keluarga ini tidak pernah pindah tempat


tinggal sejak menikah, menetap di air camar, padang. Tn. A bekerja
sebagai seorang karyawan di perkapalan sehingga jarang di rumah. Ny.
Ne sehari-hari bekerja sebagai ibu rumah tangga.

4. Sistem pendukung keluarga : Saat ini anggota keluarga ada yang tidak
sehat, yaitu Ny. Ne karena Ny. Ne mederita penyakit hipertesnsi dan
asam urat juga karena adanya gangguan kognitif pada demensianya.

IV. Struktur keluarga


1. Pola komunikasi : Pola komunikasi keluarga dilakukan secara terbuka,
bahasa yang dipakai setiap hari adalah bahasa minang. Frekuensi
komunikasi antar anggota keluarga cukup baik, tetapi antara anak-anak
Ny. Ne dengan Ny. Ne tidak terlalu baik dikarenakan jarang
berkomunikasi dan Ny. Ne mengatakan anaknya sibuk bekerja dan ada
yang bekerja jauh dari ibunya sehingga ia tidak sempat mengunjungi Ny.
Ne dan Tn. A sedangkan suaminya jarang dirumah karena bekerja dan
kalau pulang sudah kelihatan capek.

2. Struktur kekuatan keluarga : Pengendali keluarga adalah Tn. A sebagai


kepala keluarga, keputusan diambil seharusnya oleh kepala keluarga.akan
tetapi karena kesibukan Tn. A maka pengambilan keputusan yang
mendesak diambil alih oleh Ny. Ne .

3. Struktur peran : Peran kepala keluarga mencari nafkah, tugas istri


merawat anak, pendidikan anak dilakukan bersama. Model peranyang

Poltekkes Kemenkes Padang


dianut lebih dominan di ibu dan terjadi sedikit konflik peran karena
jarangnya berkomunikasi antar anggota keluarga terutama anak.

4. Nilai dan norma budaya : Nilai dan norma yang berlaku dikeluarga
menyesuaikan dengan nilai agama yang dianut dan norma yang berlaku di
lingkungannya.Norma keluarga yang berkaitan dengan kesehatan adalah
bila ada keluarga yang sakit hanya dibelikan obat diwarung/toko terdekat.
Dalam setiap hari keluarga menjalani hidup dengan tuntunan agama islam.

V. FUNGSI KELUARGA

1. Fungsi afektif : Keluarga mengajarkan agar anak tertua


memperhatikan adik-adiknya yang masih sekolah untuk membantu
keluarga. Sikap saling menghormati antar anggota keluarga masih tetap
diajarkan.

2. Fungsi sosialisasi : Pada fungsi sosialisasi tidak ada anggota keluarga Ny.
Ne yang ikut dalam keanggotaan organisasi masyarakat dan tidak ada
yang mempunyai kedudukan berpengaruh di masyarakat.
3. Fungsi perawatan keluarga : Keluarga mengenal masalah kesehatan yang
dialami Ny. Ne setelah dibawa ke posyandu untuk pemeriksaan rutin.
a. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
Untuk masalah kesehatan ny. Ne yang mengalami hipertensi, Ny.
Ne merasa cemas dan merasa takut dengan kondisinya tersebut
sehingga ibu selalu bertanya dan pergi ke pelayanan kesehatan.
b. Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
Keluarga hanya dapat merawat anggota keluarga yang sakit dengan
semampunya sesuai dengan kondisi ekonomi yang ada.
c. Kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan yang
sehat
Keluarga beranggapan bahwa dengan hanya menyapu saja rumah
sudah dianggap bersih dan sehat. Kamar mandi jarang dibersihkan
sudah dianggap bersih dan terbebas dari jentik-jentik nyamuk yang
bisa menyebabkan penyakit DBD.

Poltekkes Kemenkes Padang


d. Kemampuan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
Keluarga tidak mau membawa anggota keluarga yang sakit
ketempat pelayanan kesehatan yang lebih tinggi (puskesma/rumah
sakit)karena jaraknya yang terlalu jauh.

VI. STRESS DAN KOPING KELUARGA


1. Stressor jangka pendek dan panjang : Ny. Ne mengatakan masalah yang
membebaninya sekarang adalah komunikasi anaknya dengannya yang
kurang lancer sehingga ny. Ne merasa sedih.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah : Keluarga hanya
mengatasi dengan memenuhi kebutuhan dengan semampunya dengan
kondisi ekonomi yang tersedia.
3. Strategi koping yang digunakan : Jika ada masalah Ny. Ne
membicarakannya dengan Tn. A untuk di musyawarahkan
4. Strategi adaptasi disfungsinal : Bila komunikasi dengan anak-anaknya
mulai tidak lancear ny. Ne serng menghubungi anaknya untuk bertanya
dan meminta penjelasan dan bila ada masalah berat Ny. Ne akan sangat
memikirkan dan sering sakit kepala serta kadang-kadang menangis tetapi
bila masalah sudah dibicarakan bersama, biasanya Ny. Ne akan tenang
kembali.

VII. HARAPAN KELUARGA

Ny. Ne ketika pergi berobat ke posyandu d katakana menderita penyakit


hipertensi dan dan keluarga berharap petugas dapat membantu mengatasi
masalah Ny. Ne.

VIII. PEMERIKSAAN FISIK ANGGOTA KELUARGA

NO PEMERIKSAAN FISIK Suami Istri


1 Keadaan umum KU : Baik KU : Baik
GCS : 15 GCS : 15
TB : 171 cm TB : 157 cm
BB : 62 kg BB : 54 kg

Poltekkes Kemenkes Padang


TD: 130/80 mmHg TD: 110/80 mmHg
N :88x/i N :94x/i
RR : 24x/i RR : 22x/i
S : 36,90C S : 37,2 0C

2 Kepala Warna rambut hitam, Warna rambut hitam,


tidak rontok, tidak ada lesi. tidak rontok, tidak ada lesi.
Tidak teraba Tidak teraba pembengkakan
pembengkakan.

3 Rambut Bersih dan terlihat banyak Berminyak dan tidak terlalu


uban. bersih.

4 Mata Simetris kiri dan kanan. Simetris kiri dan kanan.


Konjungtiva tidak anemis. Konjungtiva anemis. Sklera
Sklera tidak ikterik tidak ikterik

5 Hidung Simetris kiri dan kanan. Simetris kiri dan kanan.


Pernafasan tidak cuping Pernafasan tidak cuping
hidung dan tidak ada polip hidung dan tidak ada polip

6 Mulut Mukosa bibir lembab, Mukosa bibir lembab dan


tidak sianosis, terdapat tidak sianosis, tidak terdapat
karies gigi. karies gigi

7 Leher Tidak teraba pembesaran Tidak teraba pembesaran


Kelenjer getah bening dan Kelenjer getah bening dan
tidak teraba adanya vena tidak teraba adanya vena
jugularis jugularis

8 Dada I : Simetis kiri kanan I : Simetis kiri kanan sama,


sama, tidak adanya tampak tidak adanya tampak
peningkatan usaha peningkatan usaha bernafas
bernafas dan otot bantu dan otot bantu pernafasan
pernafasan,
P : Fremitus kiri kanan sama
P : Fremitus kiri kanan
sama P : Sonor

P : Sonor A : Bunyi inspirasi sama


dengan ekspirasi.
A : Bunyi inspirasi sama
dengan ekspirasi.

9 Abdomen I : Tidak tampak adanya I : Tidak tampak adanya

Poltekkes Kemenkes Padang


luka luka
P : Tidak teraba adanya P : Tidak teraba adanya
massa massa
P : Tympani P : Tympani
A : Bising usus positif A : Bising usus positif

10 Ekstermitas atas Tidak ada kelainan pada Tidak ada kelainan pada
ektremitas atas, kekuatan ektremitas atas, kekuatan
otot 555 otot 555
Capilary Refil Time <2 Capilary Refil Time <2
detik, tidak sianosis detik, tidak sianosis

11 Ekstermitas bawah Tidak ada kelainan pada Tidak ada kelainan pada
ektremitas bawah, ektremitas bawah, kekuatan
kekuatan otot 555 otot 555
Capilary Refil Time <2 Capilary Refil Time <2
detik, tidak sianosis detik, tidak sianosis

12 Genitalia Tidak dilakukan Tidak dilakukan


pemeriksaan pemeriksaan

ANALISA DATA

(Minimal 3 Diagnosa Keperawatan)

NO DATA MASALAH PENYEBAB

1. Ds : Ny. N mengatakan Gangguan proses pikir ketidakmampuan


bahwa ia sering lupa akan apa keluarga dalam merawat
1. yang akan dikataknnya, lupa anggota keluarga yang
dengan apa yang akan sakit
dilakukakannya. Ny. N juga
mengeluh ia sulit untuk
merangkai kata-kata menjadi
sebuah kalimat yang baik,
Ny. N akan lupa apa yang

Poltekkes Kemenkes Padang


akan diakatakannya.

Do : saat dilakukan
pengkajian Ny. N tampak
sulit untuk mengingat tanggal
tahun hari dan bulan. Pada
saat dilakukan pengkajian
dengan kuisioner PPMS
( Pemeriksaan Portabel untuk
Status Mental) klien
terganggu dalam hal
orientasi, kalkulasi. Klien
mengalami gangguan kognitif
sedang.

Ds : Ny. N mengatakan
2. bahwa ia cemas akan sering Ansietas ketidaktahuan keluarga
pelupa yang sering ia alami dalam merawat anggota
karena membuatnya sulit keluarga yang sakit
dalam melakukan banyak hal.
Ny. N mengatakan bahwa
sifat pelupanya tersebut
terkadang menjadi masalah
buatnya.

Do : Ny. N tampak gelisah


dan banyak bertanya tentang
hal yang sering ia alami.
Didapatkan hasil vital sign
TD : 170/100 mmhg, Hr : 77
x/ml, RR = 20 x/i

Ds : Ny. N mengatakan
3. bahwa sifat pelupa itu hanya Defisiensi
hal biasa yang akan dirasakan pengetahuan ketidaktahuan keluarga
oleh lansia. akan penyakit.

Do : Ny. N hanya mengetahui


sebatas itu saja tentang

Poltekkes Kemenkes Padang


gangguan kogntif pada
demensia.
2.

Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan proses pikir keluarga Tn. A khususnya Ny. Ne berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat keluarga dengan demensia.
2) Ansietas pada keluarga Tn. A khusunya Ny. Ne berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam memanajemen stress.
3) Defisiensi Pengetahuan pada keluarga Tn. A khususnya Ny. Ne
berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga akan penyakit demensia.

PRIORITAS MASALAH

1) Gangguan proses pikir keluarga Tn. A khususnya Ny. Ne berhubungan


dengan ketidakmampuan keluarga merawat keluarga dengan demensia.

No Kriteria Bobot Skore Pembenaran

1 Sifat masalah 3/3x1=1 1 Masalah gangguan


proses pikir
 Aktual = 3
merupakan akibat
 Resiko = 2
dari tanda gejala
 Potensial = 1
demensia pada Ny.
N

2 Kemungkinan 1/2x2=1 1 Keluarga memiliki


masalah dapat diubah sumber daya yang
cukup kuat untuk
 Tinggi = 2
mengatasi masalah
 Sedang = 1
 Rendah = 0

Poltekkes Kemenkes Padang


3 Potensial masalah 3/3x1=1 1 Masalah sudah
untuk dicegah berlangsung cukup
lama. Jarak rumah
 Mudah = 3
ke fasilitas
 Cukup = 2
kesehatan dekat.
 Tidak dapat = 1
4 Menonjolkan masalah 1/2x1=1 ½ Masalah dirasakan
oleh keluarga Tn. Y
 Masalah
dirasakan, dan
perlu segera
ditangani = 2
 Masalah
dirasakan = 1
 Masalah tidak
dirasakan = 0
Total Skore 4½

2) Diagnosa II : Ansietas pada keluarga Tn.A khususnya Ny. N berhubungan


dengan ketidakmampuan keluarga dalam memanajemen stress.

No Kriteria Bobot Skore Pembenaran

1 Sifat masalah 2/3x1=2/3 2/3 Ansietas


disebabkan karena
 Aktual = 3
keluhan
 Resiko = 2
psikososial,
 Potensial = 1
kecemasan,
ketidaktahuan
keluarga akan

Poltekkes Kemenkes Padang


prognosis

2 Kemungkinan 2/2x2=2 2 Keluarga


masalah dapat memiliki sumber
diubah daya yang cukup
kuat untuk
 Tinggi = 2
mengatasi
 Sedang = 1
masalah
 Rendah = 0
3 Potensial masalah 3/3x1=1 1 Masalah cukup
untuk dicegah dapat dicegah jika
intervensi
 Mudah = 3
berkelanjutan.
 Cukup = 2
 Tidak dapat =
1
4 Menonjolkan 2/2 x 1= 1 1 Mempengaruhi
masalah Psikososial Ny. Y

 Masalah
dirasakan, dan
perlu segera
ditangani = 2
 Masalah
dirasakan = 1
 Masalah tidak
dirasakan = 0
Total Skore 4 1/3

1) Diagnosa III : Defisiensi Pengetahuan pada keluarga Tn. A khususnya Ny. N


berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga akan penyakit demensia.

Poltekkes Kemenkes Padang


No Kriteria Bobot Skore Pembenaran

1 Sifat masalah 3/3x1=1 1 Rendahnya


pengetahuan
 Aktual = 3
keluarga tentang
 Resiko = 2
penyakit dapat
 Potensial = 1
memperlambat
kesembuhan Ny. Y

2 Kemungkinan 1/2x2=1 1 Masalah dapat


masalah dapat diubah secara
diubah bertahap

 Tinggi = 2
 Sedang = 1
 Rendah = 0
3 Potensial masalah 2/3x1=2/3 2/3 Masalah cukup
untuk dicegah dapat dicegah jika
intervensi
 Mudah = 3
berkelanjutan
 Cukup = 2
 Tidak dapat = 1
4 Menonjolkan 2/2 x 1= 1 1 Bila tidak segera
masalah ditangani
memungkinkan
 Masalah
terjadi komplikasi
dirasakan, dan
yang lebih lanjut
perlu segera
ditangani = 2
 Masalah
dirasakan = 1

Poltekkes Kemenkes Padang


 Masalah tidak
dirasakan = 0
Total Skore 3 2/3

Poltekkes Kemenkes Padang


Intervensi Kepe
rawatan

Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi


Rencana Tindakan
Keperawatan Umum Khusus Hasil Standar

Gangguan Setelah di Setelah di lakukan 1. Keluarga mampu 1. Demensia adalah 1. Galipengetahuan


proses pikir lakukan intervensi menyebutkan gangguan fungsi keluarga mengenai
keluarga Tn. A intervensi keperawatan pengertian intelektual tanpa demensia
khususnya Ny. keperawata selama 30 menit, demensia menurut gangguan fungsi 2. Diskusikan dengan
N n selama 5 keluarga mampu : bahasa sendiri vegetatif atau keluarga masalah yang
berhubungan kali 2. Keluarga mampu keadaan yang terjadi. ada dalam keluarga
dengan kunjungan, 1.Mengenal menyebutkan 3 Memori, 3. Diskusikan masalah
ketidakmampu gangguan masalah. dari 5 penyebab pengetahuan umum, demensia
an keluarga proses Keluarga dapat demensia pikiran abstrak, 4. Lakukan pendidikan
merawat pikirpada mengenal masalah 3. Keluarga mampu penilaian, dan kesehatan tentang
keluarga Ny. N dapat kesehatan dengan menyebutkan 3 interpretasi atas demensia
dengan teratasi demensia dengan dari 5 tanda dan komunikasi tertulis penanganannya dalam
demensia. mengetahui serta gejala demensia dan lisan dapat keluarga
mampu : terganggu. 5. Ulangi apa yang telah
a. Menjelaskan di diskusikan bersama
pengertian 2.penyebabnya keluarga
demensia a. sindroma 6. Beri reinforment
b. Menjelaskan demensia dengan
kembali penyakit yang
penyebab penyebabnya
demensia dasarnya tidak
c. Menyebutkan dikenal kelainan
kembali tanda yaitu : terdapat pada
dan gejala tingkat
demensia metabolisme.
d. Menjelaskan b. sindroma
kembali demensia dengan
dampak dan penyebab yang
akibat yang dikenal tetapi
dapat terjadi belum dapat
akibat diobati,
demensia c. Sindoma
demensia dengan
etiologi penyakit
yang dapat
diobati, dalam
golongan ini
diantaranya :
Penyakit cerebro
kardiofaskuler,
Gangguan nutrisi.
d. Menurunnya
daya ingat yang
terus terjadi. Pada
penderita
demensia, lupa
menjadi bagian
keseharian yang
tidak bisa lepas
yang awalnya
mulai dari
gangguan daya
ingat jangka
pendek.
Tanda dan gejalanya
7. Gangguan

Poltekkes Kemenkes Padang


orientasi waktu
dan tempat,
misalnya: lupa
hari, minggu,
bulan, tahun,
tempat penderita
demensia
berada.
8. Penurunan dan
ketidakmampua
n menyusun
kata menjadi
kalimat yang
benar,.
9. Ekspresi yang
berlebihan
kadang
penderita
demensia
kadang tidak
mengerti
mengapa
perasaan-
perasaan
tersebut muncul.
Setelah di lakukan Keluarga Keluarga 1. Diskusikan dengan
intervensi mampu menyatakan keluarga masalah yang
keperawatan menyatakan keputusannya dalam ada dalam keluarga
selama 30 menit, dan mengatasi masalah 2. Lakukan pengambilan
keluarga mampu : mengambil demensia keputusan
keputusannya 3. Ulangi apa yang telah

Poltekkes Kemenkes Padang


2. Mengambil dalam di diskusikan bersama
keputusan mengatasi keluarga
untuk masalah 4. Beri reinforment
mengatasi demensia
demensia

Setelah di lakukan 1. Keluarga 1. Perawat berperan 1. Motivasi keluarga


intervensi termotivasi sebagai motivator untuk merawat anggota
keperawatan merawat anggota dalam keluarga yang sakit
selama 30 menit, keluarga yang memotivasi dengan demensia
keluarga mampu : sakit dengan keluarga agar 2. Mengajarkan
demensia mampu merawat bagaimana cara senam
3. Merawat 2. Keluarga mampu anggota keluarga otak
angota keluarga merawat anggota yang sakit 3. Mengkaji riwayat
dengan keluarga yang dengan demensia penyakit yang pernag
demensia sakit dengan 2. Keluarga diderita Ny. N
a. Melakukan demensia termotivaasi 4. Ulangi apa yang telah
konseling merawat dan di diskusikan dan
kepada mampu merawat dilakukan bersama
keluarga anggota keluarga keluarga
supaya yang sakit 5. Beri reinforcement
gangguan dengan demensia positif
proses pikir
dapat
teratasi
b. Memotivasi
keluarga
agar
mampu
merawat
anggota
keluarga

Poltekkes Kemenkes Padang


yang sakit
Setelah di lakukan Keluarga mampu Memodifikasi 1. Diskusikan bersama
intervensi memodifikasi lingkungan keluarga dalam
keperawatan lingkungan untuk menciptakan
selama 30 menit, merawat anggota lingkungan yang aman
keluarga mampu : keluarga dengan dan nyaman bersih dan
masalah demensia licin untuk mengurangi
4.Memodifikasi risiko jatuh.
lingkunganuntuk 2. Libatkan keluarga
mengatasi faktor dalam memodifikasi
pencetus demensia lingkungan
3. Beri reinforcement
positif
Setelah dilakukan keluarga mampu Melakukan diskusi 1. Diskusikan bersama
intervensi menggunakan fasilitas agar keluarga keluarga tentang
keperawatan kesehatan yang ada memanfaatkan pemanfaatan pelayanan
selama 30 menit untuk mengontrol sarana pelayanan kesehatan
keluarga mampu : demensia dengan kesehatan 2. Ulangi apa yang telah
menyebutkan 3 dari 4 di diskusikan
5.Memanfaatakan fasilitas kesehatan 3. Beri reinforcement
pelayanan yang ada di sekitar positif
kesehatan untuk tempat tinggal yaitu
mengatasi masalah puskesmas, bidan,
gangguan proses rumah sakit, dan
pikir dokter
praktik.Diharapkan
dapat mencegah
terjadinya eksaserbasi
(kumatnya gejala
penyakit demensia),
dan meningkatkan

Poltekkes Kemenkes Padang


kualitas hidup pasien
Ansietaspada Setelah di Setelah dilakukan Keluarga mampu Penyebab dari asma 1. Gali pengetahuan
keluarga lakukan intervensi menyebutkan dan adalah faktor genetik keluarga mengenai
berhubungan intervensi keperawatan menjelaskan penyebab jika memiliki demensia
dengan keperawata selama 30 menit demensia dengan keluarga dengan 2. Diskusikan dengan
ketidaktahuan n selama keluarga mampu : bahasa sendiri riwayat demensia, keluarga masalah yang
keluarga 5kalikunjun serta penyakit- ada dalam keluarga
dalam gan, 1. Mengenalmasal penyakit laiinya 3. Diskusikan masalah
merawat Ansietas ah yang dapat demensia
anggota pada a. Menjelaskan menyebabkan 4. Lakukan pendidikan
keluarga yang keluarga penyebab timbulnya demensia. kesehatan tentang
sakit dapat dari demensia dan
teratasi demensia penanganannya dalam
keluarga
5. Ulangi apa yang telah
di diskusikan bersama
keluarga
6. Beri reinforment

Setelah dilakukan Keluarga mampu Keluarga 1. Diskusikan dengan


intervensi menyatakan dan menyatakan keluarga masalah yang
keperawatan mengambil keputusannya untuk ada dalam keluarga
selama 30 menit keputusannya dalam mengatasi demensia 2. Lakukan pengambilan
keluarga mampu : mengatasi demensia a pada anggota keputusan
pada keluarga keluarga 3. Ulangi apa yang telah
2. Mengambil di diskusikan bersama
keputusan keluarga
untuk 4. Beri reinforment
mengatasi
demensia

Poltekkes Kemenkes Padang


Setelah dilakukan Keluarga mampu 1. Keluargamampu 1. Motivasi keluarga
intervensi merawat anggota melakukan untuk merawat anggota
keperawatan keluarga dengan demonstrasi keluarga yang sakit
selama 30 menit demensia dengan senam otak dengan demensia
keluarga mampu : mengulang kembali 2. Ulangi apa yang telah
demonstrasi yang di diskusikan dan
3. Merawat dilakukan dilakukan bersama
anggota keluarga
keluarga 3. Beri reinforcement
dengan positif
demensia

Setelah dilakukan Keluarga mampu Memodifikasi 1. Diskusikan bersama


intervensi menciptakan lingkungan keluarga dalam
keperawatan lingkungan yang aman menciptakan
selama 30 menit dan nyaman lingkungan yang aman
keluarga mampu : dan nyaman untuk
meminimalkan
4. Memodifikasi terjadinya serangan
lingkungan asma
rumah yang 2. Libatkan keluarga
aman dan dalam memodifikasi
nyaman untuk lingkunga.
meminimalkan 3. Beri reinforcement
terjadinya positif
faktor pencetus
demensia

Setelah dilakukan Keluarga mampu Melakukan diskusi 1. Diskusikan bersama


intervensi membawa anggota agar keluarga keluarga tentang
keperawatan keluarga yang memanfaatakan pemanfaatan pelayanan
selama 30 menit menderita demensia pelayanan kesehatan kesehatan

Poltekkes Kemenkes Padang


keluarga mampu : ke pelayanan untuk mengatasi 2. Ulangi apa yang telah
kesehatan terdekat masalah asma di diskusikan
5. Keluarga 3. Beri reinforcement
mampu positif
memanfaatkan
pelayanan
kesehatan
terdekat

Implementasi dan Evaluasi keperawatan


Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Hari/ tanggal/ Jam

TUK 1 : Mengenal Masalah S : Klien dan keluarga Senin , 22 Mei 2017 jam
mengatakan sudah bisa 10.00 wib
1. Menggali pengetahuan mengetahui tentang
klien dan keluarga penyakit demensia
tentang demensia
O : Saat dievaluasi lagi klien
2. Mendiskusikan tentang dan keluarga bisa
pengertian demensia, mengulangi pengertian,
tanda gejala, penyebab, tanda gejala dan penyebab
dan komplikasi nya. tetapi kadang ada yang lupa.
3. Memberikan A : Masalah teratasi
kesempatan klien dan sebagian
keluarga untuk
bertanya P :Intervensi dilanjutkan
Sabtu, 20 Mei 2017 jam
15.00 wib
TUK 2 : Mengambil S : Klien mengatakan bahwa

Poltekkes Kemenkes Padang


Keputusan
demensia nya harus
1. Menyebutkan kembali berkurang.
keluhan yang dirasakan
O : Klien dan keluarga
Ny. N saat ini.
setuju dan bersedia
2. Menyebutkan mengambil keputusan untuk
komplikasi yang terjadi mengatasi masalah
pada penyakit tersebut. demensia pada Ny. N
3. Memotivasi individu A : Masalah teratasi
dan keluarga untuk sebagian
mengambil keputusan
P : Intervensi dilanjutkan
dalam merawat Ny. N

Dx I : TUK 3 : Merawat anggota S : Klien mengatakan bahwa Selasa, 23 Mei 2017 jam
keluarga sifat lupanya terkadang 11.00 wib
Gangguan proses pikir pada muncul.
keluarga Tn. A khususnya Mendemonstrasikan cara batuk
Ny. N berhubungan dengan melakukan senam otak. O : didapatkan hasil hasil
ketidakmampuan keluarga pemeriksaan dari kuisionr
merawat keluarga dengan Adapun tindakanya : MMSE bahwa klien
demensia. memiliki gangguan kognitif
1. Menyebutkan
sedang.
pengertian demensia
A : Masalah teratasi
2. Menyebutkan
sebagian
pencegahan tujuan
demensia P : Intervensi dilanjutkan
3. Mendemonstrasikan
cara untuk melakukan
senam otak

Poltekkes Kemenkes Padang


4. Bersama-sama
melakukan cara batuk
melakukan senam otak
5. Memberi kesempatan
keluarga untuk
bertanya

Dx I : 1. Menanyakan keadaan Klien S : Klien mengatakan Rabu, 24 Mei jam 12.30


terkadang sifat pelupanya wib
Gangguan proses pikir pada 2. Menggali lagi sampai sejauh masih muncul
keluarga Tn. A khususnya mana klien memahami tentang
Ny. N berhubungan dengan senam otak O : Klien sudah bisa
ketidakmampuan keluarga mendemonstrasikan senam
merawat keluarga dengan 3. Menanyakan kembali otak namun terkdang juga
demensia. bagaimana cara cara sering lupa
melakukan senam otak
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

Dx III Melakukan konseling kepada S : Klien mengatakan 25 Mei 2017 jam 13.00 wib
klien dan keluarga mengenai sampai sejauh ini sudah
Defisiensi Pengetahuan penyakit demensia memahi apa itu demensia,
pada keluarga Tn. A 1. Menyebutkan pengertian tanda gejala dan penyebab
khususnya Ny. N demensia nya
berhubungan dengan 2. Menyebutkan tanda gejala
ketidaktahuan keluarga demensia O : Klien bisa menyebutkan
akan penyakit demensia 3. Menyebutkan penyebab kembali pengertian
demensia demensia, tanda gejala,
4. Memberi kesempatan faktor pencetus dan
keluarga untuk bertanya penatalaksanaanya

Poltekkes Kemenkes Padang


A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan

Dx III Mendemonstrasikan senam S : Klien mengatakan belum 23 Mei 2017 jam 15.00 wib
otak bersama klien dan hafal sampai 5 gerakan
Defisiensi Pengetahuan keluarga. tersebut
pada keluarga Tn. A 1. Menyebutkan Tujuan
khususnya Ny. N senam O : Klien tampak
berhubungan dengan 2. Menyebutkan langkah- mengulang ngulang gerakan
ketidaktahuan keluarga langkah prosedur
akan penyakit demensia A : Masalah teratasi
senam
sebagian
3. Bersama-sama dengan
keluarga melakukan P: Intervensi dilanjutkan
senam
4. Memberi kesempatan
keluarga untuk bertanya
Dx III 1. Diskusi atau meriview S : Klien mengatakan sudah 23 Mei 2017 jam 12.00
kembali semua tau tentang penyakit
Defisiensi Pengetahuan kegiatan yang telah demensia serta
pada keluarga Tn. A dilakukan penanggulanganya walau
khususnya Ny. N 2. Mengobservasi ada yang lupa-lupa sedikit.
berhubungan dengan keadaan pasien apakah
ketidaktahuan keluarga masih ada O : Hasil pengakajian Ny. N
akan penyakit demensia menunjukkan tanda mengalami gangguan
gejala demensia kognitif sedang Vital sign
dalam rentang normal
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan

Poltekkes Kemenkes Padang


TUK 4 : Memodifikasi S: Klien mengatakan bahwa 24 Mei 2017 jam 13.00 wib
Lingkungan rumah klien terkadang
1. Mendiskusikan terasa licin lantainya
bersama keluarga
dalam menciptakan O: ligkungan rumah klien
lingkungan yang aman tampak aman dari risiko
dan nyaman untuk jatuh
meminimalisir
A: Masalah belum teratasi
terjadinya pencetus s
demensia P: Intervensi dilanjutkan
2. Bersama-sama
membersihkan jendela,
ruang tamu, serta
kamar klien dari debu
dan membuka ventilasi
agar cahaya masuk dari
luar untuk pertukaran
udara
3. Menganjurkan keluarga
agar tetap menjaga
kebersihan rumah.
4. Beri reinforcement
positif
TUK 5 : Pemanfaatan S : Ny. N mengatakan sudah 24 Mei 2017 Jam 15.00
Pelayanan Kesehatan paham guna kontrol ke wib
1. Menanyakan kepada puskesmas
Ny. N pernahkan ke
puskesmas untuk O : Klien tampak antusias
mnengani masalah dalam diskusi ini dan bisa
demensianya menyebutkan kembali
2. Menjelaskan mengapa pentingnya kontrol
rutin ke puskesmas dan

Poltekkes Kemenkes Padang


pentingnya kontrol akibat jika tidak.
teratur ke pelayanan
kesehatan A: Masalah teratasi sebagian
3. Mahasiswa
P: Intervensi dilanjutkan
memberikan
kesempatan pada
keluarga untuk
bertanya mengenai
penjelasan yg telah
diberikan mahasiswa
4. Mahasiswa
memberikan
reinforcement

Poltekkes Kemenkes Padang


LAMPIRAN : 3
HASIL PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA
NY. Nu DENGAN DEMENSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
ANDALAS
KECAMATAN PADANG TIMUR KOTA PADANG

VIII. DATA UMUM


9. Nama Keluarga (KK) : Nurtia
10. Alamat dan telepon : Jl. Tanjung Aur No. 4A RT 02/ RW 05,
Padang
11. Komposisi Keluarga :

No Nama Hub dgn KK TTL/Umur Pendidika


n

Genogram :

Keterangan :

= Pasien = Meninggal dunia

= Laki- Laki

= Perempuan = Tinggal serumah

12. Tipe Keluarga : Keluarga Ny. Nu merupakan keluarga besar. Keluarga


besar (extended family) adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan
anak-anak kandung, juga sanak saudara lainnya, baik menurut garis
vertikal (ibu, bapak, kakek, nenek, mantu, cucu, cicit), maupun menurut
garis horizontal (kakak, adik, ipar) yang berasal dari pihak suami atau
pihak isteri. Karena Ny. Nu tinggal bersama dengan anak-anaknya,
menantu beserta cucu-cucunya.

13. Suku : Bersuk tanjung dan berlatar budaya minang

14. Agama : Keluarga ini beragama islam, Ny. Nu menjalankan menjalankan


ibadah dengan rajin dan melaksanakan sholat 5 waktu sehari semalam.

15. Status sosek keluarga : Ny. Nu hanya berdiam diri di rumah tetapi Ny. Nu,
tetapi Ny. Nu tinggal bersama anak-anak beserta menantunya yang
memenuhi segala kebutuhan Ny. Nu.

16. Aktifitas rekreasi keluarga : Ny. Nu mengatakan bahwa ia jarang


melakukan rekreasi keluar rumah karena apabila Ny. Nu di ajak untuk
rekreasi keluar rumah oleh anak-anaknya maka dada Ny. Nu akan terasa
sesak dan berat.

IX. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA

5. Tahap perkembangan keluarga saat ini : keluarga dengan anak-anak usia


dewasa yang telah dewasa dan telah menikah.

6. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi : tahap kelaurga


yang belum terpenuhi adalah masalah Ny. Nu dengan gagguan kognitif
pada demensia.

7. Riwayat keluarga inti : Menurut Ny. Nu riwayat masing-masing anggota


keluarganya yaitu suaminya dalam keadaan sehat, tidak pernah sakit
serius. Sedangkan Ny. Nu mengalami sakit seperti asma, tetapi tidak
pernah sakit yang sangat parah.

8. Riwayat keluarga sebelumnya : ibu dari Ny. Nu sebelumnya pernah


menderita penyakit asma dan ayah dari Ny. Nu tidak pernah menderita

Poltekkes Kemenkes Padang


penyakit seperti hipertensi, asma, dan diabetes melitus ataupun penyakt
keganasan laiinya.

X. LINGKUNGAN

1. Karakteristik rumah : Status rumah yang ditempati adalah rumah milik


sendiri.

Denah Rumah

5
2
4

1 7
6
3 3 3

Keterangan :

1. Pintu 5. Kamar tamu


2. Ruang tamu 6. Kamar mandi
3. Kamar 7. Tempat penjemuran pakaian
4. Dapur

2. Karakteristik tetangga dan komunikasi RW : Tetangga sebelah kanan


dan kiri rumah Ny. Nu cukup dekat dengan Ny. Nu karena Ny. Nu
merupkan orang yang ramah dan suka bergaul dengan tetangga
sekitarnya karena jarak rumah Ny. Nu dengan tetangganya sangat
berdekatan.
3. Mobilisasi geografis keluarga : Keluarga ini tidak pernah pindah tempat
tinggal sejak menikah, menetap di air camar, Padang dari mulai Ny. Nu
menikah dulu sampai tua sekarang

Poltekkes Kemenkes Padang


4. Sistem pendukung keluarga : Saat ini anggota keluarga ada yang tidak
sehat, yaitu Ny. Nu karena Ny. Nu menderita penyakit asma juga karena
adanya gangguan kognitif pada demensianya.

XI. Struktur keluarga


5. Pola komunikasi : Pola komunikasi keluarga dilakukan secara terbuka,
bahasa yang dipakai setiap hari adalah bahasa minang. Frekuensi
komunikasi antar anggota keluarga baik, Ny. Nu berinteraksi dengan baik
naik dengan anaknya, menantunya maupun cucu-cucunya.

6. Struktur kekuatan keluarga : Pengendali keluarga adalah Tn. Y sebagai


menantu Ny. Nu dan sebagai kepala keluarga, keputusan diambil
seharusnya oleh kepala keluarga.

7. Struktur peran : Peran kepala keluarga mencari nafkah, tugas istri


merawat anak, pendidikan anak dilakukan bersama. Model peranyang
dianut lebih dominan di ibu dan terjadi sedikit konflik peran karena
jarangnya berkomunikasi antar anggota keluarga terutama anak.
8. Nilai dan norma budaya : Nilai dan norma yang berlaku dikeluarga
menyesuaikan dengan nilai agama yang dianut dan norma yang berlaku di
lingkungannya.Norma keluarga yang berkaitan dengan kesehatan adalah
bila ada keluarga yang sakit hanya dibelikan obat diwarung/toko terdekat.
Dalam setiap hari keluarga menjalani hidup dengan tuntunan agama islam.

XII. FUNGSI KELUARGA

4. Fungsi afektif : Keluarga mengajarkan agar anak tertua


memperhatikan adik-adiknya yang masih sekolah untuk membantu
keluarga. Sikap saling menghormati antar anggota keluarga masih tetap
diajarkan.
5. Fungsi sosialisasi : Interaksi antar anggota dalam keluarga jarang
dilakukan karena kesibukan masing-masing anggota keluarga. Tetapi
walaupun dengan kesibukannya masing-masing keluarga Ny. Nu masih
tetap harmonis.

Poltekkes Kemenkes Padang


6. Fungsi perawatan keluarga : Keluarga mengenal masalah kesehatan yang
dialami Ny. Nu setelah dibawa ke posyandu untuk pemeriksaan rutin.
a. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
Untuk masalah kesehatan Ny. Nu yang mengalami asma, tetapi
karna keterbatasan Ny. Nu dalam bergerak sehingga tidak bisa
untuk pergi ke posyandu ataupun untuk ergi ke pelayanan
kesehatan lainnya.
b. Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
Keluarga hanya dapat merawat anggota keluarga yang sakit dengan
semampunya sesuai dengan kondisi ekonomi yang ada.
c. Kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan yang
sehat
Keluarga beranggapan bahwa dengan hanya menyapu saja rumah
sudah dianggap bersih dan sehat. Kamar mandi jarang dibersihkan
sudah dianggap bersih dan terbebas dari jentik-jentik nyamuk yang
bisa menyebabkan penyakit DBD.
d. Kemampuan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
Keluarga mau membawa anggota keluarga yang sakit ketempat
pelayanan kesehatan yang lebih tinggi (puskesma/rumah sakit).
XIII. STRESS DAN KOPING KELUARGA
5. Stressor jangka pendek dan panjang : Ny. Nu mengatakan masalah yang
membebaninya sekarang hanyalah masalah dalam sesak nafas yang sering
dialami oleh Ny. Nu.
6. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah : Keluarga hanya
mengatasi dengan memenuhi kebutuhan dengan semampunya dengan
kondisi ekonomi yang tersedia.
7. Strategi koping yang digunakan : Jika ada masalah Ny. Nu
membicarakannya dengan anak-anaknya untuk di musyawarahkan
8. Strategi adaptasi disfungsinal : Bila komunikasi dengan anak-anaknya
mulai tidak lancar Ny. Nu akan menghubungi anaknya dan bertanya
langsung kepada anaknya. Dan setelah itu biasanya Ny. Nu akan merasa
tenang kembali.

XIV. HARAPAN KELUARGA

Poltekkes Kemenkes Padang


Ny. Nu ketika pergi berobat ke posyandu d katakana menderita penyakit asma
dan keluarga berharap petugas dapat membantu mengatasi masalah Ny. Nu.

VIII. PEMERIKSAAN FISIK ANGGOTA KELUARGA

NO PEMERIKSAAN FISIK Ny. N


1 Keadaan umum KU : Baik
GCS : 15
TB : 171 cm
BB : 62 kg
TD: 130/80 mmHg
N :88x/i
RR : 24x/i
S : 36,90C

2 Kepala Warna rambut hitam,


tidak rontok, tidak ada lesi. Tidak teraba
pembengkakan

3 Rambut Bersih dan terlihat banyak uban.

4 Mata Simetris kiri dan kanan. Konjungtiva tidak


anemis. Sklera tidak ikterik

5 Hidung Simetris kiri dan kanan. Pernafasan tidak


cuping hidung dan tidak ada polip

6 Mulut Mukosa bibir lembab, tidak sianosis, terdapat


karies gigi.

7 Leher Tidak teraba pembesaran Kelenjer getah


bening dan tidak teraba adanya vena jugularis

8 Dada I : Simetis kiri kanan sama, tidak adanya


tampak peningkatan usaha bernafas dan otot
bantu pernafasan,

P : Fremitus kiri kanan sama

P : Sonor

Poltekkes Kemenkes Padang


A : Bunyi inspirasi sama dengan ekspirasi.

9 Abdomen I : Tidak tampak adanya luka

P : Tidak teraba adanya massa

P : Tympani

A : Bising usus positif

10 Ekstermitas atas Tidak ada kelainan pada ektremitas atas,


kekuatan otot 555

Capilary Refil Time <2 detik, tidak sianosis

11 Ekstermitas bawah Tidak ada kelainan pada ektremitas bawah,


kekuatan otot 555

Capilary Refil Time <2 detik, tidak sianosis

12 Genitalia Tidak dilakukan pemeriksaan

ANALISA DATA

(Minimal 3 Diagnosa Keperawatan)

NO DATA MASALAH PENYEBAB

Poltekkes Kemenkes Padang


1. Ds : Ny. N mengatakan Gangguan proses pikir ketidakmampuan
bahwa ia sering lupa akan apa
1. keluarga dalam merawat
yang akan dikataknnya, lupa
dengan apa yang akan anggota keluarga yang
dilakukakannya. Ny. N juga
sakit
mengeluh ia sulit untuk
merangkai kata-kata menjadi
sebuah kalimat yang baik,
Ny. N akan lupa apa yang
akan diakatakannya.

Do : saat dilakukan
pengkajian Ny. N tampak
sulit untuk mengingat tanggal
tahun hari dan bulan. Pada
saat dilakukan pengkajian
dengan kuisioner PPMS
( Pemeriksaan Portabel untuk
Status Mental) klien
terganggu dalam hal
orientasi, kalkulasi. Klien
mengalami gangguan kognitif
sedang.

2. Ds : Ny. N mengatakan Ansietas


bahwa ia cemas akan sering ketidaktahuan keluarga
pelupa yang sering ia alami dalam merawat anggota
karena membuatnya sulit
dalam melakukan banyak hal. keluarga yang sakit
Ny. N mengatakan bahwa
sifat pelupanya tersebut
terkadang menjadi masalah
buatnya.

Do : Ny. N tampak gelisah


dan banyak bertanya tentang
hal yang sering ia alami.
Didapatkan hasil vital sign
TD : 170/100 mmhg, Hr : 77
x/ml, RR = 20 x/i

ketidaktahuan keluarga
Ds : Ny. N mengatakan akan penyakit.
3. bahwa sifat pelupa itu hanya Defisiensi

Poltekkes Kemenkes Padang


hal biasa yang akan dirasakan pengetahuan
oleh lansia.
Do : Ny. N hanya mengetahui
sebatas itu saja tentang
gangguan kogntif pada
demensia.

2.

Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan proses pikir keluarga Tn. A khususnya Ny. Nu berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat keluarga dengan demensia.
2. Ansietas pada keluarga Tn. A khusunya Ny. Nu berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam memanajemen stress.
3. Defisiensi Pengetahuan pada keluarga Tn. A khususnya Ny. Nu berhubungan
dengan ketidaktahuan keluarga akan penyakit demensia.

PRIORITAS MASALAH

1) Gangguan proses pikir keluarga Tn. A khususnya Ny. Nu berhubungan dengan


ketidakmampuan keluarga merawat keluarga dengan demensia.

No Kriteria Bobot Skore Pembenaran

1 Sifat masalah 3/3x1=1 1 Masalah gangguan


proses pikir
 Aktual = 3 merupakan akibat
 Resiko = 2
dari tanda gejala
 Potensial = 1
demensia pada Ny.
N

2 Kemungkinan 1/2x2=1 1 Keluarga memiliki


masalah dapat diubah sumber daya yang

Poltekkes Kemenkes Padang


 Tinggi = 2 cukup kuat untuk
 Sedang = 1 mengatasi masalah
 Rendah = 0
3 Potensial masalah 3/3x1=1 1 Masalah sudah
untuk dicegah berlangsung cukup
lama. Jarak rumah
 Mudah = 3 ke fasilitas
 Cukup = 2
kesehatan dekat.
 Tidak dapat = 1

4 Menonjolkan masalah 1/2x1=1 ½ Masalah dirasakan


oleh keluarga Tn. Y
 Masalah
dirasakan, dan
perlu segera
ditangani = 2
 Masalah
dirasakan = 1
 Masalah tidak
dirasakan = 0
Total Skore 4½

Diagnosa II : Ansietas pada keluarga Tn.A khususnya Ny. Nu berhubungan


dengan ketidakmampuan keluarga dalam memanajemen stress.

No Kriteria Bobot Skore Pembenaran

1 Sifat masalah 2/3x1=2/3 2/3 Ansietas


disebabkan karena
 Aktual = 3 keluhan
 Resiko = 2
psikososial,
 Potensial = 1
kecemasan,
ketidaktahuan
keluarga akan
prognosis

2 Kemungkinan 2/2x2=2 2 Keluarga


masalah dapat memiliki sumber

Poltekkes Kemenkes Padang


diubah daya yang cukup
kuat untuk
 Tinggi = 2 mengatasi
 Sedang = 1
masalah
 Rendah = 0
3 Potensial masalah 3/3x1=1 1 Masalah cukup
untuk dicegah dapat dicegah jika
intervensi
Mudah = 3
 berkelanjutan.
Cukup = 2

Tidak dapat =

1
4 Menonjolkan 2/2 x 1= 1 1 Mempengaruhi
masalah Psikososial Ny. Y

Masalah
dirasakan, dan
perlu segera
ditangani = 2
 Masalah
dirasakan = 1
 Masalah tidak
dirasakan = 0
Total Skore 3 1/3

Diagnosa III : Defisiensi Pengetahuan pada keluarga Tn. A khususnya Ny. Nu


berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga akan penyakit demensia.

No Kriteria Bobot Skore Pembenaran

1 Sifat masalah 3/3x1=1 1 Rendahnya


pengetahuan
 Aktual = 3 keluarga tentang
 Resiko = 2
penyakit dapat
 Potensial = 1
memperlambat
kesembuhan Ny. Y

2 Kemungkinan 1/2x2=1 1 Masalah dapat


masalah dapat diubah secara
diubah bertahap

Poltekkes Kemenkes Padang


 Tinggi = 2
 Sedang = 1
 Rendah = 0
3 Potensial masalah 2/3x1=2/3 2/3 Masalah cukup
untuk dicegah dapat dicegah jika
intervensi
 Mudah = 3 berkelanjutan
 Cukup = 2
 Tidak dapat = 1

4 Menonjolkan 2/2 x 1= 1 1 Bila tidak segera


masalah ditangani
memungkinkan
 Masalah terjadi komplikasi
dirasakan, dan
yang lebih lanjut
perlu segera
ditangani = 2
 Masalah
dirasakan = 1
 Masalah tidak
dirasakan = 0
Total Skore 3 2/3

Poltekkes Kemenkes Padang


Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi
Rencana Tindakan
Keperawatan Umum Khusus Hasil Standar

Gangguan Setelah di Setelah di lakukan 4. Keluarga mampu 1. Demensia adalah 7. Galipengetahuan


proses pikir lakukan intervensi menyebutkan gangguan fungsi keluarga mengenai
keluarga Tn. A intervensi keperawatan pengertian intelektual tanpa demensia
khususnya Ny. keperawata selama 30 menit, demensia menurut gangguan fungsi 8. Diskusikan dengan
N n selama 5 keluarga mampu : bahasa sendiri vegetatif atau keluarga masalah yang
berhubungan kali 5. Keluarga mampu keadaan yang terjadi. ada dalam keluarga
dengan kunjungan, 1.Mengenal menyebutkan 3 Memori, 9. Diskusikan masalah
ketidakmampu gangguan masalah. dari 5 penyebab pengetahuan umum, demensia
an keluarga proses Keluarga dapat demensia pikiran abstrak, 10. Lakukan pendidikan
merawat pikirpada mengenal masalah 6. Keluarga mampu penilaian, dan kesehatan tentang
keluarga Ny. N dapat kesehatan dengan menyebutkan 3 interpretasi atas demensia
dengan teratasi demensia dengan dari 5 tanda dan komunikasi tertulis penanganannya dalam
demensia. mengetahui serta gejala demensia dan lisan dapat keluarga
mampu : terganggu. 11. Ulangi apa yang telah
e. Menjelaskan di diskusikan bersama
pengertian 2.penyebabnya keluarga
demensia a. sindroma 12. Beri reinforment
f. Menjelaskan demensia dengan
kembali penyakit yang
penyebab penyebabnya
demensia dasarnya tidak
g. Menyebutkan dikenal kelainan
kembali tanda yaitu : terdapat pada
dan gejala tingkat
demensia metabolisme.
h. Menjelaskan b. sindroma
kembali demensia dengan
dampak dan penyebab yang
akibat yang dikenal tetapi
dapat terjadi belum dapat
akibat diobati,
demensia c. Sindoma
demensia dengan
etiologi penyakit
yang dapat
diobati, dalam
golongan ini
diantaranya :
Penyakit cerebro
kardiofaskuler,
Gangguan nutrisi.
d. Menurunnya
daya ingat yang
terus terjadi. Pada
penderita
demensia, lupa
menjadi bagian
keseharian yang
tidak bisa lepas
yang awalnya
mulai dari
gangguan daya
ingat jangka

Poltekkes Kemenkes Padang


pendek.
Tanda dan gejalanya
10. Gangguan
orientasi waktu
dan tempat,
misalnya: lupa
hari, minggu,
bulan, tahun,
tempat penderita
demensia
berada.
11. Penurunan dan
ketidakmampua
n menyusun
kata menjadi
kalimat yang
benar,.
12. Ekspresi yang
berlebihan
kadang
penderita
demensia
kadang tidak
mengerti
mengapa
perasaan-
perasaan
tersebut muncul.

Poltekkes Kemenkes Padang


Setelah di lakukan Keluarga Keluarga 5. Diskusikan dengan
intervensi mampu menyatakan keluarga masalah yang
keperawatan menyatakan keputusannya dalam ada dalam keluarga
selama 30 menit, dan mengatasi masalah 6. Lakukan pengambilan
keluarga mampu : mengambil demensia keputusan
keputusannya 7. Ulangi apa yang telah
4. Mengambil dalam di diskusikan bersama
keputusan mengatasi keluarga
untuk masalah 8. Beri reinforment
mengatasi demensia
demensia

Setelah di lakukan 3. Keluarga 3. Perawat berperan 6. Motivasi keluarga


intervensi termotivasi sebagai motivator untuk merawat anggota
keperawatan merawat anggota dalam keluarga yang sakit
selama 30 menit, keluarga yang memotivasi dengan demensia
keluarga mampu : sakit dengan keluarga agar 7. Mengajarkan
demensia mampu merawat bagaimana cara senam
5. Merawat 4. Keluarga mampu anggota keluarga otak
angota keluarga merawat anggota yang sakit 8. Mengkaji riwayat
dengan keluarga yang dengan demensia penyakit yang pernag
demensia sakit dengan 4. Keluarga diderita Ny. N
c. Melakukan demensia termotivaasi 9. Ulangi apa yang telah

Poltekkes Kemenkes Padang


konseling merawat dan di diskusikan dan
kepada mampu merawat dilakukan bersama
keluarga anggota keluarga keluarga
supaya yang sakit 10. Beri reinforcement
gangguan dengan demensia positif
proses pikir
dapat
teratasi
d. Memotivasi
keluarga
agar
mampu
merawat
anggota
keluarga
yang sakit
Setelah di lakukan Keluarga mampu Memodifikasi 4. Diskusikan bersama
intervensi memodifikasi lingkungan keluarga dalam
keperawatan lingkungan untuk menciptakan
selama 30 menit, merawat anggota lingkungan yang aman
keluarga mampu : keluarga dengan dan nyaman bersih dan
masalah demensia licin untuk mengurangi
4.Memodifikasi risiko jatuh.
lingkunganuntuk 5. Libatkan keluarga
mengatasi faktor dalam memodifikasi
pencetus demensia lingkungan
6. Beri reinforcement
positif
Setelah dilakukan keluarga mampu Melakukan diskusi 4. Diskusikan bersama

Poltekkes Kemenkes Padang


intervensi menggunakan fasilitas agar keluarga keluarga tentang
keperawatan kesehatan yang ada memanfaatkan pemanfaatan pelayanan
selama 30 menit untuk mengontrol sarana pelayanan kesehatan
keluarga mampu : demensia dengan kesehatan 5. Ulangi apa yang telah
menyebutkan 3 dari 4 di diskusikan
5.Memanfaatakan fasilitas kesehatan 6. Beri reinforcement
pelayanan yang ada di sekitar positif
kesehatan untuk tempat tinggal yaitu
mengatasi masalah puskesmas, bidan,
gangguan proses rumah sakit, dan
pikir dokter
praktik.Diharapkan
dapat mencegah
terjadinya eksaserbasi
(kumatnya gejala
penyakit demensia),
dan meningkatkan
kualitas hidup pasien
Ansietaspada Setelah di Setelah dilakukan Keluarga mampu Penyebab dari asma 7. Gali pengetahuan
keluarga lakukan intervensi menyebutkan dan adalah faktor genetik keluarga mengenai
berhubungan intervensi keperawatan menjelaskan penyebab jika memiliki demensia
dengan keperawata selama 30 menit demensia dengan keluarga dengan 8. Diskusikan dengan
ketidaktahuan n selama keluarga mampu : bahasa sendiri riwayat demensia, keluarga masalah yang
keluarga 5kalikunjun serta penyakit- ada dalam keluarga
dalam gan, 6. Mengenalmasal penyakit laiinya 9. Diskusikan masalah
merawat Ansietas ah yang dapat demensia
anggota pada b. Menjelaskan menyebabkan 10. Lakukan pendidikan
keluarga yang keluarga penyebab timbulnya demensia. kesehatan tentang
sakit dapat dari demensia dan
demensia

Poltekkes Kemenkes Padang


teratasi penanganannya dalam
keluarga
11. Ulangi apa yang telah
di diskusikan bersama
keluarga
12. Beri reinforment

Setelah dilakukan Keluarga mampu Keluarga 5. Diskusikan dengan


intervensi menyatakan dan menyatakan keluarga masalah yang
keperawatan mengambil keputusannya untuk ada dalam keluarga
selama 30 menit keputusannya dalam mengatasi demensia 6. Lakukan pengambilan
keluarga mampu : mengatasi demensia a pada anggota keputusan
pada keluarga keluarga 7. Ulangi apa yang telah
7. Mengambil di diskusikan bersama
keputusan keluarga
untuk 8. Beri reinforment
mengatasi
demensia

Poltekkes Kemenkes Padang


Setelah dilakukan Keluarga mampu 2. Keluargamampu 2. Motivasi keluarga
intervensi merawat anggota melakukan untuk merawat anggota
keperawatan keluarga dengan demonstrasi keluarga yang sakit
selama 30 menit demensia dengan senam otak dengan demensia
keluarga mampu : mengulang kembali 4. Ulangi apa yang telah
demonstrasi yang di diskusikan dan
8. Merawat dilakukan dilakukan bersama
anggota keluarga
keluarga 5. Beri reinforcement
dengan positif
demensia

Setelah dilakukan Keluarga mampu Memodifikasi 4. Diskusikan bersama


intervensi menciptakan lingkungan keluarga dalam
keperawatan lingkungan yang aman menciptakan
selama 30 menit dan nyaman lingkungan yang aman
keluarga mampu : dan nyaman untuk
meminimalkan
9. Memodifikasi terjadinya serangan
lingkungan asma
rumah yang 5. Libatkan keluarga
aman dan dalam memodifikasi
nyaman untuk lingkunga.
meminimalkan 6. Beri reinforcement
terjadinya positif
faktor pencetus
demensia

Setelah dilakukan Keluarga mampu Melakukan diskusi 4. Diskusikan bersama


intervensi membawa anggota agar keluarga keluarga tentang

Poltekkes Kemenkes Padang


keperawatan keluarga yang memanfaatakan pemanfaatan pelayanan
selama 30 menit menderita demensia pelayanan kesehatan kesehatan
keluarga mampu : ke pelayanan untuk mengatasi 5. Ulangi apa yang telah
kesehatan terdekat masalah asma di diskusikan
10. Keluarga 6. Beri reinforcement
mampu positif
memanfaatkan
pelayanan
kesehatan
terdekat

Implementasi dan Evaluasi keperawatan


Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Hari/ tanggal/ Jam

TUK 1 : Mengenal Masalah Senin , 22 Mei 2017 jam


S : Klien dan keluarga
10.00 wib
4. Menggali pengetahuan mengatakan sudah bisa
klien dan keluarga mengetahui tentang penyakit
tentang demensia demensia

5. Mendiskusikan tentang O : Saat dievaluasi lagi klien


pengertian demensia, dan keluarga bisa mengulangi
tanda gejala, penyebab, pengertian, tanda gejala dan
dan komplikasi nya. penyebab tetapi kadang ada
yang lupa.
6. Memberikan
kesempatan klien dan A : Masalah teratasi sebagian
keluarga untuk
P :Intervensi dilanjutkan
bertanya

Poltekkes Kemenkes Padang


TUK 2 : Mengambil
Keputusan
S : Klien mengatakan bahwa
4. Menyebutkan kembali demensia nya harus Sabtu, 20 Mei 2017 jam
keluhan yang dirasakan berkurang. 15.00 wib
Ny. N saat ini.
O : Klien dan keluarga setuju
5. Menyebutkan dan bersedia mengambil
komplikasi yang terjadi keputusan untuk mengatasi
pada penyakit tersebut. masalah demensia pada Ny. N
6. Memotivasi individu A : Masalah teratasi sebagian
dan keluarga untuk
P : Intervensi dilanjutkan
mengambil keputusan
dalam merawat Ny. N

Dx I : TUK 3 : Merawat anggota S : Klien mengatakan bahwa Selasa, 23 Mei 2017 jam
keluarga sifat lupanya terkadang 11.00 wib
Gangguan proses pikir pada muncul.
keluarga Tn. A khususnya Ny. Mendemonstrasikan cara batuk
N berhubungan dengan melakukan senam otak. O : didapatkan hasil hasil
ketidakmampuan keluarga pemeriksaan dari kuisionr
merawat keluarga dengan Adapun tindakanya : MMSE bahwa klien memiliki
demensia. gangguan kognitif sedang.
6. Menyebutkan
pengertian demensia A : Masalah teratasi sebagian
7. Menyebutkan P : Intervensi dilanjutkan
pencegahan tujuan
demensia

Poltekkes Kemenkes Padang


8. Mendemonstrasikan
cara untuk melakukan
senam otak
9. Bersama-sama
melakukan cara batuk
melakukan senam otak
10. Memberi kesempatan
keluarga untuk
bertanya

Dx I : 1. Menanyakan keadaan Klien S : Klien mengatakan Rabu, 24 Mei jam 12.30 wib
terkadang sifat pelupanya
Gangguan proses pikir pada 2. Menggali lagi sampai sejauh masih muncul
keluarga Tn. A khususnya mana klien memahami tentang
Ny. N berhubungan dengan senam otak O : Klien sudah bisa
ketidakmampuan keluarga mendemonstrasikan senam
merawat keluarga dengan 3. Menanyakan kembali otak namun terkdang juga
demensia. bagaimana cara cara sering lupa
melakukan senam otak
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

Dx III Melakukan konseling kepada S : Klien mengatakan sampai 25 Mei 2017 jam 13.00 wib
klien dan keluarga mengenai sejauh ini sudah memahi apa
Defisiensi Pengetahuan pada penyakit demensia itu demensia, tanda gejala dan
keluarga Tn. A khususnya 5. Menyebutkan pengertian penyebab nya
Ny. N berhubungan dengan demensia
ketidaktahuan keluarga akan 6. Menyebutkan tanda gejala O : Klien bisa menyebutkan
penyakit demensia kembali pengertian demensia,

Poltekkes Kemenkes Padang


demensia tanda gejala, faktor pencetus
7. Menyebutkan penyebab dan penatalaksanaanya
demensia
8. Memberi kesempatan A: Masalah teratasi sebagian
keluarga untuk bertanya
P: Intervensi dilanjutkan

Dx III Mendemonstrasikan senam S : Klien mengatakan belum 23 Mei 2017 jam 15.00 wib
otak bersama klien dan hafal sampai 5 gerakan
Defisiensi Pengetahuan pada keluarga. tersebut
keluarga Tn. A khususnya 5. Menyebutkan Tujuan
Ny. N berhubungan dengan senam O : Klien tampak mengulang
ketidaktahuan keluarga akan 6. Menyebutkan langkah- ngulang gerakan
penyakit demensia langkah prosedur
A : Masalah teratasi sebagian
senam
7. Bersama-sama dengan P: Intervensi dilanjutkan
keluarga melakukan
senam
8. Memberi kesempatan
keluarga untuk bertanya
Dx III 3. Diskusi atau meriview S : Klien mengatakan sudah 24 Mei 2017 jam 12.00
kembali semua tau tentang penyakit demensia
Defisiensi Pengetahuan pada kegiatan yang telah serta penanggulanganya
keluarga Tn. A khususnya dilakukan walau ada yang lupa-lupa
Ny. N berhubungan dengan 4. Mengobservasi sedikit.
ketidaktahuan keluarga akan keadaan pasien apakah
penyakit demensia masih ada O : Hasil pengakajian Ny. N
menunjukkan tanda mengalami gangguan kognitif
gejala demensia sedang Vital sign dalam
rentang normal

Poltekkes Kemenkes Padang


A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan

TUK 4 : Memodifikasi S: Klien mengatakan bahwa 24 Mei 2017 jam 13.00 wib
Lingkungan rumah klien terkadang terasa
5. Mendiskusikan licin lantainya
bersama keluarga
dalam menciptakan O: ligkungan rumah klien
lingkungan yang aman tampak aman dari risiko jatuh
dan nyaman untuk
A: Masalah belum teratasi
meminimalisir
terjadinya pencetus s P: Intervensi dilanjutkan
demensia
6. Bersama-sama
membersihkan jendela,
ruang tamu, serta
kamar klien dari debu
dan membuka ventilasi
agar cahaya masuk dari
luar untuk pertukaran
udara
7. Menganjurkan keluarga
agar tetap menjaga
kebersihan rumah.
8. Beri reinforcement
positif
TUK 5 : Pemanfaatan S : Ny. N mengatakan sudah 24 Mei 2017 Jam 15.00 wib
Pelayanan Kesehatan paham guna kontrol ke
5. Menanyakan kepada

Poltekkes Kemenkes Padang


Ny. N pernahkan ke puskesmas
puskesmas untuk
mnengani masalah O : Klien tampak antusias
demensianya dalam diskusi ini dan bisa
6. Menjelaskan menyebutkan kembali
pentingnya kontrol mengapa pentingnya kontrol
teratur ke pelayanan rutin ke puskesmas dan akibat
kesehatan jika tidak.
7. Mahasiswa
A: Masalah teratasi sebagian
memberikan
kesempatan pada P: Intervensi dilanjutkan
keluarga untuk
bertanya mengenai
penjelasan yg telah
diberikan mahasiswa
8. Mahasiswa
memberikan
reinforcement

Poltekkes Kemenkes Padang

Anda mungkin juga menyukai