SITI NURHIKMAH
NIM 143110190
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
`
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
Oleh :
SITI NURHIKMAH
NIM: 143110190
Puji syukur atas kehadiran ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmad dan
karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan
judul “Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Demensia Di Wilayah
Kerja Puskesmas Andalas Kecamatan Padang Timur Kota Padang Tahun
2017”. Peneliti menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan bapak N.
Rachmadanur, S.Kp.MKM selaku pembimbing I dan bapak Idrus
Salim,SKM.M.Kes, M.Biomedselaku pembimbing II yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan peneliti dalam penyusunan
proposal ini. Tidak lupa juga peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak H. Sunardi, SKM, M.Kes selaku Drektur Poltekkes Kemenkes RI
padang.
2. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM, M.Biomed selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI padang.
3. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep, M.Kep selaku Ketua Program Studi Prodi
D III Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI Padang.
4. Bapak Ibu Dosen dan Staf yang telah membntu dan memberikan ilmu
dalam pendidikan untuk bekal bagi peneliti selama perkuliahan di Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI Padang.
Peneliti
ABSTRAK
Jumlah penyandang demensia di Indonesia hamper satu juta orang pada tahun
2011 (Gitahafas, 2011). Data dari laporan tahunan Dinas Kesehatan Kota Padang,
demensia tidak termasuk 10 penyakit terbanyak. Dengan jumlah lansia yang
berada di Air Camar sebanyak 43 orang lansia dengan usia > 70 tahun dan di RT
02/ RW 05 didapatkan 11 orang lansia dengan demensia. Tujuan penelitian ini
adalah mendeskripsikan asuhan keperawatan keluarga pada lansia dengan
demensia di wilayah kerja Puskesmas Andalas Kota Padang tahun 2017.
Desain penelitian adalah deskriptif tipe studi kasus, dengan populasi 11 orang
lansia dengan demensia, sampel ditetapkan 2 orang dengan menggunakan random
sampling. Instrumen pengumpulan data adalah format pengkajian keperawatan
keluarga. Cara pengumpulan data dengan wawancara, observasi pengukuran,
dokumentasi. Analisis yang digunakan adalah membandingkan asuhan
keperawatan yang telah dilakukan pada Ny. Nu dan keluarga Ny. Ne dengan teori
penelitian terdahulu.
Hasil pengkajian didapatkan Ny. Nu dan Ny. Ne sama-sama belum paham tentang
demensia, dari hasil diagnose didapatkan dua diagnosa yang sama yaitu gangguan
proses piker dan defisiensi pengetahuan dan didapatkan satu diagnosa yang
berbeda yaitu intoleransi aktivitas pada Ny. Nu dan ansietas pada Ny. Ne, dengan
rencana keperawatan sesuai dengan 5 TUK.
Disarankan kepada pimpinan puskesmas dan tenaga kesehatan yang memegang
program puskesmas diharapkan hasil studi kasus ini dapat digunakan sebagai
tambahan informasi dalam mengembangkan program puskesmas di keluarga
dengan demensia dan mengoptimalkan asuhan keperawatan keluarga dan
melakukan kunjungan rumah.
Kata Kunci :Demensia, lansia, keluarga, asuhan keperawatan
Daftar Pustaka :26 (2007-2016).
HALAMAN JUDUL……………………………………………………. i
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………….. ii
KATA PENGANTAR............................................................................. iii
PERNYATAAN ORISINALITAS……………………………………… v
PERNYATAAN PERSTUJUAN............................................................ vi
ABSTRAK……………………………………………………………… vii
DAFTAR ISI........................................................................................... viii
DAFTAR BAGAN.................................................................................. x
DAFTAR TABEL................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan......................................................................... 6
D. Manfaat Penulisan....................................................................... 7
B. Konsep Keluarga......................................................................... 13
1. Pengertian.............................................................................. 13
2. Bentuk Keluarga.................................................................... 13
3. Tahap Perkembangan Keluarga............................................. 15
4. Struktur dan Fungsi Keluarga................................................ 17
5. Peran Perawat Keluarga........................................................ 19
C. Konsep Kasus Demensia ............................................................ 21
1. Pengertian.............................................................................. 21
2. Klasifikasi …………………………………………………... 22
3. Etiologi.................................................................................. 29
4. Patofisiologi........................................................................... 30
5. WOC...................................................................................... 32
6. Manifestasi Klinis.................................................................. 33
7. Pemeriksaan ………………………………………………… 33
8. Penatalaksanaan..................................................................... 37
D. Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis…..................................... 42
1. Pengkajian.............................................................................. 42
2. Diagnosa Keperawatan.......................................................... 43
3. Intervensi Keperawatan........................................................... 47
4. Implementasi Keperawatan................................................... 60
5. Evaluasi Keperawatan........................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut Constantinides dalam Aspiani (2014), menua (menjadi tua) adalah suatu
proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut
adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Nugroho, 2009).
Data WHO menunjukan pada tahun 2000 usia harapan hidup orang didunia
adalah 66 tahun, pada tahun 2012 naik menjadi 70 tahun dan pada tahun 2013
menjadi 71 tahun. Jumlah proporsi lansia di Indonesia juga bertambah setiap
tahunnya. Data WHO pada tahun 2009 menunjukanlansia berjumlah 7,49% dari
total populasi, tahun 2011 menjadi 7,69% dan pada tahun 2013 didapatkan
proporsi lansia sebesar 8,1% dari total populasi (WHO, 2015). Data World
Population Prospect the 2015 Revision , pada tahun 2015 ada 901 juta orang
berusia 60 tahun atau lebih yang terdiri atas 1 persen dari jumlah populasi global.
Asia menempati urutan pertama dengan populasi lansia terbesar, dimana pada
tahun 2015 berjumlah 508 juta populasi lansia, menyumbang 56% dari total
populasi lansia didunia. Sejak tahun 2000 presentasi penduduk Indonesia
melebihi 7% (Kemenkes RI, 2014). Mengutip data dari Badan Pusat Statistik
(2014), populasi lansia mencapai 20,24 juta jiwa, setara dengan 8,03% dari
seluruh penduduk Indonesia semakin tinggi dari tahun ke tahun.
Sesuai dengan data dari BPS Provinsi Sumatera Barat, jumlah penduduk Provinsi
Sumatera Barat pada tahun 2012 tercatat sebesar 4.904.460 jiwa dan 5,6%
diantaranya adalah penduduk berusia tua (>65 tahun). Jumlah tersebut
Angka kejadian demensia di Asia Pasifik sekitar 4,3 juta pada tahun 2005 yang
akan meningkat menjadi 19,7 juta per tahun pada 2050. Jumlah penyandang
demensia di Indonesia hampir satu juta orang pada tahun 2011 (Gitahafas,
2011).Krisis paruh baya dapat meningkatkan risiko seorang perempuan mengidap
penyakit alzheimer.Dalam sebuah studi, para peneliti Swedia memantau
kemajuan 1.415 perempuan antara 1968 dan 2000. Survei pada 1968, 1974, dan
1980 digelar guna mengetahui tingkat stres psikologis yg dialami perempuan
berusia antara 38 dan 60 saat studi dimulai. Dari penelitian tersebut didapatkan
hasil perempuan yg dilaporkan mengalami gejala stres dan kecemasan berulang
pada usia paruh baya berpotensi dua kali lipat lebih berisiko mengidap demensia
(Johansson et al. 2013).
Enam puluh persen demensia adalah irreversibel (tidak dapat pulih ke kondisi
semula), 25% dapat dikontrol, dan 15% reversibel (dapat pulih kembali).Penyakit
penyebab demensia yang dapat diobati harus dapat diidentifikasi dan dikelola
sebaik-baiknya.Prevalensi demensia pada populasi lanjut usia (> 65 tahun)
berkisar 3-30%.Demensia tipe Alzheimer dilaporkan bertumbuh 2 kali lipat
setiap pertambahan usia 5tahun, yaitu bila prevalensi demensia pada usia 65
tahun 3% maka menjadi 6% padausia 70 tahun, 12% pada 75 tahun dan 24%
pada usia 80 tahun. Di Indonesia pada tahun 2006 diperkirakan ada 1 juta orang
dengan demensia untuk jumlah lanjut usia 20 juta orang. Demensia vaskular
merupakan sindrom yang berhubungan dengan mekanisme vaskular yang
berbeda.Baru-baru ini, lesi vaskular diduga telah memainkan peran dalam
penyakit Alzheimer.
Data dari laporan tahunan Dinas Kesehatan Kota Padang, demensia tidak
termasuk 10 penyakit terbanyak tetapi demensia termasuk salah satu penyakit
degeneratif yang dapat mengakibatkan keparahan.Puskesmas adalah unit
pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (DepKes,
2004 dalam Sudiharto, 2012). Di dapatkan dari data tersebut bahwa jumlah lansia
Tujuan Khusus
Hasil penulisan yang diperoleh dapat digunakan sebagai sumber informasi dan
bahan perbandingan untuk penulisan asuhan keperawatan pada pasien dengan
masalah demensia.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Lansia
1. Pengertian Lansia
Lansia menurut WHO (2016), adalah pria dan wanita yang telah mencapai usia
60-74 tahun. Menurut Keliat (1999 dalam Maryam dkk, 2010) usia lanjut
merupakan tahapan akhir dari perkembangan pada daur kehidupan manusia.
Sedangkan menurut Fatimah (2010), lansia merupakan proses penuaan dengan
bertambahnya usia individu yang ditandai dengan penurunan fungsi organ
tubuh seperti otak, jantung, hati dan ginjal serta peningkatan kehilangan
jaringan aktif tubuh berupa otot-otot tubuh.
Stanley (2007), menyatakan bahwa teori - teori tejadinya penuaan pada lansia
dikelompokkan kedalam dua kelompok besar, yaitu teori biologis dan
psikososiologis
a. Teori Biologis
Terjadinya perubahan fungsi dan struktur, pengembangan, panjang usia dan
kematian. Termasuk perubahan molekuler dan seluler dalamsistem organ
b. Teori Psikososiologis
1) Kepribadian
Aspek-aspek pertumbuhan psikologis tanpa menggambarkan harapan
atau luas spesifik lansia.
2) Tugas Perkembangan
Aktivitas dan tantangan yang harus dipenuhi seseorang pada tahap-
tahap spesifik dalam hidupnya. Mampu melihat kehidupan seseorang
sebagai kehidupan yang dijalani sebagai integritas.
3) Disengagement
Teori ini menggambarkan tentang proses penarikan diri oleh lansia dari
peran bermasyarakat dantanggung jawabnya.
4) Aktivitas
Teori ini berbicara tentang pentingnya tetap aktif secara sosial sebagai
alat untuk penyesuaian diri yang sehat pada lansia.
5) Kontinuitas
Teori ini bericara tentang penekanan koping kepribadian pada individu
lansia.
Menurut Sudoyo (2007), suatu teori mengenai penuaan dapat dikatakan valid
apabila ia dapat memenuhi tiga kriteria umum berikut : teori yang dikemukakan
tersebut harus terjadi secara umum, proses yang dimaksud pada teori itu harus
terjadi secara progresif seiring dengan berjalannya waktu dan proses yang
terjadi harus menghasilkan perubahan yang menyebabkan disfungsi organ dan
menyebabkan kegagalan suatu organ atau sistem tubuh tertentu.
3. Proses menua
Menurut Constantinides dalam Aspiani (2014), menua (menjadi tua) adalah
suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri/ mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
diderita. Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan daya tahan tubuh
dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Proses menua
sudah berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa (Aspiani, 2014).
Proses penuaan dipengaruhi oleh dua faktor. Pertama, faktor genetik, yang
melibatkan perbaikan DNA, respons terhadap stres, dan pertahanan terhadap
antioksidan. Kedua, faktor lingkungan, yang meliputi pemasukan kalori,
berbagai macam penyakit, dan stres dari luar, misalnya radiasi atau bahan-
bahan kimia. Faktor tersebut akan mempengaruhi aktivitas metabolisme sel
yang akan menyebabkan terjadinya stres oksidasi sehigga terjadi kerusakan
pada sel yang menyebabkan terjadinya proses penuaan (Sunaryo dkk, 2016).
5) Muskuloskletal
Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh (osteoporosis), bungkuk
(kifosis), persendian membesar dan menjadi kaku (atrofi otot), kram,
tremor, tendon mengerut, dan mengalami sklerosis. Perubahan pada
tulang, otot dan sendi mengakibatkan terjadinya perubahan penampilan,
kelemahan, dan lambatnya pergerakan yang menyertai penuaan.
6) Genitourinaria
Ginjal mengecil, aliran darah keginjal menurun, penyaringan di
glomerulus menurun, fungsi tubulus menurun sehingga kemampuan
mengonsentrasikan urine ikut menurun. Otot-otot melemah
vesikaurinaria melemah, kapasitasnya menurun, dan retensi urin.
Prostat: hipertrofi pada 75% lansia.
7) Pendengaran
Membran timpani atrofi sehingga terjadi gangguan pendengaran.
Tulang-tulang pendengaran mengalami kekakuan. Perubahan pada
fungsi pendengaran yaitu kehilangan kemampuan pendengaran secara
bertahap.
8) Penglihatan
Respon terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap menurun,
akomodasi menurun, lapang pandang menurun dan katarak. Perubahan
penglihatan dan fungsi mata yang dianggap normal dalam proses
penuaan termasuk kesukaran melihat huruf-huruf kecil, penglihatan
kabur, penyempitan lapang pandang dan sensitivitas terhadap cahay
menurun.
9) Kulit
Kulit keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Rambut dalam
hidung dan telinga menebal. Elastisitas menurun, vaskularisasi
menurun, rambut memutih (uban), kelenjar keringat menurun, kuku
keras dan rapuh, serta kuku kaki tumbuh berlebihan seperti tanduk.
10) Endokrin
2. Bentuk Keluarga
c) Fungsi Reproduksi
Salah satu fungsi dasar keluarga menurut Leslie dan Korman (1989 dalam
Friedman 2010), adalah untuk menjamin kontinuitas antar generasi
keluarga dan masyarakat yaitu menyediakan anggota baru untuk
masyarakat. Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan
keturunan dan menambah sumber daya manusia. Dengan adanya program
keluarga berencana, maka fungsi ini sedikit terkontrol. Di sisi lain banyak
kelahiran yang tidak diharapkan atau di luar ikatan perkawinan, sehingga
lahirlah keluarga baru dengan satu orang tua (Friedman, 2010).
d) Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya yang
cukup meliputi, finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai
melalui proses pengambilan keputusan. Untuk memenuhi kebutuhan
keluarga seperti: makanan, pakaian, dan perumahan, maka keluarga
memerlukan sumber keuangan. Fungsi ini sulit dipenuhi oleh keluarga
yang berada di bawah garis kemiakinan, perawat bertanggung-jawab untuk
mencari sumber-sumber di masyarakat yang dapat digunakan oleh keluarga
dalam meningkatkan status kesehatan (Friedman, 2010).
sistem dasar, dimana perilaku sehat dan perawatan kesehatan diatur, dan
diamankan (Friedman, 2010).
a. Sebagai pendidik
Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan kepada
keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang memiliki masalah kesehatan.
b. Sebagai pembela (advokat)
Perawat berperan sebagai advokat keluarga utuk melindungi hak-hak
keluarga sebagai klien. Perawat diharapkan mampu mengetahui harapan
serta memodifikasi sistem pada perawatan yang diberikan untuk
memenuhi hak dan kewajiban mereka sebagai klien mempermudah tugas
perawat untuk memandirikan keluarga.
c. Sebagai supervisor pelayanan keperawatan
Perawat melakukan supervisi atau pembinaan terhadap keluarga melalui
kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap keluarga berisiko tinggi
maupun yang tidak. Kunjungan rumah tersebut dapat direncanakan
terlebih dahulu atau secara mendadak
d. Sebagai koordinator pelaksana pelayanan keperawatan
C. Konsep Demensia
1. DEFINISI
Demensia adalah penurunan menyeluruh dari fungsi mental luhur yang
bersifat progresif dan ireversibel dengan kesadaran yang baik. (Katona, 2012).
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual tanpa gangguan fungsi vegetatif
atau keadaan yang terjadi. Memori, pengetahuan umum, pikiran abstrak,
penilaian, dan interpretasi atas komunikasi tertulis dan lisan dapat terganggu.
2.1 KLASIFIKASI
Klasifikasi demensia antara lain :
1) Demensia karena kerusakan struktur otak
Demensia ini ditandai dengan gejala :
a) Penurunan fungsi kognitif dengan onset bertahap dan progresif,
e) Kehilangan inisiatif.
2) Demensia Vascular
Demensia tipe vascular disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah di otak
dan setiap penyebab atau faktor resiko stroke dapat berakibat terjadinya
demensia. Depresi bisa disebabkan karena lesi tertentu di otak akibat
gangguan sirkulasi darah otak, sehingga depresi dapat diduga sebagai
demensia vascular.
3) Demensia menurut umur:
a. Demensia senilis ( usia > 65 tahun)
Demensia senilis adalah penurunan umum fungsi intelektual yang bisa
meliputi kehilangan ingatan, kemampuan penalaran abstrak, pertimbangan
dan bahasa yang biasanya bersifat progresif dan irreversibel dan bukan
merupakan bagian normal dari penuaan (Smeltzer dan Bare dalam Dede
Nasrullah, 2014) . Demensia senilis merupakan sindroma yang ditandai
oleh berbagai gangguan fungsi kognitif tanpa gangguan kesadaran dan
sebenarnya adalah penyakit penuaan (Kaplan dan Sadock, 1997).
sedikit kelainan pada otak, jadi tidak selalu ada kolerasi antara besarnya
kelainan histologi dan beratnya gangguan intelegansi.
1. Gejalanya
Biasanya sesudah umur 60 tahun baru muncul gejala-gejala yang jelas
untuk membuat diagnosa demensia senilis. Penyakit jamaah atau
gangguan emosi yang hebat dapat mempercepat mundurnya mental.
(1) Gangguan ingatan jangka pendek, lupa tentang hal-hal yang terjadi,
merupakan gejala dini, juga kekurangan ide-ide dan pemikiran abstrak.
Yang menjadi egosentrik dan egoistic, mudah tersinggung dan marah-
marah. Kadang-kadang , timbul aktivitas visual yang berlebihan atau
yang tidak pantas, sesuatu tanda berkurang atau usaha untuk
kompensasi psikologis.
(2) Penderita menjadi acuh tak acuh terhadap pakaian dan rupanya. Ia
menyimpan barang-barang yang tidak berguna mungkin ia tidak
paham bahwa ia akan dirampok, akan dirasuki atau ia miskin atau
tidak disukai orang.
(3) Orientasi terganggu dan ia mungkin pergi dari rumah dan tidak
mengetahui jalan pulang. Penilaiannya berkurang sehingga dapat
menyukarkan dan membahayakan lalu lintas dijalan.
(4) Ia mungkin jadi korban penjahat karena ia mudak di ajak dalam hal
penipuan.
(5) Banyak menjadi gelisah di waktu malam, mereka berjalan-jalan
bertujuan dan menjadi destruktif. Mungkin timbul delirium di malam
hari, ini karena penglihatan yang terbatas di waktu gelap dan penderita
denga demensia senilis ditaruh dalam kamar yang gelap, maka timbul
disorientasi.
(6) Ingatan jangka pendek makin lama makin keras terganggu semakin
lama semakin banyak ia lupa, sehingga penderita hidup di alam pikiran
sewaktu ia masih muda atau masih kecil.
Dalam waktu 1 tahun sudah terjadi demensia yang jelas ada yang efor,
menjadi mudah curiga. Sering terdapat gejala fokal seperti afasia,
aleksia, tetapi gejala ini diselubungi oleh demensia umum. Yang paling
penting yang terjadi pada penyaki ini adalah terjadinya secara pelan-
pelan (tidak mendadak sepeti pada gangguan pembuluh darah otak) .
Tidak jarang adaya acholalia dan reaksi stereotip.
Halusinasi Haptic
Meremas-remas
tangan
2.2 ETIOLOGI
Penyebab demensia menurut Nugroho (2008) dapat digolongkan menjadi 3
golongan besar :
1. Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak dikenal
kelainan yaitu : terdapat pada tingkat subseluler atau secara biokimiawi
pada sistem enzim, atau pada metabolisme
2. Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat
diobati, penyebab utama dalam golongan ini diantaranya :
Gangguan sistemik
1. Gangguan endokrin dan metabolik
Penyakit tiroid
Penyakit paratiroid
Gangguan pituitaria – adrenal
Keadaan pasca – hipoglikemia
Gangguan terkait dengan virus imunodefisiensi human ( HIV ) {seperti SIDA
dan Kelompok penyakit terkait dengan SIDA [AIDS – related kompleks
( ARCI ) ] }
2.3 PATOLOGI
Para ahli memisahkan demensia yang terjadi sebelum usia 65 tahun ( demensia
prasenilis) dan yang terjadi setelah usia 65 tahun ke atas (demensia senilis).
Perbedaan dari asumsi penyebab berbeda, degenerasi neuronal yang jarang pada
orang muda dan penyakit vaskuler atau keadaan usia lanjut usia pada orang tua.
Meskipun ekspresi penyakit dapat berbeda pada usia yang berbeda, kelainan
utama pada pasien demensia dari semua usia adalah sama dan perbedaan
berdasarkan kenyataan.
Demensia yang terjadi akibat penyakit kortikal (misalnya penyakit Alzheimer atau
dari penyakit struktur subkortikal) seperti basal ganglia, thalamus dan dan
substansi alaba bagian dalam (misalnya penyakit Hungtington atau multiple
sklerosis). Demensia kortikal ditandai dengan hilangnya fungsi kognitif seperti
bahasa, persepsi, dan kalkulasi, sebaliknya demensia subkotikal menunjukan
perlambatan kognitif dan proses informasi (“bradiphrenia”), pendataran afek dan
gangguan motivasi, suasana hati dan bangun. Ingatan terganggu pada kedua jenis.
Gambaran demensia subkortikal juga terjadi pada subkortikal yang mengenai
lobus frontalis dan mungkin menunjukan proyeksi yang rusak dan dari dan ke
lobus frontalis.
DEMENSIA
Perubahan kemampuan tidak mampu mengidentifikasi kehilangan kemampuan rasa bermusuhan kehilangan afasia, difasia
merawat diri bahasa dan lingkungan menyelesaikan masalah kontrol sosial, perilaku tidak tepat
deficit perawatan diri disorientasi, bingung perubahan kemampuan mengawasi rasa bermusuhan, hambatan
komunikasi
gangguan proses pikir pelupa, apatis, loss deep memory hambatan interaksi sosial
Orientasi
Registrasi
Meminta
Bahasa
Keterangan :
a. Ringan : 21 - 30
b. Sedang : 11 - 20
c. Berat : < 10
2.8 PENATALAKSANAAN
1. Farmakoterapi
3. Terapi Simptomati
Pada penderita penyakit demensia dapat diberikan terapi simtomatik,
meliputi :
a. Diet
b. Latihan fisik yang sesuai
c. Terapi rekreasional dan aktifitas
d. Penanganan terhadap masalah-masalah
2.9 PENCEGAHAN
1. Pencegahan Primer
Identifikasi karakteristik individu atau faktor risiko lingkungan untuk
penyakit Alzheimer dapat membantu mengarahkan intervensi preventif
untuk penyakit ini. Hasil epidemiologi yang paling konsisten berkaitan
dengan penyakit Alzheimer adalah meningkatnya prevalensi dan insidensi
terkait dengan usia. Individu yang berusia antara 75 sampai 85 tahun
cenderung mengalami demensia tipe Alzheimer daripada serangan
jantung. Angka insidensi cenderung lebih tinggi pada wanita dari pada pria
di semua kelompok usia, meskipun tidak ada penjelasan biologis yang
bertanggung jawab untuk perbedaan jenis kelamin tersebut. Faktor-faktor
risiko lainnya yang memiliki hubungan dengan penyakit Alzheimer adalah
agregasi faimilial dari sindrom down, agregasi familial dari penyakit
Parkinson, usia ibu yang sudah lanjut, trauma kepala, riwayat depresi dan
riwayat hipotiroidisme. Tidak ada perbedaan geografis yang besar dalam
hal insidensi maupun prevalensi.
2. pencegahan sekunder
Diagnosis dan penapisan untuk demensia.
Lansia mulai sering merasa khawatir bahwa mereka mulai mengalam
tanda-tanda demensia dan membutuhkan perawat dan professional
kesehatan lainnya dengan cara yang halus berkaitan dengan ketakutan tadi
tersebut. Individu yang merasa khawatir tentang menderita demensia
hampir selalu tidak mengalami demensia yang sebenarnya, tetapi hanya
mengalami perubahan memori terkait usia, depresi atau salah satu
penyebab reversibel dari gangguan memori. Perubahan memori terkait
usia antara lai adalah semakin lupa, lenih slit mempelajari informasi baru,
menurunnya kemampuan mengaingat kembali, dan menurunnya kecepatan
untuk membuat kode dan mendapatkan kembali informasi-informasi yang
ada.
Pencegahan tersier
1. Pengkajian Keperawatan
a. Pengkajian
1) Identitas klien
Identitas klien yang biasa dikaji pada klien dengan demensia
adalah usia karena banyak klien lansia yang mengalami
demensia, dan biasanya pada klien dengan usia di atas 70 tahun
ke atas lebih berisiko tinggi menderita demensia.
2) Keluhan utama
Keluhan utama yang sering ditemukaan pada klien dengan
masalah psikososial pada demensia adalah klien kehilangan
ingatan.
3) Riwayat kesehatan sekarang
b. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan proses pikir berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam mengenal masalah
2) Resiko Cidera berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
dalam mengenal masalah
3) Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam mengenal masalah
4) Hambatan Komunikasi Verbal berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah
5) Hambatan Interaksi Sosial berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam mengenal masalah
1. Sifat masalah:
3 1
a. Aktual 2
b. Resiko 1
c. Potensial
2. Kemungkinan masalah dapat
diubah : 2
1 2
a. Mudah 0
b. Sebagian
c. Tidak dapat
4. Potensial untuk dicegah
3 1
a. Tinggi 2
b. Cukup 1
c. Rendah
5. Menonjolnya masalah
2 1
a. Masalah berat, harus segera
tentang merawat
anggota keluarga yang
sakit.
Berikan pujian pada
keluarga atas jawaban
yang benar.
Kaji pengetahuan
keluarga tentang
manfaat fasilitas
kesehatan
Dsikusikan bersama
keluarga bagaimana
memanfaatkan
fasilitas pelayanan
kesehatan.
Evaluasi kembali
bagaimana
memanfaatkan
fasilitas kesehatan
pada semua anggota
keluarga
Berikan pujian pada
keluarga atas jawaban
yang diberikan.
tentang keputusan
yang telah dibuat
Berikan pujian pada
keluarga atas jawaban
yang benar
2. Setelah Keluarga
dilakukan mampu Keluarga mampu dan Kaji pengetahuan
kunjungan melakukan memahami bagaimana keluarga tentang cara
1 x 45 perawatan di cara perawatan lansia merawat anggota
menit rumah. di rumah keluarga yang sakit.
keluarga Diskusikan dengan
mampu keluarga tentang
mengambil merawat anggota
keputusan keluarga yang sakit .
untuk Evaluasi kembali
merawat tentang merawat
klien. anggota keluarga yang
sakit.
Berikan pujian pada
keluarga atas jawaban
yang diberikan.
3. Setelah 1 x Keluarga dapat Lingkungan yang Kaji pengetahuan
45 menit menyebutkan 2 dapat menunjang keluarga tentang cara
keluarga dari 4 lingkungan kesehatan : merawat anggota
mampu yang mendukung 1. Lingkungan rumah keluarga yang sakit
merawat diri kesehatan yang nyaman. Demontrasikan cara
sendiri dan 2. Menyediakan
perawatan demensia.
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang dilakukan adalah deskriptif yang bertujuan untuk
mendeskripsikan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi dimasa kini. Jenis
rancangan penelitian deskriptif yang dipakai yaitu rancangan penelitian studi
kasus. Studi kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup
pengkajian satu unit penelitian secara intensif misalnya satu klien, keluarga,
kelompok, komunitas atau institusi, menskipun jumlah subjek cendrung
sedikit namun jumlah variabel yang diteliti sangat luas ( Nursalam, 2015).
2. Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah
dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2013). Sampel
penelitian ini adalah lansia dengan demensia di wilayah kerja puskesmas
Andalas dengan jumlah sampel 2 orang.
g. Klien yang memiliki alamat lengkap dan jelas serta mudah ditemui.
1. Peneliti meminta data kunjungan Lansia beserta alamat pada lansia berusia
> 70 tahun.
G. Hasil Analisis
Berdasarkan kriteria diatas yang dijadikan sampel adalah keluarga dengan
asma dengan hasil analisis adalah kualitatif. Menurut Cresswell 1992 didalam
(Raco, 2010) terdapat 5 jenis metode kualitatif, salah satunya adalah metode
studi kasus (case study). Case study merupakan bagian dari metode kualitatif
yang hendak mendalami suatu kasus tertentu secara lebih mendalam dengan
melibatkan pengumpulan beraneka sumber informasi. Sedangkan menurut
Patton dalam (Raco, 2010) proses penyusunan studi kasus berlangsung dalam
tiga tahap.
1. Tahap pertama yaitu pengumpulan data mentah tentang individu
Tahap ini dapat berupa pengkajian secara sistematis yang mengacu kepada
format pengkajian asuhan keperawatan keluarga.
2. Langkah kedua menyusun atau menata kasus yang diperoleh
Setelah semua data diperoleh, maka disusunlah analisa data sehingga dapat
ditegakkan diagnosa keperawatan. Pada tahap inilah peneliti melakukan
intervensi keperawatan hingga evaluasi dan dokumentasi keperawatan.
3. Langkah ketiga penulisan laporan akhir penelitian kasus dalam bentuk
narasi.
Pada tahap ini dilakukan analisa untuk menentukan apakah ada kesesuaian
antara teori yang ada dengan kondisi pasien. Cerita tentang kasus tersebut
dapat disajikan baik secara kronologis atau secara sistematis atau kedua-
duanya.
A. Deskripsi Kasus
Ds : Ds :
a. Ny. Nu mengatakan bahwa a. Ny. Ne mengatakan
ia sering lupa akan apa bahwa ia adalah orang
yang akan dikatakannya yang sanagt pelupa
b. Ny. Nu mengatakan bahwa sekali.
tidak ingat dengan apa b. Ny. Ne mengatakan
yang akan sering lupa akan apa
dilakukakannya. yang akan dikatakannya.
c. Ny. Nu mengatakan sulit c. Ny. Ne mengatakan lupa
baginya untuk mengingat dengan apa yang akan
hari, tanggal serta tahun. dilakukakannya.
Do : d. Ny. Ne tidak ingat akan
a. Saat dilakukan pengkajian hari apa, bulan serta
Ny. Nu tampak sulit untuk tahun apa sekarang.
mengingat tanggal, tahun, e. Ny. Ne juga mengeluh ia
hari dan bulan. sulit untuk merangkai
b. Saat dilakukan pengkajian kata-kata menjadi
dengan kuisioner PPMS sebuah kalimat yang
( Pemeriksaan Portabel baik, Ny. Ne akan lupa
untuk Status Mental) klien apa yang akan
mengalami gangguan diakatakannya. Emosi
intelek sedang dengan yang dialami oleh Ny.
nilai gangguan 5 . Ne juga terkadang
mudah sedih.
Do :
a. saat dilakukan
pengkajian Ny. Ne
tampak sulit untuk
mengingat tanggal tahun
hari dan bulan.
b. Pada saat dilakukan
pengkajian dengan
kuisioner PPMS
( Pemeriksaan Portabel
untuk Status Mental)
klien terganggu dalam
hal orientasi, kalkulasi.
Klien mengalami
gangguan kognitif
sedang dengan nilai 7.
DX 3
Ds : DX 3
1. Ds :
Ny. Nu mengatakan bahwa Ny. Ne mengatakan bahwa
sifat pelupa itu hanya hal biasa sifat pelupa merupakan
yang akan dirasakan oleh adalah hal biasa yang akan
lansia. Ny. Nu juga tidak dirasakan oleh lansia seperti
mengetahui apa itu demensia dirinya tapi Ny. Ne . Ny. Ne
pada lansia. kurang mengetahui tentang
Do : demensia.
Ny. Nu hanya mengetahui Do :
sebatas itu saja tentang Ny. Ne hanya mengetahui
gangguan kogntif pada sebatas itu saja tentang
demensia. gangguan kogntif pada
demensia.
D. Pembahasan Kasus
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses perawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
untuk mengevaluasi dan mengindentifikasi suatu kesehatan kilen. Tahap
pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan
sesuai dengan kenyataan. Kebenaran data sangat penting dalam merumuskan
suatu diagnosa keperawatan dan memberikan pelayanan keperawatan sesuai
dengan respon individu (Nursalam, 2011). Sesuai dengan teori yang
dijabarkan diatas penulis melakukan pengkajian pada Ny. Nu dan Ny. Ne serta
keluarga dengan menggunakan metode pengkajian keluarga, pengkajian
demensia, metode wawancara dan pemeriksaan fisik untuk menambah data
yang diperlukan.
Hal ini sesuai dengan teori mengenai penyebab dari demensia Penyebab
demensia menurut Nugroho (2008) dapat digolongkan menjadi 3 golongan
besar yaiu Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak
dikenal kelainan yaitu : terdapat pada tingkat subseluler atau secara
biokimiawi pada sistem enzim, atau pada metabolisme, Sindroma demensia
dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat diobati, penyebab utama
dalam golongan ini diantaranya : Penyakit degenerasi spino-serebral, Subakut
leuko-ensefalitis sklerotik van Bogaer, Khorea Huntington serta Sindoma
demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati, dalam golongan ini
diantaranya : Penyakit cerebro kardiofaskuler, penyakit- penyakit metabolik,
Gangguan nutrisi.
Pada pengkajian peran dan fungsi keluarga didapatkan hasil dari kondisi
partisipan I dan Partisipan II bahwa fungsi peran keluarga sangat berpengaruh.
Berdasarkan penelitian oleh Rita Hadi Widyastuti, dkk dalam penelitiannya
yang berjudul Pengalaman Keluarga Merawat Lansia dengan Demensia pada
tahun 2011 mengatakan bahwa Respon keluarga dalam merawat lansia dengan
demensia tergambar pada lansia dan respon negatif sebagai caregiver lansia.
Beberapa caregiver dalam penelitian ini juga terindentifikasi melakukan
koping maladaptive berupa perlakuan salah pada lansia dan peningkatan
emosi pada caregiver. Kondisi ini akan mempcrberat beban psikologi
kcluaiga yang merawat, sehingga perlu didukung oleh anggota keluarga lain
dan masyarakat.caregiver yang melakukan koping maladaptive terlihat
mengalami beban yang besar terutama beban fisik dan beban psikologis.
Caregiver dalam memaknai pengalaman keluarga merawat lansia dengan
demensia. Pengalaman merawat lansia dengan demensia berbeda antara
daerah satu dengan lain yang dipengaruhi oleh budaya daerah setempat.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan keluarga mengacu pada rumusan P-E-S (problem,
etiologi, dan simptom) dimana untuk problem (P) menggunakan rumusan
masalah dari NANDA, sedangkan untuk etiologi dapat menggunakan
pendekatan lima tugas keluarga atau dengan menggam,barkan pohon masalah.
Tipologi dari diagnosa keperawatan keluarga terdiri dari diagnosa
keperawatan keluarga actual (terjadi defisit/gangguan kesehatan), resiko
(ancamn kesehatan) dan keadaan sejahtera (Padila, 2012).
Diagnosa yang muncul dan ditemukan pada tinjauan teori dengan kasus
mengenai masalah demensia terdapat sedikit perbedaan. Dalam teori terdapat
5 diagnosa keperawatan, tetapi di kasus terdapat 3 diagnosa keperawatan.
Sedangkan diagnosa yang dijumpai pada kasus ada sedikit berbeda dengan
yang dikemukan oleh teori dimana kemungkinan diagnosa yang muncul
mengacu pada NANDA yang terdapat 5 diagnosa, dan yang ditemukan
hanya 3 diagnosa. Sedangkan untuk diagnosa pada Ny. Nu (Partisipan I)
dan Ny. Ne (Partisipan II) terdapat perbedaan pada diagnosa kedua.
Diagnosa yang dijumpai dalam kasus keluarga Ny. Nu (Partisipan I)
yaitu:
a. Gangguan proses pikir pada Ny. Nu berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit
b. Intoleransi Aktivitas pada Ny. Nu berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
sakit.
c. Defisiensi pengetahuan pada Ny. Nu berhubungan dengan
ketidaktahuan keluarga dalam penyakit.
Diagnosa yang dijumpai pada kasus keluarga Ny. Ne (Partisipan II) yaitu:
a. Gangguan proses pikir pada Ny. Ne berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
sakit
b. Ansietas pada Ny. Ne berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam manajemen stress
Diagnosa pertama ini terdapat kesamaan antara teori dengan kasus dimana
dalam teori menyebutkan keluhan utama yang sering dialami oleh penderita
demensia adalah sifat pelupanya, yang awalnya hanya berupa Menurunnya
daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, lupa menjadi bagian
keseharian yang tidak bisa lepas yang awalnya mulai dari gangguan daya ingat
jangka pendek ( Nugroho, 2009). Sementara pada kasus ditemukan kedua
partisipan mengeluhkan lupa akan sesuatu dimulai dari hal-hal yang kecil
kemudian menjadi terus dan brkelanjutan. Pada penderita demensia, lupa
Perbedaan diagnosa kedua pada kedua partisipan didasari pada apa yang
ditemukan pada saat pengkajian. Dimana masalah intoleransi aktivitas tidak
ditemukan pada partisipan II karena faktor pengetahuan dan tingkat pendidikan
keluarga. Sedangkan diagnosa ansietas pada Ny. Ne (Partisipan II) tidak
berhubungan dengan teori penyakit demensia melainkan didasari pada faktor
penyakit pemberat pada Ny. Ne (Partisipan II) yaitu hipertensi.
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan keluarga adalah suatu proses aktualisasi rencana
intervensi yang memanfaatkan berbagai sumber di dalam keluarga dan
memandirikan keluarga dalam bidang kesehatan. Keluarga di didik untuk
dapat menilai potensi yang di miliki mereka dan mengembangkannya melalui
implementasi yang bersifat memampukan keluarga untuk mengenal masalah
kesehatannya, mengambil keputusan berkaitan dengan persoalan kesehatan
yang dihadapi, merawat dan membina anggota keluarga sesuai kondisi
kesehatannya, memodifikasi lingkungan yang sehat bagi setiap anggota
keluarga, serta memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan terdekat (Sudiharto,
2007).
1. Hasil pengkajian didapatkan Ny. Nu mengatakan mengatakan sering lupa akan hal
yang akan dilakukannya, Ny. Nu tidak ingat akan tanggal, bulan, tahun dan hari
apa pada saat itu. Ny. Nu hanya beranggapan bahwa demensia itu hanya hal biasa
yang tejadi ada lansia. Lalu Ny. Nu mengatakan saat berbicara terlalu banyak dan
beraktivitas berat nafasnya akan terasa berat dan sesak. Saat dilakukan
pemeriksaan awal di dapatkan TD : 150/100 mmhg, Hr: 77x/m, RR : 23x/i. dan
suhu : 26,5 c. Sedangkan pada Ny. Ne mengatakan bahwa ia sering lupa akan apa
yang ia lakukan, Ny. Ne juga mengatakan ia sering lupa akan waktu, hari, tanggal
serta tahun. Bahkan Ny. Ne juga lupa tentang hal apa yang ingin dibicarakannya
kepada orang lain. Ny. Ne juga mengatakan bahwa sifat pelupa yang ada pada
dirinya sangat mengganggu dirinya. Ny. Ne bahkan merasa sangat cemas dengan
keadaan tersebut, cemas pada Ny. Ne juga berlebihan. Ny. Ne juga mengatakan ia
menderita penyakit hipertensi. Saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
didapatkan data TD : 170/100 mmhg, Hr : 86 x/I, RR : 20x/I, dan suhu : 36,7 c.
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang diangkat antara Ny.Nu (Partisipan I) dan Ny.Ne
(Partisipan II) sama untuk kedua diagnosanya yaitu Gangguan proses pikir
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga
yang sakit, defisiensi pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga
akan penyakit. Tetapi terdapat perbedaan pada diagnosa ketiga yaituIntoleransi
Aktivitas pada Ny. Nu berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang sakit. Dan pada Ny. Ne (Partisipan II) Ansietas
3. Intervensi
Intervensi yang dilakukan dirumuskan berdasarkan diagnosa yang telah didapatkan
dan berdasarkan 5 tugas khusus keluarga yaitu mengenal masalah, memutuskan
tindakan, merawat anggota keluarga yang sakit, memodifikasi lingkungan dan
pemanfaatan pelayanan kesehatan.
4. Implementasi
Implementasi dilakukan selama 5 hari dari tanggal 22 Mei sampai 29 Mei 2017
dengan 2 kali kunjungan setiap hari. Implementasi dilakukan berdasarkan
intervensi keperawatan yang telah dibuat dengan menggunakan metode konseling,
diskusi, demonstrasi, dan penyuluhan. Dalam pelaksanaan ada beberapa
implementasi yang digabung seperti tugas khusus keluarga pertama dan kedua
yaitu mengenal masalah kesehatan dan mengambil keputusan tindakan kesehatan
yang tepat..
5. Evaluasi
Pada tahap akhir peneliti melakukan evaluasi kepada kedua partisipan dan
keluarga dari tanggal 22 Mei sampai 29 Mei 2017 setelah selesai melakukan
imlementasi keperawatan berdasarkan catatan perkembangan dengan metode
SOAP. Peneliti juga melakukan evaluasi keseluruhan untuk semua implementasi
yang dilakukan sebelum terminasi pada tanggal 29 Mei 2017.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis memberikan saran sebagi berikut :
1. Bagi Pimpinan Puskesmas Andalas Kota Padang
Diharapkan dapat mengembangkan program perkesmas di keluarga dengan
lebih memperhatikan lagi gangguan kognitif pada lansia untuk meningkatkan
mutu kualitas asuhan keperawatan seperti pelayanan kesehatan sesuai rencana.
Namun, dengan mengontrol secara dini gangguan kognitif pada demensia
maka akan lebih mengurangi gangguan kognitif ada demensia agar tidk
menjadi lebih parah dan berkelanjutan. Maka prioritas pengobatan penyakit
Aspiani, Reny Yuli. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: Trans
Info Media.
Nasrullah, Dede. 2014. Buku Ajar Keperawatan Gerontilk Jilid 1. Jakarta : Trans Info
Media.
Johansson et al (2012) Cognition, Daily Living, and Health Related Quality of Life
in 85 year old in Sweden. Journal of Aging, Neuropsychology and Cognition.
(19), 3.
Friedman, Marilyn M. 2010. Buku Ajar : Keperawatan Keluarga Riset, Teori &
Praktik. Jakarta : EGC
Maryam, Siti, dkk. 2010. Asuhan Keperawatan pada Lansia. Jakarta: Trans Info
Media
Sudoyo, W.aru, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta:
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya Media
Hidayat, A.A. 2013. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika.
Kemenkes RI. 2013. Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas
%202013.pdf (Diakses 08 Januari 2017 Jam: 11.38 WIB).
Badan Pusat Statistik. 2015. Statistik Penduduk Lanjut Usia tahun 2014. Jakarta
http://www.bappenas.go.id/files/data/Sumber_Daya_Manusia_dan_Kebudaya
an/StatistikPendudukLanjutUsiaIndonesia2014.pdf (Diakses 09 Januari 2017
Jam: 20.41 WIB).
I. DATA UMUM
1. Nama Keluarga (KK) : Amri
2. Alamat dan telepon : Jl. Tanjung Aur No. 02 RT 02/ RW 05, Padang
3. Komposisi Keluarga :
Genogram :
Keterangan :
= Pasien = Perempuan
= Tinggal serumah
III. LINGKUNGAN
Denah Rumah
5
2
4
1 7
6
3
Keterangan :
4. Sistem pendukung keluarga : Saat ini anggota keluarga ada yang tidak
sehat, yaitu Ny. Ne karena Ny. Ne mederita penyakit hipertesnsi dan
asam urat juga karena adanya gangguan kognitif pada demensianya.
4. Nilai dan norma budaya : Nilai dan norma yang berlaku dikeluarga
menyesuaikan dengan nilai agama yang dianut dan norma yang berlaku di
lingkungannya.Norma keluarga yang berkaitan dengan kesehatan adalah
bila ada keluarga yang sakit hanya dibelikan obat diwarung/toko terdekat.
Dalam setiap hari keluarga menjalani hidup dengan tuntunan agama islam.
V. FUNGSI KELUARGA
2. Fungsi sosialisasi : Pada fungsi sosialisasi tidak ada anggota keluarga Ny.
Ne yang ikut dalam keanggotaan organisasi masyarakat dan tidak ada
yang mempunyai kedudukan berpengaruh di masyarakat.
3. Fungsi perawatan keluarga : Keluarga mengenal masalah kesehatan yang
dialami Ny. Ne setelah dibawa ke posyandu untuk pemeriksaan rutin.
a. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
Untuk masalah kesehatan ny. Ne yang mengalami hipertensi, Ny.
Ne merasa cemas dan merasa takut dengan kondisinya tersebut
sehingga ibu selalu bertanya dan pergi ke pelayanan kesehatan.
b. Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
Keluarga hanya dapat merawat anggota keluarga yang sakit dengan
semampunya sesuai dengan kondisi ekonomi yang ada.
c. Kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan yang
sehat
Keluarga beranggapan bahwa dengan hanya menyapu saja rumah
sudah dianggap bersih dan sehat. Kamar mandi jarang dibersihkan
sudah dianggap bersih dan terbebas dari jentik-jentik nyamuk yang
bisa menyebabkan penyakit DBD.
10 Ekstermitas atas Tidak ada kelainan pada Tidak ada kelainan pada
ektremitas atas, kekuatan ektremitas atas, kekuatan
otot 555 otot 555
Capilary Refil Time <2 Capilary Refil Time <2
detik, tidak sianosis detik, tidak sianosis
11 Ekstermitas bawah Tidak ada kelainan pada Tidak ada kelainan pada
ektremitas bawah, ektremitas bawah, kekuatan
kekuatan otot 555 otot 555
Capilary Refil Time <2 Capilary Refil Time <2
detik, tidak sianosis detik, tidak sianosis
ANALISA DATA
Do : saat dilakukan
pengkajian Ny. N tampak
sulit untuk mengingat tanggal
tahun hari dan bulan. Pada
saat dilakukan pengkajian
dengan kuisioner PPMS
( Pemeriksaan Portabel untuk
Status Mental) klien
terganggu dalam hal
orientasi, kalkulasi. Klien
mengalami gangguan kognitif
sedang.
Ds : Ny. N mengatakan
2. bahwa ia cemas akan sering Ansietas ketidaktahuan keluarga
pelupa yang sering ia alami dalam merawat anggota
karena membuatnya sulit keluarga yang sakit
dalam melakukan banyak hal.
Ny. N mengatakan bahwa
sifat pelupanya tersebut
terkadang menjadi masalah
buatnya.
Ds : Ny. N mengatakan
3. bahwa sifat pelupa itu hanya Defisiensi
hal biasa yang akan dirasakan pengetahuan ketidaktahuan keluarga
oleh lansia. akan penyakit.
Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan proses pikir keluarga Tn. A khususnya Ny. Ne berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat keluarga dengan demensia.
2) Ansietas pada keluarga Tn. A khusunya Ny. Ne berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam memanajemen stress.
3) Defisiensi Pengetahuan pada keluarga Tn. A khususnya Ny. Ne
berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga akan penyakit demensia.
PRIORITAS MASALAH
Masalah
dirasakan, dan
perlu segera
ditangani = 2
Masalah
dirasakan = 1
Masalah tidak
dirasakan = 0
Total Skore 4 1/3
Tinggi = 2
Sedang = 1
Rendah = 0
3 Potensial masalah 2/3x1=2/3 2/3 Masalah cukup
untuk dicegah dapat dicegah jika
intervensi
Mudah = 3
berkelanjutan
Cukup = 2
Tidak dapat = 1
4 Menonjolkan 2/2 x 1= 1 1 Bila tidak segera
masalah ditangani
memungkinkan
Masalah
terjadi komplikasi
dirasakan, dan
yang lebih lanjut
perlu segera
ditangani = 2
Masalah
dirasakan = 1
TUK 1 : Mengenal Masalah S : Klien dan keluarga Senin , 22 Mei 2017 jam
mengatakan sudah bisa 10.00 wib
1. Menggali pengetahuan mengetahui tentang
klien dan keluarga penyakit demensia
tentang demensia
O : Saat dievaluasi lagi klien
2. Mendiskusikan tentang dan keluarga bisa
pengertian demensia, mengulangi pengertian,
tanda gejala, penyebab, tanda gejala dan penyebab
dan komplikasi nya. tetapi kadang ada yang lupa.
3. Memberikan A : Masalah teratasi
kesempatan klien dan sebagian
keluarga untuk
bertanya P :Intervensi dilanjutkan
Sabtu, 20 Mei 2017 jam
15.00 wib
TUK 2 : Mengambil S : Klien mengatakan bahwa
Dx I : TUK 3 : Merawat anggota S : Klien mengatakan bahwa Selasa, 23 Mei 2017 jam
keluarga sifat lupanya terkadang 11.00 wib
Gangguan proses pikir pada muncul.
keluarga Tn. A khususnya Mendemonstrasikan cara batuk
Ny. N berhubungan dengan melakukan senam otak. O : didapatkan hasil hasil
ketidakmampuan keluarga pemeriksaan dari kuisionr
merawat keluarga dengan Adapun tindakanya : MMSE bahwa klien
demensia. memiliki gangguan kognitif
1. Menyebutkan
sedang.
pengertian demensia
A : Masalah teratasi
2. Menyebutkan
sebagian
pencegahan tujuan
demensia P : Intervensi dilanjutkan
3. Mendemonstrasikan
cara untuk melakukan
senam otak
Dx III Melakukan konseling kepada S : Klien mengatakan 25 Mei 2017 jam 13.00 wib
klien dan keluarga mengenai sampai sejauh ini sudah
Defisiensi Pengetahuan penyakit demensia memahi apa itu demensia,
pada keluarga Tn. A 1. Menyebutkan pengertian tanda gejala dan penyebab
khususnya Ny. N demensia nya
berhubungan dengan 2. Menyebutkan tanda gejala
ketidaktahuan keluarga demensia O : Klien bisa menyebutkan
akan penyakit demensia 3. Menyebutkan penyebab kembali pengertian
demensia demensia, tanda gejala,
4. Memberi kesempatan faktor pencetus dan
keluarga untuk bertanya penatalaksanaanya
Dx III Mendemonstrasikan senam S : Klien mengatakan belum 23 Mei 2017 jam 15.00 wib
otak bersama klien dan hafal sampai 5 gerakan
Defisiensi Pengetahuan keluarga. tersebut
pada keluarga Tn. A 1. Menyebutkan Tujuan
khususnya Ny. N senam O : Klien tampak
berhubungan dengan 2. Menyebutkan langkah- mengulang ngulang gerakan
ketidaktahuan keluarga langkah prosedur
akan penyakit demensia A : Masalah teratasi
senam
sebagian
3. Bersama-sama dengan
keluarga melakukan P: Intervensi dilanjutkan
senam
4. Memberi kesempatan
keluarga untuk bertanya
Dx III 1. Diskusi atau meriview S : Klien mengatakan sudah 23 Mei 2017 jam 12.00
kembali semua tau tentang penyakit
Defisiensi Pengetahuan kegiatan yang telah demensia serta
pada keluarga Tn. A dilakukan penanggulanganya walau
khususnya Ny. N 2. Mengobservasi ada yang lupa-lupa sedikit.
berhubungan dengan keadaan pasien apakah
ketidaktahuan keluarga masih ada O : Hasil pengakajian Ny. N
akan penyakit demensia menunjukkan tanda mengalami gangguan
gejala demensia kognitif sedang Vital sign
dalam rentang normal
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
Genogram :
Keterangan :
= Laki- Laki
15. Status sosek keluarga : Ny. Nu hanya berdiam diri di rumah tetapi Ny. Nu,
tetapi Ny. Nu tinggal bersama anak-anak beserta menantunya yang
memenuhi segala kebutuhan Ny. Nu.
X. LINGKUNGAN
Denah Rumah
5
2
4
1 7
6
3 3 3
Keterangan :
P : Sonor
P : Tympani
ANALISA DATA
Do : saat dilakukan
pengkajian Ny. N tampak
sulit untuk mengingat tanggal
tahun hari dan bulan. Pada
saat dilakukan pengkajian
dengan kuisioner PPMS
( Pemeriksaan Portabel untuk
Status Mental) klien
terganggu dalam hal
orientasi, kalkulasi. Klien
mengalami gangguan kognitif
sedang.
ketidaktahuan keluarga
Ds : Ny. N mengatakan akan penyakit.
3. bahwa sifat pelupa itu hanya Defisiensi
2.
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan proses pikir keluarga Tn. A khususnya Ny. Nu berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat keluarga dengan demensia.
2. Ansietas pada keluarga Tn. A khusunya Ny. Nu berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam memanajemen stress.
3. Defisiensi Pengetahuan pada keluarga Tn. A khususnya Ny. Nu berhubungan
dengan ketidaktahuan keluarga akan penyakit demensia.
PRIORITAS MASALAH
Masalah
dirasakan, dan
perlu segera
ditangani = 2
Masalah
dirasakan = 1
Masalah tidak
dirasakan = 0
Total Skore 3 1/3
Dx I : TUK 3 : Merawat anggota S : Klien mengatakan bahwa Selasa, 23 Mei 2017 jam
keluarga sifat lupanya terkadang 11.00 wib
Gangguan proses pikir pada muncul.
keluarga Tn. A khususnya Ny. Mendemonstrasikan cara batuk
N berhubungan dengan melakukan senam otak. O : didapatkan hasil hasil
ketidakmampuan keluarga pemeriksaan dari kuisionr
merawat keluarga dengan Adapun tindakanya : MMSE bahwa klien memiliki
demensia. gangguan kognitif sedang.
6. Menyebutkan
pengertian demensia A : Masalah teratasi sebagian
7. Menyebutkan P : Intervensi dilanjutkan
pencegahan tujuan
demensia
Dx I : 1. Menanyakan keadaan Klien S : Klien mengatakan Rabu, 24 Mei jam 12.30 wib
terkadang sifat pelupanya
Gangguan proses pikir pada 2. Menggali lagi sampai sejauh masih muncul
keluarga Tn. A khususnya mana klien memahami tentang
Ny. N berhubungan dengan senam otak O : Klien sudah bisa
ketidakmampuan keluarga mendemonstrasikan senam
merawat keluarga dengan 3. Menanyakan kembali otak namun terkdang juga
demensia. bagaimana cara cara sering lupa
melakukan senam otak
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
Dx III Melakukan konseling kepada S : Klien mengatakan sampai 25 Mei 2017 jam 13.00 wib
klien dan keluarga mengenai sejauh ini sudah memahi apa
Defisiensi Pengetahuan pada penyakit demensia itu demensia, tanda gejala dan
keluarga Tn. A khususnya 5. Menyebutkan pengertian penyebab nya
Ny. N berhubungan dengan demensia
ketidaktahuan keluarga akan 6. Menyebutkan tanda gejala O : Klien bisa menyebutkan
penyakit demensia kembali pengertian demensia,
Dx III Mendemonstrasikan senam S : Klien mengatakan belum 23 Mei 2017 jam 15.00 wib
otak bersama klien dan hafal sampai 5 gerakan
Defisiensi Pengetahuan pada keluarga. tersebut
keluarga Tn. A khususnya 5. Menyebutkan Tujuan
Ny. N berhubungan dengan senam O : Klien tampak mengulang
ketidaktahuan keluarga akan 6. Menyebutkan langkah- ngulang gerakan
penyakit demensia langkah prosedur
A : Masalah teratasi sebagian
senam
7. Bersama-sama dengan P: Intervensi dilanjutkan
keluarga melakukan
senam
8. Memberi kesempatan
keluarga untuk bertanya
Dx III 3. Diskusi atau meriview S : Klien mengatakan sudah 24 Mei 2017 jam 12.00
kembali semua tau tentang penyakit demensia
Defisiensi Pengetahuan pada kegiatan yang telah serta penanggulanganya
keluarga Tn. A khususnya dilakukan walau ada yang lupa-lupa
Ny. N berhubungan dengan 4. Mengobservasi sedikit.
ketidaktahuan keluarga akan keadaan pasien apakah
penyakit demensia masih ada O : Hasil pengakajian Ny. N
menunjukkan tanda mengalami gangguan kognitif
gejala demensia sedang Vital sign dalam
rentang normal
TUK 4 : Memodifikasi S: Klien mengatakan bahwa 24 Mei 2017 jam 13.00 wib
Lingkungan rumah klien terkadang terasa
5. Mendiskusikan licin lantainya
bersama keluarga
dalam menciptakan O: ligkungan rumah klien
lingkungan yang aman tampak aman dari risiko jatuh
dan nyaman untuk
A: Masalah belum teratasi
meminimalisir
terjadinya pencetus s P: Intervensi dilanjutkan
demensia
6. Bersama-sama
membersihkan jendela,
ruang tamu, serta
kamar klien dari debu
dan membuka ventilasi
agar cahaya masuk dari
luar untuk pertukaran
udara
7. Menganjurkan keluarga
agar tetap menjaga
kebersihan rumah.
8. Beri reinforcement
positif
TUK 5 : Pemanfaatan S : Ny. N mengatakan sudah 24 Mei 2017 Jam 15.00 wib
Pelayanan Kesehatan paham guna kontrol ke
5. Menanyakan kepada