PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dalam proses pembelajaran. Dalam
proses belajar mengajar di sekolah,setiap guru senantiasa mengharapkan agar anak
didiknya mampu mengembangkan pengetahuan dan kemampuan berpikirnya agar
lebih kreatif dalam berkarya seiring dengan perkembangan IPTEK yang semakin
pesat, tetapi seringkali terjadi hal yang sebaliknya. Perkembangan IPTEK yang
menghadirkan perangkat-perangkat modern seharusnya dapat menjadi pendorong
meningkatnya kualitas pembelajaran, terkadang tidak terlalu membawa manfaat yang
besar bagi pendidik maupun peserta didik. Hal ini tentu berkaitan langsung dengan
lingkungan sekitardan kemampuan mengikuti maupun mengelolah pendidikan
dengan perangkat modern tersebut. Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan
yang lebih bermakna dalam mencapai tujuan yang telah di rumuskan.
Pendidikan Sains menekankan pada pemberian pengalaman untuk
mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu menjelajahi dan memahami
alam sekitar secara ilmiah. Mata pelajaran fisika adalah salah satu mata pelajaran
dalam rumpun Sains, yang mengembangkan kemampuan berpikir analisis induktif
dan deduktif dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam
sekitar. Selain itu, fisika juga mendasari pengembangan teknologi. Namun terlepas
dari itu, fisika bagi sebagian besar peserta didik hanyalah mata pelajaran dengan
sekumpulan rumus yang rumit dan harus di hafal. Padahal jika dikaji lebih jauh, maka
didalamnya terkandung konsep dan teori yang berkaitan dengan kehidupan sehari-
hari. Menyadari akan pentingnya peranan fisika, maka peningkatan berbagai aspek
pengetahuan dan kemampuan dalam belajar fisika di setiap jenjang pendidikan perlu
mendapatkan perhatian. Karena itu, guru di tuntut mampu mengembangkan suatu
strategi yang sesuai dalam membelajarkan fisika agar mudah dipahami serta dapat
merangsang perkembangan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir
kritis peseta didik.
Pembelajaran merupakan suatu proses ilmiah. Untuk memberi pembelajaran
yang optimal dan menarik perhatian peserta didik, diperlukan suatu proses
pembelajaran yang dipandu dengan kaidah-kaidah ilmiah guna tercapainya tujuan
belajar itu sendiri. Salah satu pendekatan pembelajaran yang di harapkan dapat
mewujudkan hal tersebut dan dapat menjadi tantangan baru bagi guru seiring
keberadaan Kurikulum 2013 ialah pembelajaran menggunakan pendekatan scientific.
Hal ini didasarkan pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomof 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum, dimana diatur
mengenai pedoman umum pembelajaran mencakup konsep dan strategi pembelajaran
yang didalamnya mengisyaratkan penerapan pendekatan scientific. Dipaparkan
bahwa kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi
kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk masyarakat, berbangsa,
serta berkonstribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia. Pada Kurikulum 2013 di
kembangkan dua modus proses pembelajaran yaitu proses pembelajaran langsung dan
proses pembelajaran tidak langsung. Proses pembelajaran langsung adalah proses
pendidikan di mana peserta didik mengembangkan pengertahuan, kemampuan
berpikir, dan keterampilan psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber
belajar yang dirancang dengan silabus dan RPP berupa kegiatan-kegiatan
pembelajaran. Dalam pembelajaran langsung tersebut peserta didik melakukan
kegiatan belajar mengamati (observing), menanya (questioning), mengumpulkan
informasi (experimenting), mengasosiasi atau menganalisis (associating), dan
mengomunikasikan apa yang sudah ditemukannya dalam kegiatan analisis
(networking). Sedangkan pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan
pengembangan nilai dan sikap.
Berdasarkan landasan yuridis di atas, maka pendekatan scientific yang terwujud
dalam proses pembelajaran langsung sudah menjadi keharusan karena sesungguhnya
pembelajaran itu sendiri merupakan suatu proses ilmiah. Pendekatan ini dirancang
sedemikian rupa agar peserta didik lebih aktif dalam mengonstruksi pengetahuan dan
keterampilannya serta mendorong peserta didik untuk melakukan penyelidikan
terhadap suatu fenomena guna kebenaran ilmiah. Peserta didik di latih untuk berpikir
logis, runtut, dan sistematis dengan menggunakan kapasitas berpikir tingkat tinggi.
Selain itu, di maksudkan pula untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik
bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, tidak tergantung pada informasi searah
dari guru. Lebih lanjut, dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan
Pendidikan Dasar dan Menengah terdapat beberapa kompetensi yang terkait dengan
penguasaan keterampilan berpikir kritis khususnya untuk jenjang pendidikan SMA/K,
yaitu dalam domain kognitif memiliki pengetahuan procedural dan metakognitif
dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian,
domain afektif memiliki perilaku, yang mencerminkan sikap beriman, berakhlak
mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan dirinya sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia; serta domain psikomotorik memiliki kemampuan
pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ramah abstrak dan konkret terkit
dengan penembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri.
Berpikir kritis merupakan salah satu jenis kegiatan berpikir, oleh Huitt (1998)
dalam Irani (2007) dinyatakan sebagai salah satu atribut penting untuk sukses di abad
21. Sejalan dengan pendapat tersebut, pada sosialisasi Pengembangan Kurikulum
2013 oleh Kemendikbud (2012), ditampilkan suatu kerangka kompetensi abad 21
yang menunjukkan bahwa proses pembelajaran tidak cukup hanya meningkatkan
pengetahuan (melalui core subject) saja, harus dilengkapi dengan kemampuan
kreatif-kritis, berkarakter kuat ( bertanggung jawab, sosial, toleran, produktif,adaptif)
di samping itu di dukung dengan kemampuan memanfaatkan informasi dan
berkomunikasi. Klinker (2006) menyatakan bahwa berpikir kritis bukan hanya
menerapkan logika ketika memandang dari suatu perspektif, tapi juga merupakan
suatu peluang untuk evaluasi diri dan berpikir reflektif.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa peserta didik memerlukan pengalaman
dan latihan untuk membenarkan pernyataan mereka, mengenali dan menunjukkan
beberapa pendapat, dan belajar tentang dasar-dasar yang menunjang pembenaran
(Chowing, 2012). Idealnya, kegiatan berpikir sudah seharusnya dilakukan di setiap
jenjang pendidikan sehingga dengan diberlakukannya Kurikulum 2013 peserta didik
memiliki peluang besar untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritisnya.
Dengan demikian pendekatan scientific berdasarkan kurikulum 2013 ini cocok untuk
diterapkan dalam pembelajaran guna meningkatkan kemampuan berpikir kritis
peserta didik.
berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di SMA Negeri 1 Sinjai Utara
diketahui bahwa peserta didiknya memiliki karakter yang beraneka ragam, suka
bereksperimen, bekerja sama, sering membuat kesimpulan sendiri, membutuhkan
media yang dapat melibatkan diri mereka dalam situasi kontekstual yang nyata dalam
belajar sains, serta banyak menemukan persoalan, abik dalam kehidupan sehari-hari
maupun dalam mata pelajaran, khususnya fisika yang memerlukan pembuktian atau
penyelidikan. Karakter yang dimunculkan ini mengarah kepada kemampuan dasar
peserta didik yang penting untuk dikembangkan. Berdasarkan uraian yang telah
dipaparkan sebelumnya, maka judul penelitian ini adalah
“Peranan Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran Fisika terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik SMA Negeri 1 Sinjai Utara”
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Seberapa besar kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas X MIPA 4 SMA
Negeri 1 Sinjai Utara tahun ajaran 2013/2014 yang diajar dengan pendekatan
scientifik?
2. Seberapa besar kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas X MIPA 4 SMA
Negeri 1 Sinjai Utara tahun ajaran 2013/2014 yang diajar secara konvensional?
3. Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis yang di signifikan
antara kelompok yang diajar dengan pendekatan scientific dan kelompok yang
diajar secara konvensional pada peserta didik kelas X MIPA SMA Negeri 1
Sinjai Utara tahun ajaran 2013/2014?
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan
1. Kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas X MIA 4 SMA Negeri 1 Sinjai
Utara tahun ajaran 2013/2014 yang diajar dengan pendekatan scientific,
2. Kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas X MIA 5 SMA Negeri 1 Sinjai
Utara tahun ajaran 2013/2014 yang diajar secara konvensional,
3. Perbedaan kemampuan berpikir kritis antara kelompok yang diajar
menggunakan pendekatan scientific dan kelompok yang belajar secara
konvensional pada peserta didik kelas X MIA SMA Negeri 1 Sinjai Utara
tahun ajaran 2013/2014.
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil-hasil yang dicapai pada penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi positif terhadap peningkatan kualitas pembelajaran fisika secara umum.
Secara khusus, penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak terkait,
diantaranya :
1. Sebagai bahan informasi mengenai kemampuan berpikir kritis peserta didik
yang diajar dengan menerapkan pendekatan scientific
2. Bagi guru khususnya guru mata pelajaran Fisika di SMA Negeri 1 Sinjai
Utara hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan
menjadi salah satu alternatif dalam memilih pendekatan pembelajaran.
3. Bagi sekolah hasil-hasil dari penelitian ini dapat digunakan oleh pihak sekolah
sebagai salah satu dasar dalam menerapkan kebijakan penerapan pendekatan
scientific sebagai salah satu jenis pendekatan pembelajaran yang digunakan
dalam beberapa materi pelajaran pada kurikulum 2013
4. Bagi peneliti digunakan untuk menambah pengetahuan dalam membekali diri
sebagai calon guru fisika yang memperoleh pengalaman penelitian secara
ilmiah agar kelak dapat dijadikan modal sebagai guru dalam mengajar.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen kuasi (quasi experimental
design) yang dilakukan untuk memaparkan perbedaan kemampuan berpikir kritis
peserta didik yang diajar dengan menerapkan pendekatan scientific dan tanpa
menerapkan pendekatan scientific (pembelajaran konvensional). Desifn penelitian
yang digunakan ialah intact group comparison (pembelajaran berhubungan) yang
di gambarkan sebagai berikut :
X O1
----------------
- O2
O22222222
Keterangan:
O : Observasi
JUMLAH PESERTA
KELAS DIDIK
X MIA 1 37
X MIA 2 37
X MIA 3 37
X MIA 4 36
X MIA 5 36
TOTAL 183
2. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini dipilih melalui pengacakan kelas dan diambil
kelas X MIA 4 sebagai kelas eksperimen dan kelas X MIA 5 sebagai kelas
kontrol.
E. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
a. Melakukan observasi di sekolah yang akan di jadikan tempat penelitian, yaitu
SMA Negeri 1 Sinjai Utara
b. Mengembangkan instrument dan segala perangkat pembelajaran
c. Membuat persiapan mengajar dengan pembelajaran pendekatan scientisif.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Melakukan proses pembelajaran, yaitu dengan perlakuan pada kelas
eksperimen dan mengajar tanpa perlakuan di kelas kontrol (pembelajaran
konvensional).
b. Melakukan passtest diakhir pelaksanaan penelitian pada semua kelas yang
menjadi sampel penelitian.
3. Tahap Akhir
Data-data yang di peroleh selama penelitian dianalissi menggunakan statistik
deskriptif dan statistik inferensial.
G. Instrumen Penelitian
Data hasil tes kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran fisika
baik pada kelas kontrak maupun eksperimen diperoleh dengan menggunakan tes
kemampuan berpikir kritis yang berbentuk pilihan ganda titik penyusunan instrumen
tersebut dimulai dari penyusunan kisi-kisi dan penulisan butir soal. butir soal
sebanyak 36 nomor yang telah disusun selanjutnya dikonsultasikan kepada pemimpin
dan direvisi pada butir yang diperlukan sehingga dinyatakan layak untuk digunakan.
Butir soal kemudian diajukan kepada guru fisika SMA Negeri 1 Sinjai Utara untuk
ditelaah. Dari hasil telaah tersebut, dipilih sebanyak 25 nomor soal yang akan
diberikan kepada sampel penelitian. Cara penilaian hasil tes adalah jawaban benar
diberi skor satu dan jawaban yang salah diberi skor nol.
1. Statistik Deskriptif
Analisis dengan statistik deskriptif dimaksudkan untuk mendeskripsikan
karakteristik distribusi skor hasil tes kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran
fisika peserta didik kelas X MIA SMA Negeri 1 Sinjai Utara. Analisis deskriptif ini
ditampilkan dalam bentuk skor tertinggi, skor terendah, rata-rata, standar
deviasi,variansi dan taksiran rata-rata.
√
S = n . ∑ . f . x 21−¿ ¿ ¿
❑
(3,3)
(Tiro, 2008, 172)
Keterangan :
S2 : varians
S : standar deviasi
n : jumlah sampel
s N −n s N −n
x́-t p
√
√ n N−1
≤ μ ≤ x́ +t p
√n √ N −1
(3,4)
Dengan tp diperoleh dari tabelsebaran student atau selebaran t untuk dk = (n-1) dan
1
p= (1+γ )
2
Keterangan :
x́ : skor rata-rata
S : standar deviasi
N : jumlah populasi
n : jumlah sampel
μ : rentang rata-rata
Interval Presentase
Keterangan
(%)
81-100 Sangat kuat
61-80 Kuat
41-60 Cukup
21-40 Lemah
0-20 Sangat lemah
2. Statistik Inferensial
Analisis inferensial digunakan untuk menguji perbedaan hasil tes kemampuan
berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran fisika pada kedua kelas penelitian
dan untuk menguji hipotesis penelitian yang diajukan. Pengujian Hipotesis dapat
dilakukan setelah data yang diperoleh diuji dengan persyaratan analisis menggunakan
uji normalitas dan uji homogenitas.
a. Uji Normalitas
distribusi normalitas data skor hasil tes kemampuan berpikir kritis dalam
pembelajaran fisika pada peserta didik kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat
diketahui melalui uji Chi-kuadrat dengan persamaan sebagai berikut :
k
2
x = ∑ ¿¿ ¿ (3,5)
i=1
(Arifin,2012:288)
Dimana :
x2 = Nilai Chi-kuadrat
k = Banyaknya kelas interval
fo = Frekuensi Observasi
fe = Frekuensi yang diharapkan
Dengan kriteria pengujuan: Apabila x2 hitung < x2tabel dengan derajat kebebasan (dk) = k-
1 pada taraf signifikan α = 0,05, maka diasumsiakan data berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Sebaliknya apabila x2 hitung ¿x2tabel dengan derajat kebebasan (dk)
= k- 1 pada taraf signifikan α = 0,05, maka diasumsiakan data berasal dari populasi
yang tidak berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh bersifat
homogen atau tidak. Uji homogenitas dilakukan dengan uji varians terbesar
disbanding varians terkecil menggunakan Tabel F, yaitu :
varians terbesar
Fhitung = (3,6)
varians terkecil
Dengan kriteria pengujian, jika Fhitung ¿ F tabel maka varians kedua data homogeny dan
untuk hal lainnya heterogen dengan dk = (n-1)
c. Uji Hipotesis
Atau,
HO : μ1 = μ2
H1 : μ1 ≠ μ2
Dengan,
μ1 : hasil tes kemampuan berpikir kritis peserta didik yang diajar dengan
pembelajaran konvensional
μ2 : hasil tes kemampuan berpikir kritis peserta didik yang diajar dengan
pendekatan scientific
dimana,
t=
s
√n 1+1
n2
(3,7)
Keterangan :
t : nilai t hitung
x́ 1 : rata-rata skor kelas kontrol
x́ 1 : rata-rata skor kelas eksperimen
S : standar deviasi
n1 : jumlah sampel kelas control
n2 : jumlah sampel kelas eksperimen
s2 : variens gabungan
s21 : variens kelas kontrol