Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan suatu wilayah perkotaan telah membawa sejumlah

persoalan penting seperti derasnya arus mobilisasi penduduk dari desa ke

kota maupun berkembangnya berbagai kawasan seperti kawasan hunian,

industri dan perdagangan. Ironisnya kondisi ini ternyata juga membawa

konsekuensi logis tersendiri seperti adanya ancaman terhadap bahaya

kebakaran (Hia, 2007).

Sejalan dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi dalam

dunia rekayasa bangunan di kota-kota besar dimana pada banyak kenyataan

menunjukkan tidak diimbang dengan perlengkapan dan peraturan

perlindumgan terhadap bahaya kebakaran, kebakaran adalah ancaman yang

sangat patut diperhitungkan di kota manapun di dunia, kejadiaannya tidak

dapat dipastikan sehingga sulit diprediksi yang dapat dilakukan adalah

hanyalah upaya meminimalkan korban dan kerugian.(Masrun,2011)

Angka kematian pemadam kebakaran per 100.000 kebakaran di 50

negara bagian Amerika Serikat tahun 2008 berjumlah 120 orang (3,86%),

tahun 2009 berjumlah 91 orang (2,97%), dan tahun 2010 berjumlah 87 orang

(2,78%). Kematian ini diantaranya disebabkan karena kelelahan akibat

aktivitas fisik yang terlalu berat, kecelakaan kendaraan, tersesat dan terjebak

di dalam bangunan yang terbakar, terjatuh dari ketinggian, dan gangguan

1
kesehatan seperti sesak nafas, serangan jantung dan sebagainya (US Fire

Administration, 2011).

Berdasarkan penelitian sebelumnya di Dinas Kebakaran Surabaya,

pekerjaan pemadam kebakaran merupakan pekerjaan yang mengandung

risiko kerja sangat tinggi berupa kecelakaan kerja yang berakibat fatal seperti

cacat permanen bahkan kematian. Selain itu, pasukan pemadam kebakaran

sering mengalami gangguan - gangguan kesehatan yang diakibatkan kondisi

lingkungan kerja yang memiliki bahaya tinggi. Dari hasil penelitian tersebut

diketahui bahwa jabatan anggota regu memiliki tingkat risiko tertinggi

disusul jabatan komandan regu, supir pemadam, dan staf operasional.

(Andriyan 2011)

Dalam melaksanakan tugasnya, petugas pemadam kebakaran harus

menggunakan alat pelindung diri yang sesuai dengan kebutuhan di tempat

kejadian untuk menghindari risiko kecelakaan ataupun gangguan kesehatan

(Depdagri, 2005). Menurut Occupational Safety and HealthAdministration

(OSHA), alat pelindung diri merupakan alat yang digunakan untuk

melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya

kontak dengan bahaya di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis,

radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya. pekerjaan pemadam kebakaran

merupakan pekerjaan yang mengandung risiko kerja sangat tinggi berupa

kecelakaan kerja yang berakibat fatal seperti cacat permanen bahkan

kematian. Selain itu, pasukan pemadam kebakaran sering mengalami

2
gangguan - gangguan kesehatan yang diakibatkan kondisi lingkungan kerja

yang memiliki bahaya tinggi. (Anonim, 2008)

Adapun untuk Kota Kendari, institusi yang berwenang dalam

menanggulangi kebakaran adalah Kantor Pemadam Kebakaran Kota Kendari.

Data kebakaran yang berhasil dirilis kantor pemadam Kebakaran Kota

Kendari menyebutkan, kejadian kebakaran  meningkat signifikan dari tahun

ke tahun. Dari Januari hingga Desember 2013, Damkar hanya menangani

musibah kebakaran 36 kasus, sementara  tahun 2014 dari Januari hingga

November tercatat sudah 102 musibah kebakaran yang terjadi. 75 persen

kebakaran itu terjadi diakibatkan korsleting listrik, sementara sisanya

diakibatkan hasil pembakaran kecil atau pembakaran sampah,

Umumnya masalah kesehatan yang di keluhkan oleh para anggota

pemadam kebakaran di kota kendari adalah kelelahan kerja dan nyeri otot

(musculoskeletal disorder). Masalah kesehatan ini diakui mereka alami

selama bekerja di Kantor Pemadam Kebakaran Kota Kendari. Berdasarkan

data dan pengamatan yang kami lakukan maka kami tertarik untuk meneliti

”Gambaran Kelelahan Kerja Dan Kejadian Muskuloskeletal Disorder

Pada Petugas Pemadam Kebakaran Kota Kendari”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka kami tertarik untuk menggangkat

satu rumusan masalah yaitu ”Gambaran kelelahan kerja dan kejadian

musculoskeletal disorder pada petugas pemadam kebakaran Kota Kendari?”

3
1.3 Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran kelelahan kerja dan kejadian MSDs

pada petugas pemadam kebakaran kota kendari.

b. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui kelelahan kerja yang dialami oleh petugas

pemadam kebakaran

2. Untuk mengetahui kejadian musculoskeletal disorder yang dialami oleh

petugas pemadam kebakaran

1.4 Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Diharapkan sebagai pembuktian tentang ada atau tidaknya hubungan

antara kelelahan kerja dengan kejadian musculoskeletal disorder di tempat

kerja.

2. Aplikatif

a. Tenaga Kerja

Diharapkan tenaga kerja mampu meningkatkan pengetahuannya

sehingga lebih memahami bahwa akibat dari kerja berlebihan yang

mengakibatkan kelelahan kerja akan menimbulkan penyakit

musculoskeletal disorder

b. Perusahaan

4
Diharapkan bagi pihak manajemen memberi masukan

dalam melakukan tindakan korektif dengan pengendalian lingkungan

kerja dan pengendalian administratif berupa pembagian shift kerja

sehingga tercipta lingkungan kerja yang sehat dan aman.

c. Pembaca

Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan pembaca

mengenali lingkungan kerja di kantor pemadam kebakaran Kota

Kendari.

d. Penulis

Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta

pengalaman bagi penulis dalam melakukan penelitian.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Epidemiologi K3

a. Epidemiologi K3

Epidemiologi K3 adalah penerapan ilmu epidemiologi dalam kesehatan

kerja agar tenaga kerja dapat bekerja secara aman, nyaman, sehat dan

produktif serta berusaha terhindar dari risiko bahaya di tempat kerja.

Penerapan konsep epidemiologi dalam lingkup K3 adalah suatu upaya

memahami risiko terjadinya penyakit atau cedera dalam rangka melakukan

tindakan upaya pencegahan atau pengendalian. Dalam hal ini epidemiologi

kesehatan kerja akan menentukan dan mempelajari faktor determinan dari

penyakit akibat kerja terhadap kejadian kecelakaan kerja dan distribusinya

pada masyarakat pekerja.(Harington & Gill,2005)

b. Pengertian K3

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah segala kegiatan

untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja

melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. K3

merupakan Suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan

kesempurnaan jasmani maupun rohani tenaga kerja khususnya dan manusia

pada umumnya serta hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan

makmur. K3 yaitu Semua kondisi dan faktor yang dapat berdampak pada

6
keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kerja maupun orang lain (kontraktor,

pemasok, pengunjung dan tamu) di tempat kerja.( OHSAS 18001:2007)

c. Sistem manajemen K3

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah

bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka

pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya

tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Audit SMK3 adalah

pemeriksaan secara sistematis dan independen terhadap pemenuhan kriteria

yang telah ditetapkan untuk mengukur suatu hasil kegiatan yang telah

direncanakan dan dilaksanakan dalam penerapan SMK3 di perusahaan.

d. Tujuan Penerapan  SMK3:

1) meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja

yang terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi;

2) mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja

dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat

pekerja/serikat buruh; serta

3) menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk

mendorong produktivitas

e.Penerapan SMK3:

1) Penerapan SMK3 dilakukan berdasarkan kebijakan nasional tentang SMK3.

2) Kebijakan nasional  tentang  SMK3 sebagai pedoman perusahaan dalam

menerapkan SMK3.

7
3) Instansi pembina sektor usaha  dapat mengembangkan pedoman penerapan

SMK3 sesuai dengan kebutuhan berdasarkan ketentuan  peraturan

perundang-undangan.

2.2 Tinjauan Umum Tentang Kelelahan Kerja

a. Pengertian kelelahan kerja

Kelelahan merupakan mekanisme perlindungan tubuh agar

tubuhmenghindari kerusakan lebih lanjut, sehingga dengan demikian terjadilah

pemulihan(Suma’mur, 1996).Kelelahan menunjukkan kondisi yang berbeda-

beda dari setiap individu, tetapisemuanya bermuara pada kehilangan efisiensi

dan penurunan kapasitas kerja sertaketahanan tubuh (Tarwaka, 2004).

Menurut Cameron kelelahan kerja merupakan kriteria yang kompleks yang

tidak hanya menyangkut kelelahan fisiologis dan psikologis tetapi

dominanhubungannya dengan penurunan kinerja fisik, adanya perasaan lelah,

penurunanmotivasi dan penurunan produktivitas kerja. (Ambar, 2 006).

Kelelahan kerja (job bournout) adalah sejenis stress yang banyak dialami oleh

orang-orang yang bekerja dalam pekerjaan-pekerjaan pelayanan terhadap

manusia lainnya seperti perawat kesehatan, transportasi, kepolisian, dan

sebagainya. (Schuler,1999).

Menurut Mc Farland kelelahan kerja merupakan suatu kelompok gejala

yangberhubungan dengan adanya penurunan efisiensi kerja, keterampilan

sertapeningkatan kecemasan atau kebosanan. (Hotmatua, 2006).

8
Kelelahan akibat kerja sering kali diartikan sebagai menurunnya

efisiensi,performans kerja dan berkurangnya kekuatan / ketahanan fisik tubuh

untuk terusmelanjutkan yang harus dilakukan (Wignjosoebroto, 2000).

b. Jenis Kelelahan Kerja

Kelelahan kerja berakibat pada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan

tubuh (Suma’mur, 1996). Kelelahan kerja dapat dibedakan menjadi beberapa

macam,yaitu:

1) Berdasarkan proses dalam otot

Terdapat dua jenis kelelahan, yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum

(AMSugeng Budiono, 2003) :

a. Kelelahan Otot (Muscular Fatigue)

Fenomena berkurangnya kinerja otot setelah terjadinya tekanan

melalui fisikuntuk suatu waktu disebut kelelahan otot secara fisiologi, dan

gejala yang ditunjukantidak hanya berupa berkurangnya tekanan fisik,

namun juga pada makin rendahnyagerakan. Pada akhirnya kelelahan fisik

ini dapat menyebabkan sejumlah hal yangkurang menguntungkan seperti:

melemahnya kemampuan tenaga kerja dalammelakukan pekerjaannya dan

meningkatnya kesalahan dalam melakukan kegiatankerja, sehingga dapat

mempengaruhi produktivitas kerjanya.Gejala Kelelahan ototdapat terlihat

pada gejala yang tampak dari luar atau external signs (AM

SugengBudiono, 2003).

9
Sampai saat ini masih berlaku dua teori tentang kelelahan otot

yaitu teori kimia dan teori saraf pusat terjadinya kelelahan. Pada teori

kimia secara umum menjelaskan bahwa terjadinya kelelahan adalah akibat

berkurangnya cadangan energy dan meningkatnya sisa metabolisme

sebagai penyebab hilangnya efisiensi otot.Sedangkan perubahan arus

listrik pada otot dan saraf adalah penyebab sekunder.Sedangkan pada teori

saraf pusat menjelaskan bahwa perubahan kimia hanya merupakan

penunjang proses. Perubahan kimia yang terjadi mengakibatkan

dihantarkannya rangsangan saraf melalui saraf sensoris ke otak yang

disadari sebagaikelelahan otot. Rangsangan aferen ini menghambat pusat-

pusat otak dalam mengendalikan gerakan sehingga frekuensi potensial

kegiatan pada sel saraf menjadi berkurang. Berkurangnya frekuensi

tersebut akan menurunkan kekuatan dankecepatan kontraksi otot dan

gerakan atas perintah kemauan menjadi lambat. Dengandemikian semakin

lambat gerakan seseorang akan menunjukkan semakin lelah kondisi otot

seseorang (Tarwaka, 2004).

b. Kelelahan Umum (General Fatigue)

Gejala utama kelelahan umum adalah suatu perasaan letih yang

luar biasa.Semua aktivitas menjadi terganggu dan terhambat karena

munculnya gejala kelelahantersebut. Tidak adanya gairah untuk bekerja

baik secara fisik maupun psikis,segalanya terasa berat dan merasa

“ngantuk” (AM Sugeng Budiono, 2003).Kelelahan umum biasanya

ditandai berkurangnya kemauan untuk bekerjayang disebabkan oleh

10
karena monotoni, intensit as dan lamanya kerja fisik, keadaan dirumah,

sebab- sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi (Tarwaka, 2004).

2) Berdasar penyebab kelelahan

Menutut Kalimo dibedakan atas kelelahan fisiologis, yaitu kelelahan

yang disebabkan oleh faktor lingkungan (fisik) ditempat kerja, antara lain:

kebisingan,suhu dan kelelahan psikologis yang disebabkan oleh faktor

psikologis (konflik-konflikmental), monotoni pekerjaan, bekerja karena

terpaksa, pekerjaan yangbertumpuk-tumpuk (Ambar, 2006)Menurut Phoon

disebabkan oleh kelelahan fisik yaitu kelelahan karena kerjafisik, kerja

patologis ditandai dengan menurunnya kerja, rasa lelah dan adahubungannya

dengan faktor psikososial.(Ambar, 2006)

3). Berdasarkan waktu terjadinya

a) Kelelahan akut, terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh

tubuhsecara berlebihan.

b) Kelelahan kronis, menurut Grandjean dan Kogi (1972) terjadi bila kelelahan

berlangsung setiap hari, berkepanjangan dan bahkan kadang-kadang telah

terjadi sebelum memulai suatu pekerjaan.

c. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Kelelahan Kerja

Timbulnya rasa lelah dalam diri manusia merupakan proses yang

terakumulasi dari berbagai faktor penyebab yang mendatangkan ketegangan

(stress) yang dialami oleh tubuh manusia (Wignjosoebroto,2000).Green (1992)

dan Suma’mur (1994) dari proceeding mengemukakan faktor yang mempengaruhi

11
kelelahan ada dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.Yang termasuk faktor

internal antara lain : faktor somatis atau faktor fisik, gizi, jenis kelamin, usia,

pengetahuan dan sikap atau gaya hidup. Sedangkan yang termasuk faktor

eksternal adalah keadaab fisik lingkungan kerja (kebisingan, suhu,pencahayaan,

faktor kimia (zat beracun), faktor biologis (bakteri, jamur), faktor ergonomi,

kategori pekerjaan, sifat pekerjaan, disiplin atau peraturan perusahaan,upah,

hubungan sosial dan posisi kerja atau kedudukan.

Menurut Siswanto yang dikutip dari Ambar (2006), faktor penyebab

kelelahan kerja berkaitan dengan:

a. Pengorganisasian kerja yang tidak menjamin istirahat dan rekreasi, variasikerja

dan intensitas pembebanan fisik yang tidak serasi dengan pekerjaan.

b. Faktor Psikologis, misalnya rasa tanggungjawab dan khawatir yangberlebihan,

serta konflik yang kronis/ menahun.

c. Lingkungan kerja yang tidak menjamin kenyamanan kerja serta

tidakmenimbulkan pengaruh negatif terhadap kesehatan pekerja.

d. Status kesehatan (penyakit) dan status gizi.

e. Monoton (pekerjaan/ lingkungan kerja yang membosankan)

2.3 Tunjuan Umum Musculoskeletal disorders (MSDs)

a. Definisi MSDs

Musculoskeletal disorders (MSDs)atau gangguan otot rangka merupakan

kerusakan  pada otot, saraf, tendon, ligament, persendian, kartilago, dan discus

invertebralis. Kerusakan pada otot dapat berupa ketegangan otot, inflamasi, dan

12
degenerasi. Sedangkan kerusakan pada tulang dapat berupa memar, mikro

faktur, patah, atau terpelintir. MSDsterjadi dengan dua cara:

1. Kelelahan dan keletihan terus menerus yang disebabkan oleh frekuensi

atau periode waktu yang lama dari usaha otot, dihubungkan dengan

pengulangan atau usaha yang terus menerus dari bagian tubuh yang sama

meliputi posisi tubuh yang statis;

2. Kerusakan tiba-tiba yang disebabkan oleh aktivitas yang sangat kuat/berat

atau pergerakan yang tak terduga.

Frekuensi yang lebih sering terjadiMSDs adalah pada area tangan, bahu,

dan punggung. Aktivitas yang menjadi penyebab terjadinya MSDsyaitu

penanganan bahan dengan punggung yang membungkuk atau memutar,

membawa ke tempat yang jauh (aktivitas mendorong dan menarik), posisi kerja

yang statik dengan punggung membungkuk atau terus menerus dan duduk atau

berdiri tiba-tiba, mengemudikan kendaraan dalam waktu yang lama (getaran

seluruh tubuh), pengulangan atau gerakan tiba-tiba meliputi memegang dengan

atau tanpa kekuatan besar.

b. Sinonim MSDs

Musculoskeletal disorders (MSDs) juga dikenal dengan nama lain,

diantaranya:

1. Repetitive Strain Injuries (RSIs);

2. Cumulative Trauma Disorders (CTDs);

3. Overuse Injuries;

13
4. Repetitive Motion Disorders;

5. Work-related Musculoskeletal Disorders (WMSDs).

c. Gejala MSDs

Gejala Musculoskeletal disorders (MSDs) dapat menyerang secara cepat

maupun lambat (berangsur-angsur), menurut Kromer (1989), ada 3 tahap

terjadinya MSDs yang dapat diidentifikasi yaitu:

Tahap 1       : Sakit atau pegal-pegal dan kelelahan selama jam kerja tapi gejala ini

biasanya menghilang setelah waktu kerja (dalam satu malam). Tidak berpengaruh

pada performance kerja. Efek ini dapat pulih setelah istirahat;

Tahap 2 :  Gejala ini tetap ada setelah melewati waktu satu malam setelah bekerja.

Tidak mungkin terganggu. Kadang-kadang menyebabkan berkurangnya

performance kerja;

Tahap 3 :  Gejala ini tetap  ada walaupun setelah istirahat, nyeri terjadi ketika

bergerak secara repetitive. Tidur terganggu dan sulit untuk melakukan pekerjaan,

kadang-kadang tidak sesuai kapasitas kerja.

d. Jenis keluhan MSDs

Jenis-jenis keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs)antara lain:

1. Sakit Leher

Sakit leher adalah penggambaran umum terhadap gejala yang mengenai

leher, peningkatan tegangan otot atau myalgia, leher miring atau kaku leher.

Pengguna komputer yang terkena sakit ini adalah pengguna yang

14
menggunakan gerakan berulang pada kepala seperti menggambar dan

mengarsip, serta pengguna dengan postur yang kaku;

2. Nyeri Punggung

Nyeri punggung merupakan istilah yang digunakan untuk gejala nyeri

punggung yang spesifik seperti herniasi lumbal, arthiritis, ataupun spasme

otot. Nyeri punggung juga dapat disebabkan oleh tegangan otot dan postur

yang buruk saat menggunakan komputer;

3. Carpal  Tunnel Syndrome

Merupakan kumpulan gejala yang mengenai tangan dan pergelangan

tangan yang diakibatkan iritasi dan nervus medianus. Keadaan ini disebabkan

oleh aktivitas berulang yang menyebabkan penekanan pada nervus medianus.

Keadaan berulang ini antara lain seperti mengetik, arthritis, fraktur

pergelangan tangan yang penyembuhannya tidak normal, atau kegiatan apa

saja yang menyebabkan penekanan pada nervus medianus;

4. De Quervains Tenosynovitis

Penyakit ini mengenai pergelangan tangan, ibu jari, dan terkadang lengan

bawah, disebabkan oleh inflamasi tenosinovium dan dua tendon yang berasa

di ibu jari pergelangan tangan. Aktivitas berulang seperti mendorong space

bar dengan ibu jari, menggenggam, menjepit, dan memeras dapat

menyebabkan inflamasi pada tenosinovium. Gejala yang timbul antara lain

rasa sakit pada sisi ibu jari lengan bawah yang dapat menyebar ke atas dan ke

bawah;

15
5. Thoracic Outlet Syndrome

Merupakan keadaan yang mempengaruhi bahu, lengan, dan tangan yang

ditandai dengan nyeri, kelemahan, dan mati rasa pada daerah tersebut. Terjadi

jika lima saraf utama dan dua arteri yang meninggalkan leher tertekan.

Thoracic Outlet Syndrome disebabkan oleh gerakan berulang dengan lengan

diatas atau maju kedepan. Pengguna komputer beresiko terkena sindrom ini

karena adanya gerakan berulang dalam menggunakan keyboard dan mouse;

6. Tennis Elbow

Tennis elbow adalah suatu keadaan inflamasi tendon ekstensor, tendon yang

berasal dari siku lengan bawah dan berjalan keluar ke pergelangan tangan.

Tennis elbow disebabkan oleh gerakan berulang dan tekanan pada tendon

ekstensor.

7. Low Back Pain

Low back pain terjadi apabila ada penekanan pada daerah lumbal yaitu L4

dan L5. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan posisi tubuh membungkuk ke

depan maka akan terjadi penekanan pada discus.Hal ini berhubungan dengan

posisi duduk yang janggal, kursi yang tidak ergonomis, dan peralatan lainnya

yang tidak sesuai dengan antopometri pekerja.

2.4 Pemadam kebakaran

Pemadam kebakaran atau damkar adalah petugas atau dinas yang dilatih

dan bertugas untuk menanggulangi kebakaran. Petugas pemadam kebakaran

16
selain terlatih untuk menyelamatkan korban dari kebakaran, juga dilatih untuk

menyelamatkan korban kecelakaanlalu lintas, gedung runtuh, dll.

Dinas pemadam kebakaran dan/atau BPBD (Badan Penanggulangan

Bencana Daerah) adalah unsur pelaksana pemerintah yang diberi tanggung

jawab dalam melaksanakan tugas-tugas penanganan masalah kebakaran dan

bencana yang termasuk dalam dinas gawat darurat atau

Rescue/(Penyelamatan) seperti Ambulans dan Badan SAR Nasional.

Para Pemadam Kebakaran dilengkapi dengan pakaian anti-panas atau

anti-api dan juga helm serta boot/sepatu khusus dalam melaksanakan tugas,

dan biasanya pakaianya dilengkapi dengan scotlight reflektor berwarna putih

mengkilat agar dapat terlihat pada saat pelaksanaan tugas.

2.5 Kerangka Konsep

a. Kerangka Pikir

Musculoskeletal disorders (MSDs) atau gangguan otot rangka

merupakan kerusakan  pada otot, saraf, tendon, ligament, persendian,

kartilago, dan discus invertebralis. Kerusakan pada otot dapat berupa

ketegangan otot, inflamasi, dan degenerasi.

Kelelahan kerja merupakan kriteria yang kompleks yang tidak

hanya menyangkut kelelahan fisiologis dan psikologis tetapi dominan

hubungannya dengan penurunan kinerja fisik, adanya perasaan lelah,

penurunan motivasi dan penurunan produktivitas kerja.

17
b. Kerangka Konsep

Kelelahan Kerja Muskuloskeletal


disorder

Keterangan : Variabel Dependent/Variabel Terikat

Variabel Independent/Variabel Bebas

Gambar . Kerangka Konsep Penelitian

18
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan

metode menggunakan kuisioner untuk menggali informasi mengenai risiko

pekerjaan petugas pemadam kebakaran Kantor Pemadam Kebakaran Kota

Kendari.

3.2 Waktu Dan Tempat

Pada penelitian ini dilaksanakan pada hari selasa tanggal 25 november

2014 dan bertempat di Kantor Pemadam Kebakaran Kota Kendari

3.3 Populasi Dan Sampel

a. populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh para petugas Pemadam

Kebakaran Kota Kendari yang bertugas yang memliki tugas untuk

melaksanakan operasi penanggulangan kebakaran secara langsung di lokasi

kebakaran yakni berjumlah 125 orang.

b. Sampel

Teknik pengamblian sampel pada penelitian ini dengan cara

Accidental sample yaitu teknik pengambilan sample berdasarkan

kesediaan responen untukmengisi kuesioner baik dari sisi waktu dan

pemikiran.

19
Pada penelitian ini kami mengambil sampel berjumlah 25 orang

yang dijadikan sebagai informan dipilih berdasarkan pengambilan sampel

homogen karena memiliki tugas dan fungsi yang sama dalam melakukan

pemadaman kebakaran berdasarkan kecukupan penelitian dari petugas

Pemadam Kebakaran Kota Kendari yang menggunakan media kuisioner

yang diberikan pada para petugas yang kami dapatkan dilokasi.

3.4 Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini ialah pengumpulan data

primer yaitu dengan menggunakan kuiseoner dan data sekunder yang diambil

dari data Kantor Pemadam Kebakaran Kota Kendari.

3.5 Pengolahan Data

Dalam penelitian ini pengolahan data yang akan digunakan meliputi :

1. Dengan menganalisis manual hasil pengisian kuisioner yang diberikan

kepada sampel sebanyak 25 orang pada waktu yang bersamaan

2. Melakukan wawancara (interview), yaitu teknik pengumpulan data yang

dilakukan melalui tatap muka dan wawancara dengan responden.

Wawancara dilakukan baik secara langsung maupun dengan

menggunakan pedoman “daftar pertanyaan” dari kuesioner pada

pemimpin pasukan petugas Pemadam Kebakaran sebagai instrumen

penelitian.

3. Pengamatan (observasi), yaitu teknik pengumpulan data melalui

pengamatan langsung kepada obyek penelitian. Teknik observasi

biasanya dilakukan bersamaan dengan teknik lain untuk mengamati

20
keadaan fisik, lokasi atau daerah penelitian secara sepintas lalu (on the

spot) dan dengan melakukan pencatatan seperlunya.

3.6 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif


a. Kelelahan kerja
Kelelahan kerja adalah kondisi dimana petugas pemadam

mengalami kelelahan dalam bekerja disebabkan oleh beberapa faktor

sehingga mengakibatkan menurunnya semangat dan produktivitas kerja

diantaranya kegiatan yang dilakukan saat bekerja, lamanya jam kerja dan

lingkungan kerja yang tidak mendukung sehingga menyebabkan

kelelahan.

Kriteria penilaian didasarkan atas jumlah keseluruhan pertanyaan

yaitu sebanyak 6 nomor yang memiliki dua alternatif pilihan dengan

menggunakan skala Guttman. Pertanyaan terdiri atas 2 jenis yaitu

pertanyaan positif dan negatif. Untuk pertanyaan positif, jika Ya = 1, jika

Tidak = 0. untuk pertanyaan negatif, jika Ya = 0, jika Tidak = 1, sehingga

diperoleh skor nilai :

Skor tertinggi : 6 x 1 = 10 (100%)

Skor terendah : 6 x 0 = 0 (0%)

Jadi,

Kriteria Objektif :

Ringan : Jika skor responden mencapai 1 sampai 3 atau <50%

Berat : Jika skor responden mencapai 4 sampai 6 atau >50%

21
b. Musculoskeletal disorder

Muskuloskeletas disorder yaitu keluhan yang dialami dan

diakibatkan beberapa faktor selama kerja berupa nyeri dan

musculoskeletal disorder pada petugas pemadam kebakaran diantaranya

lamanya jam kerja dan lingkungan kerja yang beresiko.

Kriteria penilaian didasarkan atas jumlah keseluruhan pertanyaan

yaitu sebanyak 6 nomor yang memiliki dua alternatif pilihan dengan

menggunakan skala Guttman. Pertanyaan terdiri atas 2 jenis yaitu

pertanyaan positif dan negatif. Untuk pertanyaan positif, jika Ya = 1, jika

Tidak = 0. untuk pertanyaan negatif, jika Ya = 0, jika Tidak = 1, sehingga

diperoleh skor nilai :

Skor tertinggi : 6 x 1 = 6 (100%)

Skor terendah : 6 x 0 = 0 (0%)

Jadi,

Kriteria Objektif :

Baik : Jika skor responden mencapai 1 sampai 3 atau <50%

Buruk : Jika skor responden mencapai 4 sampai 6 atau >50%

22
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Lokasi Umum

Kantor Pemadam Kebakaran merupakan kantor yang bertanggung jawab

atas penanganan musibah kebakaran di kota kendari. Kantor ini Berlokasi Di Jln

Balai Kota III Permai Kecamatan Kadia Kelurahan Pondambea.

Kantor Pemadam Kebakaran Memliki Batas – Batas Wilayah Yakni :

Sebelah Utara : Kantor Dinas Pendidikan Kota Kendari

Sebelah Timur : Jln. Balai Kota II

Sebelah Barat : Lrg Kadia

Sebelah Selatan : Kantor Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara

4.2 Hasil

a. Analisis Univariat

1. Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin


Jenis kelamin diartikan sebagai perbedaan yang tampak antara laki-

laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku (Paramadina,

2007).

Tabel 1: Distribusi responden menurut jenis kelamin di kantor pemadam


kebakaran kota kendari tahun 2014 . Distribusi Responden
Menurut Jenis Kelamin di Rumah Sakit Santa Anna Tahun 2014

No. Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%)

1. Laki – Laki 23 92
2. Perempuan 2 8
Total 25 100
Sumber : Data Primer, Desember2014

23
Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 25 responden sebanyak

23orang (92 %) berjenis kelamin laki – laki sedangkan 2 orang (8 %)

lainnya berjenis kelamin perempuan.

Penelitian ini dilakukan pada 25 responden yang bekerja di Kantor

Pemadam Kebakaran Kota Kendari dimana responden tersebut terdiri dari

20 orang petugas pemadam kebakaran yang seluruhnya adalah laki-laki

dan 5 karyawan administrasi, yang terdiri dari 2 perempuan dan 3 laki-

laki.

2. Karakteristik Responden Menurut Kelompok Umur

Umur adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan

suatu makhluk, baik yang hidup maupun yang mati, yang diukur sejak

dia lahir hingga waktu itu dihitung (Rush, 2001).

Jumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat

dilihat pada Tabel 2:

Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur di Kantor


Pemadam Kebakaran.
No. Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (n) Persentase (%)
1 <24 3 12
2. 25 – 29 5 20
3. 30 – 34 5 20
4 35 – 39 10 40
5. > 40 2 8
Total 25 100
Sumber : Data Primer, Desember2014
Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 25 responden (100 %), kelompok

umur yang paling banyak adalah kelompok umur 35-39 tahun sebanyak

24
10 responden (40 %), dan yang paling sedikit adalah kelompok umur <

24 tahun tahun sebanyak 3 responden (12%).

3. Responden berdasarkan masa bekerja

Tabel 3: Distribusi responden berdasarkan lama bekerja di Kantor


Pemadam Kebakaran.
Masa bekerja
No. Jumlah (n) Persentase (%)
(tahun)
1 <5 5 20
2. 5 – 10 20 80
3. 15 – 20 0 0
Total 25 100
Sumber : Data Primer, Desember 2014

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 25 responden (100 %), lama

bekerjanya di bawah 1 tahun, sebanyak 5 orang (20%), lama

bekerjanya 5-10 tahun sebanyak 20 orang (80%). dan tidak ada yang

lama bekarjanya diatas 15 sampai 20 tahun.

b. Analisis Bivariat

1. Musculoskeletal disorder

25
Tabel 4 : Distribusi responden menurut keluhan musculoskeletal

disorder di kantor pemadam kebakan Kota Kendari

No. Musculoskeletal Jumlah Persentase


disorder (%)
1. Baik 19 76
2. Buruk 6 24
Total 25 100
Sumber : Data Primer, Desember2014

Berdasarkan tabel diatas, terdapat 19 responden(76%)

mengalami musculoskeletal disorder, dan 6 responden (24%) tidak

mengalami musculoskeletal disorder selama bekerja.

Dari hasil penelitian ini di ketahui bahwa dari 25 responden

terdapat 19 responden yang mengalami musculoskeletal disorder

(MSDs) dengan gejala cidera otot yang keseluruhanya adalah petugas

pemadam kebakaran. Dari 19 responden tersebut diketahui bahwa

yang memeriksakan diri ke dokter adalah sebanyak 11 responden

sedangkan 8 responden lainnya memilih untuk mengobati sendiri.

Rata- rata responden mengalami keluhan rasa nyeri diatas 1

tahun, namun yang memeriksakan diri ke dokter hanya sebanyak 14

responden sedangkan 11 lainnya termasuk 6 responden yang bekerja di

bagian administrasi.

2. Kelelahan Kerja

Tabel 5 : Distribusi responden menurut keluhan kelelahan kerja di

kantor pemadam kebakan Kota Kendari

26
No. Kelelahan kerja Jumlah Persentase
(%)
1. Baik 17 68
2. Buruk 8 32
Total 25 100
Sumber : Data Primer, Desember2014
Berdasarkan tabel diatas, terdapat 17 responden(68%)

mengalami kelelahan kerja, dan 8 responden (32%) tidak mengalami

kelelahan kerja selama bekerja.

Rata-rata Pegawai yang bekerja di Kantor Pemadam

Kebakaran Kota Kendari memiliki jam kerja 8 sampai 12 jam perhari

terutama pada petugas pemadam kebakaran rata-rata bekerja selama 12

jam dalam sehari di karenakan kurangnya tenaga petugas pemadam

kebakaran di Kantor Pemadam Kebakaran Kota Kendari. jam kerja

yang cukup lama ini mengakibatkan mereka mengalami kelelahan

kerja. Sedangkan Pegawai adminstrasi memiliki jam kerja 8 jam

perhari.

4.2 Pembahasan

a. Musculoskeletal disorder

Muskuloskeletal adalah sistem kompleks yang melibatkan otot-otot dan

kerangka tubuh, dan termasuk sendi, ligamen, tendon, dan saraf.

Kerusakan pada otot dapat berupa ketegangan otot, inflamasi, dan

degenerasi. Sedangkan kerusakan pada tulang dapat berupa memar, mikro

faktur, patah, atau terpelintir.(Kromer,1989)

27
Muskuloskeletal disorder yaitu keluhan yang dialami dan

diakibatkan beberapa faktor selama kerja berupa nyeri dan musculoskeletal

disorder pada petugas pemadam kebakaran diantaranya lamanya jam kerja

lingkungan kerja yang beresiko, dan beratnya pekerjaan maupun aktivitas

di Kantor Pemadam Kebakaran Kota Kendari terdapat 19 responden(76%)

mengalami musculoskeletal disorder, dan 6 responden (24%) tidak

mengalami musculoskeletal disorder selama bekerja.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu bahwa

musculoskeletal disorder pada petugas pemadam kebakaran terjadi karna

Peregangan otot yang berlebihan (overexxertion) pada umumnya

dikeluhkan oleh pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan

yang besar, seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik, menahan

beban yang berat, dimana saat bekerja para petugas sering menganggkat

barang-barang yang berat, serta kontak langsung dengan arus listrik dapat

mengakibatkan cedera tubuh seperti kejang otot yang berakibat lanjut pada

menurunnya kemampuan gerak. (Lubis, 2012)

Kegiatan yang mengakibatkan terjadinya MSDs yakni dikarenakan

disaat petugas pemadam kebakaran sedang piket secara tiba – tiba muncul

kejadian kebakaran maka secara otot mereka menjadi tegang, selain itu

ditambah lagi dengan beban alat pompa air yang cukup keras sehingga

tekanannya dapat menyebabkan cedera otot.(safwani,2012)

b. Kelelahan Kerja

28
Kelelahan merupakan mekanisme perlindungan tubuh agar

tubuhmenghindari kerusakan lebih lanjut, sehingga dengan demikian

terjadilah pemulihan(Suma’mur, 1996).Kelelahan menunjukkan kondisi

yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapisemuanya bermuara pada

kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja sertaketahanan tubuh

(Tarwaka, 2004).

Kelelahan kerja adalah kondisi dimana petugas pemadam

mengalami kelelahan dalam bekerja yang disebabkan oleh beberapa faktor

sehingga mengakibatkan menurunnya semangat dan produktivitas kerja

diantara banyaknya kegiatan yang dilakaukan dan aktivitas memadamkan

api yang mengakibatkan panas api tersebut membuat petugas menjadi

mudah lelah. Pada kantor pemadam kebakaran kota kendari terdapat 17

responden(68%) mengalami kelelahan kerja.

Penelitian ini sejalan dengan peneltitian sebelumya yakni, kelelahan

individu terhadap panas dan kelembaban sangat berhubungan dengan saraf

otak. Ketahanan fisik terhadap panas paling lama adalah 30 menit

Sehingga diperlukan pergantian personil ketika melakukan pemadaman,

untuk menghindari terjadinya risiko yang ditimbulkan oleh panas serta

kelelahan selama melakukan penyiraman. (Sunartoyo, 2006).

Peralatan pendukung lainnya seperti selang sudah mengalami

kerusakan atau kondisi bocor. Hal ini menjadikan petugas mengalami

kesulitan dan kurang maksimal dalam proses memadamkan api, Belum

lagi jumlah personil pemadam kebakaran di Kantor Pemadam Kebakaran

29
Kota Kendari masih sangat terbatas sehingga masing-masing petugas

pemadam kebakaran bekerja di atas waktu normal jam kerja yaitu 8 jam

perhari. Masalah ini mengakibatkan petugas menjadi harus ekstra kerja

melebihi batas yang normal sehingga keluhan berupa kelelahan kerja dan

musculoskeletal disorder saat bekerja menjadi cukup tinggi.

(anonim,2014)

Secara umum penyebab kecelakaan di tempat kerja adalah sebagai

berikut: Kelelahan (fatigue), Kondisi tempat kerja (enviromental aspects)

dan pekerjaan yang tidak aman (unsafe working condition), Kurangnya

penguasaan pekerja terhadap pekerjaan, ditengarai penyebab awalnya

(pre-cause) adalah kurangnya training, Karakteristik pekerjaan itu sendiri,

hubungan antara karakter pekerjaan dan kecelakaan kerja menjadi fokus

bahasanyang cukup menarik dan membutuhkan perhatian tersendiri.

Kecepatan kerja(paced work), pekerjaan yang dilakukan secara berulang

(short-cycle repetitivework), pekerjaan-pekerjaan yang harus diawali

dengan "pemanasan prosedural",beban kerja (workload), dan lamanya

sebuah pekerjaan dilakukan (workhours)adalah beberapa karakteristik

pekerjaan yang dimaksud. (Lubis,2012)

30
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui kuesioner yang di bagikan

kepada pekerja di Kantor Pemadam Kebakaran Kota Kendari tersebut dapat di

tarik kesimpulan:

1. Gambaran kejadian MSDs pada petugas pemadam kebakaran masuk kategori

buruk. Lebih dari setengah responden mengalami musculoskeletal disorder

selama bekerja yang diakibatkan oleh tegang otot yang dialami pada saat

bertugas memadamkan api dan adanya tekanan yang sangat kuat pada mesin

pompa air yang mereka pegang untuk memadamkan api .

2. Gambaran kelelahan kerja yang di alami petugas pemadam kebakaran Kota

Kendari dikatakan berat dikarenakan beban berat pekerjaan, tidak adanya

shift kerja sehingga sebagian dari petugas harus bekerja ekstra, dan panas api

yang membuat petugas lebih mudah lelah.

5.2 Saran

1. Sebaiknya petugas melakukan kegiatan pemanasan sebelum melakukan

aktivitas bekerja sehingga resiko MSDs dapat di perkecil.

2. Perlu adanya pengendalian administratife berupa pengaturan shift kerja yang

baik agar mengurangi resiko kelelahan berat pada petugas.

31
DAFTAR PUSTAKA

Andriyan, A. 2011. Perhitungan Nilai Kompensasi Atas Risiko KerjaPemadam


Kebakaran-Dinas Kebakaran Kota SurabayaMelalui Pendekatan
Manajemen Risiko. Skripsi Mahasiswa Fakultas Teknik Institut
Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Antaranews.com (Kendari Butuh Tambahan Armada Kebakaran). Diakses pada 5
desember 2014

Arya Khatulistiwa(blogger).2012. Jenis-Jenis Peralatan Pemadam . diakses pada


7 november 2014

Muhammad sahdar (Kendari news). 2014. Sudah 102 Kasus Kebakaran Terjadi di
Kota Kendari . Diakses pada 5 desember 2014
odexyundoBlog .2011. Kajian teori kebakaran . Diakses pada 5 desember 2014

Shafwani, Rahmi,Dkk.. 2010. Gambaran Risiko Pekerjaan Petugas Pemadam


Kebakaran Di Dinas Pencegah Pemadam Kebakaran (Dp2k) Kota
Medan.Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan

wikkipedia.com//pemadamkebakaran

32

Anda mungkin juga menyukai