Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN

(Perlindungan Tanaman Oleh Petani)

OLEH :

HASMITA JUBRIN

E 281 19

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

PSDKU UNTAD MOROWALI

UNIVERSITAS TADULAKO

2020

BAB I
PPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelaksanaan perlindungan tanaman telah memiliki payung hukum yang jelas dan hal ini tertuang dalam
Undang-Undang No. 12 tahun 1992 tentang Budidaya Tanaman serta Peraturan Pemerintah No. 5 tahun
1996 tentang Perlindungan Tanaman. Dalam praktek perlindungan tanaman petani sering mengabaikan
teknik pengendalian kultur teknis atau penggunaan ekstrak bahan alami asal tumbuhan, petani lebih
sering memilih penggunaan pestisida sebagai pilihan utama untuk mengendalikan hama dan penyakit
tanaman.

Keberhasilan penerapan teknik perlindungan tanaman memerlukan pengetahuan dasar untuk


mengenal jenis-jenis organisma pengganggu tanaman (OPT) utama yang berasosiasi padan tanaman dan
musuh alaminya, biologi, ekologi, teknik pengendalian OPT serta keterlibatan instansi teknis terkait.
Selain itu diperlukan juga informasi tentang persepsi petani tentang OPT, sikap dan keyakinannya serta
tindakan pengendalian yang dilakukannya. Oleh karena itu diperlukan survey dan observasi tentang jenis-
jenis OPT dan musuh alami, pengetahun, sikap, dan perilaku petani dalam mengendalikan hama dan
penyakit di lahan pertanaman mereka.

B. Tujuan Praktikum

- Mengetahui cara petani melakukan perlindungan tanaman pada kebunnya


- Mengetahui dan mengoleksi jenis OPT dan musuh alami pada kebun petani.
- Mengetahui jenis pestisida yang digunakan (insektisida, fungisida, herbisida) oleh petani dan
cara penggunaannya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Organisme pengganggu tanaman adalah semua organisme yang dapat menyebabkan penurunan
potensi hasil yang secara langsung karena menimbulkan kerusakan fisik, gangguan fisiologi dan
biokimia, atau kompetisi hara serta sudah mencapai ambang ekonomi terhadap tanaman budidaya. Hal ini
mengakibatkan perlunya penanggulangan akan adanya serangan OPT karena perkembangan serangan
OPT yang tidak dapat dikendalikan, akan berdampak kepada timbulnya masalah-masalah lain yang
bersifat sosial, ekonomi, dan ekologi. Beberapa organisme pengganggu tanaman yang perlu diwaspadai
sebgai berikut:

1. Hama tanaman dan penyakit tanaman Padi


a. penggerek batang padi dan wereng coklat

Wereng coklat merupakan hama laten yang sulit dideteksi, tetapi keberadaannya selalu
mengancam kestabilan produksi padi nasional. Serangan wereng coklat di lapangan berfluktuatif,
mulai ringan sampai mencapai puncak perkembangannya saat terjadi ledakan yang menimbulkan
puso/mati terbakar (hopperburn). Wereng coklat menyerang langsung tanaman padi dengan
mengisap cairan sel tanaman sehingga tanaman menjadi kering. Serangan tidak langsungnya yaitu
wereng dapat mentransfer tiga virus yang berbahaya bagi tanaman padi, yaitu virus kerdil hampa,
virus kerdil rumput tipe 1, dan virus kerdil rumput tipe 2.

Serangan wereng coklat selalu menjadi perhatian nasional karena adanya pengalaman pahit
pada tahun-tahun yang lalu, yang merusak tanaman padi petani dan bahkan menurunkan produksi
nasional. Wereng coklat merupakan hama r-strategis dengan ciri: 1) serangga kecil yang cepat
menemukan habitatnya, 2) berkembang biak dengan cepat dan mampu menggunakan sumber
makanan dengan baik sebelum serangga lain ikut berkompetisi, dan 3) menyebar dengan cepat ke
habitat baru sebelum habitat lama tidak lagi berguna.

Pola perkembangan hama mengikuti biological clock, artinya wereng coklat dapat
berkembang biak dan merusak tanaman padi pada lingkungan yang cocok, baik pada musim
hujan maupun musim kemarau. Sebelum tahun 1994 wereng coklat merupakan serangga pada
musim hujan, tetapi setelah tahun 1994 merupakan serangga yang menyerang tanaman padi pada
musim hujan dan musim kemarau, apabila hujan berlanjut ke musim kemarau atau adanya iklim
La Nina.

b. Tikus

Tikus sawah (Rattus argentiventer Rob & Kloss) merupakan hama utama tanaman padi dan merupakan
spesies dominan yang menimbulkan kerugian terbesar di Indonesia (Singleton et al. 2004, Jacob et al.
2010, Sudarmaji et al. 2010).

Tingkat serangan tikus sawah pada tanaman padi di Indonesia rata-rata 161.000 ha/tahun (Pusat Data dan
Sistem Informasi Pertanian 2015), atau setara dengan kehilangan 555 juta kg beras, cukup untuk makan
6,3 juta penduduk selama satu tahun. Tikus sawah dapat menyerang tanaman padi mulai dari persemaian
sampai panen. Faktor penting yang mendorong perkembangan populasi tikus sawah adalah ketersediaan
pakan, perkembangbiakan, dan tersedianya habitat tempat berlindung. Pada ekosistem sawah irigasi, tikus
mulai beranak pada saat tanaman padi stadia bunting dan berlanjut sampai panen. Tikus sawah
melahirkan tiga kali dalam satu musim tanam, dengan jumlah anak rata-rata 10 ekor setiap kelahiran
(Sudarmaji et al. 2007, Sudarmaji dan Herawati 2008).

Periode bera pada budi daya padi di lahan sawah irigasi dapat memutus siklus hidup hama dan penyakit
tanaman. Sudarmaji et al. (2005) dan Jacob et al. (2010) melaporkan dinamika populasi tikus sawah pada
pola tanam padi-padi-bera dipengaruhi oleh ketersediaan tanaman padi sebagai pakan utama dan periode
bera menurunkan populasi. Tikus sawah menghuni habitat tanggul irigasi, pematang dekat kampung,
jalan di sawah, dan pematang tengah sawah. Tikus sawah juga mempunyai daya jelajah yang luas untuk
mendapatkan pakan di lingkungannya (Brown et al. 2003, Hadi et al. 2006). Pada kondisi tidak tersedia
cukup pakan, tikus sawah bermigrasi dalam jumlah besar, dan mampu menjangkau sumber pakan yang
berjarak antara 3-5 km dalam satu malam (Sudarmaji et al. 2010).

Oleh karena itu, hama tikus sawah selalu menjadi ancaman dalam budi daya padi pada setiap musim
tanam. Penerapan pola tanam padi intensif menarik untuk diteliti karena masih terbatasnya informasi
yang dapat mengungkap dampak negatif penerapan IP padi 300, khususnya perkembangan populasi tikus
sawah sebagai hama utama tanaman padi. Inovasi teknologi pengendalian hama tikus telah tersedia dan
terbukti efektif di lapangan melalui pendekatan Pengendalian Hama Tikus Terpadu (PHTT), berbasis
Trap Barrier System (TBS) dan linnear trap barrier system (LTBS) (Singleton et al. 2003, Singleton et al.
2005, Sudarmaji dan Herawati 2008, Jacob et al. 2010).

TBS merupakan perangkap tikus yang terdiri atas tiga komponen utama, yaitu bubu perangkap untuk
menjebak tikus, pagar plastik untuk mengarahkan tikus masuk ke bubu perangkap dan tanaman
perangkap, yang berfungsi sebagai penarik tikus menuju lokasi TBS. Sementara LTBS terdiri atas bubu
perangkap dan pagar plastik. Keunggulan TBS adalah efektif menangkap tikus dalam jumlah besar secara
terus menerus sepanjang musim tanam, ekonomis, dan ramah lingkungan (Singleton et al. 2005,
Sudarmaji dan Anggara 2006).

c. Keong Mas

Keong Emas merupakan hama penting pada tanaman padi di beberapa daerah di Indonesia. Hama ini
menyerang mulai dari pesemaian sampai kepertanaman. Serangan paling berat biasanya terjadi pada saat
tanaman berumur 1-7 hari setelah pindah tanam sampai tanaman berumur kurang lebih 30 hari. Keong
Emas terutama menyerang pada bakal anakan tanaman padi, sehingga mengurangi anakan tanaman
(Anonim, 2012b; Sulistiono, 2012; Susanto, 2013).

Penggunaan insektisida kimia sintetis merupakan masalah yang sangat perlu dipertimbangkan terutama
dampak residu terhadap lingkungan, kesehatan manusia dan terhadap mahluk hidup lainnya serta satwa-
satwa liar. Oleh karena itu harus dicari cara alternatif yang lebih aman dalam pengendalian hama antara
lain dengan mengusahakan budidaya pertanian organik yang pada prinsipnya meminimalkan input
produksi seperti pupuk dan pestisida dari senyawa kimia sintetis. Salah satu komponen dalam budidaya
organik adalah pemanfaatan pestisida nabati untuk mengendalikan hama. Sementara ini sudah banyak
dilakukan uji coba pemanfaatan insektisida nabati sebagai alat pengendali hama dari berbagai spesies
dengan hasil yang beragam. Namun dalam impelmentasinya penggunaan pestisida nabati terutama untuk
mendukung usaha pengembangan peningkatan produksi padi masih belum optimal (Anonim, 2007a;
Kardinan, 2002; Sarjan, 2012).

Barringtonia asiatica adalah salah satu jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak biji B. asiatica mampu menghambat pertumbuhan
larva Crucula trifenestrata sebesar 35% dan mampu mempengaruhi fekunditas (produksi telur) serangga
sekitar 60%. Tepung biji buah bitung yang dicampurkan ke dalam tepung terigu pada konsentrasi 10%
mampu menolak populasi serangga Sitophilus oryzae sampai dengan 80% dan membunuh 60% populasi
serangga S. oryzae (Anonim, 2007).

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak biji bitung B. asiatica terhadap
mortalitas keong mas. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi ekstrak biji bitung B.
asiatica yang sesuai untuk mengendalikan hama keong mas pada tanaman padi sawah.

d. Penyakit Blas

Penyakit penting tanaman padi, yang diberikan kepada patani setempat adalah penyakit yang dianggap
penting mengganggu tanaman padi di lapangan. Penyakit tersebut antara lain: penyakit blas, dengan
gejala penyakit ini dapat menyebabkan kehilangan hasil yang serius pada varietas tanaman rentan selama
periode kondisi cuaca yeng mengutungkan bagi pertumbuhan blas. Penyakit sering disebut dengan blas
daun, rotten neck, atau blast panicle, tergantung atas bagian tanaman yang diserang. Jamur menghasilkan
bercak atau lesion pada daun, sekat dari bentuk permata sampai memanjang dan berakhir meruncing.
Pusat bercak biasanya berwarna abu-abu dan lembarannya coklat atau coklat kemerahan.

Keduanya baik bentuk maupun warna bercak dapat bervariasi menyerupai penyakit bercak daun coklat.
(Krausz, 2011).

Pengendalian yang dilakukan adalah: menanam varoietas yang tahan, manajemen tanaman, pengendalian
secara kimiawi, dan pengendalian hayati (Sudarma, 2013).

e. Tungro

Penyakit akibat virus, tungro, dengan gejala sebagai berikut: Secara morfologis tanaman padi yang
tertular virus tungro menjadi kerdil, daun berwarna kuning sampai kuning jingga disertai bercak-bercak
berwarna coklat. Perubahan warna daun di mulai dari ujung, meluas ke bagian pangkal. Jumlah anakan
sedikit dan sebagian besar gabah hampa. Infeksi virus tungro juga menurunkan jumlah malai per rumpun,
malai pendek sehingga jumlah gabah per malai rendah. Serangan yang terjadi pada tanaman yang telah
mengeluarkan malai umumnya tidak menimbulkan kerusakan fatal (Wirajaswadi, 2010).

f. Penyakit kerdil

Penyakit kerdil rumput, dengan gejala sebagai berikut: Gejala tanaman padi yang

terinfeksi virus ini tidak menghasilkan malai, pertumbuhan tanaman padi kerdil, anakan berlebihan,
Kebiasaan pertumbuhan tanaman padi tegak lurus, daun pendek, sempit, banyak daun berwarna hijau
kekuningan. Terdapat noda berkarat kecil atau tambalan, tanaman yang terinfeksi biasanya bertahan
hidup sampai matang, tetapi tanpa menghasilkan malai. Gejala berkembang 10-20 hari setelah infeksi,
ketersediaan vektor, dan semua stadium pertumbuhan khususnya stadium anakan tanaman padi (IRRI,
1983).

Kerdil hampa dengan ciri khas gejala sebagai berikut: Tanaman padi yang terserang virus kerdil hampa
menunjukkan gejala yaitu : malai tidak keluar secara penuh dan biji tidak terisi (hampa), ada ruang antara
tanaman yang terlampau sedikit, stadium pertumbuhan awal terhambat, daun pendek dan berwarna hijau
gelap dengan tepi bergigi tajam, lembaran daun membelit pada ujung atau pangkal, tepi daun tidak
seimbang dan menggulung memberikan tepi daun tidak kelihatan, bagian pinggir daun menguning sampai
kuning coklat, tulang daun perkembangan membengkak pada lembaran daun dan upih daun,
pembengkakan berwarna kuning pucat atau putih sampai coklat gelap, daun bendera menggulung,
berubah bentuk dan pendek pada stadium bunting. Tanaman padi berbunga tertunda, munculnya malai
tidak lengkap, dan tangkai percabangan dihasilkan pada buku yang lebih di atas (IRRI, 1983).

Cara pengendalian yang dilakukan adalah: mengatur waktu tanam tepat, tanam serempak, menaanm
varietas yang tahan, memusnahkan (eradikasi) tanaman yang terserang, dan penggunaan pestisida
(Sudarma, 2013).

2. Hama dan penyakit tanaman jagung

a. Lalat bibit (Atherigona sp.)

Lalat bibit berukuran kecil, telur berbentuk memanjang dan diletakkan pada daun termuda (hypocoty).
Setelah 48 jam telur menetas pada waktu malam,tempayak keluar dari telur lalu bergerak cepat menuju
titik tumbuh yang merupakan makanan utamanya. Hama ini mulai menyerang tanaman semenjak tumbuh
sampai tanaman berumur sekitar satu bulan. Tempayak lalat bibit menggerek pucuk tanaman dan masuk
sampai ke dalam batang. Lalat bibit menyukai tanaman muda yang berumur antara 6 sampai 9 hari setelah
tanam (HST) untuk meletakkan telurnya. Pada saat itu tanaman baru berdaun 2–3 helai dan pada
umumnya telur lalat terbanyak diletakkan pada daun pertama (Soejitno et al. 1989).

Pada kedalaman tertentu biasanya tempayak ini bergerak lagi kebagian atas tanaman setelah menggerek
batang, selanjutnya keluar untuk berpupa di dalam tanah (Iqbal et al. 1988).

Pada serangan berat, tanaman jagung dapat menjadi layu ataupun mati dan jika tidak mati
pertumbuhannya terhambat (Kalshoven 1981).

Lalat bibit cepat berkembang biak dengan pada kelembaban tinggi, oleh karena itu di musim hujan lalat
ini merupakan hama utama jagung. Siklus hidupnya berkisar 15–25 hari. Seekor lalat bibit betina mampu
bertelur 20–25 butir (Kalshoven 1981).

Untuk pengendaliannya menggunakan varietas tahan dan seeds treatment melalui tanah pada waktu tanam
atau diberikan pada kuncup daun pada umur tanaman satu minggu dengan dosis 0.24 kg b.a/ha.

b. Ulat tanah (Agrotis ipsilon Hwfn.)

Ngengat Agrotis ipsilon meletakkan telur satu persatu dalam barisan atau diletakkan rapat pada salah satu
permukaan daun pada bagian tanaman dekat dengan permukaan tanah. Seekor ngengat betina dapat
bertelur ± 1800 butir. Stadia telur 6–7 hari. Larva muda bersifat fototaksis, sedang larva yang lebih tua
bersifat geotaksis sehingga pada siang hari bersembunyi di dalam tanah dan muncul kembali untuk makan
pada malam hari. Satu generasi dapat berlangsung 4–6 minggu.

Pengendalian : tanam serentak, dapat pula dilakukan penggenangan.

c. Lundi (uret) (Phyllophaga hellen)

Kumbang muncul atau terbang setelah ada hujan pertama yang cukup lebat sehingga menyebabkan tanah
cukup lembab. Telur diletakkan satu persatu di dalam tanah. Stadium telur 10 -11 hari. Stadium larva
aktif ± 5,5 bulan dan larva tidak aktif sekitar 40 hari.

Larva menyerang tanaman jagung dibagian perakaran, sehingga mengakibatkan tanaman menjadi layu
dan dapat rebah atau mati.

Pengendalian : pergiliran tanaman atau mengolah tanah dengan baik untuk mematikan larva.

d. Penyakit bulai (Peronosclerospora sp.)

Di Indonesia ada 2 jenis cendawan yang dapat menyebabkan penyakit bulai yaitu P. maydis dan P.
philippinensis (Semangun 1973) Namun pada tahun 2003 telah ditemukan P. sorghi di Dataran Tinggi
Karo, Sumatera Utara (Wakman dan Hasanuddin 2003).

Gejala penyakit bulai ini, daun berklorosis sebagian atau seluruh daun, bila tanaman terinfeksi lebih awal
akan menyebabkan tanaman kerdil, tidak berbuah, tetapi bila bertongkol, tongkolnya tidak normal dan
dapat pula menyebabkan tanaman mati.

Pengendalian : benih yang akan ditanam dilakukan seeds treatment terlebih dahulu dengan menggunakan
bahan aktif metalaksil, atau disemprotkan fungisida Nordox 56WP pada tanaman dimulai pada umur 5
hari setelah tanam sampai tidak ada lagi gutasi ditanaman, dan dapat pula menggunakan varietas tahan
seperti lokal Kalbar, Lagaligo, Surya, Bisi-4, Pioneer (4,5,9,10 dan 12).

e. Penyakit Virus Mozaik Kerdil (VMK)

Penyebab penyakit ini disebabkan oleh Virus Mozaik Tebu, Virus MozaikKetimun atau Virus Mozaik
Kerdil. Gejala terlihat pada daun dengan adanya perubahan warna yang menjadi hijau muda diantara hijau
tua normal.

Pengendalian : aplikasi insektisida untuk mengendalikan vektor dengan yang berbahan aktif
monokrotofos, tamaron atau thiodan dan melakukan eradikasi pada tanaman yang terserang.

3. Hama dan penyakit tanaman kacang hijau

Kacang hijau adalah tanaman palawija yang dikenal luas di daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk
suku polong-polongan ini memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Kandungan proteinnya
cukup tinggi dan merupakan sumber mineral penting, antara lain kalsium dan fosfor yang sangat
diperlukan tubuh (Ferdinansyah, 2007).

Seperti halnya komoditas tanaman yang lain, kacang hijau juga beresiko terhadap serangan hama. Jenis
hama yang berpotensi merusak kacang hijau adalah sebagai berikut :
a. Lalat kacang (Agromyza phaseoli Coq)

Gejala awal serangannya berupa bercak2 pada keping biji (daun pertama). Bercak ini merupakan tempat
dimana telur diletakkan. Selanjutnya akan terlihat liang gerek pada keping biji atau daun pertama. Ketika
polong yang diserang gugur, larva sudah berada di dalam batang. Pada saat larva telah berada di pangkal
akar, daun mulai layu dan kekuning-kuningan.

Tanaman akan mati setelah berumur 3-4 minggu. Jika tanaman tersebut dicabut, akan didapati larva,
pupa, atau kulit pupa di antara akar dan kulit akar.

Tanaman yang terserang dan masih tetap hidup menampakkan akar2 edventif di bagian terbawah dari
batang. Lalat kacang tubuhnya kecil dan berwarna hitam mengkilap. Perkawinannya (kopulasi) biasa
terjadi jam 9-10. Waktu matahari bersinar terik lalat ini bersembunyi dalam rumput dekat tanaman kacang
hijau. Lalat kacang bertelur pada pagi hari. Telurnya diletakkan pada keping biji (pada daun pertama).
Setelah telur manetas, belatungnya menggerek dan memakan keping biji atau daun sehingga terbentuk
lian. Belatung ini akan terus menggerek ke tangkai daun dan masuk ke dalam batang sampai ke pangkal
akar. Kepompong atau pupanya berwarna cokelat kuning. Tiap batang tanaman yang diserang rata-rata
terdapat 4-5 pupa.

Pengendalian: Hama ini dapat dikendalikan dengan Azodrin pada umur 5-6 hari setelah tanam.
Penyemprotannya diulang beberapa kali sehingga dapat menekan perkembangan hama.

b. Penggerek polong (Etiella zinckenella Tr)

Gejala serangan: – Pada kulit polong berupa bercak hitam dan bila dibuka terdapat larva yang gemuk
dengan kotoran2 yg berwarna hijau basah. Serangan pada polong kedua ditandai dengan satu lubang
gerek yang bentuknya bundar.

– Penggerek polong kacang hijau sama dengan penggerek polong pada kedelai. Larva yang baru menetas
menggerek masuk ke dalam polong menuju ke bagian bawah. Larva ini memakan biji di dalam polong
sampai habis, kemudian berpindah ke polong lain. Bentuk larvanya gemuk dan licin, larva yang masih
kecil berwarna merah kebiruan.

c. Ulat jengkal Kedelai (Plusia chalcites Esp)

Serangan: Tanaman yang sudah agak tua dan memakan daunnya sehingga tinggal tulangnya saja.

Ulat jengkal kedelai berwarna hijau. Bentuk dewasanya berupa kupu2. Telur kupu2 ini diletakkan
berkelompok sebanyak 50 butir. Stadium telurnya selama 3 hari. Larva tersebut akan menjadi kepompong
di antara daun yang dianyam menjadi satu. Stadium pupanya selama 6 hari.

d. Kepik Padi Hijau (Nezara viridula)

Kepik ini menyerang polong muda dengan mengisap isinya. Bagian yang diserang tampak berbecak
hitam. Bila polong dibuka, bijinya tampak pipih tanpa isi.

Kepik ini meletakkan telurnya yang berwarna kuning secara masal dipermukaan bawah daun. Kelompok
telurnya 5-10 butir. Stadium telurnya selama 6 hari. Setelah telur menetas, larvanya berkumpul dipolong
dalam kelompok besar. Stadium larvanya selama 30 hari. Masa pertumbuhan dari telur hingga dewasa
selama 36 hari.

e. Lamprosema indica L.

Gejala Serangan yang timbul pada Beberapa daun teratas menggulung menjadi satu, berbentuk bundar.
Selain itu pada daun juga tampak bekas gigitan. Tanda serangan seperti ini terjadi pada tanaman yang
berumur 3-4 minggu.

Bentuk dewasa dari hama ini adalah kupu2 kecil yang berwarna kecoklatan. Ulatnya hijau terang dan
hidup dalam daun yang dianyam menjadi satu. Kepompongnya juga terdapat dalam anyaman daun
tersebut.

f. Thrips sp

Serangan Hama ini menyebabkan daun menggulung ke dalam (keriting), karena sel2 bagian atasnya
mengkerut. Kutu Thrips menyerang tanaman dengan mengisap cairan tanaman, sehingga mengganggu
proses fotosintesis dan mengakibatkan menurunnya hasil.

Penurunan dapat mencapai 60%, bahkan tidak menghasilkan sama sekali (puso) apabila serangannya
berat. Hama ini yang paling berbahaya bagi tanaman kacang hijau. Selama vase vegetatif tanaman,
serangan hama ini sangat rendah.

Serangan Thrips pada kacang hijau dapat dikendalikan dengan insektisida yang berbahan aktif
monocrotofos atau karbaril yang diberikan dengan proteksi lengkap.

g. Kumbang Callosobruchus

Salah satu hama pascapanen kacang hijau adalah kumbang Callosobruchus maculatus yang menyerang
biji. Kumbang ini meletakkan telurnya pada permukaan polong atau biji kacang hijau. Larva yang baru
menetas langsung menggerek masuk ke dalam biji danj memakan kotiledon serta bagian biji lainnya.

Siklus hidup kumbang ini, pada biji kacang hijau varietas MB 129 berlangsung antara 23-28 hari.
Kemampuan bertelur kumbang betina dewasa antara 40-90 butir. Persentase telur yang dapat menetas
hingga menjadi dewasa sebesar 19-98%. Perbandingan antara jantan dewasa dengan betina 1:1.

4. Hama dan penyakit tanaman kacang panjang

Kacang panjang bukan tanaman asli Indonesia, tetapi diduga berasal dari India dan Afrika Tengah.
Kacang panjang termasuk dalam tumbuhan divisi Spermatophyta, kelas Angiospermae, ordo Rosales,
family Leguminosa, genus Vigna, spesies Vigna sinensis, L. . Bunga kacang panjang berbentuk kupu-
kupu,warna bunga ada yang putih, biru atau ungu. Bunga kacang panjang dapat menyerbuk sendiri. Ibu
tangkai bunga keluar dari ketiak daun. Setiap ibu tangkai bunga mempunyai 3 sampai 5 bunga.
Penyerbukan dengan serangga dapat terjadi dengan kemungkinan 10%. Buah kacang panjang berbentuk
polong bulat panjang dan ramping. Panjang polong sekitar 10-80 cm. Warna polong hijau muda sampai
hijau keputihan. Setelah tua warna polong putih kekuningan dan polong menjadi liat. Pada satu polong
berisi 8-20 biji kacang panjang (Haryanto et al.,1999).
Kacang panjang dapat tumbuh didataran rendah maupun dataran tinggi dengan ketinggian antara 0-
1500 m di atas permukaan laut . 600 m dpl. Suhu harian yang sesuai untuk tanaman kacang panjang
adalah sekitar 18-32° C dengan suhu optimim 25° C. Kacang panjang dapat ditanam sepanjang musim,
baik musim kemarau maupun musim hujan (Hutapea,1994).

Hama penting yang dilaporkan menyerang kacang panjang antara lain :

a. Tungau merah Tetranychus bimaculatus (Acarina: Tetranychidae),


b. Kutukebul Bemisia tabaci (Hemiptera : Aleyrodidae),
c. Penggerek polong Riptortus linearis (Hemiptera: Alydidae),
d. Kutu daun Aphis craccivora (Hemiptera : Aphisidae)
e. Ulat penggerek polong Maruca restualis (Lepidoptera : Crambidae) (Anwar et al. 2005).

Upaya yang banyak dilakukan untuk mengendalikan hama-hama tersebut adalah dengan melakukan
pergiliran tanaman, melakukan pengendalian secara biologi dengan menggunakan musuh alaminya yaitu
kumbang Scymnus sp dan laba-laba.

Beberapa penyakit yang menyerang tanaman kacang panjang diantaranya :

a. layu cendawan (Fusarium sp.),


b. Antraknosa (Colletotricum lindemuthianum),
c. puru akar (Meloidogyne sp),
d. penyakit sapu (Cowpea Witches-broom Virus/Cowpea Stunt Virus),
e. layu bakteri (Pseudomonas solanacearum)
f. penyakit mosaik yang disebabkan oleh Bean common mosaic virus (BCMV), Bean yellow
mosaic virus (BYMV) dan Cowpea aphis borne mosaic virus (CABMV) (Anwar et al.,2005).

Penyakit mosaik vein banding yang dilaporkan oleh Damayanti et al.,(2009) disebabkan oleh Bean
common mosaic virus (BCMV) dan Cucumber mosaic cucumovirus (CMV).

5. Hama dan penyakit tanaman mentimun

a. Oteng-oteng atau Kutu Kuya (Aulocophora similis Oliver).

Kumbang daun berukuran 1 cm dengan sayap kuning polos. Gejala : merusak dan memakan
daging daun sehingga daun bolong; pada serangan berat, daun tinggal tulangnya. Pengendalian :
Natural BVR atau PESTONA.

b. Ulat Tanah (Agrotis ipsilon)

Ulat ini berwarna hitam dan menyerang tanaman terutama yang masih muda. Gejala: Batang
tanaman dipotong disekitar leher akar.

c. Lalat buah (Dacus cucurbitae Coq.)

Lalat dewasa berukuran 1-2 mm. Lalat menyerang mentimun muda untuk bertelur, Gejala:
memakan daging buah sehingga buah abnormal dan membusuk. Pengendalian : Natural
METILAT.
d. Kutu daun (Aphis gossypii Clover)

Kutu berukuran 1-2 mm, berwarna kuning atau kuning kemerahan atau hijau gelap sampai hitam.
Gejala: menyerang pucuk tanaman sehingga daun keriput, kerititing dan menggulung. Kutu ini
juga penyebar virus. Pengendalian : Natural BVR atau PESTONA

2. Penyakit Pada Tanaman Mentimun.

a. Busuk daun (Downy mildew)

Penyebab : Pseudoperonospora cubensis Berk et Curt. Menginfeksi kulit daun pada kelembaban
udara tinggi, temperatur 16 – 22°C dan berembun atau berkabut. Gejala : daun berbercak kuning
dan berjamur, warna daun akan menjadi coklat dan busuk. Pengendalian : Pemberian Natural
GLIO sebelum tanam.

b. Penyakit tepung (Powdery mildew )

Penyebab : Erysiphe cichoracearum. Berkembang jika tanah kering di musim kemarau dengan
kelemaban tinggi. Gejala : permukaan daun dan batang muda ditutupi tepung putih, kemudian
berubah menjadi kuning dan mengering. Pengendalian : Pemberian Natural GLIO sebelum
tanam.

c. Antraknose

Penyebab : cendawan Colletotrichum lagenarium Pass. Gejala: bercak-bercak coklat pada daun.
Bentuk bercak agak bulat atau bersudut-sudut dan menyebabkan daun mati; gejala bercak dapat
meluas ke batang, tangkai dan buah. Bila udara lembab, di tengah bercak terbentuk massa spora
berwarna merah jambu. Pengendalian : Pemberian Natural GLIO sebelum tanam.

d. Bercak daun bersudut

Penyebab : cendawan Pseudomonas lachrymans. Menyebar pada saat musim hujan. Gejala :
daun berbercak kecil kuning dan bersudut; pada serangan berat seluruh daun yang berbercak
berubah menjadi coklat muda kelabu, mengering dan berlubang. Pengendalian : Pemberian
Natural GLIO sebelum tanam.

e. Virus

Penyebab : Cucumber Mosaic Virus, CMV, Potato virus mosaic, PVM; Tobacco Etch Virus,
TEV; otato Bushy Stunt Virus (TBSV); Serangga vektor adalah kutu daun Myzus persicae Sulz
dan Aphis gossypii Glov. Gejala : daun menjadi belang hijau tua dan hijau muda, daun berkerut,
tepi daun menggulung, tanaman kerdil. Pengendalian: dengan mengendalikan serangga vektor
dengan Natural BVR atau PESTONA, mengurangi kerusakan mekanis, mencabut tanaman sakit
dan rotasi dengan famili bukan Cucurbitaceae.
f. Kudis (Scab)

Penyebab : cendawan Cladosporium cucumerinum Ell.et Arth. Terjadi pada buah mentimun
muda. Gejala : ada bercak basah yang mengeluarkan cairam yang jika mengering akan seperti
karet; bila menyerang buah tua, terbentuk kudis yang bergabus. Pengendalian : Pemberian
Natural GLIO sebelum tanam.

g. Busuk buah

Penyebab : cendawan (1) Phytium aphinadermatum (Edson) Fizt.; (2) Phytopthora sp., Fusarium
sp.; (3) Rhizophus sp., (4) Erwinia carotovora pv. Carotovora. Infeksi terjadi di kebun atau di
tempat penyimpanan. Gejala : (1) Phytium aphinadermatum: buah busuk basah dan jika ditekan,
buah pecah; (2) Phytopthora: bercak agak basah yang akan menjadi lunak dan berwarna coklat
dan berkerut; (3) Rhizophus: bercak agak besah, kulit buah lunak ditumbuhi jamur, buah mudah
pecah; (4) Erwinia carotovora: buah membusuk, hancur dan berbau busuk. Pengendalian: dengan
menghindari luka mekanis, penanganan pasca panen yang hati-hati, penyimpanan dalam wadah
bersih dengan suhu antara 5 – 7 derajat C. Dan pemberian Natural GLIO sebelum tanam.

BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum mata kuliah Dasar–dasar Perlindungan Tanaman, tentang "Perlindungan
Tanaman Oleh Petani" bertempat di Desa Bahomoleo Kecamatan Bungku Tengah Kabupaten
Morowali. Sedangakan waktu Praktikum dilaksanakan pada hari Minggu 06 tanggal Desember
2020, dimulai dari pukul 15.00 s/d 17.00 WITA.

3.2. Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam Praktikum tentang Perlindungan Tanaman oleh petani Yaitu
Net 2 buah, Pithfall Trap 10 Buah, Corong Barless, Pacul, Sekop, Lahan, Gunting Stek, Loup,
Clipboard, Botol pengawetan serangga, Buku Gambar, Stereform, Selotip, Kertas Label.

Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Tanaman Padi, Mentimun,
Kacang panjang, Kacang hijau, Jagung, Pestisida, Alkohol 70 %, Killing Bottle, Buku Gambar.

3.3. Cara Kerja

Cara kerja pada praktikum ini yaitu mencari pentani sebagai narasumber untuk diwawancarai
dan mencari informasi dari berbagai pihak terkait.

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil
Hasil yang di dapatkan setelah melakukan wawancara terhadap 5 petani dari tanaman yang
berbeda adalah sebagai berikut :

A. IDENTITAS PETANI JAGUNG


1. Nama. : Tuo
2. Umur. : 50 Tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Tingkat pendidikan. : SD
5. Status petani : Penggarap/penyewa/pemilik
6. Jumlah keluarga tertanggung : Tidak ada
7. Luas kebun yang diolah. : 1hektar
8. Pengalaman bertani. : 5 Tahun
9. Alamat : Desa Bahomoleo

B. PENGETAHUAN DAN KETERAMPIAN PETANI :


1. Jenis Hama dan Penyakit yang menyerang tanaman mereka.
Hama. : Ulat, Belalang.
Penyakit : Bercak-Bercak Kuning
2. Tingkat serangan masing-masing hama dan penyakit.
Hama. : Tinggi
Penyakit : Tinggi
3. Teknik pengendalian yang mereka gunakan :
- Memberdayakan musuh alami? ( ya / tidak), karena populasi musuh alami menurun.
- Pengendalian mekanik/fisik (ya / tidak)
- Pengendalian kimia ? (ya / tidak)
a. Jenis pestisida yang digunakan (insektisida/fungsida/herbisida)
b. Nama pestisida yang digunakan : Skuin dan Decis
c. Frekuensi aplikasi pestisida : Sesuai anjuran
- Teknik pengendalian lainnya ? Sebutkan
4. Masalah yang dihadapi dalam berusaha tani khususnya yang terkait dengan teknik budidaya
dan pengendalian hama.
5. Apakah mereka mengenal konsep PHT ? ( ya / tidak).
6. Apakah meraka mengaplikasikan PHT ? ( ya / tidak).

C. OBSERVASI LANGSUNG KE PETAK PERTANAMAN :


Jenis hama : Ulat dan Belalang
Musuh Alami : Pacderos sp
Umur tanamanb : 2 bulan
Kerusakan tanaman : Tongkol rusak, Bercak Kuning pada daun, dan berlubang.
D. KETERLIBATAN STAKEHOLDER
1. Apakah petani mendapatkan informasi tentang teknik budidaya dan pengendalian hama dari
pengamat hama atau instansi lainnya : Tidak
- Apakah petani mendapatkan pelatihan / pendampingan dari mereka ? Tidak
- Apakah Penyuluhan/pelatihan sifatnya insidentil atau terprogram ? Tidak
2. Saran petani kepada instansi terkait (pengamat hama, intansi pertanian, PT. dll)

A. IDENTITAS PETANI PADI


10. Nama. : Badalahi
11. Umur. : 57 Tahun
12. Jenis Kelamin : Laki - Laki
13. Tingkat pendidikan. : SD
14. Status petani : Penggarap/penyewa/pemilik
15. Jumlah keluarga tertanggung :2
16. Luas kebun yang diolah. : 1hektar
17. Pengalaman bertani. : 4 Tahun
18. Alamat : Desa Bahomoleo

B. PENGETAHUAN DAN KETERAMPIAN PETANI :


7. Jenis Hama dan Penyakit yang menyerang tanaman mereka.
Hama. : Kumbang, Belalang, Tikus, Bekicot.
Penyakit : Bercak Kuning Kemerahan.
8. Tingkat serangan masing-masing hama dan penyakit.
Hama. : Menurun
Penyakit : Menurun
9. Teknik pengendalian yang mereka gunakan :
- Memberdayakan musuh alami? ( ya / tidak), tidak dalam pemberdayaan musuh alami.
- Pengendalian mekanik/fisik (ya / tidak)
- Pengendalian kimia ? (ya / tidak)
d. Jenis pestisida yang digunakan (insektisida/fungsida/herbisida) Di campur.
e. Nama pestisida yang digunakan : Decis
f. Frekuensi aplikasi pestisida : Sesuai anjuran
- Teknik pengendalian lainnya ? Sebutkan
10. Masalah yang dihadapi dalam berusaha tani khususnya yang terkait dengan teknik budidaya
dan pengendalian hama.
- Tidak adanya biaya untuk membeli pestisida
- Ketika ada biaya stok pestisida habis.
11. Apakah mereka mengenal konsep PHT ? ( ya / tidak).
12. Apakah meraka mengaplikasikan PHT ? ( ya / tidak). Tidak ada pengaplikasian di karenakan
peralatan pertanian yang serba terbatas.

A. OBSERVASI LANGSUNG KE PETAK PERTANAMAN :


Jenis hama : tikus,dan Belalang
Musuh Alami :-
Umur tanamanb : 6 bulan
Kerusakan tanaman : Banyak daun padi yang terserang bercak sehingga panen tidak produktif.
B. KETERLIBATAN STAKEHOLDER
3. Apakah petani mendapatkan informasi tentang teknik budidaya dan pengendalian hama dari
pengamat hama atau instansi lainnya : Tidak
- Apakah petani mendapatkan pelatihan / pendampingan dari mereka ? Tidak
- Apakah Penyuluhan/pelatihan sifatnya insidentil atau terprogram ? Tidak
4. Saran petani kepada instansi terkait (pengamat hama, intansi pertanian, PT. dll)

A. IDENTITAS PETANI KACANG HIJAU


19. Nama. : Darakasih
20. Umur. : 79 Tahun
21. Jenis Kelamin : laki-laki
22. Tingkat pendidikan. : SD
23. Status petani : Penggarap/penyewa/pemilik
24. Jumlah keluarga tertanggung :1
25. Luas kebun yang diolah. : 1 hektar
26. Pengalaman bertani. : 1 Tahun
27. Alamat : Desa Bahomoleo

B. PENGETAHUAN DAN KETERAMPIAN PETANI :


13. Jenis Hama dan Penyakit yang menyerang tanaman mereka.
Hama. : Ulat, kumbang
Penyakit : daun menguning, karat daun, kering.
14. Tingkat serangan masing-masing hama dan penyakit.
Hama. : Kurang
Penyakit : Kurang
15. Teknik pengendalian yang mereka gunakan :
- Memberdayakan musuh alami? ( ya / tidak), karena populasi musuh alami menurun.
- Pengendalian mekanik/fisik (ya / tidak)
- Pengendalian kimia ? (ya / tidak)
g. Jenis pestisida yang digunakan (insektisida/fungsida/herbisida)
h. Nama pestisida yang digunakan : Servin dan Decis
i. Frekuensi aplikasi pestisida : Sesuai anjuran
- Teknik pengendalian lainnya ? Sebutkan
16. Masalah yang dihadapi dalam berusaha tani khususnya yang terkait dengan teknik budidaya
dan pengendalian hama.
17. Apakah mereka mengenal konsep PHT ? ( ya / tidak).
18. Apakah meraka mengaplikasikan PHT ? ( ya / tidak).

C. OBSERVASI LANGSUNG KE PETAK PERTANAMAN :


Jenis hama : Ulat dan kumbang
Musuh Alami :
Umur tanamanb : 2 bulan
Kerusakan tanaman : Daun berlubang dan berwarna kecoklatan.
D. KETERLIBATAN STAKEHOLDER
5. Apakah petani mendapatkan informasi tentang teknik budidaya dan pengendalian hama dari
pengamat hama atau instansi lainnya : Tidak
- Apakah petani mendapatkan pelatihan / pendampingan dari mereka ? Tidak
- Apakah Penyuluhan/pelatihan sifatnya insidentil atau terprogram ? Tidak
6. Saran petani kepada instansi terkait (pengamat hama, intansi pertanian, PT. dll)

A. Bagaimana pendapat anda tentang pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan petani
Buat Resume dari data yang anda peroleh.

Tabel Pengamatan
No Nama Serangga Gejala Serangan Cara Pengendalian oleh Keterangan
petani
1. Kumbang Lubang kecil, Penyemprotan pestisida
bercak kuning pada pada saat terjadi
daun, benjolan serangan hama.
kecil.
2. Belalang Berlubang pada Penyemprotan pestisida
daun. pada saat terjadi
serangan hama

3. Tikus Memakan dan Penyemprotan pestisida


merusak batang pada saat terjadi
padi. serangan hama

4. Keong Memakan daun Penyemprotan pestisida


sehingga berlibang pada saat terjadi
serangan hama

4.2. PEMBAHASAN
HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN JAGUNG DAN PENGENDALIANYA
Pada pelaksanaan budidaya tanaman jagung pastilah akan ada kendala seperti tanaman jagung
terserang hama dan penyakit. Hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman jagung
beserta cara pengendaliannya.

A. Hama Tanaman Jagung

a. Ulat Daun (prodenia litura)

Hama ulat daun ini akan menyerang bagian pucuk daun dan biasanya tanaman jagung yang
berumur sekitar 1 bulan diserang ulat daun. Daun tanaman jagung yang bila sudah besar menjadi
rusak. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara penyemprotan insektisida yang tepat seperti
folidol atau yang lainnya dengan dosis sesuai dengan anjuran.

b. Lalat bibit(Atherigona exigua)

Tanaman jagung yang terserang hama ini akan memiliki bekas gigitan pada bagian daun, pucuk
daun layu, dan akhirnya tanaman jagung akan mati. Pengendalian hama ini dapat dilakukan
dengan cara melakukan penyemprotan insektisida sesuai dengan dosis yang dianjurkan.

c. Ulat Grayak atau Ulat Agrotis

Bagian Tanaman jagung yang diserang hama ini adalah bagian batang yang masih muda, batang
akan putus dan akhirnya tanaman jagung mati. Hama Agrotis sp. Menyerang pada malam dan
siang hari. Ada 3 jenis ulat grayak/agrotis yaitu:

● Agrotis segetum : memiliki warna hitam dan ulat ini sering ditemukan di daerah dataran
tinggi.
● Agrotis ipsilon : memiliki warna hitam kecoklatan dan ulat ini sering di temukan di
daerah dataran tinggi dan rendah.
● Agrotis interjection : memiliki warna hitam dan banyak di temukan di pulau jawa.

Pengendalian ulat ini dapat dilakukan dengan melakukan penyemprotan menggunakan


insektisida yang sesuai dan menggunakan dosis sesuai anjuran.

d. Penggerek daun dan penggerek batang

Ulat sesamia inferens dan pyrasauta nubilasis ini menyerang bagian ruas batang sebelah bawah
dan titik tumbuh tunas daun tanaman jagung. Tanaman jagung akan menjadi layu.
Penanggulangan hama ini dapat dilakukan dengan melakukan penyemprotan menggunakan
insektisida yang sesuai dengan dosis yang di anjuran

e. Ulat Tongkol (Heliothis armigera)

Tanaman jagung yang terserang hama ini akan memiliki bekas gigitan pada biji dan adanya
terowongan dalam tongkol jagung. Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara
melakukan penyemprotan menggunakan Furadan 3G atau insektisida yang sesuai dan dengan
dosis sesuai anjuran.

f. Belalang

Jenis belalang yang sering menyerang tanaman jagung yaitu Oxyca chinensis dan juga Locusta
sp. Hama ini biasa menyerang tanaman jagung pada bagian daun muda. Pengendalian hama ini
dapat dilakukan dengan cara melepaskan predator alaminya yaitu berupa burung atau laba-laba,
bisa juga dengan menggunakan biopestisida.

B. Penyakit Tanaman Jagung

a. Penyakit Hawar Daun atau Karat Daun

Penyakit Hawar daun dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:

1. Hawar daun turcicum

Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini yaitu berupa adanya bercak kecil berbentuk jorong
dan berwarna hijau kelabu. Lama kelamaan bercak tersebut kemudian menjadi besar dan
berwarna coklat serta berbentuk seperti kumparan, bila parah maka daun seperti terbakar.
Penyebab penyakit ini adalah Helminthos porrirum turcicum.

2. Hawar daun maydis

Gejala yang dialami tanaman jagung yang terserang hawar ini berupa bercak coklat abu-abu pada
seluruh permukaan daun. Bila parah penyakit ini akan menyerang hingga bagian jaringan tulang
daun yang akhirnya jaringan daun tersebut mati.

3. Hawar daun corbonum

Tanaman jagung yang terserang penyakit hawar ini akan timbul gejala berupa bercak coklat
muda kekuningan bersudut-sudut memanjang yang dapat menyatu dan mematikan daun.
Penyebabnya adalah cendawan Dreschslera zeicola. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan
dengan cara melakukan penyemprotan fungisida atau dengan menggunakan thiram dan karboxin,
serta pengasapan atau perawatan suhu panas selama 17 menit dengan suhu 55°C.

b. Bulai

Penyakit bulai pada daun jagung disebabkan oleh cendawan atau jamur sclerospora maydis.
Tanaman jagung yang terserang penyakit ini akan memiliki gejala berupa daun akan berwarna
kuning keputih-putihan bergaris, sejajar dengan urat daun dan tampak kaku. Pengendalian hama
ini dapat dilakukan dengan cara memberikan Ridomil 35 SD pada saat masih benih agar tidak
tumbuh jamur pada biji jagung. Selain akibat hama dan penyakit, tanaman jagung yang
kekurangan zat makanan juga akan mengalami berbagai gangguan. Berikut adalah penjelasan
selengkapnya:

a. Kekurangan Nitrogen (N)

Akibat kekurangan unsur Nitrogen maka tanaman jagung akan kerdil, kurus, dan daunnya akan
berwarna hijau kekuningan. Jika sudah parah tanaman jagung tidak akan berbuah.

b. Kekurangan Fosfor (P)

Kekurangan Fosfor akan menyebabkan tanaman jagung kerdil, daunnya kan berwarna agak ungu
dan kaku, pertumbuhan tongkolnya terganggu, sehingga barisan biji tidak teratur.

c. Kekurangan Kalium (K)

Tanaman jagung yang kekurangan kalium maka bagian bawah ujung daun menguning dan mati
dan tanaman jagung akan menghasilkan buah berukuran kecil dan memiliki ujung runcing.

d. Kekurangan Kalsium (Ca)

Kekurangan kalsium dapat menyebabkan tanaman jagung memiliki daun muda yang tidak
muncul dari ujung tanaman, daunnya agak kaku dan memiliki warna kuning kehijauan serta
kerdil.

e. Kekurangan Magnesium (Mg)

Tanaman jagung yang kekurangan magnesium maka akan tumbuh kerdil, bagian atas daun akan
berwarna kuning dengan garis-garis tak normal berwarna putih. Daun tua akan berubah warna
menjadi ungu kemerahan pada bagian tepi daun dan ujung daun.

f.Kekurangan Seng (Zn)

Tanaman jagung yang kekurangan seng akan terlihat setelah tanaman berumur sekitar 2 minggu
dengan gejala sepanjang tulang daun terdapat garis kuning dan bagian tepi daun akan tetap
berwarna hijau.

g. Kekurangan Belerang (S)

Pada tanaman jagung yang kekurangan belerang maka seluruh daun tanaman jagung akan
berubah warna menjadi kuning, baik dari daun muda hingga daun tua, tubuh tanaman jagung
akan tumbuh menjadi kerdil dan terlambat bahkan tidak berbunga.

h. Kekurangan Tembaga (Cu)


Kekurangan tembaga akan menyebabkan daun termuda tanaman jagung akan mengering, lalu
tanaman jagung akan tumbuh kerdil dan daun tua akan mati serta batang jagung akan menjadi
lunak ,mudah bengkok bahkan roboh terkena angin.

i. Kekurangan Zat Besi (Fe)

Tanaman jagung yang kekurangan zat besi akan memiliki daun berwarna hijau pucat hingga
putih pada bagian atasnya di antara urat-urat daunnya.

HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI DAN PENGENDALIANNYA

Padi (Oryza sativa) merupakan salah satu tanaman penghasil bahan pangan pokok yang banyak
di tanam oleh petani. Dalam melakukan penanaman padi tersebut, tidaklah terlepas dari ancaman
serangan hama dan penyakit. Oleh karena itu, sangat diperlukan penanggulangan atau
pengendalian. Berikut adalah hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman padi, gejala
yang ditimbulkan bila terserang beserta cara pengendaliannya:

1. Hama Tanaman Padi

a. Pengerek Batang Padi

Hama ini menyerang dengan cara merusak tanaman padi anakan hingga mati yang berakibat
terjadinya enurunan produksi padi dan juga kematian tanaman padi tersebut. Hama ini dapat
dikendalikan dengan cara melakukan perawatan dan pengontrolan tanaman serta melakukan
penyemprotan dengan insektisida berbahan aktif.

b. Wereng Hijau

Tanaman yang terserang hama ini akan menjadi kerdil, pendek, anakan berkurang, dan daunnya
akan berubah warna menjadi kuning dan orange. Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan
cara menanam varietas tanaman padi yang unggul atau juga dengan melakukan penyemprotan
menggunakan insektisida berbahan aktif.

c. Wereng Cokelat

Tanaman yang terserang hama ini akan rusak, menguning dan mengering. Pengendalian hama ini
dapat dilakukan dengan cara melakukana pemberian pupuk K untuk mengurangi kerusakan Atau
dengan menyemprotkan insektisida berbahan aktif seperti Amitraz, Buproferin atau yang
lainnya.

d. Walang Sangit

Hama ini akan menyebabkan tanaman padi mengalami kerusakan pada bagian daun dan bunga
yang akan berubah warna, mengapur serta hampa. Pengendalian hama ini dapat dilakukan
dengan cara menggunakan jaring perangkap dan mengendalian gulma atau juga bisa dengan
melakukan penyemprotan insektisida berbahan aktif.

e. Kepinding Tanah

Hama ini akan merusak tanaman padi pada bagian daun, sekitar lubang bekas hisapan pada daun
akan berubah menjadi coklat, lalu daun akan mengering dan mengulung. Pengendalian hama ini
dapat dilakukan dengan cara membuat perangkap lampu, kemudian di bakar atau di bunuh.

f. Ganjur

Hama ini akan menyebabkan daun tanaman padi menggulung, dan juga mengalami perubahan
warna menjadi kuning dan kecoklatan. Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan
menggunakan perangkap lampu atau juga bisa dengan melakukan penyemprotan insektisida
granular berbahan aktif.

g. Tikus

Tanaman padi yang terserang hama ini akan mengalami kerusakan pada bagian akar, batang,
beras dan juga daunnya aka menjadi kering dan mati. Pengendalian hama ini dapat dilakukan
dengan menggunakan penyemprotan asap atau juga bisa dengan melepaskan predator alaminya.

h. Hama Putih Palsu

Tanaman padi yang terserang hama ini akan memiliki daun keriting dan mengulung serta
berwarna putih. Jika serangan sudah parah baru bisa dilakukan pengendalian yaitu dengan
melakukan penyemprotan insektisida berbahan aktif.

i. Orong-Orong

Tanaman padi yang terserang hama ini akan mengalami kerusakan pada bagian akar dan dapat
menyebabkan kematian tanaman padi. Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan
menggunakan umpan sekam atau juga dengan melakukan penyemprotan dengan insektisida
berbahan aktif.

j. Ulat

Tanaman padi yang terserang hama ini akan mengalami kerusakan pada daun, daun akan
berubah warna menjadi kuning, mengulung, dan juga kering. Pengendalian hama ini dapat
dilakukan dengan cara melakukan penyemprotan dengan insektida berbahan aktif.

k. Lalat Bibit

Hama ini akan menyebabkab bercak pada daun sehingga daun akan menjadi kuning, mengulung
dan juga akan membuat daun menjadi layu serta kering. Pengendalian hama ini dapat dilakukan
dengan cara mengeringkan sawah atau juga bisa dengan melakukan penyemprotan insektisida
berbahan aktif.

l. Burung.

Hama ini menyerang pada saat menjelang panen dengan cara mebuat tangkai buah patah,dan biji
padi berserakan. Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara mengusir menggunakan
bunyi-bunyian atau orang-orangan sawah.

2. Penyakit Tanaman Padi

a. Penyakit bakteri daun bergaris

Tanaman padi yang terserang penyakit ini akan memiliki bercak pada daun berwarna kuning
sampai berwarna kehitaman atau gelap. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara
menanam menggunakan bibit yang unggul, atau juga dengan menggunakan pupuk nitrogen
sesuai dosis yang ditentukan atau juga bisa dengan mengatur jarak tanam serta pengaturan
pengairan.

b. Penyakit hawar daun bakteri

Penyakit ini akan menimbulkan bercak pada daun berwarna kuning hingga putih, berbentuk garis
lebam pada bagian tepi. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan melakukan sanitasi
lahan dengan baik, menggunakan pupuk nitrogen sesuai dengan dosis, dan juga penjarangan
tanaman.

c. Penyakit Blast

Gejala yang ditimbulkan jika tanaman padi terserang penyakit ini adalah daun akan memiliki
bercak kuning pada bagian ujung, hingga berwarna kecoklatan dan juga kering pada tanaman.
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara melakukan pemupukan dengan pupuk
nitrogen dengan dosis yang sesuai dan juga dengan cara melakukan penyemprotan menggunakan
fungisida berbahan aktif.

d. Penyakit hawar pelepah daun

Penyakit ini akan menyebabkan rusaknya batang tanaman padi yang menjadi kuning, kecoklatan
dan bahkan kering, dan lama kelamaan akan mati. Pengendalian hama ini dapat dilakukan
dengan cara melakukan rotasi tanaman dengan kacang kacangan, dan juga melakukan
penyemprotan dengan fungisida berbahan aktif.

e. Penyakit busuk batang

Gejala yang ditimbulkan apabila tanaman padi terserang penyakit ini adalah terjadinya
pembusukan pada batang menjadi kuning, kecoklatan dan kehitaman sehingga mengakibatkan
kematian pada tanaman padi. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara melakukan
pemupukan secara teratur atau juga bisa dengan melakukan penyemprotan dengan fungisida
berbahan aktif.

f. Penyakit kerdil

Tanaman padi yang terserang penyakit ini akan sulit tumbuh dan berkembang, sehingga tanaman
akan pendek dan kerdil. Pengendalian penyebab penyakit ini adalah dengan cara mencari
musuhnya yaitu wereng coklat.

g. Penyakit tungro

Tanaman padi yang terserang penyakit ini akan mengalami pembusukan pada bunga tanaman
padi dan juga membuat tanaman tidak berbunga. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan
dengan melakukan penyemprotan fungisida dengan baik dan teratur dan juga melakukan
penjarangan sebelum penanaman dilakukan.

HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN KACANG PANJANG

a. Hama Tanaman Kacang Panjang

1. Lalat kacang (Ophiomya phaseoli Tryon)

Gejala: terdapat bintik-bintik putih sekitar tulang daun, pertumbuhan tanaman yang terserang
terhambat dan daun berwarna kekuningan, pangkal batang terjadi perakaran sekunder dan
membengkak. Pengendalian: dengan cara pergiliran tanaman yang bukan dari famili kacang-
kacangan dan penyemprotan dengan insektisida Orthene 75 SP 1 cc/liter.

2. Kutu daun (Aphis cracivora Koch)

Gejala: pertumbuhan terlambat karena hama mengisap cairan sel tanaman dan penurunan hasil
panen. Kutu bergerombol di pucuk tanaman dan berperan sebagai vektor virus. Pengendalian:
dengan rotasi tanaman dengan tanaman bukan famili kacang-kacangan dan penyemprotan
insektisida Furadan 3G dan Carbofuran 80 kg/ha.

3. Ulat grayak (Spodoptera litura F.)

Gejala: daun berlubang dengan ukuran tidak pasti, serangan berat di musim kemarau,
juga menyerang polong. Pengendalian: dengan peraikan kultur teknis, rotasi tanaman,
penanaman serempak, perangkap hama kimiawi dan insektisida Suoracide 0,1-0,2%.

4. Penggerek biji (Callosobruchus maculatus L)

Gejala: biji dirusak berlubang-lubang, hancur sampai 90%. Pengendalian: dengan membersihkan
dan memusnahkan sisa-sisa tanaman tempat persembunyian hama. Benih kacang panjang diberi
perlakuan minyak jagung 10 cc/kg biji.
5. Ulat bunga ( Maruca testualis)

Gejala: larva menyerang bunga yang sedang membuka, kemudian memakan polong.
Pengendalian: dengan rotasi tanaman dan menjaga kebersihan kebun dari sisa-sisa tanaman.
Disemprot dengan insektisida yang efektif seperti Sevin pada kosentrasi 0,1%-0,2%.

b. Penyakit Tanaman Kacang panjang

1. Antraknose

Penyebab: jamur Colletotricum lindemuthianum. Gejala: serangan dapat diamati pada bibit yang
baru berkecamabah, semacam kanker berwarna coklat pada bagian batang dan keping biji.
Pengendalian: dengan rotasi tanaman, perlakuan benih sebelum ditanam dengan fungisida
Dithane M-45 dan Cupravit OB 21 0,1-0,2% dan membuang rumput-rumput dari sekitar
tanaman.

2. Penyakit mozaik

Penyebab: virus Cowpea Aphid Borne Virus/CAMV. Gejala: pada daun-daun muda terdapat
gambaran mosaik yang warnanya tidak beraturan. Penyakit ditularkan oleh vektor kutu daun.
Pengendalian: dengan menggunakan benih yang sehat dan bebas virus, disemprot dengan
insektisida yang efektif untuk kutu daun dan tanaman yang terserang dicabut dan dibakar.

3. Penyakit sapu

Penyebab: virus Cowpea Witches-broom Virus/Cowpea Stunt Virus. Gejala: pertumbuhan


tanaman terhambat, ruas-ruas (buku-buku) batang sangat pendek, tunas ketiak memendek dan
membentuk "sapu". Penyakit ditularkan kutu daun. Pengendalian: sama dengan pengendalian
penyakit mosaik.

4. Layu bakteri

Penyebab: bakteri Pseudomonas solanacearum E.F. Smith. Gejala: tanaman mendadak layu dan
serangan berat menyeabkan tanaman mati. Pengendalian: dengan rotasi tanaman, perbaikan
drainase dan mencabut tanaman yang mati.

HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN MENTIMUN DAN PENGENDALIANYA

1. Hama Pada Tanaman Mentimun.

a. Oteng-oteng atau Kutu Kuya (Aulocophora similis Oliver).

Kumbang daun berukuran 1 cm dengan sayap kuning polos. Gejala : merusak dan memakan
daging daun sehingga daun bolong; pada serangan berat, daun tinggal tulangnya. Pengendalian :
Natural BVR atau PESTONA.
b. Ulat Tanah (Agrotis ipsilon)

Ulat ini berwarna hitam dan menyerang tanaman terutama yang masih muda. Gejala: Batang
tanaman dipotong disekitar leher akar.

c. Lalat buah (Dacus cucurbitae Coq.)

Lalat dewasa berukuran 1-2 mm. Lalat menyerang mentimun muda untuk bertelur, Gejala:
memakan daging buah sehingga buah abnormal dan membusuk. Pengendalian : Natural
METILAT.

d. Kutu daun (Aphis gossypii Clover)

Kutu berukuran 1-2 mm, berwarna kuning atau kuning kemerahan atau hijau gelap sampai hitam.
Gejala: menyerang pucuk tanaman sehingga daun keriput, kerititing dan menggulung. Kutu ini
juga penyebar virus. Pengendalian : Natural BVR atau PESTONA

2. Penyakit Pada Tanaman Mentimun.

a. Busuk daun (Downy mildew)

Penyebab : Pseudoperonospora cubensis Berk et Curt. Menginfeksi kulit daun pada kelembaban
udara tinggi, temperatur 16 – 22°C dan berembun atau berkabut. Gejala : daun berbercak kuning
dan berjamur, warna daun akan menjadi coklat dan busuk. Pengendalian : Pemberian Natural
GLIO sebelum tanam.

b. Penyakit tepung (Powdery mildew )

Penyebab : Erysiphe cichoracearum. Berkembang jika tanah kering di musim kemarau dengan
kelemaban tinggi. Gejala : permukaan daun dan batang muda ditutupi tepung putih, kemudian
berubah menjadi kuning dan mengering. Pengendalian : Pemberian Natural GLIO sebelum
tanam.

c. Antraknose

Penyebab : cendawan Colletotrichum lagenarium Pass. Gejala: bercak-bercak coklat pada daun.
Bentuk bercak agak bulat atau bersudut-sudut dan menyebabkan daun mati; gejala bercak dapat
meluas ke batang, tangkai dan buah. Bila udara lembab, di tengah bercak terbentuk massa spora
berwarna merah jambu. Pengendalian : Pemberian Natural GLIO sebelum tanam.

d. Bercak daun bersudut

Penyebab : cendawan Pseudomonas lachrymans. Menyebar pada saat musim hujan. Gejala :
daun berbercak kecil kuning dan bersudut; pada serangan berat seluruh daun yang berbercak
berubah menjadi coklat muda kelabu, mengering dan berlubang. Pengendalian : Pemberian
Natural GLIO sebelum tanam.
e. Virus

Penyebab : Cucumber Mosaic Virus, CMV, Potato virus mosaic, PVM; Tobacco Etch Virus,
TEV; otato Bushy Stunt Virus (TBSV); Serangga vektor adalah kutu daun Myzus persicae Sulz
dan Aphis gossypii Glov. Gejala : daun menjadi belang hijau tua dan hijau muda, daun berkerut,
tepi daun menggulung, tanaman kerdil. Pengendalian: dengan mengendalikan serangga vektor
dengan Natural BVR atau PESTONA, mengurangi kerusakan mekanis, mencabut tanaman sakit
dan rotasi dengan famili bukan Cucurbitaceae.

f. Kudis (Scab)

Penyebab : cendawan Cladosporium cucumerinum Ell.et Arth. Terjadi pada buah mentimun
muda. Gejala : ada bercak basah yang mengeluarkan cairam yang jika mengering akan seperti
karet; bila menyerang buah tua, terbentuk kudis yang bergabus. Pengendalian : Pemberian
Natural GLIO sebelum tanam.

g. Busuk buah

Penyebab : cendawan (1) Phytium aphinadermatum (Edson) Fizt.; (2) Phytopthora sp., Fusarium
sp.; (3) Rhizophus sp., (4) Erwinia carotovora pv. Carotovora. Infeksi terjadi di kebun atau di
tempat penyimpanan. Gejala : (1) Phytium aphinadermatum: buah busuk basah dan jika ditekan,
buah pecah; (2) Phytopthora: bercak agak basah yang akan menjadi lunak dan berwarna coklat
dan berkerut; (3) Rhizophus: bercak agak besah, kulit buah lunak ditumbuhi jamur, buah mudah
pecah; (4) Erwinia carotovora: buah membusuk, hancur dan berbau busuk. Pengendalian: dengan
menghindari luka mekanis, penanganan pasca panen yang hati-hati, penyimpanan dalam wadah
bersih dengan suhu antara 5 – 7 derajat C. Dan pemberian Natural GLIO sebelum tanam.

HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN KACANG HIJAU DAN PENGENDALIANNYA

1. Hama tanaman kacang hijau

1. Ulat Jengkal

Ulat Chrydeixis chalcites Eisper, disebut juga ulat jengkal atau ulet lompat. Tubuh ulat berwarna
hijau dengan garis berwarna cerah pada sisinya. Serangan ulat jengkal meninggalkan tanda yang
berupa bekas gigitan. Fase ulat berlangsung sekitar 11-13 hari, dan kemudian menjadi pupa.
Pupa yang berada di dalam tanah atau di bawah daun diliputi oleh benang halus berwarna putih.
Setelah 7 hari, dari pupa keluar ngengat yang berwarna cokelat, di tepi daun muda, yang makin
lama makin ke tengah, hingga akhirnya hanya tersisa tulang daunnya. Hama dapat pula
menyerang bagian yang lunak misalnya ujung tanaman atau buah muda.

Ulat jengkal dapat dikendalikan dengan cara sebagai berikut. Pengendalian secara biologis
dilakukan dengan melepas musuh alaminya yaitu Apanteles sp. dan Listomastix sp.
Pemberantasan secara kimiawi dilakukan menggunakan insektisida yang sesuai dengan dosis
yang dianjurkan.

2. Ulat Polong

Ulat penggerek polong (Etiella zinckenella T) yang berkepala hitam ini mula-mula memiliki
tubuh yang berwarna hijau pucat, kemudian menjadi kemerahan. Tubuh ulat polong berbentuk
silindris dengan panjang sekitar 15 mm. Serangan ulat penggerek polong menyebabkan
permukaan polong tampak diselubungi benang-benang putih yang apabila disingkap, akan
nampak larva hama di dalamnya. Pada kulit polong yang terserang nampak adanya titik hitam
atau cokelat tua bekas tempat masuknya hama. Ulat penggerek polong yang menyerang dapat
dikendalikan dengan cara sebagai berikut. Penanaman dilakukan serempak atau dengan selisih
waktu kurang dari 30 hari. Dilakukan pergiliran tanaman dengan tanaman selain kaeang-
kacangan. Digunakan obor untuk menarik perhatian ngengat, sehingga apabila ngengat mendekat
akan mati terbakar. Pemberantasan secara kimia menggunakan insektisida dengan dosis sesuai
anjuran.

3. Ulat Penggulung Daun

Ulat penggulung daun (Lamprosema indicata dan L. diemenalis) memiliki tubuh yang berwarna
hijau dengan garis-garis kuning sampai putih buram. Ulat kemudian menjadi kepompong dan
akhirnya menjadi ngengat dengan sayap berwarna kuning berbercak hitam.

Serangan ulat penggulung daun menyebabkan daun menggulung. Di dalam daun yang
menggulung tersebut, terdapat ulat yang dilindungi oleh benang. Ulat dalam daun tersebut akan
memakan daun dari dalam, sehingga pada daun terdapat lubang-lubang bekas gigitan. Lubang
bekas gigitan tersebut semakin meluas, dan akhirnya hanya tersisa urat-urat daunnya saja. Ulat
penggulung daun yang menyerang dapat dikendalikan dengan cara sebagai berikut. Pengaturan
jadwal tanam secara serentak atau dengan pergiliran tanaman. Sebaiknya daun yang terserang
dibuang atau dibakar. Pengendalian secara kimia dapat dilakukan dengan penyemprotan
insektisida dengan dosis sesuai anjuran.

4. Kepik Hijau

Imago kepik hijau Nezara viridula L., berbentuk hampir bulat dan berwarna hijau. Telur imago
diletakkan secara berkelompok ± 10-50 butir pada permukaan daun bagian bawah dan atas,
polong, ataupun batang tanaman. Kepik hijau merusak polong dan biji, sehingga menyebabkan
polong dan biji menjadi keriput, berbintik-bintik, dan berasa pahit.

Kepik hijau yang menyerang dapat dikendalikan dengan cara berikut. Penerapan sistem
pergiliran tanaman dan pengaturan waktu tanam secara serempak, serta pengumpulan dan
pemusnahan imago atau nimfa. Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan penyemprotan
insektisida dengan dosis sesuai anjuran.
5. Kepik Cokelat/Kepik Polong

Kepik polong atau Riptorus linearis F., berbentuk tubuh mirip dengan walang sangit, tetapi
terdapat warna kuning memanjang pada bagian sisi samping kiri dan kanan tubuhnya.

Hama kepik polong menyerang tanaman dengan cara mengisap cairan polong hingga
menimbulkan bercak-bercak cokelat sampai hitam pada kulit polong. Kepik polong yang
menyerang dapat dikendalikan dengan cara berikut.Penerapan pergiliran tanaman, pengaturan
waktu tanam secara serempak, dan penjagaan kebersihan kebun. Pengendalian secara kimia
dilakukan dengan penyemprotan insektisida dalam konsentrasi yang dianjurkan.

6. Lalat Kacang

Lalat kacang Ophiomyaphaseoli atau Agromyzaphaseoli jantan mem- punyai tubuh dengan
panjang 1,9 mm, sedangkan lalat betina 2,2 mm. Sebagian besar tubuhnya berwarna hitam
mengkilap, kecuali sayap, antena, dan kakinya berwarna cokelat muda. Telur diletakkan pada
daun muda. Larva lalat berwarna putih krem, tidak berkaki, dan bagian kepalanya meruncing.
Larva ini menggerek daun.

b. Gejala Serangan

Serangan lalat kacang ini menyebabkan daun tanaman muda berbintik putih, kemudian menjadi
kuning dengan titik cokelat di tengahnya. Akibatnya, tanaman akan layu, kering dan kemudian
mati. Pada tanaman dewasa, serangan ini menyebabkan pertumbuhannya terhambat.

Hama lalat kacang yang menyerang dapat dikendalikan dengan cara sebagai berikut. Penerapan
pergiliran tanaman dengan tanaman selain tanaman kacang- kacangan. Penggunaan obor untuk
menarik perhatian ngengat, sehingga bila ngengat mendekati obor, akan mati terbakar.
Penanaman yang dilakukan serempak dengan selisih waktu kurang dan 30 hari. Penyemprotan
dengan insektisida sesuai dengan dosis yang dianjurkan.

7. Lalat Pucuk

Lalat Melanagromyza dolichostigma de Meij, meletakkan telurnya pada permukaan daun bagian
bawah. Larva memakan dan menggerek batang. Pupa terbentuk di dalam batang dekat bagian
pucuk. Larva lalat pucuk akan menggerek batang hingga menjadi rusak dan hanya tersisa lapisan
kulitnya saja. Serangan lebih lanjut menyebabkan pucuk-pucuk tanaman menjadi layu dan
kering. Lalat pucuk yang menyerang dapat dikendalikan dengan cara berikut. Pemotongan dan
pembakaran pucuk tanaman yang terserang. Pengendalian secara kimia dilakukan penyemprotan
insektisida sesuai dengan anjuran.

8. Kumbang Tanah Kuning

Kumbang tanah kuning atau Longitarsus suturellinus Csiki menyerang daun, keping biji, dan
batang tanaman yang masih muda.
Kumbang tanah kuning menyerang tanaman dengan meninggalkan lubang-lubang bekas gigitan
pada daun, keping biji, dan batang yang masih muda. Kumbang tanah kuning yang menyerang
dapat dikendalikan secara kimia dengan penggunaan insektisida yang sesuai dengan anjuran.

2. Penyakit Kudis (Scab)

Penyakit kudis disebabkan oleh cendawan Elsinoe glycines Jenkins atau Elsinoe iwatae.
Serangan penyakit kudis menyebabkan timbulnya bercak kecil berwarna cokelat pada permukaan
bawah daun, yang kemudian menjalar ke tangkai daun dan batang. Pada serangan berat, biji akan
menjadi keriput. Penyakit kudis dapat dikendalikan dengan cara sebagai berikut. Penanaman
dengan varietas tahan penyakit ini. Pembakaran tanaman yang terserang berat. Pengendalian
secara kimia dilakukan dengan menyemprotkan fungisida yang sesuai dengan dosis yang sesuai.

3. Embun Tepung (Powdery Mildew)

Penyakit embun tepung ini disebabkan oleh cendawan Oidium sp. Serangan penyakit embun
tepung menyebabkan permukaan daun, batang, dan polong buah tertutup tepung yang berwarna
putih. Pada serangan berat, daun akan menjadi kering dan mati.

Penyakit embun tepung dapat dikendalikan dengan cara berikut. Penanaman dengan varietas
yang tahan terhadap penyakit ini. Pembakaran tanaman yang terserang berat. Penyemprotan
dengan fungisida.

4. Bercak Sclerotium

Penyakit bercak sclerotium disebabkan oleh cendawan Sclerotium rolfsii. Serangan penyakit
bercak sclerotium menyebabkan terjadinya bercak- bercak bulat yang berwarna cokelat, kuning,
atau putih pada daun, yang kemudian akan menjalar ke bagian batang.

Penyakit bercak daun sclerotium dapat dikendalikan dengan cara sebagai berikut. Pembakaran
tanaman yang sakit dan penerapan rotasi tanaman. Pengendalian secara kimia dengan
penggunaan fungisida

5. Mosaik Kuning

Penyakit mosaik kuning disebabkan oleh Mungbean Yellow Mosaik Virus (MYMV). Penularan
terjadi secara mekanis, melalui benih, serta vektor Bemisia tabaci Genn.

Serangan penyakit mosaik kuning menyebabkan daun muda yang diserang bertitik kuning
diselingi daerah berwarna hijau. Titik tersebut kemudian berkembang menjadi bercak
kekuningan. Serangan berat menyebabkan tanaman menjadi kerdil, cabang berkurang, bunga
sedikit, pembentukan dan pematangan polong terhambat.
Penyakit mosaik kuning dapat dikendalikan dengan cara berikut. Penanaman dengan varietas
tahan penyakit virus mosaik kuning ini.Pembakaran tanaman yang terserang. Penyemprotan
dengan insektisida yang efektif untuk mengendalikan.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hal–hal sebagai berikut :

1. Kerugian pada budidaya tanaman sering kali diakibatkan oleh Organisme pengganggu
tanaman (OPT) sehingga perlu diadakannya perlidungan tanaman dengan tujuan
meminimalisir kerugian yang disebabkan oleh OPT. Gangguan yang disebabkan oleh
OPT merupakan resiko yang harus dihadapi dan diperhitungkan dalam setiap usaha
dibidang budidaya tanaman. Resiko ini merupakan konsekuensi logis dari setiap
perubahan ekosistem yang terjadi akibat budidaya tanaman.
2. Dampak yang timbul akibat serangan hama menyebabkan kerugian baik terhadap nilai
ekonomi produksi, pertumbuhan dan perkembangan tanaman, serta petani sebagai pelaku
budiaya tanaman dengan kegagalan panen serta turunnya kwalitas dan kuantitas hasil
panen. Pengendalian hama yang tidak sesuai dan tepat akan memberikan dampak
kerugian yang lebih besar dari pada serangan hama itu sendiri terhadap tanaman.

5.2 Saran

1. Petani masih membutuhkan pendampingan berkala dari PPL dan dinas terkait mengenai
keberlanjutan penerapan komponen PHT.
2. Dalam kegiatan sosialisasi pihak-pihak yang memberikan informasi, baik petugas
penyuluh lapang maupun pihak Dinas Pertanian sebaiknya memberikan informasi tentang
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) secara lengkap sehingga petani mengetahui semua
informasi yang berkaitan dengan PHT.
3. Pemerintah seharusnya memberikan fasilitas (pelatihan, sarana pengendalian, teknologi,
akses modal, dan info pasar) agar petani mau, tahu dan mampu melaksanakan PHT baik
secara perseorangan maunpun secara berkelompok.

Anda mungkin juga menyukai