Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ibrahim Kusuma Ardhi

NRP : 25-2018-004

PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PADA INDUSTRI


KONSTRUKSI KAPAL

Industri Konstruksi Kapal


Proses pembuatan kapal memiliki banyak tahapan proses dan membutuhkan waktu
berbulan-bulan atau bertahun-tahun, salah satu tahapan tersebut adalah proses sandblasting.
Proses sandblasting dilakukan untuk meningkatkan hasil pengecatan pada kapal. Menurut
Sulistyo dan Setyarini (2011) proses sandblasting adalah proses pembersihan atau persiapan
permukaan logam dengan menembakkan material abrasive berupa pasir silika secara paksa ke
permukaan material. Penyemprotan pasir ini digunakan dalam berbagai aplikasi seperti untuk
menghilangkan karat, debu, kotoran dan membentuk kekasaran permukaan material supaya
rata sehingga ketika proses pengecatan atau pelapisan cat lebih melekat dan produk tersebut
akan lebih tahan terhadap korosi.
Berdasarkan Lampiran 2 Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2014, limbah hasil dari
proses sandblasting ditetapkan sebagai limbah B3. Limbah sandblasting berdasarkan
sumbernya termasuk sumber spesifik umum dengan kategori bahaya 2 yang memiliki efek
tunda (delayed effect). Limbah Sandblasting juga berdampak tidak langsung terhadap
manusia dan lingkungan hidup. Limbah sandblasting dikategorikan sebagai limbah B3 karena
pada limbah tersebut terindikasi mengandung sejumlah logam berat yang dapat menimbulkan
dampak negatif terhadap kesehatan dan lingkungan. Paparan debu limbah sandblasting secara
terus menerus berpotensi menyebabkan iritasi pada kulit, gangguan pernapasan bahkan
silikosis. Pembuangan limbah sandblasting ke lingkungan tanpa pengolahan yang baik dapat
mencemari udara (Sukandar & Wildaniand,
2010).
Udara merupakan salah satu elemen penting dalam kehidupan makhluk hidup, sehingga
apabila terjadi pencemaran udara maka akan berdampak langsung terhadap kesehatan manusia
dan menganggu kesetimbangan alam. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 Tahun
1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara menjelaskan bahwa Setiap kegiatan wajib
melakukan upaya penanggulangan atau pemulihan apabila kegiatan tersebut menyebabkan
pencemaran udara. Sedangkan, pada proses sandblasting di industri kapal memiliki potensi
untuk mencemari lingkungan. Hal ini didukung dengan belum adanya alat pengendalian
pencemaran udara atau dust collector di area proses sandblasting.
Hasil pengukuran konsentrasi limbah sandblasting di lapangan menunjukkan ratarata
konsentrasi partikulat limbah sandblasting sebesar 6654,54 mg/m3 . Baku mutu konsentrasi
partikulat sesuai PERGUB JATIM Nomor 10 Tahun 2009 sebesar 350 mg/m3. Berdasarkan
data tersebut disimpulkan bahwa konsentrasi limbah tersebut melebihi baku mutu.
Berdasarkan permasalahan pencemaran udara yang disebabkan oleh proses sandblasting
di industri konstruksi kapal, maka perlu dilakukan karakterisasi limbah sandblasting.
Karakteristik digunakan untuk memilih teknologi yang sesuai, serta mengaplikasikan
teknologi pengendali limbah sandblasting yang tepat. Pemilihan dan aplikasi yang tepat dapat
menyelesaikan permasalahan pencemaran oleh limbah sandblasting dari kegiatan konstruksi
kapal.
Electrostatic Precipitator (ESP)
Alat pengendali debu yang berfungsi untuk memisahkan gas dan abu sebelum gas tersebut
keluar dari stack salah satunya adalah Electrostatic Precipitator (ESP).
Electrostatic Precipitator adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan (endapan)
debu atau abu dari aliran gas. Terdiri dari collecting plate dan electrode dan peralatan listrik
yang digunakan untuk menghasilkan dan mengendalikan rangkaian tegangan tinggi dan
beroperasi pada prinsip dasar bahwa berlawanan tegangan. Dengan pengisian partikel (atau
partikulat) dari debu atau abu dengan muatan listrik negatif, maka kemudian tertarik ke
collecting plate bermuatan positif.

Gambar 1. Komponen Electrostatic Precipitator


Berikut adalah komponen Electrostatic Precipitator :
1. Roof
2. High Voltage Transformer-Rectifier Unit
3. Manhole
4. Discharge Electrode Rapping Motor
5. Outlet Nozzle
6. Manhole
7. Collecting Electrode 8. Internal Walkway
9. Discharge Electrode
10. Collecting Electrode Rapping Motor
11. Hopper
12. Partition Plate of Hopper
13. Thermal Insulation
14. Inlet Nozzle
15. Gas Distribution Screen
16. Discharge Electrode Support Insulator

Prinsip kerja Electrostatic Precipitator ini adalah mengalirkan udara kotor melewati sebuah
medan listrik yang berada di antara elektroda yang mempunyai polaritas berlawanan. Gas atau
udara yang mengandung debu melewati medan dari tegangan tersebut (voltage field). Maka
dengan demikian gas-gas dan udara yang mengandung partikel-partikel debu itu akan dimuati
oleh elektron-elektron. Potensial listrik mengakibatkan perpindahan partikel-partikel debu
yang bermuatan elektron tadi kearah pelat-pelat pengumpul debu (collecting plate) dan
kemudian partikel-partikel debu tadi yang menempel pada pelat-pelat itu akan melepaskan
muatan listriknya (electric charge).
Sumber :
• Sukandar, & Wildaniand, N. (2010). Studi Awal Pemanfaatan Limbah
Sandblasting Sebagai Koagulan. Jurnal Teknik Lingkungan, Vol.16, No.1, 93102.
• Sulistyo, E., & Setyarini, P. H. (2010). Studi Awal Pemanfaatan Limbah
Sandblasting Sebagai Koagulan. Jurnal Teknik Lingkungan Volume 16 Nomor 1, 93-
102.
• Sitompul, Ali Muktar, (2010), “Optimasi Parameter Design Electrostatic Precipitator
(Esp) Untuk Penurunan Emisi Gas Buang Pada Marine Diesel Engine” Its Master Theses,
Naval Architecture And Ship Building Engineering, Rtke 623.872 36 Sit O, 2010
• U.S. Environmental Protection Agency. (1998). “Electrostatic Precipitator
Components”. EPA 2.0-2/98.
• U.S. Environmental Protection Agency. (1982). Electrostatic Precipitators,
”Operating Principles and Components” EPA 450/2-82/006.

Anda mungkin juga menyukai