Anda di halaman 1dari 14

Tinjauan Pustaka

TRAUMA KIMIA ASAM

Oleh

Nur Permata Sari


NIM I4A013007

Pembimbing

dr. Hj. Etty Eko S, Sp.M

BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT MATA


FK UNLAM – RSUD ULIN
BANJARMASIN
Februari, 2018
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi.................................................................................. 2

B. Etiologi.................................................................................. 2

C. Klasifikasi............................................................................. 2

D. Patofisiologi.......................................................................... 3

E. Gambaran Klinis................................................................... 4

F. Diagnosis............................................................................... 5

G. Penatalaksanaan.................................................................... 6

H. Komplikasi............................................................................ 9

I. Prognosis............................................................................... 10

BAB III PENUTUP................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Mata adalah salah satu panca indera penting yang perlu pemeriksaan dan

perawatan secara teratur. Mata merupakan organ yang keberadaannya

berhubungan langsung dengan lingkungan luar. Mata sering terpapar dengan

keadaan lingkungan sekitar seperti udara, debu, benda asing dan suatu trauma

yang dapat langsung mengenai mata. Salah satu trauma pada mata yang sering

dijumpai adalah trauma kimia asam dan basa.1,2

Trauma kimia pada mata merupakan salah satu keadaan kedaruratan

oftalmologi karena dapat menyebabkan cedera pada mata, baik ringan, berat

bahkan sampai kehilangan penglihatan. Trauma asam akan menimbulkan

koagulasi protein permukaan, dimana merupakan suatu barier pelindung sehingga

zat asam tidak penetrasi lebih dalam lagi. Gejala utama yang muncul pada trauma

mata adalah epifora, blefarospasme dan nyeri yang hebat yang disertai dengan

penurunan fungsi penglihatan.2,3

Penatalaksanaan yang terpenting pada trauma kimia adalah irigasi mata

dengan segera sampai pH mata kembali normal dan diikuti dengan pemberian

obat terutama antibiotik, multivitamin, antiglaukoma, dan lain lain. Terapi

pembedahan merupakan pilihan terakhir pada kasus gawat darurat dan gagal

dengan terapi non-operatif.2

1
BAB II
TRAUMA KIMIA ASAM

A. DEFINISI
Trauma asam adalah trauma pada mata yang disebabkan oleh bahan kimia

yang meniliki pH <7.1,2

B. ETIOLOGI

Beberapa bahan asam yang dapat menyebabkan trauma adalah:3,4,5

a. Asam sulfat (H2SO4) pada aki mobil dan bahan pembersih industri

b. Asam sulfit (H2SO3) pada pengawet sayur dan buah,

c. Asam Hidroflorida (HF) efek sama dengan trauma basa, ditemukan pada

pembersih karat, pengkilat aluminuium dan penggosok kaca,

d. Asam asetat (CH3COOH) pada cuka, dan

e. Asam hidroklorida (HCl) 31-38% zat pembersih dan zat pemutih.

C. KLASIFIKASI
Klasifikasi trauma kimia menurut Hughes yaitu:

a) Ringan : Erosi epitel kornea, kornea sedikit kabur, tidak ada nekrosis iskemik

konjungtiva atau sclera.

b) Sedang : Opasitas kornea mengaburkan detail iris, nekrosis iskemik yang

minimal di konjungtiva dan sclera.

c) Berat : Garis pupil kabur, iskemik nekrosis konjungtiva atau sclera yang

signifikan.

Klasifikasi trauma kimia menurut Thoft yaitu:

a) Grade 1 : Kerusakan epitel kornea, tidak ada iskemik

2
b) Grade 2 : Kornea kabur, tapi iris masih bias terlihat, iskemik kecil dari 1/3

limbus

c) Grade 3 : Epitel kornea hilang total, stroma kabur sehingga iris juga terlihat

kabur, iskemik sepertiga sampai setengah limbus

d) Grade 4 : Kornea opak, iskemik lebih dari setengah limbus

D. PATOFISIOLOGI
Trauma asam dipisahkan dalam dua mekanisme, yaitu ion hidrogen dan

anion dalam kornea. Molekul hidrogen merusak permukaan okular dengan

mengubah pH, sementara anion merusak dengan cara denaturasi protein,

presipitasi dan koagulasi. Koagulasi protein umumnya mencegah penetrasi yang

lebih lanjut dari zat asam, dan menyebabkan tampilan ground glass dari stroma

korneal yang mengikuti trauma akibat asam.Sehingga trauma pada mata yang

disebabkan olehzat kimia asam cenderung lebih ringan daripada trauma yang

diakibatkan oleh zat kimia basa.6

Bahan kimia asam yang mengenai jaringan akan mengadakan denaturasi

dan presipitasi dengan jaringan protein disekitarnya, karena adanya daya buffer

dari jaringan terhadap bahan asam serta adanya presipitasi protein maka

kerusakannya cenderung terlokalisir. Bahan asam yang mengenai kornea juga

mengadakan presipitasi sehingga terjadi koagulasi, kadang-kadang seluruh epitel

kornea terlepas.Bahan asam tidak menyebabkan hilangnya bahan proteoglikan di

kornea. Bila trauma diakibatkan asam keras maka reaksinya mirip dengan trauma

basa. Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi koagulasi protein

3
epitel kornea yang mengakibatkan kekeruhan pada kornea, sehingga bila

konsentrasi tidak tinggi maka tidak akan bersifat destruktif seperti trauma alkali.

Biasanya kerusakan hanya pada bagian superfisial saja. Koagulasi protein ini

terbatas pada daerah kontak bahan asam dengan jaringan. Koagulasi protein ini

dapat mengenai jaringan yang lebih dalam.4,6

E. GAMBARAN KLINIS

Penurunan visus mendadak akibat defek pada kornea berupa defek pada

epitel kornea atau defek pada lapisan kornea yg lebih dalam lagi. Akan tetapi

trauma asam akan membentuk sawar presipitat jaringan nekrotik yang cenderung

membatasi penetrasi dan kerusakan lebih lanjut.2,7

Edema pada kelopak mata yang disebabkan adanya peningkatan

permeabilitas pembuluh darah. Kerusakan pada jaringan palpebra sehingga mata

tidak dapat menutup sempurna dan terbentuknya jaringan parut pada palpebra.

Hiperemis konjungtiva hingga dapat terbentuknya kemosis. Kerusakan pada

kornea dapat bervariasi dari yang paling ringan, yaitu keratitis pungtata superfisial

hingga defek epitel luas berupa erosi kornea, hilangnya epitel kornea hingga

perforasi kornea. Walaupun jarang, perforasi kornea permanen dapat terjadi dalam

beberapa hari hingga minggu pada trauma kimia parah yang tidak ditangani

dengan baik. Pada defek epitel luas, hasil tes flouresin mungkin negatif. Kabut

stroma dapat bervariasi dari kornea bersih hingga opasifikasi sempurna.6,7

Iskemik perilimbus merupakan indikator untuk prognosis penyembuhan

kornea, karena stem sel di limbus yang berperan dalam repopulasi epitel kornea.

4
Semakin luas iskemik yang terjadi di limbus, maka prognosis juaga semakin

buruk. Tetapi keberadaan stem sel perilimbus yang intak tidak dapat menjamin

terbentuknya reepitalial yang normal.2,3 Peningkatan tekanan intraokular (TIO)

dapat terjadi secara mendadak akibat dari deformasi dan pengurangan serabut

kolagen serta keikutsertaan prostaglandin. Peningkatan TIO yang terus menerus

secara langsung berhubungan dengan derajat kerusakan segmen anterior akibat

peradangan.1,5

F. DIAGNOSIS
Ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang.2,5
1. Anamnesis
Diagnosis trauma kimia pada mata lebih sering didasarkan pada anamnesis

dibandingkan atas dasar tanda dan gejala. Pasien biasanya mengeluhkan nyeri

dengan derajat yang bervariasi, fotofobia, penurunan penglihatan serta adanya

halo di sekitar cahaya.

Umumnya pasien datang dengan keluhan adanya riwayat terpajan cairan

atau gas kimia pada mata. Keluhan pasien biasanya nyeri setelah terpajan, rasa

mengganjal di mata, pandangan kabur, fotofobia, mata merah dan rasa terbakar.

Jenis bahan sebaiknya digali, misalnya dengan menunjukkan botol bahan

kimia, hal ini dapat membantu menentukan jenis bahan kimia yang mengenai

mata.Waktu dan durasi dari pajanan, gejala yang timbul segera setelah pajanan,

serta penatalaksanaan yang telah diberikan di tempat kejadian juga merupakan

anamnesis yang dapat membantu dalam diagnosis.

2. Pemeriksaan Fisik

5
Pemeriksaan fisik yang cermat harus ditunda setelah dilakukan irigasi yang

cukup pada mata yang terkena dan PH mata telah netral. Setelah dilakukan irigasi,

dilakukan pemeriksaan dengan seksama terutama melihat kejernihan dan

integritas kornea, iskemia limbus dan tekanan intraokular. Pemeriksaan dapat

dilakukan dengan pemberian anestesi topikal.

Pada pemeriksaan fisik dan oftalmologi dapat dijumpai adalah defek epitel

kornea, dapat ringan berupa keratitis pungtata sampai kerusakan seluruh epitel.

Secara umum dari pemeriksaan fisik dapat dijumpai berupa kekeruhan kornea

yang dapat bervariasi dari kornea jernih sampai opasifikasi total sehingga

menutupi gambaran bilik mata depan. Perforasi kornea sangat jarang terjadi, biasa

pada trauma asam kuat yang penyembuhannya tidak baik.

3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dalam kasus trauma kimia mata adalah pemeriksaan

pH bola mata secara berkala dengan kertas lakmus.Irigasi pada mata harus

dilakukan sampai tercapai pH normal. Pemeriksaan bagian anterior mata dengan

lup atau slit lamp bertujuan untuk mengetahui lokasi luka. Pemeriksaan

oftalmoskopi direk dan indirek juga dapat dilakukan. Selain itu dapat pula

dilakukan pemeriksaan tonometri untuk mengetahui tekanan intraokular.

G. PENATALAKSANAAN

Trauma kimia merupakan trauma mata yang membutuhkan tatalaksana

sesegera mungkin. Tujuan dari terapi ini adalah menekan inflamasi, nyeri dan

risiko inflamasi. Sedangkan pada trauma kimia berat, pemberian obat-obatan

bertujuan untuk mengurangi inflamasi, membantu regenerasi epitel dan mencegah

6
terjadinya ulkus kornea. Tatalaksana emergensi, dapat diberikan adalah irigasi

mata.2,5,7

Irigasi mata, sebaiknya menggunakan larutan Salin atau Ringer laktat

selama minimal 30 menit. Jika hanya tersedia air non steril, maka air tersebut

dapat digunakan. Spekulum kelopak mata dan anestetik topikal dapat digunakan

sebelum dilakukan irigasi. Tarik kelopak mata bawah dan eversi kelopak mata

atas untuk dapat mengirigasi fornix. Lima sampai sepuluh menit setelah irigasi

dihentikan, ukurlah pH dengan menggunakan kertas lakmus.2,6 Irigasi diteruskan

hingga mencapai pH netral (pH=7.0) Selain itu bisa dengan medikamentosa yaitu

dengan pemberian :

1. Siklopegik (Scopolamin 0,25%; Atropin 1%) dapat diberikan untuk mencegah

spasme silier dan memiliki efek menstabilisasi permeabilitas pembuluh darah

dan mengurangi inflamasi.

2. Antibiotik topikal spektrum luas sebagai profilaksis untuk infeksi. (tobramisin,

gentamisin, ciprofloxacin, norfloxacin, basitrasin, eritromisin)

3. Analgesik oral, seperti acetaminofen dapat diberikan untuk mengatasi nyeri.

4. Jika terjadi peningkatan tekanan intraokular > 30 mmHg dapat diberikan

Acetazolamid (4x250 mg atau 2x500 mg ,oral), beta blocker (Timolol 0,5%

atau Levobunolol 0,5%). Peningkatan TIO bisa terjadi sebagai komplikasi

lanjut akibat blokade jaringan trabekulum oleh debris inflamasi.

5. Dapat diberikan air mata artifisial, berfungsi untuk mencegah kekeringan.

Selanjutnya, penatalaksana untuk trauma kimia derajat ringan hingga derajat

sedang meliputi:5,7

7
1. Forniks diswab dengan menggunakan moistened cotton-tipped applicator atau

glass rod untuk membersihkan partikel, konjungtiva dan kornea yang nekrosis

yang mungkin masih mengandung bahan kimia. Partikel kalsium hidroksida lebih

mudah dibersihkan dengan menambahkan EDTA.

2. Siklopegik (Scopolamin 0,25%; Atropin 1%) dapat diberikan untuk mencegah

spasme silier dan memiliki efek menstabilisasi permeabilitas pembuluh darah dan

mengurangi inflamasi.

3. Antibiotik topikal spektrum luas sebagai profilaksis untuk infeksi. (tobramisin,

gentamisin, ciprofloxacin, norfloxacin, basitrasin, eritromisin)

4. Analgesik oral, seperti acetaminofen dapat diberikan untuk mengatasi nyeri.

5. Jika terjadi peningkatan tekanan intraokular > 30 mmHg dapat diberikan

Acetazolamid (4x250 mg atau 2x500 mg ,oral), beta blocker (Timolol 0,5% atau

Levobunolol 0,5%).

6. Dapat diberikan air mata artifisial (jika tidak dilakukan pressure patch).

Tatalaksana untuk trauma kimia derajat berat setelah dilakukan irigasi,

meliputi:1,4

1. Rujuk ke rumah sakit untuk dilakukan monitor secara intensif mengenai

tekanan intraokular dan penyembuhan kornea.

2. Debridement jaringan nekrotik yang mengandung bahan asing

3. Siklopegik (Scopolamin 0,25%; Atropin 1%) diberikan 3-4 kali sehari.

4. Antibiotik topikal (Trimetoprim/polymixin-Polytrim 4 kali sehari; eritromisin

2-4 kali sehari).

8
5. Steroid topikal ( Prednisolon acetate 1%; dexametasone 0,1% 4-9 kali per hari).

Steroid dapat mengurangi inflamasi dan infiltrasi netrofil yang menghambat

reepitelisasi. Hanya boleh digunakan selama 7-10 hari pertama karena jika lebih

lama dapat menghambat sintesis kolagen dan migrasi fibroblas sehingga proses

penyembuhan terhambat, selain itu juga meningkatkan risiko untuk terjadinya lisis

kornea (keratolisis). Dapat diganti dengan non-steroid anti inflammatory agent.

6. Medikasi antiglaukoma jika terjadi peningkatan tekanan intraokular.

Peningkatan TIO bisa terjadi sebagai komplikasi lanjut akibat blokade jaringan

trabekulum oleh debris inflamasi.

7. Diberikan pressure patch di setelah diberikan tetes atau salep mata.

8. Dapat diberikan air mata artifisial.

H. KOMPLIKASI

Komplikasi dari trauma kimia asam pada mata juga bergantung pada berat

ringannya trauma, dan jenis trauma yang terjadi. Komplikasi yang dapat terjadi

pada kasus trauma asam pada mata antara lain :1,4,7

1. Simblefaron, adalah gejala gerak mata terganggu, diplopia, lagoftalmus,

sehingga kornea dan penglihatan terganggu.

2. Kornea keruh, edema, neovaskuler

3. Sindroma mata kering

4. Katarak traumatik,Trauma kimia asam sukar masuk ke bagian dalam mata

maka jarang terjadi katarak traumatik.

5. Glaukoma sudut tertutup

9
6. Entropion

7. Phthisis bulbi

I. PROGNOSIS
Prognosis trauma kimia asam sangat ditentukan oleh bahan penyebab

trauma asam kuat atau lemah, seberapa banyak zat asam yang terkena mata,

bagian mata mana yang terkena apakah bagian central atau perifer serta

penanganan awal yang cepat dan tepat.

10
BAB III

PENUTUP

Trauma kimia pada mata merupakan salah satu keadaan kedaruratan

oftalmologi.Trauma kimia pada mata merupakan trauma yang mengenai bola

mata akibat terpaparnya bahan kimia baik yang bersifat asam atau basa yang dapat

merusak struktur bola mata tersebut.

Mekanisme cedera pada trauma asam akan menimbulkan koagulasi protein

permukaan, sehingga kerusakan berbatas tegas, dimana merupakan suatu barier

pelindung sehingga zat asam tidak penetrasi lebih dalam lagi. Gejala utama yang

muncul pada trauma mata adalah epifora, blefarospasme dan nyeri yang hebat

yang disertai dengan penurunan fungsi penglihatan.

Penatalaksanaan yang terpenting pada trauma kimia adalah irigasi mata

dengan segera sampai pH mata kembali normal dan diikuti dengan pemberian

obat terutama antibiotik, multivitamin, antiglaukoma, dan lain lain. Terapi

pembedahan merupakan pilihan terakhir pada kasus gawat darurat dan gagal

dengan terapi non-operatif

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan DG; Taylor A ; Paul RE. Oftalmologi Umum.Widya medika. Jakarta.


2000.

2. Ilyas, Sidarta. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. 2008.

3. Radosavljević A, Kalezić, T, Golubović S. The Frequency of Chemical Injuries of


the Eye in a Tertiary Referral Centre. School of Medicine, University of Belgrade,
Belgrade, Serbia. 2013;141(9-10):592-596

4. American Academy of Ophthalmology. The eye: Fundamental and princilples of


ophthalmology. BSSC, section2.2012.p41-50

5. Tortora G. J., Derrickson B. 2009. Principles of Anatomy and Physiology. 12th ed.
John Wiley & Sons.

6. American Academy of Ophthalmology. Clinical aspects of toxic and traumatic


onjuries of the anterior segment: External Disease and Cornea. BSSC,
section8.2012.p353-359.

7. Tsai, James C. Denniston, Alastair K. Murray, Philip I. Oxford American


Handbook of Ophthalmology.2011. Oxford University Press Inc.p84-85

12

Anda mungkin juga menyukai