TINJAUAN PUSTAKA
6
7
d. Faktor lingkungan
1) Tempat kerja
2) Suhu lingkungan
3) Ketinggian tempat dari permukaan laut
(Haswita & Reni, 2017).
2) Faring
Faring merupakan saluran berotot yang memanjang dari dasar
tengkorak hingga persambungannya dengan esofgus. Faring di bagi
menjadi tiga bagian, yaitu nasofaring (di belakang hidung),
orofaring (di belakang mulut), dan laringofaring (di belakang
laring). Faring kaya akan jaringan limfoid yang berfungsi
menangkap dan menghancurkan kuman pathogen yang masuk
bersama udara.
Faring merupkan rongga persimpangan antara saluran
pencernaan dan saluran pernapasan. Di pangkal saluran pernafasan
terdapat epiglotis yang menjaga agar makanan tidak masuk ke
saluran pernapasan. Saat menelan makanan, epiglotis akan
menutup pangkal saluran pernapasan sehigga makanan masuk ke
saluran pencernaan. Saat bernapas, epiglottis akan membuka
saluran pernapasan sehingga udara dapat masuk ke salurn tersebut.
3) Laring
Laring merupakan saluran yang terletak di depan bagian
terendah faring. Saluran ini terdiri atas rangkaian kepingan tulang
rawan yang diikat bersama oleh ligament dan membran. Di dalam
laring terdapat pita suara yang berfungsi menghasilkan bunyi atau
suara. Selain itu, laring juga berfungsi mempertahankan kepatenan
jalan nafas dan melindungi jalan nafas bawah dari air dan makanan
yang masuk.
b. Sistem pernafasan bawah
Sistem pernafasan bawah terdiri atas trakea dan paru-paru. Di
dalam paru terdapat bronkus, bronkiolius, dan alveolus.
1) Trakea
Trakea merupakan saluran udara dengan panjang sekitar Sembilan
sentimeter dan disokong oleh cincin-cincin kartilago. Trakea di
mulai dari laring dan memanjang hingga kira-kira ketinggian
vertebra torakalis kelima. Trakea di lapisi oleh membran mukosa
12
5. Proses pernafasan
Pross pernafasan dapat di bagi menjadi dua tahap, yaitu pernafasan
eksternal dan pernafasan eksternal. Pernafasan eksternal adalah
keseluruhan proses pertukaran gas antara lingkungan eksternal adalah
proses pertukaran gas antara pembuluh darah kapiler dan jaringan tubuh.
a. Pernafasan eksternal
Pernafasana eksteral dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu
ventilasi pulmober, difusi gas, dan traspor oksigen serta karbon
dioksida.
1) Ventilasi merupakan proses pertukaran gas dari atmosfer ke alveoli
dan sebaliknya. Gas yang di hirup dari atmosfer ke alveoli adalah
13
7. Mekanisme pernafasan
Menurut Tarwanto & Wartonah (2015), Tekanan yang berperan dalam
proses bernapas adalah tekanan atmosfer, tekanan intrapulmonal, atau
intraalveoli, dan tekanan intrapleura,adanya peredan teknn yang terjadi
mengakibatkan perubahan rongga toraks menjadi lebih besar atau
mengecil.
a. Tekanan atmosfer, yaitu tekanan udara luar, biasanya sekitar 760
mmHg, tekanan ini di akibatkan oleh kandungan gas yang berada di
atmosfer.
b. Tekanan intrapulmonal atau intralveoli, yaitu tekanan yang terjadi
dalam alveoli paru-paru. Ketika bernapas normal atau biasa terjadi
16
8. System kardivaskuler
Menurut Tarwanto & Wartonah (2015), System kardiovaskuler juga
berperan dalam proses oksigenai ke jaringan tubuh, aitu berperan dalam
proses transportasi oksigen. Oksigen ditranspormasikan ke seluruh tubuh
melalui aliran darah. Aliran darah yang adekuat hanya dapat terjadi apabila
fungsi jantung normal. Dengan demikian, kemampuan oksigenasi pada
jaringan sangat di tentukan oleh adekuatnya fungsi jantung. Fungsi jantung
yang adekuat dapat dilihat dari kemampuan jantung memompa drah dan
perubahan tekanan darah.
a. Jantung sebagai pemompa
Jantung merupakan organ yaitu memopa darah melalui sirkulasi
sistemik maupun pulmonal. Kerja jantung di perlihatkan melalui curah
jantung. Selama diastole atau relaksasi, tekanan ventrikel lebih rendah
dari atrium ke ventrikel mellui katup atriventricular yang terbuka dan
pada akhir diastole ventrikel, trium berkontrksi mendorong darah
masuk ke ventrikel.
b. Preload
Adalah keadaan di mana serat otot ventrikel kiri jantung
memanjang atau meregang sampai akhir diastole. Sesuai dengan
17
h. Kuadriplegia
i. Sindrom aspirasi mekonium
j. Infeksi saluran nafas
( SDKI edisi 1, 2017).
c) Sesak Nafas
Keluhan ini di temukan bila kerusakan parenkim paru
sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi
pleura, pneumothoraks, anemia, dan lain-lain.
d) Nyeri Dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik ringan.
Gejala ini timbul apabila system persarafan di pleura terkena
TB.
2) Keluhan sistemis
a) Demam
Keluhan yang sering dijumpai dan biasanya timbul pada
sore atau malam hari mirip demam influenza, hilang timbul,
dan semakin lama semakin panjang serangannya, sedangkan
mau bebas serangan semakin pendek. Demam mencapai suhu
tinggi 40º- 41ºC.
b) Keluhan sistemis lain
Keluhan yang biasa timbul ialah keringat malam, anoreksia,
penurunan berat badan, dan malaise. Timbulnya keluhan
biasanya bersifat gradual muncul dalam beberapa minggu-
bulan. Akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, dan
sesak nafas walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai
gejala pneumonia. Keluhan yang sering menyebabkan klien
dengan TB paru meminta pertolongan dari tim kesehatan dapat
dibagi menjadi dua golongan keluhan respiratoris dan keluhan
sistemis.
b. Riwayat penyakit saat ini
Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama.
Lakukan pertanyaan yang bersifat ringkas sehingga jawaban yang di
berikan klien hanya kata “Ya” atau “Tidak” atau hanya dengan
anggukan dan gelengan kepala. Apabila keluhan utama adalah batuk,
maka perawat harus menanyakan sudah berapa lama keluhan batuk
21
10) B6 (Bone)
Aktivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien dengan TB
paru. Gejala yang muncul anatara lain kelemahan, kelelahan,
imsomnia, pola hidup menetap, dan jadwal olahraga menjadi tak
teratur.
g. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan rontgen thoraks
Pada hasil pemeriksaan Rontgen thoraks, sering di dapatkan
adanya suatu lesi sebelum di temukan adana gejala subjektif awal
dan sebelum pemeriksaan fisik menemukan kelainan pada paru,
bila pemeriksaan Rontgen menemukan suatu kelainan, tidak d
gambaran khusus mengenai TB paru awal kecuali lokasi di lobus
bawah dan biasanya berada di sekitar hilus. Karakteristik kelainn
ini terlihat sebagai daerah bergaris-garis yang ukurannya bervariasi
dengan batas lesi yang tidak jelas kriteria yang kabur dan gambar
yang kurang jelas ini sering di duga sebagai pneumonia atau suatu
proses eksudatif, yang akan tampak lebih jelas dengan pemberian
kontras, sebagaimana gambaran dari penyakit fibrotic kronis. Tidak
jarang kelainan ini tampak kurang jelas di bagian atas maupun
bawah, memanjang di daerah klavikula atau satu bagian lengan
atas, dan selanjutnya tidak mendapat perhatian kecuali di lakukan
pemeriksaan Rontgen yang lebih teliti.
2) Pemeriksaan CT Scan
Pemeriksaan CT Scan di lakukan untuk menemukan hubungan
kasus TB inaktif/stabil yang di tunjukkan dengan adanya gambaran
garis-garis fibrotic ireguler, pita parenkimal,klasifikasi nodul dan
adenopati, perubahan kelengkungan berkas bronkhovaskular,
bronkhiektasis, dan empiesme perisikatriksial. Sebagaimana
pemeriksaan Rontgen thoraks, penentuan bahwa kelainan inaktif
tidak dapat hanya berdasarkan pada temuan CT scan pada
30
2. Diagnosis keperawatan
a. Bersihan Jalan Nafas tidak efektif Berhubungan Dengan Sekresi Yang
Tertahan
b. Hipertermi Berhubungan Dengan Reaksi Inflamasi
c. Gangguan Pertukaran Gas Berhubungan Dengan Kongesti Paru
d. Resiko Infeksi Berhubungan Dengan Organisme Purulen
e. Pola Nafas Tidak Efektif Berhubungan Dengan Hambatan Upaya
Nafas
f. Gangguan Pola Tidur Berhubungan Dengan Hambatan Lingkungan
32
3. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.1 Intervensi Masalah Keperawatan Bersihan Jalan Nafas Tidak
Efektif ( SIKI,2018)
Perencanaan Keperawatan
Diagnosa
Intervensi
Keperawatan Intervensi Utama
Pendukung
Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1) Fisioterapi dada
tidak efektif di harapkan pasien menunjukkan jalan
berhubungan dengn nafas yang bersih di tandai dengan kritria 2) Manajemen
sekresi yang tertahan hasil : jalan nafas
Definisi : 1) Menunjukkan jalan nafas yang buatan
ketidakmampuan paten 3) Pemberian obat
untuk memb ersihkan ( klien tidak merasa tercekik, irama inhalasi
sekresi atau obstruksi nafas, frekuensi pernafasan dalam 4) Pengaturan
dari saluran rentang normal, tidak ada suara posisi
pernafasan untuk nafas abnormal) 5) Penghisapan
mempertahankan 2) Mampu megidentifikasi dan jalan nafas
kebersihan jalan mencegah factor yang dapat 6) Terapi oksigen
nafas. menghambat jalan nafas
faktor yang 3) Mendemonstrasikan batuk efektif
berhubungan dan suara nafas yang bersih, tidak
penyebab : ada sianosis dan dyspneu( mampu
1. Fisiologis mengeluarkan sputum, mampu
a) Spasme jalan bernafas dengan mudah, tidak ada
nafas pursed lips)
b) Hipersekresi 1. Latihan Batuk Efektif
neuromuskule Observasi
r a) Identifikasi kemampuan batuk
c) Disfungsi b) Monitor adanya retensi sputum
neuromuskule c) Monitor tanda dan gejala infeksi
r saluran napas
d) Benda asing d) Monitor input dan output cairan
dalam jalan (mis. Jumlah dan karakteristik)
nafas Terapeutik
e) Adanya jalan a) Atur posisi semi-fowler atau fowler
nafas buatan b) Pasang perlak dan bengkok di
f) Sekresi yang pangkuan pasien
tertahan c) Buang buang sekret pada tempat
g) H iperplasia sputum
dinding jalan Edukasi
nafas 1) Jelaskan tujuan dan prosedur batuk
h) Proses infeksi efektif
i) Respon alergi 2) Anjurkan tarik nafas dalam melalui
j) Afek agen hidung selama 4 detik, ditahan
farmakologis selama 2 detik,kemudian keluarka
(mis.anastesi) dari mulut dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selama 8 detik
33
3. Pemantauan respirasi
observasi
1) Monitor frekuensi, irama, kedalaman
dan upaya napas
2) Monitor pola napas(seperti
bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
kussmaul, Cheyne-Syroke, bot,
ataksik)
3) Monitor kemampuan batuk efektif
4) Monitor adanya produksi sputum
5) Monitor adanya sumbatan jalan nafas
6) Palpasi kesimetrisan ekspensi paru
7) Auskulatasi bunyi napas
8) Monitor saturasi oksigen
9) Monitor nilai AGD
10) Monitor hasil x-ray torakas
34
terapeutik
1) Alur interval pemantaun respirasi
sesuai kondisi pasien
2) Dokumentasi hasil pemantauan\
Edukasi
1) Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2) Informatika hasil pemantauan, jika
perlu
2. Regulasi temperature
observasi
1) Monitor suhu bayi sampai stabil
(36,5ºC-37,5ºC)
Edukasi
36
Objektif Evakuasi
a) Sianosis 1) Jelaskan tujuan dan prosedur
b) Diaphoresis pemantauan
c) Gelisah 2) Informasikan hasil pemantauan, jika
d) Napas cuping perlu
hidung 2. Terapi oksigen
e) Pola nafas 1) Monitor kecepatan aliran oksigen
abnormal 2) Monitor posisi alat terapi oksigen
(cepat/lambat, 3) Monitor aliran oksigen secara
regular/regular, periodic dn pastikan fraksi yang
dalam/dangkal) diberikan cukup
f) Warna kulit 4) Monitor efektifitas terapi oksigen
abnormal (mis, (mis, oksimetri, analisa gas darah),
pucat, kebiruan) jika perlu
g) Kesadaran 5) Monitor kemampuan melepaskan
menurun oksigen saat makan
6) Monitor tanda-tanda hipoventilasi
7) Monitor tanda dan gejala toksikasi
oksigen dan atelektasis
8) Monitor tingkat kecemasan akibat
terapi oksigen
9) Monitor integrias mukosa hidung
akibat pemasangan oksigen
terapeutik
1) Bersihkan sekret pada mulut, hidung
dan trakea, jika perlu
2) Pertahankan kepatenan jalan nafas
3) Siapkan dan atur peralatan
pemberian oksigen
4) Berikan oksigen tumbuhan, jike
perlu
5) Tetap berikan oksigen saat pasien di
transportasi
6) Gunakan perangkat oksigen yang
sesuai dengan tingkat mobilitas
pasien
Evakuasi
1) Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen di rumah
kolaborasi
1) Kolaborasi penentuan dosis oksigen
2) Kolaborasi penggunaan oksigen saat
aktivitas dan/atau tidur
38
kalori
Terapeutik
1) Timbang berat badan secara rutin
2) Diskusikan prilaku mkan dan jumlah
aktivitas fisik (termasuk olahraga)
yang sesuai
3) Lakukan kontrak perilaku ( mis, target
berat badan, tanggung jawab perilaku)
Edukasi
1) Anjurkan membuat catatan harian
tentang perasaan dan situasi pemicu
pengeluaran makanan (,is,
pengeluaran yang di sengaja, muntah,
aktivitas berlebih)
2) Ajarkan pengaturan diet yang tepat
3) Ajarkan keterampilan koping untuk
penyelesaian masalah perilaku makan
kolaborasi
1) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
target berat badan, kebutuhan kalori
dan pilihan makanan
2. Manajemen nutrisi
Observasi
1) Identifikasi status nutrisi
2) Identifikasi alergi dan intoleransi
makanan
3) Identifikasi makanan yang di sukai
4) Identifikasi kebutuhan kalori dan
jenis nutrien
5) Identifikasi perlunya penggunaan
selang nasogastrik
6) Monitor asupan makanan
7) Monitor berat badan
8) Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
1) Lakukan oral hygiene sebelum
makan, jika perlu
2) Fasilitasi menentukan pedoman diet(
mis. Piramida makanan)
3) Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
4) Berikan makanantinggi serat untuk
mencegah konstipasi
5) Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
6) Berikan suplemen makanan, jika
perlu
7) Hentikan pemberian makan melalui
selang nasogatrik jika asupan oral
dapat di toleransi
Edukasi
1) Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2) Ajarkan diet yang di programkan
Kolaborasi
44
4. Implementasi
Menurut Nursalam (2009), Implementasi adalah pelaksanaan dari
rencana intervensi untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap
implementasi di mulai setelah rencana intervensi di susun dan di tunjukan
pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang di
harapkan. Oleh karena itu rencana intervensi yang spesifik di laksanakan
untuk memodifikasi faktor-faktor yang memengaruhi masalah kesehatan
klien.
5. Evaluasi
Menurut Nursalam (2009), Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk
malengkapi proses keperawatan yang menandakan keberhasilan dari
diagnosis keperawatan, rencana intervensi, dan implementasinya. Tahap
evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi
selama tahap pengkajian, analisis, perencanaan, dan implementasi
intervensi.
2. Etiologi
Menurut Santu Manurang (2009), TB paru disebabkan oleh
“Mycobacterium Tuberkulosis” sejenis kuman berbentuk batang dengan
ukuran panjang 1-4/ um, dan tebal 0,3-0,6/ um. Kuman terdiri dari asam
lemak, sehingga kuman lebih tahan asam dan tahan terhadap gangguan
kimia dan fisis.
Menurut Danusantoso (2000), sebagai mana telah diketahui, TB paru
disebabkan oleh hasil TB (mycobacterium tuberculosis humoris).
Selanjutnya hanya akan di kemukakan beberapa hal yang prinsip saja.
Untuk detail-detailnya pembaca dirujuk ke buku-buku bakteriologi.
a. M. tuberculosis termasuk famile mycobacteriaceae yang mempunyai
berbagai genus, satu di antaranya adalah mycobacterium, yang salah
satu speciesnya adalah M.tuberculosis.
b. M. tuberculosis yang paling berbahaya bagi manusia adalah type
humanis (kemungkinan infeksi type bovinus saat ini dapat di abaikan,
setelah higine peternakan makin di tingkatkan).
c. Basil TB mempunyai dinding sel lipoid sehingga tahan asam, sifat ini
di manfaatkan oleh Robert Koch untuk mewarnainya secara khusus.
Oleh karena itu, kuman ini disebut pula Basil Tahan Asam (BTA).
46
3. Manifestasi Klinis
Pada stadium awal penyakit TB paru tidak menunjukan tanda dan
gejala yangspesifik. Namun seiring dengan perjalanan penyakit akan
menambah jaringan parunya mengalami kerusakan, sehingga dapat
meningkatkan produksi sputum yang ditunjukkan dengan seringnya klien
batuk sebagai bentuk kompensasi pengeluaran dahak.
Selain itu, klien dapat merasa letih, lemah, berkeringat pada malam
hari dan mengalami penurunan berat badan yang berarti. Secara rinci tanda
47
dan gejala TB paru ini dapat di bagi atas 2 (dua) golongan yaitu gejala
sistematik dan gejala respiratorik.
a. Gejala sistemik
1) Demam
Demam merupakan gejala pertama dari tuberkulosis paru, biasanya
timbul pada sore dan malam hari di sertai dengan keringat mirip
demam influenza yang segera mereda. Tergantung dari daya tahan
tubuh dan virulensi kuman, serangan demam yang berikut dapat
terjadi setelah 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan. Demam seperti influenza
ini hilang timbul dan semakin lama makin panjang masa
serangannya, sedangkan masa bebas serangan akan makin pendek.
Demam dapat mencapai suhu tinggi yaitu 40º-41ºC.
2) Malaise
Karena tuberculosis bersifat radang menahun, maka dapat terjadi
rasa tidk enak badan, pegal-pegal, nafsu makan berkurang, badan
makin kurus, sakit kepala, mudah lelah dan pada wanita kadang-
kadang dapat terjadi gangguan siklus haid.
b. Gejala respiratorik
1) Batuk
Batuk baru timbul apabila proses penyakit telah melibatkan
bronkhus. Batuk mula-mula terjadi oleh karena iritasi bronkhus,
selanjutnya akibat adanya peradangan pada ronkhus, batuk akan
menjadi produktif. Batuk produktif ini berguna untuk membuang
produk-produk ekskresi peradangan. Dahak dapat bersifat mukoid
atau purulen.
2) Batuk Darah
Batuk darah terjadi akibat pecahnya pembuluh darah berat dan
ringannya batuk darah yang timbul, tergantung dari besar kecilnya
pembuluh darah yang pecah. Batuk darah tidak selalu timbul akibat
pecahnya aneurisma pada dinding kavitas, juga dapat terjadi karena
48
4. Paofisiologi
Kuman tuberkulosis masuk ke dalam tubuh melalui udara pernafasan.
Bakteri yang terhirup akan di pindahkan melalui jalan nafas ke alveoli,
tempat dimana mereka berkumpul dan mulai untuk memperbanyak diri.
Selaian itu bakteri juga dapat di pindahkan melalui sistem limfe dan cairan
darah ke bagian tubuh yang lainnya.
Sistem imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi.
Fagosit menekan banyak bakteri, limposit spesifik tuberkulosis
menghancurkan bakteri dan jaringan normal.
Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudut alveoli yang
dapat menyebabkan bronchopneumonia. Infeksi awal biasanya terjadi 2
sampai 10 minggu setelah pemajaman.
Masa jaringan baru yang di sebut granuloma merupakan gumpalan
basil yang masih hidup dan sudah mati di kelilingi oleh makrofag dan
membentuk dinding protektif granuloma diubah menjadi jaringan fibrosa
bagian setral dari fibrosa ini di sebut “TUBERKEL” Bakteri dan makrofag
menjadi nekrotik membentuk massa seperti keju.
Setelah pemajaman dan infeksi awal, individu dapat mengalami
penyakit taktif karena penyakit tidak adekuatnya sistem imun tubuh.
Penyakit aktif dapat juga terjadi dengan infeksi ulang dan aktivasi bakteri.
Tuberkel memecah, melepaskan bahan seperti keju ke dalam bronchi.
49
5. Pathway
6. Test Diagnoistik