BAB III
JENIS, BENTUK DAN CARA PENJENJANGAN KOPERASI
Jenis-jenis Koperasi
Bentuk Koperasi
Penjenjangan
BAB IV
KOPERASI DALAM ANALISIS ORGANISASIONAL KOMPARATIF
BAB V
EFISIENSI KOPERASI
BAB VI
ORGANISASI KOPERASI DALAM SISTEM EKONOMI PASAR
Pembentukan Koperasi
Ada beberapa hal yang harus disiapkan dalam mendirikan koperasi, diantara adalah;
Lampiran yang diajukan tersebut adalah lampiran yang sudah diperbaiki sesuai dengan yang
disarankan dalam surat penolakan.
d. Pejabat yang berwenang memberikan tanda terima terhadap pengajuan permintaan ulang tersebut
kepada pendiri atau kuasanya.
e. Pejabat yang berwenang memberikan keputusan terhadap permintaan ulang tersebut dalam jangka
waktu paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak diterimanya permintaan ulang pengesahan secara
lengkap.
f. Apabila permintaan ulang pengesahan tersebut diterima, maka surat keputusan pengesahan akta
pendirian disampaikan kepada pendiri atau kuasanya dengan surat tercatat dalam jangka waktu 7
(tujuh) hari terhitung sejak surat keputusan pengesahan akta pendirian Koperasi ditetapkan.
g. Apabila ditolak, maka keputusan penolakan beserta alasannya disampaikan kepada pendiri atau
kuasanya dengan surat tercatat dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak
keputusan penolakan ditetapkan.
BAB 14
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBANGUNAN KOPERASI DI
INDONESIA
Pembangunan Koperasi
Ada beberapa segi koperasi yang pembangunannya memerlukan bantuan pemerintah. Di
satu pihak melalui beberapa departemen teknis yang dimilikinya, pemerintah diharapkan
dapat melakukan pembinaan secara langsung terhadap kondisi internal koperasi. Keikut
sertaan pemerintah dalam pembinaan koperasi itu dapat berlangsung secara efektif, tentu
perlu dilakukan koordinasi antara satu bidang dengan bidang lainnya. Tujuannya adalah
agar terdapat keselarasan dalam menentukan pola pembinaan koperasi secara nasional.
BAB 15
KARAKTERISTIK ASPEK ORGANISASI KOPERASI INDONESIA
Dari uraian diatas kita menemukan ciri-ciri umum koperasi dan badan usaha koperasi. Prinsip dasar
koperasi menjadikan ciri khas koperasi yang membedakan koperasi dengan badan usaha yang lain :
Dilihat dari perangkat dan mekanisme kerja, manajemen koperasi memiliki kekhususan dan aturan
sendiri dibandingkan dengan organisasi lainnya. Kekhususan tersebut berdampak pada efisiensi dan
efektivitas pencapaian tujuan koperasi. Peran serta anggota sebagai pemilik dan pengguna jasa
koperasi memberi kesan campur tangan anggota dalam manajemen, sehingga manajemen koperasi
kelihatan rumit.
Pada dasarnya manajemen meliputi kegiatan pengelolaan usaha koperasi. Dalam praktik koperasi,
pengelolaan organisasi dilakukan oleh pengurus, sedangkan pengelolaan usaha dilakukan oleh
pengelola usaha yang diangkat oleh pengurus. Pasal 32 UU No. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian
menyebutkan bahwa:
1. Pengurus koperasi dapat mengangkat pengelola yang diberi wewenang dan kuasa untuk
mengelola usaha.
2. Dalam hal pengurus koperasi bermaksud untuk mengangkat pengelola, maka rencana
pengangkatan tersebut diajukan kepada rapat anggota untuk mendapat persetujuan.
3. Pengelola bertanggung jawab kepada pengurus.
4. Pengelolaan usaha oleh pengelola tidak mengurangi tanggung jawab pengurus sebagaimana
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ketentuan pasal 32 tersebut mengandung arti bahwa pengurus dapat mengangkat atau tidak
mengangkat pengelola, tergantung pada kemampuan pengurus dan usaha yang dijalankan. Dengan
demikian, unsur yang ada dalam manajemen koperasi adalah rapat anggota, pengurus, pengelola
usaha, dan pengawas. Hal ini berbeda dengan organisasi selain koperasi seperti perseroan terbatas
yang mana manajemen dilakukan oleh direksi dan dewan komisaris. Pengurus dan pengelola seolah-
olah dua lembaga yang berdiri sendiri, padahal tidak demikian karena pengelola diangkat oleh
pengurus, sehingga kedudukannya hanya sebagai pegawai yang diberi kuasa dan wewenang oleh
pengurus untuk mengelola usaha koperasi.
Usaha koperasi dilakukan bersama dan dibangun dengan modal bersama. Menurut Undang-undang
perkoperasian, modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. Modal kopeasi sendiri
di atur oleh UU No. 25 Tahun 1992 BAB VII MODAL pasal 41 yaitu:
(1) Modal Koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman.
(2) Modal sendri dapat berasal dari:
a. Simpanan Pokok;
b. Simpanan Wajib;
c. Dana Cadangan;
d. Hibah.
(3) Modal Pinjaman dapat berasal dari :
a. Anggota;
b. Koperasi lainnya dan/atau anggotanya;
c. Bank dan lembaga keuangan lainnya ;
d. Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya;
e. Sumber lain yang sah.