Anda di halaman 1dari 8

BAB 13

PEDOMAN TATA CARA MENDIRIKAN KOPERASI


 Pembentukan Koperasi
Ada beberapa hal yang harus disiapkan dalam mendirikan koperasi, diantara adalah;

1) Persyaratan Pembentukan Koperasi


Dalam UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, yaitu dalam Pasal 6 sampai dengan 8
disebutkan bahwa persyaratan untuk pembentukan koperasi adalah sebagai berikut :
1. Persyaratan pembentukan koperasi didasarkan atas bentuk koperasi yang akan dibentuk,
yaitu apakah koperasi primer atau koperasi sekunder.
2. Untuk persyaratan pembentukan koperasi primer memerlukan minimal 20 orang anggota.
Untuk persyaratan pembentukan koperasi sekunder memerlukan minimal 3 koperasi yang
telah berbadan hukum.
3. Koperasi yang dibentuk harus berkedudukan di wilayah negara Republik Indonesia.
4. Untuk pembentukan koperasi dilakukan dengan akta pendirian yang memuat anggaran
dasar.
5. Memiliki Anggaran dasar koperasi 

2) Dasar Pembentukan Koperasi


Orang atau masyarakat yang mendirikan koperasi mengerti maksud dan tujuan koperasi serta
kegiatan usaha yang akan dilaksanakan oleh koperasi untuk meningkatkan pendapatan dan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi mereka.

3) Persiapan Pembentukan Koperasi


Adapun persiapan-persiapan yang perlu dilakukan dalam upaya mendirikan koperasi adalah
sebagai berikut:
1. Pembentukan koperasi harus dipersiapkan dengan matang oleh para pendiri. Persiapan
tersebut antara lain meliputi kegiatan penyuluhan, penerangan maupun pelati han bagi
para pendiri dan calon anggota untuk memperoleh pengerti an dan kejelasan mengenai
perkoperasian.
2. Yang dimaksud pendiri adalah mereka yang hadir dalam rapat pembentukan koperasi dan
yang telah memenuhi persyaratan keanggotaan serta menyatakan diri menjadi anggota.
3. Para pendiri mempersiapkan rapat pembentukan dengan cara antara lain penyusunan
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.

4) Rapat Pembentukan Koperasi


Setelah semua upaya persiapan pembentukan koperasi dilakukan, maka langkah selanjutnya
adalah melakukan rapat pembentukan dengan memerhati kan ketentuan -ketentuan sebagai
berikut:
1. Rapat anggota koperasi dihadiri oleh sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) orang untuk
koperasi primer dan sekurang-kurangnya 3 (ti ga) koperasi untuk koperasi sekunder.
2. Rapat pembentukan dipimpin oleh seseorang atau beberapa pendiri atau kuasa pendiri.
3. Yang disebut kuasa pendiri adalah beberapa orang dari pendiri yang diberi kuasa dan
sekaligus ditunjuk oleh untuk pertama kalinya sebagai pengurus koperasi untuk
memproses pengajuan permintaan pengesahan akta pendirian koperasi dan
menandatangani anggaran dasar koperasi.
4. Apabila diperlukan dan atas permohonan para pendiri, penjabat dinas koperasi dapat
hadir dalam rapat pembentukan untuk membantu kelancaran jalannya rapat dan
memberikan petunjuk-petunjuk seperlunya.
5. Dalam rapat pembentukan tersebut perlu dibahas, antara lain mengenai keanggotaan,
usaha yang akan dijalankan, modal sendiri, kepengurusan dan pengelolaan usaha
pengurusan anggaran dasar atau anggaran rumah tangg a.
6. Anggaran dasar harus memuat sekurang-kurangnya daft ar nama hadir, nama dan tempat
kedudukan, maksud dan tujuan, bidang usahanya, ketentuan mengenai keanggotaan,
rapat anggota, pengelolaan, jangka waktu berdiri, pembagian sisa hasil usaha (SHU), dan
ketentuan mengenai sanksi.
7. Rapat harus mengambil kesepakatan dan keputusan terhadap hal-hal sebagaimana
dimaksud dan wajib membuat berita acara rapat pembentukan koperasi.

5) Pengesahan Akta Pendirian Koperasi atau Badan Hukum Koperasi


Para pendiri atau kuasanya mengajukan permintaan pengesahan secara tertulis kepada
pemerintah dengan bantuan notaris.

6) Pertanggungjawaban Kuasa Pendiri Koperasi


Selama permintaan pengesahan akta pendiri koperasi masih dalam penyelesaian, kuasa pendiri
dapat melakukan kegiatan usaha atau ti ndakan hukum untuk kepenti ngan calon anggota atau
calon koperasi.
Setelah akta pendirian koperasi disahkan maka pendiri harus segera mengadakan rapat anggota,
baik rapat anggota biasa maupun rapat anggota tahunan (RAT) untuk memutuskan menerima
atau menolak tanggung jawab kuasa pendiri atas kegiatan usaha atau ti ndakan hukum yang telah
dilaksanakan.

 Pengesahan Atau Penolakan Pengesahan Akta Pendirian Koperasi 


 Pengajuan Permintaan Pengesahan Akta Pendirian
 Para pendiri atau kuasanya mengajukan permintaan pengesahan sacara tertulis kepada
Pejabat yang berwenang sebagai berikut :
a. Sekretaris Jenderal Departemen Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah untuk
koperasi sekunder yang beranggotakan koperasi-koperasi dari berbagai propinsi.
b. Kepala Kanwil Departemen Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah Propinsi/DI
untuk koperasi primer dan sekunder yang anggotanya berdomisili di beberapa
Kabupaten/Kodya dalam wilayah propinsi yang bersangkutan serta koperasi primer
yang anggotanya berdomisili di beberapa propinsi, dan kedudukan/domisili koperasi
yang bersangkutan berada di lingkungan propinsi tempat Kantor Wilayah
Departemen Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah berkedudukan;
c. Kepala Kantor/Kepala Dinas Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah
Kabupaten/Kodya untuk koperasi primer dan sekunder yang anggotanya berdomisili
di wilayah Kabupaten/ Kodya yang bersangkutan.
 Permintaan pengesahan tersebut diajukan dengan melampirkan :
a. Dua rangkap akta pendirian koperasi, satu diantaranya bermaterai cukup.
Bentuk akta pendirian Koperasi tersebut sebagaimana lampiran
b. Berita acara rapat pembentukan koperasi termasuk pemberian kuasa
untuk mengajukan permintaan pengesahan apabila ada;
c. Surat bukti penyetoran modal sekurang-kurangnya sebesar
simpanan pokok;
d. Rencana awal kegiatan usaha Koperasi.

 Pejabat yang berwewenang memberikan surat tanda terima kepada pendiri atau
kuasanya apabila surat permintaan pengesahan akta pendiri dan lampirannya
sebagaimana dimaksud huruf b telah lengkap dipenuhi.

 Penelitian anggaran dasar Koperasi


a. Pejabat yang berwenang melakukan penelitian terhadap materai anggaran dasar yang diajukan
oleh pendiri atau kuasanya, terutama mengenai keanggotaan, permodalan, kepengurusan dan
bidang usaha yang akan dijalankan oleh koperasi harus layak secara ekonomi.
b. Materai anggaran dasar tersebut tidak boleh bertentangan dengan Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian dan tidak bertentangan dengan ketertiban
umum atau kesusilaan.
c. Apabila hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa materai anggaran dasar
koperasi tidak bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 dan
ketertiban umum atau kesusilaan maka Pejabat yang berwenang menyatakan
persetujuan dan segera memproses permintaan pengesahan akta pendirian
Koperasi tersebut.
d. Apabila hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa materi anggaran dasar
Koperasi bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 dan
ketertiban umum atau kesusilaan maka Pejabat yang berwenang menolak
permintaan pengesahan akta pendirian koperasi.

 Pengesahan Akta Pendirian Koperasi


a. Apabila Pejabat yang berwenang berpendapat bahwa anggaran dasar tersebut tidak
bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 dan ketertiban umum atau
kesusilaan, maka Pejabat yang berwenang mengesahkan akta pendirian Koperasi, dengan Surat
Keputusan Kepala Kantor Departemen Koperasi, PKM, atau Kepala Kantor Wilayah Departemen
Koperasi, PKM atau Sekretaris jenderal departemen Koperasi, PKM atas nama Menteri Koperasi,
PKM.
b. Pengesahan akta pendirian Koperasi tersebut harus ditetapkan dalam jangka waktu paling
lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak diterimanya permintaan pengesahan secara lengkap.
c. Nomor dan tanggal Surat keputusan pengesahan akta pendirian koperasi
merupakan akta pendirian koperasi merupakan nomor dan tanggal perolehan status
badan Hukum Koperasi.
d. Surat Keputusan pengesahan sebagaimana dimaksud pada butir 3 huruf b
dihimpun dengan cara dicatat dalam Buku Daftar Umum, setiap pendiri dapat
memperoleh salinan akta pendirian Koperasi dari Departemen Koperasi, PKM.
e. Surat Keputusan pengesahan akta pendirian Koperasi tersebut
diumumkam dalam Berita Negara Republik Indonesia dan Biaya
pengumumannya dibebankan kepada Departemen Koperasi, PKM.
f. Surat Keputusan pengesahan akta pendirian Koperasi harus
disampaikan kepada pendiri atau kuasanya dengan surat tercatat
dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak Surat
Keputusan ditetapkan.
g. Dengan pegesahan akta pendirian tersebut, akta pendirian
koperasi yang bermeterai diserahkan kepada pendiri atau
kuasanya dan yang tidak bermeterai disimpan oleh Pejabat
yang berwenang sebagai pertinggal.
h. Jika terdapat perbedaan antara kedua akta pendiri
yang telah disyahkan tersebut maka akta pendirian
yang disimpan Pejabat yang berwenang yang dianggap
benar.
 Penolakan pengesahan akta pendirian Koperasi
a. Dalam hal permintaan pengesahan akta pendirian koperasi ditolak, keputusan penolakan serta
alasannya berikut berkas permintaan disampaikan kembali secara tertulis kepada pendiri atau
kuasanya dengan surat tercatat dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak
diterimanya pengesahan secara lengkap.
b. Terhadap penolakan pengesahan tersebut, para pendiri atau kuasanya dapat mengajukan
permintaan ulang pengesahan atas akta pendirian koperasi, dalam jangka waktu paling
lama 1 (satu) bulan terhitung sejak diterimanya pemberitahuan penolakan.
c. Permintaan ulang tersebut diajukan secara tertulis dengan melampirkan :
− Dua rangkap akta pendirian Koperasi, satu diantaranya bermaterai cukup.
− Berita acara rapat pembentukan Koperasi, termasuk pemberian kuasa untuk mengajukan permohonan
pengesahan apabila ada.
− Surat bukti penyetoran modal, sekurang-kurangnya sebesar simpanan pokok.
− Rencana awal kegiatan usaha koperasi.

Lampiran yang diajukan tersebut adalah lampiran yang sudah diperbaiki sesuai dengan yang disarankan dalam
surat penolakan.

d. Pejabat yang berwenang memberikan tanda terima terhadap pengajuan permintaan ulang tersebut kepada
pendiri atau kuasanya.
e. Pejabat yang berwenang memberikan keputusan terhadap permintaan ulang tersebut dalam jangka waktu
paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak diterimanya permintaan ulang pengesahan secara lengkap.
f. Apabila permintaan ulang pengesahan tersebut diterima, maka surat keputusan pengesahan akta pendirian
disampaikan kepada pendiri atau kuasanya dengan surat tercatat dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari terhitung
sejak surat keputusan pengesahan akta pendirian Koperasi ditetapkan.
g. Apabila ditolak, maka keputusan penolakan beserta alasannya disampaikan kepada pendiri atau kuasanya
dengan surat tercatat dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak keputusan penolakan
ditetapkan.

7. Keputusan terhadap permintaan ulang tersebut merupakan keputusan terakhir.


a. Apabila Pejabat yang berwenang tidak memberikan keputusan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan
sebagaimana dimaksud dalam butir 3 huruf a dan b atau 1 (satu) bulan sebagaimana dimaksud butir 4 huruf e,
maka akta pendirian koperasi diberikan berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1994
b. Dengan demikian pengajuan permintaan pengesahan akta pendirian koperasi tersebut harus disetujui dan
diberikan pengesahan dengan surat keputusan pengesahan akta pendirian koperasi.
c. Selama permintaan akta pendirian koperasi akta pendirian koperasi masih dalam penyelesaian, kuasa
pendiri dapat melakukan kegiatan usaha atau tindakan hukum untuk kepentingan calon anggota atau koperasi.
Setelah akta pendirian koperasi disahkan maka pendiri harus segera mengadakan rapat anggota, baik rapat
anggota biasa atau Rapat Anggota Tahunan (RAT) untuk memutuskan menerima atau menolak tanggung jawab
kuasa pendiri atas kegiatan usaha atau tindakan hukum yang telah dilaksanakan.
d. Apabila rapat anggota menerima maka kegiatan usaha atau tindakan hukum yang telah dilaksanakan kuasa
pendiri menjadi beban atau keuntungan koperasi. Jika ditolak maka segala akibat yang timbul dari kegiatan
usaha atau tinadakan hukum tersebut menjadi tanggung jawab pribadi kuasa pendiri, baik sendiri-sendiri
maupun bersama-sama.

BAB 14
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBANGUNAN KOPERASI DI INDONESIA
 Pembangunan Koperasi
Ada beberapa segi koperasi yang pembangunannya memerlukan bantuan pemerintah. Di sa tu
pihak melalui beberapa departemen teknis yang dimilikinya, pemerintah diharapkan dapat
melakukan pembinaan secara langsung terhadap kondisi internal koperasi. Keikut sertaan
pemerintah dalam pembinaan koperasi itu dapat berlangsung secara efekti f, tentu perlu
dilakukan koordinasi antara satu bidang dengan bidang lainnya. Tujuannya adalah agar terdapat
keselarasan dalam menentukan pola pembinaan koperasi secara nasional.

                 Program-program koperasi koperasi dalam kebijaksanaan pembinaan kelembagaan


koperasi dan pengembangan usaha koperasi :
a. Pendidikan dan pelati han perkoperasian bagi para pengurus, manajer, karyawan, anggota
badan pemeriksa, kader koperasi dan Petugas Konsultasi Koperasi Lapangan (PKKL)
b. Bimbingan dan konsultasi untuk meningkatkan   terti b organisasi terutama dalam
penyelenggaraan Rapat Anggota Tahunan (RAT)
c. Meningkatkan kemampuan organisasi dan manajemen koperasi
d. Meningkatakan kemampuan penerapan sistem akuntansi koperasi
e. Meningkatkan kemampuan pengawasan internal koperasi primer
f. Meningkatkan parti sipasi akti f anggota
g. Penyediaan informasi usaha
h. Pelaksanaan kegiatan prakti k kerja atau magang bagi para pengelola usaha KUD
i. Pelaksanaan kegiatan studi banding bagi para manajer koperasi untuk memperluas
wawasan dan pengetahuan
j. Penyuluhan untuk meningkatkan produkti vitas usaha anggota melalui pendekatan
kelompok
k. Penyediaan sarana usaha koperasi dalam rangka meningkatkan jangkauan dan kualitas
pelayanan koperasi kepada anggota dan masyarakat sekitarnya di daerah terti nggal,
transmigrasi, perbatasan dan terisolasi.

 Tantangan, Kendala dan Peluang dalam Pembangunan Koperasi


 Tantangan dan Kendala
a. persaingan usaha akan semakin ketat
b. mengembangkan koperasi menjadi badan usaha yang sehat, kuat, maju dan
mandiri serta memiliki daya saing
c. struktural dan sistem untuk mewujudkan koperasi sebagai gerakan ekonomi
rakyat yang berakar kuat dalam masyarakat
d. ti ngkat kemampuan dan profesionalisme SDM koperasi belum memadai
e. lemahnya strukur permodalan koperasi
f. terbatasnya penyebaran dan penyediaan teknologi secara nasional bagi koperasi
g. kurangnya kesadaran anggota akan hak dan kewajibannya, serta belum
berfungsinya secara penuh mekanisme karja antar pengurus   dan antar pengurus
dengan pengelola koperasi
h. masih kurangnya kepercayaan untuk saling kerjasama dengan pelaku ekonomi
lain dan antar koperasi
i. kurang memadainya prasarana dan sarana yang tersedia di wilayah tertentu
j. kurang efekti fnya koordinasi dan sinkronisasi dalam pelaksanaan program
pembinaan koperasi antar sektor dan antar daerah
k. kurangnya kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang koperasi
 Peluang
a. aspek pemeratan diprioritaskan oleh pemerintah
b. undang-undang Nomor  25 tahun  1992 memungkinkan konsolidasi koperasi
primer ke dalam koperasi sekunder
c. kemauan politi k yang kuat dari pemerintah dan berkembangnya tuntutan
masyarakat untuk lebih membangun koperasi dalam rangka mewujudkan
demokrasi ekonomi yang berlandaskan pancasila dan UUD 1945
d. pertumbuhan ekonomi yang cukup ti nggi
e. perekonomian dunia yang makin terbuka berakibat makin terbukanya pasar
internasional bagi hasil produksi koperasi Indonesia
f. industrialisasi membuka peluang usaha dibidang agrobisnis, agroindustri dan
industri pedesaan lainnya
g. Undang Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang sistem Budidaya tanaman
mendorong diversifi kasi usaha koperasi

 Arahan, Sasaran, dan Kebijaksanaan Koperasi


 Sasaran Pembangunan Koperasi
a. Pengembangan usaha
b. Pengembangan sumberdaya manusia
c. Peran pemerintah
d. Kerjasama

 Kebijakan Pembangunan Koperasi


Adapun kebijakan pemerintah dalam pembangunan koperasi secara terinci adalah sebagai
berikut:
a. Pembangunan sebagai wadah kegiatan ekonomi rakyat diarahkan agar makin memiliki
kemampuan menjadi badan usaha yang efi sien dan menjadi gerakan ekonomi rakyat yang
tangguh dan berakar dalam masyarakat.
b. Pelaksanaan fungsi dan peranan koperasi diti ngkatkan melalui upaya peningkatan
semangat kebersamaan dan manajemen yang lebih profesional.
c. Peningkatan koperasi di dukung melalui pemberian kesempatan berusaha yang seluas
luasnya di segala sektor  kegiatan ekonomi, baik di dalam negeri maupun di luar negeri,
dan penciptaan  iklim usaha yang mendukung dengan kemudahan memperoleh
permodalan.
d. Kerjasama antar koperasi dan antara koperasi dengan usaha negara dan usaha swasta
sebagai mitra usaha dikembangkan seacara lebih nyata untuk mewujudkan kehidupan
perekonomian berdasarkan demokrasi ekonomi yang dijiwai semangat dan asas
kekeluargaan, kebersamaan, kemitraan usaha, dan keseti akawanan.

BAB 15
KARAKTERISTIK ASPEK ORGANISASI KOPERASI INDONESIA

 Ciri-Ciri Umum Organisasi Koperasi dan Badan Usaha


 Ciri-Ciri Koperasi
a. Merupakan badan usaha yang beranggotakan orang seorang. Koperasi Indonesia harus dapat
malakukan kegiatan usaha sebagaimana badan uasaha lain, dengan mendayagunakan
seluruh kemampuan anggotanya.
b. Kegiatan koperasi didasarkan atas prinsip-prinsip koperasi. Koperasi Indonesia merupakan
gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.
c. Dalam tatanan perekonomian Indonesia, koperasi merupakan salah satu kekuatan ekonomi
yang tumbuh dikalangan masyarakat luas sebagai pendorong tumbuhnya ekonomi nasional
dengan berasaskan kekeluargaan.
d. Koperasi Indonesia merupakan kumpulan orang-orang dan bukan kumpulan modal. Dengan
demikian pengaruh dan pengguna modal tidak tidak boleh mengurangi makna pengertian
dan asas koperasi.
e. Kegiatan koperasi dilaksanakan atas kesadaran anggota tanpa ada paksaan, ancaman atau
campur tangan dari pihak-pihak yang tidak ada hubungan dengan soal intern koperasi.
f. Koperasi Indonesia bekerja sama, bergotong royong berdasarkan persamaan derajat hak dan
kewajiban.

 Ciri-Ciri Badan Usaha Koperasi

a. Bekerja sama dengan sukarela untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi


b. Memperhatikan hak dan kewajiban tiap anggota yang bergabung didalamnya
c. Mengutamakan gotong royong agar bisa mencapai tujuan.

Dari uraian diatas kita menemukan ciri-ciri umum koperasi dan badan usaha koperasi. Prinsip dasar koperasi
menjadikan ciri khas koperasi yang membedakan koperasi dengan badan usaha yang lain :

a. Keanggotaan Bersifat Sukarela dan Terbuka


b. Pengelolaan Dilakukan Secara Demokratis
c. Pembagian Sisa Hasil Usaha ( SHU )
d. Pemberian Balas Jasa Terbatas terhadap Modal
e. Kemandirian

 Unsur-Unsur Manajemen Koperasi

 Rapat Anggota merupakan pemegang kuasa tertinggi dalam menetapkan kebijakan umum di
bidang organisasi, manajemen, dan usaha koperasi. Kebijakan yang sifatnya sangat strategis
dirumuskan dan ditetapkan pada forum Rapat Anggota. Umumnya, Rapat Anggota
diselenggarakan sekali setahun.
 Pengurus dipilih dan diberhentikan oleh rapat anggota. Dengan demikian, Pengurus dapat
dikatakan sebagai pemegang kuasa Rapat Anggota dalam mengoperasionalkan kebijakan-
kebijakan strategis yang ditetapkan Rapat Anggota. Penguruslah yang mewujudkan arah
kebijakan strategis yang menyangkut organisasi maupun usaha.
 Pengawas mewakili anggota untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan
yang dilaksanakan oleh Pengurus. Pengawas dipilih dan diberhentikan oleh Rapat Anggota.
OIeh sebab itu, dalam struktur organisasi koperasi, posisi Pengawas dan Pengurus adalah
sama.
 Pengelola adalah tim manajemen yang diangkat dan diberhentikan oleh Pengurus, untuk
melaksanakan teknis operasional di bidang usaha. Hubungan Pengelola usaha (managing
director) dengan pengurus koperasi adalah hubungan kerja atas dasar perikatan dalam
bentuk perjanjian atau kontrak kerja.

 Hakikat Manajemen Koperasi

Dilihat dari perangkat dan mekanisme kerja, manajemen koperasi memiliki kekhususan dan aturan sendiri
dibandingkan dengan organisasi lainnya. Kekhususan tersebut berdampak pada efisiensi dan efektivitas
pencapaian tujuan koperasi. Peran serta anggota sebagai pemilik dan pengguna jasa koperasi memberi kesan
campur tangan anggota dalam manajemen, sehingga manajemen koperasi kelihatan rumit.

Pada dasarnya manajemen meliputi kegiatan pengelolaan usaha koperasi. Dalam praktik koperasi, pengelolaan
organisasi dilakukan oleh pengurus, sedangkan pengelolaan usaha dilakukan oleh pengelola usaha yang
diangkat oleh pengurus. Pasal 32 UU No. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian menyebutkan bahwa:

1. Pengurus koperasi dapat mengangkat pengelola yang diberi wewenang dan kuasa untuk mengelola
usaha.
2. Dalam hal pengurus koperasi bermaksud untuk mengangkat pengelola, maka rencana pengangkatan
tersebut diajukan kepada rapat anggota untuk mendapat persetujuan.
3. Pengelola bertanggung jawab kepada pengurus.
4. Pengelolaan usaha oleh pengelola tidak mengurangi tanggung jawab pengurus sebagaimana
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Ketentuan pasal 32 tersebut mengandung arti bahwa pengurus dapat mengangkat atau tidak mengangkat
pengelola, tergantung pada kemampuan pengurus dan usaha yang dijalankan. Dengan demikian, unsur yang
ada dalam manajemen koperasi adalah rapat anggota, pengurus, pengelola usaha, dan pengawas. Hal ini
berbeda dengan organisasi selain koperasi seperti perseroan terbatas yang mana manajemen dilakukan oleh
direksi dan dewan komisaris. Pengurus dan pengelola seolah-olah dua lembaga yang berdiri sendiri, padahal
tidak demikian karena pengelola diangkat oleh pengurus, sehingga kedudukannya hanya sebagai pegawai yang
diberi kuasa dan wewenang oleh pengurus untuk mengelola usaha koperasi.

 Ruang Lingkup Usaha dan Permodalan Koperasi


Koperasi adalah badan usaha bersama dengan melandaskan kegiataannya berdasarkan prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas azas kekeluargaan. Badan usaha koperasi dimiliki
oleh anggota yang merupakan pemakai jasa (user). Fakta ini membedakan koperasi dengan badan usaha
bentuk lain yang pemiliknya pada dasarnya adalah para penanam modal. Koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan
prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan (UU No.
25 Tahun 1992). Misalnya Koperasi Unit Desa (KUD), koperasi simpan pinjam, koperasi pelajar, koperasi
mahasiswa, Koperasi Pegawai Negeri (KPN), dan koperasi pasar.

Usaha koperasi dilakukan bersama dan dibangun dengan modal bersama. Menurut Undang-undang
perkoperasian, modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. Modal kopeasi sendiri di atur
oleh UU No. 25 Tahun 1992 BAB VII MODAL pasal 41 yaitu:
(1)  Modal Koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman.
(2)  Modal sendri dapat berasal dari:
a.    Simpanan Pokok;
b.    Simpanan Wajib;
c.    Dana Cadangan;
d.    Hibah.
(3) Modal Pinjaman dapat berasal dari :
a.    Anggota;
b.    Koperasi lainnya dan/atau anggotanya;
c.    Bank dan lembaga keuangan lainnya ;
d.    Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya;
e.    Sumber lain yang sah.

Anda mungkin juga menyukai