Anda di halaman 1dari 32

KEPERAWATAN MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TORCH

Disusun Oleh :
Dinda Rizky Tiara (1702098)
M. Abu Tauhid (1702
Susi Era Wati (17021
D3 Keperawatan

STIKES MUHAMMADYAH KLATEN


Tahun 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayahNya
kami dapaat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Anak Pada
TORCH. Dalam penyusunan makalah ini , kami sebagai penulis tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk ini penuli mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan kelancaran dalam menulis makalah ini.
2. Semua pihak yang tidak mungkin kami sebutkan satu per satu.

Kami menyadari makalah inimasih jauh dari kata sempurna.untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membngun dari berbagai pihak demi
sempurnanya makalah. Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penulis mupun bagi
pembaca.

September 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
KONSEP DASAR......................................................................................................................2
A. Pengertian........................................................................................................................2
B. Etiologi............................................................................................................................3
C. Patofisiologi....................................................................................................................4
D. Tanda dan Gejala.............................................................................................................5
E. Pemeriksaan Diagnostik..................................................................................................7
F. Penatalaksanaan Prinsip Keperawatan dan Terapi Medis...............................................8
G. Pathway...........................................................................................................................9
BAB III.....................................................................................................................................13
KONSEP KEPERAWATAN...................................................................................................13
A. Pengkajian.....................................................................................................................13
B. Diagnosa Keperawatan..................................................................................................14
BAB IV....................................................................................................................................26
PENUTUP................................................................................................................................26
A. Kesimpulan...................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................27

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit TORCH merupakan kelompok infeksi beberapa jenis virus yaitu
parasit Toxoplasma gondii, virus Rubella, CMV (Cytomegalo Virus), virus Herpes
Simplex (HSV1 – HSV2) dan kemungkinan oleh virus lain yang dampak klinisnya
lebih terbatas (misalnya Measles, Varicella, Echovirus, Mumps, Vassinia, Polio dan
Coxsackie-B).
Penyakit TORCH ini dikenal karena menyebabkan kelainan dan berbagai
keluhan yang bisa menyerang siapa saja, mulai anak-anak sampai orang dewasa, baik
pria maupun wanita. Bagi ibu yang terinfeksi saat hamil dapat menyebabkan kelainan
pertumbuhan pada bayinya, yaitu cacat fisik dan mental yang beraneka ragam. Infeksi
TORCH juga dapat menyerang semua jaringan organ tubuh, termasuk sistem saraf
pusat dan perifeir yang mengendalikan fungsi gerak, penglihatan, pendengaran, sistem
kadiovaskuler serta metabolisma tubuh.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud torch?
2.  Apa yang menyebabkan torch?

3. Bagaimana patofisiologi torch?


4. Apa saja klasifikasi toch?
5. Bagaimana penatalaksanaan torch?

C. Tujuan
Adapun tujun penulisan dari makalah ini adalah:
1. Memberikan informasi kepada pembaca tentang torch.
2. Mahasiswa dapat mengetahui Asuhan keperawatan torch.
3. Menambah dan memperluas pengetahuan tentang torch.

1
BAB II
KONSEP DASAR

A. Pengertian
TORCH adalah istilah untuk menggambarkan gahungan dari 4 jenis penyakit infeksi
yaitu Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes. Keempat jenis penyakit infeksi
ini, sama-sama berbahaya bagi janin bila infeksi diderita oleh ibu hamil. Kini
diagnosis untuk penyakit infeksi telah berembang antara lain kearah pemeriksaan
secara imonologis. Prinsip dari pemeriksan ini adalah deteksi adanya zat anti (Anti
Body) yang spesifik terhadap kuman penyebab infeksi tersebut sebagai respon tubuh
terhdap adanya benda asing (kuman, antibody yang terburuk dapat berupa
imonoglobin M (lgM) dan imonoglobin G (lgG).

a. Toxoplasma
Disebabkan oleh parasite yang disebut Toxoplasma Gondi. Pada umumnya infers
ini terjadi tanpa disertai gejala yang spesifik. Toxoplasma yang disertai gejala
ringan mirip gejala influenza, bisa timbul rasa lelah demam, dan umumnya tidak
menimbulkan masalah. Infeksi toxoplasma berbahaya bila terjadi saat ibu sedang
hamil atau pada orang dengan sisitem kekebalan tubuh terganggu. Jika wanita
hamil terinfeksi toxoplasma maka akibat yang dapat terjadi adalah abortus spontan
atau keguguran 4% atau lahir mati 3% atau bayi menderita toxoplasma bawaan,
gejala dapat muncul setelah dewasa.

b. Rubella
Infeksi Rubella ditandai dengan demam akut, ruam pada kulit dan pembesaran
kelenjar getah bening. Infeksi ini disebabkan oleh virus Rubella, dapat menyerang
anak-anak dan dewasa muda. Infeksi Rubella berbahaya bila terjadi pada wanita
hamil muda, karena dapat menyebabkan kelainan pada bayinya.jika infeksi terjadi
pada bulan pertama kehamilan maka resiko terjadinya kelainan adalah 50%,
sedangkan jika infeksi terjadi trimester pertama maka resikonya menjadi 25%
(menurut America College of Obstatrician and Gvnecologists,1981).

c. Cytomegalovirus
Infeksi CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan virus ini termasuk golongan
virus keluarga herpes. Seperti halnya keluarga herpes lainnya, virus CMV dapat
tinggal secara laten dalam tubuh dan CMV merupakan salah satu penyebab infeksi
yang berbahaya bagi janin bila infeksi terjadi saat ibu sedang hamil. Jika ibu
terinfeksi, maka janin yang dikandung mempunyai resiko tertular sehingga
mengalami gangguan misalnya pembesaran hati, kuning, ekapuran otak, ketulian
retardasi mental, dan lain-lain.

d. Herpes

2
Infeksi herpes pada alat genital (kelamin) disebabkan oleh herpes simpleks tipe II
(HSV II). Virus ini dapat berada dalam bentuk laten, menjalar melalui serabut
syaraf sensorik dan berdiam diganglion sistem syaraf otonom. Bayi yang
dilahirkan dari ibu yang terinfeksi HSV II biasanya memperlihatkan lepuh pada
kuli, tetapi hal ini tidak selalu muncul sehingga mungkin tidak diketahui. Infeksi
HSV II pada bayi yang baru lahir dapat berakibat fatal (lebih dari 50 kasus).

B. Etiologi
a. Toxoplasma
Infeksi toxoplasma disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondi.
Tokoplasma gondi adalah protozoa yang dapat ditemukan pada pada hampir
semua hewan dan unggas berdarah panas. Akan tetapi kucing adalah inang
primernya. Kotoran kucing pada makanan yang berasal dari hewan yang kurang
masak, yang mengandung oocysts dari toxoplasma gondi dapat menjadi jalan
penyebarannya. Contoh lainnya adalah pada saat berkebun atau saat membenahi
tanaman dipekarangan, kemudian tangan yang masih belum dibersihkan
melakukan kontak dengan mulut.

b. Rubella
Virus ini pertama kali ditemukan di amerika pada tahun 1966, Rubella pernah
menjadi endemic di banyak negara di dunia, virus ini menyebar melalui droplet.
Periode inkubasinya adalah 14-21 hari.

c. Cytomegalovirus
Penularan CMVakan terjadi jika ada kontak langsung dengan ciran tubuh
penderita seperti air seni, air ludah, air mata, sperma dan aiSr susu ibu. Bisa juga
terjadi karena transplatasi organ.Kebanyakan penularan terjadi karena cairan
tubuh penderita menyentuh tangan individu yang rentan.Kemudian diabsorpsi
melalui hidung dan tangan.Teknik mencuci tangan dengan sederhana
manggunakan sabun cukup efektif untuk membuang virus dari tangan.Golongan
sosial ekonomi rendah lebih rentan terkena infeksi.Rumah sakit juga marupakan
tempat penularan virus ini, terutama unit dialisis, perawatan neonatal dan ruang
anak.Penularan melalui hubungan seksual juga dapat terjadi melalui cariran semen
ataupun lendir endoserviks. Virus juga dapat ditularkan pada bayi melalui sekresi
vagina pada saat lahir atau pada ia menyusu. Namun infeksi ini biasanya tidak
menimbulkan tanda dan gejala klinis.Resiko infeksi kongenital CMV paling besar
terdapat pada wanita yang sebelumnya tidak pernah terinfeksi dan mereka yang
terinfeksi pertama kali ketika hamil.Meskipun jarang, sitomegalovirus kongenital
tetap dapat terulang pada ibu hamil yang pernah mempunyai anak dengan
sitomegalovirus kongenital pada kehamilan terdahulu.Penularan dapat terjadi pada
setiap saat dalam kehamilan tetapi semakin muda umur kehamilan semakin berat
gejala pada janinnya.Infeksi CMV lebih sering terjadi di negara berkembang dan
di masyarakat denga status sosial ekonomi lebih rendah dan merupakan penyeirus
paling signifikan cacat lahir di negara-negara industri. CMV tampaknya memiliki
dampak besar pada parameter pada kekebalan tubuh di kemudian hari dan dapat
menyebabkan peningkatan morbiditas dan kematian.

3
4
d. Herpes
Virus herpes simpleks tipe I dan II merupakan virus horminis DNA. Pembagian
tipe I dan II berdasarkan karakteristik pertumbuhan pada media kultur, antigenic,
dan lokasi klinis (tempat predileksi)

C. Patofisiologi
a. Toxoplasma
Toxoplasma gondii adalah parasit protozoa yang merupakan salah satu penyebab
kelainan kongenital yang cukup dominan dibandingkan penyebab lainnya yang
tergolong dalam TORCH. Hospes primernya adalah kucing. Kucing ini telah
mempunyai imunitas, tetapi pada saat reinfeksi mereka dapat menyebarkan
kembali sejumlah kecil ookista. Ookista ini dapat menginfeksi manusia dengan
cara memakan daging, buah-buahan, atau sayuran yang terkontaminasi atau
karena kontak dengan faeces kucing. Dalam sel–sel jaringan tubuh manusia, akan
terjadi proliferasi trophozoit sehingga sel–sel tersebut akan membesar.
Trophozoit akan berkembang dan terbentuk satu kista dalam sel, yang di
dalamnya terdapat merozoit. Kista biasanya didapatkan di jaringan otak, retina,
hati, dan lain-lain yang dapat menyebabkan kelainan pada organ-organ tersebut,
seperti microcephali, cerebral kalsifikasi, chorioretinitis, dll. Kista toksoplasma
ditemukan dalam daging babi atau daging kambing. Sementara itu, sangat jarang
pada daging sapi atau daging ayam. Kista toksoplasma yang berada dalam daging
dapat dihancurkan dengan pembekuan atau dimasak sampai dagingnya berubah
warna. Buah atau sayuran yang tidak dicuci juga dapat menstranmisikan parasit
yang dapat dihancurkan dengan pembekuan atau pendidihan. Infeksi T.gondii
biasanya tanpa gejala dan berlalu begitu saja. Setelah masa inkubasi selama lebih
kurang 9 hari, muncul gejala flu seperti lelah, sakit kepala, dan demam yang
dapat muncul hampir bersamaan dengan limpadenopati, terutama di daerah
serviks posterior.

b. Rubella
Kematian pada post natal rubella biasanya disebabkan oleh enchepalitis. Pada
infeksi awal, virus akan masuk melalui traktus respiratorius yang kemudian akan
menyebar ke kelenjar limfe sekitar dan mengalami multiplikasi serta mengawali
terjadinya viremia dalam waktu 7 hari. Janin dapat terinfeksi selama terjadinya
viremia maternal. Saat ini, telah diketahui bahwa infeksi plasenta terjadi pada
80% kasus dan risiko kerusakan jantung, mata, atau telinga janin sangat tinggi
pada trisemester pertama. Jika infeksi maternal terjadi sebelum usia kehamilan 12
minggu, 60% bayi akan terinfeksi. Kemudian, risiko akan menurun menjadi 17%
pada minggu ke-14 dan selanjutnya menjadi 6% setelah usia kehamilan 20
minggu. Akan tetapi, plasenta biasanya terinfeksi dan virus dapat menjadi laten
pada bayi yang terinfeksi kongenital selama bertahun-tahun.

c. Cytomegalovirus (CMV)

5
Penyakit yang disebabkan oleh Cytomegalovirus dapat terjadi secara kongenital
saat bayi atau infeksi pada usia anak. Kadang-kadang, CMV juga dapat
menyebabkan infeksi primer pada dewasa, tetapi sebagian besar infeksi pada usia
dewasa disebabkan reaktivasi virus yang telah didapat sebelumnya. Infeksi
kongenital biasanya disebabkan oleh reaktivasi CMV selama kehamilan. Di
negara berkembang, jarang terjadi infeksi primer selama kehamilan, karena
sebagian besar orang telah terinfeksi dengan virus ini sebelumnya. Bila infeksi
primer terjadi pada ibu, maka bayi akan dapat lahir dengan kerusakan otak, ikterus
dengan pembesaran hepar dan lien, trombositopenia, serta dapat menyebabkan
retardasi mental. Bayi juga dapat terinfeksi selama proses kelahiran karena
terdapatnya CMV yang banyak dalam serviks. Penderita dengan infeksi CMV
aktif dapat mengekskresikan virus dalam urin, sekret traktus respiratorius, saliva,
semen, dan serviks. Virus juga didapatkan pada leukosit dan dapat menular
melalui tranfusi.

d. Herpes
HSV merupakan virus DNA yang dapat diklasifikasikan ke dalam HSV 1 dan 2.
HSV 1 biasanya menyebabkan lesi di wajah, bibir, dan mata, sedangkan HSV 2
dapat menyebabkan lesi genital. Virus ditransmisikan dengan cara berhubungan
seksual atau kontak fisik lainnya. Melalui inokulasi pada kulit dan membran
mukosa, HSV akan mengadakan replikasi pada sel epitel, dengan waktu inkubasi
4 sampai 6 hari. Replikasi akan berlangsung terus sehingga sel akan menjadi lisis
serta terjadi inflamasi lokal. Selanjutnya, akan terjadi viremia di mana virus akan
menyebar ke saraf sensoris perifer. Di sini virus akan mengadakan replikasi yang
diikuti penyebarannya ke daerah mukosa dan kulit yang lain2,4,9,10.
Dalam tahun-tahun terakhir ini, herpes genital telah mengalami peningkatan.
Akan tetapi, untungnya herpes neonatal agak jarang terjadi, bervariasi dari 1
dalam 2.000 sampai 1 dalam 60.000 bayi baru lahir. Tranmisi terjadi dari kontak
langsung dengan HSV pada saat melahirkan. Risiko infeksi perinatal adalah 35--
40% jika ibu yang melahirkan terinfeksi herpes genital primer pada akhir
kehamilannya.

D. Tanda dan Gejala


a. Toxoplasma
- Pada ibu
Terkadang Toxoplasma dapat menimbulkan beberapa gejala seperti gejala
influenza, timbul rasa lelah, malaise, dan demam.Akan tetapi umumnya tidak
menimbulkan masalah yang berarti.Pada umumnya, infeksi Toxoplasma
tarjadi tanpa disertai gejala yang spesifik. Walaupun demikian, ada beberapa
gejala yang mengkin ditemukan pada orang yang terinfeksi toksoplasma,
gejala-gejala tersebut adalah :
 Pyrexia of unknow origin (PUO)
 Terlihat lemas dan kelelahan, sakit kepala, rash,myalgia perasaan umum
( tidak nyaman atau gelisah)
 Pembesaran kelenjar limfe pada serviks posterior
 Infeksi menyebar ke saraf, otak, korteks dan juga dapat menyerang sel
retina mata.

6
Infeksi Toxoplasma berbahaya bils terjadi saat ibu sedang hamil atau pada
orang dengan system kekebalan tubuh tergantung (misalnya penderita AIDS,
pasien transpalasi organ yang mendapat obat penekan respon imun).
- Pada janin
Jika wanita hamil terinfeksi Toxoplasma maka akibat yang dapat terjadi pada
janinnya adalah abortus spontan atau keguguran, lahir mati, atau bayi
menderita Toxoplasmosis bawaan.Pada awal kehamilan infeksi toksoplasma
dapat menyebabkan aborsi dan biasanya terjadi secara berulang.Namun jika
kandungan dapat dipertahankan, maka dapat mengakibatkan kondisi yang
lebih buruk ketika lahir. Diantaranya adalah :
 Lahir mati (still birth)
 Icterus, dengan pembesaran hati dan limpa
 Anemia
 Perdarahan
 Radang paru
 Penglihatan dan pendengaran kurang
 Dan juga gejala yang dapat muncul kemudian, seperti kelainan mata dan
telinga, retardasi mental, kejang-kejang dan ensefalitis selain itu juga
dapat merusak otak janin.
 Resiko terbentuk dari terjangkitnya infeksi ini pada janin adalah saat
infeksi maternal akut terjadi di trimester ketiga

b. Rubella
Rubella menyebabkan sakit yang ringan dan tidak spesifik pada orang dewasa,
ditandai dengan cacar-seperti ruam,demam dan infeksi saluran pernafasan atas.
Sebagian besar Negara saat ini memiliki program vaksin rubella untuk bayi dan
wanita usia subur dan hal ini merupakan bagian dari screening prakonsepsi. Ibu
hamil secara rutin diperiksa untuk antibody rubella dan jika tidak memiliki
kekebalan akan segera diberikan vaksin rubella pada periode postnatal. Fakta-
fakta terkini menganjurkan bahwa kahamilan yang disertai dengan pemberian
vaksin rubella tidak seberbahaya yang dipikirkan.Infeksi terberat terjadi pada
trimester pertama dengan lebih dari 85% bayi ikut terinfeksi.Bayi mengalami
vireamia, yang menghambat pembelahan sel dan menyebabkan kerusakan
perkembangan organ.Janin terinfeksi dalam 8 minggu pertama kehamilan.Oleh
karena itu memiliki resiko yang sangat tinggi untuk mengalami multiple defek
yang mempengaruhi mata, system kardiovaskuler, telinga, dan system
saraf.Arbosi spontan mungkin saja terjadi. Ketulian neurosensory seringkali
dsebabkan oleh infeksi setelah gestasi 14 minggu dan beresiko kerusakan janin
sampai usia 24 minggu. Pada saat lahir, restriksi pertumbuhan intrauterine
biasanya disertai hepatitis, trombositopenia, dan penyakit nerologis seperti
mikrosefali atau hidrosefali.

c. Cytomegalovirus
Gejala CMV yang muncul pada wanita hamil minimal dan biasanya mereka tidak
akan sadar bahwa mereka telah terinfeksi. Namun jika ini merupakan infeksi
primer, maka janin biasanya juga beresiko terinfeksi.Infeksi tersebut baru dapat di
kenali setelah bayi lahir.Diantara bayi tersebut baru dapat dikenali setelah bayi

7
lahir. Diantara bayi tersebut hanya ada 30% diketahui terinfeksi di dalam Rahim
dan kurang dari 15% akan menampakan gejala pada saat lahir. Hanya pada
individu dengan penurunan daya tahan dan pada masa pertumbuhan janin
sitomegalovirus menampakan virulensinya pada manusia. Pada wanita normal
sebagian besar adalah asimptomatik atau subkliik, tetapi bila menimbulkan gejala
akan tampak gejala antara lain :
- Mononucleosis-like syndrome yaitu demam selama 3 minggu. Secara klinis
timbul gejala lethargi, malaise dan kelainan hematologi yang sulit dibedakan
dengan infeksi mononucleosis (tanpa tonsillitis atau faringitis dan
limfadenopati servikal). Kadang-kadang tampak gambaran seperti hepatitis
dan limfositosis atipik. Secara klinis infeksi sitomegalovirus juga mirip
dengan infeksi virus Epstein – bar dan dibedakan dari hasil tes heterrofil yang
negative. Gejala ini biasanya self limitting tetapi komplikasi serius dapat pula
terjadi seperti hepatitis, peneumonitis, ensefalitis, miokarditis, dan lain-lain.
Penting juga dibedakan dengan tokso plasmosis dan hepatitis B yang juga
mempunyai gejala serupa.
- Sendroma post transfusi. Viremia terjadi 3-8 minggu setelah transfusi. Tanpak
gambaran panas kriptogenik, splenomegali, kelainan biokimia dan hematologi.
Sindroma ini juga dapat terjadi pada tranplantasi ginjal.
- Penyakit sistemik luas antara lain neomonits yang mengancam jiwa yang
dapat pasien dengan infeksi kronis dengan thymoma atau pasien dengan
kelainan sekunder dari proses imonologi ( seperti HIV tipe 1 atau 2)

d. Herpes
Tidak seperti virus rubella, sitomegalovirus dapat menginfeksi hasil konsepsi
setiap saat dalam kehamilan. Bila infeksi terjadi pada masa organogenesis
(trimester I) atau selama periode pertumbuhan dan perkembangan aktif (trimester
II) dapat terjadi  kelainan yang serius. Juga didapatkan bukti adanya korelasi
antara lamanya infeksi intrauterine dengan embriopati. Pada trimester I infeksi
kongenital sitomegalovirus dapat menyebabkan premature, mikrosefali, IUGR,
klasifikasi intracranial pada ventrikel lateral dan traktus olfaktoris, sebagian besar
terdapat korioretinitis, juga terdapat retardasi mental, hepatosplenomegali, ikterus,
purpora trombositopeni, DIC. Infeksi pada trimester III berhubungan dengan
kelainan yang bukan disebabkan karena kegagalan pertumbuhan somatic atau
pembentukan psikomotor.

E. Pemeriksaan Diagnostik

Proses diagnosa medis merupakan langkah pertama untuk menangani suatu


penyakit. Tetapi diagnosa berdasarkan pengamatan gejala klinis sering sukar
dilaksanakan, maka dilakukan diagnosa laboratorik dengan memeriksa serum darah,
untuk mengukur titer-titer antibodi IgM atau IgG-nya. Penderita TORCH kadang
tidak menunjukkan gejala klinis yang spesifik, bahkan bisa jadi sama sekali tidak
merasakan sakit. Secara umum keluhan yang dirasakan adalah mudah pingsan,
pusing, vertigo, migran, penglihatan kabur, pendengaran terganggu, radang
tenggorokan, radang sendi, nyeri lambung, lemah lesu, kesemutan, sulit tidur,
epilepsi, dan keluhan lainnya. Untuk kasus kehamilan: sulit hamil, keguguran, organ
tubuh bayi tidak lengkap, cacat fisik maupun mental, autis, keterlambatan tumbuh
kembang anak, dan ketidaksempurnaan lainnya. Namun begitu, gejala diatas tentu

8
belum membuktikan adanya penyakit TORCH sebelum dibuktikan dengan uji
laboratorik

F. Penatalaksanaan Prinsip Keperawatan dan Terapi Medis

Adanya infeksi-infeksi ini dapat dideteksi dari pemeriksaan darah. Biasanya


ada 2 petanda yang diperiksa untuk tiap infeksi yaitu Imunoglobulin G (IgG) dan
Imunoglobulin M (IgM). Normalnya keduanya negatif. Jika IgG positif dan IgMnya
negatif,artinya infeksi terjadi dimasa lampau dan tubuh sudah membentuk antibodi.
Pada keadaan ini tidak perlu diobati. Namun, jika IgG negatif dan Ig M positif,
artinya infeksi baru terjadi dan harus diobati. Selama pengobatan tidak dianjurkan Seks oral,
untuk hamil karena ada kemungkinan infeksi ditularkan ke janin. Kehamilan ditundaciuman
sampai 1 bulan setelah pengobatan selesai (umumnya pengobatan memerlukan waktu
1 bulan). Jika IgG positif dan IgM juga positif,maka perlu pemeriksaan lanjutan yaitu
IgG Aviditas. Jika hasilnya tinggi,maka tidak perlu pengobatan, namun jika hasilnya
rendah maka perlu pengobatan seperti di atas dan tunda kehamilan. Pada infeksi Hubungan sex
Toksoplasma,jika dalam pengobatan terjadi kehamilan, teruskan kehamilan dan
lanjutkan terapi sampai melahirkan.Untuk Rubella dan CMV, jika terjadi kehamilan
saat terapi, pertimbangkan untuk menghentikan kehamilan dengan konsultasi kondisi
kehamilan bersama dokter kandungan anda. Pengobatan TORCH secara medis
diyakini bisa dengan menggunakan obat-obatan seperti isoprinocin, repomicine,
valtrex, spiromicine, spiradan, acyclovir, azithromisin, klindamisin, alancicovir, dan
lainnya. Namun tentu pengobatannya membutuhkan biaya yang sangat mahal dan
waktu yang cukup lama. Selain itu, terdapat pula cara pengobatan alternatif yang
mampu menyembuhkan penyakit TORCH ini, dengan tingkat kesembuhan mencapai
90 %. Pengobatan TORCH secara medis pada wanita hamil dengan obat spiramisin
(spiromicine), azithromisin dan klindamisin misalnya bertujuan untuk menurunkan
dampak (resiko) infeksi yang timbul pada janin. Namun sayangnya obat-obatan
tersebut seringkali menimbulkan efek mual, muntah dan nyeri perut. Sehingga perlu
disiasati dengan meminum obat-obatan tersebut sesudah atau pada waktu makan.
Berkaitan dengan pengobatan TORCH ini (terutama pengobatan TORCH untuk
menunjang kehamilan), menurut medis apabila IgG nya saja yang positif sementara
IgM negative, maka tidak perlu diobati. Sebaliknya apabila IgM nya positif (IgG bisa
positif atau negative), maka pasien baru perlu mendapatkan pengobatan.

9
G. Pathway

Toxoplasma

Fase sexsual
Seks oral,
ciuman

Di tubuh kucing Membentuk


yang terinfeksi ookista Hubungan sex

Ookista dikeluarkan lewat


tinja kucing yg terinfeksi &
Sporozoit
membentuk spora yg tahan
terhadap lingkungan

Tinja kucing yang


mengandung

Manusia
Dimakan hewan Kista
makan Daging
Ex: kambing, sapi,
yg tdk matang

10
Lesi pd wajah, Seks oral,
HSV 1
bibir, mulut, ciuman
mata,& kulit.
Herpes
Hubungan sex
Lesi pd genetalia
HSV 2
HSV bereplikasi pd sel
epitel

Replikasi akan berlangsung terus menerus sel


menjadi lisis, & inflamasi lokal

Akan terjadi Viremia

Virus akan menyebar Pembengkakan kelenjer Nyeri


getah bening

11
RUBELLA Virus rubella masuk Ditransmisikan melalui
kedalam tubuh droplet

Masuk melalui pernafasan &


bereplikasi dinasofaring&didaerah
kelenjer getah bening

Viremia pada hari ke 5 – 7 setelah


terpapar

Dapat menular pada setiap org yg


berada diruangan yang sama degan
penderita

Masa penularan 1 minggu sebelum &


4 hr setelah ruam

Virus menginfeksi tubuh Masa inkubasi 14 – 21 hari

Tubuh ruam kemerah-


merah an

Dx: Kerusakan integritas


kulit

12
Ditransmisikan lewat
Virus masuk kedalam urin,droplet, air ludah, tranfusi
Cytomegalovirus tubuh darah, urin, maternal,
transplasenta, air susu ibu,
kontak langsung pada serviks
saat kehamilan.

Seks oral,
Virus masuk kedalam tubuh
ciuman
Reaktivasi selama Terjadi infeksi menyerang sel
kehamilan primer pada menyebabkan
pembengkakan sel
(sitomegali), tampak seperti
Hubungan sex

Bayi lahir dengan kerusakan


otak, ikterus, pembesaran
hepar, trombositopenia , &
retardasi mental

13
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
Seks oral,
ciuman

A. Pengkajian
Komplikasi Potensial TORCH atau IMS Maternal: IUGR, Abortus Spontan,
KDP, Persalinan Kurang Bulan, Kematian Janin Hubungan sex
Rujuk kerencana asuhan keperawatan kolaborasi umum komplikasi potensial:
Gangguan janin, Pecah ketuban dini, Persalinan kurang bulan
FOKUS PENGKAJIAN RASIONAL
1. Skrining dan identifikasi infeksi 1. Lihat pemeriksaan diagnostic
parental spesifik sebelumnya. Jenis organisme
infeksius menentukan cara
penanganan. Beberapa infeksi
tersebut mempunyai dampak
serius pada janin.

2. Pantau, dan ajurkan klien untuk 2. Penurunan gerak janin terbukti


memantau aktifitas janin menjadi precursor gangguan janin
berat. Jika ibu merasakan kurang
dari 10 gerakan dalam periode 12
jam. Ia harus memberi tau
penyedia layanan kesehtan
secepatnya.
3. Kaji status ketuban ibu
3. Ketuban yang utuh dapat menjadi
barrier terhadap beberapa
organime infeksius yang
4. Pantau tinggi Fundus (dengan ditularkan melalui rute asenden
pengukuran atau USG) 4. Untuk mendiagnosis IUGR.
Tinggi fundus harus terkait dengan
usia gestasi janin. Infeksi seperti
rubella dan toxoplasma dapat
menyebabkan IUGR
5. Jika infeksi HSV II atau CMV,
tentukan apakah infeksi tersebut 5. CMV berulang tidak menimbulkan
premier atau berulang maslah bagi janin. Tetapi bayi
baru lahir dapat terinfeksi HSV II
permier dan berulang namun
waktu luruh infus berkurang pada
infeksi berulang

14
Komplikasi Potensial TORCH atau IMS Maternal : Infeksi Janin atau Neonatal
(Transplasenta atau Selama Kelahiran) Dan Malformasi serta Anomali Janin
FOKUS PENGKAJIAN RASIONAL
Tentukan organisme infeksius spesifik Usia gestasi ketika ibu terkena infeksi
dan tentukan usia gestasi sebagia menentukan efek pada janin.
Sebagai contoh jika terinfeksi rubella
pada trimester pertama janin pasti
akan terkena efek teragonetik. Akan
tetapi jika terinfeksi pada trimester
kedua janin mempunyai kesempatan
terkena hanya 50%.

B. Diagnosa Keperawatan

a. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan penurunan system imun,


aspek kronis penyakit.
Definisi: Peningkatan resiko masuknya organisme pathogen
Faktor-faktor resiko:
- Prosedur Infasif
- Ketidakcukupan pengetahuan untuk menghindari paparan patogen
- Trauma
- Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan
- Ruptur membrane amnion
- Agen farmasi (imunosupresan)
- Malnutrisi
- Peningkatan paparan lingkungan patogen
- Imonusupresi
- Ketidakadekuatan imun buatan
- Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan HB, Leukopenia,
penekanan respon inflamasi)
- Tidak adekuat pertahanan tubuh primer (kulit tidak utuh, trauma
jaringan, penurunan kerja silia, cairan tubuh statis, perubahan sekresi
pH, perubahan peristaltic)

Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


(NOC) (NIC)

 Immune Status Infection Control (Kontrol


 Knowledge: Infection control Infeksi)
 Risk control  Bersihkan lingkungan

15
Kiteria Hasil : setelah dipakai pasien lain
 Klien bebas dari tanda dan  Pertahankan tehnik isolasi
gejala infeksi  Batasi pengunjung bila
 Mendeskripsikan proses perlu
penularan penyakit, factor  Instruksikan pada
yang mempengaruhi pengunjung untuk
penularan serta mencuci tangan saat
penatalaksanaannya berkunjung dan setelah
 Menunjukkan kemampuan berkunjung meniggalkan
untuk mencegah timbulnya pasien
infeksi  Gunakan sabun
 Jumlah leukosit dalam batas antimikrobia untuk cuci
normal tangan
 Menunjukkan perilaku hidup  Cuci tangan setiap
sehat sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan
 Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
pelindung
 Pertahankan lingkungan
aseptic selama
pemasangan alat
 Ganti letak IV perifer dan
line central dan dressing
sesuai dengan petunjuk
umum
 Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
 Tingkatkan intake nutrisi
 Berikan antibiotic bila
perlu

Infection Protection (proteksi


terhadap infeksi)
 Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan local
 Monitor hitung granulosit,
WBC
 Monitor kerentanan
terhadap infeksi
 Batasi pengunjung

16
 Saring pengunjung
terhadap penyakit menular
 Pertahankan tehnik aspesis
pada pasien yang beresiko
 Pertahankan tehnik isolasi
k/p
 Berikan perawatan kulit
pada area epidema
 Inspeksi kulit dan
membrane mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
 Inspeksi kondisi luka/insisi
bedah
 Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
 Dorong masukkan cairan
 Dorong istirahat
 Instruksikan pasien untuk
minum antibiotic sesuai
resep
 Ajarkan pasien dan
keluarga mengenai tanda
dan gejala infeksi
 Ajarkan cara menghindari
infeksi
 Laporkan kecurigaan
infeksi
 Laporkan kultur positif

b. Resiko pola nafas tidak afektif berhubungan dengan penurunan energi dalam
bernafas
Definisi: Pertukaran udara inspirasi dan/atau ekspirasi tidak adekuat
Batasan karakteristik:
- Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi
- Penurunan pertukaran udara per menit
- Menggunakan otot pernafasan tambahan
- Nasal flaring
- Dyspnea
- Orthopnea
- Perubahan penyimpangan dada

17
- Nafas pendek
- Assumption of 3-point position
- Pernafasan pursed-lip
- Tahap ekspirasi berlangsung sangat lama
- Peningkatan diameter anterior dan posterior
- Pernafasan rata-rata/minimal
 Bayi: <25 atau >60
 Usia 1-4 : <20 atau >30
 Usia 5-14: <14 atau >25
 Usia >14:<11 atau >24
- Kedalaman pernafasan
 Dewasa volume tidalnya 500ml saat istirahat
 Bayi volume tidalnya 6-8ml/kg
- Timing rasio
- Penurunan kapasitas vital
Factor yang berhubungan:
- Hiperventilasi
- Deformitas tulang
- Kelainan bentuk dinding dada
- Penurunan energy/kelelahan
- Perusakan/pelemahan muskulo-skeletal
- Obesitas
- Posisi tubuh
- Kelelahan otot pernafasan
- Hipoventilasi sindrom
- Nyeri
- Kecemasan
- Disfungsi Neuromuskuler
- Kerusakan persepsi/kognitif
- Perlukaan pada jaringan syaraf tulang belakang
- Imaturitas Neurologis

Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


(NOC) (NIC)

 Respiratory status: Ventilation Airway Management


 Respiratory status: Airway  Buka jalan nafas, gunakan
patency tehnik chin lift atau jaw
 Vital sign Status thrust bila perlu
 Posisikan pasien untuk

18
Kiteria Hasil : memaksimalkan ventilasi
 Mendemonstrasikan batuk  Identifikasi pasien perlunya
efektif dan suara nafas pemasangan alat jalan nafas
yang bersih, tidak ada buatan
sianosis dan dyspneu  Pasang mayo bila perlu
(mampu mengeluarkan  Lakukan fisioterapi dada
sputum, mampu bernafas jika perlu
dengan mudah, tidak ada  Keluarkan secret dengan
pursed lips) batuk atau suction
 Menunjukkan jalan nafas  Auskultasi suara nafas, catat
yang paten (klien tidak adanya suara tambahan
merasa tercekik, irama  Lakukan suction pada mayo
nafas, frekuensi pernafasan  Berikan bronkodilator bila
dalam rentang normal, perlu
tidak ada suara nafas  Berikan pelembab udara
abnormal) Kassa basah NaCL Lembab
 Tanda-tanda vital dalam  Atur intake untuk cairan
rentang normal (tekanan mengoptimalkan
darah, nadi, normal) keseimbangan
 Monitor respirasi dan status
O2

Oxygen Therapy
 Bersihkan mulut, hidung
dan secret trakea
 Pertahankan jalan nafas
yang paten
 Atur peralatan oksigenasi
 Monitor aliran oksigen
 Pertahankan posisi pasien
 Observasi adanya tanda
tanda hipoventilasi
 Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigenasi

Vital sign Monitoring


 Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR
 Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
 Monitor VS saat pasien
berbaring ,duduk atau
berdiri
 Auskultasi TD pada kedua

19
lengan dan bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan
irama pernafasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernafasan
abnormal
 Monitor suhu , warna,dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar,bradikardi,
peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

c. Kehilangan nafsu makan.


Definisi: Intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan metabolisme tubuh.
Batasan karakteristik:
- Berat badan 20% atau lebih dibawah ideal
- Dilaporkan adanya intake makanan yang kurang dari RDA
(Recomended Daily Allowance)
- Membran mukosa dan konjungtiva pucat
- Kelemahan otot yang digunakan untuk mengunyah menelan
- Luka, inflamasi pada rongga mulut
- Mudah merasa kenyang, sesaat setelah mengunyah makanan
- Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan makanan
- Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa
- Perasaan ketidakmampuan untuk mengunyah makanan
- Miskonsepsi
- Kehilangan BB dengan makanan cukup
- Keengganan untuk makan
- Kram pada abdomen
- Tonus otot jelek
- Nyeri abdominal dengan atau tanpa patologi
- Kurang berminat terhadap makanan
- Pembuluh darah kapiler mulai rapuh
- Diare dan atau steatorrhea
- Kehilangan rambut yang cukup banyak (rontok)

20
- Suara usus hiperaktif
- Kurangnya informasi, misinformasi
Faktor-faktor yang berhubungan:
Ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorpsi
zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis, psikologis atau ekonomi.

21
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
(NOC) (NIC)

 Nutritional Status: food and Nutrition Management


Fluid Intake  Kaji adanya alergi makanan
 Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
Kriteria hasil: kalori dan nutrisi yang
 Adanya peningkatan dibutuhkan pasien
berat badan sesuai  Anjurkan pasien untuk
dengan tujuan menungkatkan intake Fe
 Berat badan ideal sesuai  Anjurkan pasien untuk
dengan tinggi badan meningkatkan protein dan
 Mampu mengidentifikasi vitamin C
kebutuhan nutrisi  Berikan substansi gula
 Tidak ada tanda-tanda  Yakinkan diet yang dimakan
malnutrisi mengandung tinggi serat
 Tidak terjadi penurunan untuk mencegah konstipasi
berat badan yang berarti  Berikan makanan yang
terpilih (sudah
dikonsultasikan dengan ahli
gizi)
 Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan
harian
 Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
 Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
 Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring
 BB pasien dalam batas
normal
 Monitor adanya penurunan
berat badan
 Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa dilakukan
 Monitor interaksi anak atau
orang tua selama makan
 Monitor lingkungan selama

22
makan
 Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
 Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
 Monitor tugor kulit
 Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
 Monitor mual dan mutah
 Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
 Monitor makanan kesukaan
 Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
 Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
 Monitor kalori dan intake
nutrisi
 Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral
 Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet

d. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit


Definisi: Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang
muncul secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan
adanya kerusakan (Asosiasi Studi Nyeri Internasional): serangan mendadak
atau pelan intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi
dengan akhir yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan.
Batasan Karakteristik:
- Laporan secara verbal atau nonverbal
- Fakta dari observasi
- Posisi antalgic untuk menghindari nyeri
- Gerakan melindungi
- Tingkah laku berhati-hati
- Muka topeng
- Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau,
menyeringai)
- Terfokus pada diri sendiri

23
- Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir,
penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
- Tingkah laku distraksi, contoh: jalan-jalan, menemui orang lain dan/atau
aktivitas, aktivitas berulang-ulang)
- Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah,
perubahan nafas, nadi dan dilatasi)
- Tingkah laku ekspresif (contoh: gelisah, merintih, menangis, waspada,
iritabel, nafas panjang/ berkeluh kesah)
- Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang lemah
ke kaku)
- Perubahan dalam nafsu makan dan minum
Faktor yang berhubungan:
Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis)

Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


(NOC) (NIC)

 Pain Level, Pain management


 Pain control,  Lakukan pengkajian nyeri
 Comfort level secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik,
Kriteria hasil: durasi, frekuensi, kualitas dan
 Mampu mengontrol nyeri faktor presipitasi
(tahu penyebab nyeri,  Observasi reaksi nonverbal
mampu menggunakan dari ketidaknyamanan
tehnik nonfarmakologi  Gunakan tehnik komunikasi
untuk mengurangi nyeri, teraupetik untuk mengetahui
mencari bantuan) pengalaman nyeri
 Melaporkan bahwa nyeri  Kaji kultur yang
berkurang dengan mempengaruhi respon nyeri
menggunakan manajemen  Evaluasi pengalaman nyeri
nyeri masa lampau
 Mampu mengenali nyeri  Evaluasi bersama pasien dan
(skala, intensitas, tim kesehatan lain tentang
frekuensi dan tanda nyeri) ketidakefektifan kontol nyeri
 Menyatakan rasa nyaman masa lampau
setelah nyeri berkurang  Bantu pasien dan keluarga
 Tanda vital dalam rentang untuk mencari dan
normal menemukan dukungan
 Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
 Kurangi faktor presipitasi

24
nyeri
 Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan
interpersonal)
 Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
 Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
 Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
 Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
 Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri

Analgesic Administration
 Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
 Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
 Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
 Tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal
 Pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
 Monitor vital signsebelum
dan sesudah pemberian

25
analgesik pertama kali
 Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
 Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)

e. Kurang pengetahuan mengenai penularan, penanganan dan perjalanan


penyakit.
Definisi:
Tidak adanya atau kurangnya informasi kognitif sehubungan dengan topic
spesifik.
Batasan karakteristik:
Memverbalisasikan adanya masalah, ketidakakuratan mengikuti instruksi,
perilaku tidak sesuai.
Faktor yang berhubungan:
Keterbatasan kognitif, interpretasi terhadap informasi yang salah, kurangnya
keinginan untuk mancari informasi, tidak mengetahui sumber-sumber
informasi.

Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


(NOC) (NIC)

 Knowiedge: disease process Teaching : Disease Process


 Knowiedge: health  Berikan penilaian tentang
Behavior tingkat pengetahuan pasien
tentang proses penyakit yang
Kriteria hasil: spesifik
 Pasien dan keluarga  Jelaskan patofisiologi dari
menyatakan pemahaman penyakit dan bagaimana hal
tentang penyakit, kondisi, ini berhubungan dengan
prognosis dan program anatomi dan fisiologi, dengan
pengobatan cara yang tepat.
 Pasien dan keluarga mampu  Gambarkan tanda dan gejala
melaksanakan prosedur yang biasa muncul pada
yang dijelaskan secara penyakit, dengan cara yang
benar tepat
 Pasien dan keluarga mampu  Gambarkan proses penyakit,
menjelaskan kembali apa dengan cara yang tepat
yang dijelaskan perawat/tim  Identifikasi kemungkinan

26
kesehatan lainnya penyebab, dengan cara yang
tepat
 Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
 Hindari harapan yang kosong
 Sediakan bagi keluarga atau
SO informasi tentang
kemajuan pasien dengan cara
yang tepat
 Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang
akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
 Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
 Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
 Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
 Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komunitas lokal,
dengan cara yang tepat
 Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberian
perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat

27
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

TORCH adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis


penyakit infeksi yaitu Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes.
Toxoplasmosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toxoplasma gondii. Ibu
dengan toxoplasma gondii biasanya tidak menampakan gejala walaupun 10%-20%
ibu yang terinfeksi. Penyebab dari penyakit ini adalah parasit protozoa yaiti
toxoplasma gondii yang hidupnya di dalam kucing. Rubela suatu infeksi yang utama
menyerang anak-anak dan dewasa yang khas dengan adanya rasti demam dan
lymphadenopaly suatu toga virus yang dalam penyebabnya tidak membutuhkan
vector. Citomegalo virus diklasifikasikan dalam keluarga virus herpes,infeksi
oportunistik yang menyerang saat system kekebalan tubuh lemah. Herpes simplek
adalah suatu penyakit menular seksual di daerah kelamin, kulit di sekeliling rectum
atau di daerah sekitarnya disebabkan oleh virus Herpes Simplek. Penyebab herpes
genetalis adalah herpes simplek (HSV) dan sebagian hasil HSV (dimukosa mulut).

28
DAFTAR PUSTAKA

Reeder, S.J., Leonide, LM., Deborah, K.G. 2011. Keperawatan Maternitas Kesehatan
Wanita,Bayi & Keluarga Volume 2. Edisi 18.Jakarta. EGC

Bobak, I.M., Deitra, L.L., Margaret,D.J., Snannon, E.P.2004. Buku Ajar Keperawatan
Maternitas. Edisi 4. Jakarta. EGC

NANDA.2010.Nursing Diagnosis – Definition And Clasification 2009– 2011.Jakarta:EGC

29

Anda mungkin juga menyukai