Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“HAKIKAT APRESIASI SASTRA DI KELAS TINGGI SEKOLAH DASAR”

Tugas ini diajukan untuk menyelesaikan mata Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia SD
Kelas Tinggi yang diampu oleh :

Dra. Erlinda S, M.Pd

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2

Nur Annisa 1182111021

Denisa Reyka T Sinaga 1182111025

Putrako Sijoya Bangun 1182111037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
FEBRUARI 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang maha pemurah lagi maha penyayang,
hanya dengan rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Hakikat Apresiasi Sastra di Kelas Tinggi Sekolah Dasar” tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah mata Pendidikan Bahasa Dan
Sastra Indonesia SD Kelas Tinggi. Kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah ikut membantu dalam penulisan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
karena masih banyak terdapat kekurangan maupun kasalahan baik mengenai susunan kalimat
maupun isinya. Oleh sebab itu kritik dan saran dari pembaca selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah yang singkat dan sederhana ini bermanfaat bagi
semua, Aamiin.

Medan, 22 Februari 2021

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1

1.1. Latar Belakang...................................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................................2

1.3. Tujuan................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3

2.1. Pengertian Sastra Kelas Tinggi..........................................................................................3

2.2. Jenis – Jenis Sastra Kelas Tinggi.......................................................................................4

2.3. Strategi Pembelajaran dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Kelas Tinggi.................13
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................16

3.1. Kesimpulan.....................................................................................................................16

3.2. Saran...............................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembelajaran sastra di Indonesia saat ini mengalami penurunan apabila dibandingkan


dengan pembelajaran sastra pada masa penjajahan. Menurut Saparie (2006) pada zaman
penjajahan, pengajaran sastra diperhatikan ketat sejak di Hollandsch Inlandsche Scholl (HIS) dan
Meer Ultgebried Laager Obderwijs (MULO). Pembelajaran sastra di sekolah dasar, pada
dasarnya merupakan bagian dari pembelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran Bahasa
Indonesia tidak hanya mengajarkan materi kebahasaan, tetapi juga materi kesastraan. Kedua
materi tersebut direncanakan dan mendapat bagian yang sama sehingga pengajarannya juga
harus seimbang.

Pengajaran sastra dalam kurikulum berarti akan membantu siswa berlatih keterampilan
membaca, keterampilan menyimak, berbicara, dan menulis yang masing-masing erat
hubungannya (Rahmanto, 2004:17). Dalam pengajaran sastra siswa dapat melatih keterampilan
menyimak dengan mendengarkan suatu karya sastra yang dibaca dan dapat mendiskusikan,
selanjutnya menulis hasil diskusinya sebagai latihan keterampilan menulis.

Rahmato (2004: 16) mengungkapkan empat manfaat pembelajaran sastra yaitu (1)
membantu keterampilan berbahasa, (2) meningkatkan pengetahuan budaya, (3) mengembangkan
cipta dan rasa, dan (4) menunjang pembentukan watak. Sebuah karya sastra dapat
membangkitkan daya kreativitas serta imajinasi siswa. Rangsangan dari sebuah karya sastra
merupakan sebuah kesadaran kreatif sekaligus kesadaran kritis di dalam diri siswa yang akan
dibutuhkan oleh cabang ilmu apapun yang dikehendaki. Tumbuhnya kesadaran siswa akan
pentingnya mengapresiasi sastra akan mendorong mereka pada kemampuan melihat persoalan
secara objektif, membentuk karakter, merumuskan watak, dan kepribadian. Dengan kata lain,
karena manfaat pengajaran sastra dalam meningkatkan kualitas manusia, akan pengajaran sastra
harus diletakkan sama pentingnya dengan pelajaran ini.

1
Oleh sebab itu dalam makalah ini, penulis memberikan gambaran mengenai pengertian,
jenis – jenis dan strategi dalam pembelajaran karya sastra kelas tinggi yang nantinya dapat
menjadi refrensi dalam mengajarkan karya sastra di SD kelas tinggi.

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah hakikat dan pengertian dari sastra kelas tinggi?


1.2.2 Bagaimanakah jenis – jenis sastra kelas tinggi?
1.2.3 Bagaimanakah strategi pembelajaran dalam pembelajaran bahasa dan sastra kelas tinggi?

1.3. Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui hakikat dan pengertian dari sastra kelas tinggi.
1.3.2 Untuk memiliki pengetahuan mengenai jenis – jenis sastra kelas tinggi.
1.3.3 Untuk mengerti strategi pembelajaran dalam pembelajaran bahasa dan sastra kelas tinggi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sastra Kelas Tinggi

Sastra (Sanskerta: shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta ‘Sastra’, yang


berarti “teks yang mengandung instruksi” atau “pedoman”, dari kata dasar ‘Sas’ yang berarti
“instruksi” atau “ajaran” dan ‘Tra’ yang berarti “alat” atau “sarana”. Dalam bahasa Indonesia
kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada “kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang
memiliki arti atau keindahan tertentu.
Berikut pengertian sastra menurut beberapa para ahli yakni :

1. Mursal Esten (1978 : 9), Sastra atau Kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik
dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia. (dan masyarakat) melalui bahasa
sebagai medium dan memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan).
2. Semi (1988 : 8 ), Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya
adalah manusia dan kehidupannya menggunakan bahasa sebagai mediumnya.
3. Panuti Sudjiman (1986 : 68), Sastra sebagai karya lisan atau tulisan yang memiliki berbagai
ciri keunggulan seperti keorisinalan, keartistikan, keindahan dalam isi, dan ungkapanya.
4. Ahmad Badrun (1983 : 16), Kesusastraan adalah kegiatan seni yang mempergunakan bahasa
dan garis simbol-simbol lain sebagai alai, dan bersifat imajinatif.
5. Eagleton (1988 : 4), Sastra adalah karya tulisan yang halus (belle letters) adalah karya yang
mencatatkan bentuk bahasa. harian dalam berbagai cara dengan bahasa yang dipadatkan,
didalamkan, dibelitkan, dipanjangtipiskan dan diterbalikkan, dijadikan ganjil.
6. Plato, Sastra adalah hasil peniruan atau gambaran dari kenyataan (mimesis). Sebuah karya
sastra harus merupakan peneladanan alam semesta dan sekaligus merupakan model
kenyataan. Oleh karena itu, nilai sastra semakin rendah dan jauh dari dunia ide.
7. Aristoteles, Sastra sebagai kegiatan lainnya melalui agama, ilmu pengetahuan dan filsafat.
8. Robert Scholes (1992: 1), Tentu saja, sastra itu sebuah kata, bukan sebuah benda

3
9. Sapardi (1979: 1), Memaparkan bahwa sastra itu adalah lembaga sosial yang menggunakan
bahasa sebagai medium. Bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan
gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan social.
10. Taum (1997: 13) Sastra adalah karya cipta atau fiksi yang bersifat imajinatif” atau “sastra
adalah penggunaan bahasa yang indah dan berguna yang menandakan hal-hal lain”.
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa sastra merupakan suatu
bentuk karya seni baik berupa lisan maupun tulisan yang berisi nilai – nilai dan unsur tertentu
lainnya yang bersifat imaginatif.

Di sekolah dasar, pembelajaran sastra dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan


siswa mengapresiasi karya sastra. Kegiatan mengapresiasi sastra berkaitan dengan latihan
mempertajam perasaan, penalaran, daya khayal, serta kepekaan terhadap masyarakat, budaya dan
lingkungan hidup. Pengembangan kemampuan bersastra di sekolah dasar dilakukan dalam
berbagai jenis dan bentuk melalui kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
Adapun pemilihan bahan ajar tersebut dapat dicari pada sumbersumber yang relevan (Depdiknas,
2003 ).

Pembelajaran sastra di SD adalah Pembelajaran sastra anak. Sastra anak adalah karya
sastra yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan berisi tentang dunia yang akrab
dengan anak-anak, yaitu anak yang berusia antara 6-13 tahun. Sifat sastra anak adalah imajinasi
semata, bukan berdasarkan pada fakta. Unsur imajinasi ini sangat menonjol dalam sastra anak.
Hakikat sastra anak harus sesuai dengan dunia dan alam kehidupan anak-anak yang khas milik
mereka dan bukan milik orang dewasa. Sastra anak bertumpu dan bermula pada penyajian nilai
dan imbauan tertentu yang dianggap sebagai pedoman tingkah laku dalam kehidupan.

2.2 Jenis – Jenis Sastra Kelas Tinggi

Dalam  pembelajaran sastra  untuk pembelajaran di SD secara garis besar di bagi menjadi
tiga yaitu puisi, drama, dan prosa.

2.2.1 Puisi

4
Karya sastra terdiri atas 2 jenis, yaitu prosa dan puisi. Biasanya prosa disebut karangan
bebas, sedangkan puisi disebut karangan terikat. Puisi adalah jenis sastra, sedangkan sajak adalah
individu puisi. Oleh karena itu, kedua istilah itu jangan dicampur adukkan pemakaiannya. Puisi
di bagi menjadi dua yaitu puisi lama dan puisi baru.

 Puisi lama
1. Mantra, adalah puisi lama yang dipercaya dapat mendatangkan kekuatan gaib yang biasanya
diajarkan atau diucapkan oleh pawang untuk menandingi kekuatan yang lain.
2. Bidal, adalah bahasa berkias untuk mengungkapkan perasaan yang sehalus-halusnya, hingga
orang lain yang mendengarkan harus mendalami dan meresapi arti serta maksud dalam
hatinya sendiri, biasanya berisi nasihat, sindiran, peringatan, dan sebagainya. Menurut
penggunaannya bidal bisa diklasifikasikan menjadi: pepatah, perumpamaan, tamsil, ibarat,
amsal, pemeo, peribahasa, ungkapan, dan perumpamaan.
3. Peribahasa, adalah kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya dan mengisahkan
maksud tertentu. Yang termasuk ke dalam jenis peribahahasa ini adalah ungkapan,
perumpamaan, ibarat, tamsil.
4. Pepatah, adalah kiasan tepat yang berupa kalimat sempurna dan pendek, pada mulanya
dimaksudkan untuk mematahkan pembicaraan orang lain.
5. Perumpamaan, adalah majas yang berupa perbandingan dua hal yang pada hakikat berbeda,
tetapi sengaja dianggap sama (secara eksplisit dinyatakan dengan kata-kata pembanding
umpama, bak, bagai, seperti, ibarat, dsb).
6. Ibarat, adalah perbandingan dengnan seterang-terangnya dengan keadaan alam sekitarnya,
yang mengandung sifat puisi di dalamnya.
 Puisi baru
1. Distikon, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas dua baris (puisi dua seuntai).
2. Tersina, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tiga baris (puisi tiga seuntai).
3. Kuatrain, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas empat baris (puisi empat seuntai).
4. Kuint, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas lima baris (puisi lima seuntai).
5. Sektet, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas enam baris (puisi enam seuntai).
6. Septime, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tujuh baris (tujuh seuntai).

5
7. Stanza/Oktava, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas delapan baris (double kutrain atau
puisi delapan seuntai).
8. Soneta, adalah puisi yang terdiri atas empat belas baris yang terbagi menjadi dua, dua bait
pertama masing-masing empat baris dan dua bait kedua masing-masing tiga baris.
9. Sanjak Bebas, adalah suatu bentuk sanjak yang tidak dapat diberi nama dengan nama-nama
yang sudah tertentu baik dalam puisi lama maupun puisi baru.

Pada dasarnya unsur-unsur yang terdapat dalam puisi tidak jauh berbeda dengan unsur-
unsur yang terdapat karya sastra prosa, namun secara fisik dan teknik penggunaan bahasa
memang memungkinkan terjadi perbedaan yang mencolok antara puisi dan prosa. Di antara
unsur-unsur intinsik puisi adalah: tema, amanat, bait, baris, enjambemen, irama, bahasa, gaya
bahasa, citraan/imagery, neveauk, plot, setting, penokohan, perwatakan, dan point of view.
Kelima unsur terakhir (plot, setting, penokohan, perwatakan, dan point of view) itu jika
memang terdapat dalam sebuah puisi.

1. Tema, adalah pokok pikiran yang dicetuskan pengarang yang menjadi jiwa dan dasar cerita.
Tema bisa dibedakan menjadi tema mayor dan tema minor. Tema mayor adalah tema yang
merupakan pusat pikiran sebuah cerita atau karya sastra, sedangkan tema minor merupakan
tema yang bisa dilihat dari susut pandang tertentu. Dalam sebuah tema mayor bisa terdapat
beberapa tema minor. Bagi seorang pengarang tema ada sebelum mengarang tetapi bagi
seorang pembaca tema ada sesudah membaca karangan ataukarya sastra.
2. Amanat, adalah gagasan yang mendasari karya sastra dan sekaligus pesan yang ingin
disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar.
3. Bait / strophe, adalah kebulatan arti dan irama dalam kuplet atau karangan yang berbentuk
puisi, misal: sebait pantun terdiri atas empat baris, sebait gurindam terdiri atas dua baris.
Enjambemem, adalah perloncatan baris; baris kalimat yang mempunyai tugas ganda untuk
menghubungkan bagianyanbg mendahuluinya dan bagian yang berikutnya.
4. Irama, adalah berturut-turut secara teratur; turun naik (pada bunyi, lagu) yang beraturan;
alunan yang terjadi karena perulanngan dan penggantian bunyi dalamarus panjang pendek
bunyi, keras lembut tekanan, dan tinggi rendah nada (dalam puisi); ritma; wirama; irama juga
merupakan tenaga gaib yang menimbulkan perasaan tertentu kepada manusia dan dapat
menimbulkan gaya keindahan sebuah puisi.
6
5. Bahasa, yang dimaksud bahasa meliputi diksi (pilihan kata), gaya bahasa/majas, dan makna
konotasi/denotasi yang ditimbulkan oleh penggunaan gaya bahasa dan penetapan diksi dalam
karya puisi. Tentang gaya bahasa/majas akandibahas dalam bab tersendiri.
6. Citraan, merupakan gambaran

2.2.2 Prosa

Prosa lama atau lebih dikenal sebagai sastra klasik atau satra kuno  merupakan cerminan
kehidupan masyarakat lama. Ciri-ciri kehidupan masyarakat lama ini menjadi cirri-ciri dari sastra
klasik itu sendiri. Ciri-ciri karya sastra klasik yakni :

1. Bersifat komunal, yakni menjadi milik bersama.


2. Anonim, tidak diketahui siapa nama penggubahnya/pengarangnya.
3. Bersifat sangat kurang dinamis, yakni gerak perubahannya sangat lambat, sehingga jika
dilihat dari sudut masyarakat sekarang seolah-olah kelihatan statis.
4. Pada umumnya bersifat irasional, kejadian-kejadian yang digambarkan kurang atau bahkan
tidak masuk akal.
5. Bersifat istanasentris, karena sebagian besar ceritanya berkisar pada kehidupan keluarga
dalam lingkungan istana.
6. Sastra lama pada umumnya memberikan pengajaran/pendidikan baik yang bersifat didaktis
moral maupun didaktis religius.
7. Bersifat simbolis, sebagian besar ceritanya disajikan dalam bentuk perlambang.
8. Bersifat tradisional, yaitu mempertahankan kebiasaan atau adat yang berlaku sesuai dengan
keadaan zamannya.
9. Klise imitatif, yakni kebiasaan tiru-meniru yang tetap saja turun-temurun.
10. Sastra lama sebenarnya tidak menceritakan manusia, melainkan menceritakan sifat-sifat
universal manusia (baik-jahat, cerdik-bodoh, adil-lalim, dsb).

7
Hasil karya sastra klasik dapat dikatakan merupakan karya sastra lisan yang disampaikan
hanya dengan cara komunikasi lisan. Hal ini menyebabkan terjadinya banyak variasi dan
pergeseran baik dari segi alur maupun tata nilai yang dikandungnya. Berdasarkan isinya semua
jenis dongeng dapat dikategorikan sebagai jenis karya sastra klasik/lama.

Di bawah ini diuraikan berbagai macam jenis dongeng yang sekaligus merupakan jenis-
jenis karya sastra klasik.

1. Fabel, adalah cerita lama yang menokohkan binatang sebagai lambang pengajaran moral
(biasa pula disebut sebagai cerita binatang). Beberapa contoh fabel, adalah: Kancil dengan
Buaya, Kancil dengan Harimau, Hikayat Pelanduk Jenaka, Kancil dengan Lembu, Burung
Gagak dan Serigala, Burung Bangau dengan Ketam, Siput dan Burung Centawi, dll.
2. Sage, adalah cerita lama yang berhubungan dengan sejarah, kraton, atau kehidupan raja-raja.
Beberapa contoh sage, adalah: Calon Arang, Ciung Wanara, Airlangga, cerita-cerita Panji,
Smaradahana, dll.
3. Mite/Mitos, adalah cerita-cerita yang berhubungan dengan kepercayaan terhadap sesuatu
benda atau hal yang dipercayai mempuyai kekuatan gaib. Contoh-contoh sastra lama yang
termasuk jenis mitos, adalah: Nyai Roro Kidul, Ki Ageng Selo, Dongeng tentang Gerhana,
Dongeng tentang Terjadinya Padi, Harimau Jadi-Jadian, Puntianak, Kelambai, dll.
4. Legenda, adalah cerita lama yang mengisahkan tentang riwayat terjadinya suatu tempat atau
wilayah. Contoh: Legenda Banyuwangi, Tangkuban Perahu, dll.
5. Parabel, adalah rekaan cerita pendek yang menggambarkan sikap moral atau keagamaan
dengan menggunakan ibarat adtau perbandingan; majas perbandingan menggunakan
perumpamaan yang terkandung dalamseluruh isi karangan atau cerita. Contoh: Kisah Para
Nabi, Hikayat Bayan Budiman, Mahabarata, Bhagawagita, dll.
6. Dongeng Jenaka, adalah cerita tentang tingkah laku orang bodoh, malas, atau cerdik dan
masing-masing diluskiskan secara humor.

Berdasarkan bentuknya karya sastra dapat dibedakan menjadi bentuk puisi, prosa, dan
drama. Semua bentuk karya sastra tersusun dari dua unsur pembangun, yaitu unsur intinsik dan
unsur ekstrinsik. Unsur Intrinsik adalah unsur karya sastra yang menmbangun tubuh karya sastra
dari dalam tubuh karya sastra itu sendiri. Sedangkan Unsur esktrinsik merupakan unsur

8
pembangun karya sastra yang berasal dari luar tubuh karya sastra itu. Pada bagian ini hanya akan
dibahas unsur-unsur pembangun karya sastra prosa.

Unsur-unsur intrinsik karya sastra prosa adalah sebagaimana diuraikan di bawah ini.

1. Tema, yaitu pusat cerita, atau ide pokok yang mendasari penulisan sebuah cerita.Tema dapat
diklasifikasikan menjadi tema mayor, yaitu tema yang memiliki cakupan lebih luas; dan tema
minor yaitu tema yang bisa dilihat sudut pandang tertentu dan mempunyai sifat lebih
spesifik.
2. Amanat, yaitu pesan yang disampaikan pengarang kepada pembaca.
3. Plot / Alur, adalah jalinan peristiwa yang membentuk cerita; jalan cerita. Alur dapat
diklasifikasikan menjadi alur maju, mundur, kronologis, klimaks, antilklimaks, dan
flashback.
a) Alur maju, adalah alur yang menceritakan dari awal hingga akhir cerita.
b) Alur mundur, adalah alur yang menceritakan kejadian masa lalu/silam.
c) Alur kronologis, adalah alur berdasarkan tata urutan waktu.
d) Alur klimaks, adalah alur yang dimulai dari bagian biasa menuju bagian menegangkan.
e) Alur antiklimaks, adalah alur yang dimulai dari bagianm menegangkan menuju biasa.
f) Alur flashback, adalah alur yang mendahulukan bagian akhir cerita, kembali ke awal
menuju ke akhir cerita.
4. Penokohan, adalah penentuan dan penciptaan citra tokoh dalam karya sastra. Berdasarkan
sifatnya tokoh dalam sebuah karya sastra dapat dibedakan menjadi tiga jenis tokoh, yaitu
tokoh protagonis (tokoh lakon), antagonis (tokoh jahat, lawan, musuh), dan tokoh tirtagonis
(tokoh penengah). Berdasarkan tingkat kepentingannya dalam cerita dapat dibedakan
menjadi dua yaitu tokoh utama dan tokoh pembantu/figuran
5. Karakteristik, adalah perwatakan tokom dalam cerita. Karakteristik tokoh dapat menjadi dua
maca, yaitu flat character dan arround character. Flat character adalah watak seorang tokoh
yang tidak pernah mengalami perubahan dari awal hingga akhir cerita. Arround character
adalah jika seorang tokoh mengalami perubahan watak dalam cerita tersebut.
6. Point of View, adalah sudut pandang pengarang; cara pengarang menempatkan dirinya dalam
sebuah cerita. Berikut ini diuraikan beberapa jenis sudut pandang pengarang.

9
a) Narathor Participant, pengarang mempergunakan kata aku-orang pertama (aku sebagai
tokoh utama dan aku sebagai bukan tokoh utama).
b) Narathor Omniscient, pengarang mempergunakan kata dia (orang ketiga) untuk pelaku
utama dan pengarang mengetahui seluk beluk tokoh dia/menyumbangkan pikiran dalam
pribadi tokoh.
c) Narathor Observer, pengarang mengisahkan ceritanya dengan mempergunakan kata dia
(orang ketiga) untuk tokoh utama, dan pengarang tidak mengethaui jalan pikiran tokoh
utama.
d) Narathor multiple, campuran antara ketiga jenis narathor di atas.
7. Setting, adalah latar belakang penceritaan; latar cerita. Terdapat dua jenis setiing, ayaitu
setting fisik (alat, tempat, dan waktu) dan setting psikis (suasana: haru, sedih, gembira, dll).
8. Suspense dan Foreshadowing. Suspense, adalah bagian cerita yang mampu membuat
pembaca merasakan ketegangan setelah mengikuti atau menyaksikan konflik mental dan
konflik sosial yang tajam. Foreshadowing, merupakan kelanjutan dari suspense, yaitu
pembayangan tentang apa yang akan terjadi kemudian dalam cerita. Bagianini diciptakan
oleh pengarang untuk memikat perhatian pembaca terhadap keseluruhan cerita agar merasa
nikmat dan puas, tidak merasa bosan.
9. Limited Fokus dan Unity. Limited Fokus, adalah bagian cerita yang paling dipentingkan dari
semua jalinan cerita yang ada; dapat dikatakan merupakan pusat cerita. Sedangkan unity
merupakan kesatuan atau kepaduan yang terdapat dalam sebuah cerita. Jadi walaupun dalam
sebuah cerita terdapat banyak sekali pecahan cerita yang mendampingi cerita inti,
keseluruhan cerita tetap bisa dinikmati oelh pembaca dengan baik karena terdapat unsur
kesatuan tersebut.
10. Bahasa, yaitu bahasa apakah yang dipergunakan; bagimana kandungan makna
denotasi/konotasi, ambiguitas maknanya, interferensi bahasa asing/ daerah yang terdapat
dalam karya sastra tersebut.
11. Gaya Bahasa/Majas, yang dimaksudkan adalah gaya bahasa apa saja yang sering
dipergunakan oleh penngarang dalam menulis ceritanya (personifikasi, metonimia, alegori,
sinekdok, hiperbola,dll).

10
Sedangkan yang termasuk dalam unsur ekstrinsik sebuah karya sastra prosa adalah
sebagaimana contoh di bawah ini.

Dalam cerpen Jalan Lain ke Roma karya Idrus mengandung nilai-nilai kehidupan yang besar
artinya bagi pembaca yang mau memahami secara mendalam. Nilai-nilai kehidupan tersebut
antara alain adalah nilai sosial, moral, ekonomi, kejiwaan, politik, filosofis, dll.

1. Nilai Sosial. Sifat terus terang adalah baik, tetapi jika salah menempatkan akan
menimbulkan hal negatif, sebagaimana yang dialami oleh Open.
2. Nilai Kejiwaan. Mendalami jiwa orang lain adalah penting, karena dengan begitu kita bisa
bergaul dengan masayarakat secara lebih baik.
3. Nilai Moral. Sifat kejujuran sangat penting dan sangat mulia di hadapan Tuhan.
4. Nilai Ekonomi. Tidak mudah berputus asa, gaga satu pekerjaan, cari pekerjaan yang lain.
5. Nilai Politik. Perjuangan membela kepentingan banyak orang dengan cara berjuang secara
sungguh-sungguh.
6. Nilai Filosofi/Religius. Sebagai pemeluk agama Islam yang kuat, Open berusaha untuk
mendakwahkan agamanya.

2.2.3 Drama

Drama berisi dialog antara beberapa tokoh disertai akting yang sesuai dengan petunjuk    
pemeranan. Oleh karena itu, dalam membaca drama kamu hendaknya dapat berlaku sebagai
tokoh yang kamu perankan.

Unsur-unsur dalam drama meliputi tokoh dan sifatnya, latar, tema, alur/jalan cerita, dan
amanat.

1. Tokoh dan sifatnya. Tokoh adalah pelaku dalam drama. Sifat atau watak tokoh dapat
diketahui dari perkataan dan perbuatannya. Misalnya tokoh yang suka memfitnah teman,
memiliki sifat jahat.
2. Latar. Latar adalah tempat, waktu dan suasana terjadinya peristiwa. Latar dibedakan atas
latar waktu, tempat, dan suasana. Latar waktu, misalnya, pagi hari, siang hari, malam hari.
11
Latar tempat, misalnya, di rumah, di jalan, di sekolah, di pasar, dan sebagainya. Latar
suasana, misalnya suasana gembira, sedih, cemas, dan sebagainya.
3. Tema. Tema adalah gagasan pokok atau ide yang mendasari pembuatan naskah drama. Tema
harus dirumuskan sendiri oleh pembaca melalui keseluruhan peristiwa dalam cerita (drama).
4. Alur atau jalan cerita. Alur adalah rangkaian peristiwa dalam cerita (drama) yang saling
berhubungan. Alur terdiri atas sebagai berikut.
a) Eksposisi atau pemaparan, yaitu pengarang mulai mengenalkan tokohtokohnya.
b) Pertikaian, yaitu tahap alur yang menggambarkan mulai adanya pertikaian, baik
antartokoh maupun pada diri seorang tokoh.
c) Klimaks, yaitu tahap alur yang menggambarkan bahwa persoalan yang dihadapi tokoh
mencapai puncaknya.
d) Leraian, yaitu tahap alur yang menggambarkan bahwa persoalan mulai menurun
e) Penyelesaian, yaitu tahap yang menggambarkan bahwa persoalan selesai.

Apabila tahap-tahap di atas disajikan oleh pengarang secara urut dari tahap pemaparan
hingga penyelesaian, dinamakan alur maju. Apabila tahap-tahap alur di atas disajikan secara
mundur, disebut alur mundur. Apabila disajikan secara gabungan antara maju dengan
mundur, dinamakan alur gabungan. Secara sederhana, alur dibedakan menjadi bagian awal,
bagian tengah, dan bagian akhir. Jenis alur ditentukan berdasarkan urutan penyajian
peristiwa-peristiwa dalam cerita (drama). Jenis alur dibedakan menjadi:

a) Alur maju, jika peristiwa-peristiwa dalam drama disampaikan secara progresif/maju dari
awal, tengah, hingga akhir.
b) Alur mundur, jika peristiwa-peristiwa dalam drama disampaikan secara regresif/mundur
yang diawali dari bagian penyelesaian, dan berangsur-angsur mundur hingga ke bagian
permulaan.
c) Alur campuran, jika peristiwa-peristiwa disampaikan secara maju dan mundur.
5. Amanat. Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang dalam drama. Amanat
berhubungan erat dengan tema. Amanat dapat dirumuskan setelah tema berhasil dirumuskan.

12
Drama adalah karya sastra yang dipentaskan. Dengan kata lain, drama ialah karya sastra
dalam bentuk dialog yang lebih diperuntukkan ditampilkan di atas panggung pertunjukkan. Agar
dapat bercerita dengan baik, pelajari pula unsur-unsur drama berikut ini.

Sebuah drama dibangun oleh unsur-unsur berikut ini.

1. Tokoh, Tokoh adalah orang-orang yang menjadi pemeran dalam isi drama.
2. Dialog, Dialog adalah percakapan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara langsung.
3. Alur, Alur adalah rangkaian peristiwa dan konflik  dari awal sampai akhir cerita.
4. Amanat/pesan, Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan penulis melalui karya sastra.
5. Latar, Latar adalah keterangan mengenai tempat, ruang, dan waktu di dalam naskah drama.
Latar tersendiri atas 3 jenis, yaitu:
a) Latar tempat, yaitu penggambaran tempat peristiwa di dalam naskah drama
b) Latar waktu, yaitu penggambaran waktu kejadian di dalam naskah drama
c) Latar suasana/budaya, yaitu suasana atau budaya yang digambarkan dalam naskah
drama, seperti budaya Sunda, budaya Jawa atau budaya masyarakat Minangkabau.

2.3 Strategi Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Kelas Tinggi

Strategi pembelajaran adalah seni mendayagunakan semua komponen yang saling


berkaitan dengan memperhitungkan berbagai segi dalam upaya pencapaian sebuah tujuan
pembelajaran. Srategi pembelajaran sastra melalui 3 tahapan yakni Perencanaan pembelajaran,
Pelaksanaan pembelajaran dan Evaluasi pembelajaran.

Dalam peencanaan harus mampu memilih metode yang sesuai dengan siswa. Pelaksanaan
mengharuskan siswa masuk suasana kondusif. Evaluasi dapat berupa tes praktik, pengamatan,
dan penilaian portofolio. Pembelajaran bahasa adalah aktivitas yang direncanakan untuk
menciptakan suasana belajar.

Faktor yang mempengaruhi penciptaan lingkungan pembelajaran bahasa yaitu:

1. Kurikulum
2. Tujuan

13
3. Pendekatan dan metode
4. Keluasan dan kedalaman bahan ajar
5. Kualitas guru
6. Kondisi siswa
7. Sarana dan prasarana
8. Media
9. Daya dukung masyrakat
10. Pola dan sistem sekolah
11. Lingkungan geografis dan sosial
12. Sumber dana
13. Waktu yang dialokasikan

Dari banyak faktor diatas, kurikulum menjadi bagian penting. Kurikulum 2013 lebih
menjurus ke pendekatan saintifik dengan ciri 5M yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan
data, mencari informasi, dan mengkomunikasikan.

Dari penjelasan diatas maka strategi yang tepat adalah :

1. Berdasarkan pihak pengelolaan pesan menggunakan strategi pembelajaran heuristik. Dimana


siswa mencari sendiri dan guru menjadi pembimbing.
2. Berdasarkan jumlah siswa dengan strategi pembelajaran kelompok kecil.
3. Berdasarkan interaksi guru dan siswa menggunakan strategi tatap muka.

Strategi pembelajaran sastra yang selama ini dilakukan masih dianggap sebagai strategi
pembelajaran sastra secara tradisional. Siswa hanya menghafalkan nama pengarang, ringkasan isi
cerita, konsep-konsep syair, pantun, balada, soneta, gurindam, dan aspek intrinsik sastra. Strategi
yang demikian hendaklah perlu ditanggalkan untuk digantikan dengan strategi bimbingan kritik
dan apresiasi sastra (BKAS). Strategi BKAS bertujuan melatih siswa agar memiliki daya
kepekaan sosial, menghayati dan mengaplikasikan nilai-nilai keindahan yang terkandung dalam
karya sastra sebagai pesan moral, memahami falsafah hidup, dan mampu merasakan keartistikan
bahasa yang digunakan sebagai media ekspresi karya sastra. Bimbingan dilakukan tidak hanya
sepihak, misalnya hanya siswanya yang kreatif sedangkan gurunya tidak, hendaklah kegiatan
apresiasi bersama-sama dilakukan dalam proses belajar-mengajar di kelas.
14
Salah satu metode strategi BKAS yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan jalur
5-M, yaitu Menyimak, Membaca, Melisankan, Menulis, dan Menjawab semua persoalan.
Pelaksanaan jalur 5-M ini memang pada permulaan yang aktif adalah guru, sedangkan tindakan
selanjutnya adalah siswa yang harus aktif dan kreatif mengikuti pelajaran apresiasi sastra.
Peranan guru dalam melaksanakan metode strategi BKAS dengan melalui jalur 5-M ini
sesungguhnya hanya bertindak sebagai perangsang, pendorong, pembimbing, pemotivator,
penginspirasi, dan pemfasilitator siswa dalam mencapai keberhasilan pembelajaran sastra. Sudah
barang tentu untuk bertindak sepeni itu diperlukan seorang guru sastra idaman, yakni seorang
guru sastra yang menguasai materi pelajaran, bentindak adil dan bijaksana, berwawasan yang
luas, berlaku sabar, dan penuh kasih sayang membimbing siswanya belajar mandiri sehingga
betul-betul tercapai tujuan pembelajaran sastra di sekolah.

Pendidikan sastra melalui proses pembelajarannya merupakan pendidikan yang mencoba


untuk mengembangkan kompetensi apresiasi sastra, kritik sastra dan proses kreatif sastra.
Apresiasi adalah kemampuan menikmati dan menghargai karya sastra. Dalam hal ini siswa
diajak untuk lansung membaca, memahami, menganalisis, dan menikmati karya sastra secara
langsung. Siswa tidak harus menghafal mulai dari nama-nama judul karya sastra atau
sinopsisnya, tetapi langsung berhadapan dengan karya sastranya (Wahyudi, 2008: 168-169).
Pendidikan sastra yang mengapresiasi prosa rmisalnya, akan mengembangkan
kompetensi anak untuk memahami dan menghargai keindahan karya sastra yang tercermin pada
setiap unsur prosa secara langsung membaca sastranya. Pada akhirnya pembelajaran ini
mengarahkan siswa untuk mengembangkan kemampuan pikir, dan keterampilan berbahasa. Para
siswa diajak untuk mengapresiasi sastra yang demikian itu akan membiasakan siswa untuk
berfikir kritis, terbuka dan bersikap jujur.
Kegiatan apresiasi sastra dapat membentuk pengalaman seseorang berkenaan dengan
sastra sehingga menimbulkan perubahan dan penguatan tingkah laku orang itu. Dengan kegiatan
ini seseorang mengalami belajar apresiasi. Dalam proses kegiatan apresiasi sastra berupa
memperhatikan, meminati, bersikap, membiasakan diri, dan menerampilkan diri berkenaan
dengan sastra dengan tujuan mengenal, memahami, dan menikmati nilai yang terkandung dalam
sastra sehingga hasilnya terjadi perubahan/penguatan pada tingkah laku seseorang terhadap nilai
yang tinggi yang terkandung dalam karya sastra.

15
Klasifikasi kegiatan apresiasi sastra berdasarkan tujuan meliputi :

1. Ketepatan apresiasi, yaitu menimbulkan kepekaan psikis, mendengarkan, membaca sendiri,


membaca bersama, intpretasi auditif-musikal dan visual, memantaskan, mengundang pelaku
seni, memahami serta melatih ketrampilan mempergunakan pengertian teknis.
2. Kedalaman apresiasi, yaitu dalam hal ini guru berupaya agar siswa mengalami proses
kegiatan intelektual, emosional, dan imajinatif yang seimbang dengan proses yang pernah
dialami oleh pengarang (sastrawan) dalam menciptakan karyanya
3. Keluasan apresiasi; guru mendorong dan mengarahkan perhatian pada hubungan antara
sastra dengan kehidupan dengan segala masalahnya. Para siswa juga harus menggunakan
pengetahuan lain. Dari kegiatan ini diharapkan siswa; (1) peka terhadap nilai ekstrinsik, (2)
menyadari bahwa kedudukan sastra sebagai lembaga masyarakat.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Di sekolah dasar, pembelajaran sastra dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan


siswa mengapresiasi karya sastra. Kegiatan mengapresiasi sastra berkaitan dengan latihan
mempertajam perasaan, penalaran, daya khayal, serta kepekaan terhadap masyarakat, budaya dan
16
lingkungan hidup. Pengembangan kemampuan bersastra di sekolah dasar dilakukan dalam
berbagai jenis dan bentuk melalui kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.

Di sekolah dasar pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia lebih diarahkan pada
kompetensi siswa untuk berbahasa dan berapresiasi sastra. Pelaksanaannya, pembelajaran sastra
dan bahasa dilaksanakan secara terintegrasi. Sedangkan pengajaran sastra, ditujukan untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam menikmati, menghayati, dan memahami karya sastra.
Pengetahuan tentang sastra hanyalah sebagai penunjang dalam mengapresiasi.

Tugas guru dan orang tua dalam memilih buku sastra anak-anak adalah melakukan
penelitian lebih rinci terhadap unsur-unsur yang lazim ada dalam setiap bacaan cerita (fiksi).
Unsur-unsur itu meliputi (1) alur, (2) latar, (3)tema, (4) tokoh, (5) gaya, (6) sudut pandang, dan
(6) format buku cerita (Huck, 1987:17, Nurgiyantoro, 2005:66).

3.2 Saran

Kami sebagai pemakalah mengajak kita untuk meningkatkan kemampuan kita dalam
bersastra, utamanya para pendidik agar peserta didik yang kita ajar dapat betul-bertul memahami
dari inti sastra itu sendiri dan kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu untuk hasil yang lebih baik untuk ke depannya kami meminta
kritikan atau saran dari pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Edu. Brata. 2009. Hakikat Pembelajaran Sastra Anak di SD, http://mbahbrata-


edu.blogspot.com/2009/12/hakikat-pembelajaran-sastra-anak-di-sd.html, (diakses 1 Februari
2014)
Hairuddin, dkk. 2008. Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
17
Puji Santosa dan Djamari. 2015. Strategi Pembelajaran Sastra. Yogyakarta : Azzagrafika.

www.Agus harianto.blogspot.com

18

Anda mungkin juga menyukai