DISUSUN OLEH:
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami dan berfikir kritis skematis tentang proses
keperawatan pada pasien CA Serviks
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep medis dari masalah CA serviks
2. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien CA serviks
3. Mahasiswa mampu merumuskan diagnose keperawatan pada pasien CA Serviks
4. Mahasiswa mampu menyusun rencana keperawatan pada pasien Ca serviks
LAPORAN PENDAHULUAN CA SERVIKS
Menurut Langhorne, Fulton, dan Otto (2011), serviks atau leher rahim adalah
sepertiga lebih rendah dari rahim atau uterus. Tubular serviks memanjang hingga ke
bawah ke bagian atas vagina. Serviks mengelilingi pembukaan disebut lubang serviks,
rahim berbentuk silinder jaringan yang menghubungkan vaginadan uterus. Serviks terbuat
dari tulang rawan yang ditutupi oleh jaringan halus, lembap, dan tebalnya sekitar 1 inci.
Ada dua bagian utama dari serviks, yaitu ektoserviks dan endiserviks.
Bagaian serviks yang dapat dilihat dari luar selama pemeriksaan ginekologi di kenal
sebagai ektoserviks. Pembuka dipusat ektoserviks, dikenal sebagai os eksternal, membuka
untuk memisahkan bagian antara uterys dan vagina. Endoserviks atau kanal endoserviks,
adala sebuah terowongan melalui serviks, dari os eksternal ke dalam uterus.
Selama masa praremaja, endoserviks terletak dibagian serviks (Langhorne, Fulton,
dan Otto, 2011). Pembatasan tumpang tindih antara endosrviks dan ektoserviks di sebut
zona transformasi. Serviks menghasilkan lendir serviks yang konsistensi atau
kekentalannya berubah selama siklus menstruasi untuk mencgah atau mempromosikan
kehamilan.
Zona transformasi dari waktu ke waktu menjadi lebuh rapuh, sel-sel epitel kolumnar
digantikan dengan sel-sel epitel skuamosa. Daerah ini sangat rentan terhadap perubahan
prakanker (displasia) karena tingkat turnover yang tinggi dan tingkat pematangan sel
rendah (Rahayu, 2015),
2. DEFINISI
Kanker rahim adalah penyakit kanker yang menyerang rahim dengan pembelahan
sel yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan yang
bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ketempat yang jauh (metastasis) (Wuto,
2008 dalam Padila, 2012).
Kanker leher rahim sering juga disebut kanker mulut rahim, merupakan salah satu
penyakit kanker yang paling banyak terjadi pada wanita (Edianto, 2006 dalam Padila,
2012).
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim
sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak
jaringan normal disekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997 dalam Padila, 2012).
3. KLASIFIKASI
Mikroskopis
1. Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagian basal epidermis. Displasia berat terjadi
pada dua pertiga epidermi hampir tidak dapat dibedakan dengan karsinoma insitu.
2. Stadium Karsinoma Insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan epidermis
menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang tumbuh di daerah
ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan endoserviks.
3. Stadium Karsinoma Mikroinvasif
Pada karsinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan sel
meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stoma
sejauh tidak lebih 5mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan
hanya ditemukan pada skrining kanker.
4. Stadium Karsinoma Invasif
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan
bentuk sel bervariasi. Pertumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior atau
anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan formiks posterior atau
anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri.
5. Bentuk Kelainan Dalam Pertumbuhan Karsinoma Serviks
Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tunbuh kearah vagina dan dapat
mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam vagina, bentuk pertumbuhan
ini mudah nekrosis dan perdarahan.
Pertumbuhan endofilik, biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambat laun lesi
berubah bentuk menjadi ulkus (Padila, 2012).
Makroskopik
1. Stadium preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servitis kronik biasa
2. Stadium permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
4. Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti ulkus dengan
jaringan yang rapuh dan mudah berdarah (Padila, 2012).
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan
predisposisi yang menonjol, antara lain :
5. PATOFISIOLOGI
Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi yang
tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu (KIS) berkisar
antara 1 – 7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma insitu menjadi
invasif adalah 3 – 20 tahun.
Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali adanya
perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia ini dapat muncul
bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat trauma mekanik atau
kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan keseimbangan hormon. Dalam jangka
waktu 7 – 10 tahun perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif berkembang
menjadi invasif pada stroma serviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di
serviks dapat menimbulkan luka, pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke
kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks, parametria dan
akhirnya dapat menginvasi ke rektum dan atau vesika urinaria. Virus DNA ini
menyerang epitel permukaan serviks pada sel basal zona transformasi, dibantu oleh
faktor risiko lain mengakibatkan perubahan gen pada molekul vital yang tidak dapat
diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat serta kontrol pertumbuhan sel normal sehingga
terjadi keganasan (Brunner & Sudart, 2010)
Kanker serviks biasa timbul di daerah yang disebut squamo - columnar junction
(SCJ), yaitu batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks
kanalis serviks, dimana secara histologik terjadi perubahan dari epitel ektoserviks yaitu
epitel skuamosa berlapis dengan epitel endoserviks yaitu epitel kuboid atau kolumnar
pendek selapis bersilia. Letak SCJ dipengaruhi oleh faktor usia, aktivitas seksual dan
paritas. Pada wanita muda SCJ berada di luar ostium uteri eksternum, sedangkan pada
wanita berusia di atas 35 tahun SCJ berada di dalam kanalis serviks, Oleh karena itu pada
wanita muda, SCJ yang berada di luar ostium uteri eksternum ini rentan terhadap faktor
luar berupa mutagen yang akan displasia dari SCJ tersebut. Pada wanita dengan aktivitas
seksual tinggi, SCJ terletak di ostium eksternum karena trauma atau retraksi otot oleh
prostaglandin.
Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks,
epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari cadangan
epitel kolumnar. Proses pergantian epitel kolumnar menjadi epitel skuamosa disebut
proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina yang rendah. Aktivitas
metaplasia yang tinggi sering dijumpai pada masa pubertas. Akibat proses metaplasia ini
maka secara morfogenetik terdapat 2 SCJ, yaitu SCJ asli dan SCJ baru yang menjadi
tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel kolumnar. Daerah di antara
kedua SCJ ini disebut daerah transformasi.
Penelitian akhir-akhir ini lebih memfokuskan virus sebagai salah satu factor
penyebab yang penting, terutama virus DNA. Pada proses karsinogenesis asam nukleat
virus tersebut dapat bersatu ke dalam gen dan DNA sel tuan rumah sehingga
menyebabkan terjadinya mutasi sel, sel yang mengalami mutasi tersebut dapat
berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut
displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat dan karsinoma
in-situ dan kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia dan
karsinoma in-situ dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker. (Sjamsuhidajat,1997 dalam
Prawirohardjo,2010).
Penggunaan Alat
Kontrasepsi Free Sex Merokok Defisit
perawatan diri
(vulva higiene)
PATHWAY
Cedera serviks saat Kekebalan
pemasangan tubuh
menurun
Invasi HPV
Jaringan terbuka
Mual,
muntah,
Kemoterapi anoreksi
Ca. Cerviks
Penurunan BB
a. Perdarahan
Sifatnya dapat intermenstruit atau perdarahan kontak, kadang-kadang
perdarahan baru terjadi pada stadium selanjutnya. Pada jenis intraservikal
perdarahan terjadi lambat.
a. Nyeri panggul,
b. Nyeri pinggul,
c. Nyeri kaki,
d. Penurunan berat badan,
e. Anoreksia,
f. Kelemahan dan kelelahan,
(Rahayu,2015)
Menurut Rubina Mukhtar tahun 2015 menyatakan bahwa tanda dan gejala Ca.
Serviks adalah perdarahan vagina abnormal seperti pendarahan pasca menopause,
menstruasi tidak teratur, menstruasi berat, metrorhagia menyakitkan, atau
perdarahan postcoital. Keputihan abnormal adalah keluhan utama dari sekitar 10%
dari pasien; debit mungkin berair, bernanah, atau berlendir. Gejala panggul atau
nyeri perut dan saluran kencing atau rektum terjadi dalam kasus-kasus lanjutan.
Nyeri panggul mungkin hasil dari loco penyakit regional invasif atau dari penyakit
radang panggul hidup berdampingan.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Sitologi/Pap Smear
2. Schillentest
3. Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan
dibesarkan 10-40 kali.
1. Kolpomikroskopi
melihat hapusan vagina (Pap Smeardengan pembesaran sampai 200 kali.
2. Biopsi
Biopsy dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.
3. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lender serviks dan epitel
gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan
pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas (Padila, 2012).
8. PENATALAKSANAAN
a. Irradiasi
1. Dapat dipakai untuk semua stadium
2. Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
3. Tidak menyebabkan kematian seperti operasi
b. Dosis
Penyiaran ditunjukkan pada jaringan karsinoma yang terletak diserviks
c. Komplikasi irradiasi
1. Kerentanan kandungan kencing
2. Diarrhea
3. Perdarahan rectal
4. Fistula vesico atau rectovaginasis
d. Operasi
1. Operasi wentheim dan limfaktomi untuk stadium I dan II
2. Operasi schauta, histerektomi vagina yang radikal
e. Kombinasi Irradiasi dan pembedahan
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan
bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi berikutnya
dapat mengalami kesukaran dansering menyebabkan fistula, disamping itu
juga menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran darah.
f. Cytostatik
Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten. 5% dari
karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi, dianggap resisten bila
8-10 minggu post terapi keadaan masih tetap sama (Padila, 2012).
g. Vaksinasi
Vaksinasi HPV dapat memiliki implikasi penting bagi peningkatan kesehatan
perempuan dan menurunkan kematian akibat kanker serviks (Rubina Mukhtar,
2015).
9. KOMPLIKASI
1. PENGKAJIAN
a. Anamnesis
Pada anamnesis, bagian yang dikaji adalah keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, dan riwayat penyakit terdahulu.
b. Keluhan Utama
Perdarahan dan keputihan.
g. Psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah dan
bagaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks.
h. Pemeriksaan Fisik Fokus
1. Kepala
a) Rambut : bersih, tidak ada ketombe, dan tidak rontok
a. Wajah : tidak ada oedema, Ekspresi wajah ibu menahan nyeri
(meringis), Raut wajah pucat.
b) Mata : konjunctiva tidak anemis
c) Hidung : simetris, tidak ada sputum
d) Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen
e) Mulut : bibir tidak kering, tidak sianosis, mukosa bibir lembab, tidak
terdapat lesi
f) Leher : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan tidak ada
pembesaran kelenjer getah bening
2. Dada
a) Inspeksi : simetris
b) Perkusi : sonor seluruh lap paru
c) Palpasi : vocal fremitus simetri kana dan kiri
Auskultasi : vesikuler, perubahan tekanan darah
3. Cardiac
a) Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
b) Palpasi : ictus cordis teraba, v Perubahan denyut nadi
c) Perkusi : pekak
d) Auskultasi : tidak ada bising
4. Abdomen
a) Inspeksi : simetris, tidak ascites, posisi tubuh menahan rasa nyeri di
daerah abdomen.
b) Palapasi : ada nyeri tekan
c) Perkusi : tympani
d) Auskultasi : bising usus normal
5. Genetalia
Inspeksi
b. Ada lesi.
c. Keluarnya cairan encer dari vagina dan berbau busuk.
d. Pendarahan yang terjadi, volume darah yang keluar.
e. Urine bercampur darah (hematuria).
Palpasi
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Intervensi :
1. Kaji adanya pantangan atau adanya alergi terhadap makanan tertentu.
2. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian menu yang sesuai dengan
diet yang ditentukan.
3. Pantau masukan makalan oleh klien.
4. Anjurkan agar membawa makanan dari rumah jika diperlukan dan sesuai
dengan diet.
5. Lakukan perawatan mulut sebelum makan sesuai ketentuan.
c. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan port de entree bakteri.
Tujuan :
Intervensi :
1. Pantau tanda vital setiap 4 jam atau lebih sering bila diperlukan.
2. Tempatkan pasien pada lokasi yang tersedia.
3. Bantu pasien dalam menjaga hygiene perorangan.
4. Anjurkan pasien istirahat sesuai kebutuhan.
5. Kolaborasi dalam pemeriksaan kultur dan pemberian antibiotic.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan paska anastesi.
Tujuan:
Intervensi :
NO REG :
TANGGAL PENGKAJIAN: 16 Maret 2020
I. IDENTITAS PASIEN
1. Nama (inisial) : Ny. Y (L/P)
2. Umur : 59 tahun
3. Alamat : Kalibokor Lapangan Ii/xx Surabaya
4. Pekerjaan : Wiraswasta
5. Pendidikan : P3 Sekertaris
6. Status Perkawinan: Menikah
7. Agama : Islam
8. Suku Bangsa : Jawa Indonesia
9. Status pasien : Rawat Jalan
Rawat Inap
10. Status Rujukan : Dirujuk dari :
Datang sendiri:
59
th
4 th
Keterangan gambar :
: laki-laki meninggal
: perempuan meninggal
: laki-laki hidup
: perempuan hidup
II. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : Pasien mengatakan
6. Genogram penyakit:
Asimetris
Masalah Keperawatan:
Simetris
b. Keluhan : Sesak Batuk RR: Tidak ada masalah
20x/mnt keperawatan
c. Irama nafas : Teratur Tidak teratur
d. Suara nafas : Vesikuler Bronko Vesikuler
Ronchi Wheezing
2. Sistem Kardiovaskuler
a. Keluhan Nyeri dada : Ya/Tidak
b. Suara jantung : Normal Tidak Masalah Keperawatan
c. CRT : < 3 dtk / >3 dtk Tidak ada masalah
d. Konjungtiva Pucat : Ya/tidak keperawatan
e. Tensi : 130/80 mmHg Nadi: 80 x/menit
Lain-lain : Tidak ada
3. Sistem Persyarafan
a. Kesadaran : Compos mentis GCS (EVM): E:4, V:5,
M:6
b. Pupil : Isokor/anisokor
Masalah Keperawatan
4. Sistem Perkemihan
1. Keluhan : tidak ada Masalah Keperawatan
2. Produksi Urin : 1500 x/hari, warna: kuning jernih
Tidak ada masalah
3. Intake Cairan : Oral 2000 cc/hari
keperawatan
Parenteral : - cc/hari
Status balance cairan :
4. Lain-lain : tidak ada
5. Sistem Pencernaan
a. Terpasang NGT : Ya Tidak
b. Abdomen : Nyeri Tekan luka operasi Jejas
Kolostomi supel Distensi
flet
c. Bising Usus :. 11 kali/menit
d. Keluhan :. Mual : Ya/tidak
Muntah : Ya/tidak
e. Diare/konstipasi/melena :tidak ada
f. Jumlah : - Karakteristik Masalah Keperawatan
g. Kebiasaan BAB : 5 kali seminggu
h. Jadwal Makan : 2-3 kali sehari Tidak ada masalah
i. Porsi makan : sedang habis/tidak keperawatan
j. Lain-lain: tidak ada
Pasien mengatakan ini adalah cobaan dari Tuhan, pasien mengatakan ia tetap semangat
dan tidak pernah putus asa.
Masalah Keperawatan:
4. Apakah budaya yang dianut pasien mempengarui gaya hidup pasien (terkait
kesehatan)? Jelaskan!
Pasien mengatakan tidak ada, pasien hanya mengikuti arahan dokter. Pasien
mengatakan tidak ada hambatan dalam melakukan perawatan
Masalah Keperawatan:
Masalah Keperawatan:
Masalah Keperawatan:
X. DIAGNOSIS MEDIS
A. Utama : Endometrium Carsinoma Uteri
Stadium :grade 1
Staging : T: N: N:
B. Paliatif :
Nyeri : Jenis : ( ) Nosiseptif somatic tulang
( ) Nosiseptif somatic bukan tulang
( ) Nosiseptif Visceral
( ) Deferentasi : terus menerus/iontermitten
Sifat : ( ) Akut ( ) Kronis
Derajat : ( ) Ringan ( ) sedang ( ) berat
Penyebab : ( ) Akibat Tumor
( ) Akibat pengobatan tumor
( ) Lain-lain, bekas luka operasi
Keluhan selain nyeri : tidak ada
C. Terapi :
1.
2.
3.
4.
Apakah Saudara merasa nyeri sehubungan dengan penyakit Saudara derita sekarang?
Ya
Tidak
Tidak tahu
Saat pertama kali diagnosa ditegakkan, apakah nyeri merupakan salah satu gejala?
1. Ya
2. Tidak
3. Tidak tahu
Apakah Saudara dibedah satu bulan terakhir?
1. Ya
2. Tidak
Apakah Saudara mengalami nyeri (bukan nyeri biasa) satu minggu terakhir?
1. Ya
2. Tidak
DATA FOKUS
Riwayat nyeri : Ya. Sejak : 1 bulan terakhir
Frekuensi : Tidak
Terus Menerus
Kadang-kadang
Istirahat
Lokasi (arsirlah) :
Kualitas : Tajam/sharp/arching/sakit/ berdenyut/seperti ditekan/perih
Skala Nyeri :
Dalam 1 minggu terakhir
Nyeri paling ringan : 3
Nyeri paling berat : 8
Nyeri rata-rata :4
Nyeri saat ini :3
Aktivitas Sehari-hari : terganggu/tidak terganggu
Tidur : Terganggu/tidak terganggu
Pengobatan yang di terima :
Obat : Dapat/Tidak
Operasi : 1x
Radioterapi :
Kemoterapi : 1x awal bulan maret
Rehabilitasi :
Komplementer tx :
Alternatif :
Isilah No.1 s/d 4 dengan melengkapi satu angka antara 0=10
Berjalan
Berdiri
Mengangkat
:
Tidak ada
Seterlah minum obat penghilang nyeri, beberapa jam kemudian timbul kembali
?
1.Obat-obatan tidak menolong sama sekali
2.Satu jam
3.Dua Jam
4.Tiga Jam
5.Empat jam
6.Lebih lama dari 12 jam
7.Lebih dari 12 jam
8.Saya tidak minum obat
-menjengkelkan
- Menyentak -membakar -rasa tebal
- Menusuk -menguras tenaga -tidak karuan
- Menggigit -membosankan -tidak
tertahankan
(ida,mega,yolla,ana,nurul,carlo)
LAMPIRAN HASIL LABOLATORIUM
2. DS : Kesiapan peningkatan
Impuls afferent
manajemen kesehatan
Pasien mengatakan
Medulla oblongata
tidak ada hambatan
dalam melakukan Pusat sensori
program pengobatan
Pasien mengatakan
Chemoreceptor
keluhan yang dirasakan
Trigger Zone (CTZ),
berkurang
Korteks serebri,
Pasien mengatakan
visceral afferent
mengikuti arahan
dokter Menghasilkan impuls
Pasien mengatakan efferent
tidak putus asa dan
tetap semangat dalam Pasien menerima
melakukan program dirinya dengan keadaan
pengobatan sekarang
DO :
TD 130/80 mmHg
Nadi 80x/mnt Kesiapan peningkatan
RR 20x/mnt manajemen kesehatan
Komunikasi terbuka
dan lancar
3. DS : Pasien mendapatkan Kesiapan peningkatan
penyakit dan keluarga koping keluarga
Pasien mengatakan menerima
anggota keluarga
Memberikan dukungan
menerima keadaan
kepada pasien
pasien
Anggota keluarga
memberikan semangat
Respon menerima
pada pasien
penyakit baik
Anggota keluarga terus
mencarikan pengobatan
yang terbaik untuk Mau berinteraksi
pasien dengan orang lain
Anggota keluarga
memberikan referensi Keluarga selalu
tempat maupun meningkatakan
pengobatan untuk kesehatan pasien
pasien
Kesiapan peningkatan
koping keluarga
1. Nyeri Akut Setelah dilakukan 1. Keluhan nyeri Manajemen Nyeri: 1. Untuk megetahui lokasi,
kunjungan rumah menurun karakteristik, durasi,
2. Perasaan takut 1. Identifikasi lokasi,
sebanyak 2x frekuensi, kualitas nyeri
mengalami karateristik, frekuensi,
pertemuan, maka kualitas, intensitas, yang dirasakan pasien
cedera berulang
nyeri menurun skala, dan respon
menurun 2. Untuk mengetahui skala
nyeri.
nyeri yang dirasakan pasien
2. Berikan teknik
nonfarmakologis 3. Untuk mengetahui
untuk mengurangi perbandingan antara
rasa nyeri sebelum dan sesudah
Terapi Musik pemberian teknik relaksasi
guided imagery dengan
3. Identifikasi minat
terhadap music dan aromaterapi terhadap nyeri
music yang disukai yang dirasakan
4. Pilih music yang
disukai 4. Teknik relaksasi guided
5. Berikan terapi music imagery dengan music
sesuai indikasi dapat membentuk sebuah
6. Anjurkan rileks bayangan atau imajinasi
selama mendengarkan tentang hal yang di sukai
music pasien
7. Anjurkan monitor
nyeri secara mandiri 5.Untuk memberi
kenyamanan dalam
mengatasi nyeri Edukasi :
1.Dengan menjelaskan
tentang penyebab, period
dan pemicu nyeri pasien dan
keluarga dapat mengerti
tentang nyeri
2. Dengan mengajarkan
teknik relaksasi Guided
Imagery dengan music dapat
mengurangi rasa nyeri
3. Kesiapan peningkatan Setelah dilakukan 1. Kekhawatiran Dukungan Koping Keluarga 1. Untuk mengetahui
koping keluarga kunjungan rumah tentang anggota kesiapan pasien saat
keluarga 1. Identifikasi respon
sebanyak 2x diberikan informasi sehingga
menurun emosional terhadap
pertemuan, maka kondisi saat ini informasi yang diberikan
status koping keluarga 2. Dengarkan masalah, dapat digunakan
membaik perasaan, dan pertanyaan
2.Mendengarkan masalah
keluarga
3. Hargai dan dukung dan perasaan keluarga dapat
mekanisme koping adaptif membantu keluarga merasa
yang digunakan lebih relax dan dapat
4. Informasikan fasilitas melakukan diskusi bersama
perawatan kesehatan yang keluarga
tersedia
3.Mekanisme koping yang
digunakan membantu
keluarga dan pasien dalam
meningkatkan kesehatan
4. fasilitas kesehatan
terdekat membantu pasien
mendapatkan fasilitas
kesehatan dengan cepat
1. Nyeri Akut 10.00 1. Mengidentifikasi lokasi, 12.00 S: klien mengatakan nyeri berkurang dan
karateristik, frekuensi, kualitas, tidak khawatir jika nyeri kembali lagi
intensitas, skala, dan respon nyeri.
R/ pasien mengeluh nyeri, P : nyeri P: proses penyakit
post op ,Q : seperti ditusuk-tusuk, Q: tertusuk-tusuk
R : di perut bagian bawah, S : skala R: bagian bawah perut
3, T : hilang timbul. Tampak S: 0
T: hilang timbul
meringis, tampak memegangi area
O: klien tidak ampak meringis, tidak tampak
nyeri ,TD 130/80 mmHg, nadi
memegangi area nyeri ,TD 110/60 mmHg,
80x/mnt, RR 20x/mnt
nadi 74x/mnt, RR 18x/mnt
A: masalah teratasi
2. Memberikan teknik
P: intervensi dihentikan
nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
R/ pasien diajarkan teknik relaksasi
nafas dalam dengan cara menarik
nafas dalam dari hidung secara
perlahan dan keluarkan dari mulut
secara perlahan, dan dapat diulang
hingga merasa rileks, pasien
kooperratif
2. Kesiapan peningkatan 10.00 1. Mengidentifikasi kesiapan 12.00 S: klien mengatakan akan berusaha dengan
manajemen kesehatan menerima informasi baik mengikuti semua anjuran yang
R/ klien dan keluarga kooperatif diberikan
O:
2. Menyediakan materi dan media Klien dan keluarga mampu
pendidikan kesehatan melakukan etika batuk
R/ materi tentang Perilaku Hidup Klien dan keluarga mampu
Bersih dan Sehat (PHBS), klien dan mempraktikan cuci tangan 6 langkah
keluarga kooperatif Klien dan keluarga kurang
mengetahui hal-hal yang dapat
dilakukan untuk mengurangi faktor
resiko timbulnya kanker
3. Memberikan kesempatan bertanya
Tidak setiap orang di rumah
R/ klien bertanya tentang etika
melakukan follow up kesehatan
batuk, klien dan keluarga A: masalah teratasi sebagian
kooperatif
P:
5. Mengajarkan PHBS
R/ klien dan keluarga kooperatif
3. Kesiapan peningkatan 10.00 1. Mengidentifikasi respon emosional 10.00 S: keluarga mengatakan menerima keadaan
koping keluarga terhadap kondisi saat ini pasien
R/ keluarga koopertif
O:
anggota keluarga memberikan
semangat pada pasien
2. Mendengarkan masalah, perasaan,
anggota keluarga terus mencarikan
dan pertanyaan keluarga
R/ keluarga kooperatif, keluarga pengobatan yang terbaik untuk pasien
berusaha terbaik untuk tetap anggota keluarga memberikan
menjaga kesehatan klien dan referensi tempat maupun pengobatan
keluarga sendiri, dan berusaha untuk pasien
A: masalah teratasi
menghindari faktor resiko
P: intervensi dihentikan
4. Menginformasikan fasilitas
perawatan kesehatan yang tersedia
R/ keluarga dank lien kooperatif
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai data-data yang telah didapatkan,
meliputi data pengkajian, hasil analisa data, Intervensi, implementasi dan evaluasi
dari proses asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada Ny. Y dengan diagnosa
medis CA Cerviks.
Pada kasus ini tidak ada Keluhan spesifik yang dirasakan pasien saat di
rumah kerena pasien mengalami penurunan kesadaran.
Factor pendukung yang kami dapatkan yaitu adanya waktu dan perhatian
yang diperhatikan yang diberikan oleh pasien saat diberikan informasi tentang ca
mamae, sedangkan factor penghambat adalah kekurangan waktu dari keluarga
saat melakukan implementasi kepada pasien dan keluarga.
Daftar Pustaka
Rahayu, Dedeh Sri. 2015. Asuhan Ibu Dengan Kanker Serviks. Jakarta: Salemba Medika
Brunner and Suddarth. (2010).Text Book Of Medical Surgical Nursing 12th Edition.
China : LWW.