Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KEBERAGAMAN DALAM HIDUP

BERMASYARAKAT
(MATERI NO.02)

DISUSUN OLEH :

SRI OKTAVIA WINDARNI


NIM 18003730

JURUSAN MANAJEMEN ADMINISTRASI TRANSPORTASI UDARA

AKADEMI MANAJEMEN ADMINISTRASI YOGYAKARTA

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia
Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan Makalah ini guna memenuhi tugas dari mata
kuliah Syiar dan Sertifikasi Agama Katolik, dengan judul : KEBERAGAMAN DALAM HIDUP
BERMASYARAKAT.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihakk yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik ehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh ddari sempurna dikarenakan terbatasnya
pengalaman dan penngetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan
segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.

Yogyakarta, 17 Desember 2020

Penulis

DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
1.4 MANFAAT

BAB II PEMBAHASAN

2.1. BENTUK KEBERAGAMAN SEBAGAI REALITAS ASALI KEHIDUPAN


MANUSIA

2.2. CARA MENGUPAYAKAN PERDAMAIAN DAN PERSATUAN BANGSA

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

3.2 SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia pada umumnya adalah komunitas
yang beragam, penuh dengan perbedaan, sehingga kita harus dapat bersikap arif
dalam menyikapi perbedaan yang ada agar tidak berujung pada sebuah konflik. Ada
beberapa teori konflik yang menjelaskan penyebab terjadinya konflik di tengah
masyarakat antara lain: Teori hubungan masyarakat; berpandangan bahwa konflik
yang sering muncul ditengah masyarakat disebabkan polarisasi yang terus terjadi,
ketidakpercayaan dan permusuhan di antara kelompok yang berbeda, perbedaan bisa
dilatarbelakangi sara bahkan pilihan ideology politiknya.
Teori identitas; berpandangan bahwa konflik yang mengeras di masyarakat
tidak lain disebabkan identitas yang terancam yang sering berakar pada hilangnya
sesuatu atau penderitaan masa lalu yang tidak terselesaikan. Teori kesalahfahaman
antarbudaya; berpandangan bahwa konflik disebabkan ketidakcocokan dalam cara –
cara berkomunikasi di antara budaya yang berbeda.
Teori transformasi yang memfokuskan pada penyebab terjadi konflik
berpandangan bahwa ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai
masalah sosial budaya dan ekonomi. Intinya, manusia yang beradab harus bersikap
terbuka dalam melihat semua perbedaan dalam keragaman yang ada dan menjunjung
tinggi nilai – nilai kesopanan agar keragaman menjadi asset kekayaan bangsa yang
dapat mempersatukan bangsa ini.

1.2. RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah
secara umum dalam makalah ini yakni sebagai berikut :
1. Bagaimana bentuk keberagaman sebagai realitas asali kehidupan manusia ?
2. Bagaimana cara mengupayakan perdamaian dan persatuan bangsa ?

1.3. TUJUAN
Adapun Tujuan dari pembuatan makalah ini yakni :
1. Mengetahui bentuk keberagaman sebagai realitas asali kehidupan manusia
2. Melakukan tindakan yang tepat dalam mengupayakan perdamaian dan persatuan
bangsa

1.4. MANFAAT
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah untuk mempelajari dan lebih
mendalami bagaimana kita manusia sebagai makhluk hidup dalam menanggapi akan
adanya keberagaman pada sesama umat beserta tindakan yang tepat dalam
melakukannya di kehidupan nyata.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. BENTUK KEBERAGAMAN SEBAGAI REALITAS ASALI KEHIDUPAN MANUSIA


Problematika yang sedang dialami bangsa Indonesia saat ini adalah adanya
gejala diskriminasi dalam masyarakat yang beragam. Diskriminasi adalah setiap
tindakan yang melakukan pembedaan terhadap seseorang atau sekelompok orang
berdasarkan ras, agama, suku, etnis, kelompok, golongan, status, kelas sosial
ekonomi, jenis kelamin, kondisi fisik, usia, orientasi seksual, pandangan ideologi, dan
politik. Tentu saja kondisi ini bertolak belakang dengan semangat kebangsaan kita
sebagaimana ditegaskan dalam pasal 28 ayat 2 UUD 1945 bahwa “Setiap orang
berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak
mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu”.
Selain itu, hal ini juga dapat dilihat dalam tindakan Gereja yang tertuang dalam
kitab “Tetapi kita tidak dapat menyerukan nama Allah Bapa semua orang, bila
terhadap orang-orang tertentu, yang diciptakan menurut citra kesamaan Allah, kita
tidak mau bersikap sebagai saudara. Hubungan manusia dengan Allah Bapa dan
hubungannya dengan sesama manusia saudaranya begitu erat, sehingga Alkitab
berkata: “Barang siapa tidak mencintai, ia tidak mengenal Allah” (1Yoh 4:8). Jadi
tiadalah dasar bagi setiap teori atau praktik, yang mengadakan pembedaan mengenai
martabat manusia serta hakhak yang bersumber padanya antara manusia dan
manusia, antara bangsa dan bangsa. Maka Gereja mengecam setiap dikriminasi
antara orang-orang atau penganiayaan berdasarkan keturunan atau warna kulit,
kondisi hidup atau agama, sebagai berlawanan dengan semangat kristus. Oleh karena
itu Konsili suci, mengikuti jejak para Rasul kudus Petrus dan Paulus, meminta dengan
sangat kepada Umat beriman kristiani, supaya bila ini mungkin “memelihara cara hidup
yang baik diantara bangsa-bangsa bukan Yahudi” (1Ptr 2:12), dan sejauh tergantung
dari mereka hidup dalam damai dengan semua orang[13], sehingga mereka sungguh
– sungguh menjadi putera Bapa di sorga”.

2.2. CARA MENGUPAYAKAN PERDAMAIAN DAN PERSATUAN BANGSA


Konflik mengandung spektrum pengertian yang sangat luas, mulai dari konflik
kecil antarperorangan, konflik antarkeluarga sampai dengan konflik antarkampung dan
bahkan sampai dengan konflik massal yang melibatkan beberapa kelompok besar,
baik dalam ikatan wilayah ataupun ikatan primordial. Dalam hal ini dapat dibedakan
antara konflik yang bersifat horisontal dan vertikal, dimana keduanya sama-sama
berpengaruh besar terhadap upaya pemeliharaan kedamaian di negara ini. Rasul
Paulus menyatakan bahwa “Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena
Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa” (Rm.5:8). Berdasarkan ajaran
Kitab Suci ini Gereja berupaya mewujudkannya dalam persekutuan dimana semua
orang diajak untuk bersama-sama menciptakan perdamaian dan persatuan sebagai
anak-anak Allah (bdk.GS.1).
Adapun beberapa cara yang dapat dilakukan dalam mengupayakan
perdamaian dan persatuan dalam bangsa baik dalam diri sendiri maupun sesama
disekitar kita :
a. Jadilah Pribadi yang Baik tanpa Mengharapkan Imbalan
Menjadi baik tidak berarti kamu harus memberi uang atau memberi hadiah
kepada seseorang. Kebaikan yang kamu tujukan kepada orang-orang
menunjukkan bahwa mereka itu penting. Kamu bisa melakukan berbagai hal untuk
melakukan kebaikan, misalnya dengan menyisihkan uang jajan dan
memberikannya pada tunawisma, menyumbangkan sesutu kepada sesama yang
membutuhkan, mempedulikan rekan-rekan, atau bahkan hanya menebar
senyuman.
b. Berhenti Menghakimi Orang Lain
Sangat mudah memang untuk melontarkan komentar atau bahkan menilai
seseorang hanya dengan melihat penampilannya. Namun prasangka buruk yang
kamu lakukan hanya akan membuat kamu tidak nyaman. Jangan takut atau
berprasangka buruk pada orang-orang hanya dari cara mereka berpakaian,
dimanapun kamu berada. Karena belum tentu mereka seburuk yang kamu
bayangkan. Setiap orang memang memiliki keyakinan hidup tersendiri. Tak
menutup kemungkinan dengan kita tak berprasangka buruk serta berbuat baik
kepada orang lain, maka orang lain itu akan merasa bahwa kita adalah orang yang
berarti dan menyadari manusia sebagai saudara.
c. Cintai Orang Lain
Merasa damai atau bahkan mencintai orang yang pernah melakukan
kejahatan kepada kita tentu bukan perkara mudah. Saat seseorang telah menyakiti
kita, biasanya hal yang ingin kita lakukan adalah membalasnya, menggosipkannya,
dan membicarakan keburukannya. Memaafkan adalah kunci besar untuk sebuah
perdamaian dunia. Dalam hal ini tak hanya orang lain yang pernah menyakiti kita,
tapi juga kerabat dan teman dekat yang pernah menyakiti kita di masa lalu.
d. Ciptakan Suasana Damai di Rumah
Rumah menjadi tempat kita kembali dari aktivitas sehari-hari. Tentu saja kita
mengharapkan suasana rumah yang damai, dan yang tidak membuat kita stres.
Karena itu, lepaskan semua beban kerja saat kita ada di rumah, berbahagialah dan
dengarkan musik yang menyejukkan hati. Hindari musik-musik bertemakan cinta
yang seringkali membuat orang atau bahkan kita galau berkepanjangan. Pilih
musik yang memotivasi dan membantu membawa kedamaian baik untuk diri
sendiri maupun orang lain. Saat kita merasa damai di rumahmu sendiri, kita akan
keluar dari rumah dengan energi yang positif.
e. Luapkan Sisi Kreatif Dalam Diri
Setiap orang memiliki sisi kreatif tersendiri. Gali sisi kreatif yang ada di dalam
kita, misalnya dengan mewarnai, melukis, menggambar, bermusik, atau apapun
yang bisa kita lakukan untuk menghilangkan stres. Kita juga bisa memajang semua
karya kreatif kita di seluruh sudut rumah untuk memancing energi positif sehingga
membawa kedamaian dalam diri sendiri dan menyebarkannya kepada orang lain.
f. Sisihkan Waktu dan Bantu Orang Lain
Mungkin kita terlalu sibuk dengan aktivitas sehari-hari, entah itu belajar
ataupun bekerja. Namun, ada baiknya untuk menyisihkan sebagian waktu untuk
membantu orang lain yang membutuhkan. Ada banyak cara yang bisa kita lakukan
untuk menjadi seorang relawan. Misalnya membantu para tunawisma dengan
memberikan mereka makanan atau membantu membersihkan tempat tinggal
mereka. Beberapa rumah sakit bahkan membutuhkan para relawan terutama saat
hari libur. Jika tak memungkinkan untuk keluar rumah, kita bisa mengunjungi situs
seperti Kitabisa.com untuk melihat bagaimana kita bisa memberikan kontribusi
dalam membantu orang lain.
g. Meditasi
Satu hal yang harus kita ingat, menciptakan perdamaian di dunia itu harus
bermula dari diri sendiri. Tak hanya soal fisik, jiwa yang damai juga akan
mendatangkan energi yang positif. Lakukan meditasi atau berdoa dan
mendekatkan diri kepada sang khalik, niscaya kedamaian dalam diri akan kkita
dapatkan. Jika diri kita sendiri sudah damai, kita tentu akan lebih siap untuk
menyebarkan dan menciptakan perdamaian dunia.
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Keberagaman bangsa Indonesia dapat dibentuk oleh banyaknya jumlah suku
bangsa yang tinggal di wilayah Indonesia dan tersebar di berbagai pulau dan daerah.
Keragaman adalah suatu kondisi pada kehidupan masyarakat. Perbedaan seperti itu
ada pada suku bangsa, ras, agama, budaya dan gender.
Keragaman yang ada di Indonesia adalah kekayaan dan keindahan bangsa.
Keberagaman masyarakat sendiri harus didasari oleh kesadaran jiwa masyarakat nya
itu sendiri agar nantinya keberagaman itu bisa menjadi daya tarik tersendiri untuk
memikat masyarakat lain dan jika keberagaman disikapi dengan salah maka
keberagaman itu akan menjadi bommerang tersendiri untuk masyarakat tersebut atau
artinya masyarakat tersebut akan terpecah belah karena tak mampu menyikapi
keberagaman.

3.2. SARAN
Perbedaan adalah keniscayaan dalam masyarakat. Sebagaimana mestinya
seorang saudara, maka tidak boleh untuk saling menjatuhkan karena dia atau mereka
berbeda. Terutama, untuk membuat keberagaman di Indonesia tetap berjalan. Di
negara yang lainnya, tentu tidak memiliki keberagaman yang begitu banyak. Memang,
tugas masyarakat Indonesia saat ini cukup berat. Karena, harus menjaga
keberagaman ini agar tetap lestari. Menerima perbedaan antara suku, agama dan
kebudayaan dapat dimulai dengan lingkungan sekitar terlebih dahulu. Buat lingkungan
masyarakat yang nyaman, tentram dan aman. Kemudian, sampaikan kepada saudara
yang lainnya bahwa hal ini penting untuk dilakukan
DAFTAR PUSTAKA

https://elearn.id/blog/9-cara-ini-mampu-ciptakan-perdamaian-dunia-kamu-bisa-kok-lakukan-
semuanya/

https://bsd.pendidikan.id/data/2013/kelas_12sma/siswa/Kelas_12_SMA_Pendidikan_Agama
_Katolik_dan_Budi_Pekerti_Siswa.pdf

Anda mungkin juga menyukai